• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Babi adalah salah satu dari sekian banyak jenis ternak yang dikembangbiakkan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Babi adalah salah satu dari sekian banyak jenis ternak yang dikembangbiakkan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Babi

Babi adalah salah satu dari sekian banyak jenis ternak yang dikembangbiakkan di dunia. Babi yang dipelihara saat ini nenek moyangnya berasal dari dua jenis babi liar yaitu Sus vitatus dan Sus scrofa. Jenis Sus vitatus ini berasal dari Benua Asia yang meliputi India Timur, Asia Tenggara, dan China. Sedangakan Sus scrofa berasal dari Benua Eropa. Jenis babi Sus vitatus adalah jenis bangsa babi liar yang paling awal dan paling lama dijinakkan. Hai ini bisa dibuktikan bahwa sejak 4900 tahun sebelum masehi, yakni pada zaman Neolithikum. Pada zaman itu di China sudah berkembang dua jenis babi piaraan yaitu Chinese dan siamase. Untuk babi jenis Sus scrofa dijinakkan 800 tahun sebelum masehi yang mana dijinakkan pertama kali di Inggris. Dalam perkembangannya di Eropa, juga ditemukan babi jenis Sus vitatus yang dibawa oleh orang-orang Asia bagian Timur, salah satu diantaranya adalah jenis siamase.

Sejak zaman Romawi babi sudah dibawa ke Mediterrania yang kemudian disilangkan dengan babi jenis lokal yang kemudian dikenal dengan jenis babi Napoli (AAK, 1981). Domestikasi babi liar Sus vitatus di China di mulai sekitar tahun 4910 sebelum masehi, sedangkan domestikasi babi liar Sus scrofa di Inggris dilaksanakan pada tahun 800 tahun sebelum masehi (Hafes dan Signoret, 1969 Anom, 1983) dalam Sudana, (1997). Selanjutnya dinyatakan bahwa bangsa babi peliharaan yang dikenal

(2)

6 sekarang adalah keturunan dari dua jenis babi liar yaitu Sus vitatus yang berasal dari China dan Sus scrofa yang berasal dari Eropa.

Babi merupakan hewan monogastrik atau hewan dengan lambung tunggal dimana saluran pencernaan babi hampir mirip dengan manusia. Babi merupakan salah satu ternak yang banyak memiliki keunggulan dan juga memiliki beberapa kelemahan. Babi termasuk ternak yang efisien dalam memanfaatkan makanan. Babi memiliki kemampuan yang sangat baik dalam mengkonversi bahan makanan yang kemudian diubah menjadi daging dan lemak dengan sangat efisien. Menurut Derek H. Goodwin (1973) untuk pembentukan 1 kg daging rata-rata di perlukan 3,5 kg makanan. Babi juga termasuk jenis hewan omnivora yang artinya dapat memakan segala. Bahkan walaupun bahan makanan yang diberikan kualitasnya kurang baik, babi masih mampu tumbuh relatif lebih baik jika dibandingkan dengan ternak lain.

Babi dibagi menjadi menjadi 3 tipe yaitu babi tipe daging (meat type) seperti Hampsire, Poland Chine, Spotted Polland Chine, Berkshire, Chester White, dan Duroc. Babi tipe lemak (lard type) seperti babi yang umum dipelihara di Indonesia yang kandungan lemaknya cukup tinggi seperti babi bali. Babi tipe sedang (bacon type) seperti Yorkshire, Landrace, dan Tamworth. Karena pengaruh domestikasi, babi yang biasanya liar dan dipelihara tanpa kandang berubah menjadi hewan yang lebih jinak.(AAK, 1983)

(3)

7 Pertumbuhan adalah suatu proses pertambahan ukuran baik volume, bobot, dan jumlah sel yang bersifat irreversible (tidak dapat kembali ke asal). Perkembangan adalah perubahan atau diferensiasi sel menuju keadaan yang lebih dewasa. Pertumbuhan merupakan suatu proses yang sangat kompleks, meliputi pertambahan berat badan serta semua pertumbuhan bagian tubuh secara serentak dan merata (Maynard et al., 1979). Winter dan Funk (1960) menyatakan bahwa pertumbuhan sebagai pembentukan jaringan baru yang menghasilkan perubahan dalam berat, bentuk, atau ukuran jaringan ternak. Tahap-tahap pertumbuhan ternak membentuk gambaran sigmoid pada grafik pertumbuhan. Pertumbuhan yang baik tergantung pada makanan, disamping tata laksana dan pencegahan penyakit. Bila kualitas maupun kuantitas makanan yang diberikan baik maka hasilnya juga baik (Rasyaf, 2004).

Secara kronologis, kecepatan pertumbuhan jaringan tubuh pada mulanya didominasi oleh perkembangan otak dan kepala (Anggorodi, 1994). Kecepatan pertumbuhan pada ternak yang paling cepat berhenti adalah pertumbuhan tulang, disusul otot, dan lemak adalah komponen yang paling lambat berhenti pertumbuhannya (Tillman et. al., 1998). Kecepatan pertumbuhan pada ternak tergantung dari beberapa faktor diantaranya adalah jenis kelamin, umur, spesies, dan kualitas ransum (Titus, 1961). Pertumbuhan berawal dari bertemunya sel sperma dengan sel telur (ovum) yang terjadi dalam tuba fallopi yang kemudian di lanjutkan dengan proses kebuntingan dan diakhiri oleh proses kelahiran (partus). Ketika anak babi baru lahir, segera akan mendapatkan air susu pertama dari induknya yang disebut kolostrum. Fungsi kolostrum ini sebagai sumber gizi pertumbuhan. Kedua,

(4)

8 mempercepat pertumbuhan vili-vili usus. Ketiga, untuk menambah kekebalan tubuh, sehingga anak babi tahan terhadap serangan penyakit.

Secara garis besarnya pertumbuhan babi dibagi menjadi 3 fase. Pertumbuhan fase I, merupakan awal pertumbuhan babi sejak babi lahir hingga mencapai umur 2 bulan. Pada saat ini laju pertumbuhan yang ralatif sedang ±1,5 kg/minggu. Pertumbuhan fase II, disebut juga fase grower, umur selanjutnya sampai mencapai pubertas sampai umur 4-5 bulan. Pada fase ini babi mengalami proses pertumbuhan yang begitu cepat ±4 - 5,5 kg/minggu. Pertumbuhan fase III, yakni pada saat babi menjelang dewasa. Pada fase ini proses pertumbuhan menjadi semakin mundur ± 2-3 kg/minggu (AAK, 1983).

Laju pertumbuhan babi dapat diduga dengan mengukur panjang tubuh dan lingkar tubuh. Panjang tubuh diukur dengan menggunakan meteran, di lakukan dengan cara mengukur dari bagian anterior Vertebrae cervicales premium sampai Tuber sacrale. Lingkar tubuh di ukur dengan cara melingkari Region vertebraelumbales primum (Getty, 1985).

2.3 Konversi Ransum

Konversi ransum adalah jumlah konsumsi ransum yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg pertambahan bobot badan atau kemampuan ternak mengubah pakan kedalam bentuk pertambahan bobot badan (PBB), dengan demikian makin rendah angka konversi akan semakin efisien dalam penggunaan ransum (Bogart, 1977).

NRC (1998) memberikan rekomendasi angka konversi yang diharapkan dari berbagai tipe babi sebagai berikut: 0,368 – 0,421. Bila ratio itu kecil berarti

(5)

9 pertambahan berat badan memuaskan ternak atau babi makan tidak banyak. Konversi inilah yang sebaiknya digunakan sebagai pegangan produksi, karena sekaligus melibatkan berat badan dan konsumsi ransum.

Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi konversi pakan oleh ternak babi yaitu (1) pakan yang zat-zat gizinya tidak seimbang, (2) pakan berjamur, (3) kondisi lingkungan, (4) tingkat penyakit dan cacingan (Sihombing, 2006).

Efisiensi penggunaan makanan merupakan pertambahan berat badan yang dihasilkan setiap satuan ransum yang dikonsumsi. Efisiensi penggunaan makanan tergantung pada (1) kebutuhan ternak akan energi dan protein untuk pertumbuhan, hidup pokok atau fungsi lain, (2) kemampuan ternak mencerna makanan, (3) jumlah makanan yang hilang melalui proses metabolisme dan (4) tipe makanan yang dikonsumsi (Campbell dan Lasley, 1985).

2.4 Penampilan Babi

Penampilan adalah suatu hal yang berkaitan dengan penambahan bobot badan, efisiensi penggunaan pakan dan kecepatan pertumbuhan (Davendra dan Fuller, 1979). Penampilan itu sendiri sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan. Menurut Tillman et al. (1991) pertumbuhan pada ternak sudah dimulai sejak dibuahinya ovum. Pertumbuhan akan berlanjut sampai ternak menjadi dewasa. Pertumbuhan umumnya dinyatakan dengan pertambahan bobot badan harian, mingguan, atau satuan waktu tertentu.

Menurut Parakkasi (1980), pertumbuhan dapat dinyatakan dengan pertambahan bobot badan absolute maupun relatif. Pertambahan bobot badan

(6)

10 absolute adalah selisih pertambahan bobot badan akhir dengan bobot badan awal dibagi dengan bobot badan awal. Anggorodi (1990), menyatakan bahwa pertumbuhan yang normal memiliki tahapan yang cepat dan lambat. Tahap cepat terjadi pada saat-saat awal sampai dewasa kelamin dan tahap lambat terjadi pada saat-saat-saat-saat mencapai dewasa tubuh.

Pada ternak babi pertumbuhan dipengaruhi beberapa faktor yaitu genetik, jumlah dan kualitas pakan, jenis kelamin, serta faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban, aliran udara, dan penyakit (Williams, 1979). Faktor genetik lebih membatasi kemungkinan pertumbuhan dan ukuran besarnya tubuh yang dicapai (Parakkasi, 1980). Kualitas maupun kuantitas pakan yang di berikan akan sangat menentukan pertumbuhan dalam mencapai kedewasaan. Kekurangan gizi memperlambat puncak pertumbuhan urat daging dan memperlambat laju penimbunan lemak, sedangkan pakan yang sempurna mempercepat terjadinya laju puncak maupun penimbunan lemak (Anggorodi, 1990).

Baik buruknya penampilan ternak juga dapat dilihat dari keadaan konversi pakan dimana konversi pakan itu sendiri adalah banyaknya pakan yang dikonsumsi untuk menghasilkan pertambahan berat badan dalam satuan berat dan satuan waktu tertentu yang sama (Morrison, 1961 dalam Sudana, 1997).

Banyaknya ransum yang dikonsumsi pada babi tergantung pada gene tik, umur, besarnya ternak, aktivitas, suhu lingkungan, jenis produksi, tingkat energi ransum, kandungan protein, serta keseimbangan asam amino pada ransum (Dunkin, 1979). Tingkat pertumbuhan babi akan berpengaruh terhadap nilai konversi ransum. Pada

(7)

11 saat pertumbuhan paling cepat, merupakan fase yang paling efisien dalam mengkonversi pakan.

2.5 Ransum Komersial

Ransum komersial merupakan campuran dari beberapa bahan pakan ternak yang dalam menyusunnya ditentukan dari kebutuhan hidup dan produksi dari ternak itu sendiri. Dimana dalam penelitian tersebut, pakan jadi yang diberikan adalah dari PT Charoen Pokphand CP551 dan Polllard Gandum Bogasari. Susunan bahan pakan dari ransum komersial tersebut adalah jagung, dedak, tepung ikan, bungkil kedelai, bungkil kelapa, tepung daging dan tulang, pecahan gandum, bungkil kacang tanah, canola, tepung daun, vitamin, kalsium, fosfat, dan trace mineral.

2.6 Ampas Tahu

Tahu adalah makanan yang mengandung banyak protein nabati yang banyak diminati konsumen. Efek lain dari peningkatan produksi tahu adalah surplus ampas tahu atau sisa dari pembuatan tahu yang belum banyak dimanfaatkan dan dianggap kurang mempunyai nilai ekonomis.

Jika dikaji lebih lanjut dalam ampas sisa tadi masih bisa dimanfaatkan sebagai ransum untuk ternak yang banyak kandungan proteinnya. Saat ini belum banyak peternak yang memanfaatkan ampas tahu sebagai pakan tambahan bagi ternaknya selain konsentrat. Pertumbuhan ternak yang diberikan ampas tahu lebih cepat dibandingkan ternak yang tidak diberikan ampas tahu (Titis, 2009).

Ampas tahu adalah salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai bahan penyusun ransum. Sampai saat ini ampas tahu cukup mudah didapat dengan harga

(8)

12 murah, bahkan bisa didapat dengan cara cuma-cuma. Ditinjau dari komposisi kimianya ampas tahu dapat digunakan sebagai sumber protein, karena kandungan protein dan lemak pada ampas tahu yang cukup tinggi. Tetapi kandungan tersebut berbeda tiap tempat dan cara pembuatannya. Menurut laporan bahwa kandungan ampas tahu yaitu protein 8,66%; lemak 3,79%; air 51,63% dan abu 1,21%, maka sangat memungkinkan ampas tahu dapat diolah menjadi bahan makanan ternak (Dinas Peternakan Provinsi jawa Timur, 2011).

Tabel 2.1 Analisis proksimat ampas tahu kering.

Kandungan Nutrisi Nilai (%)

Protein 23,62 BETN 41,98 Serat Kasar 22,65 Lemak 7,78 Abu 3,97 Kalsium 0,58 Phosphor 0,22 Sumber : Duldjaman (2004) Tabel 2.2 Analisis laboratorium.

Kandungan Nutrisi Nilai

Bahan Kering 8,69% Protein Kasar 18,67% Serat Kasar 24,43% Lemak Kasar 9,43% Abu 3,42% BETN 41,97% Mineral Fe Mn Cu Zn 200-500 ppm 30-100 ppm 5-15 ppm 50 pm Sumber : Hernawan et al(2005

(9)

13

Kandungan Nutrisi Nilai (%)

Protein Kasar 27,55

Lemak 4,93

Serat Kasar 7,11

BETN 44,50

Sumber : Nuraini et al.(2009)

Tabel 2.4 Kandungan zat nutrisi ampas tahu basah dan kering

Nutrisi Ampas tahu

Basah (%) Kering (%) Bahan Kering 14,69 88,35 Protein Kasar 2,91 23,39 Serat Kasar 3,76 19,44 Lemak kasar 1,39 9,96 Abu 0,58 4,58 BETN 6,05 30,48 Sumber : Suprapti (2005).

Selanjutnya pertumbuhan babi akan semakin cepat jika diberi pakan ampas tahu, karena kebutuhan protein dan gizi terpenuhi. Bahkan ampas yang sudah berhari-hari pun babi tetap mau memakannya. Sementara ini penggunaan ampas tahu pada ternak babi paling besar dibanding pada ternak ternak yang lain. Karena dalam ampas tahu kandungan gizi masih cukup banyak maka akan mempercepat pertumbuhan.

Ditinjau dari komposisi kimianya ampas tahu dapat digunakan sebagai sumber protein. Ampas tahu lebih tinggi kualitasnya dibandingkan dengan kacang kedelai. Prabowo et al. (1983) menyatakan bahwa protein ampas tahu mempunyai nilai biologis lebih tinggi dari pada protein biji kedelai dalam keadaan mentah, karena bahan ini berasal dari kedelai yang telah dimasak.

2.7 Pengaruh Pemberian Ampas Tahu terhadap Penampilan Ternak Monogastrik

(10)

14 Pemberian ampas tahu pada ransum tidak memberikan pengaruh yang negatif bagi ternak. Ternak babi tidak akan mengalami penurunan bobot badan jika pada ransumnya ditambahkan ampas tahu serta tidak akan berdampak pada penampilan ternak. Pertambahan bobot badan sangat dipengaruhi oleh konsumsi ransum, karena konsumsi ransum menentukan masukan zat nutrisi kedalam tubuh yang selanjutnya dipakai untuk pertumbuhan dan keperluan lainnya (Bidura at al., 2008). Pada fase grower akan terjadi laju pertumbuhan yang sangat tinggi sehingga tingkat konsumsi ransum erat kaitannya dengan pertumbuhan. Selain itu sejalan dengan Jull (1978) yang menyatakan bahwa secara tidak langsung pertumbuhan merupakan peningkatan air, protein, dan mineral serta terdapat hubungan yang erat antara kecepatan tumbuh dengan jumlah ransum yang dikonsumsi pada fase tertentu.

Pada saat pertumbuhan berjalan dengan cepat, ternak sangat sensitif terhadap tingkat gizi pada ransum (Wahju, 1992) dan apabila lebih banyak ransum yang dikonsumsi maka lebih cepat pertambahan bobot badan ternak tersebut (Schaible, 1979).

Namun demikian, dengan konsumsi dan kandungan energi – protein yang sama, akan menghasilkan pertumbuhan yang sama bila makanan yang dikonsumsi dapat dicerna dengan baik. Kandungan nutrisi ransum yang tinggi tidak berarti jika daya cernanya rendah, karena tidak dapat dimanfaatkan oleh ternak untuk pertumbuhan. Ransum yang berprotein dan berenergi cukup biasanya mempunyai daya cerna yang baik. Pada ransum tidak ada faktor pembatas seperti serat kasar, racun, dan lain-lain sehingga akan menunjang pertumbuhan ternak.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk itu ditahun 2013 ini rekan-rekan generasi muda mahasiswa Sekolah Tinggi Teknologi Cirebon rekan-rekan generasi muda mahasiswa Sekolah Tinggi Teknologi

Hal ini dianalisis menggunakan beberapa indikator seperti Revealed Comparative Advantage (RCA), Comparative Export Performance (CEP) dan Market Share Index (MSI) untuk

Teacher Education Vol. Menurut Berry Brazelton, strategi mengedisiplinkan harus mencakup beberapa hal. Pertama, kelakuan buruk anak harus dihentikan. Kedua, mungkin anak

dibandingkan dengan tanaman dewasa (Tabel 1). Tanaman muda menghasilkan persen stek berakar rata-rata 88,33 %, sedangkan tanaman yang berumur 10 tahun dan 25

Anda bisa mengatur segala hal yang berkaitan dengan folder dan file lewat Advanced Settings ini, seperti mengatur bagaimana sebuah file harus ditampilkan di Windows

Kepada Rekanan peserta pelelangan yang keberatan atas penetapan pemenang kegiatan tersebut diberikan kesempatan untuk mengadakan sanggahan secara tertulis kepada atasan dari

Bagian penting dari sebuah strategi atau kebijakan baru adalah untuk memastikan apakah kebijakan tersebut sesuai dengan tujuan kebijakan dan tepat sasaran. Oleh karena itu,

Sososutikno (2003) mengemukakan tekanan anggaran waktu adalah situasi yang ditujukan untuk auditor dalam melaksanakan efisiensi terhadap waktu yang telah disusun