• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. dituliskan, seperti menceritakan cerita yang bersifat imajinasi, dongeng, dan cerita

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. dituliskan, seperti menceritakan cerita yang bersifat imajinasi, dongeng, dan cerita"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam sebuah karya sastra, pengarang memberikan berbagai tipe cerita yang dituliskan, seperti menceritakan cerita yang bersifat imajinasi, dongeng, dan cerita fakta. Tujuannya untuk mengenang atau mengingat kembali, seperti cerita-cerita pada peristiwa zaman dahulu mapun masa kini dan dibuat sedemikian rupa dalam hal bercerita yang menarik dan unik untuk menarik perhatian pembaca. Berbagai cerita yang diangkat dalam sebuah karya sastra, termasuk tema-tema atau cerita dari sekeliling kita dan lingkungan yang ada. Karya sastra merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, kelahirannya di tengah-tengah masyarakat tidak luput dari pengaruh sosial budaya. Artinya karya sastra dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh masyarakat. Karya sastra memiliki objek yang tersendiri, yang terikat oleh dunia dalam kata yang diciptakan pengarang sesuai realita sosial. Penciptaan karya sastra dan apresiasi sastra tidak dapat dipisahkan dengan proses imajinasi pengarang dalam melakukan proses kreatifnya untuk bercerita.

Karya sastra merupakan salah satu media yang dapat digunakan oleh pengarang untuk memperkenalkan kebudayaan suatu daerah tertentu. Karya sastra itu sendiri ada kaitannya dengan kebudayaan karena sastra merupakan bagian kebudayaan dan kebudayaan dengan masyarakat sangat berhubungan erat. Kesusastraan tidak hanya mempunyai fungsi dalam masyarakat, tetapi juga mencerminkan dan menyatakan segi-segi yang terkadang kurang jelas terlihat dalam masyarakat. Melalui karya sastra pembaca akan memperoleh informasi tentang berbagai permasalahan hidup,

(2)

2 kebudayaan, tradisi dan sejarah, karena dalam karya sastra dapat berisikan informasi mengenai sejarah yang ada, cerita tentang kehidupan seseorang, sebuah tragedi dan budaya suatu bangsa (baik budaya menurut kepercayaannya masing-masing daerah yang sudah lama dijalani sesuai agama yang dianutnya atau memang sudah menjadi sebuah tradisi daerah tersebut).

Memahami karya sastra sebagai budaya dan refleksi atau cerminan masyarakat berarti menganggap bahwa bangunan dunia imajiner yang tersiratkan dalam karya sastra identik dengan bangunan dunia yang terdapat di dalam kenyataan. Melalui karya sastra seorang pengarang mengungkapkan problema kehidupan yang pengarang sendiri ikut berada di dalam ceritanya. Karya sastra menerima pengaruh dari masyarakat dan sekaligus mampu memberi pengaruh terhadap masyarakat. Bahkan, seringkali masyarakat sangat menentukan nilai karya sastra yang hidup di suatu zaman, sementara sastrawan sendiri yang merupakan anggota masyarakat tidak dapat mengelak dari adanya pengaruh yang diterimanya dari lingkungan yang membesarkannya dan sekaligus membentuknya (Semi, 2012:92).

Karya sastra dapat dikatakan sebagai hasil pemikiran pengarang terhadap kondisi budaya yang ada, karena sebagai gambaran budaya masyarakat yang tinggal disekitarnya maupun yang mengerti situasi dan kondisi kebudayaan tersebut. Karya sastra juga merupakan salah satu media yang dapat digunakan oleh pengarang untuk memperkenalkan kebudayaan suatu daerah tertentu kepada para pembaca. Kebudayaan itu sendiri merupakan semua hasil karya, rasa dan karsa dan ciptaan masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan. Dalam arti dapat diperlukan oleh manusia untuk menguasai serta merubah alam sekitar agar kekuatan serta hasilnya dapat digunakan untuk keperluan masyarakat dalam kelangsungan hidup.

(3)

3 Budaya juga termasuk bagian dari agama, ia senantiasa mengalami perubahan berdasarkan cipta, rasa, karsa dan karya manusia. Menurut Nurcholis Madjid (Sulaiman, 2014:33) agama adalah primer dan budaya adalah sekunder. Budaya dapat berupa ekspresi hidup keagamaan, karena ia subordinat berada di bawah agama dan tidak pernah sebaliknya. Dalam pandangan sebagaian sosiolog Barat seperti Tylor, Freud, Durkheim, bahwa agama adalah sarana kebudayaan dan dengannya manusia mampu beradaptasi dengan pengalaman-pengalamannya dalam keseluruhan lingkungan hidupnya termasuk diri sendiri, anggota kelompoknya, alam dan juga lingkungan lain yang dirasakan sebagai sesuatu yang transendental. Agama ekstrimnya tidak berdasarkan pengalaman manusia, melainkan kebenaran dan kebaikan ilahi. Dengan begitu kebudayaan yang mengandung pengertian hasil (kegiatan) dan penciptaan batin (akal budi) manusia harus senantiasa beradaptasi dengan tauhid, karena yang menjadi pokok kekuatan dan sebab timbulnya kebudayaan adalah agama. Seperti halnya Islam, kebudayaan yang ditimbulkan adalah kebudayaan Islam.

Kebudayaan merupakan sesuatu yang mencakup seluruh aktivitas manusia dalam bermasyarakat. Secara fungsional, bila dihubungkan antara kebudayaan dan usaha-usaha manusia dalam hidup bermasyarakat, maka kebudayaan dapat dilihat sebagai pengetahuan manusia yang digunakan untuk menginterpretasi dan memahami lingkungan yang dihadapi sebagai pedoman untuk bertindak sesuai dengan lingkungan tersebut. Kebudayaan yang dimaksud merupakan blue print bagi kehidupan manusia. Ia merupakan sistem kebudayaan yang terdiri dari wujud-wujud; ideal, aktivitas dan hasil karya manusia. Ketiga wujud tersebut perkembangannya sangan tergantung pada potensi dalam diri manusia sebagai pelaku budaya.

(4)

4 Kebudayaan sering kali dihubungkan dengan peradaban. Istilah peradaban juga sering dikaitkan dengan hasil kebudayaan masyarakat di masa lalu, tetapi sebenarnya tidak selalu demikian, melainkan dapat terjadi pada masa kini dan menjadi acuan bagi masyarakat dunia. Suatu daerah atau bangsa atau negara yang sudah maju yang terpenting sudah menghasilkan satu atau beberapa unsur kebudayaan yang tinggi nilainya dan unsur-unsur kebudayaan yang lain biasanya medukung bagi berkembang peradaban itu. Benda-benda yang dihasilkannya menunjukkan adanya kemampuan bangsanya dalam karyanya diakui oleh dunia sepanjang jaman.

Menurut Sujarwa (2014:180-181) peradaban pada dasarnya merupakan bagian dari kebudayaan yang berkembang pada taraf yang tinggi. Bagian dari kebudayaan yang dimaksud adalah unsur-unsur kebudayaan itu sendiri. Unsur-unsur kebudayaan yang berkembang pada taraf yang tinggi tersebut tidak dapat meliputi semuanya, namun masing-masing bangsa atau negara memiliki spesifikasi keunggulan sendiri-sendiri, misalnya; perkembangan di bidang teknologi dan ilmu pengetahuan, bidang pemerintahan, bidang kemasyarakatan yang teratur, hasil kesenian dan tradisi yang diakui masyarakat dunia.

Peradaban disebut juga budaya universal yang melingkupi budaya-budaya lain dan masyarakat di dalamnya. Konsep peradaban dan kebudayaan mencakup semua yang berkembang pada masanya di suatu bangsa atau negara tersebut termasuk peradaban dan kebudayaan Islam, baik berupa perkembangan atau kemajuan kebudayaan Islam dalam perspektif sejarahnya. Konsep dasar peradaban dan kebudayaan Islam merupakan fenomena manusia yang berdasarkan kegiatan atau perilaku manusia, baik berupa ide, aktivitas dan hasil karya manusia. Dalam sebuah karya sastra, banyak pengarang yang mengangkat cerita-cerita tentang perdaban dan

(5)

5 kebudayaan Islam suatu darerah atau bangsa atau negara tertentu. Salah satunya adalah karya Hanum dan Rangga (suaminya) yang berjudul 99 Cahaya di Langit Eropa yang mengisahkan perjalanannya dalam menjejakan perjalanan mengenai Islam di benua Eropa dan bagaimana cara memperkenalkan Islam dengan cara berbeda nan unik. Menjelajah benua Eropa dan segala isinya tersmasuk suatu hal yang sangat dinginkan setiap orang termasuk Hanum dan Rangga. Banyak pengalaman dan berbagai pengetahuan tentang peradaban Islam yang bisa kita dapatkan, seperti tempat-tempat bersejarah Islam serta tokoh-tokohnya dan juga kebudayaan Islam yang ada di benua Eropa. Berbagai bentuk kebudayaan Islam banyak ditemuinya selama berada di benua Eropa. Salah satu contoh dari kebudayaan Islam adalah wujud kebudayaan hasil karya manusia yaitu koleksi alat makan yang berbahan terakota berupa piring. Piring ini bukan sembarang piring biasa yang hanya dipakai untuk alat makan, namun jika diperhatikan sisi dalam piring tersebut ada tulisan Arab. Tulisan Arab yang berbeda dan asing, hanya orang-orang tertentu saja yang dapat membacanya. Hal tersebut dapat terlihat dalam kutipan berikut:

Rupanya piring ini tak sekedar piring. Pesan tersembunyi dalam piring itulah yang membuat benda kuno ini jadi istimewa. Menilik dari tulisan Arab Muslim dan pesannya tentang keutamaan ilmu, artefak kuno ini ingin menyampaikan pesan yang sangat mendalam. (Hanum dan Rangga, 2014:155-156)

Kutipan tersebut menjelaskan adanya wujud kebudayaan hasil karya manusia yang berkaitan dengan sistem teknologi dan peralatan. Piring memang identik dengan alat yang digunakan untuk tempat makan, namun piring ini bukan hanya digunakan sebagai tempat makan saja, melainkan dapat digunakan sebagai penyampaian pesan atau lebih jelasnya sebagai salah satu cara dalam penyebaran Islam. Tulisan Arab yang berada dipinggiran piring berbahan terakota ini dijadikan sebagai cinderamata

(6)

6 dengan pesan puitis yang dituliskan dalam bentuk kaligrafi kepada bangsawan-bangsawan Eropa yang mayoritasnya menganut agama Kristen atau Khatolik. Dengan demikian peneliti akan menganalisis mengenai peradaban dan wujud kebudayaan Islam di Eropa dalam novel 99 Cahaya di Langit Eropa karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra dengan kajian antropologi sastra. Novel ini mengisahkan perjalanan dua orang pengarang yang merupakan pasangan suami istri selama berada di Eropa, perjalanan dalam mencari tahu apa dan bagaimana cerita Islam di negara yang mayoritasnya adalah umat non muslim. Dalam novel juga diceritakan beberapa cara yang unik dalam penyebaran Islam, termasuk mengirim berbagai cinderamata kepada bangsawan-bangsawan yang kebanyakan menganut Katolik Roma.

Secara historis menurut Koentjoroningrat (Ratna, 2011:28) objek kajian antropologi dikaitkan dengan masyarakat sederhana, objek yang berada di luar masyarakat Eropa untuk kepentingan ilmuwan Eropa. Antropologi sastra merupakan analisis dan pemahaman terhadap karya sastra dalam kaitannya dengan kebudayaan. Analisis antropologis adalah usaha untuk mencoba memberikan identitas terhadap karya tersebut, dengan menganggapnya sebagai mengandung aspek tertentu dalam hubungannya dengan kebudayaan. Dengan demikian antropologi sastra memiliki tugas yang sangat penting untuk mengungkapkan aspek-aspek kebudayaan, khususnya kebudayaan tertentu masyarakat tertentu. Sebuah karya sastra yang dikaji dengan antropologi sastra memiliki kaitan erat dengan kajian budaya atau ciri-ciri kebudayaan yang lain. Misalnya, memiliki kecenderungan ke masa lampau, citra primordial, citra aketipe, mengandung aspek-aspek kearifan lokal dengan fungsi dan kedudukannya masing-masing, berbicara mengenai suku-suku bangsa dengan subkategorinya (seperti: trah, klen dan kasta).

(7)

7 Sebagai sebuah usaha pemahaman yang objektif-empiris, antropologi sebenarnya mempelajari manusia sebagaimana yang ditemukan dan dialami secara langsung dalam kenyataan keseharian kehidupan mengenai suatu kebudayaan daerah tertentu baik sesuai adat-istiadat, kebiasaan atau semacam ciri khas daerah tersebut. Akan tetapi, sebagai sebuah usaha untuk menemukan hukum-hukum yang umum, keteraturan-keteraturan dan pola-pola yang yang berulang dan berlangsung dalam waktu yang relatif lama, yang membuatnya teruji, antropologi tidak berhenti hanya pada kenyataan keseharian dalam dunia pengalaman langsung saja dan sering terjadi dari masa lampau lalu di teruskan hingga ke penerus selanjutnya sampai kapan pun untuk tetap dijaga dan dirawat. Dalam novel 99 Cahaya di Langit Eropa ini juga sangat memberikan sebuah pengalaman dan banyak wawasan, khususnya mengenai peradaban dan wujud kebudayaan Islam di Eropa. Mungkin para pembaca tidak mengetahui apa saja yang mempunyai cerita sejarah dan bagaimana ceritanya. Dalam novel inilah, sedikitnya dapat menemukan apa yang belum kita ketahui sebelumnya.

Sebagian besar orang-orang hanya mengetahui benua Eropa itu dengan tempat-tempat yang terkenal, seperti Menara Eiffel, Tembok Berlin, Konser Mozart, Stadion Sepak Bola San Siro atau gondola-gondola di Venezia, ternyata di balik itu semua masih ada tempat-tempat bersejarah yang mempunyai banyak cerita terutama mengisahkan bagaimana kisah peradaban Islam saat pertama kali masuk di benua Eropa yang membawa kedamaian dan kemajuan peradaban. Tempat-tempat yang dimaksud adalah Vienna Islamic Center (sebuah masjid yang menjadi pusat peribadatan umat Islam di Wina), sebuah Restoran ala Pakistan dengan logo “Makan Sepuasnya, Bayar Seikhlasnya” dan menyajikan berbagai macam makanan dari makan yang biasa dimakan oleh warga Eropa dan juga warga yang muslim), berbagai

(8)

8 museum yang bersejarah dan menyajikan benda-benda yang sudah ada serta masih banyak lainnya yang nanti akan dibahas oleh peneliti dalam bab pemabahasan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis dapat merumuskan masalah yang akan diangkat dalam penelitian. Rumusan masalah yang diambil adalah:

1. Bagaimana peradaban Islam di Eropa dalam novel 99 Cahaya di Langit Eropa Karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra?

2. Bagaimana wujud kebudayaan Islam di Eropa dalam novel 99 Cahaya di Langit Eropa Karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Mendeskripsikan peradaban Islam di Eropa dalam novel 99 Cahaya di Langit Eropa Karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra.

2. Mendeskripsikan wujud kebudayaan Islam di Eropa dalam novel 99 Cahaya di Langit Eropa Karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi orang lain. adapun manfaat-manfaat yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoretis, diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang sastra, antropologi sastra, peradaban dan wujud kebudayaan serta aspek sosial dalam kehidupan sehari-hari.

(9)

9 2. Manfaat Praktis :

a. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi penelitian karya sastra dan memberi wawasan pengetahuan kepada pembaca mengenai makna aspek sosial peradaban dan wujud kebudayaan Islam di Eropa dalam novel 99 Cahaya di Langit Eropa karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra kajian antropologi sastra.

b. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi mahasiswa, khususnya mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa Indonesia dalam memahami dan mengahayati karya sastra dari pengalaman pribadi seorang pengarang.

Referensi

Dokumen terkait

Subyek penelitian ini adalah berkenaan adanya hibah terkait pembagian warisan yang banyak terjadi di Desa Bonomerto.Sering terjadi di masyarakat, dimana orang tua pada

This means MELSB scheme (embedding and extracting process) takes more time be processed. Latency also affected by speech data retrieval process from microphone

Throughput and delay performance depends on the number of nodes in the network with the initial value of contention window.. If the number of nodes increase, the

Solusi penangananan dari kedua masalah tersebut adalah dengan memeriksa Sertifikat tersebut di Badan Pertanahan Nasional melalui Notaris Rekanan BPRS Suriyah. Dan

Pada beban kerja fisik yang dialami oleh pekerja untuk proses pemipihan dan penjemuran cukup berat dimana pekerja melakukan proses pemipih- an menggunakan bantuan alat

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik ( S.T.) pada

Pengetahuan Prosedur Kerja dan Tanggap Darurat adalah segala sesuatu yang diketahui responden tentang tata kerja awak 1 dan awak 2 dalam melaksanakan pengangkutan

A HUNOR helyszíni szakfeladatai, műszaki mentései, valamint az egyéb feladatok végrehajtása az INSARAG Irányelveknek, illetve a magyar nemzeti szabályozóknak megfelelően