• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 623 TAHUN 2015 TENTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 623 TAHUN 2015 TENTANG"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

1 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

NOMOR : KP 623 TAHUN 2015

TENTANG

PROSEDUR DAN MEKANISME PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF TERHADAP

PELANGGARAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

DI BIDANG PENERBANGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA,

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 23 Peraturan

Menteri Perhubungan Nomor : PM 30 Tahun 2015 tentang

Pengenaan Sanksi Administratif Terhadap Pelanggran

Peraturan Perundang-undangan di Bidang Penerbangan,

perlu diatur prosedur dan mekanisme pengenaan sanksi

denda administratif;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

pada huruf a, perlu menetapkan Peraturan Direktur

Jenderal Perhubungan Udara tentang prosedur dan

mekanisme pengenaan sanksi administratif terhadap

pelanggaran perundang-undangan di bidang penerbangan;

Mengingat

: 1. Undang-Undang

Nomor

1

Tahun

2009

tentang

Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4956);

2. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang dan

Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);

3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 40 Tahun

2015 Tentang Kementerian Perhubungan;

4. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : KM 60 Tahun

2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian

Perhubungan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

Menteri Perhubungan Nomor : KM 68 Tahun 2013;

5. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM 30 Tahun

2015 tentang Pengenaan Sanksi Administratif Terhadap

Pelanggran Peraturan Perundang-undangan di Bidang

Penerbangan;

6. Peraturan Menteri Nomor : KM 59 Tahun 2015 tentang

Kriteria, Tugas, dan Wewenang Inspektur Penerbangan

Penerbangan;

(2)

2

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

TENTANG PROSEDUR DAN MEKANISME PENGENAAN SANKSI

ADMINISTRATIF TERHADAP PELANGGARAN

PERUNDANG-UNDANGAN DI BIDANG PENERBANGAN

Pasal 1

Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan:

1. Tanpa Roda Pendarat adalah Wheels Up.

2. Sistem Landas Pacu adalah Runway System.

3. Jarak landing terlalu pendek (undershoot) adalah pesawat

mendarat sebelum mencapai landasan.

4. Jarak landing terlalu panjang (overshoot) adalah pesawat

mendarat setelah melewati touch down zone sebagai hasil

dari unstabilized approach.

5. Hard

landing

adalah

kejadian

pendaratan

yang

menyebabkan pesawat terbang mengalami kerusakan

structural sebagai akibat dari unstabilized approach.

6. Personel AOC menyebabkan Jet Blast pada saat taxi adalah

Jet blast pada saat taxi yang timbul dari penggunaan power

yang melebihi limitasi dalam AFM kecuali atas instruksi

ATC dan upslope sehingga menimbulkan kerusakan

property / korban pada area yang tidak terlindungi.

7. Bandar Udara yang keliru adalah selain bandara tujuan

dan alternate yang sudah ditentukan.

8. Endorsement adalah ijin tertulis dari Certified Flight

Instructor.

Pasal 2

(1) Setiap pelanggaran peraturan perundang-undangan di

bidang penerbangan dapat dikenakan sanksi administratif.

(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dapat berupa:

a. peringatan;

b. pembekuan;

c. pencabutan; dan

d. denda administratif.

Pasal 3

(1) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2

ayat (2), sesuai dengan bidang masing-masing yang

tercantum dalam lampiran I.

(2) Apabila peringatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2

ayat (2) huruf a tidak diindahkan, dilanjutkan dengan

pembekuan lisensi, sertifikat dan/atau izin untuk sesuai

dengan jangka waktu yang tercantum dalam lampiran I.

(3)

3

(3) Apabila pembekuan lisensi, sertifikat dan/atau izin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf b,

habis

jangka

waktunya

dan

tidak

ada

usaha

perbaikan/perubahan, maka lisensi, sertifikat dan/atau

izin dilakukan pencabutan.

Pasal 4

Lisensi, sertifikat dan/atau izin dapat dicabut tanpa melalui

peringatan dan/atau pembekuan dalam hal pemegang Lisensi,

sertifikat dan/atau izin terbukti:

a. melakukan kegiatan yang membahayakan keamanan

Negara; dan

b. memperoleh Lisensi, sertifikat dan/atau izin secara tidak

sah.

Pasal 5

(1) Pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang

penerbangan dapat dikenakan sanksi denda administratif.

(2) Sanksi denda administratif sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), diberikan berdasarkan hasil penilaian dari

pemeriksaan Inspektur.

(3) Berdasarkan hasil penilaian sebagaimana dimaksud pada

ayat (2), yang dilakukan oleh Bagian Hukum dengan

kategori pelanggaran sebagai berikut :

a. denda minimal dengan cakupan 250 (dua ratus lima

puluh) s/d 1000 (seribu) penalty units (PU);

b. denda menengah dengan cakupan 1001 (seribu satu)

s/d 3000 (tiga ribu) penalty units (PU); dan

c. denda maksimal dengan cakupan 3001 (tiga ribu satu)

s/d 10.000 (sepuluh ribu) penalty units (PU).

Pasal 6

Kategori

pelanggaran

peraturan

perundang-undangan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) tercantum

dalam lampiran I Peraturan ini.

Pasal 7

Satuan denda administratif Penalty Units (PU) sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3), nilainya sebesar Rp.

100.000,- (seratus ribu rupiah).

Pasal 8

Sanksi denda administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal

5 ayat (1), dilakukan berdasarkan:

a. tingkat kepatuhan; dan

b. tingkat kemungkinan terjadi.

(4)

4

Pasal 9

Tingkat kepatuhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8

huruf a, dalam penegakan sanksi dendanya dengan

mempertimbangkan:

a. seberapa sering melakukan pelanggaran peraturan;

b. keseriusan untuk perbaikan dalam mematuhi peraturan;

dan

c. pelanggaran berulang-ulang terhadap peraturan yang sama.

Pasal 10

Penentuan

tingkat

kemungkinan

terjadi

sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 8 huruf b, dalam penegakan sanksi

dendanya dengan mempertimbangkan peluang terjadinya

pelanggaran.

Pasal 11

Pelanggaran berulang-ulang terhadap peraturan yang sama

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf c dapat

dikenakan denda administratif yang berulang kali berdasarkan

selang waktu.

Pasal 12

(1) Pemeriksaan pelanggaran dilakukan dengan 2 (dua) cara,

yaitu:

a. normal; dan

b. insidentil.

(2) Pemeriksaan

pelanggaran

dengan

cara

normal

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, yaitu :

a. sebagai

pelaksanaan

fungsi

pengawasan

oleh

Direktorat Jenderal Perhubungan Udara;

b. bilamana diterima informasi atau laporan secara

tertulis; atau

c. bilamana ditemukan pelanggaran oleh Inspektur

Penerbangan pada saat di lokasi.

(3) Pemeriksaan

pelanggaran

dengan

cara

insidentil

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, Inspektur

Penerbangan

menemukan

pelanggaran

peraturan

perundang-undangan

dilapangan

pada

saat

tidak

(5)

5

Pasal 13

(1) Inspektur Penerbangan dalam melakukan pemeriksaan

pelanggaran dengan cara normal sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 12 ayat (1) huruf a, harus :

a. memiliki Surat Perintah Tugas (SPT);

b. menggunakan media berupa check list pemeriksaan;

dan

c. menggunakan format/bentuk berita acara.

(2) Inspektur Penerbangan dalam melakukan pemeriksaan

pelanggaran dengan insidentil sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 12 ayat (1) huruf b, harus :

a. melaporkan kepada Direktur terkait mengenai

pelanggaran yang terjadi;

b. memiliki

surat

perintah

tugas

melalui

elektronik/telepon;

c. menggunakan media berupa check list pemeriksaan;

dan

d. menggunakan format/bentuk berita acara.

(3) Surat Perintah Tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat 1

huruf (a) dan ayat 2 huruf (b) , diberikan oleh Direktur

atau Kepala Kantor.

(4) Media berupa Check list pemeriksaan sebagaimana

dimaksud pada ayat 1 huruf b, sesuai dengan bidang dan

objek pemeriksaan yang akan dilakukan.

(5) Check list pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat

(4) sesuai dengan bidangnya masing-masing.

Pasal 14

Surat perintah tugas melalui elektronik/telepon sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) huruf b, dalam 5 (lima) hari

sejak

mendapatkan

surat

perintah

tugas

melalui

elektronik/telepon harus sudah disampaikan ke objek

pemeriksaan secara tertulis.

Pasal 15

Inspektur Penerbangan setelah mendapat Surat Perintah Tugas

segera melakukan pemeriksaan pelanggaran sesuai dengan

surat perintah tugas yang diberikan.

Pasal 16

Hasil pemeriksaan pelanggaran oleh Inspektur Penerbangan

terhadap objek pemeriksaan dibuat dalam format/bentuk

Berita Acara Pemeriksaan (BAP) yang ditandatangani oleh

Inspektur Penerbangan dan petugas operator yang mewakili

disaat selesai dilakukan pemeriksaan.

(6)

6

Pasal 17

Bentuk berita acara pemeriksaan yang dibuat oleh Inspektur,

yaitu :

a. berita acara pemeriksaan yang sesuai dengan peraturan

perundang-undangan; dan

b. berita acara dengan temuan pelanggaran peraturan

perundang-undangan.

Pasal 18

Berita acara pemeriksaan dengan temuan pemeriksaan

pelanggaran peraturan perundang-undangan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 17 huruf b, terdiri dari :

a. temuan yang tidak sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang ada;

b. temuan yang tidak sesuai dengan standard operation

prosedur (SOP); dan

c. temuan yang tidak memiliki standard operation prosedur

(SOP).

Pasal 19

(1) Berita Acara Pemeriksaan (BAP) sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 17 dibuat dengan memuat:

a. judul;

b. hari, tanggal, bulan dan tahun dilakukannya

pemeriksaan;

c. objek pemeriksaan;

d. hasil pemeriksaan;

e. kalimat penutup; dan

f. tanda tangan tim pemeriksa dan tanda tangan dari

pihak yang diperiksa/yang mendampingi pemeriksaan.

(2) Berita Acara Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) wajib berisikan hal-hal yang pasti dan tidak

menerangkan sesuatu dugaan yang sifatnya masih

perkiraan atau taksiran.

(3) Bentuk/format berita acara pemeriksaan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), tercantum dalam Lampiran II

Peraturan ini.

Pasal 20

(1) Berita acara pemeriksaan dibacakan kepada pihak yang

terperiksa untuk dilakukan penandatangan.

(2) Apabila pihak yang terperiksa sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), menolak untuk menandatangai berita acara

pemeriksaan, dibuat berita acara penutup dengan

mencantumkan alasan-alasan penolakan.

(7)

7

Pasal 21

(1) Temuan pemeriksaan pelanggaran peraturan

perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18,

inspektur

penerbangan

membuat

tindak

lanjut

penyelesaian yang akan dilakukan oleh objek pemeriksaan.

(2) Tindaklanjut penyelesaian sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), yaitu :

a. program penyelesaian temuan;

b. berpotensi membahayakan keselamatan dan keamanan

penerbangan ; dan

c. berpotensi terhadap pelanggaran pidana.

Pasal 22

(1) Inspektur

Penerbangan

dalam

menindaklanjut

penyelesaian

permasalahan

yang

berpotensi

membahayakan keselamatan dan keamanan penerbangan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2) huruf b,

yaitu :

a. dapat

menghentikan

sementara

kegiatan

atau

operasional penerbangan untuk memerintahkan kepada

operator melakukan pemeriksaan ulang sesuai dengan

standard operasi prosedur (SOP) yang dimiliki operator

penerbangan; dan

b. melaporkan kepada Direktur atau Kepala Kantor untuk

menentukan langkah lanjutan.

(2) Hasil pemeriksaan ulang sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf a sebagai dasar menetapkan penanganan lebih

lanjut.

Pasal 23

Tindaklanjut penyelesaian permasalahan berpotensi terhadap

pelanggaran pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21

ayat (2) huruf c, diserahkan kepada Penyidik Pegawai Negeri

Sipil (PPNS).

Pasal 24

(1) Inspektur penerbangan melaporkan pelanggaran peraturan

perundang-undangan di bidang penerbangan dalam waktu

7 (tujuh) hari kepada Direktur atau Kepala Kantor.

(2) Direktur atau Kepala Kantor menyampaikan usulan

penetapan sanksi denda admnistratif terhadap pelanggaran

peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) kepada Bagian Hukum.

(8)

8

Pasal 25

(1) Usulan penetapan sanksi denda admnistratif sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2), dievaluasi Bagian

Hukum paling lambat 3 (tiga) hari kerja untuk menentukan

rekomendasi besaran denda administratif Penalty Units.

(2) Rekomendasi besaran denda administratif Penalty Unit

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada

Direktur Jenderal untuk mendapat persetujuan.

Pasal 26

(1) Surat penetapan denda administratif (SPDA) dikeluarkan

oleh Direktur Jenderal Perhubungan Udara.

(2) Bentuk/format Surat penetapan denda administratif

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tercantum dalam

Lampiran III Peraturan ini.

Pasal 27

(1) Penagihan, pemungutan, penyetoran, dan pelaporan

denda administratif dilaksanakan oleh Direktorat atau

Kantor

Otoritas

Bandar

Udara

sesuai

dengan

kewenangannya.

(2) Mekanisme Penagihan, pemungutan, penyetoran, dan

pelaporan denda administratif sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), dilakukan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

Pasal 28

Pelanggar yang telah dikenakan sanksi denda administratif

dengan mengabaikan pembayaran sanksi denda administratif

dapat dikenakan sanksi berupa:

a.

pelanggar yang dikenakan denda administratif minimal

diberikan sanksi peringatan I, II, III dan pembekuan

selama 1 (satu) bulan;

b.

pelanggar yang dikenakan denda administratif menengah

diberikan sanksi peringatan I, II, III dan pembekuan

selama 6 bulan; dan

c.

pelanggar yang dikenakan denda administratif maksimal

diberikan sanksi pencabutan.

Pasal 29

(1) Pelanggar dapat mengajukan keberatan kepada Direktur

Jenderal terhadap sanksi denda administratif paling

lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak tanggal

diterimanya pemberitahuan Surat penetapan denda

administratif (SPDA).

(2) Keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Direktur

Jenderal menunjuk Bagian Hukum dan Direktorat

dan/atau Kantor Otoritas Bandar Udara terkait untuk

melakukan evaluasi paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja.

(9)

9

Pasal 30

Pelanggaran peraturan perundang-undangan yang diatur

setelah peraturan ini berlaku, dapat dikenakan sanksi

administratif.

Pasal 31

Penetapan besaran sanksi denda administratif terhadap

pelanggaran peraturan perundang-undangan setelah peraturan

ini berlaku, disesuaikan dengan kategori pelanggaran yang

sejenis dalam lampiran peraturan ini.

Pasal 32

Direktur dan Kepala Kantor Otoritas Bandar Udara

melaksanakan pengawasan terhadap pelaksaaan Peraturan ini.

Ditetapkan di :

Jakarta

Pada tanggal

:

29 Oktober 2015

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

TTD

SUPRASETYO

SALINAN Peraturan ini disampaikan kepaada:

1. Menteri Perhubungan;

2. Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal, Para Kepala Badan di Lingkungan

Kementerian Perhubungan;

3. Para Direktur di Lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara;

4. Para Kepala Otoritas Bandar Udara di

Lingkungan

Direktorat Jenderal

Perhubungan Udara;

5. Para Kelapa Unit Penyelenggara Bandar Udara di Lingkungan Direktorat

Jenderal Perhubungan Udara;

6. Direktur Utama PT. Angkasa Pura I (Persero);

7. Direktur Utama PT. Angkasa Pura II (Persero);

8. Direktur Utama Perum LPPNPI;

9. Para Direktur Utama Badan Usaha Angkutan Udara;

10. Para Direktur Utama Perusahaan Ground Handling.

11. Para Direktur Utama Perusagaan Regulated Agent.

Salinan sesuai dengan aslinya

KEPALA BAGIAN HUKUM DAN HUMAS,

HEMI PAMURAHARJO

Pembina Tk. I / (IV/b) NIP. 19660508 199003 1 001

(10)

1 Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : KP 623 Tahun 2015

Tanggal : 29 Oktober 2015

KATEGORI JENIS PELANGGARAN

TERHADAP PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

NO: JENIS PELANGGARAN SANKSI ADMINISTRATIF

SP I SP II SP III Pembekuan Pencabutan Kategori PU/Penalty Unit Denda 1.

DIREKTORAT ANGKUTAN UDARA

1.1. Pelaksanan angkutan udara niaga berjadwal oleh badan usaha angkutan udara niaga berjadwal dan perusahaan angkutan udara asing tidak memiliki izin yang diterbitkan Direktur Jenderal

- - - Maksimal 3001 s/d 10.000

1.2. Pelaksanaan angkutan udara niaga berjadwal oleh badan usaha angkutan udara niaga berjadwal dan perusahaan angkutan udara asing tidak sesuai dengan izin yang diterbitkan Direktur Jenderal

- - - Maksimal 3001 s/d 10.000

1.3. Pemegang izin kegiatan angkutan udara bukan niaga melakukan kegiatan angkutan udara niaga tanpa izin dari Menteri

- - - Menengah 1001 s/d 3000

1.4. Pelaksanaan angkutan udara tanpa memiliki persetujuan terbang (flight approval) untuk angkutan udara niaga berjadwal dalam negeri oleh badan usaha angkutan udara nasional

(11)

2 1.5. Pelaksanaan angkutan udara tanpa memiliki persetujuan

terbang (flight approval) untuk angkutan udara niaga tidak berjadwal penumpang dalam negeri yang menggunakan pesawat udara dengan kapasitas lebih dari 30 (tiga puluh) tempat duduk oleh Badan Usaha Angkutan Udara Nasional

- - - Maksimal 3001 s/d 10.000

1.6. Pelaksanaan angkutan udara tanpa memiliki persetujuan terbang (flight approval) untuk angkutan udara niaga tidak berjadwal khusus kargo dalam negeri yang menggunakan pesawat udara dengan berat tinggal landas lebih dari 5700 (lima ribu tujuh ratus) kilogram oleh Badan Usaha Angkutan Udara Nasional

- - - Maksimal 3001 s/d 10.000

1.7. Pelaksanaan angkutan udara tanpa memiliki persetujuan terbang (flight approval) untuk Kegiatan angkutan udara bukan niaga dengan menggunakan pesawat udara kapasitas lebih dari 30 (tiga puluh) tempat duduk oleh pemegang izin kegiatan bukan niaga nasional

- - - Maksimal 3001 s/d 10.000

1.8. Pelaksanaan angkutan udara tanpa memiliki persetujuan terbang (flight approval) untuk angkutan udara bukan niaga (general aviation) luar negeri oleh pemegang izin kegiatan bukan niaga nasional

- - - Maksimal 3001 s/d 10.000

1.9. Pelaksanaan angkutan udara tanpa memiliki persetujuan terbang (flight approval) untuk penerbangan dari dan ke wilayah Indonesia oleh pesawat udara asing

- - - Maksimal 3001 s/d 10.000

1.10. Pelaksanaan angkutan udara tanpa memiliki persetujuan terbang (flight approval) untuk penerbangan lintas wilayah udara Indonesia (overflying) oleh pesawat udara asing

- - - Maksimal 3001 s/d 10.000

1.11. Pelaksanaan angkutan udara tanpa memiliki persetujuan terbang (flight approval) untuk pendaratan teknis (technical landing) bukan disebabkan oleh keadaan darurat oleh pesawat udara asing

(12)

3 1.12. Pelaksanaan angkutan udara tanpa memiliki persetujuan

terbang (flight approval) untuk penerbangan tanpa penumpang umum (ferry flight) untuk ke dan dari luar negeri

- - - Maksimal 3001 s/d 10.000

1.13. Pelaksanaan kegiatan angkutan udara tidak sesuai dengan persetujuan terbang (flight approval)

- - - Maksimal 3001 s/d 10.000

1.14. Pengoperasian pesawat udara sipil asing di dalam wilayah NKRI untuk pengangkutan barang yang tidak sesuai dengan ketentuan jenis barang yang diperbolehkan diangkut sesuai dengan persetujuan dari Menteri Perhubungan/Direktur Jenderal

- - - Maksimal 3001 s/d 10.000

1.15. Badan Usaha Angkutan Udara Nasional menggunakan slot time diluar persetujuan slot yang diberikan dan tanpa persetujuan pengelola bandar udara/Airnav

- - - Maksimal 3001 s/d 10.000

1.16. Pelaksanaan angkutan udara tanpa memiliki persetujuan terbang (flight approval) untuk angkutan udara niaga berjadwal khusus kargo oleh badan usaha angkutan udara niaga

- - - Maksimal 3001 s/d 10.000

1.17. Badan Usaha Angkutan Udara Nasional melakukan pertukaran slot time (slot swap) dan pemindahtanganan slot time (slot transfer) tanpa persetujuan Direktur Jenderal

- - - Maksimal 3001 s/d 10.000

1.18. Badan Usaha Angkutan Udara Niaga Berjadwal, Badan Usaha Angkutan Udara Niaga Tidak Berjadwal dan Pemegang izin kegiatan angkutan udara bukan niaga, tidak mengirimkan Laporan Produksi Angkutan Udara setiap bulan paling lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya

14 hari kalender sejak tanggal 10 1 bulan 1 bulan + denda administ ratif

1 bulan 1 bulan Minimal 250 s/d 1000

1.19. Kantor perwakilan dan general sales agent badan usaha angkutan udara asing tidak mengirimkan laporan kegiatan angkutan udara setiap 3 (tiga) bulan kepada Direktur Jenderal

1 bulan 1 bulan 1 bulan + denda administ ratif

(13)

4 1.20. Badan Usaha Angkutan Udara Niaga Berjadwal tidak

mengirimkan laporan keterlambatan dan pembatalan penerbangan setiap bulan paling lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya 14 hari kalender sejak tanggal 10 1 bulan 1 bulan + denda administ ratif

1 bulan 1 bulan Menengah 1001 s/d 3000

1.21. Penambahan kapasitas berupa penambahan rute penerbangan pada pelaksanaan operasi penerbangan belum mendapat persetujuan Direktur Jenderal tetapi dalam pelaksanaannya sudah melakukan pemasaran dan penjualan sehingga pelaksanaannya menggunakan persetujuan terbang (flight approval), kecuali rute yang belum ada pelayanan penerbangan

14 hari

kalender 7 hari kalende r

denda administ ratif

- - Menengah 1001 s/d 3000

1.22. Penambahan kapasitas berupa penambahan frekuensi penerbangan pada pelaksanaan operasi penerbangan belum mendapat persetujuan Direktur Jenderal tetapi dalam pelaksanaannya sudah melakukan pemasaran dan penjualan sehingga pelaksanaannya menggunakan persetujuan terbang (flight approval)

14 hari

kalender 7 hari kalende r

denda administ ratif

- - Menengah 1001 s/d 3000

1.23. Perubahan lebih dari 2 (dua) kali terhadap rute yang

disetujui dan belum dilaksanakan 14 hari kalender 7 hari kalende r

denda administ ratif

- - Minimal 250 s/d 1000

1.24. Mengangkut penumpang umum dengan memungut bayaran untuk penerbangan ferry flight, positioning flight, proving flight

- - - Maksimal 3001 s/d 10.000

1.25. Penjualan keseluruhan kapasitas pesawat udara untuk angkutan udara niaga berjadwal kepada agen penjualan umum atau agen penjualan tiket

14 hari

kalender 7 hari kalende r

denda administ ratif

- - Minimal 250 s/d 1000

1.26. Perusahaan angkutan udara asing dan badan usaha angkutan udara yang melaksanakan kerjasama penerbangan pada rute luar negeri tanpa persetujuan Direktur Jenderal

14 hari

kalender 7 hari kalende r

denda administ ratif

(14)

5 1.27. Perusahaan angkutan udara asing dan perusahaan

angkutan udara asing yang melaksanakan kerjasama penerbangan pada rute luar negeri tanpa persetujuan Direktur Jenderal 14 hari kalender 7 hari kalende r denda administ ratif - - Menengah 1001 s/d 3000

1.28. Badan usaha angkutan udara dan badan usaha angkutan udara yang melaksanakan kerjasama penerbangan pada rute luar negeri tanpa persetujuan Direktur Jenderal

14 hari

kalender 7 hari kalende r

denda administ ratif

- - Minimal 250 s/d 1000

1.29. Badan usaha angkutan udara dan badan usaha angkutan udara yang melaksanakan kerjasama penerbangan pada rute dalam negeri tanpa persetujuan Direktur Jenderal

14 hari kalender 7 hari kalende r denda administ ratif - - Minimal 250 s/d 1000

1.30. Perusahaan angkutan udara asing dan badan usaha angkutan udara yang melaksanakan kerjasama penerbangan pada rute dalam negeri tanpa persetujuan Direktur Jenderal

14 hari kalender 7 hari kalende r denda administ ratif - - Menengah 1001 s/d 3000

1.31. Pemegang izin usaha angkutan udara niaga berjadwal tidak menyerahkan laporan kinerja keuangan (sekurang - kurangnya memuat neraca, laporan laba/rugi, arus kas dan rincian biaya) yang telah diaudit oleh kantor akuntan publik terdaftar setiap tahun paling lambat akhir bulan April

>31 Mei + denda administ ratif >30 Juni + dilapor kan ke PPATK

>31 Juli >31 Agustus - Menengah 1001 s/d 3000

1.32. Pemegang izin usaha angkutan udara niaga tidak berjadwal tidak menyerahkan laporan kinerja keuangan (sekurang - kurangnya memuat neraca, laporan laba / rugi, arus kas dan rincian biaya) yang telah diaudit oleh kantor akuntan publik terdaftar setiap tahun paling lambat akhir bulan April

>31 Mei + denda administ ratif >30 Juni + dilapor kan ke PPATK

>31 Juli >31 Agustus - Menengah 1001 s/d 3000

1.33. Pemegang izin usaha angkutan udara niaga khusus kargo tidak menyerahkan laporan kinerja keuangan (sekurang - kurangnya memuat neraca, laporan laba / rugi, arus kas dan rincian biaya) yang telah diaudit oleh kantor akuntan publik terdaftar setiap tahun paling lambat akhir bulan April

>31 Mei + denda administ ratif >30 Juni + dilapor kan ke PPATK

(15)

6 1.34. Pemegang izin usaha angkutan udara niaga (berjadwal/tidak

berjadwal/kargo) tidak melaporkan perubahan data sebagaimana tercantum dalam surat izin usaha dan lampirannya beserta bukti perubahannya

1 bulan 1 bulan + denda adminis tratif

1 bulan 1 bulan 1 bulan Minimal 250 s/d 1000

1.35. Pemegang izin kegiatan angkutan udara bukan niaga tidak melaporkan perubahan data sebagaimana tercantum dalam surat izin kegiatan angkutan udara bukan niaga dan lampirannya beserta bukti perubahannya

1 bulan 1 bulan + denda adminis tratif

1 bulan 1 bulan 1 bulan Minimal 250 s/d 1000

1.36. Perwakilan perusahaan angkutan udara asing tidak melaporkan setiap terjadi perubahan data (alamat kantor perwakilan atau penanggung jawab kantor perwakilan)

1 bulan 1 bulan + denda adminis tratif

1 bulan 1 bulan 1 bulan Minimal 250 s/d 1000

1.37. Agen Penjualan Umum (GSA) badan usaha angkutan udara asing tidak melaporkan setiap terjadi perubahan data (alamat kantor, pembukaan atau penutupan kantor cabang)

1 bulan 1 bulan + denda adminis tratif

1 bulan 1 bulan 1 bulan Minimal 250 s/d 1000

1.38. Pelanggaran tarif batas atas oleh Badan usaha angkutan udara niaga berjadwal penumpang dengan pelayanan kelas ekonomi

7 hari 7 hari 7 hari Penguranga n frekuensi penerbanga n (kapasitas penerbanga n) - Menengah 1001 s/d 3000

1.39. Pelanggaran atas ketentuan tiket penumpang, dimana nama penumpang dalam tiket tidak sesuai dengan data identitas penumpang yang sah (sebagaimana tercantum dalam KTP, Paspor dll) 14 hari kalender sejak tanggal 10 21 hari kalende r sejak tanggal 10 28 hari kalender sejak tanggal 10 - - Maksimal 3001 s/d 10.000

1.40. Badan usaha angkutan udara niaga yang tidak mengasuransikan tanggungjawabnya sesuai PM 77 Tahun 2011 tentang Tanggungjawab Pengangkut Angkutan Udara

1 bulan 1 bulan 1 bulan Dibekukan selama 14 hari

(16)

7 1.41. Pengangkut/Badan Usaha Angkutan Udara Niaga yang tidak

menyampaikan laporan pelaksanaan asuransi tanggungjawab pengangkut angkutan udara setiap 1 tahun atau setiap terjadi perubahan pertanggungan

1 bulan 1 bulan 1 bulan + denda administ ratif 14 hari kalender - Minimal 250 s/d 1000

1.42. Badan Usaha Angkutan Udara tidak memiliki SOP mengenai standar pelayanan minimal yang telah disetujui oleh Direktur Jenderal 14 hari kalender sejak batas waktu penyam paian SOP 21 hari kalende r sejak batas waktu penyam paian SOP 28 hari kalender sejak batas waktu penyam paian SOP - - Maksimal 7 hari kalender setelah peringata n III 3001 s/d 10.000

1.43. Badan Usaha Angkutan Udara merevisi SOP yang telah

disetujui tanpa melaporkan kepada Direktur Jenderal - - - Maksimal 3001 s/d 10.000

1.44. Badan Usaha Angkutan Udara menurunkan tingkat pelayanannya berdasarkan kelompok pelayanan sesuai PM 49 Tahun 2012

- - - Maksimal 3001 s/d 10.000

1.45. Badan Usaha Angkutan Udara tidak menyampaikan atau mempublikasikan Kelompok Pelayanan dari Kegiatan Angkutan Udaranya 14 hari sejak ditemuk an - - - - Menengah 1001 s/d 3000

(17)

8

2. DIREKTORAT BANDAR UDARA

2.1. Pengoperasian bandar udara dilakukan oleh tenaga manajerial yang tidak memiliki kompetensi operasi dan manajerial di bidang teknis dan/atau operasi bandar udara

Ada 3 (tiga) Bulan Ada 3 (tiga) Bulan Ada 3 (tiga) Bulan Ada SBU/RBU dan penghentian operasi sementara Ada Izin BUBU/penu runan kelas bandar udara Menengah 1001 s/d 3000

2.2. Badan usaha bandar udara tidak bertanggung jawab terhadap kerugian yang diderita oleh pengguna jasa bandar udara dan/atau pihak ketiga yang diakibatkan oleh pengoperasian bandar udara

Ada 1 (satu) Bulan Ada 1 (satu) Bulan Ada 1 (satu) Bulan Ada Sertifikat BUBU Ada Sertifikat BUBU Menengah 1001 s/d 3000

2.3. Badan usaha bandar udara wajib mengasuransikan

tanggungjawabnya Ada 1 (satu) Bulan Ada 1 (satu) Bulan Ada 1 (satu) Bulan Ada Sertifikat BUBU Ada Sertifikat BUBU Menengah 1001 s/d 3000

2.4. Pemegang izin mendirikan bangunan bandar udara tidak

melaksanakan kewajiban pembangunan Ada

2 (dua) Bulan Ada 1 (satu) Bulan Ada 1 (satu) Bulan

Ada Ada Maksimal 3001 s/d 10.000

2.5. Penyelenggara bandar udara mengoperasikan bandar udara tanpa memiliki sertifikat

Ada 1 (satu) Bulan Ada 1 (satu) Bulan Ada 1 (satu) Bulan Ada SBU/RBU dan penghentian operasi sementara Ada Izin BUBU/penu runan kelas bandar udara Maksimal 3001 s/d 10.000

(18)

9 2.6. Penyelenggara bandar udara mengoperasikan bandar udara,

pada saat sertifikat bandar udara ditunda (dibekukan)

Ada 1 (satu) Minggu Ada 1 (satu) Minggu Ada 1 (satu) Minggu - Ada (SBU) Maksimal 3001 s/d 10.000

2.7. Lembaga pendidikan dan pelatihan tidak mempunyai izin

dari Direktorat Jenderal Ada

1 (satu) Bulan Ada 1 (satu) Bulan Ada 1 (satu) Bulan - - Maksimal 3001 s/d 10.000

2.8. Penyelenggara bandar udara tidak mengoperasikan dan melakukan pemeliharaan terhadap bandar udara sesuai dengan prosedur pengoperasian bandar udara termasuk prosedur untuk mencegah runway incursion

Ada 1 (satu) Bulan Ada 1 (satu) Bulan Ada 1 (satu) Bulan - - Menengah 1001 s/d 3000

2.9. Penyelenggara bandar udara tidak menyiapkan rencana penanggulangan gawat darurat bandar udara (Airport Emergency Plan) Ada 1 (satu) Bulan Ada 1 (satu) Bulan Ada 1 (satu) Bulan - - Menengah 1001 s/d 3000

2.10. Penyelenggara bandar udara yang tidak membentuk komite penanggulangan gawat darurat bandar udara

Ada 1 (satu) Bulan Ada 1 (satu) Bulan Ada 1 (satu) Bulan - - Menengah 1001 s/d 3000

2.11. Penyelenggara bandar udara yang tidak melaksanakan latihan penanggulangan gawat darurat sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun sekali untuk menguji, koordinasi, komunikasi, dan komando antara organisasi/unit kerja terkait dengan mengacu kepada dokumen Airport Emergency Plan

Ada 1 (satu) Bulan Ada 1 (satu) Bulan Ada 1 (satu) Bulan - - Menengah 1001 s/d 3000

2.12. Penyelenggara bandar udara yang tidak melaksanakan latihan penanggulangan gawat darurat sekurang-kurangnya 2 (dua) Tahun sekali untuk menguji, memadainya personel, prosedur dan fasilitas yang disiapkan untuk gawat darurat

Ada 1 (satu) Bulan Ada 1 (satu) Bulan Ada 1 (satu) Bulan - - Menengah 1001 s/d 3000

(19)

10 2.13. Bandar udara bersertifikat yang tidak memiliki dan

melaksanakan sistem manajemen keselamatan bandar udara yang minimal meliputi:

a. kebijakan dan sasaran keselamatan; b. manajemen resiko keselamatan; c. jaminan keselamatan; dan

d.

promosi keselamatan

.

Ada 1 (satu) Bulan Ada 1 (satu) Bulan Ada 1 (satu) Bulan - - Menengah 1001 s/d 3000

2.14. Penyelenggara bandar udara yang tidak memberitahukan kepada ATC dan tidak melaporkan kepada Direktorat Jenderal selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sebelum dilakukan perubahan atau pembatasan, mengenai perubahan yang terjadi pada kondisi fisik bandar udara yang direncanakan baik bersifat sementara atau tetap yang dapat mempengaruhi keselamatn pesawat udara

Ada 7 tujuh) hari Ada 7 tujuh) hari Ada 7 tujuh) hari - - Menengah 1001 s/d 3000

2.15. Pemindahtanganan sertifikat bandar udara - - - - Ada Maksimal 3001 s/d 10.000

2.16. Penyelenggara bandar udara yang tidak menunjuk personel atau unit kerja untuk melakukan pengawasan terhadap pedoman pengoperasian bandar udara

Ada 7 tujuh) hari Ada 7 tujuh) hari Ada 7 tujuh) hari - - Minimal 250 s/d 1000

2.17. Penyelenggara bandar udara dan penyedia jasa terkait bandar udara yang mempekerjakan personel bandar udara yang tidak memiliki sertifikat kompetensi

Ada 1 (satu) Bulan Ada 1 (satu) Bulan Ada Penurun an kemamp uan operasi bandar udara Ada Pembekuan operasi sementara Ada Pencabutan izin operasi bandar udara Menengah 1001 s/d 3000

2.18. Personel bandar udara yang telah memiliki lisensi tidak mematuhi/memenuhi peraturan keselamatan penerbangan

Ada 3 (tiga) Bulan Ada 3 (tiga) Bulan Ada 3 (tiga) Bulan Ada lisensi Ada lisensi Menengah 1001 s/d 3000

(20)

11 2.19. Personel bandar udara yang telah memiliki lisensi tidak

membawa lisensi sewaktu bekerja dan menunjukkan kepada petugas Direktorat Jenderal, jika diminta

Ada 3 (tiga) Bulan Ada 3 (tiga) Bulan Ada 3 (tiga) Bulan Ada lisensi Ada lisensi Minimal 250 s/d 1000

2.20. Personel bandar udara yang telah memiliki lisensi tidak melaksanakan pekerjaan sesuai dengan ketentuan di bidangnya Ada 3 (tiga) Bulan Ada 3 (tiga) Bulan Ada 3 (tiga) Bulan Ada lisensi Ada lisensi Minimal 250 s/d 1000

2.21. Personel bandar udara yang telah memiliki lisensi tidak mempertahankan kemampuan yang dimiliki Ada

3 (tiga) Bulan Ada 3 (tiga) Bulan Ada 3 (tiga) Bulan Ada lisensi Ada lisensi Minimal 250 s/d 1000

2.22. Personel bandar udara yang telah memiliki lisensi tidak melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala Ada

3 (tiga) Bulan Ada 3 (tiga) Bulan Ada 3 (tiga) Bulan Ada lisensi Ada lisensi Minimal 250 s/d 1000

2.23. Penyelenggara bandar udara yang tidak menunjuk 1 (satu) atau lebih petugas pelaporan

Ada 3 (tiga) Bulan Ada 3 (tiga) Bulan Ada 3 (tiga) Bulan Ada lisensi Ada lisensi Minimal 250 s/d 1000

2.24. Badan usaha yang mengoperasikan bandar udara tidak memenuhi ketentuan keselamatan dan keamanan penerbangan serta ketentuan jasa bandar udara

Ada 3 (tiga) Bulan Ada 3 (tiga) Bulan Ada 3 (tiga) Bulan Ada Pembekuan operasi sementara Ada Pencabutan izin operasi bandar udara Maksimal 3001 s/d 10.000

2.25. Operator yang mengoperasikan peralatan dan utilitas tidak memiliki sertifikat atau masa berlaku sertifikatnya telah habis Ada 7 (tujuh) hari Ada 7 (tujuh) hari Ada 7 (tujuh) hari Ada Pembekuan sertifikat Ada Pencabutan sertifikat Menengah 1001 s/d 3000

(21)

12

3. DIREKTORAT NAVIGASI PENERBANGAN

3.1. Personel navigasi penerbangan yang telah memiliki lisensi tetapi tidak melaksanaan pekerjaan sesuai dengan ketentuan di bidang lisensi dan rating yang dimilikinya

ada ada ada ada ada Maksimal 3001 s/d 10.000

3.2. Personel navigasi penerbangan yang telah memiliki lisensi tetapi tidak mempertahankan kecakapan dan kemampuan yang dimiliki

ada ada ada ada ada Maksimal 3001 s/d 10.000

3.3. Personel navigasi penerbangan yang telah memiliki lisensi tetapi tidak melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala atau mengikuti pengujian kesehatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

ada ada ada ada ada Menengah 1001 s/d 3000

3.4. Personel navigasi penerbangan yang telah memiliki lisensi tetapi tidak mematuhi atau memenuhi peraturan keselamatan penerbangan

ada ada ada ada ada Maksimal 3001 s/d 10.000

3.5. Personel navigasi penerbangan yang telah memiliki lisensi tetapi tidak membawa buku lisensi sewaktu bekerja dan menunjukkan kepada Inspektur atau petugas yang ditunjuk Direktur, jika diminta

ada ada ada ada ada Menengah 1001 s/d 3000

3.6. Personel pemandu lalu lintas penerbangan yang tidak

memiliki buku catatan pribadi (personal log book) ada ada ada ada ada Minimal 250 s/d 1000 3.7. Penyelenggara pelayanan navigasi penerbangan yang tidak

memelihara fasilitas navigasi penerbangan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

ada ada ada ada ada Maksimal 3001 s/d 10.000

3.8. Penyelenggara pelayanan navigasi penerbangan yang tidak melakukan kalibrasi secara berkala pada fasilitas navigasi penerbangan yang dioperasikan

(22)

13 3.9. Penyelenggara pelayanan navigasi penerbangan yang

memiliki sertifikat penyelenggara pelayanan telekomunikasi penerbangan tetapi tidak memenuhi persyaratan yang tercantum dalam sertifikat

- - - ada ada Menengah 1001 s/d 3000

3.10. Penyelenggara pelayanan navigasi penerbangan yang memiliki sertifikat penyelenggara pelayanan telekomunikasi penerbangan tetapi melakukan tindakan yang melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku

- - - ada ada Maksimal 3001 s/d 10.000

3.11. Penyelenggara pelayanan navigasi penerbangan yang memiliki sertifikat penyelenggara pelayanan telekomunikasi penerbangan tetapi tidak dapat memenui ketentuan untuk memperoleh izin yang ditetapkan sebagai penyelenggara pelayanan telekomunikasi penerbangan

- - - ada ada Menengah 1001 s/d 3000

3.12. Penyelenggara pelayanan navigasi penerbangan yang memiliki sertifikat penyelenggara pelayanan telekomunikasi penerbangan tetapi melakukan tindakan yang menyebabkan berkurangnya tingkat keselamatan penerbangan

- - - ada ada Maksimal 3001 s/d 10.000

3.13. Penyelenggara kalibrasi fasilitas penerbangan yang tidak memenuhi kewajiban yang diatur pada Peraturan Direktur Jenderal Nomor : KP 173 Tahun 2013 tentang Sertifikasi Penyelenggara Kalibrasi Fasilitas Navigasi Penerbangan (Advisory Circular CASR Part 171-7)

ada ada ada ada ada Maksimal 3001 s/d 10.000

3.14. Perancangan Instrument flight procedure tidak sesuai dengan mekanisme yang berlaku

- - - - ada Menengah 1001 s/d 3000

3.15. Pengoperasian pesawat udara tanpa peralatan Emergency

(23)

14 3.16. Penyelenggara bandar udara/penyelenggara pelayanan

navigasi penerbangan yang tidak mempublikasikan informasi penetapan, perubahan maupun penghapusan fasilitas, prosedur ataupun pelayanan bandar udara/navigasi penerbangan yang berdampak terhadap keselamatan penerbangan melalui NOTAM/AIP Supplement

ada ada ada ada ada Maksimal 3001 s/d 10.000

3.17. Pelayanan informasi aeronautika pada penyelenggara pelayanan navigasi penerbangan yang tidak menyediakan pelayanan pre flight information/pre flight information bulletin (PIB)

ada ada ada ada ada Menengah 1001 s/d 3000

3.18. Penyelenggara pelayanan informasi aeronautika yang tidak

memenuhi kriteria fasilitas minimum yang harus disediakan ada ada ada ada ada Menengah 1001 s/d 3000 3.19. Penyedia peta-peta penerbangan yang tidak memiliki

Acknowledgement Letter (AL) ada ada ada ada ada Maksimal 3001 s/d 10.000 3.20. Penyedia peta-peta penerbangan yang sudah memiliki

Acknowledgement Letter (AL) dan masih aktif dalam penyediaan peta-peta penerbangan tetapi tidak mengajukan perpanjangan Acknowledgement Letter (AL)

ada ada ada ada ada Menengah 1001 s/d 3000

3.21. Pelaksanaan terbang malam secara visual (VFR Night Flight) tanpa memiliki ijin dari Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.

- - - Maksimal 3001 s/d 10.000

3.22. Pelaksanaan terbang malam secara visual (VFR Night Flight) tidak sesuai dengan ijin (Waiver) yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal

- - - - ada Menengah 1001 s/d 3000

3.23. Pelaksanaan pelatihan bidang Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan tanpa memiliki sertifikat penyelenggara pelatihan bidang pelayanan lalu lintas penerbangan (ATS training provider) sesuai dengan CASR Part 143

(24)

15 3.24. Pelaksanaan pelatihan bidang Pelayanan Lalu Lintas

Penerbangan tidak sesuai dengan sertifikat yang dimiliki

ada ada ada ada ada Menengah 1001 s/d 3000

3.25. Penyelenggaraan pelayanan lalu lintas penerbangan tanpa memiliki sertifikat penyelenggara pelayanan lalu lintas penerbangan sesuai dengan CASR Part 172

- - - Maksimal 3001 s/d 10.000

3.26. Penyelenggara pelayanan navigasi penerbangan yang memiliki sertifikat penyelenggara pelayanan lalu lintas penerbangan sesuai dengan CASR Part 172, namun pada pelaksanaannya tidak sesuai dengan sertifikat yang dimiliki

ada ada ada ada - Menengah 1001 s/d 3000

3.27. Pemegang izin Mode S tidak menggunakan kode Mode S yang

sudah dialokasikan ada ada ada ada ada Maksimal 3001 s/d 10.000

3.28. Pemegang izin Mode S tidak melaporkan kondisi pesawat atau kendaraan yang sudah tidak beroperasi, sudah dipindahtangankan ke pihak lain, atau mengalami perubahan tanda pendaftaran

ada ada ada ada ada Maksimal 3001 s/d 10.000

4.

DIREKTORAT KELAIKAN UDARA DAN PENGOPERASIAN PESAWAT UDARA

4.1. Personel AOC melakukan pekerjaan/tugas perawatan

pesawat udara tanpa lisensi, rating, atau otorisasi yang sah Maksimal 3001 s/d 10.000

4.2. Personel AOC melakukan pekerjaan/tugas perawatan pesawat udara dengan melebihi batasan manual

- - - Pembekuan

30 s/d 45 hari

- - -

4.3. Pesonel AOC tidak melakukan pekerjaan perawatan pesawat udara sesuai dengan ketentuan yang berlaku

- - - Pembekuan

30 s/d 120 hari

- - -

4.4. Personel AOC tidak melakukan pekerjaaan inspeksi khusus (required inspection) sesuai dengan ketentuan yang berlaku

- - - Pembekuan

30 s/d 60 hari

(25)

16 4.5. Personel AOC menyatakan pesawat udara laik terbang tidak

sesuai ketentuan yang berlaku

- - - Pembekuan

30 s/d 60 hari

- - -

4.6. Personel AOC menyatakan pesawat udara laik terbang tidak dilengkapi dengan peralatan minimum yang diwajibkan

- - - Pembekuan

30 s/d 60 hari

- - -

4.7. Personel AOC tidak membuat catatan di dalam aircraft log - - - Pembekuan 15 s/d 30 hari

- - -

4.8. Personel AOC tidak membuat catatan di lembar perintah kerja (worksheet)

- - - Pembekuan

15 s/d 30 hari

- - -

4.9. Personel AOC tidak membuat catatan di dalam catatan perawatan lainnya

- - - Pembekuan

15 s/d 30 hari

- - -

4.10. Personel AOC tidak menandatangani lembar hasil pengerjaan

atau inspeksi - - - Pembekuan 15 s/d 30

hari

- - -

4.11. Personel AOC tidak menyelesaikan pekerjaan perawatan

pesawat udara dan/atau tidak mengesahkan hasil pekerjaan - - - Pembekuan 15 s/d 30 hari

- - -

4.12. Personel AOC secara sadar dan sengaja memalsukan, mengubah dengan tujuan memanipulasi catatan perawatan pesawat udara

- - - - ada - -

4.13. Personel AOC tidak menggunakan atau tidak menggunakan

dengan benar cockpit checklist pada saat preflight - - - Pembekuan 30 s/d 60 hari

(26)

17 4.14. Personel AOC tidak memeriksa aircraft log, flight manifest dan

cuaca pada saat preflight

- - - Pembekuan

30 s/d 90 hari

- - -

4.15. Personel AOC tidak memiliki prosedur pemeriksaan pesawat udara pada saat preflight

- - - Pembekuan

30 s/d 60 hari

- - -

4.16. Personel AOC tidak melakukan atau tidak benar melakukan

inspeksi terhadap pesawat udara pada saat preflight - - - Pembekuan 15 s/d 30 hari

- - -

4.17. Personel AOC tidak memastikan kesediaan kursi dan seatbelt

untuk tiap penumpang pada saat preflight - - - Pembekuan 30 s/d 60 hari

- - -

4.18. Personel AOC tidak mengikuti instruksi dari ATC pada saat

taxi - - - Pembekuan 30 s/d 60

hari

- - -

4.19. Personel AOC menyebabkan pesawat udara bersinggungan

pada saat taxi - - - Pembekuan 30 s/d 180

hari

- - -

4.20. Personel AOC menyebabkan Jet Blast pada saat taxi - - - Pembekuan 30 s/d 120 hari

- - -

4.21. Personel AOC membiarkan penumpang berdiri pada saat pesawat udara bergerak pada saat taxi

- - - Pembekuan

30 s/d 60 hari

- - -

4.22. Personel AOC melakukan taxi pesawat udara keluar dari landas pacu, taxiway dan ramp

- - - Pembekuan

30 s/d 90 hari

(27)

18 4.23. Personel AOC melakukan take off yang bertentangan

terhadap atau tanpa izin dari ATC

- - - Pembekuan

60 s/d 120 hari

- - -

4.24. Personel AOC melakukan take off yang kurang dari persyaratan cuaca minimum

- - - Pembekuan

60 s/d 120 hari

- - -

4.25. Personel AOC melakukan take off yang melebihi batas MTOW - - - Pembekuan 60 s/d 120 hari

- - -

4.26. Personel AOC melakukan enroute yang menyimpang dari izin

atau instruksi dari ATC - - - Pembekuan 30 s/d 90

hari

- - -

4.27. Personel AOC melakukan enroute yang terbang didalam awan

dengan prosedur VFR - - - Pembekuan 90 hari ada - -

4.28. Personel AOC melakukan enroute yang mengoperasikan pesawat yang tidak laik udara

- - - Pembekuan

30 s/d 180 hari

- - -

4.29. Personel AOC membiarkan orang yang tidak memiliki kewenangan berada di kokpit (flight deck) saat enroute

- - - Pembekuan

15 s/d 30 hari

- - -

4.30. Personel AOC mengoperasikan pesawat udara di ruang udara terbatas atau terlarang atau class A airspace

- - - Pembekuan

30 s/d 90 hari

- - -

4.31. Personel AOC mengoperasikan pesawat udara dengan bertentangan dengan NOTAM

- - - Pembekuan

30 s/d 90 hari

- - -

4.32. Personel AOC mengoperasikan pesawat udara tanpa

dilengkapi peralatan yang dipersyaratkan - - - Pembekuan 15 s/d 120 hari

(28)

19 4.33. Personel AOC mengoperasikan pesawat udara tanpa

memperhitungkan kebutuhan bahan bakar atau kehabisan bahan bakar

- - - Pembekuan

30 s/d 150 hari

- - -

4.34. Personel AOC memberikan kendali terbang kepada orang yang tidak berwenang

- - - Pembekuan

30 s/d 90 hari

- - -

4.35. Personel AOC melakukan approach to landing yang bertentangan terhadap atau tanpa izin dari ATC

- - - Pembekuan

30 s/d 90 hari

- - -

4.36. Personel AOC melakukan approach to landing yang kurang dari persyaratan cuaca minimum

- - - Pembekuan

60 s/d 120 hari

- - -

4.37. Personel AOC melakukan approach to landing yang terbang

melebihi batas kecepatan maksimum di ruang udara Class D - - - Pembekuan 30 s/d 60 hari

- - -

4.38. Personel AOC melakukan approach atau landing di bandar

udara yang keliru - - - Pembekuan 90 s/d 180

hari

- - -

4.39. Personel AOC melakukan landing yang menyimpang dari

prosedur instrument approach - - - Pembekuan 30 s/d 90 hari

- - -

4.40. Personel AOC melakukan landing yang melebihi maksimum

landing weight - - - Pembekuan 30 s/d 90

hari

- - -

4.41. Personel AOC melakukan Hard Landing - - - Pembekuan

15 s/d 60 hari

(29)

20 4.42. Personel AOC melakukan landing yang jarak landing terlalu

pendek atau terlalu panjang

- - - Pembekuan

30 s/d 180 hari

- - -

4.43. Personel AOC melakukan landing tanpa roda pendarat - - - Pembekuan 15 s/d 90 hari

- - -

4.44. Personel AOC melakukan landing dengan tidak mematuhi sistem landas pacu

- - - Pembekuan

15 hari

- - -

4.45. Personel AOC mengoperasikan pesawat udara tanpa sertifikat

registrasi atau kelaikan udara - - - Pembekuan 30 s/d 90

hari

- - -

4.46. Personel AOC melakukan penerbangan diluar flight plan atau

berkas pemberitahuan kedatangan - - - Pembekuan 30 s/d 90

hari

- - -

4.47. Personel AOC melakukan pengoperasian tanpa sertifikat pilot

yang valid - - - Maksimal 3001 s/d 10.000

4.48. Personel AOC melakukan pengoperasian saat sertifikat pilot sedang dibekukan

- - - - ada - -

4.49. Personel AOC melakukan pengoperasian tanpa memegang

sertifikat pilot atau medis - - - Minimum 250 s/d 1000

4.50. Personel AOC melakukan pengoperasian tanpa sertifikat medis yang valid

- - - Pembekuan

30 s/d 180 hari

- - -

4.51. Personel AOC melakukan pengoperasian komersial tanpa sertifikat pilot komersial

- - - Minimum

s/d Maksimal

250 s/d 10.000

4.52. Personel AOC melakukan pengoperasian tanpa tipe rating

(30)

21 4.53. Personel AOC melakukan pengoperasian tidak comply dengan

keadaan sertifikat medis khusus

- - - - ada - -

4.54. Personel AOC melakukan pengoperasian dengan

keterbatasan fisik yang diketahui - - - - ada - -

4.55. Personel AOC melakukan pengoperasian tanpa memiliki informasi preflight

- - - Pembekuan

30 s/d 90 hari

- - -

4.56. Personel AOC melakukan pengoperasian pesawat udara yang tidak laik udara

- - - Pembekuan

30 s/d 90 hari

- - -

4.57. Personel AOC melakukan pengoperasian pesawat udara yang tidak melaksanakan perintah kelaikan udara

- - - Pembekuan

30 s/d 90 hari

- - -

4.58. Personel AOC melakukan pengoperasian pesawat udara

tanpa instrumen dan atau peralatan yang dibutuhkan - - - Pembekuan 30 s/d 90 hari

- - -

4.59. Personel AOC melakukan pengoperasian pesawat udara

melebihi operating limitations - - - Pembekuan 30 s/d 90

hari

- - -

4.60. Siswa penerbang mengangkut penumpang - - - - ada - -

4.61. Siswa penerbang terbang solo tanpa endorsement Pembekuan

45 s/d 90 hari

- - -

4.62. Siswa penerbang operasi dalam penerbangan internasional - - - Pembekuan 60 s/d 90 hari

(31)

22 4.63. Siswa penerbang menggunakan pesawat untuk kegiatan

komersial

- - - Pembekuan

30 s/d 120 hari

- - -

4.64. Siswa penerbang operasi dengan dibayar atau disewa - - - - ada Menengah 1001 s/d 3000 4.65. Instruktur memberikan penilaian tidak sesuai dalam

memberikan rekomendasi untuk penerbitan sertifikat pilot

- - - - ada Menengah 1001 s/d 3000

4.66. Instruktur melebihi pembatasan jam terbang - - - Pembekuan

30 s/d 90 hari

- - -

4.67. Instruktur memberikan instruksi pada pesawat dimana dia

tidak memiliki rating - - - Pembekuan 60 s/d 120

hari

- - -

4.68. Pemegang sertifikat AOC tidak memiliki manual perawatan

terbaru - - - Pembekuan 30 s/d 90

hari

Minimum 250s/d 1000

4.69. Pemegang sertifikat AOC tidak menyiapkan instruksi dan

prosedur yang memadai dalam manual perawatan - - - Menengah s/d

Maksimal

1001 s/d 10.000

4.70. Pemegang sertifikat AOC tidak mendistribusikan manual perawatan kepada personel yang tepat

- - - Minimum

s/d

Menengah

250 s/d 3000

4.71. Pemegang sertifikat AOC menyatakan pesawat laik udara tanpa peralatan yang dipersyaratkan

- - - Pembekuan s/d 7 hari - Menengah s/d Maksimal 1001 s/d 10.000

4.72. Pemegang sertifikat AOC tidak melaksanakan perintah

kelaikan udara - - - Menengah s/d

Maksimal

(32)

23 4.73. Pemegang sertifikat AOC melebihi batas waktu inspeksi dan

overhaul

- - - Pembekuan

s/d 7 hari

- Menengah 1001 s/d 3000

4.74. Pemegang sertifikat AOC melakukan kegiatan operasi tidak

sesuai dengan spesifikasi operasi (Opspec and ACL) - - - Minimum 250 s/d 1000

4.75. Pemegang sertifikat AOC tidak menyediakan fasilitas dan peralatan untuk melaksanakan servicing, perawatan, perbaikan, dan inspeksi

- - - Pembekuan ada Maksimal 3001 s/d 10.000

4.76. Pemegang Sertifikat AOC tidak memiliki atau memelihara organisasi perawatan dan inspeksi

- - - Pembekuan ada Maksimal 3001 s/d 10.000

4.77. Pemegang sertifikat AOC tidak memiliki atau memelihara

program pendidikan dan pelatihan yang efektif - - - Pembekuan ada Menengah s/d Maksimal

1001 s/d 10.000

4.78. Pemegang sertifikat AOC tidak memberikan training yang

cukup kepada personel - - - Menengah s/d

Maksimal

1001 s/d 10.000

4.79. Pemegang sertifikat AOC tidak menyelesaikan dan

menandatangani maintenance release - - - Minimum s/d

Maksimal

250 s/d 10.000

4.80. Pemegang sertifikat AOC melakukan perawatan yang dilakukan oleh personel yang tidak memiliki otorisasi

- - - Maksimal 3001 s/d 10.000

4.81. Pemegang sertifikat AOC tidak tepat dalam melakukan

perawatan - - - Menengah s/d

Maksimal

1001 s/d 10.000

4.82. Pemegang sertifikat AOC tidak memutakhirkan data pesawat

setelah perbaikan - - - Menengah s/d

Maksimal

(33)

24 4.83. Pemegang sertifikat AOC tidak membuat rangkuman laporan

gangguan teknis (mechanical interuption summary report) yang akurat

- - - Menengah

s/d Maksimal

1001 s/d 10.000

4.84. Pemegang sertifikat AOC tidak menyediakan laporan perubahan besar (major alteration) atau perbaikan (repair)

- - - ada ada Menengah

s/d Maksimal

1001 s/d 10.000

4.85. Pemegang sertifikat AOC tidak membuat laporan mechanical

reliability yang akurat - - - Menengah s/d

Maksimal

1001 s/d 10.000

4.86. Pemegang sertifikat AOC tidak membuat catatan yang

dipersyaratkan pada aircraft log - - - Minimum s/d

Maksimal

250 s/d 10.000

4.87. Pemegang sertifikat AOC tidak dapat menyediakan pilot

records - - - ada ada Menengah s/d

Maksimal

1001 s/d 10.000

4.88. Pemegang sertifikat AOC tidak dapat menyediakan load

manifest - - - adda adda Menengah s/d

Maksimal

1001 s/d 10.000

4.89. Pemegang sertifikat AOC mengoperasikan pesawat yang tidak

laik udara - - - Pembekuan s/d 7 hari - Menengah s/d

Maksimal

1001 s/d 10.000

4.90. Pemegang sertifikat AOC melakukan pelanggaran terhadap CASR 121 subpart U

- - - Menengah

s/d Maksimal

1001 s/d 10.000

4.91. Pemegang sertifikat AOC menyajikan minuman beralkohol kepada penumpang yang sudah berada dalam pengaruh alkohol atau mengangkut penumpang yang terlihat mabuk

(34)

25 4.92. Pemegang sertifikat AOC tidak menyediakan tempat duduk di

pesawat untuk inspektur yang melakukan inspeksi enroute

- - - Maksimal 3001 s/d 10.000

4.93. Pemegang sertifikat AOC menugaskan personel operasi

pesawat udara yang tidak qualified - - - Maksimal 3001 s/d 10.000

4.94. Pemegang Sertifikat AOC memperbaiki pesawat tidak sesuai dengan prosedur

- - - Maksimal 3001 s/d 10.000

4.95. Pemegang sertifikat produksi tidak dapat mempertahankan sistem inspeksi produksi (APIS) yang telah disetujui untuk memastikan kesesuaian produk dan untuk memastikan produk dalam kondisi aman untuk operasi

- - - ada - Menengah

s/d Maksimal

1001 s/d 10.000

4.96. Pemegang sertifikat produksi tidak dapat menyediakan data

teknis atau gambar di tempat produksi - - - ada - Menengah s/d

Maksimal

1001 s/d 10.000

4.97. Pemegang sertifikat produksi tidak dapat memelihara data

inspeksi - - - Menengah s/d

Maksimal

1001 s/d 10.000

4.98. Pemegang sertifikat produksi tidak dapat melakukan uji

terbang pesawat sesuai ketentuan yang berlaku - - - Menengah s/d

Maksimal

1001 s/d 10.000

4.99. Pemegang sertifikat produksi tidak dapat melakukan tes yang diperlukan terhadap mesin pesawat udara sesuai dengan ketentuan yang berlaku

- - - Menengah

s/d Maksimal

1001 s/d 10.000

4.100. Pemegang sertifikat produksi tidak dapat melakukan tes yang diperlukan terhadap baling-baling pesawat udara sesuai dengan ketentuan yang berlaku

- - - Menengah

s/d Maksimal

1001 s/d 10.000

4.101. Pemegang sertifikat produksi melakukan penolakan terhadap Direktorat Jenderal Perhubungan Udara untuk melakukan inspeksi dan tes yang diperlukan untuk menentukan kesesuaian

- - - Menengah

s/d Maksimal

(35)

26 4.102. Pemegang sertifikat produksi tidak segera melaporkan ke

Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, secara tertulis, perubahan kontrol kualitas sistem yang mempengaruhi pemeriksaan, kesesuaian, atau kelaikan produk

- - - Menengah

s/d Maksimal

1001 s/d 10.000

4.103. Pemegang sertifikat produksi tidak menyerahkan sertifikat produksi yang telah batal dikarenakan pengalihan kepemilikan atau perubahan lokasi dari fasilitas produksi

- - - - ada Menengah 1001 s/d 3000

4.104. Pemegang sertifikat produksi tidak dapat mempertahankan sistem jaminan mutu yang telah disetujui

- - - Menengah

s/d Maksimal

1001 s/d 10.000

4.105. Pemegang sertifikat produksi tidak dapat menentukan bahwa setiap produk jadi yang diajukan untuk sertifikasi kelaikanudara atau persetujuan sudah sesuai dengan desain dan aman dioperasikan

- - - Menengah

s/d Maksimal

1001 s/d 10.000

4.106. Pemegang sertifikat produksi tidak melaporkan setiap kerusakan atau cacat yang dinyatakan dalam pasal CASR 21, 21.3 (c) dalam waktu yang ditentukan dalam 21.3 (e)

- - - Menengah

s/d Maksimal

1001 s/d 10.000

4.107. Pemegang sertifikat tipe (Type Certificate) atau sertifikat tipe tambahan (Supplemental Type Certificate) tidak dapat menyerahkan data yang diperlukan untuk penerbitan perintah kelaikan udara yang berisi tindakan koreksi yang tepat

- - - Menengah

s/d Maksimal

1001 s/d 10.000

4.108. Pemilik atau operator pesawat udara mengoperasikan

pesawat udara yang tidak terdaftar - - - Pembekuan 30 s/d 90 hari

sertifikat pilot

(36)

27 4.109. Pemilik atau operator pesawat udara mengoperasikan

pesawat udara tanpa membawa sertifikat pendaftaran

- - Pembekuan 30 s/d 90 hari sertifikat pilot - Minimum s/d Maksimal 250 s/d 10.000

4.110. Pemilik atau operator pesawat udara tidak dapat mengembalikan sertifikat pendaftaran pesawat udara yang tidak efektif atau tidak valid

- - - - Pencabutan sertifikat pendaftaran pesawat udara Minimum 250 s/d 1000

4.111. Personel Aircraft Maintenance Organization tidak dapat menyediakan fasilitas yang dipersyaratkan untuk melakukan perawatan, perbaikan (repair) atau inspeksi pesawat udara

- - - ada ada Menengah

s/d Maksimal

1001 s/d 10.000

4.112. Aircraft Maintenance Organization tidak dapat menyediakan personel berkualitas yang dapat melaksanakan pekerjaan, melakukan supervisi pekerjaan dan menginspeksi pekerjaan perawatan sesuai dengan kemampuan yang disetujui

- - - ada ada Maksimal 3001 s/d 10.000

4.113. Personel Aircraft Maintenance Organization tidak dapat menjaga atau memelihara catatan (record) perawatan pesawat udara

- - - Menengah

s/d Maksimal

1001 s/d 10.000

4.114. Personel Aircraft Maintenance Organization tidak dapat memastikan bahwa kalibrasi dari alat penguji (test equipment) yang digunakan untuk pekerjaan perawatan dilakukan dan sesuai dengan renteng waktu yang dipersyaratkan

- - - Minimum

s/d Maksimal

250 s/d 10.000

4.115. Personel Aircraft Maintenance Organization tidak dapat merinci dengan benar pekerjaan perawatan yang telah dilakukan

- - - Minimum

s/d

Menengah

250 s/d 3000

4.116. Personel Aircraft Maintenance Organization tidak melengkapi

atau mengesahkan pekerjaan perawatan - - - Minimum s/d

Menengah

(37)

28 4.117. Aircraft Maintenance Organization tidak memiliki prosedur

system kualitas (quality Control System)

- - - Pembekuan s/d 30 hari - Menengah s/d Maksimal 1001 s/d 10.000

4.118. Personel Aircraft Maintenance Organization melakukan inspeksi atau pengesahan pekerjaan perawatan selain dari personel yang memiliki kualifikasi

- - - Pembekuan

s/d 30 hari

- Maksimal 3001 s/d 10.000

4.119. Personel Aircraft Maintenance Organization melakukan

pekerjaan perawatan diluar dari kemampuan yang disetujui - - - ada ada Maksimal 3001 s/d 10.000 4.120. Personel Aircraft Maintenance Organization melakukan

pekerjaan perawatan tidak menggunakan referensi pabrik maupun data teknis yang sesuai serta terkini

- - - Pembekuan

s/d 30 hari - Maksimal 3001 s/d 10.000

5. DIREKTORAT KEAMANAN PENERBANGAN

5.1. Unit penyelenggara bandar udara, badan usaha bandar udara dan badan hukum angkutan udara yang beroperasi di Indonesia dan badan usaha lain terkait dengan penerbangan mengabaikan pemenuhan terhadap peraturan keamanan penerbangan

ada ada ada - - Maksimal 3001 s/d 10.000

5.2. Pemegang lisensi personel keamanan penerbangan dalam melaksanakan tugasnya tidak mematuhi ketentuan sesuai dengan prosedur dan peraturan perundang-undangan yang berlaku

ada ada ada Pembekuan

s/d 30 hari

ada - -

5.3. Pemegang lisensi personel keamanan penerbangan tidak mempertahankan kecakapan dan kemampuan yang dimiliki dalam bentuk bekerja sekurang-kurangnya 700 (tujuh ratus) jam selama 1 (satu) tahun

ada ada ada Pembekuan

s/d 30 hari ada - -

5.4. Pemegang lisensi personel keamanan penerbangan pada saat

Referensi

Dokumen terkait

pertemuan dengan aparat Desa Kaliwedi dan Camat Kebasen dan telah dilakukan kesepakatan bahwa pada pertengahan April 2017 telah dilakukan perbaikan jalan desa antara pemilik

berkelanjutan melalui program yang terarah.  Penyediaan insentif bagi dosen untuk pembuatan proposal penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.  Penyediaan dana

berubahnya pola fikir masyarakat menjadi factor utama dari perubahan tersebut. Saat ini mereka yang mempunyai modal materi, Pendidikan dan jabatan mulai memposisikan diri mejadi

Dari 8 sasaran strategis sebagaimana tertuang dalam Perjanjian Kinerja Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Lamongan sebagian besar telah tercapai : (

Visi : "Terwujudnya Kabupaten Tanah Bumbu sebagai Poros Maritim Utama serta Pusat Perdagangan, Industri dan Pariwisata di Kalimantan Berbasis pada Keunggulan Lokal dan Potensi

Adapun untuk luaran yang dicapai dari kegiatan pengabdian ini adalah meningkatkan kemampuan tentang e-commerce di Karang Taruna Rw 01 Pinangsia Jakarta

Prioritas Agenda RPJM yang terkait dengan Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Barat adalah “ Pengembangan Pertanian Berbasis Kawasan dan Komoditi Unggulan” antara lain

Penambahan suatu elektrolit pada suatu larutan elektrolit lain yang memiliki volume tetap akan mempengaruhi hantaran larutan tersebut, tergantung dari ada atau