• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSPEK PERBAIKAN PENANGANAN PASCAPANEN KACANG HIJAU FORE BELU DI NUSA TENGGARA TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROSPEK PERBAIKAN PENANGANAN PASCAPANEN KACANG HIJAU FORE BELU DI NUSA TENGGARA TIMUR"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PROSPEK PERBAIKAN PENANGANAN PASCAPANEN

KACANG HIJAU FORE BELU DI NUSA TENGGARA TIMUR

Masniah dan Yusuf

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTT e-mail: masniahyusuf@yahoo.com

ABSTRAK

Kacang hijau Varietas Fore Belu telah dibudidayakan ratusan tahun yang lalu, oleh karena itu telah beradaptasi terhadap agroklimat dan agroekologi wilayah termasuk sosial budaya dengan kondisi masyarakat Kabupaten Belu. Komoditas ini menjadi salah satu komoditas unggulan NTT dan menjadi salah satu plasma nuthfa yang perlu dikembangkan secara ber-kelanjutan. Penanganan pascapanen kacang hijau yang dilakukan oleh petani di NTT saat ini masih sangat sederhana. Tulisan ini merupakan review dalam rangka perbaikan penanganan pascapanen kacang hijau di Kabupaten Belu.

Kata kunci: kacang hijau, fore belu, pascapanen. ABSTRACT

Mungbean cultivar Fore Belu have been cultivated since hundreds of years ago, therefore have adapted to the agro-climatic and agro-ecological regions including the social and cultural conditions of the community Belu District. Its cultivar Fore Belu has become one of the leading commodity NTT and germplasm to be one that needs to develope in a sustainable manner. Post-harvest handling of mungbean are still very modest conducted by farmers in the province. This paper is a review in order to improve post-harvest handling of mungbean in Belu District. Keywords: mungbean, Fore Belu, post-harvest

PENDAHULUAN

Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan luas wilayah daratan 4.734.990 ha didominasi oleh lahan kering beriklim kering. Luas lahan pertanian 1.808.315 ha (38,19%) dari total luas wilayah daratan NTT. Potensi lahan pertanian tersebut di atas ter-diri dari 1.636.493 ha merupakan lahan kering, sedangkan sisanya 171.822 ha merupa-kan lahan basah (Anonim 2011). Dengan kondisi NTT yang didominasi oleh lahan kering tersebut berpeluang besar untuk jenis tanaman palawija seperti jagung dan kacang-kacangan terutama kacang hijau (Subandi dkk 2007). Saati ini luas lahan kacang hijau Fore Belu sekitar 50 ha dengan produksi 54 t biji kering (BPS 2012).

Kacang hijau varietas Fore Belu dilepas oleh Menteri Pertanian menjadi varietas unggul dengan Keputusan Menteri Pertanian No. 66/Kpts/SR.120/3/2005 (Anonim 2006). Pada saat pelepasan tersebut, tidak disertai dengan paket teknologi budidaya untuk pengem-bangan lebih lanjut. Sementara upaya pengempengem-bangan sangat penting untuk dilakukan demi keberlanjutan usahatani kacang hijau Fore Belu. Selain itu, komoditas ini merupakan komoditas unggulan daerah dan sebagai sumber plasma nutfah di NTT (Muga dkk 2005).

Kacang hijau ini masih tetap menjadi primadona usahatani yang dikembangkan petani di Kabupaten Belu. Hal ini disebabkan karena kacang hijau vairetas lokal Belu memiliki keunggulan spesifik dibandingkan dengan varietas unggulan lainnya yang pernah dicoba tanam di Kabupaten Belu.

(2)

Selain keunggulan tersebut di atas juga memiliki daya simpan yang lama terutama apa-bila disimpan pada tempat penyimpanan yang terisolasi dari sumber hama gudang. Meski demikian, seperti halnya komoditas pertanian lainnya kacang hijau Belu bisa saja menga-lami kerusakan setelah panen. Oleh karena itu perlu dilakukan penanganan pascapanen dengan baik sehingga dapat memperpanjang masa simpan.

Tujuan penelitian ini adalah melakukan perbaikan penanganan pascapanen kacang hijau Fore Belu sehingga mendapatkan produksi yang tinggi dan daya simpan yang lama.

Keunggulan Kacang Hijau Varietas Fore Belu

Tidak diketahui dengan pasti kapan kacang hijau Belu masuk ke Kabupaten Belu. Tetapi dari berbagai sumber menunjukkan bahwa pertama kali kacang hijau masuk Kabupaten Belu pada tahun 1700 (Muga dkk. 2005) yang dibawa oleh pedagang China di mana awalnya dikembangkan di perkampungan China d daerah Weluli sebagai sumber bahan baku tauge dan kecap (Missie Werk Op Timor).

Sejarah pengembangan kacang hijau yang telah dibudidaya bertahun-tahun lalu ter-sebut berdampak pada daya adaptasi yang kuat terutama terhadap agroklimat dan agro-ekologi wilayah maupun telah beradapatasi baik secara sosial budaya masyarakat Kabu-paten Belu. Berikut beberapa karakter kacang hiajau Fore Belu yang menunjukkan keunggulan (Muga dkk 2005).

Daya Tumbuh, Umur Panen, dan Produktivitas

Hasil penelitian (Hosang dkk 2000) menunjukkan bahwa bahwa benih kacang hijau varietas Lokal Belu memiliki daya tumbuh yang cukup tinggi (86,75%) seperti dua varietas lainnya. Walaupun dengan cara penyimpanan sederhana yang dilakukan oleh petani. Umur panen varietas Lokal Belu mencapai 91 hari, lebih lama dibanding varietas lainnya. Ini berkait dengan sifat genetik yang dimiliki oleh kacang hijau varietas Lokal Belu. Umur yang panjang bagi petani merupakan keunggulan varietas Lokal Belu, karena semakin lama permukaan tanah tertutup berakibat sangat baik untuk kondisi lahan kering di Belu.

Dibanding varietas unggul nasional, produktivitas varietas Lokal Fore Belu cukup tinggi yaitu 1,08 t/ha, dibanding Kenari dan Walet (0,88 t/ha) (Hosang dkk. 2000). Jumlah polong yang dibentuk per tanaman mencapai 13,34 polong/tanaman; polong lebih pan-jang dengan jumlah biji mencapai 12,04 biji per polong. Berat 1.000 biji dapat mencapai +70 gram. Secara visual penampilan biji sangat seragam dan cukup besar.

Tabel 1. Daya tumbuh, umur panen, dan produktivitas tiga varietas kacang hijau

Varietas Daya tumbuh (%) Umur panen (hari) Produktivitas (t/ha)

Lokal Belu 86,75 90,92 1,076

Kenari 86,50 59, 00 0,893

Walet 87,25 59,00 0,880

Sumber: Hosang dkk, 2000.

PENANGANAN PASCAPANEN

Umur panen yang optimal akan menghasilkan jumlah dan mutu produksi kacang hijau yang cukup tinggi. Panen terlalu awal mengakibatkan banyaknya biji muda yang menjadi keriput dalam kondisi kering, serta kurang tahan disimpan. Sedangkan panen terlambat

(3)

dan kehilangan biji karena biji polong pecah. Umur tanaman, kadar air biji, kondisi visual daun dan polong adalah indikator untuk menentukan umur panen optimal. Umur tanaman sangat bervariasi, tergntung pada varietas dan faktor lingkungan misalnya alam penyimpanan dan suhu (Sumarno dkk 1983).

Panen kacang hijau Belu menggunakan sabit tajam dengan memotong pangkal batang. Penggunaan sabit yang kurang tajam mengurangi kapasitas panen. Cara panen kacang hijau Belu lebih menguntungkan dibandingkan dengan vaarietas lain dengan cara cabut karena dengan menggunakan sabit akan lebih cepat dapat diterapkan pada konsisi lapang yang kering maupun basah. Cara sabit selain lebih cepat rhizobium tetap tertinggal dalam tanah dan berangkasan bersih dari tanah sehingga menambah kesuburan tanah. Untuk pemanenan seluas 100 meter persegi panen dengan sabit bergerigi membutuhkan waktu 40 menit.

Hasil pemotongan kacang hijau Belu dikumpulkan secara teratur di atas plastik besar di lokasi penanaman kacang hijau. Kacang hijau setelah dikumpulkan langsung dijemur menggunakan sinar matahari sambil diinjak-injak.

Batang kacang hijau bersama polong yang sudah kering di atas lembaran plastik dinjak-injak sampai biji terpisah dengan polong, baru dibersihkan dengan tampah (nyiru) untuk dipisahkan bijinya. Biji yang sudah bersih dimasukkan dalam wadah untuk dibawa ke rumah.

Dijemur diatas lembaran plastik atau anyaman daun lontar untuk mencegah kotoran. Penjemuran dilakukan selama 3 hari pada cuaca baik. Penjemuran selama 3 hari menurunkan kadar air biji kacang menjadi 12%. Tingkat kadar air yang dihasilkan masih memenuhi standard mutu hasil yang ditetapkan pemerintah (Tabel 2).

Kacang hijau dibersihkan berdasarkan biji rusak serta kotoran lainnya lalu ditampung dalam wadah dari plastik atau dari wadah yang dibuat dari daun lontar.

Kacang hijau Belu untuk tujuan benih disimpan dalam jerigen plastik ditutup rapat dibalut isolasi sampai kedap udara dengan jumlah sesuai lahan mereka. Sedangkan sisanya disimpan dalam karung goni untuk dikonsumsi dan kegiatan sosial.

Tabel 2. Standarisasi mutu biji Kacang Hijau

Komponen Mutu Mutu I Mutu II Mutu III

Kadari air Max (%) 13 14 14

Butir Masak Max (%) 1 3 5

Butir Warna lain Max (%) 1 2 3

Butir Pecah Max (%) 2 4 6

Kotoran Max (%) 0 1 2

Lolos Ayakan Max (%) 1 3 5

Sumber: Purnomo dalam http://books, gooles-Standarisasi + Mutu + Kc.Hijau

Syarat Umum adalah: (1) Bebas hama penyakit, (2) Bebas bau busuk, asam atau bau asing lainnya, (3) Bebas dari bahan kimia (Fungsida, Insektisida), dan (4) Memiliki suhu normal.

Keragaan Pengalokasian Hasil

Proporsi kacang hijau yang dijual oleh petani sebesar 74% dan sisanya (26%) dikonsumsi, dijadikan benih atau untuk keperluan sosial seperti (Tabel 3).

(4)

Tabel 3. Produktivitas kacang hijau Belu, MK 2004

Nama Kelompok

Tani lahan Luas (ha) Jumlah produksi yang dikonsumsi (kg) Jumlah produksi yang dijual (kg) Jumlah produksi untuk sosial (kg) Total (produksi kel (kg) Produk-tivitas (kg/ha) Produksi yang dijual (%) Kelompok Tani Weulun 20.00 3.300.00 10.305.00 1.475.00 15.125.00 756.25 68,43 Kelompok Tani Derok Morin 20.00 1.595.00 11.725.00 1.615.00 14.935.00 746.75 78,51 Kelompok Tani Sehari 20.00 1.320.00 11.925.00 1.720.00 14.965.00 748.25 79,69 Kelompok Tani Oan Kiak 20.00 2.315.00 11.740.00 1.160.00 15.215.00 760.75 77,16 Kelompok Tani Mane Matak 20.00 3.300.00 10.350.00 1.475.00 15.125.00 756.25 68,43 Jumlah 100.00 11.830.00 56.090.00 7.445.00 75.365.00 753.65 Rata-rata 20.00 2.366.00 11.218.00 1.489.00 15.073.00 753.65 74,44 Sumber: da Silva dkk. 2007.

KERAGAAN EKONOMI KACANG HIJAU Pemasaran Produksi Komoditas Kacang Hijau

Hasil panen yang diperoleh petani dapat dialokasikan untuk konsumsi, dan keba-nyakan dapat dijual untuk mendapatkan uang tunai. Bagian yang dialokasi untuk dijual dapat mencapai 74,44% dari total produksi yang diperoleh. Hal ini yang faktor pendorong dan memotivasi petani untuk selalu mengusahakan kacang hijau pada musimnya secara rutin setiap tahun. Komoditas kacang hijau bagi masayrakat di daerah sentra produki terutama di lokasi penelitian telah menjuluki komoditas ini sebagai komoditas penghasil uang tunai, sehingga petani merasa kehilangan jika tidak mengusahakan pada musimnya.

Saluran pemasaran yang berlaku dan dipraktekan oleh petani dan para pelaku pasar di lokasi penelitian yakni hasil panen petani ditampung atau dibeli oleh pengumpul lokal kemudian pengumpul lokal mengantarnya ke pedagang pengumpul di kota dan diteruskan ke konsumen. Saluran pemasaran tersebut digambarkan (Gambar 1).

Gambar 1. Alur pemasaran kacang hijau (da Silva dkk. 2007)

Harga kacang hijau di tingkat petani pada saat panen raya dapat mencapai Rp3.000/kg, dan pengumpul desa menjual pedagang pengumpul di Kota dengan Rp3.500/kg. Harga di tingkat konsumen di kota mencapai Rp5.000/kg.

Analisis Usahatani

Usahatani yang dikembangkan petani merupakan unit terkecil dalam pengembangan sistem agribisnis. Petani dalam pengelolaan usahataninya berdasarkan sumberdaya lahan, tenaga kerja dan modal yang dimiliki. Dalam pengelolaan usahatani yang berwawasan agribisnis tentunya pengelolanya bersikap progresif dalam menerapkan berbagai teknologi

Produsen/ Petani Pedagang

(5)

yang dapat menguntungkan. Petani yang sekaligus bertindak sebagai pengelola dalam usahatani akan turut mempertimbangkan semua biaya yang digunakan dalam proses produksi sehingga biaya-biaya yang dikeluarkan dapat mendatangkan keuntungan bagi petani dan keluarganya. Biaya-biaya dalam pengelolaan suatu system usahatani dapat meliputi komponen biaya sarana produksi dan komponan biaya tenaga kerja. Besar atau sedikitnya pengeluaran dalam suatu sistem usahatani dan penerimaan petani dapat ditelaah melalui analisis usahatani.

Tabel 4. Analisis Ekonomi Usahatani Kacang Hijau, MK 2004 (Kel. Tani Weulun)

No. Uraian Volume Biaya satuan (Rp) Total (Rp)

A. Sarana Produksi

Luas Lahan (Ha) 1

1 Banih (kg) 15 7.500 112.500 2 Herbisida (ltr) 5 35.000 175.000 3 Furadan (kg) 1 15.000 15.000 4 Desis (ltr) 1 75.000 75.000 5 Darmabas (ltr) 1 75.000 75.000 6 Pupuk (PPC) (ltr) 2 30.000 60.000 Total A 512.500

B. Tenaga Kerja (Hok)*

1 Persapan Lahan 9,25 5.000 46.250

2 Penanaman 10,75 5.000 53.750

3 Penyiangan 9,96 5.000 49.821

4 Pemupukan 2,36 5.000 11.786

5 Penyemprotan OPT 2,14 5.000 10.714

6 Panen dan prosesing 10,39 5.000 51.964

Total B 44,86 224.286

Total Biaya Produksi (Rp) 736.786

C. Produksi 1 Produksi (kg) 756,25 2 Harga 3.000 3 Penerimaan 2.268.750 4 Keuntungan 1.531.964 5 R/C Ratio 3.08

Keterangan: *Biaya yang diperhitungkan (da Silva dkk. 2007).

Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa total biaya sarana produksi pertanian yang dikeluar-kan oleh petani per satuan luas lahan dapat mencapai Rp512.500/ha. Sedangdikeluar-kan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan selama proses produksi usahatanii kacang hijau sebanyak 44,86 HOK dengan total biaya tenaga kerja sebesar Rp.224.286/ha. Total biaya produksi yang harus dikeluarkan dalam sistem usahatani kacang hijau sebesar Rp736.786/ha. Pengeluaran biaya selama pengelolaan sistem usahatani kacang hijau dapat menda-tangkan produksi sebesar 756.25 kg/ha. Sedangkan harga kacang hijau pada tingkat petani sebesar Rp3.000/kg maka dari produksi yang dihasilkan, petani dapat memperoleh penerimaan sebesar Rp2.268.750/ha.

Pada Tabel 4 dapat dilihat produksi yang dijual hanya sebanyak 74,44% dari total produksi yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan sebagian hasil yang diperoleh dialokasikan untuk pemenuhan kebutuhan lain baik sebagai cadangan benih musim tanam tahun berikutnya, maupun dialokasikan bagi kerabat keluarga. Dengan demikian total produksi

(6)

yang dijual untuk mendapatkan uang tunai hanya sebesar 74.44 x 756.25 kg/ha=563 kg/ha kacang hijau yang dijual. Dengan demikian total penerimaan petani hanya mencapai Rp1.689.000/ha.

Analisis R/C ratio menghasilkan nilai R/C Ratio usahatani kacang hijau lokal Belu sebe-sar 3,08. Implikasi dari nilai R/C Ratio tersebut adalah setiap satu rupiah yang dikeluarkan dalam mengusahakan kacang hijau maka mampu menghasilkan uang tunai sebesar Rp3,08. Nilai R/C Ratio yang dihasilkan lebih besar dari satu maka usahatani tersebut secara ekonomi layak untuk dikembangkan.

KESIMPULAN

1. Peningkatan frekuensi petani dalam pemanen hasil harus ditingkatkan karena kacang hijau Varietas Fore Belu pematangan buah tidak serempak.

2. Perbaikan pascapanen kacang hijau Fore Belu memberikan keuntungan yang lebih tinggi tanpa penanganan pascapanen.

3. Penanganan pascapanen tetap memperhatikan beberapa indicator penentu keberha-silan, antara laian: umur panen, cara panen, pengumpulan hasil, pengeringan, pembijian, pengerngan biji, sortasi dan penyimpanan hasil.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2011. Laporan Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Nusa Tenggara Timur, 2011. Badan Pusat Statistik, 2012. BPS Statistik Pertanian Nusa Tenggara Timur, 2012.

da Silva dan L. Seran, 2007. Pengelolaan Sistem Usahatani Kacang Hijau dalam Mendukung Perekonomian di Kawasan Besikama. Prosiding Semnas Komunikasi Hasil-hasil Penelitian Pertanian dan Peternakan dalam Sistem Usahatani Lahan Kering. Kupang, 7–8 Desember 2007

Hosang, E.Y., Y..L. Seran, A. Bamualim. 2000. Pengkajian Varietas Kacang Hijau Jenis Pupuk di Kabupaten Belu-NTT. Laporan Hasil Penelitian BPTP NTT .

Muga P, Y.L. Seran, Hosang, E.Y, Ahyar, Nulic. Y, 2005. Pelepasan Kacang Hijau Varietas Fore Belu.

Purnomo, 2005, dalam http://books-googles-standarisasi + mutu + kacang hijau 2005.

Sumarno dan Hartono. 1983. Kedelai dan Cara Bercocok Tanamnya. Bulletin Tehnik No.6 Puslitbangtan, Bogor.

Sumandi, Anwari dan R. Iswanto, 2007. Peluang pengembangan varietas unggul kacang hijau asal Galur MMC 157d-Kp-1 di Nusa Tenggara Timur. Prosiding Semnas Komunikasi Hasil-hasil Penelitian Pertanian dan Peternakan dalam Sistem Usahatani Lahan Kering. Kupang, 7–8 Desember 2007.

Gambar

Tabel 1. Daya tumbuh, umur panen, dan produktivitas tiga varietas kacang hijau
Tabel 2. Standarisasi mutu biji Kacang Hijau
Tabel 3. Produktivitas kacang hijau Belu, MK 2004  Nama Kelompok  Tani  Luas  lahan  (ha)  Jumlah  produksi yang dikonsumsi  (kg)  Jumlah  produksi yang dijual (kg)  Jumlah  produksi  untuk sosial (kg)  Total  (produksi kel (kg)  Produk-tivitas  (kg/ha)  P
Tabel 4. Analisis Ekonomi Usahatani Kacang Hijau, MK 2004 (Kel. Tani Weulun)

Referensi

Dokumen terkait

Karakter galur MMC157d-Kp-1 tersebut adalah: (a) potensi dan rata-rata hasil bijinya tinggi yakni berturut-turut 1,76 ton dan 1,38 ton per hektar, (b) umur masak

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, perbaikan teknologi budi daya yang dapat diadopsi oleh petani diantaranya penggunaan varietas unggul dan berlabel, pengaturan

Selain itu juga untuk mengetahui pengaruh umur babi terhadap titer antibodi pada Hog Cholera di Desa Naitimu Kecamatan Tasifeto Barat Kabupaten Belu Provinsi Nusa