• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Ketersediaan Sarana, Pengetahuan Dan Sikap Lanjut Usia (Lansia) Terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Ketersediaan Sarana, Pengetahuan Dan Sikap Lanjut Usia (Lansia) Terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan Nasional pada hakekatnya adalah pembangunan manusia semasa pembuahan dan berlangsung sepanjang masa hidupnya. Seiring dengan

keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang antara lain kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi terutama di bidang medis dan kedokteran, meningkatnya umur harapan hidup lanjut usia,

sehingga berakibat pada pertumbuhan jumlah penduduk lanjut usia meningkat lebih cepat. Bila pada tahun 1950 jumlah lansia di dunia 205 juta jiwa, pada tahun 2010

meningkat menjadi 683 juta jiwa, dan pada tahun 2050 diprediksikan akan mendekati 1,8 milyar jiwa (Depkes RI, 2003).

Dengan terjadinya peningkatan lanjut usia sebanyak (dua) 2 kali lipat dalam kurun waktu 50 tahun, maka peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat Indonesia berpengaruh pada meningkatnya usia harapan hidup. Menurut

Depkes RI (2004) pada tahun 1971 jumlah lansia di Indonesia 5,3 juta jiwa (4,48%) dari jumlah total penduduk Indonesia, tahun 2000 meningkat 12,7 juta jiwa (6,56%)

dan pada tahun 2010 menjadi 14,4 juta jiwa (7,18 %) dan diperkirakan tahun 2020 berjumlah 28,8 juta jiwa (11,34%) (Depkes RI, 2006).

Tantangan di masa yang akan datang, pembinaan kesehatan pada lanjut usia

(2)

pergeseran pola penyakit dan meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia, sementara jumlah dan kualitas petugas kesehatan dalam pengelolaan pelayanan kesehatan usia

lanjut di tingkat pelayanan dasar maupun rujukan saat ini masih belum memadai (Depkes RI, 2003). Oleh karena itu, Departemen Kesehatan Republik Indonesia

mengembangkan suatu program pembinaan kesehatan lanjut usia dengan strategi pendekatan edukatif melalui institusi pelayanan kesehatan terutama Puskesmas dan posyandu lansia (lanjut usia). Dengan adanya program ini diharapkan terbentuk suatu

masyarakat lanjut usia yang berdaya guna, mandiri dan aktif dalam menjalankan fungsi kehidupan secara optimal (Asfriyati, 2003).

Pengertian lansia (lanjut usia) adalah periode dimana organisme telah mencapai kematangan dalam ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu. Ada beberapa pendapat mengenai “usia

kemunduran” yaitu ada yang menetapkan 60 tahun, 65 tahun dan 70 tahun. World

Health Organization (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan

proses menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Di Indonesia, penduduk lanjut usia adalah mereka yang berumur 60 tahun ke atas. Sesuai dengan undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan pasal

138 ayat 1 dan 2 mengenai kesehatan lanjut usia dan penyandang cacat.

Proses menjadi tua merupakan perubahan struktur dan fungsi tubuh

(3)

bergerak, berdiri dan berjalan kurang stabil serta mudah jatuh, sering buang kecil dan buang air besar, gangguan intelektual, gangguan panca indera dan pendengaran,

kurang gizi, menderita penyakit akibat obat - obatan, gangguan tidur, daya tahan tubuh menurun, impotensi (Vina, 2010).

Penyakit pada lansia merupakan gabungan dari kelainan yang timbul akibat proses menua yaitu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri serta mempertahankan fungsi normalnya. Dalam hal

ini organ mana yang lebih awal akan mengalami penurunan kemampuan dan pada umur berapa penurunan kemampuan itu tampak, sangat bervariasi pada setiap orang.

Adapun penyakit degeneratif yang sering muncul pada lanjut usia antara lain: Peradangan pada sendi, tulang keropos, tekanan darah tinggi, kencing manis, sering lupa, penyakit jantung, asam urat, kolesterol, kanker (Vina, 2010).

Di Sumatera Utara pada tahun 2010 jumlah lansia adalah 631.900 jiwa, cakupan pelayanan kesehatan lansia 60 tahun ke atas mencapai 22.661 (13,16%).

Data ini menunjukkan ada kecenderungan lansia akan mengalami masalah kesehatan seiring dengan proses penuaan. Peningkatan populasi lanjut usia terjadi karena bertambahnya usia harapan hidup, baik sebagai akibat peningkatan pelayanan

kesehatan maupun kesejahteraan sosial (Dinkes Sumut, 2010).

Data Dinas Kesehatan Kota Medan tahun 2010, menunjukkan bahwa Kota

(4)

Lansia yang mendapat pelayanan kesehatan di posyandu lansia mempunyai gangguan kesehatan seperti tekanan darah tidak normal, diabetes mellitus, osteoporosis. Kondisi

ini berdampak pada fungsi fisik lansia, khususnya kemampuan dalam melaksanakan aktivitas sehari- hari secara mandiri.

Peran posyandu dalam pemanfaatan sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kesehatan sehingga usia lanjut tetap mandiri di dalam aktivitas sehari - hari. Hal ini dikuatkan dengan dikeluarkannya Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No.

411.3/536/SJ, tanggal 3 Maret 1999 tentang revitalisasi posyandu yang selama ini menjadi pedoman operasional kegiatan revitalisasi yang menyatakan bahwa posyandu

perlu diperbaharui dengan tuntutan perkembangan. Harapan terpenting dari diterbitkannya revitalisasi posyandu adalah agar masyarakat Indonesia meskipun sudah lanjut usia sebaiknya tetap aktip dalam menjalankan aktivitas sehingga tidak

menjadi tanggungan keluarga maupun orang lain (Nurhayati, 2007).

Posyandu lanjut usia merupakan keterpaduan pelayanan yang dibentuk atas

dasar peningkatan populasi lanjut usia, mahalnya biaya pengobatan, rendahnya jangkauan pelayanan kesehatan, tingginya angka kesakitan dan lain-lain (Depkes RI, 2003). Posyandu lanjut usia direncanakan dan dikembangkan oleh masyarakat

bersama Lurah, Kepala Lingkungan, Petugas Kesehatan dan PKK. Penyelenggaraan dilakukan oleh kader yang terlatih. Kader berasal dari anggota PKK, tokoh

masyarakat, dan anggota masyarakat lainnya.

(5)

terbuka), meja dan kursi, alat tulis, buku pencatatan kegiatan, timbangan dewasa, meteran pengukuran tinggi badan, stetoskop, tensi meter, peralatan laboratorium

sederhana, termometer, Kartu Menuju Sehat (KMS) lansia.

Berdasarkan Data Profil Kesehatan Kota Medan Tahun 2010, jumlah

Puskesmas di Kota Medan Tahun 2010 sebanyak 39 Puskesmas dengan jumlah posyandu lansia sebanyak 181 kelompok sebagai perbandingan, dengan beberapa Puskesmas lain di Kota Medan, melampirkan data pemanfaatan Posyandu lansia di 4

(empat) Puskesmas seperti Puskesmas Sei Agul dari 1813 jumlah lansia terdapat 317 (17,48%) yang dilayani dan ada 2 kelompok posyandu lansia, Puskesmas Sunggal

dari 4109 jumlah lansia terdapat 2463 (59,94%) lansia yang dilayani dan ada 4 kelompok posyandu lansia, Puskesmas Petisah dari 1264 jumlah lansia terdapat 994 (78,64%) lansia yang dilayani dan ada 5 kelompok posyandu lansia, Puskesmas

Darussalam dari 2891 jumlah lansia, terdapat 2189 (82,79%) lansia yang dilayani dan ada 4 kelompok posyandu lansia (Dinkes Kota Medan, 2010).

Sasaran utama dalam program posyandu lansia sesuai dengan pelayanan di posyandu yang menekankan pada upaya promotif dan preventif. Namun pihak Dinas Kesehatan Kota Medan tetap melakukan program home care atau kunjungan rumah

melalui upaya nursing home sebagai pengembangan dari program perawatan kesehatan masyarakat. Menurut SK Menkes RI No. 475/Menkes/SK/X/2003 tentang

(6)

9035 (13,1%) lansia yang dilayani (yang memanfaatkan posyandu lansia). Puskesmas Helvetia Kota Medan memiliki 10 posyandu lansia di wilayah kerja, berdiri tahun

2000 dengan jumlah lanjut usia 2687 jiwa yang terdaftar, hanya 221 (11,2%) lansia yang dilayani (yang memanfaatkan posyandu lansia).

Hasil penelitian Nurhayati (2007) di Puskesmas Helvetia Kota Medan menunjukkan bahwa pemanfaatan posyandu lansia dalam satu tahun terakhir yang terbanyak yaitu 7 kali sebanyak 62 orang (52%) dan paling sedikit memanfaatkan

lebih 5 kali yaitu sebanyak 15 orang (12,5%) artinya bahwa masyarakat yang mempunyai keluarga lansia memiliki kecenderungan pemanfaatan pelayanan

kesehatan di posyandu lansia sangat rendah, dan keaktifan lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu pun juga sangat rendah. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan lansia itu sendiri bahkan keluarga serta masyarakat belum memahami

dan mengetahui akan adanya kegiatan posyandu lansia serta tujuan dari kegiatan tersebut. Karena kegiatan promosi posyandu lansia di masyarakat masih sebatas

informasi dari orang ke orang yang sudah pernah memanfaatkan kegiatan posyandu lanjut usia atau pun informasi yang didapat saat mengunjungi Puskesmas sebagai penyelenggara kegiatan posyandu lansia.

Survei awal pada 15 orang lansia yang diwawancarai di 2 posyandu, Posyandu Akasia dan Posyandu Mawar (di wilayah kerja Puskesmas Helvetia)

(7)

pengukuran tekanan darah dan pemberian obat-obatan roborantia (vitamin B1, vitamin B kompleks, antasida, gliseril glutamat dan captopril) sudah diberikan secara

gratis, sedangkan untuk pemeriksaan gula darah, pemeriksaan asam urat dan pemeriksaan kadar kolesterol dipungut biaya. Berdasarkan laporan Puskesmas

Helvetia Kota Medan tahun 2011 hanya 221 jiwa (11,2%) dari 2687 lansia yang memanfaatkan posyandu lansia. Hal ini menggambarkan bahwa pemanfaatan posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan masih rendah.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan penelitian tentang

“Pengaruh ketersediaan sarana, pengetahuan dan sikap lansia terhadap pemanfaatan

posyandu lansia”.

1.2 Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan adalah

apakah ada pengaruh ketersediaan sarana (ruang pemeriksaan, alat kesehatan dan laboratorium sederhana) dan pengetahuan, sikap lansia terhadap pemanfaatan posyandu lansia di Puskesmas Helvetia Kota Medan.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh ketersediaan sarana (ruang pemeriksaan, alat kesehatan dan laboratorium sederhana), pengetahuan dan

(8)

1.4 Hipotesis

Ada pengaruh ketersediaan sarana (ruang pemeriksaan, alat kesehatan dan

laboratorium sederhana), pengetahuan dan sikap lansia terhadap pemanfaatan posyandu lansia di Puskesmas Helvetia Kota Medan.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi perencanaan Dinas Kesehatan Kota Medan untuk menyusun program pembangunan pelayanan kesehatan lebih lanjut.

2. Sebagai bahan masukan bagi petugas Puskesmas dan Kader kesehatan dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan usia lanjut.

Referensi

Dokumen terkait

(5) Jumlah jurnal internasional bereputasi yang dilanggan; (6) Jumlah jurnal ilmiah di lingkungan UMyang terakreditasi; (7) Jumlah penelitian kerjasama dengan pemerintah daerah;

The Mediating Effect of Supply Chain Perfor- mance in the Linkage between SCM and Financial Optimization: The Regression-Based Mediated Analysis.. Having found that there

Dari pengamatan yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung, belum semua mahasiswa yang mampu memiliki daya na l a r ya ng baik, hal ini disebabkan dari sejumlah

Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan bahwa siswa yang belajar matematika menggunakan bahan ajar elektronik interaktif yang terintegrasi nilai -nilai

Di antara 7 stasiun kerja, hanya 1 stasiun kerja yang berkerja dengan posisi berdiri tetap selama bekerja (8 jam) dan tidak memiliki fasilitas kerja lain yang mendukung posisi

Pada penelitian utama, keberdayaan pemangku kepentingan terhadap ke- berhasilan proyek dengan koefisien path sebesar 0,492 menunjukkan bahwa variabel laten ini sangat

Penulisan ilmiah ini menggunakan software macromedia flash Mx 2004 karena merupakan salah satu software yang sekarang telah memperoleh jumlah pengguna yang cukup besar dan mampu

Paket pengadaan ini terbuka untuk penyediaan yang teregistrasi pada Layanan Pengadaan Secara Elekronik Kementerian Ketenagakerjaan ( LPSE ) dan memenuhi persyaratan.