BAB II
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
2.1. Deskripsi Kota Kisaran
Kota Kisaran yang terletak pada bagian timur Provinsi Sumatera Utara dan berjarak
160 Km dari timur kota Medan, merupakan ibukota Kabupaten Asahan. Secara geografis,
Kabupaten Asahan terlatak pada 2030’00” - 3010’00” Lintang Utara, 99001 – 100000 Bujur
Timur, dengan ketinggian wilayah di atas 0 – 1000 m di atas permukaan laut.
Seperti umumnya daerah-daerah lainnya yang berada di Sumatera Utara, Kabupatan
Asahan termasuk daerah yang beriklim tropis dan memiliki dua musim, yaitu musim kemarau
dan musim hujan. Musim kemarau dan musim hujan biasanya ditandai dengan sedikit
banyaknya hari hujan dan volume curah hujan pada bulan terjadinya musim.
Menurut catatan Stasiun Klimatologi PTPN III Kebun Sei Dadap, pada tahun 2012
terdapat 90 hari hujan sebanyak 2.100 mm. Curah hujan terbesar terjadi pada bulan Maret
yaitu 337 mm dengan hari hujan sebanyak 9 hari. Sedangkan curah hujan paling kecil terjadi
pada bulan Februari sebesar 62 mm dengan hari hujan sebanyak 4 hari. Rata-rata curah hujan
tahun 2012 mencapai 175,08 mm/bulan.
Luas Kabupaten Asahan adalah 3.799,39 Km2 (379.939 Ha) dan terdiri dari 25
kecamatan dan 204 desa/kelurahan. Untuk administrasi wilayah sendiri, Kabupatan Asahan
berbatasan dengan:
Sebelah utara : Kabupaten Batu Bara
Sebelah selatan : Kabupaten Labuhan Batu Utara
Sebelah barat : Kabupaten Simalungun
Untuk daftar jumlah kecamatan di Kabupaten Asahan beserta luas wilayah dan jumlah
penduduknya akan dijabarkan pada tabel berikut :
Kecamatan
Luas Wilayah Penduduk (orang)
Km2 % Jumlah %
Bandar Pasir Mandoge 651,00 17,13 33.316 4,91
Bandar Pulau 433,00 11,41 20.803 3,07
Aek Songsongan 117,31 3,09 16.722 2,47
Rahuning 184,27 4,85 17.761 2,62
Pulau Rakyat 250,99 6,61 31.987 4,72
Aek Kuasan 95,23 2,51 23.176 3,42
Aek Ledong 82,13 2,16 19.977 2,95
Sei Kepayang 253,30 6,19 17.352 2,56
Sei Kepayang Barat 82,92 2,18 13.009 1,92
Sei Kepayang Timur 142,80 3,76 8.724 1,29
Tanjung Balai 55,61 1,46 35.401 5,22
Simpang Empat 130,44 3,44 40.011 5,90
Teluk Dalam 96,00 2,53 17.528 2,59
Air Batu 94,60 2,49 39.713 5,86
Sei Dadap 65,72 1,73 31.315 4,62
Buntu Pane 218,28 5,74 22.863 3,37
Tinggi Raja 125,56 3,30 18.360 2,71
Setia Janji 202,66 5,33 11.607 1,71
Meranti 90,75 2,39 19.660 2,90
Rawang Panca Arga 90,30 2,38 17.785 2,62
Air Joman 92,86 2,44 46.468 6,85
Silo Laut 89,45 2,35 20.456 3,02
Kisaran Barat 32,96 0,87 55.969 8,26
Kisaran Timur 38,92 1,02 69.771 10,29
Total 3.799,39 100,00 677.876 100,00
Sumber : Asahan Dalam Angka (2013)
Dari mulai berdirinya Kabupaten Asahan pada tanggal 15 Maret 1946, hingga saat ini
Kabupaten Asahan dipimpin oleh Bupati Asahan, yaitu:
1. Abdullah Eteng (15-3-1946 s/d 30-1-1954)
2. Rakutta Sembiring (1-2-1954 s/d 29-2-1960)
3. H. Abdul Aziz (1-3-1960 s/d 3-5-1960)
4. Usman J. S. (4-5-1960 s/d 10-5-1966)
5. H. A. Manan Simatupang (11-5-1966 s/d 31-1-1979)
6. Drs. Ibrahim Gani* (1-2-1979 s/d 2-3-1979)
7. DR. Bahmid Muhammad (2-3-1979 s/d 2-3-1984)
8. H. A. Rasyid Nasution, SH* (2-3-1984 s/d 17-3-1984)
9. A. Wahab Dalimunthe, SH* (17-3-1984 s/d 22-6-1989)
10.H. Zulfirman Siregar (22-6-1984 s/d 22-6-1989)
11.H. Rihold Sihotang periode I (22-6-1989 s/d 22-6-1994)
12.H. Rihold Sihotang periode II (22-6-1994 s/d Juli 1999)
13.Drs. H. Fachruddin Lubis* (Juli 1999 s/d 12-1-2000)
14.Drs. Hakimil Nasution* (12-1-2000 s/d 25-3-2000)
16.Ir. H. Syarifullah Harahap, MSi* (25-3-2005 s/d 8-8-2005)
17.Drs. H. Risuddin (8-8-2005 s/d 18-8-2010)
18.Drs. H. Taufan Gama Simatupang, MAP (19-8-2010 s/d sekarang)
(* Pelaksana Bupati)
2.2. Keadaan Geografi Kota Kisaran
Kota Kisaran yang merupakan ibukota Kabupaten Asahan adalah bagian dari
kecamatan Kisaran Barat, yang terletak di bagian tengah kabupaten Asahan. Kota Kisaran
memiliki luas wilayah 71,88 Km2, dengan persentase luas wilayah 1,89 % dari total wilayah
Kabupaten Asahan. Secara geografis, kota Kisaran terletak di antara 900 11’ – 1000 30’ -360
22’LU dengan administrasi batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah utara : kecamatan Meranti
Sebelah selatan : kecamatan Kisaran Barat
Sebelah barat : kecamatan Meranti
Sebelah timur : kecamatan Kisaran Timur
Wilayah Kota Kisaran bila ditinjau dari segi geografi fisik berada di dataran rendah.
Bentuk permukaan lahannya bervariasi, dari permukaan datar dan bergelombang hingga
berbukit. Kemiringan lahan di wilayah kota kisaran ini berada antara 0-5 % dibagian barat,
5-15 % di bagian timur dan selatan kecamatan, sedangkan perbukitan terdapat dibagian utama
kota dan ketinggian dari atas permukaan laut berada di antara 100- 500 meter.
Kota Kisaran termasuk wilayah yang beriklim tropis dengan temperatur udara
maksimum sebesar 38° C dan minimum 28° C. Kelembaban udara rata-rata sebesar 80%.
Banyaknya curah hujan 1.980 mm pertahun, dan rata-rata sekitar 165 mm perbulan. Intensitas
hujan yang terjadi di wilayah ini termasuk klasifikasi sedang. Musim penghujan terjadi antara
Kisaran sendiri merupakan sebuah kota yang terbagi menjadi dua kecamatan, yaitu
Kisaran Barat dan Kisaran Timur. Tiap kecamatan terbagi ke dalam beberapa kelurahan.
Kecamatan Kisaran Barat terdiri dari tiga belas kecamatan, yaitu :
1. Kelurahan Sei Renggas
2. Kelurahan Bunut
3. Kelurahan Bunut Barat
4. Kelurahan Sidomukti
5. Kelurahan Sidodadi
6. Kelurahan Dadimulyo
7. Kelurahan Kisaran Baru
8. Kelurahan Mekar Baru
9. Kelurahan Kisaran Barat
10. Kelurahan Tegal Sari
11. Kelurahan Sendang Sari
12. Kelurahan Kisaran Kota
13. Kelurahan Tebing Kisaran
Sedangkan Kecamatan Kisaran Timur terbagi ke dalam dua belas kelurahan yang di
antaranya adalah sebagai berikut :
1. Kelurahan Kisaran Timur
2. Kelurahan Teladan
3. Kelurahan Mutiara
4. Kelurahan Selawan
5. Kelurahan Siumbut-umbut
7. Kelurahan Gambir Baru
8. Kelurahan Karang Anyer
9. Kelurahan Lestari
10. Kelurahan Sentang
11. Kelurahan Kisaran Naga
12. Kelurahan Kedai Ledang
2.3. Kependudukan Di Kota Kisaran
Berdasarkan data yang berhasil dihimpun Badan Pusat Statistik Kabupaten Asahan
pada tahun 2012, jumlah penduduk di Kota Kisaran mencapai 125.740, dengan pembagian
wilayah penyebaran untuk Kecamatan Kisaran Barat sebesar 55.969 jiwa dan Kecamatan
Kisaran Timur sebesar 69.771 jiwa. Jumlah keseluruhan dari total penduduk Kota Kisaran
adalah sekitar 18,55 % dari total penduduk Kabupaten Asahan.
2.3.1. Perkiraan Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kota Kisaran
Untuk estimasi perkiraan jumlah penduduk menurut kelompok umur di Kota Kisaran,
dapat dirincikan pada tabel berikut:
Kelompok Umur
(dalam satuan tahun)
Kec. Kisaran Barat Kec. Kisaran Timur
0 – 4 5.293 7.081
5 – 9 5.060 6.732
10 – 14 5.562 7.042
15 – 19 5.719 7.354
25 – 29 4.691 5.761
Tabel 2.2.1. Perkiraan Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kota Kisaran
Sumber : Asahan Dalam Angka (2013)
2.4. Sarana Kesehatan
Secara keseluruhan, sarana kesehatan yang tersedia untuk penduduk Kabupaten
Asahan sebetulnya masih bisa dikategorikan belum cukup memadai. Hal ini bisa dilihat dari
ketersediaan Rumah Sakit di daerah-daerah lain di Kabupaten Asahan, selain Kisaran. Dari
data yang penulis peroleh, Kisaran dan Kecamatan Sei Dadap adalah satu-satunya daerah di
Kabupaten Asahan yang memiliki bangunan Rumah Sakit. Kota Kisaran sendiri telah
memiliki sebuah Rumah Sakit Umum dan sembilan Rumah Sakit Swasta.
Sarana Kesehatan/Tenaga Medis
(Rumah Sakit, Puskesmas, Bidan, Dokter Spesialis, Apotek, dll)
Klinik 2 4
Posyandu 73 81
Apotek Umum 12 5
Toko Obat 9 14
Dokter Umum 30 13
Dokter Gigi 6 3
Dokter Spesialis 19 -
Tenaga Bidan (Pemerintah) 62 70
Tenaga Bidan (Swasta) 52 17
Sumber : Asahan Dalam Angka (2013)
2.5. Agama dan Kepercayaan
Mayoritas penduduk di kota Kisaran adalah penganut agama Islam, dengan
penyebaran terbanyak terdapat di Kecamatan Kisaran Timur dengan jumlah penganut yang
mencapai 58.323 orang. Agama dengan penganut terbanyak kedua adalah Kristen Protestan,
disusul Buddha, Kristen Katolik dan Hindu. Rincian selengkapnya akan disertakan dalam
tabel berikut:
Agama Kec. Kisaran Barat Kec. Kisaran Timur
Islam 47.480 58.323
Kristen Protestan 4.043 9.246
Kristen Katolik 321 629
Buddha 4.052 1.552
Hindu 73 18
Khonghucu - 3
Jumlah 55.969 69.771
Berdasarkan data yang penulis dapatkan, dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan
lainnya, Kisaran adalah daerah dengan penyebaran penganut agama Buddha terbesar di
Kabupaten Asahan, dengan total penganut 5.604 orang.
Untuk kota yang tidak terlalu besar seukuran kota Kisaran, pembangunan rumah
ibadah bisa dikatakan cukup merata. Bisa dilihat dari penyebarannya yang bisa kita temukan
mulai dari tengah kota hingga pinggiran desa. Untuk perincian jumlah rumah ibadah di kota
Kisaran dapat dilihat pada tabel berikut:
Tipe Rumah Ibadah Kec. Kisaran Barat Kec. Kisaran Timur
Masjid 43 41
Musholla 57 61
Gereja Katolik 1 -
Gereja Protestan 10 30
Kuil - -
Vihara 2 -
Tabel 2.4.1. Jumlah Rumah Ibadah di Kota Kisaran
2.6. Penggunaan Lahan
Kota Kisaran dipandang sebagai suatu objek studi di mana di dalamnya terdapat
berbagai macam lapisan masyarakat yang sangat kompleks yang telah mengalami proses
interelasi antar manusia dan antara manusia dengan lingkungannya. Hubungan tersebut
ternyata mengakibatkan terciptanya pola keteraturan penggunaan lahan.
Menurut Park (1936), masyarakat manusia terorganisir ke dalam 2 tingkat, yaitu:
a. Tingkat Natural. Pada Tingkat Natural proses-proses ekologis yang terjadipada
masyarakatmirip dengan apa yang terjadi pada kelompok tumbuh-tumbuhan dan
i. membutuhkan tempat untuk tinggal
ii. mengembangkan keturunannya
iii. membutuhkan tempat untuk mencari makan
b. Tingkat Novel. Pada Tingkat Novel proses interaksi yang terjadi semakin kompleks
karena manusia tidak lagi hanya dipandang sebagai makhluk berbudaya dan beragama
yang mempunyai kekuatan mencipta dan berkarya yang selalu berkembang baik dalam
kaitannya antara hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungannya dan
manusia dengan Tuhannya.
Dilihat dari kedua tingkat tersebut, sangat jelas terlihat pada wilayah kota Kisaran
bahwasannya kelompok manusia yang ada selalu ingin berkembang dan membutuhkan
lahan/tempat untuk perkembangannya.
Ditinjau dari pendekatan ekonomi untuk struktur ruang kota / struktur penggunaan
lahan kota hal yang perlu mendapat perhatian adalah masalahtransportasi dan titik simpul
(pertemuan beberapa jalur transportasi) dalam suatu sistem transportasi. Apabila wilayah kota
mempunyai jaringan transportasi yang baik maka kota tersebut mempunyai peran yang cukup
besar terhadap perkembangan kota.
Kemudian masalah penggunaan lahan perkotaan dapat kita lihat dengan jelas
bahwasanya hanya orang-orang yang mampu menahan paling tinggilah yang dapat memiliki
tempat yang diinginkan, dengan demikian orang yang tidak dapat menawar dengan tinggi
maka akan tinggal lebih jauh dari pusat kota yang nilai lahannya lebih rendah namun biaya
transportasinya mahal.
Pola penggunaan lahan di wilayah Kota Kisaran mencerminkan suatu cara
penggunaan lahan yang cukup baik. Penggunaan lahan terbesar adalah perkebunan milik
swasta yang terdiri dari perkebunan karet dan kelapa sawit seluas 2.255 Ha. Lahan
hanya terdapat di 6 kelurahan, yaitu kelurahan Bunut, Bunut Barat, Sidomukti, Sidodadi,
Dadimulyo dan Sei Renggas.
Penggunaan lahan yang cukup luas lainnya adalah untuk perumahan danpekarangan
seluas 752 Ha. Penggunaan lahan terluas untuk perumahan dan pekarangan ini terdapat di
kelurahan Dadimulyo dengan luas lahan 105 Ha, diikuti kelurahan Sidodadi seluas 79
Ha.Persawahan hanya terdapat di tiga kelurahan yaitu kelurahan Sidodadi, Dadimulyo dan
Sei Renggas, dengan masing-masing luas 25 Ha, 20 Ha dan 10 Ha. Sedangkan penggunaan
lahan yang terkecil adalah rawa-rawa seluas 34 Ha yang terdapat di lima kelurahan. Untuk
penggunaan lahan lainnya yang berupa badan jalan, jalan kereta api dan lainnya dengan luas
lahan 250 Ha.
2.7. Pekerja Sektor Informal di Kota Kisaran
Pekerja sektor informal yang diamati dalam penelitian ini adalah pekerja sektor
informal yang berada di Diponegoro, jalan Sutomo (jalan Listrik), depan Stasiun Kereta Api
Kisaran, Simpang Enam dan di sekitar tugu Adipura kota Kisaran. Di mana pola ruang
aktivitas pedagang sektor informal sangat dipengaruhi oleh aktivitas sektor formal dalam
menjaring konsumennya. Lokasi pekerja sektor informal sangat dipengaruhi oleh hubungan
langsung dan tidak langsung dengan berbagai kegiatan formal dan kegiatan informal atau
hubungan pekerja sektor informal dengan konsumennya. Untuk dapat mengenali penataan
ruang kegiatan pekerja sektor informal, maka harus mengenal aktivitas pekerja sektor
informal melalui pola penyebaran, pemanfaatan ruang berdasarkan waktu berdagang dan
Komponen penataan ruang sektor informal, antara lain meliputi :
1. Lokasi
Penentuan lokasi yang diminati oleh sektor informal atau pedagang kaki lima adalah
sebagai berikut :
a) Terdapat akumulasi orang yang melakukan kegiatan bersama-sama pada waktu yang
relatif sama, sepanjang hari.
b) Berada pada kawasan tertentu yang merupakan pusat-pusat kegiatan perekonomi kota
dan pusat non ekonomi perkotaan, tetapi sering dikunjungi dalam jumlah besar
c) Mempunyai kemudahan untuk terjadi hubungan antara pedagang sektor informal
dengan calon pembeli, walaupun dilakukan dalam ruang relatif sempit
d) Tidak memerlukan ketersediaan fasilitas dan utilitas pelayanan umum.
e) Pekerja sektor informal beraglomerasi pada simpul-simpul pada jalur pejalan yang
lebar dan tempat-tempat yang sering dikunjungi orang dalam jumlah besar yang dekat
dengan pasar publik, terminal, daerah komersial.
2. Waktu berdagang
Pola aktivitas pekerja sektor informal menyesuaikan terhadap irama dari ciri
kehidupan masyarakat sehari-hari. Penentuan periode waktu kegiatan pekerja sektor informal
didasarkan pula atau sesuai dengan perilaku kegiatan formal. Dimana perilaku kegiatan
keduanya cenderung sejalan, walaupun pada saat tertentu kaitan aktivitas keduanya lemah
atau tidak ada hubungan langsung antara keduanya.
3. Sarana fisik perdagangan dan jenis dagangan
Sarana fisik perdagangan dan jenis dagangan pekerja sektor informal sangat
a) Makanan dan minuman, terdiri dari pedagang yang berjualan makanan dan minuman
yang telah dimasak dan langsung disajikan di tempat maupun dibawa pulang.
Penyebaran fisik pekerja sektor informal ini biasanya mengelompok dan homogen
dengan kelompok mereka. Lokasi penyebarannya di tempat-tempat strategis seperti di
perdagangan, perkantoran, tempat rekreasi/hiburan, sekolah, ruang terbuka/taman,
persimpangan jalan utama menuju perumahan/di ujung jalan tempat keramaian.
b) Pakaian/tekstil/mainan anak/kelontong, pola pengelompokan komoditas ini cenderung
berbaur aneka ragam dengan komoditas lain. Pola penyebarannya sama dengan pola
penyebaran pada makanan dan minuman.
c) Buah-buahan, jenis buah yang diperdagangkan berupa buah-buah segar. Komoditas
perdagangkan cenderung berubah-ubah sesuai dengan musim buah. Pengelompokan
komoditas cenderung berbaur dengan jenis komoditas lainnya. Pola sebarannya
berlokasi pada pusat keramaian.
d) Rokok/obat-obatan, biasanya pedagang yang menjual rokok juga berjualan makanan
ringan, obat, permen. Jenis komoditas ini cenderung menetap. Lokasi sebarannya di
pusat-pusat keramaian atau dekat dengan kegiatan-kegiatan sektor formal.
e) Barang cetakan, jenis dagangan adalah majalah, koran, dan buku bacaan. Pola
pengelompokkannya berbaur dengan jenis komoditas lainnya. Pola penyebarannya
pada lokasi strategis di pusat-pusat keramaian. Jenis komoditas yang diperdagangkan
relatif tetap.
f) Jasa perorangan, terdiri dari tukang membuat kunci, reparasi jam, tukang
gravier/stempel/cap, tukang pembuat pigura. Pola penyebarannya pada lokasi pusat
Sarana fisik perdagangan sektor informal dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a) Pikulan/Keranjang, bentuk sarana ini digunakan oleh para pedagang yang keliling
(mobile hawkers) atau semi menetap (semi static). Bentuk ini dimaksudkan agar
barang dagangan mudah untuk dibawa berpindah-pindah tempat.
b) Gelaran/alas, pedagang menjajakan barang dagangannya di atas kain, tikar, dan
lain-lain. Bentuk sarana ini dikategorikan yang semi menetap.
c) Jongko/meja, bentuk sarana berdagang yang menggunakan meja/jongko dan beratap
atau tidak beratap. Sarana ini dikategorikan jenis yang menetap.
d) Gerobak/kereta dorong, bentuk sarana terdapat dua jenis, yaitu beratap dan tidak
beratap. Sarana ini dikategorikan jenis yang menetap dan tidak menetap. Biasanya
untuk menjajakan makanan, minuman dan rokok. Warung semi permanen, terdiri dari
beberapa gerobak yang diatur bereret yang dilengkapi dengan meja dan
bangku-bangku panjang. Bentuk sarana ini beratap dari bahan terpal atau plastik yang tidak
tembus air. pekerja sektor informal bentuk sarana ini dikategorikan menetap dan
biasanya berjualan makanan dan minuman.
e) Kios, pedagang yang menggunakan bentuk sarana ini dikategorikan pedagang yang
menetap, karena secara fisik jenis ini tidak dapat dipindahkan. Biasanya merupakan