A. Latar Belakang
Masalah perdagangan atau di kenal dengan istilah trafficking semakin
mengalami peningkatan. Berbagai latar belakang dapat di kaitkan dengan meningkatnya masalah perdagangan tersebut, misalnya karna lemahnya
penegakan hukum, peran pemerintah penanganan maupun minimnya informasi tentang trafficking. Adapun yang paling rentan untuk menjadi korban trafficking adalah perempuan dan anak dari keluarga miskin, anak di pedesaan, anak putus
sekolah dan lainnya.
Perdagangan perempuan dan anak telah lama terjadi di muka bumi dan
merupakan tindakan yang bertentangan dengan harkat dan martabat manusia.Ini merupakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia.Di masa lalu, perdagangan anak dan perempuan hanya di pandang sebagai pemindahan secara paksa ke luar
negeri untuk tujuan prostitusi.Jumlah konvensi terdahulu mengenai perdagangan hanya memfokuskan aspek ini.Namun seiring dengan perkembangan zaman,
perdagangan didefinisikan sebagai pemindahan, khususnya anak dengan atau tanpa persetujuan orang yang bersangkutan di dalam suatu negara atau ke luar negeri untuk semua perburuhan yang eksploitatif, tidak hanya prostitusi.1
Perdagangan orang (trafficking) menurut definisi dari pasal 3 Protokol
PBB berarti perekrutan, pengiriman, pemindahan, penampungan, atau penerimaan
1
seseorang, dengan ancaman atau penggunaan kekerasan atau bentuk-bentuk lain dari pemaksaan, penculikan, penipuan, kebohongan atau
penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan atau memberi atau menerima pembayaran atau memperoleh keuntungan agar dapat memperoleh persetujuan
dari seseorang yang berkuasa atas orang lain, untuk tujuan eksploitasi. Eksploitasi termasuk paling tidak eksploitasi untuk melacurkan orang lain atau bentuk-bentuk lain dari eksploitasi seksual, kerja atau pelayanan paksa, perbudakan atau
praktek-praktek serupa perbudakan, penghambaan atau pengambilan organ tubuh. (Pasal 3 Protokol PBB untuk Mencegah, Menekan dan Menghukum Trafiking Manusia,
Khususnya Wanita dan Anak-Anak, ditandatangani pada bulan Desember 2000 di
Palermo, Sisilia, Italia).2
Pasal 1 (ayat 1) ; Tindakan perekrutan, pengangkutan, atau penerimaan
seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi
rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam Negara maupun antar Negara,
untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi.
Sedangkan definisi Perdagangan Orang (trafficking) menurut Undang-Undang Nomor 21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang, yaitu :
2
Pasal 1 (ayat 2) ; Tindak pidana perdagangan orang adalah setiap tindakan atau serangkaian tindakan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana yang ditentukan dalam undang-undang ini. (Substansi hukum bersifat formil
karena berdasar pembuktian atas tujuan kejahatan trafiking, hakim dapat
menghukum seseorang).
Berdasarkan pengertian dari berbagai definisi di atas, perdagangan orang
dipahami mengandung ada 3 (tiga) unsur yang menjadi dasar terjadinya tindak pidana Perdagangan Orang. Apabila dalam hal ini yang menjadi korban adalah orang dewasa (umur ≥ 18 tahun) maka unsur -unsur trafiking yang harus
diperhatikan adalah proses (pergerakan), cara, dan tujuan (Eksploitasi). Sedangkan apabila korban adalah Anak (umur ≤ 18 tahun) maka unsur -unsur
trafficking yang harus diperhatikan adalah proses (pergerakan) dan tujuan
(eksploitasi) tanpa harus memperhatikan cara terjadinya trafficking.
Perdagangan anak (child trafficking) termasuk dalam kejahatan internasional, yaitu kejahatan-kejahatan yang telah di sepakati dalam
konvensi-konvensi internasional serta kejahatan yang beraspek internasional.3 Kejahatan-kejahatan yang diatur dalam konvensi internasional pada dasarnya memiliki tiga
karakteristik yaitu kejahatan yang membahayakan umat manusia, kejahatan yang mana pelakunya dapat di ekstradisi, dan kejahatan yang di anggap bukan kejahatan politik.4
3 Sardjono, Kerjasama Internasional di Bidang Kepolisian, NCB Indonesia, Jakarta, 1996, hal 132
4
Ibid, hal 133
Dalam kasus pelindungan hak anak,diatur dalam konvensi hak
Indonesia adalah salah satu Negara yang telah meratifikasi konvensi tentang hak-hak anak (Convention on the Right of the Children).Ratifikasi ini termuat dalam Keputusan Presiden RI No. 39 Tahun 1990 tentang Pengesahan
Konvensi hak-hak anak. Pasal 1 dalam konvensi ini menyebutkan, bahwa anak adalah setiap manusia yang berusia di bawah delapan belas tahun , kecuali
berdasarkan undang-undang yang berlaku bagi anak-anak di tentukan bahwa usia dewasa dicapai lebih awal. Berdasarkan pasal 1 Konvensi Hak-Hak Anak ini, terdapat kalimat yang penting untuk di perhatikan ,”….. kecuali berdasarkan
undang-undang yang berlaku bagi anak-anak ditentukan bahwa usia dewasa
dicapai lebih awal.” Kalimat ini memberikan kemungkinan pembedaan
pencapaian usia dewasa bagi setiap anak Indonesia mengingat beberapa undang-undang yang berlaku di Indonesia menyebutkan seseorang dianggap telah dewasa jika telah kawin.5
Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan (Pasal 1 butir 1 Undang-undang No. 23 tahun
2002).Anak sebagai mahkluk Tuhan Yang Maha Esa dan makhluk sosial, sejak dalam kandungan sampai melahirkan mempunyai hak atas hidup dan merdeka serta mendapatkan perlindungan baik dari orang tua, keluarga, masyarakat, bangsa
dan Negara.Apabila anak telah lahir, maka hak atas hidup dan hak merdeka sebagai hak dasar dan kebebasan dasar tidak dapat dilenyapkan atau di hilangkan,
tetapi harus dilindungi dan diperluas hak atas hidup dan hak merdeka tersebut. Karena hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang mendapat jaminan dan perlindungan hukum baik Hukum Internasional maupun Hukum
5
Nasional, yang secara universal dilindungi dalam Universal Declaration of
Human Right (UDHR) dan International on Civil and Political Right (ICPR).6
1. Anak menurut Hukum Perdata (Pasal 330 KUHPerdata) mengatakan,
orang belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap 21 (dua puluh satu) tahun dan tidak lebih dahulu telah kawin.
Dalam hukum positif Indonesia, terdapat berbagai macam pengertian
tentang anak :
2. Anak dalam Hukum Perburuhan Pasal 1 (1) Undang-undang pokok
perburuhan (Undang-undang No.12 Tahun 1948) mendefinisikan, anak adalah orang laki-laki atau perempuan berumur 14 tahun ke bawah.
3. Anak menurut Undang Perkawinan Pasal 7 ayat (1) Undang-undang Pokok Perkawinan (Undang-Undang-undang No. 1 Tahun 1974) mengataan, seorang pria hanya diizinkan kawin apabila telah mencapai
usia 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita telah mencapai umur 16 (enam belas) tahu. Penyimpangan atas hal tersebut hanya dapat dimintakan
dispensasi kepada Pengadilan Negeri.
4. Undang-undang Pengadilan anak (UU No. 3 Tahun 1997) Pasal 1 (2) merumuskan, bahwa anak adalah orang dalam perkara anak nakal yang
telah mencapai umur 8 (delapan) tahun, tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah menikah.7
6
H. R. Abdussalam, PTIK, Jakarta, 2012, hal 1
Menurut Rachmad Syafiat perdagangan perempuan dan anak adalah bentuk imigrasi dengan tekanan yaitu orang yang direkrut, diperdagangkan, dab di pindahkan ke tempat lain secara paksa, ancaman kekerasan dan penipuan. 8
Pemindahan orang melewati batas nasional dan intenasional secara gelap dan melanggar hukum, terutama dari negara berkembang dan dari negara dalam
transisi ekonomi, dengan tujuan memaksa perempuan dan anak perempuan masuk kedalam situasi pemindahan dan eksploitasi secara seksual dan ekonomi,
sebagaimana juga tindakan ilegal lainnya yang berhubungan dengan perdagangan manusia seperti kerja paksa domestik, kawin palsu, pekerja gelap, dan adopsi paksa demi kepentingan pengrekrutan, perdagangan, dan sindikat kejahatan.
PBB dalam sidang umum tahun 1994 menyetujui adanya suatu revolusi yang menantang adanya perdagangan perempuan dan anak dengan memberikan
defenisi sebagai berikut :
9
Perdagangan manusia dengan alasan apapun juga merupakan pelanggaran serius terhadap hak-hak manusia.Sehingga dapat dikatakan bahwa perdagangan
manusia merupakan pelanggaran serius terhadap hak-hak asasi manusia, sehingga dapat dikatakan bahwa perdagangan anak merupakan suatu jenis perbudakan di era modern.Perekrutan, pengiriman, penampungan, atau penerimaan seseorang
dengan ancaman atau penggunaan kekerasan atau bentuk-bentuk lain dari pemaksaan, penculikan, penipuan, kebohongan, atau penyalahgunaan kekuasaan
atau posisi rentan atau memberi atau menerima pembayaran atau memperoleh keuntungan agar dapat memperoleh keuntungan agar dapat memperoleh
8 Rahmat Syafaat, Dagang manusia- Kajian Trafficking Terhadap Perempuan dan Anak di Jawa Timur, Lappera Pustaka Utama, Yogyakarta, 2002, hal 10
9
persetujuan dari seseorang yang berkuasa atau orang lain dengan tujuan eksploitasi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka pokok permasalahan yang akan dibahas
dalam skripsi berjudul Perdagangan Anak (Child Trafficking) Lintas Negara Dalam Kajian Hukum Internasional adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana terjadinya perdagangan anak (child trafficking) lintas
negara?
2. Bagaimana pengaturan hak dan perlindungan anak menurut hukum
internasional?
3. Bagaimana perdagangan anak lintas negara dalam kajian hukum internasional?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penulisan skripsi ini antara lain : a. Untuk mengetahui pengaturan mengenai hak-hak dan perlidungan anak
menurut hukum internasional
b. Untuk mengetahui latar belakang terjadinya perdagangan anak (child
trafficking) lintas negara
2. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang ingin dicapai adalah sebagai berikut : a. Manfaat teoritis
Untuk menambah wawasan bagi masyarakat dan akademisi, maupun praktisi hukum pada umumnya dan terutama hukum internasional yang
berkaitan dengan perdagangan anak lintas negara b. Manfaat praktik
Untuk menjadi bahan referensi pada perpustakaan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara secara terutama pembaca pada umumnya serta dapat dijadikan kajian bagi pihak akademisi dalam menambah
pengetahuan terutama di bidang hukum internasional.
D. Keaslian Penulisan
Dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama masa perkuliahan di fakultas hukum Universitas Sumatera Utara, khususnya
bagian Departemen Hukum Internasional dan penulis, merasa tertarik dengan perlawanan dunia terhadap kejahataan kemanusiaan, khususnya perdagangan anak
(child trafficking). Dalam hukum internasional, terdapat peraturan yang menjaga
dan melindungi hak asasi anak yang tertuang dalam Convention on the Right of
the Child yang di sah kan oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 20 November
1989 dan tanggal 2 September 1990 Konvensi Hak-Hak Anak (Convention on the
Right of the Child)di berlakukan sebagai sebagai hukum internasional.
Pengajuan judul skripsi ini terlebih dahulu melalui pendaftaran judul
pada bagian hukum internasional, belum ada yang membahas judul yang sama. Atas dasar pemeriksaan tersebut, bahwa judul yang diangkat beserta pembahasannya belum pernah ada pada bagian hukum internasional Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara, sehingga keaslian penulisan dalam tugas akhir ini dapat di pertanggungjawabkan.
E. Tinjauan Kepustakaan
Skripsi ini berjudul “Perdagangan Anak (child trafficking) Lintas
Negara Dalam Kajian Hukum Internasional”.Untuk menghindari keragu-raguan pada bab-bab selanjutnya maka terlebih dahulu ditegaskan pengertian
judu l di atas.
Anak adalah setiap orang dibawah usia 18 tahun, kecuali berdasarkan hukum yang berlaku terhadap anak, kedewasaan telah diperoleh sebelumnya10
Perdagangan dapat diartikan sebagai rekruitmen, transportasi, pemindahan, penyembunyiaan atau penerimaan seseorang, dengan ancaman atau penggunaan
kekerasan atau bentuk-bentuk tekanan lain, penculikan, pemalsuan, penipuan atau pencurangan, pemberian bayaran, atau manfaat sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang tersebut untuk dieksploitasi,
eksploitasi seksual, kerja paksa, perbudakan, adopsi illegal atau pengambilan organ-organ tubuh.
.
11
10 H. R. Abdussalam, Hukum Perlindungan Anak, PTIK : Jakarta, 2012, hal 5 11
Pengaturan hak asasi anak di atur dalam Convention on the Right of the
Child yang mulai berlaku sebagai hukum internasional pada 2 September
1990.Konvensi hak anak telah di ratifikasi oleh Indonesia yang berbentuk
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1990.
Judul ini pada prinsipnya akan membahas sejauh mana peran hukum
internasional dalam memberantas perdangan anak lintas negara.
F. Metode Penulisan
Penulisan skripsi ini menggunakan metode penelitian hukum secara normatif karena dalam penelitian yang di lakukan penulis untuk penulisan skripsi ini
penulis mendasarkan pada data sekunder yang berasal dari data kepustakaan.
Bahan pustaka bidang hukum yang penulis gunakan sesuai dengan ketentuan bahan-bahan dasar suatu penelitian, terdiri dari :
1. Bahan hukum primer berupa konvensi-konvensi, yaitu Konvensi Hak Anak, Protokol Opsional Konvensi Hak-Hak Anak tentang Penjualan
Anak, Prostitusi Anak dan Pornografi Anak, Konvensi Mengenai Penyeludupan Manusia melalui Darat, Laut, dan Udara, Konvensi ILO no. 182 tentang Penghapusan Pekerjaan Terburuk bagi Anak, undang-undang
yaitu Undang-Undang no.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, dan Undang-Undang no.21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang.
3. Bahan hukum tersier/ penunjang mencakup bahan-bahan yang memberikan petunjuk terhadap bahan hukum primer.
G. Sistematika Penulisan
Secara keseluruhan penulisan ini terbagi dalam lima bab yang
masing-masing bab terdiri dari sub bab yang dikembangkan jika memerlukan pembahasan yang lebih terperinci :
BAB I : Pendahuluan
Dalam bab ini memberikan gambaran umum mengenai perdagangan anak internasional. Bab ini terdiri dari latar belakang
penulisan, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan pustaka, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II : Latar Belakang Terjadinya Perdagangan Anak (Child
Trafficiking)
Dalam bab ini menjelaskan tentang latar belakang terjadinya perdagangan anak, faktor-faktor penyebab terjadinya perdagangan anak dan bentuk-bentuk perdagangan anak.
BAB III : Pengaturan Hak dan Perlindungan Anak Menurut Hukum
Internasional
BAB IV : Perdagangan Anak (Child Traffickig) Lintas Negara Dalam
Kajian Hukum Internasional
Dalam bab ini menjelaskan tentang Perdagangan Anak Lintas
Negara (beserta kasus nya yang terjadi di Indonesia), perlindungan terhadap korban perdagangan anak, dan analisis perdagangan anak
lintas negara menurut hukum internasional.
BAB V : PENUTUP
Dalam bab ini membahas tentang penutup yang terdiri dari
kesimpulan dan saran. Sebagai bagian akhir dari skripsi, maka bab ini dirangkum intisari, serta memberikan saran mengenai