• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Sehat Sakit dan Pemilihan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Nias di Kecamatan Mandrehe Kabupaten Nias Barat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perilaku Sehat Sakit dan Pemilihan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Nias di Kecamatan Mandrehe Kabupaten Nias Barat."

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

11 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Perilaku

2.1.1. Konsep Perilaku

Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2012). Sebab itu semua makhluk hidup mulai dari binatang sampai dengan manusia, mempunyai aktivitas yang menggambarkan kehidupan masing-masing. Aktivitas manusia sangat kompleks, secara garis besar dikelompokkan menjadi dua yakni:

a. Aktivitas-aktivitas yang dapat diamati oleh orang lain, misalnya berjalan, bernyanyi, tertawa, menangis, dan sebagainya.

b. Akvitas-aktivitas yang tidak dapat diamati oleh orang lain, misalnya berpikir, berfantasi, berencana, dan sebagainya.

(2)

12 teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” (Stimulus – organisme – respon). Selanjutnya teori Skinner menjelaskan adanya dua jenis respon yaitu:

a. Respondent respons atau reflexive, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu yang disebut eliciting stimulus, karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap. Misalnya makanan lezat akan menimbulkan nafsu makan, cahaya terang akan menimbulkan reaksi mata tertutup, dan sebagainya. Respondent respons juga mencakup perilaku emosional, misalnya mendengar berita musibah akan menimbulkan rasa sedih, mendengar berita suka atau gembira akan menimbulkan rasa sukacita, dan sebagainya.

(3)

13 2.1.2. Jenis Perilaku

Berdasarkan teori “S-O-R” menurut Skinner, maka perilaku manusia dapat dibedakan menjadi dua, yakni:

a. Perilaku tertutup (covert behavior)

Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respon seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk “unobservable behavior” atau “covert behavior” yang dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap. Contohnya ibu hamil tahu pentingnya periksa kehamilan untuk kesehatan bayi dan dirinya sendiri adalah domain pengetahuan (knowledge). Kemudian ibu tersebut bertanya kepada tetangganya dimana tempat periksa kehamilan yang dekat, yang selanjutnya kecenderungan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan, inilah yang disebut domain sikap (attitude).

b. Perilaku terbuka (overt behavior)

(4)

14 sebagainya. Contoh-contoh tersebut adalah berbentuk tindakan nyata dalam bentuk kegiatan atau dalam bentuk praktis.

Bagan 1. Teori S-O-R

(Notoatmodjo, 2010)

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap merupakan respon seseorang terhadap stimulus atau rangsangan yang masih bersifat terselubung dan disebut covert behavior. Sedangkan tindakan nyata seseorang sebagai respon terhadap stimulus (practice) merupakan overt behavior.

2.1.3. Domain Perilaku

Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini berarti meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respon tiap-tiap orang berbeda. Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus

Stimulus Organisme

Respon Tertutup: 1. Pengetahuan 2. Sikap

(5)

15 yang sama disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni:

a. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat given (bawaan). Misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.

b. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang.

Dari uraian diatas dapat dirumuskan bahwa perilaku merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang, yang merupakan hasil bersama atau resultant antara berbagai faktor (faktor internal dan eksternal). Benyamin Bloom (1908, dalam Notoatmodjo 2012) membedakan adanya tiga ranah/domain perilaku, yakni kognitif (cognitive), afektif (affective) dan psikomotor (psychomotor). Dalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni:

1. Pengetahuan (knowledge)

(6)

16 dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap suatu objek.

Pengetahuan seseorang terhadap objek tertentu mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda, secara garis besarnya dibagi dalam enam tingkat sebagai berikut:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya tahu bahwa buah tomat banyak mengandung vitamin C, jamban adalah tempat membuang air besar, penyakit demam berdarah dengue ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, dan sebagainya. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu, dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan seperti apa tanda-tanda anak yang kurang gizi, bagaimana cara memberantas sarang nyamuk, dan sebagainya.

b. Memahami (comprehension)

(7)

17 menguras), tetapi harus dapat menjelaskan mengapa harus melakukan 3M (mengubur, menutup dan menguras) tersebut. c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila seseorang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. Misalnya seseorang yang telah paham tentang proses perencanaan, maka ia akan dapat membuat perencanaan program kesehatan di tempat ia bekerja atau di mana saja.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, memisahkan, mengelompokkan atau membuat diagram terhadap pengetahuan atas objek tersebut. Misalnya dapat membedakan antara nyamuk Aedes aegypti dengan nyamuk biasa, dapat membuat diagram siklus hidup cacing kremi, dan sebagainya. e. Sintesis (synthesis)

(8)

18 logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada. Misalnya dapat membuat atau meringkas dengan kata-kata atau kalimat sendiri tentang hal-hal yang telah dibaca atau didengar dan dapat membuat kesimpulannya.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat. Misalnya seorang ibu dapat menilai atau menentukan seorang anak menderita malnutrisi atau tidak, seseorang dapat menilai manfaat ikut keluarga berencana bagi keluarga, dan sebagainya.

2. Sikap (attitude)

(9)

19 sehingga sikap ini melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan gejala kejiwaan lainnya.

Menurut Newcomb, seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dengan kata lain, fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, tetapi merupakan predisposisi perilaku (reaksi tertutup).

Sikap terdiri dari empat tingkatan yang berdasarkan intensitasnya, yakni:

a. Menerima (receiving)

Menerima disini berarti orang atau subjek mau menerima stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap seseorang terhadap periksa hamil, dapat diketahui atau diukur dari kehadiran ibu untuk mendengarkan penyuluhan tentang antenatal care di lingkungannya.

b. Menanggapi (responding)

(10)

20 c. Menghargai (valuing)

Menghargai disini berarti subjek atau seseorang yang memberikan nilai positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain, bahkan mengajak atau mempengaruhi orang lain merespon. Misalnya seorang ibu yang mengikuti penyuluhan antenatal care tersebut mendiskusikan dengan suaminya, atau mengajak tetangganya untuk sama-sama ikut penyuluhan.

d. Bertanggungjawab (responsible)

Sikap yang paling tinggi tingkatnya adalah bertanggungjawab terhadap apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil resiko bila ada orang lain yang mencemoohkan atau adanya resiko lain. Misalnya seorang ibu yang sudah mau mengikuti penyuluhan antenatal care, ia harus berani untuk mengorbankan waktunya atau di omeli mertuanya karena meninggalkan rumah.

3. Tindakan atau praktik (practice)

(11)

21 itu penting untuk kesehatannya dan janinnya, dia sudah ada niat (sikap) untuk periksa kehamilan. Agar sikap meningkat menjadi tindakan, maka diperlukan fasilitas atau pelayanan kesehatan yang mudah dicapainya. Apabila tidak, maka kemungkinan ibu tersebut tidak akan memeriksakan kehamilannya.

Praktik atau tindakan ini dibedakan menjadi tiga tingkatan, yakni:

a. Respon terpimpin (guided response)

Praktik terpimpin terjadi apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan. Misalnya seorang ibu memeriksakan kehamilannya tetapi masih menungggu diingatkan oleh bidan atau tetangganya.

b. Praktik secara mekanisme (mechanism)

Praktik secara mekanisme terjadi apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mempraktikkan sesuatu hal secara otomatis. Misalnya seorang ibu selalu membawa anaknya ke pos pelayanan terpadu (Posyandu) untuk ditimbang dan diperiksa kesehatannya tanpa harus menunggu perintah atau tanpa harus diingatkan.

c. Adopsi (adoption)

(12)

22 atau mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi atau tindakan yang berkualitas. Misalnya seseorang menggosok gigi bukan hanya sekedar gosok gigi, melainkan dengan teknik-teknik yang benar.

2.2.Perilaku Kesehatan

Sejalan dengan batasan perilaku menurut Skinner, maka perilaku kesehatan (health behavior) adalah respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, seperti lingkungan, makanan, minuman dan pelayanan kesehatan. Dengan kata lain, perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang, baik yang dapat diamati (observable) maupun yang tidak dapat diamati (unobservable) yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan lain, meningkatkan kualitas kesehatan dan mencari penyembuhan apabila sakit atau mengalami masalah kesehatan. Oleh sebab itu, perilaku kesehatan ini dikelompokkan dalam dua garis besar, yakni:

a. Perilaku orang yang sehat agar tetap sehat dan meningkatnya kualitas kesehatan

(13)

23 masalah kesehatannya (perilaku preventif), dan perilaku dalam mengupayakan meningkatnya kualitas kesehatan (perilaku promotif). Contohnya makan dengan gizi seimbang, olahraga teratur, tidak merokok dan minum minuman keras, menghindari gigitan nyamuk, menggosok gigi setelah makan, cuci tangan pakai sabun sebelum makan, dan lain sebagainya.

b. Perilaku orang yang sakit atau telah mengalami masalah kesehatan untuk memperoleh penyembuhan atau pemecahan masalah kesehatannya

Perilaku ini disebut perilaku pencarian pelayanan kesehatan (health seeking behavior). Perilaku ini mencakup tindakan-tindakan yang diambil seseorang atau keluarganya bila sakit atau terkena masalah kesehatan untuk memperoleh kesembuhan atau terlepasnya dari masalah kesehatan tersebut. Tempat pencarian kesembuhan ini adalah tempat atau fasilitas pelayanan kesehatan, baik fasilitas atau pelayanan kesehatan tradisional (dukun, sinshe, paranormal, tabib, dan sebagainya) maupun modern atau profesional (rumah sakit, puskesmas, poliklinik, dan sebagainya).

Becker (1979, dalam Notoatmodjo 2012) membuat klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan dan membedakannya menjadi tiga, yakni:

1. Perilaku hidup sehat (healthy life style)

(14)

24 a. Makan dengan menu seimbang (appropriate diet)

Menu seimbang disini adalah pola makan sehari-hari yang memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh, baik secara jumlah (kuantitas) maupun jenisnya (kualitas).

b. Kegiatan fisik secara teratur dan cukup

Kegiatan fisik disini tidak harus olahraga. Bagi seseorang yang pekerjaannya memang sudah memenuhi gerakan-gerakan fisik secara rutin dan teratur, sebenarnya sudah dapat dikategorikan berolahraga. Bagi seseorang yang pekerjaannya tidak melakukan kegiatan fisik (misalnya: manajer, administrator, sekretaris, dan sebagainya) memerlukan olahraga secara teratur.

c. Tidak merokok, tidak minum minuman keras dan narkoba

Perilaku merokok, minum minuman keras dan narkoba akan sangat mempengaruhi kesehatan, karena kandungan zat yang terdapat didalam rokok, minuman keras dan norkoba yang bisa membuat kesehatan menjadi buruk dan bahkan membahayakan nyawa yang mengkonsumsinya.

d. Istirahat yang cukup

Istirahat yang cukup merupakan kebutuhan dasar manusia untuk mempertahankan kesehatannya.

e. Pengendalian atau manajemen stres

(15)

25 dilakukan adalah mengatasi, mengendalikan atau mengelola stres tersebut agar tidak mengakibatkan gangguan kesehatan, baik secara fisik maupun mental.

f. Perilaku atau gaya hidup positif

Perilaku atau gaya hidup positif merupakan setiap tindakan atau perilaku seseorang agar dapat terhindar dari berbagai macam penyakit dan masalah kesehatan, termasuk perilaku untuk meningkatkan kesehatan.

2. Perilaku sakit (illness behavior)

Perilaku sakit adalah tindakan atau kegiatan orang atau keluarga yang sakit dan terkena masalah kesehatan untuk mencari penyembuhan atau untuk mengatasi masalah kesehatannya. Untuk orang atau keluarga yang sakit ada beberapa tindakan atau perilaku yang muncul, yakni:

a. Didiamkan saja (no action)

Tindakan ini adalah keputusan yang diambil untuk mengabaikan sakit yang dialami dan tetap menjalankan kegiatan sehari-hari.

b. Mengambil tindakan dengan melakukan pengobatan sendiri (self treatmen atau self medication)

(16)

26 c. Mencari penyembuhan atau pengobatan keluar

Tindakan ini adalah keputusan untuk mencari pengobatan ke fasilitas pelayanan kesehatan, yang dibedakan menjadi dua, yakni fasilitas pelayanan kesehatan tradisional (dukun, sinshe, paranormal, tabib, dan sebagainya) dan fasilitas pelayanan kesehatan modern (rumah sakit, puskesmas, poliklinik, dan sebagainya).

3. Perilaku peran orang sakit (the sick role behavior)

Dari segi sosiologi, orang yang sedang sakit mempunyai peran (roles), yang mencakup hak-haknya (rights) dan kewajiban sebagai orang sakit (obligation). Menurut Becker, hak dan kewajiban orang yang sedang sakit merupakan perilaku peran orang sakit, antara lain:

a. Tindakan untuk memperoleh kesembuhan.

b. Mengenal atau mengetahui fasilitas kesehatan yang tepat untuk memperoleh kesembuhan.

(17)

27

2.3.Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan

Masyarakat atau anggota masyarakat yang mendapat penyakit dan tidak merasakan sakit (disease but no illness) sudah tentu tidak akan bertindak apa-apa terhadap penyakitnya tersebut. Tetapi bila mereka diserang penyakit dan juga merasakan sakit, maka baru akan timbul berbagai macam perilaku dan usaha yang dilakukan. Dalam Notoatmodjo (2010), respon seseorang apabila sakit adalah sebagai berikut:

a. Tidak bertindak atau tidak melakukan kegiatan apa-apa (no action)

Alasan dari perilaku ini antara lain beranggapan bahwa kondisi yang demikian tidak akan mengganggu aktivitas sehari-hari, beranggapan bahwa gejala akan lenyap dengan sendirinya, fasilitas kesehatan yang jauh, atau para tenaga medis yang tidak care, takut biaya, dan sebagainya.

Tidak jarang juga yang memprioritaskan tugas-tugas lain yang lebih penting daripada mengobati sakitnya. Hal ini merupakan suatu bukti bahwa kesehatan belum merupakan prioritas didalam kehidupannya.

b. Tindakan mengobati sendiri (self treatment atau self medication)

(18)

28 Mengobati sendiri yang dilakukan masyarakat melalui berbagai cara, antara lain kerokan, pijatan, membuat ramuan sendiri, minum jamu yang dibeli diwarung dan minum obat yang dibeli bebas di warung atau di apotek.

c. Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan tradisional (traditional remedy)

Untuk masyarakat pedesaan khususnya, pengobatan tradisional ini masih menduduki tempat teratas dibandingkan dengan pengobatan-pengobatan yang lain. Pada masyarakat yang masih sederhana, masalah kesehatan adalah lebih bersifat budaya daripada gangguan-gangguan fisik. Dengan persepsi itu, pencarian pengobatan pun lebih berorientasi kepada sosial budaya masyarakat daripada hal-hal yang dianggap masih asing.

Bermacam-macam dukun yang melakukan pengobatan tradisional dan membuat obat tradisional merupakan bagian dari masyarakat, berada di tengah-tengah masyarakat, dekat dengan masyarakat dan pengobatan yang dihasilkan adalah kebudayaan masyarakat. Karena itu, masyarakat lebih menerima pengobatan tradisional daripada perawat, dokter, bidan dan tenaga medis lainnya yang masih asing bagi mereka.

d. Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan modern (medicine treatment)

(19)

29 klinik, puskesmas, balai pengobatan, praktik mandiri dokter, praktik mandiri perawat, dan sebagainya.

Menurut Suchman (dalam Momon Sudarma, 2008) ada lima konsep dasar yang menghasilkan perilaku kesehatan, yakni:

a. Shopping, yaitu proses mencari alternatif sumber pengobatan guna menemukan seseorang yang dapat memberikan diagnosa dan pengobatan sesuai dengan harapan.

b. Fragmentation, yaitu proses pengobatan oleh beberapa fasilitas pada lokasi yang sama atau pada waktu yang bersamaan.

c. Procrastonation, yaitu proses penundaan pencarian pengobatan meskipun gejala penyakitnya sudah dirasakan.

d. Self mediacation, yaitu pengobatan sendiri dengan menggunakan berbagai macam ramuan atau obat-obatan yang dinilai tepat baginya.

e. Discontinuity, yaitu proses penghentian pengobatan.

2.4.Model Tentang Penggunaan Pelayanan Kesehatan

Dalam penggunaan pelayanan kesehatan, ada beberapa teori yang dikemukakan oleh beberapa ahli untuk menggambarkan alasan setiap individu dalam menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda-beda, di antaranya:

1. Model Demografi (kependudukan)

(20)

30 2. Model Struktur sosial

Dalam model ini tipe variabel yang dipakai adalah pendidikan, pekerjaan dan kebangsaan atau suku. Variabel ini akan sangat menentukan gaya hidup yang diperlihatkan oleh individu.

3. Model sosial psikologis

Dalam model ini tipe variabel yang dipakai adalah ukuran dari sikap dan keyakinan individu. Variabel ini terdiri dari empat kategori, yaitu pengertian kerentanan terhadap penyakit, pengertian keseluruhan dari penyakit, keuntungan yang diharapkan dari pengambilan tindakan dalam menghadapi penyakit dan kesiapan tindakan individu.

4. Model sumber keluarga

Dalam model ini tipe variabel yang dipakai adalah pendapatan keluarga, cakupan asuransi keluarga atau sebagai anggota suatu asuransi kesehatan dan pihak yang membiayai pelayanan kesehatan keluarga. Variabel ini untuk mengukur kesanggupan dari individu atau keluarga untuk memperoleh pelayanan kesehatan.

5. Model sumber daya masyarakat

(21)

31 6. Model organisme

Dalam model ini variabel yang digunakan yaitu gaya praktik pengobatan (sendiri, rekanan, atau grup), sifat dari pelayanan tersebut (membayar langsung atau tidak), letak dari pelayanan (tempat pribadi, rumah sakit atau klinik) dan petugas kesehatan yang pertama kali kontak dengan pasien (perawat, dokter, asisten dokter).

7. Teori Lewin atau teori kepercayaan kesehatan

Teori Lewin ini mengintegrasikan keenam model yang terdahulu ke dalam model yang lebih sempurna. dimana model-model yang sebelumnya digunakan bersama dengan faktor-faktor yang berhubungan seperti kebijaksanaan dan struktur ekonomi pada masyarakat yang lebih luas. Dengan demikian apabila dilakukan analisis terhadap penyediaan dan penggunaan pelayanan kesehatan oleh masyarakat, maka harus diperhitungkan juga faktor-faktor yang terlibat di dalamnya.

Teori lewin ini mempunyai empat faktor yang terlibat dalam mengambil tindakan penggunaan pengobatan, yaitu:

a. Kerentanan yang dirasakan

Agar seseorang bertindak untuk mengobati atau mencegah penyakitnya, seseorang itu harus merasakan bahwa ia rentan terhadap penyakit tersebut.

b. Keseriusan yang dirasakan

(22)

32 c. Manfaat dan rintangan yang dirasakan

Apabila individu merasa dirinya rentan untuk penyakit-penyakit yang dianggap gawat (serius), individu akan melakukan suatu tindakan tertentu. Tindakan ini tergantung pada manfaat yang dirasakan dan rintangan yang ditemukan dalam mengambil tindakan tersebut.

d. Isyarat atau tanda-tanda

Untuk mendapatkan tingkat penerimaan yang benar tentang kerentanan, kegawatan (keseriusan) dan manfaat tindakan, maka diperlukan isyarat-isyarat yang berupa faktor-faktor eksternal. Faktor-faktor tersebut misalnya nasihat atau anjuran teman-teman atau keluarga lain dari individu yang sakit, informasi media massa, dan sebagainya.

Bagan 2. Health belief model

1. Variabel demografis (umur, suku, jenis kelamin, dan lain-lain).

2. Variabel sosial psikologis (peer dan reference groups, kepribadian, pengalaman sebelumnya).

3. Variabel struktur (kelas sosial, akses ke pelayanan kesehatan, dan lain-lain).

Kecenderungan yang dilihat (perceived)

mengenai gejala/penyakit. Syarat yang dilihat

mengenai gejala dan penyakit.

Manfaat yang dilihat dari pengambilan tindakan dikurangi biaya

(rintangan) yang dilihat dari pengambilan. Ancaman yang

dilihat mengenai gejala dan penyakit

Kemungkinan mengambil tindakan tepat untuk perilaku

sehat atau sakit. Pendorong untuk bertindak

(kampanye media massa, peringatan dari tenaga medis, tulisan dalam surat kabar atau majalah).

(23)

33 8. Model Anderson atau model sistem kesehatan (health sistem model)

Anderson (1974, dalam Notoatmodjo 2012) menggambarkan model sistem kesehatan yang berupa model kepercayaan kesehatan. Di dalam model ini terdapat tiga kategori utama dalam penggunaan pelayanan kesehatan, yakni:

a. Karakteristik predisposisi

Karakteristik ini digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa tiap individu mempunyai kecenderungan untuk menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda-beda. Karakteristik ini terdiri dari tiga faktor, yaitu faktor ciri-ciri demografi (seperti jenis kelamin dan umur), faktor struktur sosial (seperti pekerjaan, tingkat pendidikan, budaya, suku/ras, dan sebagainya) dan faktor manfaat-manfaat kesehatan (seperti keyakinan bahwa pelayanan kesehatan dapat menolong proses penyembuhan penyakit).

b. Karakteristik pendukung

Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk menggunakan pelayanan kesehatan, jika mampu menggunakannya maka akan bertindak untuk pergi ke pengobatan. Penggunaan pelayanan kesehatan yang ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar.

c. Karakteristik kebutuhan

(24)

34 dirasakan sebagai kebutuhan. Dengan kata lain, kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan pelayanan kesehatan, bilamana faktor predisposisi dan pendukung itu ada.

2.5.Suku Nias

Suku Nias adalah kelompo

Ono Niha"

(Ono = anak atau keturunan; Niha = manusia) dan pulau Nias sebagai "Tanõ Niha" (Tanõ = tanah). Suku Nias menerapkan sistem marga mengikuti garis ayah (patrilineal). Marga-marga umumnya berasal dari kampung-kampung pemukiman yang ada.

Masyarakat Nias hidup dalam lingkungan adat dan kebudayaan yang masih tinggi. Hukum adat Nias secara umum disebut “fondrakõ” yang mengatur segala segi kehidupan mulai dari kelahiran sampai kematian. Masyarakat Nias kuno hidup dalam budaya megalitik yang dibuktikan oleh peninggalan sejarah berupa ukiran pada batu-batu besar yang masih ditemukan di wilayah pedalaman pulau ini sampai sekarang.

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Tingkat Bagi Hasil, Non Performing Financing dan Modal Sendiri terhadap Volume Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil Pada Perbankan

Dari fenomena tersebut menunjukan bahwa selama tahun 2009, penjualan untuk sepeda motor Yamaha “SCORPIO” di Surabaya, tidak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh perusahaan,

Pimpinan memberikan kesempatan untuk menyelesaikan tugas dengan cara saya sendiri.. Pimpinan memberikan

Tanaman padi dari fase anakan sampai pemanjangan batang ada 20 kultivar padi lokal yang akan diamati dan dicatat yaitu Tinggi tanaman (cm), warna leher daun, warna telinga daun,

Berfungsi sebagai tempat body barrel pada saat proses pembentukan bead. Pada turret terdapat lubang - lubang adaptor yang berfungsi sebagai tempat keluar masuknya small beading

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ekstrak etanol 70% daun kersen ( Muntingia calabura L.) terbukti memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri

Ibu di posyandu “Melati” juga sudah mengetahui porsi makan sesuai dengan kriteria gizi seimbang yang terdiri dari makanan pokok, lauk, sayur, buah, dan susu; menerapkan pola

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang berjudul “Pengaruh Konsentrasi dan Jenis Pati pada Pengolahan Surimi Ikan Tigawaja (฀ibea soldado) terhadap