• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN TINGKAT ANSIETAS PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KASIH SURAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GAMBARAN TINGKAT ANSIETAS PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KASIH SURAKARTA"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

i

GAMBARAN TINGKAT ANSIETAS PADA LANSIA DI

PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KASIH

SURAKARTA

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan

Oleh : Heningsih NIM. S10015

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2014

(2)

i

GAMBARAN TINGKAT ANSIETAS PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DARMA BAKTI KASIH

SURAKARTA

Oleh : Heningsih NIM S10015

Telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal 25 Juni 2014 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Happy Indri Hapsari, S.Kep., Ns., M.Kep Anita Istiningtyas, S.Kep.,Ns., M.Kep

NIK. 201284113 NIK. 201087055

Penguji,

Wahyuningsih Safitri, S.Kep., Ns., M.Kep NIK. 200679022

Surakarta,Juli 2014

Ketua Program Studi S-1 Keperawatan,

Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep NIK. 201279102

(3)

i

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Heningsih

NIM : S10015

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1) Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (Sarjana), baik di STIKes Kusuma Husada Surakarta maupun perguruan tinggi lain.

2) Skripsi ini murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukan dari Tim Penguji. 3) Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau

dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

4) Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kumudian hari terdapat pentimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi.

Surakarta, Juni 2014

Yang membuat pernyataan,

(Heningsih) S10015

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbil ‘aalamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Gambaran Tingkat Ansietas Pada Lansia di Panti Wredha Dharma Bhakti Kasih Surakarta”. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Penulis menyadari tanpa adanya bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak skripsi ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, Msi. selaku ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta 2. Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Kepala Program Studi S1

Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.

3. Ibu Wahyuningsih Safitri, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku penguji yang telah memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis.

4. Ibu Happy Indri Hapsari,S.Kep., Ns., M.Kep. selaku pembimbing I yang telah memberikan banyak masukan dan bimbingan serta arahan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Anita Istiningtyas, S.Kep,.Ns. M.Kep, selaku pembimbing II yang telah memberikan banyak masukan, bimbingan serta arahan dalam penyusunan skripsi ini.

(5)

v

6. Ibu Regina Soeyan S. Ag selaku sekretariat Panti Wredha Dharma Bhakti Kasih Surakarta yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian.

7. Seluruh partisipan yang telah berperan dalam penelitian ini dan telah berkenan untuk menjadi partisipan yang tidak dapat disebutkan satu – persatu.

8. Terimakasih kepada responden yang telah berpartisipasi dalam penelitian saya. 9. Seluruh staf pengajar dan akademik Prodi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma

Husada Surakarta yang telah membantu penulis.

10. Orang tua tercinta, Bapak Supriyanto dan Ibu Martini yang tak henti – hentinya mendoakan penulis dan selalu memberikan motivasi serta dukungan terbesar kepada penulis.

11. Kakak (Eko Wahyudi, Hartini) dan Keponakan (Azzahra) tercinta yang selalu memberikan motivasi kepada penulis.

12. Teman – teman seperjuangan dan seangkatan yang tak pernah berhenti memberikan semangat, motivasi dan dukungan kepada penulis.

13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu – persatu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak terlepas dari kekurangan dan kesalahan, untuk itu penulis mengharapkan kritik, saran dan masukan dari berbagai pihak. Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat.

Surakarta, Juni 2014 Penulis

(6)

vi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

SURAT PERNYATAAN... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

ABSTRAK ... xiii ABSTRACT ... xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang ... 1 1.2. Rumusan Masalah ... 3 1.3. Tujuan Penelitian ... 4 1.4. Manfaat Penelitian ... 4 1.5. Keaslian Penelitian... 6

BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Tinjaun Teori ... 7

2.1.1 Lansia ... 7

2.1.1.1 Pengertian Lanjut Usia ... 7

2.1.1.2 Klasifikasi Lansia ... 8

(7)

vii

2.1.1.4 Perubahan pada lansia ... 9

2.1.2 Ansietas ... 10

2.1.2.1 Definsi Ansietas ... 10

2.1.2.2 Tingkat Respon Ansietas ... 10

2.1.2.3 Ciri-Ciri Ansietas ... 12

2.1.2.4 Tandadangejalaansietas ... 13

2.1.2.5 Faktor-Faktor yang mempengaruhi ansietas ... 13

2.1.2.6 Dampak Ansietas ... 16

2.1.2.7 Alat ukur ansietas ... 17

2.2 Kerangka Teori ... 19

2.3 Kerangka Konsep ... 19

BAB III METODOLOGI 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ... 20

3.2 Populasi dan Sampel ... 20

3.2.1 Populasi ... 20

3.2.2 Sampel ... 20

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian... 21

3.4 Variabel, Definisi Operasional, danSkalaPengukuran ... 21

3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data ... 23

3.5.1 Alat Penelitian ... 23

3.5.1.1 Uji validitas ... 24

3.5.1.2 Uji Reliabilitas ... 24

(8)

viii

3.7 Teknik Pengolahan dan Analisa Data ... 25

3.7.1 Teknik Pengolahan Data ... 25

3.7.2 Analisa Data ... 27

3.8 Etika Penelitian ... 27

3.8.1 Informed consent ... 27

3.8.2 Anonymity (tanpa nama) ... 28

3.8.3 Confidentiality (kerahasiaan) ... 28

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Karakteristik Responden ...29

4.1.1. Umur ...29

4.1.2. Jenis Kelamin ...29

4.1.3. Pengalaman Hidup Berumah tangga ...30

4.1.4. Kunjungan Keluarga ...30 4.1.5. Pendidikan ...30 4.1.6. Kecemasan ...31 BAB V PEMBAHASAN 5.1. Usia ...32 5.2. Jenis Kelamin ...34

5.3. Pengalaman Hidup Berumah Tangga ...36

5.4. Kunjungan Keluarga ...38

5.5. Pendidikan ...38

5.6. Tingkat Kecemasan ...39

(9)

ix BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ...42

6.2. Saran ...42

6.2.1. Bagi panti ...42

6.2.2. Bagi Institusi Pendidikan ...42

6.2.3. Peneliti Selanjutnya ...43

6.2.4. Bagi Perawat ...43

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(10)

x

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1. Keaslian Penelitian ... 6 Tabel 3.1. DefinisiOperasional ... 21

(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1.Kerangka Teori ... 19

(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Penelitian

Lampiran 2 : F01Usulan Topik penelitian Lampiran 3 : F02 Pengajuan Persetujuan Judul Lampiran 4 : F04 Pengajuan Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 5 : F05 Lembar Oponent

Lampiran 6 : F06 Lembar Audience Lampiran 7 : Surat Studi Pendahuluan

Lampiran 8 : Surat Balasan Studi Pendahuluan Lampiran 9 : Pengajuan Ijin Penelitian

Lampiran 10 : Surat Penelitian

Lampiran 11 : Surat balasan penelitian Lampiran 12 : Hasil SPSS dan Excel

Lampiran 13 : Surat Permohonan Menjadi Responden Lampiran 14 : Persetujuan Menjadi responden

Lampiran 15 : Kuesioner Ansietas Lampiran 16 : Lembar Konsultasi Lampiran 17 : Lembar Konsultasi Lampiran 18 : Dokumentasi

(13)

xiii

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014

Heningsih

Gambaran Tingkat Ansietas Pada Lansia Di Panti Wredha Darma Bakti Kasih Surakarta

Abstrak

Pada masa lanjut usia akan terjadi perubahan-perubahan baik fisik maupun psikis. Pada umumnya masalah psikologis yang paling banyak terjadi pada lansia adalah ansietas. Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas, perasan khawatir, mudah tersinggung, kecewa, sulit tidur sepanjang malam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat ansietas pada lansia di Panti Wredha Darma Bakti Kasih Surakarta.

Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif analitik dengan metode observasional dengan pengambilan teknik sampel jenuh dengan berbagai kriteria yang mendukung di dapatkan sampel 52 lansia dengan mengunakan Hamilton

Rating Scale For Anxiety (HRS-A).Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian

besar lansia mengalami ansietas sedang sebesar 42,3%.

Dari hasil penelitian ini di harapakan peneliti selanjutnya dapat mengali lebih jauh mengenai faktor-faktor kecemasan dan bisa membandingkan gambaran tingkat kecemasan pada lansia di panti dengan lansia yang berada di komunitas.

Kata Kunci : Lansia, Ansietas. Daftar Pustaka : 29(2003-2013).

(14)

xiv

BACHELOR DEGREE PROGRAM IN NURSING SCIENCE KUSUMA HUSADA SCHOOL OF HEALTH OF SURAKARTA

2014

Heningsih

THE DESCRIPTION OF ANXIETY LEVEL OF THE ELDERLY AT DHARMA BHAKTI KASIH NURSING HOME OF SURAKARTA

ABSTRACT

In the elderly period, physical and psychological changes will take place. In general, the psychological change that mostly occurs is anxiety.Anxiety is unclear feelings of fear, worry, irritability, disappointment, and sleep difficulty at night.

The objective of this research is to investigate the description of anxiety level of the elderly at Darma Bakti Kasih Nursing Home of Surakarta.

This research used the descriptive analytical design with the observational method. The samples of the research were taken by using saturation sampling technique. They consisted of 52 elderly persons. The data of the research were analyzed by using the Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A). The result of the research shows that 42.3% of the elderly experience the moderate anxiety.

Thus, the following researchers are expected to explore more the factors causing the anxiety and to compare the description of anxiety level of the elderly at nursing homes and that of anxiety level of the elderly in society.

Keywords: Elderly and anxiety. References: 29(2003-2013)

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang

Lansia atau lanjut usia merupakan tahap terakhir dalam tahap pertumbuhan. Lanjut usia merupakan proses alami yang tidak dapat dihindari oleh setiap insividu (Depsos 2006, dalam Kristyaningsih 2011). Proses menua akan terjadi perubahan-perubahan baik anatomis, biologis, fisiologis maupun psikologis. Gejala-gejala kemunduran fisik antara lain kulit mulai mengendur, timbul keriput, mulai beruban, pendengaran dan penglihatan berkurang, mudah lelah, gerakan mulai lamban dan kurang lincah masalah tersebut akan berpotensi pada masalah kesehatan baik secara umum maupun kesehatan jiwa (Juniarti 2008).

Indonesia memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structural

population) karena mempunyai jumlah penduduk dengan usia 60 tahun ke atas

sekitar 8,90% dari jumlah penduduk di Indonesia. Pada 2010, jumlah lansia sebesar 23,9 juta (9,77%) dengan usia harapan hidup 67,4 tahun (Menkokesra 2008, dalam Sunartyasih & Linda 2013). Semakin meningkatnya jumlah lanjut usia di Indonesia akan menimbulkan permasalahan yang cukup komplek baik dari masalah fisik maupun psikososial. Masalah psikososial yang paling banyak terjadi pada lansia seperti, kesepian, perasaan sedih, depresi dan ansietas. Ansietas termasuk salah satu masalah kesehatan jiwa yang paling sering muncul (Tamher & Noorkasiani 2009, dalam subandi dkk 2013).

(16)

Ansietas atau kecemasan merupakan perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Ansietas merupakan perasaan campuran berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai masa-masa mendatang tanpa sebab khusus untuk ketakutan tertentu. Ansietas pada lansia memiliki gejala seperti, perasaan khawatir atau takut, mudah tersinggung, kecewa, gelisah, perasaan kehilangan, sulit tidur sepanjang malam, sering membayangkan hal-hal yang menakutkan dan rasa panik pada hal yang ringan, konflik-konflik yang ditekan dan berbagai masalah yang tidak terselesaikan akan menimbulkan ansietas (Maryam dkk 2008, dalam Soemantri dkk 2012). Prevalensi ansietas di negara berkembang pada usia dewasa dan lansia sebanyak 50% (Videback 2011, dalam Subandi 2013). Angka kejadian gangguan ansietas di Indonesia sekitar 39 juta jiwa dari 238 juta jiwa penduduk (US Census Bureau 2004, dalam Subandi 2013).

Perlu adanya pendampingan yang khusus terhadap lansia dan perbaikan kondisi lingkungan panti agar kecemasan pada lansia bisa menurun (Titus 2005). Tingkat kecemasan pasien tindakan pencabutan gigi di Puskesmas terdapat hampir separuh pasien dinyatakan menderita kecemasan baik ringan maupun sedang. Pasien dengan jenis kelamin perempuan memiliki perbedaan sedikit lebih banyak mengalami cemas dibandingkan dengan pasien dengan jenis kelamin laki-laki (Boky 2013).

Panti Wredha Darma Bakti Kasih Surakarta merupakan salah satu panti yang terdapat di Jawa Tengah. Panti ini menampung lansia sebanyak 52 orang lansia. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilaksanakan pada tanggal 29 November 2013 didapatkan hasil observasi dan wawancara dengan 10 lansia.

(17)

3

Enam lansia mengatakan dalam menjalani kehidupan yang jauh dengan sanak keluarga membuat para lansia merasakan gelisah dan rindu dengan keluarga meskipun mereka tinggal di panti dengan teman-teman sebaya, takut jika sakit tidak ada yang mengurus dan akhirnya merepotkan orang lain, takut menghadapi kematian, hidupnya saat ini telah hampa, terkadang menangis sendiri mengingat masa lalu. Lansia merasa gembira jika ada kunjungan meskipun bukan keluarga mereka, dan tingkah laku yang muncul pada lansia yang berada di panti tersebut seperti, seringkali melamun, duduk bersama-sama tapi saling diam dan sibuk dengan pikiran serta perasaan masing-masing.

Rasa cemas dapat menetap bahkan meningkat meskipun situasi yang mengancam betul-betul tidak ada, ketika rasa cemas yang berlebihan mempunyai dampak yang merugikan pada pikiran serta tubuh. Ansietas dapat menyebabkan ketidakpedulian pada diri lansia yang mengalaminya, untuk mencegah hal-hal yang dapat membahayakan diri lansia tersebut maka peneliti ingin mengetahui gambaran tingkat ansietas pada lansia di panti Wredha Darma Bakti Kasih Surakarta. Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan tindakan asuhan keperawatan yang tepat pada lansia yang mengalami ansietas.

1.2 Rumusan Masalah

Semakin meningkatnya jumlah lansia di Indonesia akan menimbulkan permasalahan yang begitu komplek dari masalah fisik mapun masalah psikologis. Masalah psikologis yang sering dialami oleh lansia yaitu kesepian, perasaan sedih, depresi dan ansietas. Ansietas termasuk salah satu masalah kesehatan jiwa yang paling sering muncul yang dapat menyebabkan sulit tidur sepanjang malam,

(18)

gelisah dan kecewa. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk meneliti bagaimanakah gambaran tingkat ansietas pada lansia di Panti Wredha Darma Bakti Kasih Surakarta.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan gambaran tingkat ansietas pada lansia di Panti Wredha Darma Bakti Kasih Surakarta.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengidentifikasi karakteristik lansia di Panti Wredha Darma Bakti Kasih Surakarta.

2. Untuk mengidentifikasi gambaran ansietas pada lansia di Panti Wredha Darma Bakti Kasih Surakarta.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil yang diperoleh dalam penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat kepada :

1.4.1 Manfaat bagi Panti Wredha Darma Bakti Kasih Surakarta.

Hasil penelitian ini diharapkan memberi informasi tentang gambaran tingkat ansietas dan menambah kegiatan kepada lansia yang berada di panti.

(19)

5

1.4.2 Manfaat bagi institusi pendidikan

Penelitian ini dapat tambahan kepustakaan dan pengembangan ilmu kesehatan khususnya mengenai ansietas pada lansia yang dapat dijadikan bahan ajar di area komunitas dan gerontik.

1.4.3 Manfaat bagi penelitian lain

Menjadi refrensi untuk pengembangan penelitian selanjutnya berkaitan dengan lansia yang mengalami ansietas dan peneliti selanjutnya bisa meneliti tentang cara mengatasi ansietas

1.4.4 Bagi tenaga kesehatan

Memberikan informasi atau sosialisasi kepada anggota keluarga lansia untuk menambah kunjungan.

1.4.5 Manfaat bagi peneliti

Untuk menambah wawasan dan memperluas pengetahuan penulis khususnya di bidang gerontik.

(20)

1.5 Keaslian Penelitian

Tabel 1.1. Keaslian Penelitian

Nama Peneliti Judul Penelitian Metode Hasil Penelitian Irto Titus, Watief

A.Rachman, Arsyad Rahman Gambaran Perilaku Lansia terhadap kecemasan di Panti Sosial Tresna Wredha Theodora Makasar Metode penelitian ini menggunakan deskriptif dengan metode observasional. Perlu adanya pendampingan yang khusus terhadap lansia dan perbaikkan kondisi lingkungan panti agar kecemasan pada lansia bisa menurun. Harfika Boky, Ni Wayan Mariati Jimmy Maryono Gambaran Tingkat Kecemasan Pasien Dewasa terhadaps Tindakan Pencabutan Gigi di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan total sampling Tingkat kecemasan pasien tindakan pencabutan gigi di puskesmas Bahu kecematan Malalayang Kota Manado, terdapat hampir separuh pasien dinyatakan menderita kecemasan baik ringan maupun sedang. Pasien dengan jenis kelamin perempuan memiliki perbedaan sedikit lebih banyak mengalami cemas dibandingkan dengan pasien dengan jenis kelamin laki-laki.

(21)

7 BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Tinjaun Teori 2.1.1 Lansia

2.1.1.1 Pengertian Lanjut Usia

Lanjut usia (lansia) bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan. Seseorang dikatakan lanjut usia apabila usianya lebih dari 65 tahun ke atas (Efendi dan Mahfudin 2009).

Lansia merupakan tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia yang merupakan suatu proses alami yang tidak dapat dihindari oleh setiap individu. Perubahan-perubahan fisiologis maupun psikososial, akan berpotensi pada masalah kesehatan baik secara umum maupun kesehatan jiwa(Maryam dkk 2008).

Lansia adalah seseorang laki-laki ataupun perempuan yang berusia 60 tahun atau lebih, baik secara fisik masih berkemampuan (potensial) mampu karena sesuatu hal tidak lagi mampu berperan secara aktif dalam pembangunan (tidak potensial). Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan lansia adalah seseorang yang berusia 60 tahun ke atas dengan perubahan-perubahan baik fisiologis mampu psikologis (Sikhan 2009 dalam Suparmi 2011). .

(22)

2.1.1.2 Klasifikasi Lansia

Klasifikasi lansia terbagi menjadi lima klasifikasi yang terdiri dari: Pralansia (presinilas) yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun, lansia yaitu seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, lansia resiko tinggi yaitu seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan, lansia potensial yaitu lansia yang masih mampu bekerja yang dapat menghasilkan barang atau jasa, lansia tidak potensial yaitu lansia yang hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (Maryan dkk 2008). 2.1.1.3 Tipe Lansia

1. Tipe arif bijaksana

Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan. 2. Tipe mandiri

Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan. 3. Tipe tidak puas

Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut.

4. Tipe pasrah

Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan melakukan pekerjaan apa saja.

(23)

9

5. Tipe bingung

Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif, dan acuh tak acuh.

(Nugroho 2000 dalam Maryam dkk 2008). 2.1.1.4 Perubahan pada lansia

Menjadi tua ditandai dengan adanya perubahan-perubahan baik fisik, perubahan mental maupun perubahan psikologis.

1. Perubahan-perubahan fisik pada lansia antara lain perubahan sistem respirasi, sistem kardiovaskuler, sistem pengaturan temperatur tubuh, sistem gastrointestinal, sistem genitorurinia, sistem endokrin, sistem muskuloskeletal, sistem pernafasan, perubahan sel dan sistem pendengaran.

2. Perubahan mental pada lansia antara lain mudah curiga, bertambah pelit atau tamak jika memiliki sesuatu dan egois. Sikap umum yang ditemukan pada hampir setiap lanjut usia, yaitu keinginan berumur panjang, ingin tetap berwibawa dan dihormati (Bandiyah 2009). 3. Perubahan psikososial pada lansia antara lain 12 macam seperti,

gangguan pendengaran, bronkitis kronis, gangguan pada tungkai atau sikap berjalan, gangguan pada sendi, anemia, dimensia, gangguan penglihatan, dekompensasi kordis, gangguan pada defekasi, kesepian, ansietas dan depresi (Nugroho 2000 dalam Supriani 2011).

(24)

2.1.2 Ansietas

2.1.2.1 Definsi Ansietas

Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Gangguan ansietas adalah sekelompok kondisi yang memberi gambaran pentig tentang ansietas yang berlebihan disertai, respon perilaku, emosi dan fisiologis (Videbeck 2008).

Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar menyebabkan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya ( Stuart 2007 dalam Sarfika 2012). Ansietas adalah suatu keadaan tegang yang berhubungan dengan ketakutan, kekhawatiran, perasaan-perasaan bersalah, perasaan tidak aman dan kebutuhan akan kepastian. Kecemasan pada dasarnya merupakan sebuah respons terhadap apa yang terjadi atau antisipatif, namun faktor dinamik yang dapat mempercepat kecemasan tidak disadari (Hawari 2006).

2.1.2.2 Tingkat Respon Ansietas 1. Ansietas Ringan

Pada tahap ini respon fisik ditandai dengan ketegangan otot ringan, sadar akan lingkungan, rileks atau sedikit gelisah, penuh perhatian, rajin. Respon kognitif yang ditemui berupa lapang persepsi luas, terlihat tenang percaya diri, perasaan gagal sedikit waspada memperhatikan banyak hal dengan mempertimbangkan informasi, tingkat pembelajaran optimal. Respon emosional ditemui tanda

(25)

11

perilaku otomatis, sedikit tidak sabar, aktivitas menyendiri, terstimulasi, tenang.

2. Ansietas sedang

Respon fisik ditandai dengan ketegangan otot sedang, tanda-tanda vital meningkat, pupil dilatasi, mulai berkeringat, sering mondar-mandir dan gerakan memukulkan tangan, suara berubah dan gemetar dengan nada suara tinggi, kewaspadaan dan ketegangan meningkat, sering berkemih, sakit kepala pola tidur berubah dan punggung terasa nyeri. Respon kognitif berupa lapang persepsi menurun, perhatian sudah mulai selektif dan fokus terhadap stimulus, rentang perhatian menurun. Penyelesaian masalah menurun. Respon emosional dengan tanda dan gejala, tidak nyaman, mudah tersinggung, kepercayaan diri goyah, tidak sabar dan masih bisa merasakan gembira.

3. Ansietas Berat

Respon fisik ditemukan ketegangan otot yang sudah berat, hiperventilasi, kontak mata buruk, pengeluaran keringat meningkat, bicara cepat, nada suara tinggi, melakukan tindakan tanpa tujuan dan serampangan, rahang menegang, mengerakan gigi, kebutuhan ruang gerak meningkat, mondar-mandir, berteriak, meremas tangan, gemetar. Pada respon kognitif ditemui lapang persepsi terbatas, sulit berfikir dan proses berfikir pecah-pecah, penyelesaian masalah buruk, tidak mampu mempertimbangkan informasi, hanya memperhatikan ancaman preukopasi dengan pikiran sendiri egosentris. Pada respon emosonal

(26)

ditemu tanda dan gejala, sangat cemas, agitasi, takut, bingung, merasa tidak adekuat, menarik diri, menyangkal dan ingin bebas dari ancaman. 4. Panik

Pada tahap ini ditemui respon fisik berupa flight, fight, freeze, ketegangan otot sangat berat, agitasi otorik kasar, pupil dilatasi, tanda-tanda vital meningkat dan kemudian menurun, tidak dapat tidur, hormon stres dan neurotransmiter berkurang, wajah menyeriangi, mulut ternganga. Respon kognitif ditemui tanda dan gejala, persepsi menyempit, pikiran tidak logis, kepribadian kacau, tidak dapat menyelesaikan masalah, fokus pada pikiran sendiri, tidak rasional, sulit memahami stimulasi eksternal, halusinasi, waham, ilusi mungkin terjadi. Respon emosional ditemui perasaan terbebani, merasa tidak mampu, tidak berdaya, lepas kendali, mengamuk, putus asa, marah, sangat takut mengharapkan hasil yang buruk sangat takut, kaget dan merasa kelelahan (Videbek 2008).

2.1.2.3 Ciri-Ciri Ansietas

1. Ciri kognitif dari Ansietas

Perasaan terganggu terhadap sesuatu yang terjadi di masa depan, sangat waspada khawatir akan ditinggal sendiri, bercampur aduk atau kebingungan, sulit berkonsenterasi atau memfokuskan pikiran, khawatir tentang sesuatu, keyakinan bahwa sesuatu yang mengerikan akan terjadi tanpa ada penjelasan yang jelas, ketidakmampuan dalam menghadapi masalah.

(27)

13

2. Ciri fisik dari Ansietas

Sensitif, gelisah, gugup, sulit berbicara, sering buang air kecil, sulit tidur, jantung berdetak kencang, mulut terasa kering, merasa lemas, tangan dingin, muka merah, tubuh berkeringat meskipun tidak gerah, tubuh panas atau dingin, sakit kepala, otot tegang, sakit perut, kostipasi, terengah-engah atau sesak nafas (Nevid 2005).

2.1.2.4 Tandadangejalaansietas

Ansietas dapat menampilkan diri dalam berbagai tanda dan gejala fisik dan psikologik. Tanda fisik ansietas yang sering timbul berupategang, gelisah, gemetar, nyeri punggung dan kepala, sering kaget, mudah lelah, konstipasi, mual, muntah, insomnia, sulit berkonsenterasi, pucat, berkeringat dingin, prasangka buruk, dan berkunang-kunang, suara tidak stabil, sulit menelan, kewaspadaan yang berlebihan serta pikiran mala petaka yang besar, ekspresi ketakutan, imobilisasi, hipertensi dan penarikan diri dari masyarakat, ketidakpastian atau ketakutan yang terjadi akibat ancaman yang nyata atau dirasakan (Stockslager 2008).

2.1.2.5 Faktor-Faktor yang mempengaruhi ansietas 1. Usia

Usia menunjukan ukuran waktu pertumbuhan dan perkembangan seorang individu. Usia berkorelasi dengan pengalaman, pengalaman berkorelasi dengan pengetahuan, pemahaman dan pandangan terhadap suatu penyakit atau kejadian sehingga akan membentuk persepsi dan sikap. Kematangan dalam proses berpikir pada individu yang berumur dewasa lebih memungkinkannya untuk menggunakan mekanisme

(28)

koping yang baik dibandingkan kelompok umur anak-anak, ditemukan sebagian besar kelompok umur anak cenderung lebih mengalami respon cemas yang berat dibandingkan kelompok umur dewasa (Liza 2004).

2. Dukungan Sosial

Tidak adanya dukungan sosial dan psikologis menyebabkan seseorang beresiko mengalami ansietas, karena tidak ada yang membantunya dalam memaknai peristiwa serta menghadapi kenyataan secara lapang dada untuk membangkitkan harga dirinya. Pada umumnya jika seseorang memiliki sistem pendukung yang kuat, kerentanan terhadap penyakit mental akan rendah (Wongmuba 2009).

3. Jenis Kelamin

Berkaitan dengan kecemasan pada pria dan wanita, perempuan lebih cemas akan ketidakmampuannya dibanding dengan laki-laki, laki-laki lebih aktif, eksploratif, sedangkan perempuan lebih sensitif. Seorang laki-laki dewasa mempunyai mental yang kuat terhadap sesuatu hal yang dianggap mengancam bagi dirinya dibandingkan perempuan. Laki-laki lebih mempunyai tingkat pengetahuan dan wawasan lebih luas dibanding perempuan, karena laki-laki lebih banyak berinteraksi dengan lingkungan luar sedangkan, sebagian besar perempuan hanya tinggal dirumah dan menjalani aktivitasnya sebagai ibu rumah tangga, sehingga tingkat pengetahuan atau transfer informasi yang didapatkan terbatas tentang pencegahan penyakit (Liza 2004).

(29)

15

4. Kemampuan mengatasi masalah (coping)

Setiap ada stressor penyebab individu mengalami kecemasan, maka secara otomatis muncul upaya untuk mengatasi dengan berbagai mekanisme koping. Penggunaan mekanisme koping akan efektif bila didukung dengan kekuatan lain dan adanya keyakinan pada individu yang bersangkutan bahwa mekanisme yang digunakan dapat mengatasi kecemasannya. Kecemasan harus segera ditangani untuk mencapai homeostatis pada diri individu, baik secara fisiologis maupun psikologis. Kemampuan koping yang buruk atau maladaptif memperbesarresikoseseorangmengalamiansietas(Wongmuba 2009). 5. Pengalaman dalam berumah tangga

Pengalaman masa lalu dalam berumah tangga baik yang positif maupun negatif dapat mempengaruhi perkembangan keterampilan menggunakan koping. Keberhasilan seseorang dapat membantu individu untuk mengembangkan kekuatan coping, sebaliknya kegagalan atau reaksi emosional menyebabkan seseorang menggunakan coping yang maladaptif terhadap stressor tertentu (Wongmuba 2009).

6. Pendidikan

Orang yang berpendidikan tinggi lebih mampu menggunakan pemahaman mereka, secara adaptif dibandingkan kelompok responden yang berpendidikan rendah. Kondisi ini menunjukan respon cemas berat cenderung dapat kita temukan pada responden yang berpendidikan rendah karena rendahnya pemahanan mereka sehingga membentuk persepsi yang menakutkan (Liza 2004).

(30)

2.1.2.6 Dampak Ansietas 1. Gejala kognitif

Kecemasan dapat menyebabkan kekhawatiran dan keprihatinan pada individu mengenai hal-hal yang tidak menyenangkan yang mungkin terjadi. Individu tersebut tidak memperhatikan masalah-masalah nyata yang ada, sehingga individu sering tidak bekerja atau belajar secara efektif, dan akhirnya dia akan menjadi lebih merasa cemas (Hawari 2007).

2. Gejala suasana hati

Individu yang mengalami kecemasan memiliki perasaan akan adanya hukuman dan bencana yang mengancam dari suatu sumber tertentu yang tidak diketahui. Orang yang mengalami kecemasan tidak bisa tidur, dan dengan demikian dapat menyebabkan sifat mudah marah (Hawari 2007).

3. Gejala motorik

Orang-orang yang mengalami kecemasan sering merasa tidak tenang, gugup, kegiatan motorik menjadi tanpa arti dan tujuan, misalnya jari-jari kaki mengetuk ngetuk, dan sangat kaget terhadap suara yang terjadi secara tiba-tiba. Gejala motorik merupakan gambaran rangsangan kognitif yang tinggi pada individu dan merupakan usaha untuk melindungi dirinya dari apa saja yang dirasanya mengancam (Hawari 2009).

(31)

17

2.1.2.7 Alat ukur ansietas

Mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang apakah tidak ada gejala, ringan, sedang, berat sekali mengunakan alat ukur (instrumen) yang dikenal dengan Hamilton Rating Scale for Anxiety

(HRS-A). Alat ukur ini terdiri dari 14 gejala yaitu, perasaan cemas, yang meliputi

firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tersinggung dan cemas. Ketegangan, meliputi merasa tegang, lesu, tidak bisa istirahat tenang, mudah terkejut, mudah menangis, gemetar, gelisah. Gangguan tidur meliputi sukar masuk tidur, terbangun malam hari, tidur tidak nyenyak, bangun dengan lesu, banyak mimpi-mimpi buruk, mimpi menakutkan. Ketakutan meliputi ketakutan pada gelap, pada orang asing, ditinggal sendiri, takut pada binatang besar, pada keramaian lalu lintas, takut pada kerumunan orang banyak. Gangguan kecerdasan, meliputi hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hobi, bagun dini hari, perasaan berubah-ubah sepanjang hari. Perasaan depresi (murung) meliputi hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hobi, sedih, bangun dini hari, perasaan berubah-ubah sepanjang hari. Gejala somatik fisik (otot) meliputi sakit dan nyeri di otot-otot, kaku, kedutan otot, gigi gemerutuk, suara tidak stabil. Gejala somatik atau fisik (sensorik) meliputi tinitus (telinga berdenging), penghilatan kabur, muka merah atau pucat, merasa lemas, perasaan ditusuk-tusuk.

Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) meliputi takikardia (denyut jantung cepat), berdebar-debar, nyeri pada dada, denyut nadi mengeras, rasa lesu atau lemas seperti mau pingsan, detak jantung menghilang (berhenti sekejap). Gejala respirasi (pernapasan) meliputi rasa

(32)

tertekan atau sempit di dada, rasa tercekik, sering menarik nafas, nafas pendek dan sesak. Gejala gatrointerstinal (pencernaan) meliputi sulit menelan, perut melilit, gangguan pencernaan, nyeri sebelum dan sesudah makan, perasaan terbakar di perut, rasa penuh atau kembung, mual, muntah, buang air besar lembek, sukar buang air besar (konstipasi), kehilangan berat badan. Gejala urogenital (perkemihan dan kelamin) meliputi sering buang air kecil, tidak dapat menahan air seni, menjadi dingin), menstruasi tidak teratur. Gejala autonom meliputi mulut kering, berkeringat banyak pada tangan, bulu roma berdiri, perasaan panas dan dingin, berkeringat seluruh tubuh. Gejala perubahan perilaku meliputi gelisah, ketegangan fisik, gugup bicara cepat, lambat dalam beraktivitas. Masing-masing kelompok gejala diberi penilaian angka (score) antara 0-4, yang artinya adalah: Nilai 0= tidak ada gejala, nilai 1= gejala ringan, nilai 2= gejala sedang, nilai 3=gejala berat , nilai 4= gejala sangat berat. Masing-masing nilai angka (score) dari ke 14 kelompok gejala tersebut dijumlahkan dan dari hasil penjumlah tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang, yaitu total nilai: kurang dari 14 = tidak ada kecemasan, 14-20 = kecemasan ringan, 21-27 = kecemasan sedang , 28-41 = kecemasan berat, 42-56 = kecemasan berat sekali.

(33)

19

2.2 Kerangka Teori

Keterangan : Diteliti : Tidak diteliti

Gambar 2.1.Kerangka Teori Sumber : Liza (2004), Hawari (2004)

- Dimensia - Kesepian - Depresi - Ansietas

- Perubahan sistem respirasi, - Perubahan sistem kadiovaskuler, - Perubahan sistem muskuloskeletal

Lansia Perubahan Fisik Perubahan Mental Perubahan Psikososial Faktor yang mempengaruhi ansietas: - Usia - Pengalaman - Jenis kelamin - Dukungansosial - Pendidikan - Kemampuan mengatasi masalah

Ringan Sedang Berat Panik - Mudah curiga,

- menjadi pelit, - egois,

(34)

20 BAB III METODOLOGI

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian kuantitatif dengan rancangan deskriptif analitik dengan metode observasional yaitu mengetahui gambaran tingkat ansietas pada lansia di Panti Darma Bakti Kasih Surakarta (Dharma 2011).

3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto 2010). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh lansia yang berada di Panti Wredha Dharma Bakti Kasih Surakarta sebanyak 52 lansia.

3.2.2 Sampel

Sampel yaitu hanya meneliti sebagian dari populasi (Arikunto 2010). Tehnik sampling yang digunakan pada penelitian ini menggunakan teknik sampel jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 52 lansia.

Kriteria Inklusi :

1. Bersedia menjadi subjek penelitian. 2. Lansia yang kooperatif

(35)

21

Kriteria Eksklusi :

1. Lansia yang mengalami gangguan kognitif. 2. Lansia yang mengalami gangguan mental. 3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

3.3.1 Tempat.

Penelitian ini dilakukan di PantiWredha Dharma BaktiKasih Surakarta. 3.3.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada 9 April sampai 4 Mei 2014.

3.4 Variabel, Definisi Operasional, danSkalaPengukuran

Tabel 3.1 Variabel, DefinisiOperasional dan skala pengukuran. Nama

Variabel

Data

Oprasional Indikator AlatUkur Skala

Ansietas Merupakan perasaan kekhawatiran lansia yang tidak jelas penyebabnya

1 = Tidak ada gejala. 2 = Gejala ringan. 3 = Gejala sedang. 4 = Gejala berat sekali. Cara pengkategorian masing-masing

kelompok gejala diberi penilaian antara 0-4 dengan total nilai 56. Sehingga didapat nilai total : 1. Tidak ada kecemasan : < 14 2. Kecemasan ringan : 14-20 3. Kecemasan sedang : 21-27 4. Kecemasan berat : 28-41 5. Kecemasan berat sekali : 42-56. Kuesioner Hamilton Rating Scale For Anxiety (HRS-A). Ordinal

(36)

Pengala man hidup berumah tangga Suatu peristiwa seseorang mengalami pengalaman baik buruk maupun menyenangkan 1 = Tidak di urus keluarga. 2 = Bercerai dengan pasangan. 3 = di tinggal meninggal pasangan. kuesioner Nominal Kunjung an Keluarga Perhatian keluarga untuk mengunjungi lansia di panti

1. >5 kali dalam satu tahun.

2. 3-5 kali dalam satu tahun

3. <2 kali dalam satu tahun

kuesioner Ordinal

Umur Umur seseorang terhitung saat dilahirkan sampai meninggal 1. 60-74 tahun 2. >74 tahun kuesioner Interval Jenis kelamin Perbedaan kelamin antara laki-laki dan perempuan 1. Laki-laki 2. perempuan kuesioner Nominal Pendidi-kan Tingkat pendidikan terakhir 1. Tidak Sekolah 2. SD 3. SMP 4. SMA 5. Perguruan Tinggi kuesioner Ordinal

(37)

23

3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data 3.5.1 Alat Penelitian

Alat penelitian yang digunakan pada peneltian ini yaitu dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang hal-hal yang dia ketahui. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup dimana sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih (Arikunto, 2010).

Kuesioner Ansietas. Peneliti menggunakan alat akur yaitu kuesioner yang berisikan manifestasi klinis kecemasan, untuk mengukur derajat kecemasan seseorang apakah ringan, sedang, berat atau berat sekali peneliti menggunakan alat ukur kecemasan yang di kenal dengan nama Hamilton

Rating For Anxiety (HRS-A). Alat ukur ini terdiri dari 14 kelompok gejala yang

masing-masing kelompok dirinci lagi dengan dengan gejala yang lebih spesifik. Masing-masing kelompok gejala diberi penilaian angka (score) antara 0-4, yang artinya adalah: Nilai 0= tidak ada gejala, nilai 1= gejala ringan, nilai 2= gejala sedang, nilai 3=gejala berat , nilai 4= gejala sangat berat. Masing-masing nilai angka (score) dari ke 14 kelompok gejala tersebut dijumlahkan dan dari hasil penjumlah tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang, yaitu Total nilai: kurang dari 14 = tidak ada kecemasan, 14-20 = kecemasan ringan, 21-27 = kecemasan sedang , 28-41 = kecemasan berat, 42-56 = kecemasan berat sekali.

(38)

3.5.1.1 Uji validitas

Uji validitas pada penelitian ini tidak dilakukan karena HRS-A

(Hamilton Rate Scale for Anxiety) telah diuji validitas dan relibilitas

oleh peneliti sebelumnya. Valid berarti instrumen dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur (Sugiyono 2013). Validitas kuesioner Hamilton Rating Scale For Anxiaty (HRS-A) menggunakan

Person Product Moment dengan hasil(r hitung = 0,57-0,84) dan (r tabel

= 0,349) (Sumanto 2007). 3.5.1.2 Uji Reliabilitas

HRS-A merupakan alat ukur tingkat kecemasan yang sudah baku dan diterima internasional. Hasil koefisien reliabilitas dianggap reliabel bila hasil menunjukan angka (r = diatas 0,40). Reliabel berarti instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan hasil yang sama (Sugiyono 2013). Reliabilitas kuesioner ini menggunakan uji cronbach’s alpha dengan hasil

cronbach’s alpha 0,85 dan koefisien reliabilitas total 0,79. Nilai uji

tersebut lebih besar dari 0,40 hal ini menunjukan bahwa HRS-A cukup valid dan reliabel digunakan sebagai instrumen penelitian (Komalasari 2012 dalam wiliam 2005).

3.6 Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dengan cara mengajukan surat studi pendahuluan ke bagian STIKES Kusuma Husada Surakarta. Setelah itu

(39)

25

peneliti melakukan studi pendahuluan di Panti Wredha Darma Bakti Kasih. Sebelumya peneliti memperkenalkan diri terlebih dahulu, kemudian peneliti memberi tahu maksud dan tujuan pengumpulan data, serta memberikan informed

consent. Tehnik pengumpulan data pada penelitian ini dengan memberikan

kuesioner dan memberikan beberapa pertanyaan, yang harus dijawab oleh responden. Selama pengisian kuesioner responden didampingi oleh peneliti, sehingga jika ada butir pertanyaan yang tidak jelas bisa ditanyakan langsung kepada peneliti. Sebelum kuesioner dikumpulkan, peneliti memeriksa kembali untuk setiap jawaban pertanyaan agar tidak ketinggalan dan sesuai petunjuk pengisian. Pengumpulan data pada penelitian ini untuk tingkat kecemasan dengan mengunakan kuesioner Hamilton Rating Scale For Anxiety (HRS-A).

3.7 Teknik Pengolahan dan Analisa Data 3.7.1 Teknik Pengolahan Data

Peneliti melakukan beberapa tahap dalam pengolahan data meliputi pengecekan data (editing), pemberian kode data (coding) dan pemprosesan data (entering).

1. Pengecekan data (editing)

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

(40)

2. Pemberian kode data (coding)

Coding yaitu kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data

yang terdiri atas beberapa katagori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengelolahan dan analisis data menggunakan komputer. Biasanya dalam pemberian kode di buat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel, dalam penelitian ini yang dilakukan coding adalah :

a. Ansietas, kode 1 : 1. Tidak ada kecemasan, kode 2: 2 kecemasan ringan, kode 3: 3 kecemasan sedang, kode 4: 4 kecemasan berat, kode 5: 5 kecemasan berat sekali.

b. Pengalaman hidup berumah tangga, kode 1 : 1. Tidak di urus keluarga, kode 2 : 2. Bercerai dengan pasangan, kode 3 : 3. di tinggal meninggal pasangan.

c. Kunjungan keluarga, kode 1 : 1. > 5 kali dalam satu tahun, kode 2 : 2. 3-5 kali dalam satu tahun, kode 3 : 3. <2 kali dalam satu tahun. d. Jenis kelamin, kode 1 : 1. Laki-laki, kode 2 : 2. Perempuan. e. Umur, kode 1: 1. 60-74 tahun, kode 2: 2 >75 tahun.

f. Pendidikan, kode 1: 1 Tidak Sekolah, kode 2 : 2. SD, kode 3: 3. SMP, kode 4: 4. SMA, kode 5 : 5. Perguruan Tinggi.

(41)

27

3. Pemprosesan data (entering)

Data entri adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel kontigensi.

3.7.2 Analisa Data

Analisis data menggunakan analisis univariat adalah analisis yang menggambarkan karaktristik setiap variabel (Sugiyono 2013). Variabel pengalaman hidup rumah tangga, kunjungan keluarga, jenis kelamin dan pendidikan dalam penelitian ini dijelaskan menggunakan distribusi frekuensi dengan ukuran persentase atau proporsi.

3.8 Etika Penelitian

Etika penelitian dalam penelitian ini antara lain : 3.8.1 Informed consent

Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden peneliti dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut diberikan senelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian serta mengetahui dampaknya. Subjek bersedia, maka mereka harus menanda tangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien.

(42)

3.8.2 Anonymity (tanpa nama)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

3.8.3 Confidentiality (kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat 2007).

(43)

29 BAB IV

HASIL PENELITIAN

Bab ini diuraikan hasil penelitian tentang gambaran tingkat ansietas pada lansia di Panti Wredha Darma Bakti Kasih Surakarta. Data yang diperoleh selama penelitian yang dilakukan selama 28 hari yaitu dari tanggal 7 April 2014 sampai 4 Mei 2014. Responden diberi kuesioner, pada saat pengisian kuesioner responden didampingi oleh peneliti. Pengumpulan data dan pelaksanaan penelitian dilakukan langsung oleh peneliti.

4.1.Karakteristik responden 4.1.1 Umur

Tabel 4.1 karakteristik responden dilihat dari umur Umur Frekuensi Persentase (%)

60 - 74 tahun 32 61.5

>74 tahun 20 38.5

Total 52 100

Tabel 4.1 memberikan informasi bahwa sebagian besar responden berumur 60-74 tahun yaitu sebesar 61,5%.

4.1.2 Jenis Kelamin.

Tabel 4.2 karakteristik responden dilihat dari jenis kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

(%)

Laki-laki 24 46.2

Perempuan 28 53.8

(44)

Tabel 4.2 memberikan informasi bahwa sebagia besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebesar 53,8%.

4.1.3 Pengalaman hidup berumah tangga

Tabel 4.3. Karakteristik responden dilihat dari pengalaman hidup berumah tangga.

Pengalaman frekuensi persentase

(%) tidak diurus keluarga 27 51.9 bercerai dengan pasangan 2 3.8 Ditinggal meninggal

pasangan

23 44.2

Total 52 100

Tabel 4.3 menggambarkan bahwa sebagian besar responden tidak diurus keluarga yaitu sebesar 51,9%.

4.1.4 Kunjungan keluarga

Tabel 4.4 karakteristik responden dilihat dari kunjungan keluarga Kunjungan Frekuensi Persentase

(%) >5 kali dalam satu tahun 16 30.8 3-5 kali dalam satu tahun 23 44.2 <2 kali dalam satu tahun 13 25.0

Total 52 100

Tabel 4.4 menggambarkan bahwa sebagian besar responden dikunjungi keluarga 3-5 kali dalam setahun yaitu sebesar 44,2%.

4.1.5 Pendidikan

Tabel 4.5 karakteristik responden dilihat dari pendidikan Pendidikan Frekuensi Persentase(%)

Tidak sekolah 2 3.8 SD 21 40.4 SMP 24 46.2 SMA 3 5.8 Perguruan Tinggi 2 3.8 Total 52 100

(45)

31

Tabel 4.5 mengambarkan bahwa sebagian besar responden berpendidikan SMP yaitu sebesar 46,2%.

4.1.6 Kecemasan

Tabel 4.6 karakteristik responden dilihat dari kecemasan Kecemasan Frekuensi Persentase

(%) Tidak cemas 8 15.4 Cemas ringan 19 36.8 Cemas sedang 22 42.3 Cemas berat 3 5.8 Total 52 100

Tabel 4.6 menggambarkan bahwa sebagian besar responden mengalami kecemasan sedang yaitu sebesar 42,3%.

(46)

32 BAB V PEMBAHASAN

Pembahasan adalah kesenjangan yang muncul setelah peneliti melakukan penelitian. Pembahasan penelitian ini memaparkan secara lebih rinci interpretasi dan diskusi hasil penelitian ini merujuk kepada hasil penelitian, tujuan literatur dan juga penelitian yang ada sebelumnya serta keterbatasan penelitian.

5.1 Usia.

Hasil penelitian menunjukan mayoritas usia responden yang paling banyak berumur 74 tahun dengan prosentase (61,5%) . Lansia berusia 60-74 tahun lebih banyak mengalami kecemasan karena pada usia ini mereka memasuki tahap awal sebagai lansia, mereka memerlukan penyesuaian yang lebih terhadap perubahan-perubahan baik fisik maupu kognitif yang terjadi pada diri mereka. Seseorang yang berusia 60-74 tahun digolongkan pada usia lanjut yang berarti usia pertengahan atau usia madya, pada usia pertengahan seseorang dalam periode kehidupanya telah kehilangan kejayaan masa mudanya. Secara biologis proses penuaan secara terus menerus yang ditandai dengan menurunya daya tahan tubuh. Usia pertengahan adalah suatu masa dimana seseorang dapat merasa puas dengan keberhasilanya, tetapi bagi sebagian orang periode ini adalah permulaan kemunduran (Handayani 2009). Hasil penelitian ini sependapat dengan hasil penelitian terdahulu bahwa jumlah lansia yang mengalami kecemasan lebih besar pada umur 60-74 tahun yaitu (69,5%) memiliki faktor resiko untuk terjadinya kecemasan

(47)

33

maupun gangguan depresi yang lebih tinggi dikarenakan kondisi fisik yang menurun dan lemah ini membuat presentase penderita kecemasan terbanyak pada lansia yang berusia 60-74 tahun, sedangkan pada usia 75-90 tahun jumlahnya relatif lebih kecil (Wahyu 2010). Lansia yang berusia lebih dari 75 tahun lebih bisa ikhlas menjalani kehidupan, lebih pasrah dalam menghadapi berbagai persoalan dan lebih menerima terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada masa lansia, sehingga semakin tinggi usia seseorang semakin baik tingkat kematangan emosi seseorang serta kemampuan dalam menghadapi berbagai persoalan (Handayani 2009).

Semakin bertambahnya usia seseorang, semakin siap pula dalam menerima cobaan, semakin bertambahnya usia seseorang berdasarkan teori penuaan menyebabkan terjadinya penurunan dari intelektualitas yang meliputi persepsi, kemampuan kognitif, memori, dan belajar pada usia lanjut menyebabkan mereka sulit untuk dipahami dan berinteraksi (Maryam dkk., 2008). Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia akibat proses menua sering menimbulkan beberapa dampak bagi lansia diantaranya perubahan tingkah laku, sensitifitas emosional meningkat serta menimbulkan kecemasan sedangkan dari perubahan-perubahan yang timbul sebagai dampak proses menua lansia dituntut untuk menyesuaikan diri secara emosional.

Penyesuaian emosional terhadap penuaan pada dasarnya merupakan perluasan dari penyesuaian yang telah di lakukan individu terhadap perubahan-perubahan dalam hidupnya. Penyesuaian individu terhadap

(48)

penuaan dapat berupa tindakan konstruktif dan destruktif . Tindakan secara konstruktif individu akan termotivasi untuk belajar mengadakan penyesuaian terhadap perubahan yang tidak menyenangkan dan terfokus pada kelangsungan hidup. Tetapi sebaliknya tindakan yang bersifat destruktif individu akan bertingkah laku maladaptif dan disfungsional (Seteti 2007).

5.2 Jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelamin tingkat kecemasan paling banyak pada perempuan 28 responden (53,8%). Prevalensi tingkat kecemasan pada lansia yang menunjukkan bahwa perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki disebabkan oleh perbedaan siklus hidup dan struktur sosial yang sering menempatkan perempuan sebagai subordinat lelaki. Perempuan lebih banyak menderita kecemasan karena adanya karakteristik khas perempuan, seperti siklus reproduksi, monopuse, menurunnya kadar estrogen. Faktor sosial seperti terbatasnya komunitas sosial, kurangnya perhatian keluarga, tanggung jawab perempuan untuk urusan rumah tangga (memasak, mencuci, dan lain-lain) dan mengurus suami yang harus dilakukan sampai usia lanjut, perempuan lebih mudah merasakan perasaan bersalah, cemas, peningkatan bahkan penurunan nafsu makan, gangguan tidur (Mui 2012).

Angka kejadian kecemasan yang lebih tinggi pada lansia berjenis kelamin perempuan dapat dikaitkan dengan berbagai faktor antara lain faktor biologis, psikologis dan sosial ekonomi. Faktor biologis yang berperan adalah perubahan hormonal dimana pada tahap ini lansia perempuan sudah

(49)

35

mengalami menopouse dan terjadi penurunan produksi hormon estrogen dan progresteron. Penurunan kedua hormon ini dapat menimbulkan keluhan seperti menurunya gairah seksual, merasakan khawatir. Keluhan tersebut dapat membuat lansia perempuan merasa tidak menarik, tidak produktif dan kurang percaya diri sehingga hal-hal ini dapat memicu terjadinya kecemasan. Faktor psikologis dan sosial dipengaruhi oleh berbagai peristiwa dalam kehidupan lansia perempuan, perempuan lebih sering kehilangan pasangan hidup dimasa tuanya, kehilangan sumber penghasilan dan mengalami perubahan lingkungan hidup setelah menjadi janda, kehilangan anak-anaknya yang memilih hidup terpisah dengan lansia. Hal ini dapat mengakibatkan lansia kehilangan dukungan keluarga secara psikologis, sosial maupun ekonomi (Mui 2012).

Selain itu berkaitan dengan kecemasan pada lansia laki-laki, lansia laki-laki lebih relatif rendah mengalami tingkat kecemasan karena lansia laki-laki lebih aktif, eksploratif dibandingkan dengan lansia perempuan yang lebih cemas dengan ketidakmampuanya, lebih sensitif pada saat hormon estrogen merangsang reseptor diotak,saat hormon berflukrasi sensitifitas serotin otak berubah sehingga pada saat estrogen rendah perempuan merasa cemas (Jaya 2010). Hasil penelitian ini sependapat dengan hasil penelitian terdahulu menyatakan Berdasarkan jenis kelamin, tingkat kecemasan paling banyak terdapat pada perempuan sebesar 88,9% (16 lansia) yang terdiri dari 7 lansia dengan kecemasan ringan, 7 lansia kecemasan sedang dan 2 lansia kecemasan berat (Soemantri 20012).

(50)

5.3 Pengalaman Hidup Berumah Tangga

Berdasarkan pengalaman responden yang terdiri dari tidak diurus keluarga, bercerai dengan pasangan dan ditinggal meninggal pasangan diperoleh hasil paling banyak responden mempunyai pengalaman hidup tidak diurus keluarga sebanyak 27 responden (51,9%). Hasil penelitian ini bahwa tidak dirawat keluarga merupakan faktor yang meningkatkan tingkat kecemasan di Panti Wredha Darma Bakti Kasih Surakarta, hal ini dikarenakan, kurangnya waktu dari pihak keluarga untuk memberi perhatian, sehingga lansia tersebut akan di tempatkan di panti. Namun keputusan keluarga menpempatkan orang lanjut usia di panti belum tentu diterima oleh lansia tersebut. Lansia yang tinggal di panti akan mengalami perubahan sosial dalam kehidupan sehari-hari. Apabila lansia tersebut tidak segera mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan baru dan berusaha menjalin hubungan dengan orang lain yang seusia. Kecemasan akan muncul, kecemasan yang berkepanjangan tidak menutup kemungkinan lansia akan mengalami keputusasaan.

Keluarga merupakan support system utama bagi lansia dalam mempertahankan kesehatannya. Peranan keluarga dalam perawatan lansia antara lain menjaga atau merawat lansia, mempertahankan dan meningkatkan status mental, mengantisipasi perubahan sosial ekonomi, serta memberikan motivasi dan memfasilitasi kebutuhan spiritual bagi lansia (Maryam dkk., 2008). Bagi para orang lanjut usia yang tinggal jauh dari anak

(51)

37

cucu ataupun tinggal di rumah perawatan, ternyata kehadiran orang lain sangat berarti (Jaya 2010). Lansia mungkin dapat mengalami pengasingan dari anggota keluarga karena banyak alasan, seperti penyalahgunaan obat atau alkohol dan ketidaksetujuan terhadap agama, orientasi seksual, pilihan terhadap pasangan pernikahan, masalah keturunan, atau masalah bisnis. Pengasingan dari cucu dan cicit dapat sangat menyakitkan. Seiring dengan waktu, lansia dapat merindukan untuk membina ikatan keluarga yang pecah tahun-tahun sebelumnya. Dukungan dari keluarga merupakan unsur terpenting dalam membantu individu menyelesaikan masalah. Apabila ada dukungan, rasa percaya diri akan bertambah dan motivasi untuk menghadapi masalah yang akan terjadi akan meningkat(Stockslager dan Liz, 2007).

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian terdahulu menyatakan sebanyak 23 responden (71,9%) yang masih mempunyai keluarga, namun walaupun masih mempunyai keluarga para lansia tersebut harus tinggal di panti baik karena ketidakcocokan dengan keluarga ataupun keluarga yang sangat sibuk dengan segala kegiatanya. Keberadaan keluarga di masa-masa lanjut usia merupakan bagian yang sangat diharapkan kebanyakan orang, namun dengan perubahan-perubahan yang dialami oleh lansia baik fisik maupun mental membawa dampak dimana orang lanjut usia tidak dapat lagi tinggal bersama keluarga baik itu sengaja maupun tidak sengaja (Siahaan 2012).

(52)

5.4 Kunjungan Keluarga

Berdasarkan faktor kunjungan keluarga lansia yang di kunjungi keluarga 3-5 kali dalam satu tahun sebanyak 23 responden (44,2%). Bahwa harapan dapat memberikan kekuatan dan motivasi kepada individu untuk mencapainya serta membantu mereka dalam menghadapi berbagai stres kehidupan (Townsend 2009). Harapan lansia di hari tuanya agar anak-anaknya tetap menghormati, menghargai dan menyayangi lansia tersebut, melalui sikap patuh anak terhadap orang tua itu merupakan hal yang dapat membahagiakan perasaan lansia, bila anak bisa membuatnya senang maka lansia tersebut yakin bisa panjang umur (Syama 2013).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang terdahulu yang mengemukakan bahwa lansia membutuhkan lingkungan yang mengerti dan memahami mereka. Lanjut usia membutuhkan teman yang sabar, yang mengerti dan memahami kondisinya. Mereka membutuhkan teman ngobrol, membutuhkan dikunjungi keluarga, sering disapa dan didengar nasehatnya. Lanjut usia juga membutuhkan rekreasi, silahturahmi kepada kerabat dan masyarakat, seiring dengan terwujudnya harapan-harapan lansia tersebut tentu akan berdampak positif terhadap meningkatnya harga diri para lansia (Setiti 2007).

5.5 Pendidikan

Berdasarkan status pendidikan, paling banyak terdapat pada tingkat pendidikan SMP sebesar 24 responden (46,4%). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian terdahulu bahwa sebesar 56,4% responden

(53)

39

berpendidikan SMP dari hasil penelitian yang saya teliti ternyata tingkat pendidikan rendah dan tinggi tidak ada hubunganya dengan peningkatan kecemasan, tetapi bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseornag semakin cepat seseorang untuk menerima pengetahuan atau informasi (Syama 2013). Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan teori yang dikemukakan sehingga dapat ditarik kesimpulan dalam penelitian ini tidak semua responden dengan tingkat pendidikan rendah kecemasanya meningkat. Bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah pastilah berpengetahuan rendah pula, karena peningkatan pengetahuan seseorang tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal tetapi juga bisa diperoleh dari sumber informasi (Syama 2013).

5.6 Tingkat Kecemasan di Panti Wredha Darma Bakti Kasih Surakarta. Jumlah penghuni Panti Wredha Darma Bakti Kasih Surakarta yang diteliti sebanyak 52 responden. Hasil penelitian mengenai tingkat kecemasan dengan alat ukur Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A). Pada penelitian ini didapatkan hasil responden yang tidak mengalami kecemasan 15,4%, kecemasan ringan 36,5%, kecemasan sedang 42,3%, kecemasan berat 5,8%.

Hasil penelitian di Panti Wredha Darma Bakti Kasih Surakarta, menyimpulkan banyak lansia mengalami kecemasan katagori sedang. Berdasarkan observasi dan wawancara didapatkan hasil bahwa sebagian besar lansia tidak memiliki banyak aktivitas, kehilangan peran sosial dan hidup terpisah dengan keluarga. Lansia mengatakan sering terbangun pada malam hari, tidur tidak nyenyak, merasakan kaku-kaku di otot-otot, sering

(54)

berkemih, keluar masuk tempat tidur, duduk bersama-sama tapi saling diam asik dengan perasaan masing-masing, jika berbicara dengan temanya mudah tersinggung, mudah berkeringat.

Kecemasan dalam katagori sedang dimana kecemasan tidak begitu menganggu atau menghambat dalam kehidupan sehari-hari, sehingga masih dapat menjalani aktivitas sehari-hari. Usaha-usaha yang dilakukan lanjut usia seperti mengikuti doa bersama yang diadakan oleh pihak panti dan kegiatan-kegiatan keagamaan yang lainya. Para lanjut usia juga menerima dan menyadari bahwa usia lanjut berarti penurunan kondisi fisik dan kesehatan seseorang, sehingga lansia terhindar dari kecemasan yang lebih berat.

Tanda-tanda kecemasan sedang yaitu respon fisik ditandai dengan ketegangan otot sedang, tanda-tanda vital meningkat, mulai berkeringat,sering mondar-mandir dan gerakan memukulkan tangan, suara berubah dan gemetar dengan nadi suara tinggi,kewaspadaan dan ketegangan meningkat,sering berkemih,sakit kepala, pola tidur berubah dan punggung terasa nyeri. Respon kognitif berupa lapang persepsi menurun dan penyelesaian masalah menurun. Respon emosional dengan tanda dan gejala tidak nyaman, mudah tersinggung, kepercayaan diri berubah, tidak sabar dan masih bisa merasakan gembira (Videbek 2008).

Kecemasan merupakan respon terhadap kondisi stres atau konflik. Rangsangan berupa konflik baik yang datang dari luar maupun dalam diri sendiri. Hal ini akan menimbulkan respon dari sistem syaraf yang mengatur pelepasan hormon tertentu. Akibat pelepasan hormon tersebut, maka muncul perangsangan pada organ-organ seperti lambung, jantung, pembuluh darah maupun alat-alat gerak. Selain itu juga dapat memicu sistem simpatis sebagai

(55)

41

mekanisme pertahanan tubuh. Sistem ini menutup arteri-arteri yang mengalir ke organ-organ yang tidak esensial untuk pertahanan. Sistem simpatis ini mempersiapkan tubuh untuk menghadapi kondisi darurat dan bahaya (Ratih 2010).

Individu yang mengalami kecemasan akan mengakibatkan perubahan-perubahan fisiologis dari sistem endokrin. Hal ini akan menyebabkan peningkatan kerja dari simpatik dan parasimpatik susunan syaraf otonom. Gangguan inilah yang akan menyebabkan terjadinya perubahan aktivitas metabolik didalam tubuh, seperti sering mengeluh buang air kecil, keringat dingin, berdebar-debar, sakit kepala dan sesak nafas (Ratih 2010).

5.7 Keterbatasan Penelitian

Peneliti mempunyai keterbatasan dalam penelitian yang sudah dilakukan yaitu pada saat pengisian kuesioner, peneliti kurang berkomunikasi dengan menggunakan bahasa jawa yang baik dan benar karena keterbatasan tersebut peneliti harus mengkomunikasikan berulang-ulang. Selain hal itu lansia sering mengalami perubahan mood sehingga pengumpulan data tidak dapat dilakukan dalam satu waktu dan peneliti kembali pada hari berikutnya.

(56)

42 BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

6.1.1 Usia responden yang paling banyak yaitu 60-74 tahun (61,5%), jenis kelamin yang paling banyak yaitu perempuan (53,8%), pengalaman Dalam Berumah Tangga paling banyak responden yang tidak diurus keluarga sebesar (51,9%), kunjungan Keluarga 3-5 kali dalam satu tahun sebesar (44,2%), tingkat Pendidikan responden paling banyak SMP (46,2%).

6.1.2 Lansia di Panti Wredha Darma Bakti Kasih Surakarta mengalami ansietas sedang sebesar (42,3%).

6.2 Saran

6.2.1. Bagi Panti Wredha Darma Bakti Kasih Surakarta

Hasil penelitian ini kiranya dapat menjadi masukan yang positif khususnya bagi pihak panti untuk memberikan penyuluhan kepada keluarga lansia bahwa lansia di panti tidak hanya sekedar kebutuhan fisiknya saja, tetapi kebutuhan psikologisnya juga harus diperhatikan. 6.2.2. Institusi Pendidikan

Kiranya hasil penelitian ini dapat berguna dan bisa diaplikasikan dalam proses belajar mengajar.

(57)

43

6.2.3. Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya kiranya dapat menggali lebih jauh mengenai faktor-faktor ansietas dan bisa membandingkan gambaran tingkat ansietas pada lansia di panti dengan lansia yang berada di komunitas. 6.2.4. Bagi perawat

Diharapkan bagi perawat agar lebih dekat dengan lansia dan dapat saling berkomunikasi dan bertukar pengalaman sehingga asietas yang dialami lansia berkurang bahkan tidak mengalami ansietas.

(58)

44

DAFTAR PUSTAKA.

Arikunto, S 2010, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik ( Edisi revisi 2010), Rineka Cipta : Jakarta.

Bandiyah, S 2009, Lanjut Usia Dan Keperawatan Gerontik. Nuhamedika : Yogjakarta . hal 23-25.

Boky Harfika, Ni Wayan Mariati, Jimy Maryono. 2013. Gambaran Tingkat Kecemasan Pasien Dewasa Terhadap Tindakan Pencabutan Gigi di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado. Jurnal ; Program Studi Kedokteran Gigi Universitas Sam Ratulangi . hal. 1-7

Dharma, Kelana, Kusuma. 2011. Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta Timur : CV Trans Info Media.

Efendi, F. Mahfudin 2009, Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta : Salemba Medika. Hal 32-35.

Fredy,W,Setya, Ranni, S, Merli 2006, Persepsi Terhadap Kematian dan Kecemasan Menghadapi Kematian Pada Lanjut Usia. Jurnal ; Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta.

Handayani,2009, Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Usia (60-74 tahun) di Panti Wredha Rindang Asih Ungaran. Jurnal; Tesis Universitas Diponegoro.

Hawari, Dadang 2006, Manajemen stress, cemas dan depresi. Jakarta : FKUI.

Hidayat A, 2007, Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta. Salemba Medika.

Jaya,Hasrat,& Rosmina, 2010, Keperawatan Gerontik. Catatan ke 3. Pustaka As Salam: Jakarta.

Juniarti, N, Eka, S, & Damayanti, A. 2008; Gambaran Jenis Dan Tingkat Kesepian Pada Lansia di Balai Panti Sosial Tresna Wredha Pakutandang Ciparay Bandung, Skripsi, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjajaran, hal 3. Kristyaningsih, D 2011 ; Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Tingkat

Depresi Pada Lansia; Jurnal Keperawatan, Volume 1; No; 1,Januari 2011- Desember 2011.hal 21-23.

Liza, Sri 2004, Tingkat Kecemasan Pasien yang Menghadapi Operasi Sesar. Jakarta : UI.

Maryam,SR,dkk.2008. Mengenai Usia Lanjut dan Perawatanya. Jakarta; Salemba Medika.

Gambar

Tabel 1.1. Keaslian Penelitian
Gambar 2.1.Kerangka Teori  Sumber : Liza (2004), Hawari (2004)
Tabel 3.1 Variabel, DefinisiOperasional dan skala pengukuran.
Tabel 4.1  memberikan informasi bahwa sebagian besar responden  berumur 60-74 tahun yaitu sebesar 61,5%
+3

Referensi

Dokumen terkait

Analisis makna dilakukan dengan bertolak dari pandangan Hutomo bahwa ada keterkaitan antara fungsi (junction) dan guna (use) dari cipta sastra terhadap komunitasnya,

Hasil analisis yang dilakukan pada ikan tuna dalam penelitian ini menghasilkan lama waktu pengosongan lambung pada ikan tuna jenis mata besar, sirip biru selatan, maupun

Tujuan khusus penelitian ini adalah mempelajari karakteristik bioplastik yang dibuat dari campuran biji plastik LDPE dengan penambahan pati biji durian dan

Ikan tuna yang didaratkan hampir sebagian besar berukuran kecil (tidak sesuai kriteria layak tangkap. Jika kegiatan ini terus dilakukan tanpa adanya pengawasan

kerja Pembuatan laporan mingguan tentang hasil pengamatan, diserahkan pada pertemuan berikutnya (waktu 1 minggu).. Pengambilan keputusan dalam

Hasil penelitian menunjukkan bahwa koefisien daya maksimal diperoleh dengan kincir angin jenis WePowerdengan variasi kemi ringan sudu 80˚ , yaitu 5,5 % pada tip speed ratio

Tinjauan perancangan ini meliputi tangga, pelat, balok, kolom, hubungan balok kolom (HBK) atau joint, dan dinding struktur dengan struktur beton bertulang. Sistem

[r]