• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa transisi dari akhir masa anak-anak menuju

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa transisi dari akhir masa anak-anak menuju"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja merupakan masa transisi dari akhir masa anak-anak menuju masa dewasa maka pola pikir dan tingkah lakunya merupakan peralihan dari anak-anak menjadi orang dewasa. Remaja putri mengalami transisi biologis dengan bertumbuhnya bulu-bulu secara lebih terbatas, yakni pada ketiak dan kelamin, tumbuhnya kelenjar yang bakal memproduksi air susu di buah dada, serta pertumbuhan pada pinggul sehingga menjadi wanita dewasa secara proporsional yang dapat menarik lawan jenis. Upaya dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup dengan tujuan untuk meningkatkan maturasi atau kematangan yang sehat bagi remaja sebagai mahluk biopsikososial dan spiritual dalam konteks keluarga dan masyarakat (Hidayat, 2005).

Sustainable Development Goals (SDGs) memiliki 17 tujuan dengan 169 target. Pada tujuan ke-16 di target nomor 2 yaitu mengakhiri penyiksaan, eksploitasi, jual-beli, dan segala bentuk kekerasan dan penyiksaan terhadap anak (Kemenkes RI, 2015). Kekerasan terhadap anak dapat berbentuk kekerasan seksual. Komite Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan membagi kekerasan seksual menjadi 15 bentuk, salah satunya adalah perkosaan. Perkosaan adalah serangan dalam bentuk pemaksaan hubungan seksual dengan penis ke arah vagina, anus atau mulut korban, dapat pula menggunakan jari tangan atau benda-benda lainnya (Komnas Perempuan, 2014). Dari data yang diambil pada Bulan

(2)

Maret 2017 diperoleh gambaran kasus perkosaan yang terjadi di dunia, adapun 5 besar Negara yang memiliki jumlah kasus perkosaan di dunia pada tahun 2017 per 100,000 jiwa adalah South Africa 132.4, Botswana 69, Sweden 92.9, Nicaragua 31.6, Grenada 30.6 (Stanton, 2017). Sedangkan di Indonesia berdasarkan Lembar Fakta Catatan Tahunan (CATAHU) Komnas Perempuan Tahun 2017 sebanyak 1.389 kasus (Komnas Perempuan, 2017).

Fuadi dalam penelitiannya yang berjudul “Dinamika Psikologis Kekerasan Seksual: Sebuah Studi Fenomenologi” menemukan bahwa dampak psikologis yang dialami oleh korban kekerasan seksual dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu gangguan perilaku, gangguan kognisi, gangguan emosional (Fuadi, 2011). Kekerasan seksual berdampak pada trauma berupa pengkhianatan atau hilangnya kepercayaan remaja terhadap orang dewasa (betrayal), trauma secara seksual (traumatic sexualization), merasa tidak berdaya (powerlessness), dan stigma (stigmatization) (Finkelhor & Browne, 2011). Noviana dalam penelitinya yang berjudul “Kekerasan seksual terhadap anak: dampak dan penanganannya” juga menyebutkan bahwa secara fisik memang mungkin tidak ada hal yang harus dipermasalahkan pada remaja putri yang menjadi korban perkosaan, tapi secara psikis bisa menimbulkan ketagihan, trauma, bahkan pelampiasan dendam (Noviana, 2015). Sari (2013) menyampaikan bahwa dampak psikologis yang bisa ditimbulkan adalah subjek mengalami kejadian traumatik yang dialami kembali, subjek menghindari hal yang berhubungan dengan trauma, subjek mengalami peningkatan kesadaran dan dampak psikososial pasca perkosaan subjek memisahkan diri dari lingkungan (Sari, 2013). Akani dkk. (2015) menambahkan

(3)

bahwa gangguan kejiwaan yang mungkin terjadi adalah gangguan keperibadian, gangguan somatisasi, depresi berat (dan dysthymia), gangguan penyalahgunaan zat, gangguan identitas disosiatif dan kondisi disosiatif terkait, bulimia nervosa (dan gangguan makan lainnya) dan gangguan pasca trauma (PTSD) (Akani, Imasiku, Paul, & Hazemba, 2015).

Penanganan yang optimal dapat diterima ketika dilakukan dengan cara pendekatan yang tepat, maka pengalaman remaja putri yang mengalami perkosaan menjadi sangat penting untuk dikaji.

Kabupaten Magelang merupakan wilayah transitoris yang terletak di antara 2 kota besar yaitu Yogyakarta dan Semarang. Dari aspek kependudukan, persentase anak di atas usia 10 tahun yang berpendidikan SD sebanyak 10, 27 %, SMP sebanyak 3,54%, dan Diploma/Universitas sebanyak 0,85%, namun yang belum pernah bersekolah sebanyak 4,03% dan yang tidak bersekolah lagi sebanyak 78% (BPS, 2017b). Data di atas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan masyarakat masih tergolong rendah. Pada aspek pekerjaan, sebanyak 64,20% masyarakat bekerjadi sector non-agrikultur yaitu di sector industry, perdagangan dan hotel, jasa, dan lainnya (BPS, 2017a). Sector non-agrikultur sebagian besar terletak di perkotaan. Secara umum kehidupan perkotaan lebih terbuka dari pada di pedesaan/pegunungan, hal ini memberikan dampak pada remaja yang bekerja di perkotaan dan membawa pengaruh terhadap kehidupan mereka di tempat tinggal mereka di desa. Secara geografis Kabupaten Magelang dikelilingi oleh beberapa gunung yaitu Gunung Merapi dan Gunung Merbabu yang terletak di sebelah timur, Gunung Sumbing di sebelah barat dan Pegunungan Menoreh terletak di

(4)

sebelah timur laut. Oleh karena itu sebagian wilayah Kabupaten Magelang merupakan daerah yang sulit dijangkau menggunakan kendaraan tertentu. Namun demikian dengan berkembangnya teknologi informasi, permasalahan geografis bukanlah sebagai kendala menyebarnya berbagai informasi yang begitu deras masuk ke dalam gadget. Dari penelitian yang dilakukan di Indonesia setidaknya 30 juta anak-anak dan remaja di Indonesia merupakan pengguna internet, dan media digital saat ini menjadi pilihan utama saluran komunikasi yang mereka gunakan. Hasil studi menemukan bahwa 80 persen responden yang disurvei merupakan pengguna internet. Anak-anak dan remaja memiliki 3 motivasi utama untuk mengakses internet: yaitu mencari informasi, untuk terhubung dengan teman (lama dan baru) dan untuk hiburan (Gayatri et al., 2015). Penggunaan sosial media juga berdampak negative terhadap remaja dan mereka menggunakan media sosial untuk menonton hal-hal terkait pornografi (Khairuni, 2016). Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan di Badan Pemberdayaan Masyarakat Perempuan dan Keluarga Berencana (Bapermaspuan & KB) Kabupaten Magelang menunjukan bahwa jumlah kasus kekerasan seksual pada tahun 2014 yaitu 31 kasus, pada tahun 2015 sebanyak 29 kasus, pada tahun 2016 sebanyak 19. Dari jumlah tersebut persentase perkosan pada tahun 2014 sebanyak 13%, pada tahun 2015 sebanyak 3% dan pada tahun 2016 sebanyak 21%.

Peran dari semua pihak diperlukan agar insiden perkosaan tidak terus meningkat setiap tahun. Bupati Magelang mencanangkan Kabupaten Magelang sebagai kabupaten layak anak pada tahun 2011. Kekerasan anak, dimana perkosaan termasuk didalamnya, termasuk dalam klaster ke 5 dari lima klaster hak

(5)

anak yaitu klaster perlindungan khusus. Klaster ke 5 memiliki 4 indikator dimana perkosaan masuk dalam indikator pertama yaitu anak memerlukan perlindungan khusus dan memperoleh pelayanan. Dalam upaya pengembangan kabupaten layak anak Kabupaten Magelang masih berada pada tahap perencanaan karena masih melakukan sosialisasi Peraturan Bupati Magelang nomor 13 tahun 2016 tentang Pedoman Pengembangan Kecamatan Layak Anak.

Penelitian kuantitatif terkait dengan perkosaan sudah banyak dilakukan terutama terkait dengan faktor penyebab dan dampaknya terhadap remaja putri, namun penelitian kualitatif terkait dengan pengalaman korban perkosaan belum banyak dijumpai.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang diperoleh adalah “bagaimana pengalaman korban perkosaan pada remaja putri di Kabupaten Magelang?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah mengeksplorasi pengalaman remaja putri korban perkosaan yang terjadi di Kabupaten Magelang.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis

a. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diharapkan tenaga kesehatan mengetahui apa yang dirasakan korban dan dampaknya terhadap aspek

(6)

biologis, psikologis, dan sosial sehingga dapat memberikan perawatan secara menyeluruh dan optimal untuk memenuhi kebutuhannya.

b. Masyarakat dan tenaga pendidikanpun akan mengetahui apa yang dirasakan korban dan dampak terhadap korban. Berdasarkan hasil penelitian itu pula masyarakat dan tenaga pendidikan dapat memberikan dukungan dan berespon dengan tepat demi kelangsungan hidupnya di masyarakat maupun di lingkungan pendidikan sesuai dengan peran anggota masyarakat masing-masing.

2. Manfaat Teoritis

Memberikan gambaran hal-hal yang dirasakan korban dan dampak terhadap dirinya. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk membuat strategi asuhan keperawatan.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian serupa terkait pengalaman remaja putri yang mengalami kekerasan:

1. Penelitian Fuadi pada tahun 2011 dengan judul Dinamika Psikologis Kekerasan Seksual: Sebuah Studi Fenomenologi.

Tujuan penelitiannya adalah melakukan analisis tentang bagaimana dan mengapa terjadi kekerasan seksual, melakukan analisis dampak psikologis pada korban kekerasan seksual, dan mengetahui dinamika kepribadian korban kekerasan seksual. Metode penelitian ini dengan pendekatan fenomenologi. Sampel penelitian berjumlah 2 subyek dengan kriteria (a) perempuan yang

(7)

mengalami kekerasan seksual, (b) usia 10-23 tahun, dan (c) Suku jawa. Instrumen penelitiannya adalah peneliti sendiri yang dibantu dengan panduan wawancara. Peneliti dibantu oleh 3 orang partisipan yaitu orang tua dan 2 pendamping dari LSM dimana salah satunya adalah teman dekat subyek. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Proses analisis data melibatkan bracketing, horizontalizing, dan meaning units untuk memperoleh textural description. Hasil penelitian ini adalah bahwa kekerasan seksual yang terjadi tidak sesederhana dampak psikologisnya. Korban akan diliputi perasaan dendam, marah, penuh kebencian yang tadinya ditujukan kepada orang yang melecehkannya dan kemudian menyebar kepada obyek-obyek atau orang-orang lain. Setelah mengalami kekeraan seksual berbagai macam penilaian terhadap masalah yang dialami subyek bermacam-macam muncul perasaan sedih, tidak nyaman, lelah, kesal dan bingung hingga rasa tidak berdaya muncul.

Persamaan dengan penelitian ini adalah menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi.

Sedangkan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan ini terletak pada tujuan, karakteristik partisipan, jumlah partisipan, dan lokasi penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk memahami pengalaman remaja putri korban perkosaan. Karakterisitk partisipan adalah remaja putri korban perkosaan berusia antara 10-18 tahun. Jumlah partisipan sebanyak 5 orang, dan lokasi penelitian berada di Kabupaten Magelang.

(8)

2. Penelitian Akani, Imasiku, Paul, Hazemba judul Characteristics of Child Sexual Abuse in Zambia. Penelitian dilakukan di Zambia's CSA Centre pada tahun 2015.

Tujuan penelitian adalah untuk menggambarkan karakteristik pelecehan seksual anak pada anak-anak yang mengalami pelecehan seksual dari pusat Child Sexual Abuse (CSA) di University Teaching Hospital (UTH). Desain penelitian ini adalah cross-sectional study dengan jumlah sampel sebanyak 192 anak usia 4-15 tahun. Data diproses dan dianalisa menggunakan excel windows version 8. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa semua pelaku adalah laki-laki tetangga, pacar dan orang dewasa yang tidak memiliki hubungan saudara merupakan lebih dari 50% dari pelaku dalam penelitian ini. Penetrasi penis adalah bentuk kekerasan seksual yang dominan dan hanya satu dari dua puluh pelaku yang dilaporkan menggunakan kondom. Tekanan fisik adalah cara utama yang digunakan pada remaja.

Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah objek penelitian adalah korban kekerasan seksual dimana perkosaan termasuk didalamnya.

Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan ini terletak pada metode, lokasi, dan jumlah partisipan. Metode penelitiannya adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Penelitian dilakukan di wilayah Kabupaten Magelang dengan jumlah partisipan sebanyak 5 orang remaja putri korban perkosaan.

(9)

3. Penelitian yang dilakukan oleh Sari yang berjudul “Dampak Psikologis pada Remaja Korban Pemerkosaan di Kabupaten Temanggung” pada tahun 2013. Penelitian dilakukan di Kabupatn Temanggung.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dampak psikologis pada remaja korban perkosaan. Desain penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Jumlah partisipan sebanyak 1 remaja korban pemerkosaan yang memilki karakteristik tertentu. Data diperoleh melalui wawancara terstruktur, observasi partisipan, dan dokumentasi dengan alat perekam suara dan foto penelitian dan tes grafis (draw a man) kepada satu orang narasumber primer yaitu korban remaja korban pemerkosaan, dan dua orang narasumber sekunder penelitian yaitu keluarga korban. Analisis data mengunakan analisis kualitatif, dan keabsahan data dilakukan dengan metode triangulasi sumber.

Hasil yang diperoleh adalah pemerkosaan dilatarbelakangi oleh ketidakharmonisan keluarga, hubungan yang buruk antar peer group-nya dan kurangnya perhatian orang tua. Timbulnya dampak psikologis pemerkosaan dipengaruhi oleh pengalaman traumatik masa lampau yaitu pernah mengalami pelecehan seksual, dinamika keluarga, hubungan sosial dan perilaku negatif orang tua. Sedangkan dampak psikologisnya adalah subjek mengalami kejadian traumatik yang dialami kembali oleh subjek, subjek menghindari hal yang berhubungan dengan trauma, subjek mengalami peningkatan kesadaran dan dampak psikososial pasca perkosaan subjek memisahkan diri dari lingkungan.

(10)

Persamaan dengan penelitian ini adalah partisipan yang digunakan adalah remaja yang pernah mengalami perkosaan.

Perbedaannya adalah penelitian ini menggunakan desain kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Penelitian dilakukan di Kabupaten Magelang dengan jumlah partisipan 5 remaja putri korban perkosaan. Analisa menggunakan metode Miles dan Huberman.

Referensi

Dokumen terkait

Kini, surat menyurat melalui E-mail tidak hanya dapat dilakukan melalui kompoter meja atau desktop dan komputer junjing (laptop) melainkan juga telepon genggam (seluler)

Prosedur pengambilan dan pengumpulan data meliputi: data primer yaitu data umum tentang karakteristik ibu hamil dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan

Faktor-faktor virulensi yang dimiliki bakteri Enterococcus faecalis dapat menyebabkan bakteri ini mampu membentuk koloni pada host, dapat bersaing dengan bakteri

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran mata pelajaran Fiqih yang dibuat oleh bapak SD dengan KD menjelaskan ketentuan-ketentuan shadaqah, hibah dan hadiah bisa dikategorikan

a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat strategis nasional ataupun bersifat lintas provinsi. Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan

Tujuan penulisan artikel ini adalah membahas tentang pengaruh pelaksanaan kebijakan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) terhadap manajemen pembelajaran bahasa Inggris

Skripsi yang berjudul MUSIK DALAM UPACARA ADAT MAPAG PANGANTÉN PADA MASYARAKAT SUNDA DI KOTA MEDAN ini merupakan kulminasi dari perjuangan panjang menimba pengetahuan dalam bidang

Apabila seorang tidak waspada dengan hal-hal tersebut, mungkin saja seorang dapat menjadi pengguna narkoba tanpa disadari.. Makan dan minuman yang menjadi bahan perhatian