• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PEKERJAAN ULANG (REWORK) PADA PEMBANGUNAN GEDUNG DI DINAS BINA MARGA DAN CIPTA KARYA UNSYIAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PEKERJAAN ULANG (REWORK) PADA PEMBANGUNAN GEDUNG DI DINAS BINA MARGA DAN CIPTA KARYA UNSYIAH"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Volume 1, No. 1, Agustus 2012 - 85

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PEKERJAAN ULANG

(REWORK) PADA PEMBANGUNAN GEDUNG DI DINAS

BINA MARGA DAN CIPTA KARYA UNSYIAH

Rahmatul Irfan1, Budi Aulia2, Mubarak2

1) Magister Teknik Sipil Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 2) Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala

Abstract : The operation of a building construction project should be carried out through a

specific management system. Construction project must also have a definite schedule and implementation plan. The general impact that would occur if the construction is not accordance with the schedule and plan is that the delay in project realization and increased the cost of the implementation. One of the factors causing such delay is due to the reworking activities on one or more items of the construction process. The purpose of this study is to determine the factors that cause rework on the building construction projects in the Department of Highways and Settlements in Aceh Province. This research , that involved 55 respondents, used questionnaire as the instrument in collecting the data. The respondents are consisting of 16 project owners, 23 contractors and 16 consultants. The instrument of this research is a questionnaire that asked to 55 respondents, consisting of 16 project owners, 23 contractors and 16 consultants supervisor. This study was conducted to see the main factor of the rework on construction projects. The results showed that factors caused the rework are first, the unclear detail and the changed design were not clear and was a major cause of the rework in the factors of design and documentation. Second, lack of control of the project owner was one of the major causes of rework of managerial factors. Last, materials arrived late and the lack of work experience was the cause of rework of resource factors. It is recommended to the Highways Agency and Human Settlements in Aceh province to tighten control over the project consultants and contractors to pay attention to the managerial problem and procurement of materials in accordance with schedule and work volume.

Keywords: reconstruction, rework, building, Aceh Province

Abstrak : Penyelenggaraan proyek konstruksi suatu bangunan dilaksanakan melalui sistem manajemen

proyek tertentu. Proyek konstruksi mempunyai jadwal dan rencana pelaksanaan yang telah ditentukan. Dampak umum yang akan terjadi apabila tidak sesuai dengan jadwal dan rencana pelaksanaan yakni keterlambatan waktu pelaksanaan proyek serta meningkatnya biaya pelaksanaan. Salah satu faktor penyebab keterlambatan tersebut adalah karena adanya aktivitas pekerjaan ulang (rework) pada satu atau beberapa item pekerjaan konstruksi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebab rework pada proyek konstruksi gedung di Dinas Bina Marga dan Cipta Karya Provinsi Aceh. Penelitian ini menggunakan instrumen kuisioner yang melibatkan 55 orang responden, terdiri dari 16 orang Pemilik Proyek, 23 orang Kontraktor dan 16 orang Konsultan Pengawas. Penelitian ini dilakukan untuk melihat faktor utama rework pada proyek-proyek pembangunan. Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor-faktor penyebab rework diketahui item detail tidak jelas dan perubahan desain merupakan penyebab utama munculnya rework dalam faktor desain dan dokumentasi. Kurangnya kontrol Pemilik Proyek merupakan salah satu penyebab utama rework dari faktor manajerial. Material datang terlambat dan kurangnya pengalaman kerja merupakan penyebab rework dari faktor sumber daya. Disarankan kepada Dinas Bina Marga dan Cipta Karya Provinsi Aceh untuk memperketat kontrol terhadap Konsultan Pengawas dan Kontraktor Pelaksana proyek agar memperhatikan masalah manajerial serta pengadaan bahan material sesuai dengan schedule dan volume pekerjaan.

(2)

Volume 1, No.1, Agustus 2012 - 86 Konstruksi secara umum diterjemahkan

sebagai bentuk pembuatan infrastruktur, contohnya jalan, jembatan, irigasi, gedung dan lain-lain, serta pelaksanaan pemeliharaan dan perbaikan infrastruktur. Dalam pelaksanaannya proyek konstruksi membutuhkan suatu manajemen untuk mengolah dari bahan baku sebagai input kegiatan menjadi suatu konstruksi. Secara umum sumber daya adalah suatu kemampuan dan kapasitas potensi yang dapat dimanfaatkan oleh kegiatan manusia untuk kegiatan sosial ekonomi. Secara spesifik dapat dinyatakan bahwa sumber daya proyek konstruksi merupakan kemampuan dan kapasitas potensi yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan konstruksi. Sumber daya proyek konstruksi terdiri dari beberapa jenis diantaranya biaya, waktu, sumber daya manusia, material, dan juga peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan proyek. Dimana dalam mengoperasionalkan sumber daya tersebut perlu dilakukan dalam suatu sistem manajemen yang baik, supaya tidak terlambat pelaksanaan proyek.

Keterlambatan pelaksanaan proyek akan menimbulkan akibat yang merugikan bagi Pemilik maupun Kontraktor, karena dampak keterlambatan adalah konflik dan perdebatan tentang apa dan siapa yang menjadi penyebab, juga tuntutan waktu dan biaya tambah. Salah satu faktor penyebab keterlambatan tersebut adalah

karena adanya aktifitas rework (pekerjaan ulang) pada satu atau beberapa item pekerjaan konstruksi. Rework tidak dapat dihindari dari dunia konstruksi. Sangat jarang, atau bahkan mustahil, untuk tidak menemui rework pada pelaksanaan suatu proyek konstruksi. Rework dapat memberikan dampak buruk pada performa dan produktifitas, baik Konsultan maupun Kontraktor. Selain itu, rework merupakan salah satu kontributor utama pada pembengkakan biaya dan keterlambatan proyek.

Selain biaya langsung, rework juga membawa dampak tidak langsung. Biaya- biaya administrasi (seperti overhead dan

paperwork) dan menurunnya produktivitas,

motivasi dan moral pekerja dan personel adalah sedikit contoh dari dampak tidak langsung ini. Lebih lanjut, biaya tidak langsung ini biasanya jauh lebih besar daripada biaya langsung, dan diperkirakan bisa mencapai tiga sampai lima kali lebih besar. Tujuan dari studi ini adalah untuk melakukan kajian faktor-faktor penyebab rework

(pekerjaan ulang) pada pembangunan gedung di Dinas Bina Marga dan Cipta Karya Provinsi Aceh. Batasan penelitian hanya membahas faktor-faktor penyebab rework yang terjadi dibawah proyek pada Dinas Bina Marga dan Cipta Karya Provinsi Aceh.

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

(3)

87 - Volume 1, No. 1, Agustus 2012 pembangunan gedung yang ditangani oleh Dinas Bina Marga dan Cipta Karya Provinsi Aceh. Waktu untuk menyelesaikan penelitian ini adalah satu bulan terhitung mulai 1 April s/d 30 Juni 2010.

Bahan dan Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera foto. Bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah peta administrasi, 80 kuisioner yang diajukan kepada 80 orang responden.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penulisan penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif dilakukan secara kuantitatif agar dapat dilakukan analisis dengan menggunakan program SPSS (Statistic Product and Service

Solution) Version 16.0. for windows.

Proses Penelitian

Proses penelitian diawali dari perencanaan tugas, studi pustaka mengenai faktor-faktor yang menyebabkan rework dan perumusan masalah. Studi lapangan/observasi tempat dengan mewawancarai Pemilik Proyek, Kontraktor Pelaksana dan Konsultan Pengawas sebagai pelaksanaan konstruksi. Tahap kedua dimulai dari analisa data laporan. Langkah selanjutnya pembahasan dan penyerahan tesis. Penulis menggunakan kuisioner dengan cara melakukan

wawancara langsung kepada para responden dan observasi pada pembangunan gedung yang ditangani oleh Dinas Bina Marga dan Cipta Karya Provinsi Aceh.

Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini sampel diperoleh dari perusahaan konstruksi yang bekerja dan menyelesaikan proyek konstruksi di Dinas Bina Marga dan Cipta Karya Provinsi Aceh pada Tahun 2005 s/d 2009. Pengumpulan data dilakukan dengan cara kuisioner yang langsung berhubungan dengan responden tanpa melalui perantara atau pihak lain. Nama-nama kontraktor dan jenis proyek diperoleh melalui daftar rekanan yang menangani proyek pada Dinas Bina Marga dan Cipta Karya Provinsi Aceh.

Data primer

Data primer diperoleh langsung melalui wawancara langsung. Data primer adalah data yang diperoleh dari responden melalui penyebaran kuisioner yang terdiri dari beberapa pertanyaan untuk diisi melalui bimbingan langsung mengenai petunjuk pengisiannya. Penyebaran kuisioner dilakukan sebanyak 80 kuisioner dengan komposisi 20 kuisioner untuk Pemilik Proyek; Konsultan Pengawas 30 kuisioner dan Kontraktor Pelaksana sebanyak 30 kuisioner. Kuisioner yang terisi dan yang kembali kepada penulis sebanyak 55 responden meliputi Pemilik

(4)

Volume 1, No.1, Agustus 2012 - 88 Proyek sebanyak 16 kuisioner; Konsultan

Pengawas sebanyak 16 kuisioner; Kontraktor Pelaksana sebanyak 23 kuisioner. Tidak seluruh data dari responden yang berpangkat sebagai Kontraktor, Pelaksana, Pemilik Proyek,

maupun konsultan proyek

menegembalikan formulir kuisioner yang telah diajukan karena mereka tidak punya cukup waktu untuk berpartisipasi dalam penelitian ini karena kesibukan yang ada.

Data sekunder

Data Sekunder berupa data mengenai jumlah Pemilik Proyek, Kontraktor dan Konsultan dengan berbagai kualifikasi tingkat yang terdapat di Pemerintah Aceh dan diperoleh dari Asosiasi Jasa Konstruksi dan Inkindo. Pengumpulan data yang berkaitan dengan proyek dilakukan dengan ketentuan umum, kebijaksanaan dan keputusan, hasil-hasil survey, hasil studi kelayakan, dokumen perencanaan lengkap dengan persyaratan teknis yang diperlukan.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data semestinya representatif dan sejalan dengan tujuan penelitian. Demi merealisasikan hal tersebut maka teknik pengumpulan data yang dilakukan untuk penelitian ini adalah kuisioner, wawancara, observasi dan dokumentasi.

Pengolahan Data Penelitian

Setelah seluruh data yang diperoleh melalui kuisioner terkumpul, kemudian diadakan tahapan berikutnya, yaitu analisis data. Analisis studi ini menggunakan metode kuantitatif, yang dioperasikan dengan menggunakan program SPSS (Statistic

Product and Service Solution) Version 16.0. for windows.

KAJIAN PUSTAKA

Proyek Konstruksi Bangunan Gedung Suatu proyek konstruksi terdapat berbagai kegiatan yang dilakukan oleh orang-orang yang terlibat di dalam proyek itu sendiri. Menurut Soeharto (1995), kegiatan proyek dapat diartikan sebagai suatu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, alokasi sumber dana tertentu dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang sasarannya telah digariskan dengan tegas. Banyak kegiatan dan pihak-pihak yang terlibat di dalam pelaksanaan proyek konstruksi menimbulkan banyak permasalahan yang bersifat kompleks. Kompleksitas proyek tergantung tiga macam hubungan yaitu 1) jumlah macam kegiatan di dalam proyek, 2) macam dan jumlah hubungan antar kelompok (organisasi) di dalam proyek itu sendiri, 3) macam dan jumlah hubungan antar kegiatan (organisasi) di dalam proyek dengan pihak luar. Kompleksitas ini tergantung pada besar kecilnya ukuran suatu proyek. Proyek kecil dapat saja bersifat lebih kompleks dari pada proyek

(5)

89 - Volume 1, No. 1, Agustus 2012 dengan ukuran yang lebih besar. Kompleksitas memerlukan pengaturan dan pengendalian yang sedemikian rupa sehingga tidak terjadi benturan-benturan dalam pelaksanaan proyek dan perlu juga adanya manajemen proyek yang handal dan tangguh untuk menopang pelaksanaan proyek.

Manajerial

Menurut Basri (2004), manajerial adalah proses perencanaan, pengarahan, pengorganisasian, dan pengawasan terhadap usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya, agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Menurut Muhammad (2007) manajerial merupakan suatu proses yang khas, yang terdiri dari tindakan perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan atau pelaksanaan (actuating), dan pengawasan (controlling), yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditetapkan melalui sumber daya manusia dan sumber daya lain. Keberhasilan dalam pengendalian proyek antara lain ditentukan oleh ketersediaan pihak manajemen puncak (top management) untuk mengerahkan orang dan sumber daya lain dalam perencanaan dan pengendalian proyek. Manajerial dalam proyek memiliki ruang lingkup yang cukup luas, karena mencakup tahap kegiatan sejak awal pelaksanaan pekerjaan sampai dengan

akhir pelaksanaan yang berupa hasil pembangunan.

Perencanaan (Planning)

Perencanaan salah satu fungsi penting dalam manajemen konstruksi, yaitu memilih dan menentukan langkah-langkah kegiatan yang akan datang dan diperlukan untuk mencapai tujuan dan sasaran. Tindakan yang pertama dilakukan adalah pengumpulan data yang berkaitan dengan proyek yang akan dilaksanakan, antara lain ketentuan umum, kebijaksanaan dan keputusan, hasil-hasil survey, hasil studi kelayakan, dokumen perencanaan lengkap dengan persyaratan teknis yang diperlukan. Tahap selanjutnya adalah apabila pelaksanaan fisik proyek telah berjalan, data dan informasi ini kemudian dianalisis dan dibandingkan dengan data-data perencanaan dasar. Kegiatan ini meliputi analisis dan membandingkan hasil pelaksanaan fisik di lapangan terhadap perencanaan dasar, kemudian dilakukan pembetulan yang diperlukan agar pekerjaan selalu terkontrol menuju sasaran yang disebut perencanaan untuk pengendalian (Soeharto, 1995).

Pengorganisasian (Organizing)

Menurut Basri (2004),

pengorganisasian adalah penentuan, pengelompokkan dan pengaturan berbagai kegiatan dalam rangka pencapaian suatu tujuan, meliputi penugasan kepada orang-orang dalam kegiatan serta menunjukkan

(6)

Volume 1, No.1, Agustus 2012 - 90 hubungan kewenangan yang dilimpahkan

kepada setiap orang yang ditugaskan untuk melaksanakan tugas tersebut, dituangkan dalam bentuk struktur formal.

Pengelompokkan dan pengaturan sebagai kegiatan untuk pencapaian suatu tujuan dapat dilakukan dengan cara: 1. Pemberi tugas (Owner)

Orang atau badan yang memberikan atau menyuruh untuk mengerjakan bangunan dan yang membayar pekerjaan bangunan. Pemberi tugas dapat berupa perseorangan, badan, atau instansi atau lembaga pemerintahan ataupun swasta.

2. Perencana (Designer)

Orang atau badan yang membuat perencanaan lengkap dari suatu pekerjaan bangunan. Perencanaan dapat berupa perseorangan atau badan hukum yang bergerak dalam bidang perencanaan pekerjaan bangunan. 3. Kontraktor (Contractor)

Orang atau badan hukum yang menerima dan menyelenggarakan pekerjaan bangunan menurut biaya yang tersedia dan melaksanakan sesuai dengan peraturan dan syarat-syarat serta gambar-gambar rencana yang telah ditetapkan.

Pelaksanaan (Actuating)

Menurut Basri (2004), kegiatan-kegiatan pelaksanaan harus menuju kepada arah tujuan yang hendak dicapai dan tetap

dalam arah kebijaksanaan yang telah ditetapkan. Dalam rangka pelaksanaan pada prinsipnya setiap operasi pekerjaan selalu diawali dengan membuat rencana, kemudian selama berlangsungnya pelaksanaan harus diperhatikan upaya mengukur hasil-hasil yang dicapai untuk dibandingkan terhadap rencana semula.

Pengawasan (Controlling)

Menurut Basri (2004) pengawasan adalah suatu proses penilaian selama pelaksanaan kegiatan dengan tujuan agar hasil pekerjaan sesuai dengan rencana, dengan mengusahakan agar semua anggota kelompok melaksanakan kegiatan berpedoman pada perencanaan, serta mengadakan tindakan korektif dan perbaikan atau penyesuaian apabila terjadi penyimpangan. Unsur pengawasan ini sangat erat hubungannya dengan pengendalian, karena sebenarnya pengendalian selalu memerlukan pengawasan, merupakan umpan balik yang diperlukan untuk menjaga proses pelaksanaan tetap pada jalur benar menuju sasaran yang hendak dicapai.

Faktor-Faktor yang Menyebabkan

Rework

Andi dkk (2005) menyatakan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan rework dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu faktor desain dan dokumentasinya, faktor manajerial, dan faktor sumber daya (resources). Faktor yang terkait dengan desain

(7)

91 - Volume 1, No. 1, Agustus 2012 dan dokumentasinya biasanya lebih langsung berhubungan dengan proses desain yang melibatkan desainer (Konsultan) dan pemilik proyek. Andi dkk, (2005) mengidentifikasikan enam faktor yang berkaitan dengan desain dan dokumentasinya. Kelompok kedua berkaitan dengan faktor-faktor manajerial dan terdiri dari tujuh faktor. Faktor-faktor ini bisa disebabkan oleh semua pihak di konstruksi, baik itu pemilik, desainer (Konsultan Perencana), Konsultan Pengawas dan Kontraktor. Kelompok terakhir, faktor sumber daya, berhubungan dengan pekerja dan peralatan proyek, sehingga kontraktor lebih banyak terkait dengan faktor-faktor tersebut. Faktor sumber daya ini biasanya muncul pada fase konstruksi dan terjadi mengakibatkan adanya kesalahan pengerjaan di lapangan (Andi, 2005).

HASIL PEMBAHASAN

Latar Belakang Responden

Analisis pengolahan data dilakukan untuk memberikan gambaran dari hasil respon yang dijawab oleh responden terhadap butir-butir pertanyaan pada kuisioner. Data yang didapatkan kemudian disajikan dalam bentuk grafik. Responden yang diminta partisipasinya dalam pengisian kuisioner penelitian ini terdiri dari kontraktor, pemilik proyek dan konsultan pengawas yang telah bekerja pada proyek konstruksi selama 5 tahun, atau dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 di bawah Dinas Bina Marga dan Cipta Karya Provinsi Aceh.

Analisis Statistik Deskriptif

Pengolahan data dilakukan dengan metode mean rank yang menunjukkan nilai tingkat rata-rata dari masing-masing variabel berikut ini.

Faktor Desain dan Dokumentasi

Faktor desain dan dokumentasi terdiri dari enam faktor rework, yaitu kesalahan desain, buruknya koordinasi dokumen, perubahan desain, detail tidak jelas, kurangnya pemahaman konstruksi (Constructability) dan kurangnya pengetahuan bahan. Hasil analisa faktor penyebab rework tersebut diketahui faktor desain dan dokumentasi, secara detail tidak jelas penyebab utama munculnya rework bagi Konsultan Pengawas dan Kontraktor,

sementara Pemilik Proyek

menempatkannya pada posisi ketiga. Penyebab rework yang kedua untuk faktor desain dan dokumentasi adalah perubahan desain. Untuk perubahan desain Pemilik Proyek menempatkannya pada posisi kedua dan Kontraktor Pelaksana pada posisi ketiga, sementara Konsultan Pengawas menempatkannya pada posisi kedua seperti pada Gambar 1.

Gambar 1. Hasil Perankingan Faktor Desain dan Dokumentasi

(8)

Volume 1, No.1, Agustus 2012 - 92 Dimana :

A = Kesalahan Desain

B = Buruknya Koordinasi Dokumen C = Perubahan Desain

D = Detail Tidak Jelas

E = Kurangnya Constructability F = Kurangnya Pengetahuan Bahan

Faktor Manajerial

Faktor manajerial yang menyebabkan

rework pada pembangunan gedung terdiri

tujuh faktor, yaitu kurangnya teamwork, kurangnya kontrol, jadwal yang terlalu padat, kurangnya informasi lapangan, buruknya alur informasi, pertimbangan yang salah di lapangan dan kurangnya antisipasi keadaan alam. Pada faktor manajerial, kurangnya kontrol menjadi penyebab utama rework. Analisis deskriftif

mean rank ditampilkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Hasil Perankingan Faktor Manajerial

Dimana :

A = Kurangnya Teamwork B = Jadwal yang Terlalu Padat C = Kurangnya Kontrol

D = Kurangnya Informasi Lapangan

E = Buruknya Alur Informasi F = Pertimbangan yang Salah di

Lapangan

G = Kurangnya Antisipasi Keadaan Alam

Faktor Sumber Daya

Selanjutnya, faktor rework pada pembangunan gedung yakni faktor sumber daya yang meliputi kurangnya pengalaman kerja, bekerja tidak sesuai prosedur, kurangnya pengetahuan kerja, jumlah kerja lembur terlalu banyak, material terkirim tidak sesuai, material datang terlambat, material tidak berada pada tempat yang tepat saat dibutuhkan, pengiriman bahan yang terhambat, kurang mencukupinya peralatan, peralatan tidak sesuai dengan spesifikasi teknis yang disyaratkan dan peralatan tidak berada dalam kondisi yang baik. Hasil perankingan selanjutnya dibuat dalam bentuk grafik batang seperti pada Gambar 3.

Gambar 3. Hasil perankingan Faktor Sumber Daya

Dimana :

(9)

93 - Volume 1, No. 1, Agustus 2012 B = Bekerja tidak Sesuai Prosedur C = Kurangnya Pengetahuan Kerja D = Jumlah Kerja Lembur Terlalu Banyak E = Material Terkirim tidak Sesuai F = Material Datang Terlambat

G = Material tidak Berada pada Tempat yang Tepat saat Dibutuhkan

H = Pengiriman Bahan yang Terhambat I = Kurang Mencukupinya Peralatan J = Peralatan tidak sesuai dengan Spesifikasi Teknis yang Disyaratkan K = Peralatan tidak Berada dalam Kondisi

yang Baik

Pembahasan

Rework terjadi pada proyek akibat

dari kesalahan dalam perencanaan dan penjadwalan pengadaan bahan konstruksi. Pengadaan bahan konstruksi mencakup kegiatan perencanaan jumlah dan jenis bahan yang digunakan. Pembelian, pengangkutan dan pengiriman, penentuan rute untuk pengangkutan dan pengiriman, mengatur persediaan bahan serta penyimpanan bahan konstruksi yang tepat. Sebelum melaksanakan proyek disarankan untuk mengadakan survey di lokasi proyek dan daerah sekitar proyek, sehingga perencana mengetahui keadaan lokasi untuk selanjutnya menjadi bahan pertimbangan dalam merencanakan bahan material yang akan digunakan pada proyek.

Faktor Desain dan Dokumentasi

Rework Akibat Kesalahan Desain

Faktor yang terkait dengan desain dan dokumentasinya langsung berhubungan dengan proses desain yang melibatkan Konsultan dan Pemilik Proyek. Kesalahan dan permintaan perubahan desain pada proyek pembangunan Dinas Bina Marga dan Cipta Karya Provinsi Aceh baru diketahui setelah pekerjaan konstruksi berjalan, hal tersebut telah menyebabkan pihak Kontraktor harus membongkar dan mengerjakan ulang pekerjaan yang sama. Desain dan dokumentasi yang kurang jelas menyebabkan penundaan pada proyek konstruksi, sehingga terjadi rework

mengakibatkan membengkaknya biaya dan waktu konstruksi.

Rework Akibat Buruknya Koordinasi Dokumentasi

Buruknya koordinasi dokumentasi pada proyek pembangunan gedung di Dinas Bina Marga dan Cipta Karya Provinsi Aceh disebabkan oleh keterlambatan atribut dokumen desain yang dilakukan oleh konsultan pelaksana. Keterlambatan kelengkapan dokumen gambar telah memperlambat informasi yang diperlukan oleh kontraktor dalam mengerjakan perkerjaan konstruksi sehingga pemilik proyek melakukan koordinasi dokumen dengan konsultan perencana untuk menyelesaikan pekerjaan desainnya.

(10)

Volume 1, No.1, Agustus 2012 - 94

Rework Akibat Perubahan Desain

Jika dilakukan perubahan desain akan ada penambahan biaya konstruksi yang besar. Pengaruh rework perubahan desain adalah makin besarnya biaya konstruksi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek, untuk mengurangi biaya maka fase desain harus direncanakan dengan cermat. Segala informasi yang diperlukan oleh konsultan perencana untuk proses desain harus tersedia sehingga menghasilkan desain yang berkualitas.

Faktor Manajerial

Rework Akibat Kurangnya Teamwork

Responden setuju untuk menempatkan faktor kurangnya teamwork sebagai penyebab rework. Kurangnya kerjasama antara pihak-pihak terkait dalam proyek terjadi sebagai akibat sistem

procurement yang dipakai, di mana pada

umumnya yang dipakai di Indonesia adalah sistem tradisional (desain-tender-bangun). Sistem tradisional ini telah berulang kali disebutkan sebagai salah satu penyebab utama buruknya koordinasi antara Konsultan dan Kontraktor. Rata-rata responden Pemilik Proyek, Konsultan Pengawas dan Kontraktor Pelaksana memberikan nilai tinggi kurangnya

teamwork pada pembangunan gedung di

Dinas Bina Marga dan Cipta Karya Provinsi Aceh (ranking 4, ranking 4 dan ranking 4). Penulis berpendapat bahwa untuk kasus ini, konsultan melihat kerja sama antara mereka dengan pihak pemilik

proyek belum berjalan maksimal. Komunikasi dan koordinasi kurang terjadi pada masa awal proyek (fase awal desain) akan menyebabkan terjadinya perubahan desain, yang kemudian akan menimbulkan

rework.

Faktor Sumber Daya

Rework Akibat Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dari suatu pelaksanaan proyek. Tenaga kerja yang diperkerjakan pada proyek pembangunan gedung di Dinas Bina Marga dan Cipta Karya Provinsi Aceh adalah tenaga kerja dari pulau Jawa. Untuk menghindari rework yang diakibatkan oleh tenaga kerja, maka kontraktor mendatangkan tenaga kerja dari pulau Jawa untuk mencapai target pembangunan yang telah ditentukan. Perencanaan tenaga kerja proyek yang menyeluruh dan terperinci dan harus mengikuti jenis dan kapan keperluan tenaga dibutuhkan. Dengan mengetahui dari awal perencanaan tentang perkiraan jumlah tenaga kerja dan jadwal kebutuhannya, maka dapat dimulai kegiatan pengumpulan informasi perihal sumber penyediaan tenaga kerja baik kuantitas maupun kualitasnya.

Rework Akibat Peralatan

Peralatan merupakan salah satu sarana penunjang untuk kelancaran pelaksanaan proyek, sehingga alat yang baik dengan operator yang mampu akan sangat

(11)

95 - Volume 1, No. 1, Agustus 2012 mempengaruhi kecepatan pelaksanaan proyek. Perencanaan alat yang akan digunakan dalam proyek merupakan suatu hal yang penting, karena dengan merencanakan peralatan proyek, setidaknya alat yang akan dipergunakan akan dipersiapkan kualitas maupun kuantitas alat itu sendiri, juga mempersiapkan tenaga kerja yang ahli dalam mengoperasikannya, sehingga masalah kerusakan peralatan, produktifitas peralatan, keterlambatan pengiriman peralatan, kekurangan peralatan, kemampuan Operator yang kurang dan kesalahan manajemen peralatan yang salah dapat dihindari sedikit mungkin.

Rework Akibat Material/Bahan

Rework yang diakibatkan keterlambatan pengiriman bahan adalah kesalahan dari perencanaan. Keterlambatan pengiriman material pada proyek pembangunan gedung di Dinas Bina Marga dan Cipta Karya Provinsi Aceh disebabkan karena kontraktor membeli material pada vendor yang jauh dari lokasi proyek, sehingga pengiriman material sering terlambat. Selain bahan, tenaga kerja, dan peralatan, keuangan juga merupakan faktor yang sangat menentukan kelancaran proyek konstruksi, karena jika terjadi kemacetan keuangan akan mempengaruhi seluruh kegiatan proyek.

SIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Penelitian dilakukan terhadap 55 responden, terdiri dari 16 Pemilik Proyek, 23 Kontraktor dan 16 responden Konsultan. Penelitian ini dilakukan untuk melihat faktor utama

rework pada proyek-proyek

pembangunan di Dinas Bina Marga dan Cipta Karya Provinsi Aceh.

Rework tidak dapat dihindari dari

dunia konstruksi. Usaha-usaha untuk mengurangi atau mencegah terjadinya

rework harus dilakukan mengingat

dampak yang diakibatkan cukup besar terhadap keberlangsungan proyek. 2. Faktor rework pada proyek

pembangunan di Dinas Bina Marga dan Cipta Karya Provinsi Aceh adalah faktor desain dan dokumentasi, faktor manajerial dan sumber daya. Faktor tersebut merupakan penyebab utama munculnya rework bagi Konsultan Pengawas dan Kontraktor.

3. Faktor desain dan dokumentasi langsung berhubungan dengan proses desain yang melibatkan Konsultan dan Pemilik Proyek. Kesalahan dan permintaan perubahan desain pada proyek pembangunan Dinas Bina Marga dan Cipta Karya Provinsi Aceh baru diketahui setelah pekerjaan konstruksi berjalan, hal tersebut telah menyebabkan pihak Kontraktor harus membongkar dan mengerjakan ulang pekerjaan yang sama. Faktor

(12)

Volume 1, No.1, Agustus 2012 - 96 manajerial terhadap kurangnya

kontrol pekerjaan di lapangan disebabkan oleh Kontraktor Pelaksana yang tidak melaksanakan pengawasan internal dan Konsultan Pengawas yang kurang baik dalam menjalankan kegiatan pengawasannya saat pekerjaan sedang berlangsung. Pada faktor sumber daya, Pemilik Proyek menempatkan kurangnya pengetahuan bekerja pada posisi pertama, konsultan pengawas menempatkan posisi pertama yaitu bekerja tidak sesuai prosedur, sementara Kontraktor Pelaksana menempatkan material datang terlambat pada posisi pertama.

Saran

1. Disarankan kepada Dinas Bina Marga dan Cipta Karya Provinsi Aceh untuk memperketat kontrol terhadap Konsultan dan Kontraktor Pelaksana proyek agar memperhatikan masalah manajerial serta pengadaan bahan material sesuai dengan schedulle dan volume. Hal tersebut ditujukan agar

rework yang mengakibatkan

membengkaknya biaya dan waktu konstruksi dapat dikendalikan.

2. Disarankan kepada Dinas Bina Marga dan Cipta Karya Provinsi Aceh dalam penyusunan dokumen kontrak kerja dengan Konsultan dan Kontraktor pelaksana untuk memuat pasal-pasal tentang masalah perubahan desain dan

pembongkaran bangunan akibat

rework.

Disarankan kepada Kontraktor Pelaksana proyek hendaknya memperhatikan kebutuhan tenaga kerja sehingga tidak terjadi kekurangan tenaga kerja.

DAFTAR PUSTAKA

Winata, S. dan Hendarlim, Y., 2005.

Faktor-faktor Penyebab Rework pada Pekerjaan Konstruksi. Dimensi Teknik

Sipil Vol. 7 No. 1, Maret 2005. Universitas Kristen Petra. Surabaya. Anonim. 2008. Likert Scale.

http://www.en.wikipedia.org/wiki/Likert scale - Wikipedia, the free encyclopedia.htm

Basri, A., 2004. Rancangan Sistem Informasi

Manajemen Pengendalian Persediaan Material pada Proyek Konstruksi,

Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Hitchcock, R.J., 2003. Standardized Building

Performance Metrics. Final Report.

USA: Ernest Orlando Lawrence Berkeley National Laboratory.

Muhamad, et al., 2007. Perhitungan Harga

Satuan Tertinggi Bangunan Gedung Negara. Konferensi Nasional, Universitas Atmajaya Yogyakarta. Palaneeswaran, E. et al., 2007. Rework in

Projects: Learning from Errors.

Surveying and Built Environment Vol 18 (2).

Palaneeswaran, et al. 2005. Management of

Rework in Hong Kong Construction Projects. The Queensland University of

Technology Research Week International Conference. Conference Proceeding. Australia: Brisbane. Sarwono, J., 2006. Panduan Cepat dan Mudah

SPSS 16. Yogyakarta: Andi Offset.

Soeharto, I., 1995. Manajemen Proyek dan

Konseptual Sampai Operasional.

Jakarta: Erlangga.

Sugiyono, 2005. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Supranto, J., 1992. Statistika dan Sistem

Informasi untuk Pimpinan. Jakarta:

Gambar

Gambar 1. Hasil Perankingan Faktor  Desain dan Dokumentasi
Gambar 2. Hasil Perankingan Faktor  Manajerial

Referensi

Dokumen terkait

Adapun untuk peningkatan pembibitan dari kualitas bibit ternak (kambing) melalui pakan, kelompok (perlunya bentuk kerjasama), konstruksi kandang dan inovasi yang

(7) Pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat mendelegasikan sebagian wewenangnya atau memberikan kuasa kepada pejabat lain di lingkungannya untuk menetapkan

Una vez tenía esta trama distorsionada dibujada, Escher dibu- jó la escena de la galería —en la que uno de los cuadros repro- duce el puerto de Malta, entre cuyos edificios vuelve

Program ini dilaksanakan dalam mata kuliah yang wajib tempuh bagi mahasiswa yang akan mengambil PPL pada semester berikutnya. Persyaratan yang diperlukan untuk

etnomatematika lebih tinggi daripada proporsi ketuntasan peserta didik pada kelas yang menggunakan model pembelajaran langsung; (4) rata-rata nilai tes kemampuan pemecahan

“ HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU BULLYING.. PADA SISWA SMP N 2

Sebuah konflik yang terjadi antara pemerintah Kabupaten Serang yaitu Dinas Lingkungan Hidup yang menaungi sungai Cidurian ini dengan para pengusaha- pengusaha yang

pengobatan gratis, fooging merupakan pendekatan yang dilakukan Caleg..   Partai Demokrat terus menerus dan kegiatan tersebut dapat menarik simpatik warga masyarakat dan