• Tidak ada hasil yang ditemukan

AACR2Revisi 2002 pemuktahiran 2005 Suharyanto Pustakawan pada Pusat Pengembangan Koleksi dan Pengolahan Bahan Pustaka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "AACR2Revisi 2002 pemuktahiran 2005 Suharyanto Pustakawan pada Pusat Pengembangan Koleksi dan Pengolahan Bahan Pustaka"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

AACR2Revisi 2002 pemuktahiran 2005 Suharyanto

Pustakawan pada Pusat Pengembangan Koleksi dan Pengolahan Bahan Pustaka

 

PENDAHULUAN  

Anglo-American Cataloguing Rules (selanjutnya disingkat AACR) merupakan peraturan pengatalogan untuk semua jenis bahan perpustakaan baik tercetak maupun noncetak. AACR terbit pertama kali pada tahun 1967 dikenal dengan AACR1. Prinsip umum peraturan tersebut didasarkan atas “Statement of Principles” yang disetujui oleh 53 negara pada International Conference on Cataloging Principles di Paris tahun 1961.Tahun 1988 dilakukan revisi terhadap AACR1 sehingga terbitlah AACR edisi kedua yang lebih dikenal dengan AACR2, sebagai hasil kerjasama antara American Library Association, Library Association (Inggris), Library of Congress, dan Canadian Library Association. Pada tahun 2002 dilakukan revisi terhadap AACR2 dan terakhir pada tahun 2005 diterbitkan pemuktahiranterhadap AACR2 revisi 2002denganjudul “Anglo-American Cataloguing Rules Second Edition 2002 Revision 2005 Update”.

Ketika menggunakan AACR2 maka langkah awal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana membuat deskripsi bibliografis dari suatu bahan perpustakaan. Pertanyaan yang harus dijawab adalah : “Apa judul dari suatu karya?”, “Siapa yang bertanggung jawab terhadap suatu karya?”, “siapa yang menerbitkan”, kapan dan dimana diterbitkan”, “bagaimana deskripsi fisik dari suatu karya”, dan lain sebagainya. Semua elemen-elemen pertanyaan tersebut harus dikombinasikan ke dalam suatu format standar deskripsi bibliografis.

 

Selain masalah deskripsi bibliografis AACR2 juga menjabarkan mengenai aturan titik akses atau tajuk untuk bahan perpustakaan yang dideskripsikan. Titik akses antara lain terdiri dari judul, pernyataan tanggung jawab untuk orang atau badan korporasi, baik sebagai tajuk entri utama maupun tajuk entri tambahan

(2)

Peraturan untuk deskripsi di dalam AACR2 didasarkan pada kerangka aturan ISBD (G) – International Standard Bibliographic Discription (General) yang disusun bersama antara the Join Steering Commiitee for AACR dan IFLA International Office for UBC (IFLA = International Federation of Library Associations and institutions; UBC = Universal Bibliographic Control.  

AACR2 telah banyak diterapkan diberbagai perpustakaan di dunia.Selain itu AACR2 juga sudah diadaptasi dan diterjemahkan di 24 negara di dunia. Perpustakaan Nasioanal telah mengadaptasi AACR2 tersebut antara lain diterbitkandalam bentuk Peraturan Katalogisasi Indonesia edisipertama terbit tahun 1980 dan edisi ke 4 terbit tahun 1992. Tahun 2005 dilakukan penterjemahan AACR2 secara keseluruhan dan tahun 2007 diterbitkan Peraturan Pengatalogan Indonesia.

Seiring dengan perkembangan komputerisasi dan teknologi informasi di perpustakaan maka diperlukan suatu jaringan dan pertukaran data katalog, dimana pertukaran data bibliografis tersebut diperlukan format metadata bibliografis untuk saling bertukar data . Salah satu formatkomunikasi metada yang paling banyak dikenal adalah MARC (MAchine Readable Cataloguing dan format MARC ini dapat diterapkan bersamaan dengan AACR2.

 

STRUKTUR AACR2

AACR2 dibagi menjadi 2 bagian terdiri dari 26 bab. Bagian pertama mengenai deskripsi terdiri dari bab 1 sampai dengan 13. Sedangkan bagian kedua mengenai titik akses terdiri dari bab 22 sampai dengan bab 26. Berikut rincian struktur AACR2 :

Bagain 1 Deskripsi

1. Peraturan umum untuk deskripsi 2. Buku, Pamflet, dan lembar tercetak 3. Bahan Kartografi

4. Manuskrip 5. Musik

6. Rekaman suara

7. Gambar hidup dan Rekaman video 8. Bahan Grafis

(3)

9. Sumber elektronik (E-Resources) 10. Artefak dan Realia Tiga dimensi 11. Bentuk mikro

12. Sumber daya berlanjut (serial) 13. Analisis

Bagian 2 Pilihan titik akses 22. Tajuk untuk orang 23. Nama Geografis 24. Tajuk Badan Korporasi 25. Judul seragam

26. Referensi

Bagian pertama, Bab 1 “Peraturan umum deskripsi” dapat diterapkan untuk semua jenis bahan perpustakaan yang terdapat pada bab 2 sampai dengan bab 12.Peraturan pada bagian pertama ini didasarkan atas kerangka umum untuk deskripsi bahan perpustakaan: International Standard Bibliographic Discription (General) = ISBD (G). Sedangkan untuk peraturan yang lebih rinci diatur pada masing-masing jenis bahan perpustakaan.Berikut rincian pada Bab 1 “Peraturan umum deskripsi”

1. Peraturan umum

2. Daerah judul dan pernyataan tanggung jawab 3. Daerah edisi

4. Daerah rincian spesifik bahan (data khusus) 5. Daerah publikasi, distribusi, dsb.

6. Daerah deskripsi fisik 7. Daerah judul seri 8. Daerah catatan

9. Daerah penomoran standar standar (ISBN dan ISSN) 10. Bahan suplemen

11. Butiran terdiri dari beberapa jenis bahan 12. Faksimile, fotokopi, dan reproduksi lain

(4)

     

Karena peraturan berdasarkan kerangka umum tersebut, maka penomoran peraturan pun mengandung unsur mnemorik. Artinya, mudah diingat. Penomoran peraturan sebagai berikut:

No. Bab + No. Daerah + Kode Unsur + No Perincian.

Misalnya bila ada penomoran sebagai berikut: 3.1 maka peraturan ini untuk daerah judul dan pernyataan tanggung jawab pada bahan bahan kartografi. Angka 3 menunjukkan bab 3(bahan kartografi) dan angka 1 menunjukkan (judul dan pernyataan tanggung jawab). Penomoran ini sangat mudah diingat.

PENGGUNAAN GMD (General Matarial Desisnation) = Pernyataan Bahan Umum

GMD (General Matarial Desisnation) merupakan pernyataan tentang bahan umum yang ditulis setelah judul sebenar dengan penggunaan tanda kurung siku setelah judul sebenarnya [ ].

Pilih satu dari daftar GMD (General Matarial Desisnation) yang diberikan di bawah ini dan gunakan istilah dari daftar yang dipilih dalam semua deskripsi untuk pernyataan bahan umumyang diinginkan.

Dalam peraturan AACR2 daftar GMD ada dua, daftar pertama yang digunakan di Inggris dan daftar yang kedua digunakan di Amerika Serikat. Indonesia menggunakan daftar yang kedua, karena lebih banyak variasi dalam menentukan GMD. Di bawah ini daftar GMD yang diberikan oleh AACR2:

Daftar I Daftar II

braille kartu aktivitas

materi kartografi karya seni asli

sumber elektronik karya seni reproduksi

grafik braille

manuskrip materi kartografi

bentuk mikro carta

(5)

multi media sumber elektronik

musik filmstrip

objek kartu kilat

rekaman suara dolanan

teks kit

rekaman video manuskrip

bentuk mikro slaid mikroskop model gambar hidup musik gambar realia slaid rekaman suara gambar teknik teks mainan transparansi rekaman video Fungsi GMD adalah:

- Memberitahu sedini mungkin pada pemustaka mengenai format atau bentuk fisik dokumen tersebut.

- Mengisyaratkan pada pemustaka bahwa diperlukan alat khusus

- Menjadikan sarana untuk membedakan dokumen dengan judul yang sama tetapi bentuknya berbeda.

Berikut contoh penggunaan GMD Ayat-ayat cinta [rekaman suara] Ayat-ayat cinta [gambar hidup] Ayat-ayat cinta [rekaman video]

(6)

Keterangan lain tentang AACR2  

1. Alternatives dan Options

Dalam AACR2 ada peraturan yang diberi catatan dengan ‘optionally dan optional addition’. Hal ini sangat memungkinkan pustakawan untuk memilih cara yang paling cocok untuk katalog perpustakaannya.

2. Apendiks

AACR2 mempunyai 4 macam apendiks yakni: Apendiks A untuk huruf besar, Apendiks B untuk penggunaan singkatan, Apendiks C untuk penggunaan nomer dan Apendiks D merupakan keterangan istilah-istilah yang digunakan dalam peraturan.

3. Bahasa

Penggunaan bahasa harus sesuai dengan peraturan artinya jika peraturan menetapkan bahwa bahasa Inggris harus digunakan, perpustakaan yang tidak menggunakan bahasa Inggris sebagai ‘working language’, dapat menggunakan ‘working language’ yang berlaku di perpustakaan yang bersangkutan. Working language adalah bahasa pengatalog yang bekerja di perpustakaan atau bahasa yang digunakan dalam lingkungan tempat pustakawan bekerja. Misalnya, kalau di perpustakaan sekolah mungkin working language-nya adalah bahasa Indonesia.

Walaupun working language dapat digunakan dalam peraturan, daerah-daerah tertentu tidak dapat diubah dengan working language. Misalnya, daerah judul dan pernyataan tanggung jawab, edisi, penerbitan dan distribusi serta judul seri harus sesuai dengan bahasa dokumen. Jadi untuk empat daerah tersebut di atas harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan dokumen atau bahan yang akan dibuat deskripsinya.

4. Prinsip ‘item in hand’

AACR2 menganut prinsip ini, artinya bahwa deskripsi harus berdasarkan bahan yang ada di tangan pengatalog. Misalnya: Monograf dalam bentuk mikro. Yang dideskripsikan disini adalah bentuk mikronya dengan menggunakan peraturan bab 11, bukan bab 2 untuk monograf. Dalam kasus seperti ini, bab 2 digunakan hanya bila dianggap perlu, misalnya untuk catatan tambahan.

(7)

PENUTUP

Anglo-American Cataloguing Rules(AACR2)merupakan standar dalam pembuatan deskripsi bibliografis bahan perpustakaan yang tercetak dan maupun noncetak. Struktur AACR terdiri dari 2 bagian, yai\tu Bagian pertama mengenai deksripsi bibliografis dan bagian kedua mengenai titik akses.Peraturan pada bagian pertama ini didasarkan atas kerangka umum untuk deskripsi bahan perpustakaan: International Standard Bibliographic Discription (General) = ISBD (G). Setiap bahan perpustakaan yang akan dibuatkan katalog terlebih dahulu dibuatkan deksripsi bibliografis dengan mengunakan format standar yang baku.

Daftar ustaka

Anon Mirmani. Pengatalogan Bahan Bukan Buku. Jakarta : Universitas Terbuka, 2000

Anglo American Cataloging Rules. 2nd ed. 2002 revision. Chicago : American Library Association, 2002.

Irma U. AditirtoDeskripsi bibliografis bahan non buku : ringkasan peraturan AACR2. Jakarta : Universitas Indonesia, 1989.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan motif Perguruan Tinggi menerapkan SNI ISO 9001 : 2008 pada lingkup jasa administrasi, memaparkan rancangan sistem manajemen mutu

Agar penyeleksian karyawan dapat dilakukan dengan lebih efisien serta menghindari subyektifitas keputusan yang dihasilkan, diperlukan suatu Sistem Penunjang Keputusan (SPK)

Produk kayu olahan yang dihasilkan dari penggabungan kepingan kayu kearah penampang tebal dengan cara dikempa (di pres ) menggunakan perekat, dengan ketentuan

Pada penelitian ini dilakukan pemetaan batimetri menggunakan algoritma Stumpf (2003) menggunakan rasio kanal yang digunakan Madden (2011) dan Parthish (2009) dan

Proses restrukturisasi utang SLJ Global (SULI) dengan Bank Mandiri (BMRI) telah mencapai kesepakatan final pada 26 November 2014, dimana perseroan melakukan perubahan

Berdasarkan informasi yang dijelaskan oleh beberapa informan diatas dapat disimpulkan bahwa prosedur pelaksanaan kegiatan nilai religius sebagai berikut, sholat

Kesamaan konsep dengan Munch tidak membatasi penulis bahwa ketakutan akan kematian hanya dapat diekspresikan melalui pendekatan seni yang ekspresif dengan bentuk-bentuk

baru, selain itu JPSM juga berkontribusi mengurangi volume sampah 30%. Pendekatan komunikasi pembangunan dalam kegiatan literasi yang dilakukan adalah pertemuan secara