BAB III
FASILITAS BAGI KEGIATAN PENANAMAN MODAL
A. Tinjauan Umum Fasilitas Penanaman Modal
1. Landasan Hukum Pemberian Fasilitas
Pemberian fasilitas dalam penanaman modal diatur didalam UU No.
25/2007 tentang Penanaman Modal dalam Pasal 18 ayat (4) Bentuk fasilitas yang
diberikan kepada penanaman modalsebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat
(3) dapatberupa:
a. pajak penghasilan melalui pengurangan penghasilan neto sampai tingkat
tertentu terhadap jumlahpenanaman modal yang dilakukan dalam
waktutertentu;
b. pembebasan atau keringanan bea masuk atas impor barang modal, mesin,
atau peralatan untuk keperluanproduksi yang belum dapat diproduksi di
dalamnegeri;
c. pembebasan atau keringanan bea masuk bahan baku atau bahan penolong
untuk keperluan produksi untukjangka waktu tertentu dan persyaratan
tertentu;
d. pembebasan atau penangguhan Pajak Pertambahan Nilai atas impor barang
modal atau mesin atauperalatan untuk keperluan produksi yang belum dapat
diproduksi di dalam negeri selama jangka waktutertentu;
f. keringanan Pajak Bumi dan Bangunan, khususnya untuk bidang usaha
tertentu, pada wilayah ataudaerah atau kawasan tertentu.§§
Pemberian fasilitas tersebut kemungkinan dimaksudkan sebagai
kompensasi kepada investor. Karena, hanyak investor setelah memperoleh izin
investasi akhirnya tidak merealisasi proyeknya. Sebab, ketika mereka mengajukan
izin investasi, mereka sebenarnya masih dalam taraf mencari peluang saja, tapi
belum memutuskan untuk menanam investasi atau tidak. Pada saat yang
bersamaan, mereka juga mengurus izin investasi di tempat lain di seluruh
dunia.
2. Tujuan Pemberian Fasilitas
***
Tujuan, pemberian fasilitas tersebut di antaranya untuk mendorong agar
investasi itu segera direalisasi. Tindakan itu tentu saja perlu dilakukan mengingat
perkembangan ekonomi di Indonesia dalam belakangan ini, terutama dari segi
investasi tengah, menghadapi penurunan.†††
3. Kewenangan Memberikan Fasilitas
Perlakuan dan pemberian fasilitas kepada penanam modal di Indonesia
tidak langsung berhenti pada pemberian izinnya dan pemenuhan syarat-syarat dan
ketentuan yang disepakati, namun juga harus dilanjutkan dengan peran serta
pemerintah dalam mengontrol dan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
hubungan perjanjian yang telah disepakati.
§§
UU No 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Op.cit Pasal 18 ayat (2), (3)
Tentu sangat tidaklah mudah bagi pemerintah untuk
mengontrolsemuanya, namun hal tersebut telah menjadi tanggung jawab
pemerintah sebagai pintu masuk satu – satunya bagi investor dalam menjalankan
kegiatannya di wilayah Negara Republik Indonesia. Pemerintah harus tetap
memperhatikan kepentingan dan kesejahteraan masyarakatnya sehingga
keuntungan dari segi pendapatan pemerintah bukan tujuan satu-satunya.
Pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota mempunyai peranan
yangsangat penting dalam meningkatkan pelaksanaan investasi di Indonesia.
Dalam pasal 30 Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal,
telah ditentukan kewenangan antara pemerintah, pemerintah provinsi dan
kabupaten/kota. Yang diartikan dengan kewenangan Pemerintah adalah hak dan
kekuasaan pemerintah untuk menentukan atau mengambil kebijakan dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan (Pasal 1 angka 3 Peraturan Pemerintah Nomor 25
Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai
Daerah Otonom).
Pada dasarnya, kewajiban pemerintah adalah menjamin kepastian dan
keamanan berusaha bagi pelaksanaan penanaman modal. Untuk menjamin
kepastian dan keamanan itu, perlu diatur kewenangan pemerintah, provinsi dan
kabupaten/kota dalam penyelenggaraan penanaman modal.
Kewenangan pemerintah dalam penyelenggaraan penanaman modal,
mencakup ruang lingkupnya lintas provinsi. Dalam pasal 2 ayat (3) pada angka 7
ditentukan tentang kewenangan pemerintah dalam bidang penanaman modal.
untuk usaha berteknologi strategis yang mempunyai derajat kecanggihan tinggi
dalam penerapannya, meliputi: persenjataan, nuklir dan rekayasa genetika.
Sementara itu, dalam Pasal 30 ayat (7) Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2007 tentang Penanaman Modal telah ditentukan kewenangan
pemerintah.Kewenangan pemerintah, disajikan berikut ini:
1. Penanaman modal terkait dengan sumber daya alam yang tidak terbarukan
dengan risiko lingkungan yang tinggi.
2. Penanaman modal di bidang industri yang merupakan prioritas tinggi pada
skala nasional.
3. Penanaman modal yang terkait pada fungsi pemersatu dan penghubung antar
wilayah atau ruang lingkupnya lintas provinsi.
4. Penanaman modal yang terkait pada pelaksanaan strategi pertahanan dan
keamanan nasional.
5. Penanaman modal asing dan penanaman modal yang menggunakan modal
asing terkait dengan perjanjian-perjanjian internasional.
6. Bidang penanaman modal lain yang menjadi urusan pemerintah menurut
undang-undang.
7. Penanaman modal yang menggunakan modal pemerintah negara lain yang
didasarkan atas perjanjian yang dibuat oleh pemerintah dan pemerintah
negara lain.
Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa yang berwenang
memberikan fasilitas kepada penanam modal yaitu pemerintah pusat, provinsi dan
Fasilitas penanaman modal merupakan hal yang biasa dilakukan untuk
menarik penanam modal. UU Penanaman Modal mengatur tentang fasilitas
penanaman modal dalam Pasal 18 sampai dengan Pasal 24.
Pemerintah memberikan fasilitas kepada penanam modal yang
melakukanpenanaman modal berupa:‡‡‡
Adapun penanaman modal yang dilakukan tersebut harus memenuhi
salahsatu kriteria sebagai berikut: a. melakukan perluasan usaha; atau
b. melakukan penanaman modal baru.
§§§
i. bermitra dengan usaha mikro, kecil, menengah atau koperasi, atau industri
yang menggunakan barang modal atau mesin atau peralatan yang diproduksidi
dalam negeri.
a. menyerap banyak tenaga kerja;
b. termasuk skala prioritas tinggi;
c. termasuk pembangunan infrastruktur;
d. melakukan alih teknologi;
e. melakukan industri pionir;
f. berada di daerah terpencil, daerah tertinggal, daerah perbatasan, atau
daerahlain yang dianggap perlu;
g. menjaga kelestarian lingkungan hidup;
h. melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan, dan inovasi;
‡‡‡
UU No. 25 Tahun 2007, Pasal 18 ayat (2).
§§§
Apabila salah satu kriteria itu telah di penuhi, maka dianggap cukup
bagipemerintah untuk memberikan fasilitas atau kemudahan kepadainvestor.
Adasepuluh bentuk fasilitas atau kemudahan yang diberikan kepadainvestor, baik
ituinvestordomestik maupuninvestorasing. Kesepuluh fasilitas itu, disajikan
berikutini:****
Selain fasilitas tesrsebut di atas, Pemerintah juga memberikan
kemudahanpelayanan dan/atau perizinan kepada perusahaan penanaman modal
untukmemperoleh:
a. fasilitas PPh melalui pengurangan penghasilan neto;
b. pembebasan atau keringanan bea masuk impor barang modal yang belum
bisadiproduksi di dalam negeri;
c. pembebasan bea masuk bahan baku atau penolong untuk keperluan
produksitertentu;
d. pembebasan atau penangguhan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas
imporbarang modal;
e. penyusutan atau amortisasi yang dipercepat;
f. keringanan PBB.
††††
****
Ibid, Pasal 18 ayat (4).
††††
Ibid, Pasal 21 a. hak atas tanah
b. fasilitas pelayanan keimigrasian, dan
Fasilitas-fasilitas yang dimaksud di atas hanya diberikan terhadap
penanamanmodal asing yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT).
4. Persyaratan Memperoleh Fasilitas
Adapun fasilitas yang dapat diperoleh oleh penanam modal asing
memiliki beberapa persyaratan, sebagaimana yang telah diatur didalam Pasal 18
ayat (3)Penanaman modal yang mendapat fasilitas sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) adalah yang sekurang-kurangnyamemenuhi salah satu kriteria berikut ini:
a. menyerap banyak tenaga kerja;
b. termasuk skala prioritas tinggi;
c. termasuk pembangunan infrastruktur;
d. melakukan alih teknologi;
e. melakukan industri pionir;
f. berada di daerah terpencil, daerah tertinggal, daerah perbatasan, atau daerah
lain yang dianggap perlu;
g. menjaga kelestarian lingkungan hidup;
h. melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan,dan inovasi;
i. bermitra dengan usaha mikro, kecil, menengah ataukoperasi; atau
j. industri yang menggunakan barang modal atau mesin atau peralatan yang
diproduksi di dalam negeri.‡‡‡‡
B. Fasilitas Fiskal Dalam Kegiatan Penanaman Modal
1. Fasilitas Pajak
‡‡‡‡
Kegiatan penanaman modal merupakan kegiatan yang berorientasi untuk
mencari keuntungan (profit oriented). Oleh karena itu, pemberian insentif di
bidang perpajakan akan sangat membantu menyehatkan cash flow dan
mengurangi secara substansial biaya produksi (production cost) yang pada
akhirnya akan mampu meningkatkan profit margin dari suatu kegiatan penanaman
modal.§§§§
Fasilitas perpajakan dalam UUPM diatur dalam ketentuan Pasal 18 ayat
(4), (5) dan (6). Adapun bentuk fasilitas perpajakan yang diberikan kepada
penanaman modal dapat berupa;*****
Berkenaan dengan hal tersebut, Undang – undang Penanaman Modal
juga memuat ketentuan yang mengatur pemberian fasilitas fiskal yang berupa
insentif pajak.
§§§§
Ida Bagus Rahmadi Supancana, Op.cit., hal 8. Dalam buku Ermanto Fahamsyah,
Hukum Penanaman Modal: Pengaturan, Pembatasan, Pengaruh Budaya Hukum dan Praktik Penanaman Modal di Indonesia (Yogyakarta: LaksBang PresSindo, 2015), hal. 24.
*****
UU No 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Op.cit Pasal 18 ayat (4)
a. pajak penghasilan melalui pengurangan penghasilanneto sampai tingkat
tertentu terhadap jumlahpenanaman modal yang dilakukan dalam
waktutertentu;
b. pembebasan atau keringanan bea masuk atas impor barang modal, mesin, atau
peralatan untuk keperluanproduksi yang belum dapat diproduksi di
dalamnegeri;
c. pembebasan atau keringanan bea masuk bahan baku atau bahan penolong
d. pembebasan atau penangguhan Pajak Pertambahan Nilai atas impor barang
modal atau mesin atauperalatan untuk keperluan produksi yang belumdapat
diproduksi di dalam negeri selama jangka waktutertentu;
e. penyusutan atau amortisasi yang dipercepat; dan
f. keringanan Pajak Bumi dan Bangunan, khususnya untuk bidang usaha
tertentu, pada wilayah ataudaerah atau kawasan tertentu.
Bagi penanaman modal yang sedang berlangsung yang melakukan
penggantian mesin atau barang modallainnya, dapat diberikan fasilitas berupa
keringanan ataupembebasan bea masuk.†††††
‡‡‡‡‡
Selanjutnya untuk penanaman modal
yang sedang berlangsung yangmelakukan penggantian mesin atau barang modal
lainnya, dapat diberikan fasilitas berupa keringanan ataupembebasan bea
masuk.
2. Fasilitas Bea Masuk
Dilihat dari tataran normatif, berbagai fasilitas (fiskal) seperti yang
dijelaskan dalam ketentuan di atas cukup menarik. Untuk itu apabila dilihat dari
sisi ini, harapan masuknya investor tidaklah berlebihan.
Fasilitas secara umum berarti kemudahan, fasilitas pabean dan bea
masuk adalah kemudahan yang tersedia dalam sistem pabean (customs systems)
dan kemudahan yang tersedia dalam sistem perpajakan bea masuk dan bea
Yang dimaksud dengan fasilitas yang tersedia dalam sistem perpajakan
bea masuk, bea keluar adalah fasilitas pembebasan yang diberikan pada subjek
dan objek perpajakan dalam rangka pembayaran bea masuk dan bea keluar. Ada
berbagai alasan pemberian pembebasan bea masuk dan/atau bea keluar seperti
karena perekonomian negara menghendaki demikian, karena sopan santun
internasional menghendaki demikian (international fatsoen), karena alasan hak
asasi manusia dan kepantasan/kemanusiaan dan karena alasan konvensi
internasional (international convention).******
Fasilitas Pabean dan Fasilitas Perpajakan (bea masuk, bea keluar) walaupun
sama bermakna kemudahan akan tetapi alasan pemberian fasilitas berbeda, ada jenis
fasilitas pabean diberikan dalam rangka mendukung efisiensi sistem rantai distribusi
barang melalui laut dan atau udara dari suatu negara kepulauan seperti Indonesia
(archipelagic state), sementara itu ada fasilitas perpajakan diberikan karena berbagai
alasan hukum yang mendasarinya, yang apabila alasan hukum dimaksud tersedia maka
atas barang – barang impor atau ekspor berhak memperoleh pembebasan bea masuk atau
pengembalian bea masuk (drawback systems). Dengan demikian desain sistem pemberian
fasilitas dan implementasinya / pengawasannya berbeda sesuai alasan pemberian fasilitas
kepabeanan dan pemberian fasilitas perpajakan / bea masuk.††††††
******Ibid.,
††††††Ibid.,
Fasilitas bea masuk juga diatur di dalam UUPM dalam ketentuan Pasal
18 ayat (4), (5) dan (6), adapun pada ayat (7) berupa perintah pembuatan
peraturan lebih lanjut tentang pemberian fasilitas fiskal oleh Peraturan Menteri
Dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) itu disebutkan, pembebasan
bea masuk dapat diberikan terhadap mesin, barang dan bahan yang berasal dari
Kawasan Pelabuhan Bebas dan Perdagangan Bebas, Kawasan Ekonomi Khusus,
atau Tempat Penimbunan Berikat. “Pembebasan bea masuk atas impor mesin
untuk pembangunan industri sebagaimana dimaksud , diberikan untuk jangka
waktu pengimporan selama 2 (dua) tahun terhitung sejak berlakunya keputusan
pembebasah bea masuk,” bunyi Pasal 3 ayat (1) PMK tersebut.‡‡‡‡‡‡
Adapun jangka waktu pengimporan, dapat diperpanjang sesuai dengan
jangka waktu pembangunan industri tersebut sebagaimana tercantum dalam surat
persetujuan penanaman modal. Sementara perusahaan yang telah menyelesaikan
pembangunan industri serta siap produksi, kecuali bagi industri yang
menghasilkan jasa, dapat diberikan pembebasan bea masuk atas impor barang dan
bahan untuk keperluan produksi paling lama 2 (dua) tahun, sesuai kapasitas
terpasang dengan jangka waktu pengimporan selama 2 (dua) tahun terhitung sejak
berlakunya keputusan pembebasan bea masuk. Sedangkan bagi perusahaan yang
telah memperoleh fasilitas pembebasan bea masuk tetapi belum merealisasikan
seluruh importasi barang dan bahan dalam jangka waktu 2 (dua) tahun, menurut
PMK ini, dapat diberikan perpanjangan waktu importasi selama 1 (satu) tahun
terhitung sejak tanggal berakhirnya fasilitas pembebasan bea masuk.§§§§§§
‡‡‡‡‡‡
Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 188/PMK.010/2015 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 176/PMK.011/2009 tentang Pembebasan Bea Masuk atas Impor Mesin serta Barang dan Bahan untuk Pembangunan atau Pengembangan Industri dalam Rangka Penanaman Modal, Pasal 3 ayat (1).
§§§§§§
PMK ini juga menegaskan, pembebasan bea masuk atas impor mesin
dalam rangka pengembangan industri, diberikan untuk jangka waktu pengimporan
selama 2 (dua) tahun terhitung sejak berlakunya keputusan pembebasan bea
masuk.*******
Sementara bagi perusahaan yang telah menyelesaikan pengembangan
industri, kecuali bagi industri yang menghasilkan jasa, sepanjang menambah
kapasitas paling sedikit 30% dari kapasitas terpasang, dapat diberikan
pembebasan bea masuk atas barang dan bahan untuk keperluan tambahan
produksi paling lama 2 (dua) tahun; untuk jangka waktu pengimporan selama 2
(dua) tahun sejak berlakunya keputusan pembebasan bea masuk.†††††††
Pasal 5B PMK ini menyebutkan, perusahaan yang rnelakukan
pembangunan, kecuali bagi industri yang menghasilkan jasa, dengan
menggunakan mesin produksi asal impor yang dibeli di dalam negeri, dapat
diberikan pembebasan bea masuk atas impor barang dan bahan untuk keperluan
produksi selama 2 (dua) tahun sesuai kapasitas terpasang, dengan jangka waktu
pengimporan selama 2 (dua) tahun terhitung sejak tanggal berlakunya keputusan
pembebasan bea masuk.‡‡‡‡‡‡‡
Adapun bagi perusahaan yang melakukan pengembangan, kecuali bagi
industri yang menghasilkan jasa, dengan menggunakan mesin produksi asal impor
yang dibeli di dalam negeri, sepanjang menambah kapasitas paling sedikit 30%,
dapat diberikan pembebasan bea masuk atas impor barang dan bahan untuk
keperluan tambahan produksi selama 2 (dua) tahun sesuai kapasitas terpasang,
*******Ibid.,
†††††††Ibid.,
dengan jangka waktu pengimporan selama 2 (dua) tahun terhitung sejak
berlakunya keputusan pembebasan bea masuk.§§§§§§§
3. Fasilitas Lainnya
Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumber daya alam dan
budaya yang besar yang memberikan modal besar bagi dalam sektor pariwisata.
Pariwisata sendiri merupakan salah satu sektor yang menjadi motor penggerak
dalampertumbuhan ekonomi negara. Dengan potensi wisata alam dan budaya
yang begitu besar, pariwisata Indonesia menjadi salah satu penyumbang devisa yang
besar bagi perekonomian Indonesia.********
Adapun fasilitas lainnya yang merupakan pemberian insentif bagi
penanam modal yaitu adanya pemberian tax allowance (pengurangan pajak) atau
pajak penghasilan invesment allowances and tax creditspada umumnya
diterapkan pada investasi baru yang dibuat. Investment allowances and
taxcredits adalah bentuk insentif pajak yang didasarkan pada besarnya
investasi.Tax allowanceberarti mengurangi penghasilan kena pajak perusahaan.
Sedangkan tax credit secara langsung mengurangi jumlah pajak yang harus
dibayar.††††††††
Di Indonesia, dasar hukum tax allowance atau pengurangan pajak ini
diatur dalam Pasal 31A Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
§§§§§§§Ibid.,
diakses pada tanggal 1 Juni 2017
Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 (UU PPh).‡‡‡‡‡‡‡‡
Adapun landasan hukum teknis pemberian tax allowance diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2016 tentang Perubahan Peraturan
Pemerintah Nomor 18 Tahun 2015 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk
Kegiatan Penanaman Modal di Sektor Usaha Tertentu dan Wilayah Tertentu (PP
9/2016).§§§§§§§§
Lebih lanjut, pemberian tax allowance juga diatur dalam Peraturan
Menteri Keuangan No.89/PMK.010/2015 tentang Tata Cara Pemberian Fasilitas
Pajak Penghasilan Untuk Penanaman Modal di Bidang-bidang Usaha Tertentu
dan/atau di Daerah-daerah Tertentu serta Pengalihan Aktiva dan Sanksi Bagi
Wajib Pajak Badan Dalam Negeri yang Diberikan Fasilitas Pajak
Penghasilan.*********
a) pengurangan penghasilan neto paling tinggi 30% dari jumlah investasi yang
dibebankan selama 6 tahun (masing-masing sebesar 5% per tahun);
Secara singkat, dalam aturan tersebut, fasilitas tax allowance terkait
pajak penghasilan (PPh) yang diberikan adalah sebagai berikut:
b) penyusutan dan amortisasi yang dipercepat, pengenaan PPh 26 atas dividen
yang dibayarkan kepada subjek pajak luar negeri sebesar 10%;
‡‡‡‡‡‡‡‡
http://news.ddtc.co.id/artikel/8866/kamus-pajak-memahami-pengertian-tax-allowance/ diakses pada tanggal 1 Juni 2017
§§§§§§§§Ibid.,
c) kompensasi kerugian yang lebih lama dari 5 tahun tetapi tidak lebih dari 10
tahun;
d) pengenaan PPh atau dividen sebesar 10% atau tarif menurut perjanjian
perpajakan yang berlaku.†††††††††
Adapun detail mengenai kriteria dan jenis industri apa saja yang
mendapatkan keringan pajak atau tax allowance dapat dilihat dalam PP No.
18/2015 sebagaimana telah diubah dengan PP No. 9/2016.‡‡‡‡‡‡‡‡‡
C. Fasilitas Non Fiskal dalam Kegiatan Penanaman Modal
1. Fasilitas Perizinan
Penanaman modal asing dan penanaman modal yang menggunakan
modal asing sampai saat ini kewenangan perizinannya masih berada di pundak
pemerintah (pusat). Hal tersebut meliputi penanaman modal asing yang dilakukan
oleh pemerintah negara lain. Juga termasuk penanaman modal asing yang
dilakukan oleh warga negara asing atau badan usaha asing. Termasuk pula
penanaman modal yang menggunakan modal asing yang berasal dari pemerintah
negara lain. Keterlibatan pemerintah dalam kewenangan perizinan tersebut bisa
karena aliran modal yang masuk adalah akibat perjanjian yang dibuat oleh
pemerintah dan pemerintah negara lain.Legalitas badan usaha PMA hanya bisa
berbentuk perseroan terbatas (PT) yang berlokasi di Indonesia. Berbeda dengan
PMDN yang badan usahanya boleh tidak berbadan hukum atau usaha
perseorangan, maupun berbadan hukum berdasarkan hukum yang berlaku. Jika
†††††††††Ibid.,
sudah memenuhi persyaratan di atas, investor akan memperoleh layanan berupa
pelayanan perizinan.§§§§§§§§§
Pelayanan perizinan atau fasilitas perizinan diatur juga di dalam
Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 15 Tahun 2015
(Perka BKPM 15/2015), adapun bunyi Pasal 1 angka 10 dari Perka BKPM
tersebut “Perizinan adalah segala bentuk persetujuan untuk melakukan
Penanaman Modal yang dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas, dan
Administrator Kawasan Ekonomi Khusus, yang memiliki kewenangan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.”**********
b. layanan Nonperizinan.††††††††††
Ruang lingkup layanan yang diatur dalam Peraturan Kepala ini terdiri
atas:
a. layanan Perizinan; dan
b. Izin Usaha Perluasan untuk berbagai sektor usaha;
Jenis Perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf a,
terdiri atas:
a. Izin Usaha untuk berbagai sektor usaha;
**********
Peraturan Kepala Badan Koordinasi penanaman Modal Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2015, Pasal 1 angka 10.
††††††††††Ibid.,
c. Izin Usaha Penggabungan Perusahaan Penanaman Modal untuk berbagai
sektor usaha;
d. Izin Usaha Perubahan untuk berbagai sektor usaha;
e. Izin Kantor Perwakilan; dan
f. Izin operasional berbagai sektor usaha.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
2. Fasilitas Keimigrasian
Fasilitas ini diberikan kepada penanam modal yang ketentuannya diatur
di dalam UUPM Pasal 23 ayat (1) sampai ayat (4), Kemudahan pelayanan
dan/atau perizinan atas fasilitas keimigrasian sebagaimana dimaksud dalam Pasal
21 huruf b dapat diberikan untuk:
c. penanaman modal yang membutuhkan tenaga kerja asing dalam
merealisasikan penanaman modal;
d. penanaman modal yang membutuhkan tenaga kerja asing yang bersifat
sementara dalam rangka perbaikan mesin, alat bantu produksi lainnya, dan
pelayanan purnajual; dan
e. calon penanam modal yang akan melakukan penjajakan penanaman
modal.§§§§§§§§§§
Kemudahan pelayanan dan/atau perizinan atas fasilitas keimigrasian
yang diberikan kepada penanaman modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡Ibid.,
Pasal 11 ayat (1)
§§§§§§§§§§
huruf a dan huruf b diberikan setelah penanam modal mendapat rekomendasi dari
Badan Koordinasi Penanaman Modal.***********
e. pemberian izin masuk kembali untuk beberapa kaliperjalanan bagi pemegang
izin tinggal tetap diberikanuntuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh
empat)bulan terhitung sejak izin tinggal tetap diberikan.††††††††††† Untuk penanam modal asing diberikan fasilitas, yaitu:
a. pemberian izin tinggal terbatas bagi penanam modalasing selama 2 (dua)
tahun;
b. pemberian alih status izin tinggal terbatas bagi penanam modal menjadi izin
tinggal tetap dapatdilakukan setelah tinggal di Indonesia selama 2 (dua)tahun
berturut-turut;
c. pemberian izin masuk kembali untuk beberapa kali perjalanan bagi pemegang
izin tinggal terbatas dandengan masa berlaku 1 (satu) tahun diberikan
untukjangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulanterhitung sejak izin
tinggal terbatas diberikan;
d. pemberian izin masuk kembali untuk beberapa kaliperjalanan bagi pemegang
izin tinggal terbatas dandengan masa berlaku 2 (dua) tahun diberikan
untukjangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan terhitung sejak
izin tinggal terbatas diberikan; dan
Pemberian izin tinggal terbatas bagi penanam modal asing sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf a dan huruf b dilakukan oleh Direktorat Jenderal
***********
Ibid., ayat (2)
†††††††††††Ibid.,
Imigrasi atas dasar rekomendasi dari Badan Koordinasi Penanaman
Modal.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
3. Fasilitas Hak Atas Tanah
Kemudahan pelayanan dan/atau perizinan hak atas tanah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21 huruf adapat diberikan dan diperpanjang di muka
sekaligus dandapat diperbarui kembali atas permohonan penanammodal, berupa:
a. Hak Guna Usaha dapat diberikan dengan jumlah 95 (sembilan puluh lima)
tahun dengan cara dapatdiberikan dan diperpanjang di muka sekaligus selama
60 (enam puluh) tahun dan dapat diperbarui selama35 (tiga puluh lima) tahun;
b. Hak Guna Bangunan dapat diberikan dengan jumlah 80 (delapan puluh) tahun
dengan cara dapat diberikandan diperpanjang di muka sekaligus selama 50
(limapuluh) tahun dan dapat diperbarui selama 30 (tigapuluh) tahun; dan
c. Hak Pakai dapat diberikan dengan jumlah 70 (tujuh puluh) tahun dengan cara
dapat diberikan dandiperpanjang di muka sekaligus selama 45 (empat puluh
lima) tahun dan dapat diperbarui selama 25(dua puluh lima) tahun.§§§§§§§§§§§
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡Ibid.,
ayat (4)
§§§§§§§§§§§Ibid.,
Pasal 22 ayat (1)
Namun ketentuan ini telah dibatalkan melalui putusan Mahkamah Konstitusi
No. 21 – 22/PUU-V/2007 dan telah dikembalikan lagi pengaturannya ke
Undang- undang Pokok Agraria.
Hak atas tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan dan
diperpanjang di muka sekaligusuntuk kegiatan penanaman modal, dengan
a. penanaman modal yang dilakukan dalam jangka panjang dan terkait dengan
perubahan strukturperekenomian Indonesia yang lebih berdaya saing;
b. penanaman modal dengan tingkat risiko penanaman modal yang memerlukan
pengembalian modal dalamjangka panjang sesuai dengan jenis
kegiatanpenanaman modal yang dilakukan;
c. penanaman modal yang tidak memerlukan area yangluas;
d. penanaman modal dengan menggunakan hak atastanah negara; dan
e. penanaman modal yang tidak mengganggu rasa keadilan masyarakat dan tidak
merugikankepentingan umum.************
Hak atas tanah dapat diperbarui setelah dilakukan evaluasi bahwa
tanahnya masih digunakan dandiusahakan dengan baik sesuai dengan keadaan,
sifat,dan tujuan pemberian hak.††††††††††††
Pemberian dan perpanjangan hak atas tanah yang diberikan sekaligus di
muka dan yang dapat diperbaruisebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dapatdihentikan atau dibatalkan oleh Pemerintah jika perusahaan penanaman
modal menelantarkan tanah,merugikan kepentingan umum, menggunakan
ataumemanfaatkan tanah tidak sesuai dengan maksud dantujuan pemberian hak
atas tanahnya, serta melanggarketentuan peraturan perundang-undangan di
bidangpertanahan.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
************Ibid.,
ayat (2)
††††††††††††Ibid.,
ayat (3)
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡Ibid.,
4. Fasilitas Hak Transfer
Hak transfer diatur didalam Pasal 8 ayat (3) UUPM, dimana Penanam
modal diberi hak untuk melakukan transferdan repatriasi dalam valuta asing,
antara lain terhadap:
a. modal;
b. keuntungan, bunga bank, deviden, dan pendapatanlain;
c. dana yang diperlukan untuk:
1. pembelian bahan baku dan penolong, barangsetengah jadi, atau barang jadi;
atau
2. penggantian barang modal dalam rangka melindungi kelangsungan hidup
penanaman modal;
d. tambahan dana yang diperlukan bagi pembiayaanpenanaman modal;
e. dana untuk pembayaran kembali pinjaman;
f. royalti atau biaya yang harus dibayar;
g. pendapatan dari perseorangan warga negara asing yang bekerja dalam
perusahaan penanaman modal;
h. hasil penjualan atau likuidasi penanaman modal;
i. kompensasi atas kerugian;
j. kompensasi atas pengambilalihan;
k. pembayaran yang dilakukan dalam rangka bantuan teknis, biaya yang harus
dibayar untuk jasa teknikdan manajemen, pembayaran yang dilakukan
l. hasil penjualan aset sebagaimana dimaksud pada ayat(1).§§§§§§§§§§§§
§§§§§§§§§§§§
Republik Indonesia, Undang – undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Op.cit. Pasal 8 ayat(3)
Hak untuk melakukan transfer dan repatriasisebagaimana dimaksud
diatas dilakukan sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) UUPM
tidakmengurangi:
a. kewenangan Pemerintah untuk memberlakukan ketentuan peraturan
perundang undangan yangmewajibkan pelaporan pelaksanaan transfer dana;
b. hak Pemerintah untuk mendapatkan pajakdan/atau royalti dan/atau pendapatan
Pemerintahlainnya dari penanaman modal sesuai denganketentuan peraturan
perundang-undangan;
c. pelaksanaan hukum yang melindungi hak kreditor;dan
BAB IV
PEMBERIAN FASILITAS PENANAMAN MODAL SEKTOR
PARIWISATA
A. Bentuk-bentuk Fasilitas Penanaman Modal Sektor Pariwisata
Adapun bentuk fasilitas penanaman modal sektor pariwisata yaitu dalam
bentuk Fasilitas Investasi / Insentif :
1. Tax allowance
Tax allowance (pengurangan pajak) atau pajak penghasilan investment
allowances and tax credits pada umumnya diterapkan pada investasiyang baru
dibuat untuk pengembangan Kawasan Pariwisata (KBLI 68120) tersedia tanpa
syarat. Investment allowances and tax credits adalah bentuk insentif pajak yang
didasarkan pada besarnya investasi. Tax allowance berarti mengurangi
penghasilan kena pajak perusahaan. Sedangkan tax credit secara langsung
mengurangi jumlah pajak yang harus dibayar.*************
Di Indonesia, dasar hukum tax allowance atau pengurangan pajak ini
diatur dalam Pasal 31A Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 (UU PPh).†††††††††††††
Adapun landasan hukum teknis pemberian tax allowance diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2016 tentang Perubahan Peraturan
†††††††††††††
Pemerintah Nomor 18 Tahun 2015 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk
Kegiatan Penanaman Modal di Sektor Usaha Tertentu dan Wilayah Tertentu (PP
9/2016).‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Lebih lanjut, pemberian tax allowance juga diatur dalam Peraturan
Menteri Keuangan No.89/PMK.010/2015 tentang Tata Cara Pemberian Fasilitas
Pajak Penghasilan Untuk Penanaman Modal di Bidang-bidang Usaha Tertentu
dan/atau di Daerah-daerah Tertentu serta Pengalihan Aktiva dan Sanksi Bagi
Wajib Pajak Badan Dalam Negeri yang Diberikan Fasilitas Pajak
Penghasilan.§§§§§§§§§§§§§
a) pengurangan penghasilan neto paling tinggi 30% dari jumlah investasi yang
dibebankan selama 6 tahun (masing-masing sebesar 5% per tahun);
Secara singkat, dalam aturan tersebut, fasilitas tax allowance terkait
pajak penghasilan (PPh) yang diberikan adalah sebagai berikut:
b) penyusutan dan amortisasi yang dipercepat, pengenaan PPh 26 atas dividen
yang dibayarkan kepada subjek pajak luar negeri sebesar 10%;
c) kompensasi kerugian yang lebih lama dari 5 tahun tetapi tidak lebih dari 10
tahun;
d) pengenaan PPh atau dividen sebesar 10% atau tarif menurut perjanjian
perpajakan yang berlaku.**************
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡Ibid.,
§§§§§§§§§§§§§Ibid.,
Mengenai kriteria penanaman modal yang mendapatkan fasilitas tax
allowance, yaitu:
a) memiliki nilai investasi yang tinggi atau untuk ekspor;
b) memiliki penyerapan tenaga kerja yang besar; atau
c) memiliki kandungan lokal yang tinggi.††††††††††††††
Jenis usaha yang mendapatkan fasilitas ini, yaitu berbagai jenis usaha
yang termasuk dalam 66 bidang usaha tertentu atau dalam 77 bidang usaha
tertentu dan daerah tertentu dengan syarat dan ketentuan yang berlaku. Dimana
syarat pemberian fasilitas ini yaitu, telah merealisasikan seluruh penanaman
modalnya dan telah berproduksi secara komersil.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Pemberian insentif pajak berupa tax allowance terus mengalami
perubahan dan seiring dengan bertambahnya kebutuhan akan investasi itu sendiri
dan untuk mengamankan penerimaan negara. Dapat dilihat dari semakin
dipermudahnya persyaratan untuk mendapatkan fasilitas tax allowance,
sebelumnya dalam PP Nomor 1 Tahun 2007 jo PP Nomor 52 Tahun 2011
menyebutkan minimal batasan investasi yang wajib ditanamkan minimal 50
Milyar sesuai dengan bidang usaha dan daerah tepat penanaman modal yang
diatur dalam lampiran Peraturan Pemerintah tersebut. Namun sejak terbitnya PP
Nomor 18 Tahun 2015 pemerintah tidak membatasi jumlah penanaman modal
namun memberikan kriteria penanaman modal, lebih besar jumlah investasi maka
††††††††††††††
Arie Widodo dan Mona Srirahayu Putri, dalam
besar pula taxallowancenya, lebih banyak memperkerjakan tenaga kerja, lebih
banyak perusahaan itu melakukan komponen dalam negeri, serta komponen
ekspor.§§§§§§§§§§§§§§
2. Fasilitas Bea Masuk
Fasilitas bea masuk mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor
176/PMK.011/2009. Fasilitas ini memberikan pembebasan bea masuk atas impor
mesin, barang dan bahan untuk industri yang menghasilkan jasa layanan seperti,
Pariwisata dan Budaya, Transportasi / Komunikasi Jasa Angkutan Umum,
Pelayanan Kesehatan Masyarakat, Pertambangan, Konstruksi, Industri
Telekomunikasi, dan Pelabuhan.
3. Value added tax
Value added tax (pajak pertambahan nilai) merupakan pajak yang
dkenakan terhadap pertambahan nilai yang timbul akibat dipakainya faktor –
faktor produksi di setiap jalur perusahaan dalam menyiapkan, menghasilkan,
menyalurkan dan memperdagangkan barang atau pemberian pelayanan jasa
kepada para konsumen.***************
Pajak pertambahan nilai juga merupakan pajak tidak langsung, artinya
harus dicari tahu dahulu objek pajaknya dan kemudian baru dilihat subjek
§§§§§§§§§§§§§§Ibid.,
***************
Muhammad Rusjdi, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, (Jakarta: P.T Indeks, 2004) Hal. 10. Dalam skripsi Indra Gunawan Silalahi,
pajaknya atau pajak yang pengenaannya didasarkan pada objek pajak, baik objek
pajak berupa benda ataupun objek pajak lainnya. Pajak pertambahan nilai juga
merupakan pajak tidak langsung, artinya PPN dapat dilimpahkan atau digeser
kepada orang lain.†††††††††††††††
a. mesin dan peralatan pabrik yang merupakan satu kesatuan, baik dalam
keadaan terpasangmaupun terlepas, yang digunakan secara langsung dalam
proses menghasilkan Barang KenaPajak oleh Pengusaha Kena Pajak yang
menghasilkan Barang Kena Pajak tersebut, tidak termasuksuku cadang;
Mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2015 Tentang
Impor dan/atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu Yang Bersifat Strategis
Yang Dibebaskan Dari Pengenaan PPN, Pasal 1 ayat(1) Barang Kena Pajak
tertentu yang bersifat strategis yang atas impornya dibebaskan dari pengenaan
PajakPertambahan Nilai meliputi:
b. barang yang dihasilkan dari kegiatan usaha di bidang kelautan dan perikanan,
baik penangkapanmaupun budidaya, sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran
Peraturan Pemerintah ini yangmerupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Pemerintah ini;
c. jangat dan kulit mentah yang tidak disamak;
†††††††††††††††
d. ternak yang kriteria dan/atau rinciannya diatur dengan Peraturan Menteri
Keuangan setelahmendapat pertimbangan dari Menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidangpertanian;
e. bibit dan/atau benih dari barang pertanian, perkebunan, kehutanan,
peternakan, atau perikanan;
f. pakan ternak tidak termasuk pakan hewan kesayangan;
g. pakan ikan;
h. bahan pakan untuk pembuatan pakan ternak dan pakan ikan, tidak termasuk
imbuhan pakan danpelengkap pakan, yang kriteria dan/atau rincian bahan
pakan diatur dengan Peraturan MenteriKeuangan setelah mendapat
pertimbangan dari Menteri yang menyelenggarakan urusanpemerintahan di
bidang kelautan dan perikanan dan Menteri yang menyelenggarakan
urusanpemerintahan di bidang pertanian; dan
i. bahan baku kerajinan perak dalam bentuk perak butiran dan/atau dalam bentuk
perak batangan.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Kemudian Pasal 1 ayat (2) Barang Kena Pajak tertentu yang bersifat
strategis yang atas penyerahannya dibebaskan dari pengenaanPajak Pertambahan
Nilai meliputi:
a. mesin dan peralatan pabrik yang merupakan satu kesatuan, baik dalam
keadaan terpasangmaupun terlepas, yang digunakan secara langsung dalam
proses menghasilkan Barang KenaPajak oleh Pengusaha Kena Pajak yang
menghasilkan Barang Kena Pajak tersebut, tidak termasuksuku cadang;
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
b. barang yang dihasilkan dari kegiatan usaha di bidang kelautan dan perikanan,
baik penangkapanmaupun budidaya, sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran
Peraturan Pemerintah ini yangmerupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Pemerintah ini;
c. jangat dan kulit mentah yang tidak disamak;
d. ternak yang kriteria dan/atau rinciannya diatur dengan Peraturan Menteri
Keuangan setelahmendapat pertimbangan dari Menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidangpertanian;
e. bibit dan/atau benih dari barang pertanian, perkebunan, kehutanan,
peternakan, atau perikanan;
f. pakan ternak tidak termasuk pakan hewan kesayangan;
g. pakan ikan;
h. bahan pakan untuk pembuatan pakan ternak dan pakan ikan, tidak termasuk
imbuhan pakan danpelengkap pakan, yang kriteria dan/atau rincian bahan
pakan diatur dengan Peraturan MenteriKeuangan setelah mendapat
pertimbangan dari Menteri yang menyelenggarakan urusanpemerintahan di
bidang kelautan dan perikanan dan Menteri yang menyelenggarakan
urusanpemerintahan di bidang pertanian;
i. bahan baku kerajinan perak dalam bentuk perak butiran dan/atau dalam bentuk
perak batangan;dan
j. unit hunian Rumah Susun Sederhana Milik yang perolehannya dibiayai
melalui kredit ataupembiayaan kepemilikan rumah bersubsidi yang memenuhi
1. luas untuk setiap hunian paling sedikit 21 m² (dua puluh satu meter persegi)
dan tidakmelebihi 36 m² (tiga puluh enam meter persegi);
2. pembangunannya mengacu kepada Peraturan Menteri yang
menyelenggarakan urusanpemerintahan di bidang pekerjaan umum dan
perumahan rakyat;
3. merupakan unit hunian pertama yang dimiliki, digunakan sendiri sebagai
tempat tinggal dantidak dipindahtangankan dalam jangka waktu sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangandi bidang rumah susun; dan
4. batasan terkait harga jual unit hunian Rumah Susun Sederhana Milik dan
penghasilan bagiorang pribadi yang memperoleh unit hunian Rumah Susun
Sederhana Milik ditetapkan olehMenteri Keuangan setelah mendapat
pertimbangan dari Menteri yang menyelenggarakanurusan pemerintahan di
bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat.
k. listrik, kecuali untuk rumah dengan daya di atas 6.600 (enam ribu enam ratus)
Voltase Amper.§§§§§§§§§§§§§§§
Berdasarkan Pasal 6 ayat (1) dan (2) UUPM, penanaman modal sektor
pariwisata juga berhak mendapatkan perlakuan yang sama, maka dari itu penanam
modal sektor pariwisata juga mendapatkan fasilitas yang tertera di dalam Pasal 18
UUPM terkecuali fasilitas hak atas tanah yang pengaturannya dikembalikan ke
UUPA.
§§§§§§§§§§§§§§§Ibid.,
B. Syarat-syarat Mendapatkan Fasilitas Penanaman Modal Sektor
Pariwisata
Didalam undang – undang penanaman modal telah diatur tentang
fasilitas atau kemudahan yang diberikan bagi investor yang mau menanamkan
modalnya di Indonesia, yang mana meliputi :
1. Fasilitas Pajak
2. Fasilitas Bea Masuk
3. Fasilitas lainnya
4. Fasilitas Perizinan
5. Fasilitas Keimigrasian
6. Fasilitas Hak Atas Tanah
7. Fasilitas Hak Transfer
1) Fasilitas Pajak
Adapun persyaratan lainnya bagi penanaman modal yang mendapat
fasilitas perpajakan adalah yang sekurang – kurangnya memenuhi sala satu
criteria berikut ini:****************
a) Menyerap banyak tenaga kerja
b) Termasuk skala prioritas tinggi
c) Termasuk pembangunan infrastruktur
d) Melakukan alih teknologi
****************
e) Melakukan industri pionir
f) Berada di daerah terpencil, daerah tertinggal, daerah perbatasan, atau
daerah lain yang dianggap perlu.
g) Menjaga kelestarian lingkungan hidup
h) Melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan, dan inovasi
i) Bermitra dengan usaha mikro, kecil, menengah atau koperasi atau
j) Industri yang menggunakan barang modal atau mesin atau peralatan
yang di produksi di dalam negeri.
Selanjutnya UUPM juga menentukan, fasilitas perpajakan diberikan
berdasarkan kebijakan industri nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah dan
tidak berlaku bagi penanaman modal asing yang tidak berbentuk perseroan
terbatas.††††††††††††††††
2) Fasilitas bea masuk
Fasilitas pelayanan di bidang kepabeanan merupakan kemudahan yang
diberikan pemerintah dengan tujuan untuk memperlancar arus barang, maupun
dokumen. Fasilitas ini terintegrasi dalam tata laksana kepabeanan impor maupun
ekspor, berupa fasilitas pembebasan bea masuk, keringanan bea masuk dan
penangguhan bea masuk. Pemberian fasilitas ini diberikan oleh Kepala Kantor
Pabean tempat pemasukan barang ke dalam daerah Pabean. Sedangkan fasilitas
fiskal di bidang kepabeanan merupakan kemudahan yang diberikan oleh
pemerintah di bidang kepabeanan berupa pembebasan, keringanan maupun
††††††††††††††††
penangguhan bea masuk. Fasilitas fiskal di bidang kepabeanan ini diatur dalam
Undang-undang Kepabeanan.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
a) Memenuhi penyediaan barang/jasa untuk kepentingan umum,
dikonsumsi masyarakat luas, melindungi kepentingan konsumen.
Adapun fasilitas bea masuk diberikan kepada Industri Sektor Tertentu
dengan kriteria penilaian:
b) Meningkatkan daya saing.
c) Meningkatkan penyerapan tenaga kerja.
d) Meningkatkan pendapatan negara.
3) Fasilitas perizinan
Untuk mendapatkan fasilitas perizinan, penanam modal tidak harus
memenuhi persyaratan tertentu karena Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo
telah meresmikan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Pusat di kantor Badan
Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Pusat. Dimana PTSP adalah kegiatan
penyelenggaraan suatu Perizinan dan Non perizinan yang mendapat pendelegasian
atau pelimpahan wewenang dari Lembaga atau Instansi yang memiliki
kewenangan perizinan dan non perizinan yang proses pengelolaannya dimulai dari
tahap permohonan sampai dengan tahap terbitnya dokumen yang dilakukan dalam
satu tempat.§§§§§§§§§§§§§§§§
Sehingga diharapkan para penanam modal tertarik
untuk menanamkan modalnya di Indonesia karena tidak perlu menjalani
serangkaian sistem perizinan yang rumit.
4) Fasilitas keimigrasian
Kemudahan pelayanan dan/atau perizinan atas fasilitas keimigrasian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf b dapat diberikan untuk:
a) penanaman modal yang membutuhkan tenaga kerja asing dalam
merealisasikan penanaman modal;
b) penanaman modal yang membutuhkan tenaga kerja asing yang bersifat
sementara dalam rangka perbaikan mesin, alat bantu produksi lainnya, dan
pelayanan purnajual; dan
c) calon penanam modal yang akan melakukan penjajakan penanaman
modal.
5) Fasilitas Hak Atas Tanah
Setiap investor yang akan menanamkan modalnya di Indonesia akan
diberikan kemudahan. Salah satu kemudahan itu adalah kemudahan dalam
pemberian pelayanan dan/atau perizinan hak atas tanah. Dalam Pasal 22 UUPM
ditentukan bahwa investor diberikan hak untuk menggunakan hak atas tanah yang
terdapat diwilayah Indonesia. Hak atas tanah yang dapat digunakan oleh Investor
untuk kegiatan investasinya adalah :
a) Hak Guna Usaha (HGU)
b) Hak Guna Bangunan (HGB)
Namun pada dasarnya tidak semua perusahaan penanaman modal asing
dapat diberikan hak atas tanah. Perusahaan tersebut harus memenuhi syarat –
syarat yang telah ditentukan dalam Pasal 22 ayat (2) UUPM. Ada 5 (lima)
persyaratan yakni :*****************
1) Yang dilakukan dalam jangka panjang dan terkait dengan perubahan
struktur perekonomian Indonesia yang lebih berdaya saing.
2) Dengan tingkat resiko penanaman modal yang memerlukan pengembalian
modal dalam jangka panjang sesuai dengan jenis kegiatan penanaman
modal yang dilakukan resiko pengembalian investasi lama.
3) Tidak memerlukan area yang luas.
4) Menggunakan hak atas tanah negara.
5) Tidak mengganggu rasa keadilan masyarakat dan tidak merugikan
kepentingan umum.
C. Pengawasan Pemerintah
Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2014
tentang Pengawasan dan Pengendalian Kepariwisataan. Perpres ini dimaksudkan
untuk pengawasan dan pengendalian sistem dan mekanisme pencegahan dan
penanggulangan dampak negatif dari kegiatan
kepariwisataan.†††††††††††††††††Dalam Perpres ini disebutkan, Pemerintah dan
Pemerintah Daerah berkewajiban melakukan tindakan pengawasan dan
*****************
Rendi,https://www.academia.edu/17871698/Pemberian_Fasilitas_Hak_Atas _Tanah_Dalam_Rangka_Penanaman_Modal_Asing_di_Indonesia diakses pada tanggal 13 Juli 2017
†††††††††††††††††
pengendalian atas kegiatan kepariwisataan, dalam rangka mencegah dan
menanggulangi berbagai dampak negatif masyarakat luas.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Pengawasan dan pengendalian atas kegiatan kepariwisataan yang
dilakukan oleh Pemerintah dilaksanakan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif (Menparekraf), sedangkan pengawasan dan pengendalian yang dilakukan
oleh Pemerintah Daerah dilaksanakan oleh gubernur, dan bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya.§§§§§§§§§§§§§§§§§
Menurut Perpres 63/2014, Menparekraf, gubernur, dan bupati/walikota
sesuai dengan kewenangannya melakukan pengawasan atas kegiatan
kepariwisataan yang dilakukan oleh Setiap Orang, Wisatawan, dan Pengusaha
Pariwisata yang mempunyai potensi menimbulkan dampak negatif bagi
masyarakat luas.******************
Perpres ini juga menyebutkan, bahwa pengendalian atas kegiatan
kepariwisataan yang menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat luas
dilakukan dengan cara: Pencegahan dan Penanggulangan.††††††††††††††††††
a. Menaati tata ruang;
Pencegahan yang dimaksud dilakukan dengan cara:
b. Menaati peraturan perundang-undangan terkait dengan bidang kepariwisataan;
c. Melibatkan masyarakt lokal dalam pengelolaan kepariwisataan;
§§§§§§§§§§§§§§§§§
Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2014 tentang Pengawasan dan Pengendalian Kepariwisataan, Pasal 2 ayat (2), (3)
Op.cit.,
††††††††††††††††††
d. Melakukan pemantauan lingkungan;
e. Mensosialisasikan kepariwisataan;; dan
f. Menggunakan cara lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Adapun pengawasan kegiatan kepariwisataan yang menimbulkan
dampak negatif dilakukan dengan:
a. Mengisolasikan lokasi, orang, Wisatawan dan/atau Pengusaha Pariwisata yang
menyebabkan dampak negatif kepariwisataan;
b. Menghentikan sumber penyebab dampak negatif dari kegiatan kepriwisataan;
c. Melakukan tindakan pengurangan risiko yang timbul atas kegiatan
kepariwisataan yang berdampak negatif; dan/atau
d. Menggunakan cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Menurut Perpres ini, pelaksanaan pengawasan dan pengendalian
kegiatan kepariwisataan yang dilakukan oleh Menteri untuk lintas provinsi dan
kawasan strategis pariwisata nasional; Gubernur untuk lintas kabupaten dan
kawasan strategis pariwisata provinsi; dan Bupati/Walikota untuk wilayah
kabupaten/kota dan kawasan strategis pariwisata kabupaten/kota
masing-masing.Menteri, gubernur, dan bupati/walikota dalam melakukan pengawasan dan
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡Ibid
., Pasal 7
§§§§§§§§§§§§§§§§§§Ibid
pengendalian kegiatan kepariwisataan berkoordinasi dengan instansi teknis
terkait.*******************
1. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata adalah unsur pelaksana teknis pemerintah
daerah yang mempunyai tugas pokok membantu Bupati Kepala Daerah di
bidang Kebudayaan dan Pariwisata.
Perlu diketahui bahwa Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata sebagai berikut:
2. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dipimpin oleh seorang kepala dinas yang
berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati Kepala Daerah.
3. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam pelaksanaan tugas di bidang teknis
dan administratif dibina dan dikoordinasi oleh Sekretaris Daerah.
4. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata mempunyai tugas pokok membantu Bupati
Kepala Daerah dalam melaksanakan kewenangan otonomi daerah di bidang
kebudayaan dan kepariwisataan serta melaksanakan urusan rumah tangga di
bidang kebudayaan dan pariwisata serta tugas-tugas lain yang
diberikan.†††††††††††††††††††
Untuk dapat melaksanakan tugas pokok dimaksud, Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata mempunyai fungsi :
1. Merumuskan kebijaksanaan teknis di bidang kebudayaan dan pariwisata.
*******************Ibid
., Pasal 9
2. Memberikan perijinan dan pelaksanaan pelayanan umum di bidang kebudayaan
dan pariwisata.
3. Membina kerjasama kemitraan dengan intansi sektoral, LSM, Swasta dan
masyarakat di bidang kebudayaan dan pariwisata.
4. Mengelola urusan ketatalaksanaan dinas.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Dalam membantu Bupati Kepala Daerah menjalankan kewenangan
otonomi di bidang kebudayaan dan pariwisata, melaksanakan urusan rumah
tangga dinas serta tugas-tugas lain yang diberikan sejalan dengan PP 38 Tahun
2007 tentangPembagian Urusan Pemerintahan termasuk di Bidang Kebudayaan
Dan Pariwisata. Pelimpahan tugas ini sesuai dengan PP Nomor 24 Tahun 1979
tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintahan Dalam Bidang
Kepariwisataan Kepada Daerah Tingkat I. Kewenangan yang diatur mencakup
urusan daya tarik wisata sepanjang menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku atau yang akan berlaku tidak menjadi urusan pemerintah pusat; urusan
pramuwisata; urusan losmen; urusan penginapan remaja; urusan pondok wisata;
urusan perkemahan; urusan rumah makan; urusan bar; urusan mandala wisata;
urusan usaha kawasan pariwisata; urusan usaha rekreasi dan hiburan umum dan
urusan promosi pariwisata daerah.
Adapun secara umum berdasarkan Pasal 27 UUPM, Pemerintah
mengoordinasikan kebijakan penanaman modal, baik koordinasi antar instansi
Pemerintah dengan Bank Indonesia, antar instansi Pemerintah dengan Pemerintah
Daerah, maupun antar Pemerintah Daerah. Koordinasi pelaksanaan kebijakan
penanaman modal ini dilakukan oleh Badan Kepala Koordinasi Penanaman
Modal (“BKPM”). BKPM merupakan lembaga independen nondepartemen yang
bertanggungjawab langsung kepada Presiden. Presiden kemudian menetapkan
Peraturan Presiden No.90 Tahun2007 tentang Badan Koordinasi Penanaman
Modal pada 3 September 2007 (“Perpres No. 90/2007”).§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
a. memperoleh data perkembangan realisasi penanaman modal dan informasi
masalah dan hambatan yang dihadapi oleh perusahaan;
Dengan kewenangan yang diberikan kepadanya, BKPM mengeluarkan
Peraturan Kepala BKPM No. 13 Tahun 2009 tentang Pedoman dan Tata Cara
Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal pada 23 Desember 2009 (“Perka
BKPM No. 13/2009”). Pengendalian Pelaksanaan Modal ini dimaksudkan untuk
melaksanakan pemantauan, pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan
penanaman modal sesuai dengan hak, kewajiban, dan tanggung jawab penanam
modal.Tujuan dari pengendalian pelaksanaan modal ini adalah agar dapat:
b. melakukan bimbingan dan fasilitasi penyelesaian masalah dan hambatan yang
dihadapi oleh perusahaan;
c. melakukan pengawasan pelaksanaan ketentuan penanaman modal dan
penggunaan fasilitas fiskal serta melakukan tindak lanjut atas penyimpangan
yang dilakukan oleh perusahaan.Dengan demikian, diharapkan tercapainya
kelancaran dan ketepatan pelaksanaan penanaman modal serta tersedianya
data realisasi penanaman modal.********************
Pengawasan pelaksanaan penanaman modal asing diatur dalam Pasal 6
huruf (c) Perka BKPM No. 13/2009 dilakukan melalui:
a. penelitian dan evaluasi atas informasi pelaksanaan ketentuan penanaman
modal dan fasilitas yang telah diberikan;
b. pemeriksaan ke lokasi proyek penanaman modal; dan
c. tindak lanjut terhadap penyimpangan atas ketentuan penanaman
modal.††††††††††††††††††††
Badan yang berwenang melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
penanaman modal tersebut adalah:
a. Perangkat Daerah Kabupaten/Kota bidang Penanaman Modal (“PDKPM”)
terhadap seluruh kegiatan penanaman modal di kabupaten/kota;
b. Perangkat Daerah Provinsi bidang Penanaman Modal (“PDPPM”) terhadap
penanaman modal yang kegiatannya bersifat lintas kabupaten/kota dan
berdasarkan peraturan perundang-undangan menjadi kewenangan
pemerintahan provinsi;
c. BKPM terhadap penggunaan fasilitas fiskal penanaman modal yang menjadi
kewenangan pemerintah;
********************Ibid.,
d. Instansi teknis terhadap pelaksanaan penanaman modal sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur kegiatan
usaha.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Dalam melaksanakan tugas pengawasan sebagaimana disebut di atas,
PDKPM melakukan koordinasi dengan instansi daerah terkait. Sedangkan
PDPPM melakukan koordinasi dengan PDKPM dan instansi daerah terkait, di
mana BKPM melakukan koordinasi dengan PDKPM, PDPPM dan instansi daerah
terkait. Dalam hal-hal tertentu, BKPM dapat langsung melakukan pemantauan,
pembinaan dan pengawasan atas kegiatan penanaman modal yang menjadi
kewenangan pemerintahan daerah provinsi atau kabupaten/kota. Demikian
sebagaimana diatur dalam Pasal 10 Perka BKPM No. 13/2009. Perka BKPM ini
kemudian diubah dengan Peraturan Kepala BKPM No. 7 Tahun 2010 tentang
Perubahan atas Peraturan Kepala BKPM No. 13 Tahun 2009 tentang Pedoman
dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal (“Perka BKPM No.
7/2010”).§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Dalam melaksanakan kegiatan penanaman modal asingdi Indonesia,
maka setiap PT PMA yang telah mendapat Pendaftaran Penanaman Modal
dan/atau Izin Prinsip Penanaman Modal dan/atau Persetujuan Penanaman Modal
dan/atau Izin Usaha wajib menyampaikan Laporan Kegiatan Penanaman Modal
(“LKPM”) secara berkala kepada Kepala BKPM melalui Deputi Bidang
Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal, Kepala PDPPM dan Kepala
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡Ibid.,
PDKPM sebagaimana diatur dalam Pasal 13 ayat (7) Perka BKPM No. 7/2010 jo.
Pasal 15 ayat (c) UU Penanaman Modal.*********************
a. penelitian dan evaluasi atas informasi pelaksanaan ketentuan penanaman
modal dan fasilitas yang telah diberikan;
Dengan adanya LKPM ini, maka segala perkembangan realisasi
investasi dan produksi dari PT PMA dapat diawasi oleh BKPM yang
kewenangannya dapat didelegasikan kepada PDKPM atau PDPPM yang terkait.
LKPM ini dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan:
b. pemeriksaan ke lokasi proyek penanaman modal; dan
c. tindak lanjut terhadap penyimpangan atas ketentuan penanaman
modal.†††††††††††††††††††††
Apabila PT PMA tidak menyampaikan kewajiban menyampaikan
LKPM, maka PT PMA dapat dikenakan sanksi administratif di antaranya
pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal sebagaimana
diatur dalam UU Penanaman Modal.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
*********************Ibid.,
†††††††††††††††††††††Ibid.,
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengaturan Penanaman Modal diatur didalam Undang – Undang Penanaman
Modal Nomor 25 Tahun 2007, dimana didalamnya telah dijelaskan mengenai
penanaman modal asing di Indonesia.Adapun ketentuan tentang pariwisata itu
sendiri diatur didalam Undang – undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan dimana didalamnya dijelaskan apa – apa saja bidang usaha
yang merupakan bagian dari sektor pariwisata. Kemudian setelah
dikeluarkannya Perpres Nomor 44 Tahun 2016 maka penanaman modal asing
juga merambah ke sektor pariwisata. Didalam Perpres ini diatur berapa persen
saham asing boleh masuk ke masing – masing bidang usaha yang ada di dalam
sektor pariwisata.
2. Fasilitas penanaman modal diberikan oleh pemerintah kepada pelaku usaha
baik investor asing maupun domestik yang memenuhi kriteria penerima
fasilitas penanaman modal pada bidang-bidang yang telah ditentukan oleh
pemerintah. Didalam UU No. 25 Tahun 2007, Pasal 18 memuat ada sepuluh
bentuk fasilitas atau kemudahan yang diberikan kepada penanam modal asing
maupun domestik.
3. Fasilitas yang diberikan kepada penanam modal di sektor pariwisata sama hal
saja terkhusus penanaman modal dalam sektor pariwisata pemerintah
memberikan fasilitas fiskal tambahan berupa fasilitas pengurangan pajak (tax
allowance)diatur dalam Pasal 31A Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983
tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 (UU PPh), pajak pertambahan
nilai (PPN atau value added tax)mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor
81 Tahun 2015 Tentang Impor dan/atau Penyerahan Barang Kena Pajak
Tertentu Yang Bersifat Strategis Yang Dibebaskan Dari Pengenaan PPN, dan
juga fasilitas hak atas tanah dalam sektor pariwisata diberikan oleh pemerintah
dengan beberapa ketentuan dan persyaratan yang berlaku.
B. Saran
Berdasarkan uraian pembahasan di atas, maka saran yang dapat
dijadikan masukan adalah sebagai berikut :
1. Perlunya perhatian lebih dari pemerintah terhadap daerah – daerah wisata
yang tidak terletak di kota – kota besar, seperti dengan perbaikan
infrastruktur, untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan domestik
maupun asing sehingga meningkatkan pendapatan daerah.
2. Perlunya kerjasama antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah serta
masyarakat itu sendiri agar penanam modal asing terjamin keamanannyadan
mendapatkan perlindungan hukum dalam kegiatan penanaman modal di
Indonesia sehingga merasa nyaman dan memicu peningkatan penanaman
3. Pengawasan yang ketat terhadap penanam modal asing terkait dengan
kebijakan pemerintah memperbolehkan penanaman modal asing memiliki
saham yang dibeberapa bidang usaha sektor pariwisata mencapai 100
(seratus) persen. Dan tetap menyediakan lahan untuk penanam modal dalam
negeri serta UMKM agar tidak terjadi kesenjangan antara penanam modal