• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP. keluarga serta orang lain atau anggota masyarakat yang lain. Salah satu tradisi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V PENUTUP. keluarga serta orang lain atau anggota masyarakat yang lain. Salah satu tradisi"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

168 BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Terdapat beberapa tradisi Jawa yang sampai sekarang masih dilaksanakan oleh masyarakat Ndalem Mangkubumen. Tradisi tersebut berkaitan dengan daur hidup dan wujud hubungan yang baik kepada Tuhan, arwah leluhur, keluarga serta orang lain atau anggota masyarakat yang lain. Salah satu tradisi yang setiap tahun dan sampai sekarang masih dilaksanakan adalah tradisi Megengan. Tradisi tersebut dilaksanakan ketika memasuki bulan Ruwah. Tradisi Megengan juga dikenal dengan tradisi Ngapem, sebab dalam pelaksanaan tradisi, masyarakat membuat rangkaian sesaji yang dipersembahkan untuk arwah leluhur, dimana di dalam sesaji tersebut terdapat kue apem, ketan dan kolak sehingga tradisi ini lebih dikenal dengan tradisi Ngapem. Tradisi Megengan berasal dari kata “megeng” yang memiliki arti menahan. Maksudnya adalah seorang individu harus dapat menahan makan, minum dan hawa nafsu ketika akan memasuki bulan suci Ramadhan. Biasanya masyarakat Ndalem Mangkubumen melaksanakan tradisi Megengan setelah Kraton Yogyakarta selesai melaksanakannya.

Ndalem Mangkubumen merupakan bagian dari Kraton yang tidak dapat dipisahkan sehingga upacara adat, ritual, tradisi dan aturan-aturan di dalamnya sangat mirip dengan Kraton Yogyakarta. orang-orang yang tinggal di Ndalem Mangkubumen adalah keturunan darah biru dan para kerabat Kraton sehingga banyak masyarakat yang menganggap bahwa masyarakat Ndalem

(2)

169 Mangkubumen sangat saklek dengan upacara adat, ritual, tradisi maupun aturan-aturan. Masyarakat Ndalem Mangkbumen juga danggap memahami makna dan tata cara pelaksanaan berbagai tradisi secara benar. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, anggapan tersebut terbukti tidak sesuai dengan kenyataannya. Masyarakat Ndalem Mangkubumen ternyata tidak begitu memahami makna atau arti filosofi dan tata cara pelaksanaan tradisi yang murni dan sakral, termasuk tradisi Megengan yang sampai sekarang masih dilaksanakan secara rutin setiap tahunnya.

Tradisi Megengan bukan hanya memiliki arti dari asal katanya saja, tetapi juga memiliki arti dari rangkaian sesaji yang ada di dalamnya. Rangkaian sesaji tersebut memiliki arti luhur yang beragam dan pada intinya adalah sebagai wujud permohonan maaf, wujud eratnya hubungan silaturahmi antaranggota masyarakat dan wujud hubungan harmonis yang terjalin dalam suatu masyarakat. Selain itu, tradisi Megengan juga memiliki arti yang berkaitan dengan menjaga hubungan baik kepada Tuhan, arwah leluhur dan keluarga besar. Pada dasarnya, tradisi-tradisi Jawa memiliki makna filosofi yang luhur dan mengajarkan bagaimana menjalani kehidupan yang baik dalam masyarakat.

Arti filosofi sesungguhnya dari tradisi Megengan mulai bergeser seiring berjalannya waktu. Masyarakat Ndalem Mangkubumen mengartikannya hanya secara umum dan di permukaan saja, tidak banyak yang mengetahui arti asli dari tradisi Megengan. Masyarakat mengartikannya sebagai cara mengirim doa kepada arwah leluhur dan syarat ritual Ruwahan. Terdapat pula yang

(3)

170 mengartikannya sebagai adat dari Kraton saat menyambut bulan suci Ramadhan dan tradisi senelum Ramadhan. Selain itu, terdapat anggota masyarakat yang mengartikannya sebagai kebiasaan dan kewajiban yang dilaksanakan setiap tahun. Hal ini membuktikan bahwa makna tradisi Megengan sudah megalami pergeseran di Ndalem Mangkubumen.

Masyarakat Ndalem Mnagkubumen sampai sekarang masih melaksanakan tradisi Megengan dikarenakan berbagai alasan, antara lain ingin melestarian budaya, mengenang leluhur, ingin dianggap sah dalam ritual Ruwahan, ingin mengajarkan tradisi Megengan kepada generasi penerus, sebagai cara mengenalkan dan mengingat leluhur pada generasi penerus, melanjutkan tradisi yang sudah ada, menjalankan kewajiban setiap tahun dan sekedar mengikuti orang lain yang melaksanakan tradisi Megengan. Pergeseran makna tradisi Megengan di Ndalem Mangkubumen tidaklah tanpa sebab. Terdapat beberapa sebab yang mendorong adanya pergeseran, yakni sosialisasi yang buruk sehingga generasi sekarang tidak mengetahui makna tradisi. Pelaksanaan tradisi yang berubah, kepercayaan animisme yang luntur, ketidakadanya orang yang tahu pasti makna atau arti asli dari tradisi Megengan, banyak sesepuh yang sudah meninggal, adanya sikap tidak mau tahu juga menyebabkan pergeseran arti filosofi tradisi di Ndalem Mangkubumen. Selain tu, adanya budaya asing yang masuk ke Ndalem Mangkubumen dan adanya beberapa orang yang melaksanakan tradisi karena mengikuti tren, turut berkontribusi terhadap terjadinya pergeseran arti filosofi tradisi Megengan. Kemudian, pola pikir masyarakat yang mulai terbuka sehingga kurang mempercayai

(4)

kekuatan-171 kekuatan supranatural, menyebabkan arti filosofi asli dari tradisi Megengan tidak ingin dketahui oleh masyarakat. Penyebab terakhir yang membuat tradisi Megengan mengalami pergeseran adalah adanya kecembuuan sosial yang semakin mendorong bergesernya tradisi.

Setelah dilakukan penelitian, diperoleh hasil bahwa tidak hanya arti filosofi tradisi Megengan yang mengalami pergeseran, akan tetapi juga waktu pelaksanaan, tata cara pelaksanaan, nilai-nilai yang terkandung serta rangkaian atau uborampe sesaji dalam tradisi Megengan. Keempat hal tersebut mengalami pegeseran, dimana waktu pelaksanaan menjadi lebih flekibel, tata cara pelaksanaan dilakukan dengan cara membeli, nilai yang terkandung dalam tradisi tidak diketahui serta rangkaian sesaji menjadi kurang lengkap atau banyak makanan yang diganti, misal ayam ingkung menjadi ayam goreng. Hal ini menunjukkan bahwa tradisi Megengan yang dilakukan oleh masyarakat Ndalem Mangkubumen sudah banyak mengalami pergeseran dan komodifikasi menjadi bentuk langsung dari pergeseran tersebut. Masyarakat Ndalem bukanlah masyarakat istimewa yang lebih memahami dan mengetahui tradisi Megengan.

Pergeseran tradisi Megengan yang terjadi di Ndalem Mangkubumen memunculkan pola tindakan baru yang dialami oleh masyarakat. pola tindakan tersebut adalah bagaimana masyarakat melaksanakan tradisi Megengan setelah mengalami pergeran. Masyarakat menjadi lebih mnegutamakan kepraktisan, keefisienan dan penghematan saat melaksanakan tradisi Megengan. Kemudian, pergeseran tradisi Megengan juga berimplikasi dapat mengubah „makna‟

(5)

172 tradisi tersebut bagi masyarakat Ndalem Mangkubumen. tradisi yang tadinya berarti penting bagi masyarakat, kini hanya dijadikan sebagai kebiasaan dan kehilangan maknanya.

B. Saran

Tradisi Megengan merupakan tradisi yang sudah bertahan selama berpuluh-puluh tahun. Hal ini dibuktikan dengan masih dilaksanakannya tradisi tersebut sampai sekarang. Tradisi Megengan dianggap menjadi satu tradisi yang istimewa karena pelaksanaannya hanya sau tahun sekali ketika bulan Ruwah, yakni bulan sebelum bulan Ramadhan. Di dalam tradisi Megengan terdapat rangkaian sesaji yang dipersembahkan untuk arwah leluhur. Selain itu, dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa kue apem, ketan dan kolak yang memiliki makna sebagai wujud permohonan maaf, wujud eratnya hubungan silaturahmi dan wujud keharmonisan dalam sebuah masyarakat. kue apem, ketan dan kolak tersebut dibagikan kepada para tetangga sekitar dan saling tukar menukar.

Akan tetapi, pergeseran tradisi Megengan di Ndalem Mangkubumen menyebabkan adanya tukar menukar kue apem, ketan dan kolak tersebut menjadi hilang. Hal ini sangat disayangkan karena kemurnian dan kesakralan tradisi Megengan menjadi luntur. Kemudian, masyarakat Ndalem Mangkubumen seolah tidak menyadari tentang pergeseran ini sehingga bersikap wajar dan cederung kurang memperdulikan serta tidak mengupayakan agar tradisi Megengan kembali murni dan sakral. Terlebih lagi adanya komodifikasi di dalam tradisi Megengan, dimana kue apem, ketan dan kolak

(6)

173 diperjualbelikan. Keadaan tersebt sangat memprihatinkan, mengingat masyarakat yang tinggal di Ndaem Mangkubumen sebagian adalah keturunan darah biru yang semestinya dapat menjaga kemurnian dan kesakralan tradisi Megengan.

Tradisi Megengan juga memiliki nilai sakral di dalamnya yang sangat disayangkan apabila tidak diketahui oleh masyarakat yang melaksanakannnya. Seharusnya dilakukan sosialisasi mengenai tradisi Megengan yang mencakup makna, tata cara pelaksanaan, waktu pelaksanaan, niai-nilai yang terkandung di dalam tradisi dan rangkaian atau uborampe beserta makna-makna yang terdapat di dalamnya. Apabila terdapat sosialisasi maka masyarakat akan memperoleh pengetahuan dan pemahaman mengenai tradisi secara jelas. Jadi, saat melaksanakan tradisi Megengan setiap tahun, masyarakat sudah mengerti apa arti filosofi tradisi dan bagaimana tata cara pelaksanaannya yang benar. Masyarakat Ndalem mangkubumen juga diharapkan dapat menghilangkan cara melaksanakan tradisi Megengan dengan membeli kue apem, ketan dan kolak sehingga tradisi Megengan akan tetap menarik, alami murni serta sakral. Dampak jangka panjang yang dapat diperoleh oleh masyarakat apabila mengetahui dan memahami arti filosofi serta tata cara pelaksanaan tradisi Megengan yang benar adalah kelangsungan pelaksanaan tradsi tersebut oleh generasi penerus sehingga tradisi Megengan akan terus lestari meskipun jaman telah banyak berubah.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tingkat keeratan variabel penguasaan makna kata dengan variabel kemampuan menulis teks eksposisi adalah sedang ; (3) Terdapat

Burnout berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap intensitas turnover Untuk hasil dari uji statistik karyawan anorganik pada variabel Y (intensitas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem informasi SIMPERTAN V.2 memberikan pengaruh yang positif yang artinya pemanfaatan SIMPERTAN V.2 sebagai sarana publikasi

Berdasarkan tabel 3 didapatkan bahwa responden yang mengalami dampak perpisahan dengan tingkat kecemasan hospitalisasi kategori ringan sebanyak 11 (57,9%), dan

Berdasarkan hasil pengolahan data maka terdapat 6 kebutuhan pelanggan terhadap kursi santai, yaitu: (1) k ursi memiliki ukuran yang pas, (2) Kursi memiliki bentuk

Dari kedua ketentuan tersebut, dapat diartikan bahwa pengertian perundang-undangan mengenai Penunjukan Langsung adalah penunjukan secara langsung pada 1 (satu)

Maksud dari pengecatan ini adalah untuk mengetahui bentuk dan sifat bakteri terhadap pengecatan gram, yang berwarna merah termasuk kelompok bakteri gram negatif,

[r]