• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. luar). Perilaku manusia terjadi melalui proses stimulus, organisme, dan respon

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. luar). Perilaku manusia terjadi melalui proses stimulus, organisme, dan respon"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Perilaku

Skinner (1938) yang dikutip oleh Notoatmodjo (1993), merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku manusia terjadi melalui proses stimulus, organisme, dan respon sehingga teori Skinner ini disebut “S-O-R” (Stimulus-Organisme-Respons). Berdasarkan teori “S-O-R” tersebut, maka perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

a) Perilaku Tertutup (Covert Behaviour)

Perilaku tertutup terjadi bila respons stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respon seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan, dan sikap terhadap stimulus bersangkutan.

b) Perilaku Terbuka (Overt Behaviour)

Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau “observeable behaviour”.

Bentuk operasional dari perilaku dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu : 1. Perilaku dalam bentuk pengetahuan, yaitu dengan mengetahui situasi dan

(2)

2. Perilaku dalam bentuk sikap, yaitu tanggapan perasaan terhadap keadaan atau rangsangan dari luar diri si subjek sehingga alam itu sendiri akan mencetak perilaku manusia yang hidup di dalamnya, sesuai dengan sifat keadaan alam tersebut (lingkungan fisik) dan keadaan lingkungan sosial budaya yang bersifat non fisik tetapi mempunyai pengaruh kuat terhadap pembentukan perilaku manusia. Lingkungan ini merupakan keadaan masyarakat dan segala budi daya masyarakat itu lahir dan mengembangkan perilakunya.

3. Perilaku dalam bentuk tindakan, yang sudah konkrit berupa perbuatan terhadap situasi dan rangsangan dari luar.

2.1.1. Perilaku Dalam Bentuk Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman juga dapat diperoleh dari informasi yang disampaikan orang lain, di dapat dari buku, surat kabar, atau media massa, elektronik.

Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yaitu indra penglihatan, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour). Pada dasarnya pengetahuan terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang dapat memahami sesuatu gejala dan memecahkan masalah yang dihadapi.

Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman langsung ataupun melalui pengalaman orang lain. Pengetahuan dapat ditingkatkan melalui penyuluhan baik secara individu maupun kelompok untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan yang

(3)

bertujuan untuk tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga, dan masyarakat dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan optimal.

Menurut Notoatmodjo (1993), pengetahuan mempunyai enam tingkatan yaitu: 1. Tahu (Know)

Diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bagian yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, mendefenisikan, mengatakan.

2. Pemahaman (Comprehension)

Diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang telah memahami atau harus dapat menjelaskan objek (materi), menyebutkan contoh, menyampaikan, meramalkan terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan buku, rumus, metode, prinsip dalam konteks, atau situasi lain. Misalnya adalah dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian dan dapat

(4)

menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah kesehatan dari kasus-kasus yang diberikan.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian ke dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dan formulasi-formulasi yang ada. Misalnya : dapat menyusun, merencanakan, meringkas, menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan-kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.

(5)

Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas (Notoatmodjo, 2003).

2.1.2. Perilaku Dalam Bentuk Sikap

Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap tidak langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 1993).

Secara umum sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk merespon (secara positif atau negatif) terhadap orang, objek atau situasi tertentu. Sikap mengandung suatu penelitian emosional/afektif (senang, benci, sedih, dan sebagainya). Selain bersifat positif dan negatif, sikap memiliki tingkat kedalaman yang berbeda-beda (sangat benci, agak benci, dan sebagainya). Sikap itu tidaklah sama dengan perilaku dan perilaku tidaklah selalu mencerminkan sikap seseorang. Sebab sering kali terjadi bahwa seseorang dapat berubah dengan memperlihatkan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya. Sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek tersebut melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya.

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak langsung dapat dilihat, tetapi dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.

(6)

Allport (1954) dalam Soekidjo (1993), menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok yaitu :

a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek. b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Sikap ini terdiri dari 4 (empat) tingkatan yaitu : 1. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperlihatkan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang gizi. 2. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya. Mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti orang menerima ide tersebut.

3. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya : seorang ibu yang mengajak ibu yang lain untuk pergi menimbangkan anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi, adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.

(7)

4. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

Ciri-ciri sikap adalah :

1. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan objeknya. Sifat ini membedakannya dengan sifat motif-motif biogenetis seperti lapar, haus, atau kebutuhan akan istirahat.

2. Sikap dapat berubah-ubah karena sikap dapat dipelajari dan karena itu pula sikap dapat berubah-ubah pada orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.

3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek. Dengan kata lain, sikap itu dibentuk, dipelajari atau berubah senantiasa.

4. Objek sikap itu dapat merupakan satu hal tertentu tetapi juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.

5. Sikap mempunyai segi motivasi dari segi-segi perasaan. Sifat ilmiah yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang (Purwanto, 1999).

(8)

1. Sebagai alat untuk menyesuaikan diri. Sikap adalah sesuatu yang bersifat

communicable artinya sesuatu yang mudah menjalar sehingga mudah pula

menjadi milik bersama.

2. Sebagai alat pengatur tingkah laku. Kita tahu bahwa tingkah laku anak kecil atau binatang umumnya merupakan aksi-aksi yang spontan terhadap sekitarnya. Antara perangsang dan reaksi tidak ada pertimbangan tetapi pada orang dewasa dan yang sudah lanjut usianya, perangsang itu pada umumnya tidak diberi reaksi secara spontan akan tetapi terdapat adanya proses secara sadar untuk menilai perangsang-perangsang itu. Jadi antara perangsang dan reaksi terhadap sesuatu yang disisipkannya yaitu sesuatu yang berwujud pertimbangan-pertimbangan atau penilaian-penilaian terhadap perangsang itu sebenarnya bukan hal yang berdiri sendiri tetapi merupakan sesuatu yang erat hubungannya dengan cita-cita orang, tujuan hidup orang, peraturan-peraturan kesusilaan yang ada dalam bendera, keinginan-keinginan pada orang itu dan sebagainya.

3. Sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman. Dalam hal ini perlu dikemukakan bahwa manusia di dalam menerima pengalaman-pengalaman dari dunia luar sikapnya tidak pasif tetapi diterima secara aktif artinya semua pengalaman yang berasal dari luar itu tidak semuanya dilayani oleh manusia tetapi juga manusia memilih mana-mana yang perlu dan mana yang tidak perlu dilayani. Jadi semua pengalaman ini diberi penilaian lalu dipilih.

(9)

4. Sebagai pernyataan kepribadian. Sikap sering mencerminkan kepribadian seseorang. Ini sebabnya karena sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya. Oleh karena itu dengan melihat sikap-sikap pada objek-objek tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi orang tersebut. Jadi sikap sebagai pernyataan pribadi. Apabila kita akan mengubah sikap seseorang, kita harus mengetahui keadaan sesungguhnya dari sikap orang tersebut. Dengan mengetahui keadaan sikap itu, kita akan mengetahui pula mungkin tidaknya sikap tersebut dapat diubah dan bagaimana cara mengubah sikap-sikap tersebut (Purwanto, 1999).

2.1.3. Perilaku Dalam Bentuk Tindakan

Suatu sikap belum optimis terwujud dalam suatu tindakan untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung/suatu kondisi yang memungkinkan (Notoatmodjo, 1993).

Tindakan terdiri dari empat tingkatan, yaitu : 1. Persepsi (Perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.

2. Respon Terpimpin (Guided Response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat dua.

(10)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara optimis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga.

4. Adopsi (Adoption)

Adopsi adalah praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

2.2. Determinan Perilaku

Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni :

1. Faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.

2. Faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang (Soekidjo, 2003). Tim ahli WHO (1984) menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku ada empat alasan pokok yaitu :

1. Pemikiran dan perasaan.

Bentuk pemikiran dan perasaan ini adalah pengetahuan, kepercayaan, sikap, dan lain-lain.

(11)

2. Orang penting sebagai referensi.

Apabila seseorang itu penting bagi kita maka apapun yang ia katakan dan lakukan cenderung untuk kita contoh. Orang inilah yang dianggap kelompok referensi seperti guru, kepala suku, dan lain-lain.

3. Sumber-sumber daya.

Yang termasuk adalah fasilitas-fasilitas misalnya : waktu, uang, tenaga kerja, keterampilan, pelayanan. Pengaruh sumber daya terhadap perilaku dapat bersifat positif maupun negatif.

4. kebudayaan

Perilaku norma, kebiasaan, nilai-nilai dan pengadaan sumber daya di dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup yang disebut kebudayaan. Perilaku yang normal adalah salah satu aspek dari kebudayaan dan selanjutnya kebudayaan mempunyai pengaruh yang dalam terhadap perilaku.

Hal-hal yang mempengaruhi perilaku seseorang sebagian terletak dalam diri individu sendiri yang disebut sebagai faktor internal dan sebagian terletak di luar dirinya atau disebut dengan faktor eksternal yaitu faktor lingkungan.

Menurut WHO yang dikutip oleh Notoatmodjo (1993), perubahan perilaku dikelompokkan menjadi tiga yaitu :

1. perubahan alamiah (natural change) ialah perubahan yang dikarenakan perubahan pada lingkungan fisik, sosial, budaya ataupun ekonomi dimana dia hidup dan beraktivitas.

(12)

2. Perubahan terencana (planned change), perubahan ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subjek.

3. Perubahan dari hal kesediaannya untuk berubah (readiness to change) ialah perubahan yang terjadi apabila terdapat suatu inovasi atau program-program baru, maka yang akan terjadi adalah sebagian orang cepat mengalami perubahan perilaku dan sebagian lagi lamban. Hal ini disebabkan setiap orang mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda.

2.3. Perilaku Kesehatan

Berdasarkan batasan perilaku dari Skinner tersebut, maka perilaku kesehatan adalah suatu proses seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu :

2.3.1. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh sebab itu, perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 (tiga) aspek yaitu :

a. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.

b. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat. Perlu dijelaskan disini, bahwa kesehatan itu sangat dinamis dan relatif, maka dari itu

(13)

orang yang sehat pun perlu diupayakan supaya mencapai tingkat kesehatan yang seoptimal mungkin.

c. Perilaku gizi (makanan) dan minuman. Makanan dan minuman dapat memelihara serta meningkatkan kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya makanan dan minuman dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan seseorang, bahkan dapat mendatangkan penyakit. Hal ini tergantung pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut.

2.3.2 Perilaku pencarian dan Penggunaan sistem atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan, atau sering disebut Perilaku Pencarian Pengobatan (Health Seeking Behavior)

Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita sakit atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencapai pengobatan ke luar negeri

2.3.3 Perilaku kesehatan Lingkungan

Bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Dengan perkataan lain, bagaimana seseorang mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri, keluarga atau masyarakatnya. Misalnya bagaimana mengelola pembuangan tinja, air minum, tempat pembuangan sampah, pembuangan limbah dan sebagainya (Soekidjo, 2007).

(14)

2.3.4 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah

PHBS di sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat.

Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS di sekolah yaitu :

1. Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun 2. Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah

3. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat 4. Olahraga yang teratur

5. Memberantas jentik nyamuk 6. Tidak merokok di sekolah

7. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6 bulan 8. Membuang sampah pada tempatnya (PKK, 2007).

2.4 Pengertian Sampah

Sampah dalam ilmu kesehatan lingkungan sebenarnya hanya sebagian dari benda-benda atau hal-hal yang dipandang tidak dipergunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau harus dibuang sedemikian rupa sehingga tidak sampai mengganggu kelangsungan hidup (Azwar, 1990).

Beberapa pengertian sampah yang dikemukakan oleh para ahli meliputi : 1. Pengertian sampah menurut American Public Health Association.

(15)

Sampah diartikan sebagai sesuatu yang tidak digunakan, tidak terpakai, tidak disenangi atau yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.

2. Pengertian sampah menurut Sidik Sasito.

Sampah adalah segala zat padat atau semi padat yang terbuang atau sesuatu yang tidak berguna lagi baik yang dapat membusuk kecuali zat-zat padat atau zat buangan atau kotoran yang keluar dari tubuh manusia (Sasito, 1990). 3. Pengertian sampah menurut Sudarsono.

Sampah adalah bahan buangan sebagai akibat aktifitas manusia dan binatang yang merupakan bahan yang tidak berguna lagi sehingga dibuang sebagai bahan tidak berguna (Sudarsono, 1990).

4. Pengertian sampah menurut Sudrajat.

Sampah kota secara sederhana diartikan sebagai sampah organik maupun anorganik yang dibuang oleh masyarakat dari berbagai lokasi di kota tersebut (Sudradjat, 2006).

5. Pengertian sampah menurut Azwar.

Sampah adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi yang bukan biologis (karena human wastes tidak termasuk ke dalamnya) dan umumnya bersifat padat (karena air bekas tidak termasuk ke dalamnya) (Azwar, 1990).

(16)

Masih banyak lagi ahli lain yang memberikan batasan-batasan yang pada umumnya mengandung prinsip yang sama, seperti yang dapat kita lihat dari beberapa pengertian di atas yaitu : adanya suatu bahan/benda, bersifat padat, benda tersebut tidak berguna lagi dan terjadinya hubungan dengan kegiatan manusia, baik langsung maupun tidak langsung serta perlu dibuang dengan cara-cara yang sanitasi dan dapat diterima umum.

2.5. Sumber dan Jenis Sampah 2.5.1. Sumber-sumber Sampah

Pembagian sumber sampah menurut sudarsono adalah : 1. Sampah dari rumah tangga.

Adalah sampah yang berasal dari dapur dan kegiatan dalam rumah tangga dan sampah yang dihasilkan umumnya sampah basah.

2. Sampah dari perdagangan/pasar.

Adalah sampah yang dihasilkan dari pabrik-pabrik dan sampah yang dihasilkan tergantung dari jenis industrinya.

3. Sampah industri.

Adalah sampah yang dihasilkan dari pabrik-pabrik dan sampah yang dihasilkan tergantung dari jenis industrinya.

4. Sampah dari daerah pembuangan.

Adalah sampah dari proses pembangunan, dan sampah yang dihasilkan bervariasi, seperti : debu, kayu, pecahan kaca, dan lain-lain.

(17)

5. Sampah pertanian.

Adalah sampah yang berasal dari pengolahan pertanian dan peternakan serta kegiatan lain di daerah pertanian. Sampah yang dihasilkan umumnya padat. 2.5.2. Jenis Sampah

Berdasarkan sifat-sifat biologis dan kimianya, sampah dibagi menjadi 4 (empat) yaitu :

1. Sampah yang dapat membusuk, seperti sisa makanan, daun, sampah kebun, pertanian, dan lainnya.

2. Sampah yang tidak mudah membusuk seperti kertas, plastik, karet, gelas, logam, dan lainnya.

3. Sampah yang berupa debu/abu.

4. Sampah yang berbahaya terhadap kesehatan, seperti sampah-sampah berasalkan industri yang mengandung zat-zat kimia maupun sifat fisis berbahaya (Slamet, 2000).

Jenis sampah dapat dibedakan atas :

1. Garbage, ialah sisa pengelolaan ataupun sisa makanan yang mudah membusuk. Misalnya kotoran dari dapur rumah tangga, restoran, hotel, dan lain sebagainya.

2. Rubbish, ialah bahan atau sisa pengelolaan yang tidak mudah membusuk, yang dibedakan atas : yang mudah terbakar (kayu,kertas) dan yang tidak mudah terbakar (kaleng, kaca).

(18)

3. Ashes, ialah segala jenis abu, misalnya yang terjadi sebagai hasil pembakaran kayu, batu bara di rumah-rumah ataupun di industri.

4. Dead animal, ialah segala jenis bangkai terutama yang besar seperti kuda, sapi, kucing, tikus.

5. Street sweeping, ialah segala jenis sampah atau kotoran yang berserakan di jalan, karena dibuang oleh pengendara mobil ataupun oleh masyarakat yang tidak bertanggung jawab.

6. Industrial waste, ialah benda-benda padat sisa yang merupakan sampah hasil industri. Misalnya industri kaleng dengan potongan-potongan sisa kaleng yang tidak dapat dipergunakan (Azwar, 1990).

2.6. Komposisi Sampah

Karena sampah berasal dari beberapa sumber, maka komposisinya bervariasi dari yang padat (besi) sampai yang berbentuk busa atau gabus. Volume bahan-bahan yang ada pada sampah juga bervariasi dari yang besar yaitu bangkai-bangkai kendaraan, sampai yang kecil yaitu abu (Azwar, 1990).

Adapun komposisi sampah suatu daerah yang ingin kita ketahui tergantung dari rencana pengolahan sampah yang akan dipakai, atau malah sebaliknya yaitu komposisi sampah ini perlu diketahui untuk perencanaan pengelolaan sampah selanjutnya.

Masing-masing ahli mempunyai kebiasaan atau keinginan sendiri dalam hal mencari komposisi sampah suatu daerah. Sebagai contoh misalnya ingin diketahui komposisi bahan-bahan atau materi sampah dalam gr/%, yang meliputi :

(19)

1. Bahan dari besi atau logam (kaleng-kaleng, besi, paku).

2. Bahan dari kertas (kertas, koran, majalah, karton, dan lain-lain).

3. Bahan dari palstik (plastik pembungkus, bekas alat-alat rumah tangga). 4. Bahan dari karet (ban, sandal, dan lain-lain).

5. Bahan dari kain (sobekan-sobekan kain, gorden, dan lain-lain).

6. Bahan dari beling (pecahan gelas, lampu-lampu, botol-botol, dan lain-lain). 7. Bahan dari kayu (kayu, ranting, kursi, meja, dan lain-lain).

8. Bahan dari batu, tanah, abu, dan lain-lain.

9. “Garbage” (sisa-sisa makanan, sayuran, buah-buahan, dan lain-lain).

Komposisi dari bahan-bahan ini dalam sampah penting diketahui dalam hal perencanaan selanjutnya dari cara pengangkutan, pengumpulan, atau pembuangan sampah di suatu daerah (Azwar, 1990).

2.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Sampah

Jumlah produksi sampah di suatu daerah tidaklah sama, tergantung oleh beberapa faktor :

1. Jumlah penduduk, kepadatan penduduk serta aktivitas penduduk pada daerah tersebut. Semakin besar jumlah penduduk suatu daerah, maka makin banyak jumlah sampah yang dihasilkan atau dengan kata lain setiap pertambahan penduduk akan diikuti pertambahan jumlah sampah.

2. Sejauh mana proses daur ulang yang dilaksanakan. Biasanya sampah yang didaur ulang atau yang diambil adalah sampah yang mempunyai nilai ekonomi, misalnya : kertas, plastik, kaleng, dan lain-lain.

(20)

3. Geografi

Faktor geografi juga mempengaruhi produksi sampah misalnya : daerah pegunungan akan berbeda jumlah sampahnya dengan daerah pantai atau dataran rendah atau daerah pertanian.

4. Waktu

Jumlah produksi sampah sangat dipengaruhi oleh faktor waktu (harian atau mingguan).

5. Sosial ekonomi

Faktor sosial ekonomi sangat mempengaruhi jumlah produksi sampah, adat istiadat, taraf hidup, dan lain-lain.

6. Musim/iklim

Misalnya karena musim hujan. 7. Teknologi

Dengan kemajuan teknologi, maka jumlah produksi sampah juga meningkat, misalnya meningkatnya jenis sampah plastik, dan perkembangan kemasan dan obat juga mempengaruhi jumlah sampah (Wasito, 1990).

2.8. Pengelolaan Sampah

Dalam ilmu kesehatan lingkungan, pembicaraan tentang pengelolaan sampah meliputi 3 (tiga) hal, yaitu :

1. Penyimpanan sampah (refuse storage). 2. Pengumpulan sampah (refuse collection).

(21)

3. Pembuangan sampah (refuse disposal), kedalamnya termasuk pengangkutan sampah dan sekaligus pula pemusnahan sampah.

2.8.1. Penyimpanan Sampah

Penyimpanan sampah maksudnya adalah tempat sampah sementara, sebelum sampah tersebut dikumpulkan, untuk kemudian diangkut serta dibuang (dimusnahkan). Jelaslah untuk itu perlu disediakan tempat sampah, yang lazimnya ditemui di rumah tangga, kantor, restoran, hotel, dan sebagainya.

Adapun syarat-syarat tempat sampah yang dianjurkan adalah :

a. Konstruksinya kuat, jadi tidak mudah bocor, penting untuk mencegah berseraknya sampah.

b. Tempat sampah mempunyai tutup, tetapi tutup ini dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dibuka, dikosongkan isinya, serta dibersihkan. Amat dianjurkan agar tutup sampah ini dapat dibuka atau ditutup tanpa mengotori tangan.

c. Ukuran tempat sampah sedemikian rupa sehingga mudah diangkat oleh satu orang (Azwar, 1990).

2.8.2. Pengumpulan Sampah

Sampah yang disimpan sementara di rumah, kantor atau restoran, tentu saja selanjutnya dapat dikumpulkan, untuk kemudian diangkut dan dibuang kemudian dimusnahkan. Karena jumlah sampah yang dikumpulkan cukup besar, maka perlu dibangun rumah sampah.

(22)

a. Dibangun di atas permukaan setinggi kendaraan pengangkut sampah.

b. Mempunyai dua buah pintu, satu untuk tempat masuk sampah dan yang lain mengeluarkannya.

c. Perlu lubang ventilasi, bertutup kawat kasa untuk mencegah masuknya lalat. d. Di dalam rumah sampah, harus ada keran air untuk membersihkan lantai. e. Tidak menjadi tempat tinggal lalat dan tikus.

f. Tempat tersebut mudah dicapai, baik oleh masyarakat yang akan mempergunakannya ataupun oleh kendaraan pengangkut sampah.

Dalam pengumpulan sampah, sebaiknya dilakukan pemisahan, untuk ini dikenal dua macam, yakni :

a. Sistem duet, artinya disediakan dua tempat sampah, yang satu untuk sampah basah dan lainnya untuk sampah kering.

b. Sistem trio, yakni disediakan tiga bak sampah, yang pertama untuk sampah basah, kedua untuk sampah kering yang mudah dibakar serta yang ketiga untuk sampah kering yang tidak mudah dibakar (kaca, kaleng, dan sebagainya) (Azwar, 1990).

2.8.3. Pembuangan Sampah

Sampah yang dikumpulkan perlu dibuang untuk dimusnahkan. Ditinjau dari perjalanan sampah, maka pembuangan atau pemusnahan ini adalah tahap akhir yang harus dilakukan terhadap sampah.

Lazimnya, syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam membangun tempat pembuangan sampah ialah :

(23)

a. Tempat tersebut dibangun tidak dekat dengan sumber air minum atau sumber air lainnya yang dipergunakan oleh manusia (mencuci, mandi, dan sebagainya).

b. Tidak pada tempat yang sering terkena banjir.

c. Di tempat-tempat yang jauh dari tempat tinggal manusia.

Adapun jarak yang sering dipakai sebagai pedoman ialah sekitar 2 km dari perumahan penduduk, sekitar 15 km dari laut, dan 200 m dari sumber air (Azwar, 1990).

2.9. Sistem Pembuangan Sampah di Rumah Tangga Beberapa sistem pembuangan sampah antara lain : 1. Composting (Pengomposan)

Yaitu pengolahan sampah menjadi pupuk, yakni dengan terbentuknya zat-zat organik yang bermanfaat untuk menyuburkan tanah.

2. Dumping (Penimbunan)

Pembuangan dengan diletakkan begitu saja di tanah. Cara ini banyak segi negatifnya terutama jika sampah tersebut mudah membusuk.

3. Dumping in water (Penimbunan di air)

Prinsipnya sama dengan dumping, tetapi disini dibuang ke dalam air sungai atau laut, tentu saja jika sampah tersebut tidak diolah sebelumnya akan banyak menimbulkan kerugian, misalnya mengotori permukaan air, memudahkan berjangkitnya penyakit dan sebagainya.

(24)

4. Individual Inceneration (Pembakaran secara Perorangan)

Ialah pembakaran sampah yang dilakukan secara perorangan di rumah tangga. Pembakaran haruslah dilakukan dengan baik, jika tidak asapnya akan mengotori udara serta dapat menimbulkan bahaya kebakaran.

5. Recycling (Pemakaian Kembali)

Ialah pengolahan sampah dengan maksud pemakaian kembali hal-hal yang masih bisa dipakai, misalnya kaleng, kaca, dan sebagainya. Cara ini berbahaya untuk kesehatan, terutama jika tidak mengindahkan dari segi kebersihan (Azwar, 1990).

2.10. Hubungan Sampah dengan Manusia dan Lingkungan

Sampah berhubungan erat dengan manusia dan lingkungan karena dapat menimbulkan dampak positif dan dampak negatif terhadap manusia dan lingkungan, baik atau buruknya dampak tersebut tergantung kepada kita bagaimana mengelolanya. Pengelolaan sampah yang baik akan memberikan dampak menguntungkan dan pengelolaan sampah yang kurang baik akan memberikan dampak yang kurang menguntungkan.

Beberapa dampak tersebut, yaitu : a. Dampak terhadap manusia

1. Dampak menguntungkan :

− Dapat digunakan sebagai makanan ternak. − Dapat berperan sebagai sumber energi.

(25)

− Benda yang dibuang dapat diambil kembali untuk dimanfaatkan lagi untuk kegunaan lain.

2. Dampak merugikan :

− Dapat berperan sebagai sumber penyakit. − Dapat menimbulkan bahaya kebakaran.

− Dapat berperan sebagai media perkembangbiakan sumber penyakit. b. Dampak terhadap lingkungan

1. Dampak menguntungkan :

− Dapat dipakai sebagai penyubur tanaman. − Dapat sebagai penimbun tanah.

− Dapat memperbanyak sumber daya alam melalui proses daur ulang. 2. Dampak merugikan :

− Dapat menimbulkan bau yang tidak enak.

− Dapat menimbulkan pencemaran udara, tanah, dan air. − Dapat menimbulkan banjir.

− Dapat menimbulkan kebakaran.

− Dapat mengganggu hubungan sosial (Kusnoputranto, 2000). 2.11. Pengaruh Sampah Terhadap Kesehatan

Menurut Juli Soemirat, pengaruh sampah terhadap kesehatan dikelompokkan menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu :

(26)

1. Efek langsung

Efek langsung adalah efek yang disebabkan karena kontak yang langsung dengan sampah tersebut, misalnya sampah beracun, sampah yang korosif terhadap tubuh dan yang karsinogenik. Selain itu, ada pula sampah yang mengandung kuman patogen sehingga dapat menimbulkan gangguan kesehatan, misalnya diare. Sampah ini berasal dari sampah rumah tangga selain sampah industri.

2. Efek tidak langsung

Pengaruh tidak langsung dapat dirasakan masyarakat akibat proses pembusukan, pembakaran, dan pembuangan sampah. Dekomposisi sampah biasanya terjadi secara aerobik, dilanjutkan secara fakultatif dan secara anaerobik menghasilkan cairan yang disebut “leachate” beserta gas. Sampah bila ditimbun secara sembarangan dapat menjadi sarang lalat dan tikus.

(27)

2.12. Kerangka Konsep

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

Dari skema di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku pelajar SMA mengenai pengelolaan sampah dipengaruhi oleh karakteristik pelajar (umur, jenis kelamin, penghasilan orang tua, jumlah uang saku, dan agama) dan sumber informasi (orang tua, guru, petugas kesehatan, media elektronik, dan media cetak).

Karakteristik Pelajar  Umur

 Jenis kelamin

 Penghasilan orang tua  Jumlah uang saku

 Agama Tindakan pelajar SMA mengenai pengelolaan sampah Sikap pelajar SMA mengenai pengelolaan sampah Pengetahuan pelajar SMA mengenai pengelolaan sampah Sumber Informasi  Orang tua  Guru  Petugas kesehatan  Media massa

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Kehadiran Galeri foto dengan sifat fleksibilitas ruang dengan pendekatan tata cahaya alami ini menjadi salah satu wadah kegiatan apresiasi dan edukasi Seni Fotografi di Yogyakarta

Dengan sasaran seramai 3000 orang penerima sumbangan untuk BKR tahun 2018, Yayasan Ikhlas bersedia untuk menggerakkan para sukarelawan di lokasi-lokasi terpilih ini dalam

Dari hasil pengujian data dan analisis yang dilakukan, dapat diperoleh simpulan yaitu (1) pengungkapan CSR berpengaruh positif (nilai β sebesar +0,019) pada

Discovery learning adalah model pembelajaran untuk mengembangkan cara belajar siswa agar mampu menemukan konsep, menyelidiki sendiri, berpikir analisis, dan mencoba

Seminar yang dilakukan di kantor Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (P3GL) 6irebon, dilakukan dalam a6ara peringatan hari %usantara yang ke & pada tanggal

Artinya: Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, Saudara-saudara bapakmu yang perempuan; Saudara-saudara

Kerangka penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi perilaku perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial dimana perilaku perawat terdiri pengetahuan, sikap, keterampilan, dan