• Tidak ada hasil yang ditemukan

PSIKOLOGI INDUSTRI A. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pelatihan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PSIKOLOGI INDUSTRI A. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pelatihan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

A.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pelatihan

Menurut Dole Yoder (dalam As’ad, 1998:67-70) agar pelatihan dan pengembangan dapat berhasil dengan baik, maka harus diperhatikan delapan faktor sebagai berikut

1. Individual Differences

Tiap-tiap individu mempunyai ciri khas, yang berbeda satu sama lain, baik mengenai sifatnya, tingkah lakunya, bentuk badannya maupun dalam pekerjaannya. Oleh karena itu, dalam merencanakan dan melaksanakan suatu pelatihan harus diingat adanya perbedaan individu ini. Perbedaan dapat nampak pada waktu para karyawan mengerjakan suatu pekerjaan yang sama, dengan diperolehnya hasil yang berbeda

2. Relation to job analysis

Tugas utama dari analisa jabatan untuk memberikan pengertian akan tugas yang harus dilaksanakan didalam suatu pekerjaan, serta untuk mengetahui alat-alat apa yang harus dipergunakan dalam menjalankan tugas itu. Untuk memberikan pelatihan pada para karyawan terlebih dahulu harus diketahui keahlian yang dibutuhkannya. Dengan demikian program dari pelatihan dapat di arahkan atau ditujuakan untuk mencapai keahlian itu. Suatu pelatihan yang tidak disesuaikan dengan bakat, minat dan lapangan kerja karyawan, berakibat merugikan berbagai pihak, yaitu karyawan, perusahaan dan masyarakat.

3. Motivation

Motivasi dalam pelatihan ini sangat perlu sebab pada dasarnya motif yang mendorong karyawan untuk menjalankan pelatihan tidak berbeda dengan motif yang mendorongnya untuk melakukan tugas pekerjaannya.

4. Active Participation

Didalam pelaksanaan pendidikan pelatihan para trainess harus turut aktif mengambil bagian di dalam pembicaraan-pembicaraan mengenai pelajaran yang diberikan, sehingga akan menimbulkan kepuasan pada para trainess apabila saran-sarannya diperhatikan dan dipergunakan sebagai bahan-bahan pertimbangan untuk memecahkan kesulitan yang mungkin timbul.

5. Selection of trainee

Pelatihan sebaiknya diberikan kepada mereka yang berminat dan menunjukkan bakat untuk dapat mengikuti latihan itu dengan berhasil. Dengan demikian apabila latihan diberikan

▸ Baca selengkapnya: faktor yang tidak perlu diperhatikan dalam penyajian dan pengemasan makanan

(2)

kepada mereka yang tidak mempunyai minat, bakat dan pengalaman, kemungkinan berhasil sedikit sekali. Oleh karena itulah sangat perlu diadakan seleksi.

6. Selection of trainers

Berhasil atau tidaknya seseorang melakukan tugas sebagai pengajar, tergantung kepada ada tidaknya persamaan kualifikasi orang tersebut dengan kualifikasi yang tercantum dalam analisa jabatan mengajar. Itulah sebabnya seorang trainer yang baik harus mempunyai kecakapan-kecakapan sebagai berikut:

1) Pengetahuan vak yang mendalam dan mempunyai kecakapan vak 2) Mempunyai rasa tanggungjawab dan sadar akan kewajiban 3) Bijaksana dalam segala tindakan dan sabar

4) Dapat berfikir secara logis

5) Mempunyai kepribadian yang menarik 7. Trainer Pelatihan

Trainer sebelum diserahi tanggung jawab untuk memberikan pelajaran hendaknya telah mendapatkan pendidikan khusus untuk menjadi tenaga pelatih. Dengan demikian salah satu asas yang penting dalam pendidikan ialah agar para pelatih mendapatkan didikan sebagai pelatih

8. Training Methods

Metode yang dipergunakan dalam pelatihan harus sesuai dengan jenis pelatihan yang diberikan. Misalnya, pemberian kuliah tidak sesuai untuk para karyawan pelaksana. Untuk karyawan pelaksana hendaknya diberikan lebih banyak peragaan disamping pelajaran teoritis.

B. Syarat-Syarat Pemimpin

Macam-macam Kecerdasan, Meliputi IQ, EQ, AQ, SQ, CQ • IQ (intellegence quotient) • EQ (emotional qoutient) • AQ (adversity qoutient) • SQ (spiritual qoutient) • CQ (creativity qoutient) IQ (INTELLEGENCE QUOTIENT)

Kapasitas umum seseorang untuk mengerjakan atau melakukan sesuatu. Berhubungan dengan penalaran / berfikir. Intellegensi adalah keseluruhan kemampuan

(3)

individu untuk berfikir dan bertindak secara logis, terarah, serta mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif (Marten Pali, 1993). Ciri khas IQ (intellegence quotien), yaitu • Logis

• Rasional • Linier • Sistematis

EQ (EMOTIONAL QUOTIENT)

Kemampuan untuk mengenali perasaan sendiri, perasaan orang lain, memotivasi diri sendiri, mengelola emosi dengan baik, dan berhubungan dengan orang lain (Daniel Goldman). Kemampuan mengerti dan mengendalikan emosi (Peter Salovely & John Mayer). Emosi adalah letupan perasaan seseorang. Aspek EQ (salovely & goldman), yaitu

1. Kemampuan mengenal diri (kesadaran diri). 2. Kemampuan mengelola emosi (penguasaan diri). 3. Kemampuan memotivasi diri.

4. Kemampuan mengendalikan emosi orang lain.

5. Kemampuan berhubungan dengan orang lain (empati).

SQ (SPIRITUAL QUOTIENT)

Spiritual adalah inti dari pusat diri sendiri. Kecerdasan spiritual adalah sumber yang mengilhami, menyemangati dan mengikat diri seseorang kepada nilai nilai kebenaran tanpa batas waktu (Agus N. Germanto, 2001). Paul Edwar, SQ adalah bukti ilmiah ketika anda merasakan keamanan (SECURE), kedamaian (PEACE), penuh cinta (LOVED), dan bahagia (HAPPY).

CQ (CRETIVITY QUOTIENT) KECERDASAN KREATIVTAS

Potensi seseorang untuk memunculkan sesuatu yang penemuan-penemuan baru dalam bidang ilmu dan teknologi serta semua bidang dalam usaha lainnya. Kreatifitas adalah kemampuan untuk mencipta dan berkreasi, tidak ada satupun pernyataan yang dapat diterima secara umum mengenai mengapa suatu kreasi itu timbul. Ciri-ciri kreativitas menurut Guil Ford, yaitu

a. Kelancaran : kemampuan memproduksi banyak ide.

b. Keluwesan : kemampuan untuk mengajukan bermacam-macam pendekatan jalan pemecahan masalah.

(4)

c. Keaslian : kemampuan untuk melahirkan gagasan yang orisinal sebagai hasil pemikiran sendiri.

d. Penguraian : kemampuan menguraikan sesuatu secara terperinci.

e. Perumusan kembali : kemampuan untuk mengkaji kembali suatu persoalan melalui cara yang berbeda dengan yang sudah lazim.

AQ (ADVERSITY QUOTIENT) KECERDASAN DALAM MENGHADAPI MASALAH

Kemampuan / kecerdasan seseorang untuk dapat bertahan menghadapi kesulitan-kesulitan dan mampu mengatasi tantangan hidup. Menurut Stoltz, AQ merupakan faktor yang dapat menentukan bagaimana, jadi atau tidaknya, serta sejauh mana sikap, kemampuan dan kinerja seseorang terwujud di dunia. Macam-Macam AQ, yaitu

• AQ Tingkat “Quitters” (Orang-orang yang Berhenti) : tingkatan AQ paling rendah, menyerah ketika menghadapi kesulitan hidup.

• AQ Tingkat “Campers” (Orang yang Berkemah) : campers adalah AQ tingkat bawah. • AQ Tingkat “Climbers” (Orang yang Mendaki) : climbers adalah pendaki sejati.

Terdapat beberapa ciri-ciri kemimpinan yang akan diuraikan sebagai berikut. 1. Kesehatan yang memadai, kekuatan pribadi, dan ketahanan fisik.

2. Memahami tugas pokok (mission), komitmen pribadi terhadap kegiatan atau tujuan bersama, memiliki rasa percaya diri.

3. Memiliki perhatian kepada orang lain, ramah-tamah, memperhatikan masalah orang lain. 4. Intelejensi, seorang pemimpin tidak harus seorang ahli yang memiliki pengetahuan

tentang segala hal secara mendalam, tetapi yang penting dia harus memiliki commonsense yan baik, artinya : kemampuan yang siap dan cepat untuk memahami unsur-unsur yang ensensiil dari informasi yang di perlukan, serta kapasitas untuk mengunakan pengetahuan. 5. Integritas, yaitu memahami kewajiban moral dan kejujuran, kemauan untuk menjadikan pencapaian sesuatu sebagai hasil bersama, kemampuan untuk menentukan standar tingkah laku pribadi dan resmi yang akan menghasilkan sikap hormat dari orang lain.

6. Sikap persuasif, yaitu kemampuan mempengaruhi orang lain untuk menerima keputusan-keputusannya.

7. Kritis, yaitu kemempuan untuk mengetahui kekuatan orang yang bekerja dengannya dan bagaimana memperoleh kemanfaatannya secara maksimal bagi organisasi.

(5)

8. Kesetiaan, yaitu perhatian penuh kepada kegiatan bersama dan juga kepada orang-orang yang bekerja dengannnya, serta semangat mempertahankan kelompoknya terhadap serangan dari luar.

C. Pendekatan Psikologi

Tingkah laku dapat dijelaskan dengan cara yang berbeda-beda, dalam psikologi sedikitnya ada 5 cara pendekatan, yaitu

1. Pendekatan neurobiologis

Tingkah laku manusia pada dasarnya dikendalikan oleh aktivitas otak dan sistem syaraf. Pendekatan neurobiologis berupaya mengaitkan perilaku yang terlihat dengan impuls listrik dan kimia yang terjadi didalam tubuh serta menentukan proses neurobiologi yang mendasari perilaku dan proses mental.

2. Pendekatan perilaku

Menurut pendekatan perilaku, pada dasarnya tingkah laku adalah respon atas stimulus yang datang. Secara sederhana dapat digambarkan dalam model S - R atau suatu kaitan Stimulus - Respon. Ini berarti tingkah laku itu seperti reflek tanpa kerja mental sama sekali. Pendekatan ini dipelopori oleh J.B. Watson kemudian dikembangkan oleh banyak ahli, seperti B.F.Skinner, dan melahirkan banyak sub-aliran.

3. Pendekatan kognitif

Pendekatan kognitif menekankan bahwa tingkah laku adalah proses mental, dimana individu (organisme) aktif dalam menangkap, menilai, membandingkan, dan menanggapi stimulus sebelum melakukan reaksi. Individu menerima stimulus lalu melakukan proses mental sebelum memberikan reaksi atas stimulus yang datang.

4. Pendekatan psikoanalisa

Pendekatan psikoanalisa dikembangkan oleh Sigmund Freud. Ia meyakini bahwa kehidupan individu sebagian besar dikuasai oleh alam bawah sadar. Sehingga tingkah laku banyak didasari oleh hal-hal yang tidak disadari, seperti keinginan, impuls, atau dorongan. Keinginan atau dorongan yang ditekan akan tetap hidup dalam alam bawah sadar dan sewaktu-waktu akan menuntut untuk dipuaskan.

5. Pendekatan fenomenologi

Pendekatan fenomenologi ini lebih memperhatikan pada pengalaman subyektif individu karena itu tingkah laku sangat dipengaruhi oleh pandangan individu terhadap diri dan dunianya, konsep tentang dirinya, harga dirinya dan segala hal yang menyangkut

(6)

kesadaran atau aktualisasi dirinya. Ini berarti melihat tingkah laku seseorang selalu dikaitkan dengan fenomena tentang dirinya.

D. Teori-teori Tentang Kepuasan Kerja

Menurut Wexley & Yukl (2003) dalam bukunya Veithzal Rifa’i, “Manajemen Sumber Daya Manusia”, teori-teori tentang kepuasan kerja ada tiga macam :

1. Teori Ketidaksesuaian (Discrepancy Theory)

Teori ini mengukur kepuasan kerja seseorang dengan menghitung selisih antara sesuatu yang seharusnya dengan kenyataan yang dirasakan. Sehingga apabila kepuasannya diperoleh melebihi dari yang diinginkan, maka orang akan menjadi lebih puas lagi, sehingga terdapat discrepancy, tetapi merupakan discrepancy yang positif. Kepuasan kerja seseorang tergantung pada selisih antara sesuatu yang dianggap akan didapatkan dengan apa yang dicapai.

2. Teori Keadilan (Equity Theory)

Teori ini mengemukakan bahwa orang akan merasa puas atau tidak puas tergantung pada ada atau tidaknya keadilan (equity) dalam suatu situasi, khususnya situasi kerja. Komponen utama dalam teori keadilan adalah input, hasil, keadilan dan ketidakadilan. Input adalah faktor bernilai dari karyawan yang dianggap mendukung pekerjaannya, seperti pendidikan, pengalaman, kecakapan, jumlah tugas dan peralatan atau perlengkapan yang dipergunakan untuk melaksanakan pekerjaannya. Hasilnya adalah sesuatu yang dianggap bernilai oleh seorang karyawan yang diperoleh dari pekerjaannya, seperti gaji/upah, keuntungan sampingan, simbol, status, penghargaan dan kesempatan untuk berhasil atau aktualisasi diri. Setiap karyawan akan membandingkan rasio input hasil dirinya dengan rasio input hasil orang lain. Bila perbandingan itu dianggap cukup adil, maka karyawan akan merasa puas. Bila perbandingan itu tidak seimbang tetapi menguntungkan bisa menimbulkan kepuasan, tetapi bisa pula tidak. Tetapi bila perbandingan itu tidak seimbang akan timbul ketidakpuasan.

3. Teori Dua Faktor (Two Factor Theory)

Prinsip dari teori ini ialah bahwa kepuasan kerja dan ketidakpuasan kerja itu merupakan dua hal yang berbeda (Herzberg, 1966). Kepuasan dan ketidakpuasan kerja itu bukan suatu variabel yang kontinu. Teori ini merumuskan karakteristik pekerjaan menjadi dua kelompok yaitu satisfies atau motivator dan dissatisfies. Satiesfies ialah faktor-faktor atau situasi yang dibutuhkan sebagai sumber kepuasan kerja yang terdiri dari : pekerjaan yang

(7)

menarik, penuh tantangan, ada kesempatan untuk berprestasi, kesempatan memperoleh penghargaan dan promosi. Terpenuhinya faktor tersebut akan menimbulkan kepuasan, namun tidak terpenuhinya faktor ini tidak selalu mengakibatkan ketidakpuasan. Dissatisfies (hygiene factors) adalah faktorfaktor yang menjadi sumber ketidakpuasan, yang terdiri dari : gaji/upah, pengawasan, hubungan antar pribadi, kondisi kerja dan status. Faktor ini diperlukan untuk memenuhi dorongan biologis serta kebutuhan dasar karyawan. Jika tidak terpenuhi faktor ini, karyawan tidak akan puas. Namun, jika besarnya faktor ini memadai untuk memenuhi kebutuhan tersebut, karyawan tidak akan kecewa meskipun belum terpuaskan.

E. Stress Kerja

Perkataan stres berasal dari bahasa latin, Stringere yang digunakan pada abad XVII untuk menggambarkan kesukaran, penderitaan dan kemalangan. Stres adalah kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berfikir dan kerja seseoran. Stres yang terlalu besar dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungan, dan bagi seseorang karyawan dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka. Stres dapat diakibatkan oleh salah satu stressor atau kombinasi stressor.

Stres kerja disebabkan beberapa hal yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Berikut ini akan diuraikan kedua faktor tersebut

1. Faktor internal adalah faktor yang berasal dai diri sendiri, yaitu a. Pekerjaan tak sesuai minat dan bakat

b. Tidak puas dengan hasil yang diperoleh selama bekerja c. Pekerjaan tidak sesuai dengan level

d. Tidak memiliki keinginan untuk menjadi karyawan

2. Faktor eksternal adah faktor yang berasal dari luar diri sendiri, yaitu a. Tekanan dari atasan

b. Persaingan sesama karyawan c. Tekanan dari keluarga

d. Lingkungan perusahaan yang tidak kondusif e. Gaji yang tidak sebanding dengan pekerjaan f. Bosan

Referensi

Dokumen terkait

Sebelum rencana usaha excelso dilaksanakan perlu juga terlebih dahulu dilakukan studi kelayakan bisnis ( feasibility study ) untuk mengetahui ke- layakan rencana

pilih tidak terdaftar dalam pemilu terdaftar dalam daftar pemilih

Dari hasil pengamatan diketahui bahwa semua sampel minyak dalam keadaan cair pada suhu ruang (±27ºC) namun ketika pada suhu rendah (±5ºC) terjadi perubahan fase pada beberapa

Hasil perhitungan, pembobotan alternatif tipe kapal yang dibandingkan dengan nilai bobot elemen secara relatif dan absolut dapat dilihat masing-masing pada Tabel 8 dan

Partisipasi masyarakat yang dilakukan dalam perencanaan pembangunan desa wisata di Desa Lubuk Dagang dapat berjalan dengan lancar dan telah menghasilkan rencana

Baik kerangka konseptual maupun kerangka teori tidak digambarkan secara jelas dalam jurnal penelitian tersebut, namun pada bagian pembahasan, tinjauan pustaka

Guru sosiologi tidak menerapkan 1 komponen yang tidak dieterapkan yaitu memotivasi siswa.Dari semua komponen keterampilan menutup pelajaran yang terdiri dari 3 komponen

Ketika ada chat dan pesan yang masuk maka setiap saat Anda akan mengecek smartphone Anda, sehingga hal tersebut akan mengganggu tidur Anda, pastinya Anda akan kurang tidur