• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan suatu kegiatan atau aktifitas organisme yang bersangkutan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan suatu kegiatan atau aktifitas organisme yang bersangkutan."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perilaku Tentang Transseksual 1. Perilaku Transseksual

Perilaku dari pandangan biologis menurut Danim (2004 : 118), merupakan suatu kegiatan atau aktifitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku pada hakekatnya adalah suatu aktifitas dari pada manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, perilaku manusia mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup: berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian dan lain-lain. Bahkan kegiatan internal (internal activity) seperti berfikir, persepsi, dan emosi juga merupakan perilaku manusia.

Skinner seorang ahli perilaku sebagaimana dikutip oleh Danim (2004 : 118), mengemukakan bahwa perilaku adalah merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan (respon).

Perilaku menunjukan manusia dalam aksinya, berkaitan dengan semua aktifitas manusia secara fisik; berupa interaksi manusia dengan sesamanya ataupun dengan lingkungan fisiknya. (Laurens, 2005 : 1).

Ridha (2006 : 151) menyatakan ada 3 faktor yang mempengaruhi terhadap perilaku individu:

a. Perkembangan usia yang diiringi perubahan fisik. b. Pola dan metode pendidikan orang tua dan guru. c. Lembaga-lembaga yang ada di masyarakat.

(2)

Kartono (2009 : 247-257) mengemukakan bahwa pengertian transseksual adalah abnormalitas seksual disebabkan adanya partner seks yang abnormal. Yang dimasukan dalam kelompok abnormalitas seksual jenis ini adalah:

a. Homoseksualitas, yaitu relasi seks dengan jenis kelamin yang sama; atau rasa tertarik dan mencintai jenis seks yang sama.

b. Lesbianisme, yaitu homoseksualitas dikalangan wanita.

c. Bestiality, adalah relasi seksual dan kepuasan seksual dengan jalan melakukan persetubuhan dengan binatang.

d. Nekrofilia, adalah fenomena hubungan seksual dengan mayat.

e. Pornografi, adalah lektur atau bacaan yang immoral; berisikan gambar-gambar dan tulisan yang asusila, yang khusus dibuat untuk merangsang nafsu seks.

f. Fetihisme, adalah kondisi patologis dimana kegairahan seksual dan pemuasannya dilakukan dengan memegang atau meraba-raba obyek-obyek atau bagian-bagian tubuh yang non seksual dari seorang partner lawan jenis kelamin.

g. Zoofilia, ialah bentuk cinta yang sangat mesra dan abnormal terhadap binatang atau rasa tertarik yang sangat luar biasa terhadap binatang. h. Pedofilia, adalah gejala rasa tertarik dan mendapatkan kepuasan

seksual pada orang dewasa dengan melakukan persetubuhan dengan anak-anak kecil.

(3)

i. Frottage, ialah perbuatan kelamin yang tidak wajar dimana orgasme diperoleh dengan cara menggosok-gosokan dan meremas-remas pakaian dari seorang anggota lawan jenis kelamin.

j. Geronto seksualitas adalah gejala orang muda yang lebih senang melakukan hubungan seks dengan wanita tua atau berumur lanjut. k. Incest, yaitu relasi-relasi seksual diantara orang-orang berbeda jenis

kelamin yang berkaitan darah dekat sekali.

l. Saliromania, adalah perilaku pria yang mendapatkan kepuasan seks dengan jalan mengotori atau menodai badan dan pakaian wanita atau pengganti dan representasi dari kaum wanita.

m. Wifeswapping, adalah praktek tukar istri.

n. Misofilia, koprofilia, urofilia, adalah kelainan dimana seseorang suka melakukan coitus dibarengi dengan kesenangan pada kotoran-kotoran (hal-hal yang najis).

Transseksual menurut Nadia (2005 : 40) dibagi menjadi beberapa sub type, yaitu:

a. Transseksual yang aseksual, yaitu seorang transseksual yang tidak berhasrat atau tidak mempunyai gairah seksual yang kuat, sedangkan faktor lingkungan jadi penentu.

b. Transseksual homoseksual, yaitu seorang transseksual yang mempunyai kecenderungan tertarik pada jenis kelamin yang sama sebelum ia sampai ke tahap transseksual murni.

(4)

c. Transseksual yang heteroseksual, yaitu seorang transseksual yang pernah menjalani kehidupan heteroseksual sebelumnya, misal pernah menikah.

Seksualitas menurut Kartono (2009 : 228) sangat erat terjalin dengan semua aspek kepribadian, maka penyimpangan seksualitas ini pada umumnya berasosiasi dengan:

a. Maladjustment (ketidakmampuan menyesuaikan diri) yang parah, dengan

b. Kesulitan-kesulitan neurotis, dan dengan

c. Ketakutan-kecemasan terhadap relasi heteroseksual (relasi seksual dengan lawan jenis).

Perilaku seksual menurut Azhari (2008 : 146) adalah cara seseorang mengekspresikan hubungan seksualnya. Perilaku seksual sangat dipengaruhi oleh konstruksi sosial, tidak bersifat kodrati, dan tentu saja dapat dipelajari. Terdapat banyak varian, diantaranya oral seks dan anal seks (disebut juga sodomi atau liwath dalam bahasa arab).

Masih menurut Kartono (2009 : 227), ketidakwajaran seksual (sexual perversion) itu mencakup perilaku-perilaku seksual atau fantasi seksual yang diarahkan pada pencapaian orgasme lewat relasi di luar hubungan kelamin heteroseksual, dengan jenis kelamin yang sama, atau dengan partner yang belum dewasa, dan bertentangan dengan norma-norma tingkah laku seksual dalam masyarakat yang bisa diterima secara umum.

(5)

Sadli sebagaimana dikutip oleh Willis (2008 : 5), mengistilahkan kelainan tingkah laku itu dengan perilaku menyimpang. Menurutnya, perilaku menyimpang adalah tingkah laku yang menyimpang dari norma-norma sosial. Pendapat ini tentunya beranjak dari persepsi sosial karena cap terhadap suatu tingkah laku menyimpang atau tidak, ditentukan oleh norma-norma yang dianut masyarakat tempat individu hidup dan berkembang. Selanjutnya Cohen yang dikutip oleh Sadli memberikan definisi tentang perilaku menyimpang adalah tingkah laku yang melanggar atau bertentangan, atau menyimpang dari aturan-aturan normatif atau dari harapan-harapan lingkungan sosial yang bersangkutan. (Willis, 2008 : 5).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku transseksual adalah semua tindakan seksual menyimpang yang tidak lazim atau tabiat persenggamaan yang tidak lurus yang dilakukan oleh seseorang yang disebabkan mengalami problem psikologis berupa gangguan emosi antara lain menderita kecemasan atau anxietas dan depresi.

2. Faktor-faktor penyebab perilaku transseksual

Sebab-sebab penyimpangan seksual dengan menganut teori komprehensi menurut Kartono (2009 : 223) dapat diringkaskan:

a. Sebab genetis atau faktor-faktor konstitusional yang herediter atau predisposisional.

b. Pengalaman anak-anak pada usia kanak-kanak yang sangat muda (tahun-tahun awal perkembangannya).

(6)

c. Proses belajar secara umum selama masa kanak-kanak.

d. Kejadian-kejadian yang berasosiasi dengan awal tingkah laku seksual pada usia pubertas dan adolesensi.

Menurut Willis (2008 : 28), pada umumnya sebab-sebab terjadinya perilaku menyimpang diantaranya:

a. Rendahnya taraf kehidupan ekonomi rakyat.

b. Banyaknya pengaruh barang-barang mewah sehingga mendorong orang untuk memilikinya.

c. Kehidupan rumah tangga yang tidak harmonis baik dibidang pergaulan, ekonomi, atau hubungan seks yang tidak memuaskan. d. Meningkatnya film-film dan VCD porno, gambar-gambar cabul di

masyarakat dimana penggemarnya sebagian besar adalah remaja. Pangkahila (pakar andrologi dan seksologi) sebagaimana dikutip oleh Azhari (2008 : 42), menyatakan bahwa faktor-faktor yang dapat menyebabkan orang mengalami perilaku menyimpang seksual adalah: a. Faktor biologis (kelainan otak dan genetis).

b. Faktor psikodinamik, yaitu adanya gangguan psikoseksual pada masa anak-anak.

c. Faktor sosio kultural, yaitu adanya adat-istiadat yang memberlakukan hubungan homoseksual dengan alasan yang tidak benar.

d. Faktor lingkungan, dimana memungkinkan dan mendorong hubungan para pelaku homoseksual menjadi erat.

(7)

Berdasarkan kajian ilmiah, menurut Azhari (2008 : 41-42) beberapa faktor penyebab orang menjadi homoseksual dapat dilihat dari:

a. Susunan kromosom

Perbedaan homoseksual dan heteroseksual dapat dilihat dari susunan kromosom yang berbeda. Seorang wanita akan mendapatkan satu kromosom X dari ibu dan satu kromosom X dari ayah. Sedangkan pada pria mendapatkan satu kromosom X dari ibu dan satu kromosom Y dari ayah. Kromosom Y adalah penentu seks pria. Jika terdapat kromosom Y, sebanyak apapun kromosom X, individu itu tetap berkelamin pria.

b. Ketidakseimbangan hormon

Seorang pria memiliki hormon testosteron, tetapi juga mempunyai hormon yang dimiliki oleh wanita yaitu estrogen dan progesteron. Namun kadar hormon wanita ini sangat sedikit, tetapi bila seorang pria mempunyai kadar hormon estrogen dan progesteron yang cukup tinggi pada tubuhnya, maka hal inilah yang menyebabkan perkembangan seksual seorang pria mendekati karakteristik wanita. c. Struktur otak

Struktur otak pada straight females dan straight males serta gay female dan gay males terdapat perbedaan. Otak bagian kiri dan kanan dari straight males sangat jelas terpisah dengan membran yang cukup tebal dan tegas. Straigh females, otak antara bagian kiri dan kanan tidak begitu tebal dan tegas. Dan pada gay males, struktur otaknya

(8)

sama dengan straight females, serta pada gay females struktur otaknya sama dengan straight males, dan gay females ini disebut lesbian. d. Kelainan susunan syaraf

Berdasarkan hasil penelitian terakhir, diketahui bahwa kelainan susunan syaraf otak dapat mempengaruhi perilaku seks heteroseksual maupun homoseksual. Kelainan susunan syaraf otak ini disebabkan oleh radang atau patah tulang dasar tengkorak.

Dilihat dari jenisnya, penyebab homoseksual menurut Asmani (2009 : 117) dapat dibagi dalam beberapa kategori :

a. Biogenik, yaitu homoseksual yang disebabkan oleh kelainan di otak atau kelainan genetik. Kelainan jenis ini yang paling sulit disembuhkan, karena sudah melekat dengan eksistensi hidupnya. Mereka sejak lahir sudah membawa kecenderungan untuk menyukai orang lain yang sejenis, sehingga ini benar-benar di luar kontrol dan keinginan sadar mereka.

b. Psikogenetik, yaitu homoseksual yang disebabkan oleh kesalahan dalam pola asuh atau pengalaman dalam hidupnya yang mempengaruhi orientasi seksualnya di kemudian hari. Kesalahan pola asuh yang dimaksud adalah ketidaktegasan dalam mengorientasikan sejak dini kecenderungan perilaku berdasarkan jenis kelamin.

c. Sosiogenetik, yaitu orientasi seksual yang dipengaruhi oleh faktor sosial-budaya. Kaum Nabi Luth yang homo adalah

(9)

contoh dalam sejarah umat manusia tentang bagaimana faktor sosial-budaya homosexual oriented mempengaruhi orang yang ada dalam lingkungan tersebut untuk berperilaku yang sama. Menurut Anwar (2008 : 153) ada beberapa faktor yang mendasari perilaku gay, dan secara umum juga homoseksualitas, seperti:

a. Suami bosan bersetubuh secara konvensional, dan oleh karena itu merasa butuh mencari inovasi.

b. Suami merasa kurang nyaman menyetubuhi vagina istri yang entah bagaimana dianggap kurang rapat, suhunya dingin, atau selalu basah. Pikiran suami sudah sampai ke tingkat yang menganggap bahwa menyetubuhi anus lebih menyenangkan karena lebih rapat, lebih hangat, dan menggairahkan.

c. Suami takut memiliki anak. 3. Ciri-ciri Perilaku Transseksual

Adapun ciri-ciri untuk mengetahui adanya masalah identitas dari peran jenis menurut Nadia (2005 : 39-40) adalah:

a. Individu menampilkan identitas lawan jenisnya secara kontinu. b. Dorongan yang kuat untuk berpakaian seperti lawan jenisnya. c. Minat dan aktifitasnya berlawanan dengan jenis kelaminnya. d. Penampilan fisik hampir menyerupai lawan jenisnya.

e. Perilaku individu yang terganggu identitas dan peran jenisnya sering menyebabkan ditolak oleh lingkungannya.

(10)

Menurut Kartono (2009 : 248-250), ciri-ciri perilaku seksual pada homoseksual pria bisa berlangsung dengan cara:

a. Oral erotisme

Oral adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan mulut. Homoseksualitas pada pria bisa berlangsung dengan jalan memanipulasi alat kelamin partnernya dengan memasukan penis ke dalam mulut.

b. Anal erotisme

Anal adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan anus atau dubur. Jadi homoseksualitas pada pria berlangsung dengan jalan bergantian melakukan senggama melalui dubur.

c. Interfemoral coitus

Yaitu memanipulasikan zakar di sela-sela celah atau ruangan diantara kedua paha.

Masih menurut Kartono, manifestasi lesbianisme yang sangat khas adalah kedua partner wanita itu selalu berganti perannya, yaitu secara bergantian memainkan peranan sebagai laki-laki dan peranan wanita. Pemuasan seksual pada cinta lesbian biasanya berlangsung secara oral (dengan mulut) dan melalui alat kelamin bagian luar. Namun ada kalanya salah seorang memakai alat celana atau sabuk yang berpenis. Lalu kedua partner itu berganti-gantian memainkan peranan sebagai laki-laki.

Ciri-ciri kaum waria transseksualis menurut Nadia (2005 : 39) diantaranya:

(11)

a. Identifikasi transseksual harus sudah menetap minimal 2 tahun dan merupakan gejala dari gangguan jiwa lain seperti skizofrenia atau berkaitan dengan kelainan interseks, genetik atau kromosom.

b. Adanya hasrat untuk hidup dan diterima sebagai anggota dari lawan jenisnya biasanya disertai perasaan risih dan ketidakserasian anatomi tubuhnya.

c. Adanya keinginan untuk mendapatkan terapi hormonal dan pembedahan untuk membuat tubuhnya semirip mungkin dengan jenis kelamin yang diinginkan.

4. Dampak perilaku transseksual

Dampak dan pengaruh perilaku homoseks menurut Mujtabah (2010 : 151-152) diantaranya:

a. Pengaruh homoseks terhadap jiwa

Perbuatan homoseks dapat merusak jiwa dan kegoncangan yang terjadi dalam diri seorang homoseks adalah karena ia merasakan adanya kelainan-kelainan perasaan terhadap kenyataan dirinya. Ia merasa sebagai seorang wanita, sementara kenyataan organ tubuhnya adalah laki-laki, sehingga ia lebih simpati atau jatuh cinta kepada orang yang sejenis dengan dirinya untuk kepuasan libido.

b. Pengaruh homosek terhadap daya berfikir

1) Terjadinya suatu syndrome atau himpunan gejala-gejala penyakit mental yang disebut neurasthenia (penyakit lemah syahwat).

(12)

2) Depresi mental yang mengakibatkan ia lebih suka menyendiri dan mudah tersinggung sehingga tidak dapat merasakan kebahagiaan. Menurut Surtiretna (2007 : 119-120), dampak perilaku transseksual dari hubungan seksual lewat anus akan mengakibatkan:

a. Anus tidak dapat menghasilkan cairan pelicin seperti vagina saat terangsang seperti vagina sehingga ketika zakar memasuki anus, orang yang disodomi akan merasakan sakit. Kalau kelakuan ini terjadi berulang-ulang, maka otot-otot yang mengatur buang air besar akan hancur, dan kehilangan daya elastisitasnya. Akibatnya, orang itu tidak akan bisa mengendalikan keinginannya untuk buang air besar.

b. Jika kerusakan itu mencapai bagian atas (rectum), bisa terjadi pendarahan besar. Akibatnya pelaku sodomi akan terancam infeksi, yang akan menjalar ke usus besar dan organ-organ tubuh lainnya. Anus juga bisa luka dan rectum lecet yang diikuti dengan diare. Menurut penelitian, pelaku sodomi juga rentan terjangkit Hepatitis B atau penyakit kuning.

c. Bila salah seorang pelaku sodomi mengidap penyakit AIDS maka lawan mainnya pun akan tertular.

Menurut Dyayadi (2009 : 133-134), Penyakit mematikan yang memburu pelaku zina adalah penyakit menular seksual (PMS) atau infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual dengan menyerang alat kelamin tapi gejalanya dapat muncul dan menyerang mata, mulut, saluran pencernaan, hati, dan organ tubuh lainnya. Contohnya baik HIV / AIDS

(13)

dan hepatitis B dapat ditularkan melalui hubungan seks tapi keduanya tidak terlalu menyerang alat kelamin. Kebanyakan PMS membahayakan organ-organ reproduksi. Pada wanita, PMS menghancurkan dinding vagina atau leher rahim, biasanya tanpa tanda-tanda infeksi. Pada pria, yang terinfeksi lebih dulu adalah saluran air kencing. Ada banyak jenis PMS, yang paling umum dan paling penting untuk diperhatikan adalah : Gonore, Klamidia, Herpes kelamin, Sifilis, Hepatitis B, dan HIV / AIDS.

Referensi

Dokumen terkait

Pengolahan Limbah Cair Batik dengan Metode Saringan Pasir Melalui Media Pasir Silika, Zeolite, Kerikil dan Arang Ampas.. Tebu

Dewasa ini, Stolen Asset Recovery (StAR) merupakan kemitraan diantara World Bank dan UNODC yang mendukung upaya-upaya internasional untuk menghentikan tempat

sangat kental mewarnai cerita tersebut. Pengarang menguraikan hampir 75% mengambil lingkungan sosial dunia pendidikan sebagai background cerita dan sisanya 25%

31 Saya menggunakan suasana hati yang baik untuk membantu diri sendiri menghadapi rintangan 32 Saya mengetahui perasaan orang lain dengan. mendengarkan nada

HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil perhitungan teknik Product Moment dengan menggunakan program SPSS 15 for windows dapat di ketahui nilai korelasi (r) sebesar

Sebelum menjalankan pembaruan, sambungkan pengisi daya atau pastikan daya baterai perangkat Anda memadai, lalu sambungkan ke Wi-Fi karena paket pembaruan dapat menggunakan banyak

Dasar hukum pelaksanaan program penyediaan jasa akses telekomunikasi perdesaan KPU/USO Tahun 2009 umumnya juga mengacu kepada beberapa peraturan perundang-undangan yang

Metode BLIMP sendiri merupakan pengembangan yang dilakukan oleh Ferguson dan Magrave (1996) terhadap metode yang sudah lebih dahulu diperkenalkan oleh Waters yang