• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Disiplin Kerja dan Komunikasi Organisasi Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Deli Serdang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Disiplin Kerja dan Komunikasi Organisasi Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Deli Serdang"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Disiplin Kerja

2.1.1. Pengertian Disiplin Kerja

Disiplin yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang

terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Kedisiplinan adalah kesadaran

dan kesediaan seseorang untuk menaati semua peraturan dan norma-norma yang

berlaku.

Kedisiplinan harus ditegakkan dalam suatu organisasi perusahaan, tanpa

dukungan karyawan yang baik, sulit perusahaan untuk mewujudkan tujuannya.

Jadi kedisiplinan adalah kunci keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai

tujuannya.

Menurut Hasibuan (2002:190) “ Kedisiplinan adalah fungsi operatif dari

Sumber Daya Manusia. Kedisiplinan merupakan fungsi MSDM yang terpenting

karena semakin baik disiplin pegawai maka akan semakin tinggi prestasi kerja

yang dapat dicapai. Tanpa disiplin pegawai yang baik, sulit bagi pegawai untuk

mencapai hasil yang optimal”.

Menurut Handoko (2000:208) “ Disiplin adalah kegiatan manajemen yang

menjalankan standart-standart organisasional “.

Menurut Singodimedjo (2002:86) “Disiplin adalah sikap kesediaan dan

kerelaan seseorang untuk memahami dan mentaati norma-norma peraturan yang

(2)

Dalam kaitannya dengan pekerjaan, Nitisemito (2001:199) menyatakan

bahwa “Disiplin kerja merupakan suatu sikap, tingkah laku dan perbuatan yang

sesuai dengan peraturan dari organisasi baik tertulis maupun tidak tertulis”.

Menurut Siswanto (2006:287) “Disiplin kerja merupakan suatu sikap

menghormati, menghargai, patuh dan taat terhadap peraturan-peraturan yang

berlaku baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis serta sanggup

menjalankannya dan tidak mengelak, menerima sanksi-sanksi apabila ia

melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya”.

Disiplin pegawai yang baik akan mempercepat tujuan instansi, sedangkan

disiplin yang merosot akan menjadi penghalang dan penghambat pencapaian

tujuan instansi tersebut.

2.1.2. Jenis-Jenis Disiplin Kerja

Lebih lanjut Handoko (2000:208) ada dua tipe kegiatan kedisiplinan yaitu:

1. Disiplin Prepentif

Disiplin Prepentif adalah kegiatan yang dihasilkan untuk mendorong

para pegawai agar mengikuti berbagai standart atau aturan, sehingga

penyelewengan-penyelewengan dapat dicegah. Sasaran pokoknya

adalah untuk mendorong disiplin diri diantara para pegawai.

2. Disiplin Korektif

Disiplin korektif adalah kegiatan yang dihasilkan untuk pelanggaran

terhadap peraturan-peraturan dan mencoba untuk menghindari

pelanggaran-pelanggaran lebih lanjut. Berupa hukuman yang disebut

(3)

Menurut Handoko (2000:209) “ Tujuan Pendisiplinan adalah untuk

memperbaiki kegiatan diwaktu yang akan datang bukan untuk menghukum

kesalahan diwaktu yang lalu”.

Hukuman diperlukan dalam meningkatkan kedisiplinan dan mendidik

pegawai agar menaati semua peraturan instansi. Dengan keadilan dan ketegasan

sasaran pemberian hukuman akan tercapai. Peraturan tanpa dibarengi hukuman

yang tegas bagi pelanggarnya bukan menjadi alat pendidik bagi pegawai.

2.1.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Disiplin Kerja

Pada dasarnya banyak faktor yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan

pegawai suatu organisasi menurut Hasibuan (2002:194) diantaranya adalah :

a. Tujuan dan Kemampuan

Tujuan dan kemampuan ikut memperhatikan tingkat kedisiplinan pegawai.

Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta

cukup menantang bagi kemampuan pegawai.

b. Teladan Pimpinan

Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan

pegawai karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para

bawahannya.

c. Balas Jasa

Balas jasa ( gaji dan kesejahteraan ) ikut mempengaruhi kedisiplinan

pegawai karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan

pegawai terhadap instansi / pekerjaannya. Jika kecintaan pegawai semakin

(4)

d. Keadilan

Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan pegawai, karena ego

dan sikap manusia yang merasa dirinya penting dan minta diperlakukan

sama dengan manusia lainnya.

e. Pengawasan Melekat

Tindakan nyata dan efektif dalam mewujudkan kedisiplinan pegawai pada

suatu instansi.

f. Sanksi Hukum

Sanksi hukum berperan penting dalam memelihara kedisiplinan pegawai.

Dengan sanksi hukuman yang semakin berat, pegawai akan semakin takut

untuk melanggar peraturan-peraturan instansi. Sikap dan perilaku

indisipliner pada pegawai akan berkurang.

g. Hubungan Kemanusiaan

Hubungan kemanusiaan yang harmonis diantara sesama pegawai

menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu instansi.

2.1.4. Dimensi dan Indikator Disiplin Kerja

Menurut Sutrisno (2011:86) Disiplin kerja adalah sikap kesediaan dan

kerelaan seseorang untuk mematuhi dan menaati norma-norma peraturan yang

berlaku disekitarnya. Maka dapat disimpulkan bahwa dimensi-dimensi disiplin

kerja diantaranya adalah :

1. Absensi / Kehadiran

2. Ketaatan pada peraturan

(5)

4. Tingkat kewaspadaan tinggi

5. Bekerja etis

Indikator-indikator disiplin kerja pegawai diantaranya adalah :

1. Tepat waktu

2. Tingkat kehadiran

3. Mengenakan seragam kantor

4. Memelihara sarana dan prasarana kantor

5. Bekerja sesuai prosedur

6. Bekerja sesuai standar

7. Ketelitian dalam bekerja

8. Berhati-hati dalam bekerja

9. Bersikap sopan

10.Saling menghargai

2.2. Komunikasi

2.2.1. Pengertian Komunikasi

Komunikasi merupakan bagian yang penting dalam kehidupan kerja,

terutama dalam membentuk organisasi yang efektif dan efesien. Oleh karena itu,

hubungan komunikasi yang terbuka harus diciptakan dalam suatu

organisasi.Menurut Purwanto (2006:3) “Komunikasi adalah suatu proses

pertukaran informasi antar individu melalui sistem yang biasa ( lazim ), baik

dengan simbol-simbol, sinyal-sinyal, maupun perilaku atau tindakan”.

Menurut Canggra (2007:4) “ Komunikasi diartikan sebagai salah satu

(6)

merupakan penyampaian atau pertukaran informasi dari pengirim kepada

penerima baik secara lisan, tulisan maupun alat komunikasi”.

Menurut Wiryanto (2004:9)“ komunikasi adalah proses pemindahan

pengertian dalam bentuk gagasan atau informasi dari seseorang ke orang lain “.

Perpindahan pengertian tersebut melibatkan lebih dari sekedar kata-kata yang

digunakan dalam percakapan, tetapi juga ekspresi wajah,intonasi,titik putus vokal

dan sebagainya. Perpindahan efektif memerlukan tidak hanya transmisi data,

tetapi seseorang mengirimkan dan menerima berita sangat tergantung pada

keterampilan tertentu (membaca, menulis, mendengar, berbicara dan lain-lain).

2.2.2. Bentuk Dasar Komunikasi

Pada dasarnya ada dua bentuk dasar komunikasi yang lazim digunakan

dalam dunia bisnis, yaitu komunikasi verbal dan nonverbal. Masing-masing dapat

dijelaskan secara singkat sebagai berikut :

2.2.2.1. Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal ( Verbal Communication ) merupakan salah satu

bentuk komunikasi yang digunakan dalam dunia bisnis untuk menyampaikan

pesan-pesan bisnis kepada pihak lain secara tertulis ( written ) maupun lisan (

oeral ). Bentuk komuniksasi verbal ini memiliki struktural yang teratur dan

terorganisasi dengan baik, sehingga tujuan penyampaian pesan-pesan bisnis dapat

tercapai dengan baik.

Dalam dunia bisnis, seseorang dapat saja mengeskpresikan

pesan-pesannya secara nonverbal. Namun, ekspresi secara nonverbal memiliki suatu

(7)

2.2.2.2. Komunikasi Nonverbal

Bentuk komunikasi yang paling mendasar dalam komunikasi bisnis adalah

komunikasi nonverbal. Menurut teori antropologi, sebelum manusia

menggunakan kata-kata, mereka telah menggunakan gerakan-gerakan tubuh,

bahasa tubuh sebagai alat untuk komunikasi dengan orang lain. Berikut ini adalah

beberapa contoh perilaku yang menunjukkan komuniksi nonverbal :

1. Menggertakkan gigi untuk menunjukkan kemarahan

2. Mengerutkan dahi untuk menunjukkan sedang berfikir keras

3. Berpangku tangan untuk menunjukkan seseorang sedang melamun

4. Menggelengkan kepala untuk menunjukkan sikap menolak atau

keheranan

5. Menutup mulut dengan telapak tangan untuk menunjukkan suatu

kebohongan

6. Telapak tangan yang terbuka menunjukkan kejujuran

7. Dan lain sebagainya

Pendek kata, dalam komunikasi nonverbal orang mengambil suatu

kesimpulan tentang berbagai macam perasaan orang, baik rasa segan, benci, cinta,

rindu, maupun berbagai macam perasaan lainnya. Lagi pula secara mendasar,

komunikasi nonverbal cukup berbeda dengan komunikasi verbal. Pada umumnya

bentuk komunikasi nonverbal memiliki sifat yang kurang terstruktur, sehingga

(8)

2.2.3. Unsur-Unsur Komunikasi

Dari pengertian komunikasi yang telah dikemukakan, jelas bahwa

komunikasi antar manusia hanya bisa terjadi jika seseorang yang menyampaikan

pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya bisa

terjadi kalau didukung oleh adanya sumber, pesan, media, penerima, dan efek.

Unsur ini bisa juga disebut komponen atau elemen komunikasi.

Terdapat beberapa macam pandangan tentang banyaknya unsur atau

elemen yang mendukung terjadinya komunikasi. Ada yang menilai bahwa

terciptanya komunikasi cukup didukung oleh tiga unsur, sementara ada juga yang

menambahkan umpan balik dan lingkungan selain ketiga unsur yang telah

disebutkan.

Aristoteles, ahli filsafat Yunani Kuno dalam bukunya Rhetorica

menyebutkan bahwa suatu proses komunikasi memerlukan tiga unsur yang

mendukung, yakni siapa yang berbicara, apa yang dibicarakan, dan siapa yang

mendengarkan. Pandangan Aristoteles ini oleh sebagian besar komunikasi dinilai

tepat untuk mendukung suatu proses komunikasi publik dalam bentuk pidato atau

retorika.

Dibawah ini merupakan unsur-unsur dari komunikasi :

1. Sumber

Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat

atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antar manusia, sumber bisa

(9)

partai, organisasi atau lembaga. Sumber sering disebut pengirim, dan

komunikator.

2. Pesan

Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah suatu yang

disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan

caratatap muka atau melalui media komunikasi. Isi bisa berupa

pengetahuan, hiburan, informasi, nasehat atau propaganda. Dalam bahasa

Inggris pesan biasanya diterjemahkan sengan kata messege, content, atau

information.

3. Media

Media yang dimaksud disini ialah alat yang digunakan untuk

memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat beberapa

pendapat melalui saluran atau media, ada yang menilai bahwa media bisa

bermacam-macam bentuknya misalnya dalam komunikasi antarpribadi

panca indra dianggap sebagai media komunikasi.Selain indra manusia, ada

juga saluran komunikasi seperti telepon, surat, telegram yang digolongkan

sebagai komunikasi antar pribadi.

Dalam komunikasi masa media adalah alat yang dapat

menghubungkan antar sumber dan penerima yang sifatnya terbuka, dimana

setiap orang dapat melihat, membaca, dan mendengarnya. Media dalam

komunikasi masa dapat dibedakan atas dua macam, yakni media cetak dan

media elektronik. Media cetak seperti halnya surat kabar, majalah, buku,

(10)

sebagainya. Sementara itu media elektronik antara lain radio, televisi, film,

video recording, computer, elektronik broad, audio caseatte dan

semacamnya.

Berkat perkembangan teknologi komunikasi khususnya dibidang

komunikasi massa elektronik yang begitu cepat, media massa elektronik

semakin banyak bentuknya dan semakin mengaburkan btas-batas untuk

membedakan antara media komunikasi dan komunikasi antar pribadi.

Hal ini disebabkan karena semakin canggihnya media komunikasi itu

sendiri yang bisa dikombinasikan antara satu sama lainnya.

4. Penerima

Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh

sumber. Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk

kelompok, partai atau negara.

Penerima bisa disebut dengan berbagai macam istilah seperti

khalayak, sasaran, komunikan atau dalam bahasa Inggris disebut audience

atau receiver. Dalam proses komunikasi telah dipahami bahwa keberadaan

penerima adalah akibat karena adanya sumber. Tidak akan ada penerima

jika tidak ada sumber.

Penerima adalah elemen penting dalam proses komunikasi, karena

dia lah yang menjadi sasaran dari komunikasi. Jika suatu pesan tidak

diterima oleh penerima, akan menimbulkan berbagai masalah yang sering

kali menuntut perubahan, apakah pada sumber, pesan atau saluran.

(11)

Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dan

dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh

ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap, dan tingkah laku seseorang. Oleh

karena itu pengaruh bisa juga diartikan sebagai perubahan atau penguatan

keyakinan pada pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang sebagai akibat

penerimaan pesan.

6. Tanggapan Balik

Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah satu

bentuk dari pada pengaruh yang berasal dari penerima.Akan tetapi umpan

balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media, meskin

pesan belum sampai kepada penerima. Misalnya sebuah konsep surat yang

mengalami perubahan sebelum dikirim, atau alat yang digunakan untuk

penyampaian pesan itu mengalami gangguan sebelum sampai ke tujuan.

Hal ini menjadi seperti tanggapan balik yang diterima oleh sumber.

7. Lingkungan

Lingkungan atau situasi adalah faktor-faktor tertentu yang dapat

digolongkan atas empat macam, yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial

budaya, lingkungan psikologis, dan dimensi waktu.

Lingkungan fisik menunjukkan bahwa suatu proses komunikasi

sering kali sulit dilakukan karena faktor jarak yang begitu jauh, dimana

tidak tersedia fasilitas komunikasi seperti telepon, kantor pos dan jalan

(12)

Lingkungan sosial menunjukkan faktor sosial budaya, ekonomi dan

politik yang bisa menjadi kendala terjadinya komunikasi, misalnya

kesamaan bahasa, kepercayaan, adat istiadat dan status sosial.

2.2.4. Dimensi dan Indikator Komunikasi

Menurut Wiryanto (2004:9) Komunikasi adalah proses pemindahan

pengertian dalam bentuk gagasan atau informasi dari seseorang ke orang lain.

Maka dapat disimpulkan dimensi-dimensi komunikasi diantaranya adalah :

1. Keterbukaan

2. Empati

3. Sikap Positif

4. Kesetaraan

Indikator-indikator komunikasi diantaranya adalah :

1. Kejujuran berkomunikasi

2. Bertanggung jawab

3. Penggunaan bahasa yang mudah dimengerti

4. Terlibat aktif dan ekspresif

5. Fokus

6. Berbicara dengan jelas

7. Berbicara dengan spontan

8. Berbicara secara provisional

9. Bersikap positif

(13)

2.3. Prestasi Kerja

2.3.1. Pengertian Prestasi Kerja

Organisais adalah kumpulan orang yang memiliki kompetensi yang

berbeda-beda yang saling tergantung antara satu dengan lainnya, yang berusaha

mewujudkan kepentingan bersama mereka dengan memanfaatkan berbagai

sumber daya. Pada dasarnya tujuan yang ingin diwujudkan oleh organisasi adalah

mencapai keuntungan. Oleh karena itu diperlukan pegawai-pegawai yang

mempunyai prestasi yang tinggi.

Menurut sutrisno (2011:150) yang diterjemahkan oleh Bernardin dan

Russel mendefenisikan prestasi kerja sebagai berikut : “ Prestasi Kerja adalah

catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan atau

kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu”.

Menurut Mangkunegara (2002:23) : “Prestasi Kerja adalah hasil kerja

secara kualitas dan kuantitas oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya

sesuai dengan tanggung jawab yang diberikannya”. Prestasi kerja adalah suatu

hasil kerja yang dicapai seseorang dengan melaksanakan tugas yang dibebankan

kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan serta

waktu (Hasibuan 2008:94). Sedangkan menurut Maier dalam As’ad (2001:63) “

Prestasi Kerja adalah kualitas, kauntitas, waktu yang dipakai, jabatan yang

dipegang, absensi, dan keselamatan dalam menjalankan pekerjaan.

Menurut Dharma (1985:21) “Prestasi kerja dibentuk oleh pengharapan

dimana setiap orang dalam suatu organisasi melaksanakan tugas sesuai dengan

(14)

orang-orang lain bergantung padanya untuk melakukan hal-hal tertentu. Ketergantungan

ini terungkap baik secara formal maupun secara informal sebagai suatu

pengharapan”

2.3.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Kerja

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi kerja adalah :

1. Kemampuan, perangai dan minat seorang.

2. Kejelasan dan penerima atas penjelasan peranan seorang pekerja.

3. Tingkat motivasi kerja.

Walaupun setiap faktor secara sendiri-sendiri juga mempunyai arti yang

penting, tetapi kombinasi ketiga tersebut sangat menentukan tingkat hasil tiap

pekerja, yang pada gilirannya membantu prestasi pegawai secara keseluruhan.

Sutrisno (2011:151) yang diterjemahkan oleh Byar dan Rue

mengemukakan adanya dua faktor yang mempengaruhi prestasi kerja yakni faktor

individu dan lingkungan. Faktor-faktor individu yang dimaksud adalah :

1. Usaha yang menunjukkan sebuah sinergik fisik dan mental yang

digunakan dalam menyelenggarakan gerakan tugas.

2. Abilities, yaitu sifat-sifat personal yang diperlukan untuk melakukan

tugas.

3. Role / task perfection, yaitu segala perilaku dan aktifitas yang dirasa

perlu oleh individu untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.

(15)

2. Peralatan

3. Waktu

4. Material

5. Pendidikan

6. Supervisi

7. Desain Organisasi

8. Pelatihan

9. Keberuntungan

Faktor-faktor lingkungan ini tidak langsung menentukan prestasi kerja

seseorang, tetapi mempengaruhi faktor-faktor individu.

Dari penjelasan diatas, dapat dilihat bahwa perilaku seseorang baik itu

dalam organisasi atau instansi pemerintahan merupakan hasil dari interaksi

berbagai variabel yaitu individual dan situasional. Oleh karena itu perilaku

individu dapat diukur berdasarkan variabel-variabel yang berhubungan

dengannya. Namun yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah perilaku itu

sendiri, bukan variabel-variabel yang menyebabkan terjadinya perilaku tersebut.

Untuk mengukur perilaku itu sendiri atau sejauh mana individu

berperilaku sesuai dengan apa yang diharapkan organisasi / instansi, yaitu prestasi

kerja pada umumnya dikaitkan dengan pencapaian hasil dari standar kerja yang

telah ditetap.

Didalam penelitian ini pengukuran prestasi kerja diarahkan pada lima

aspek yang merupakan bidang prestasi kunci bagi perusahaan / instansi yang

(16)

1. Hasil Kerja

2. Pengetahuan Pekerjaan

3. Kecekatan Mental

4. Sikap

5. Disiplin Waktu dan Absensi

Dari uraian tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pembahasan

masalah keberhasilan kerja atau prestasi kerja haruslah dilihat dari dua sudut

pandangan, yaitu :

1. Harus dilihat aspek-aspek yanng menyangkut kriteria pengukuran

keberhasilan kerja yang merupakan sasaran akhir dari suatu

pelaksanaan pekerjaan.

2. Perilaku dari individu itu sendiri dalam usaha untuk mencapai

keberhasilan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

Menurut Tika (2005:121) mendefenisikan kinerja pegawai sebagai

hasil-hasil fungsi pekerjaan/kegiatan seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi

yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi dalam

periode waktu tertentu. Adapun yang menjadi dimensi pada kinerja pegawai yaitu

perilaku yang harus dilakukan oleh para pegawai sebagai perwujudan dari tugas

dan beban kerja yang diberikan perusahaan kepada pegawai, antara lain :

a. Kuantitas kerja adalah banyaknya pekerjaan yang dapat diselesaikan

olehpegawai, maka dapat diketahui tingkat kompetensi, ketepatan waktu,

(17)

b. Kualitas kerja menunjukkan sejauh mana kemampuan seorang pegawai

dalam memberi hasil yang optimal yang dapat diraih dari ketepatan kerja,

ketelitian kerja dan kerapian pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai.

2.3.3. Arti Penting dan Tujuan Penilaian Prestasi Kerja

Dalam sebuah instansi, para pegawai, Kepala Dinas dan sebagainya juga

dilakukan penilaian namun dalam hal ini penilaian diarahkan kepada prestasi

kerja. Sehingga fokus penilaiannya adalah sejauh mana seorang pegawai dan

Kepala Dinas tersebut telah melaksanakan pekerjaannya. Apakah pegawai

tersebut sudah bekerja sesuai dengan yang diharapkan oleh instansi atau belum ?.

Penilaian prestasi merupakan sebuah proses formal untuk melakukan

peninjauan kembali dan evaluasi prestasi kerja seseorang secara periodik. Proses

penilaian prestasi ditujukan untuk memahami prestasi kerja seseorang. Tujuan ini

memerlukan suatu proses, yaitu serangkaian kegiatan yang saling berkaitan.

Kegiatan-kegiatan itu terdiri dari identifikasi, observasi, pengukuran, dan

pengembangan hasil kerja pegawai dalam sebuah instansi

Tahap identifikasi merupakan tahap awal dari proses yang terdiri atas

penentuan unsur-unsur yang akan diamati. Kegiatan ini diawali dengan

melakukan analisis pekerjaan agar dapat mengenali unsur-unsur Yang akan dinilai

dan dapat mengembangkan skala penilaian.

2.3.4. Hubungan Disiplin Dengan Prestasi Kerja

Disiplin pegawai memainkan peranan yang dominan, krusial, dan kritikal

dalam keseluruhan upaya untuk meningkatkan prestasi kerja para pegawai.

(18)

Disiplin kerja merupakan hal yang harus ditanamkan dalam diri tiap

pegawai, karena hal ini akan menyangkut tanggung jawab moral pegawai itu

pada tugas kewajiban. Seperti juga suatu tingkat laku yang bisa dibentuk

melalui suatu kebiasaan. Selain itu, disiplin kerja dapat ditingkatkan apabila

terdapat kondisi kerja yang dapat merangsang pegawai untuk berdisiplin.

Disiplin adalah sikap kesedian dan kerelaan seseorang untuk mematuhi

dan menaati segala norma peraturan yang berlaku dalam sebuah instansi.

Disiplin pegawai yang baik akan mempercepat pencapaian tujuan instansi,

sedangkan disiplin yang merosot akan menjadi penghalang dan

memperlambat pencapaian tujuan instansi tersebut.

Disiplin kerja atau kebiasaan-kebiasaan baik yang harus ditanamkan dalam

diri pegawai sebaiknya bukan atas dasar paksaan semata, tetapi harus lebih

didasarkan atas kesadaran dari dalam diri pegawai tersebut

Disiplin menunjukkan kondisi atau sikap hormat yang ada pada diri

pegawai terhadap peraturan dan ketepatan instansi. Dengan demikian bila

peraturan atau ketepatan yang ada dalam instansi itu diabaikan atau sering

dilanggar maka pegawai mempunyai disiplin kearah yang buruk. Sebaliknya

bila pegawai tunduk pada ketetapan instansi, menggambarkan adanya kondisi

disiplin yang baik. Dalam arti yang lebih sempit dan lebih banyak dipakai

disiplin berarti tindakan yang diambil dengan penyeliaan untuk mengoreksi

perilaku dan sikap yang salah pada sebagian pegawai.

Dari penjelasan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi kerja

(19)

Apabila diantara pegawai sudah tidak menghiraukan kedisiplinan kerja, maka

dapat dipastikan prestasi kerjanya akan menurun. Padahal untuk mendapatkan

prestasi kerja yang memuaskan sengat diperlukan kedisiplinan dari para

pegawai.

2.4. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Peneliti

(Tahun)

Judul Penelitian Hasil Penelitian

1 Anwar Prabu Mangkunegara (2015)

Effect of Work Discipline, Work Motivation and Job Satisfaction on Employee Organizational

Commitment in the Company (Case Study in PT. Dada Indonesia)

The results of this study show them that Work Discipline has positive effect on Organizational Commitment. Work Motivation has positive effect on Organizational Commitment. Job satisfaction has positive influence on Organizational Commitment. Work discipline, work motivation and job satisfaction has positive influence on Organizational Commitment

2 Misra Mahriyanti Pulungan (2015)

Pengaruh Disiplin Kerja, Motivasi dan Kepuasan Kerja Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara

Hasil penelitian ini meunjukkan menunjukkan bahwa disiplin kerja, motivasi, dan kepuasan kerja secara

bersama-sama atau simultan mempengaruhi prestasi kerja pegawai secara signifikan. Motivasi dan kepuasan kerja berpengaruh secara parsial terhadap prestasi kerja, sedangkan disiplin kerja tidak berpengaruh secara parsial terhadap prestasi kerja pegawai dinas pendapatan provinsi Sumatera Utara 3 Brigita Ria

Tumilaar (2015)

The Effect Of Diciplines,

Leadership, And Motivation On Employee

Performance At BPJS KETENAGAKERJAAN SULUT

(20)

No Peneliti (Tahun)

Judul Penelitian Hasil Penelitian

4 Dhesty Kasim,

Relationship of Work

Discipline, Leadership, Training, and Motivation to Performance of Employees Administration Abepura Hospital Papua 2015

The results of this study were: 1) There is a disciplinary effect on the performance of the administrative staff in hospitals Abepura with p = 0.031. 2) There is a leadership

influence on the performance of the administrative staff in hospitals Abepura with p = 0.000

5 Pirtahap Sitanggang

(2014)

Pengaruh Disiplin Kerja dan Lingkungan Kerja Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Pada Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah Kabupaten Samosir.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa disiplin kerja dan lingkungan kerja secara serempak maupun parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi kerja, dan secara parsial yang berpengaruh paling dominan adalah lingkungan kerja. Disiplin kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi kerja. Lingkungan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi kerja 6 Eva Flora

Ginting (2010)

Pengaruh Disiplin Kerja Terhadap Prestasi Kerja Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) cabang Medan Putri

Hijau

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel secara parsial berpengaruh secara positif dan tidak signifikan terhadap prestasi kerja karyawan pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cab. Medan Putri Hijau 7 Dimas Prayogi

(2010)

Pengaruh Komunikasi Terhadap Semangat Kerja Karyawan PT Telkom Regional I Sumatra bidang customer Care Medan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang positifdan signifikan variabel Komunikasi (X) terhadap Semangat Kerja Karyawan (Y) PT Telkom Regional I Bidang Customer Care 8 Elita

(2008)

Pengaruh Komunikasi Terhadap Kinerja Pegawai Pada Dinas Pengairan Provinsi Sumatera Utara

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel bebas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.

2.5. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan sintesis atau ekstrapolasi dari tinjauan

(21)

tuntutan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipostesis

(Jurusan Akuntansi, 2004:13).

Dalam penelitian ini, variabel-variabel independen (X) yang ditentukan

oleh peneliti yang dapat mempengaruhi variabel dependen yaitu prstasi kerja (Y)

adalah disiplin kerja dan komunikasi. Disiplin kerja ialah sikap kesediaan dan

kerelaan seseorang untuk mematuhi dan menaati norma-norma peraturan yang

berlaku disekitarnya (Sutrisno 2011:86). Disiplin kerja merupakan salah satu

variabel independen yang pernah diteliti pengaruhnya terhadap prestasi kerja.

A. Pengaruh Disiplin Kerja Terhadap Prestasi Kerja

Disiplin kerja merupakan salah satu komponen yang turut menentukan

baik buruknya kinerja seseorang. Pegawai yang disiplin dalam bekerja akan

cenderung untuk melakukan segala aktivitasnya sesuai dengan tata aturan, standar

maupun tugas dan tanggung jawab yang menjadi kewajibannya. Kepatuhan

terhadap peraturan maupun standar kerja yang telah ditetapkan oleh manajemen

merupakan jaminan keberhasilan pencapaian tujuan, oleh individu dalam

organisasi yang bersangkutan yang pada gilirannya akan mempengaruhi prestasi

kerja organisasi tersebut. Contoh yang sederhana dalam hal ini adalah jika seorang

pegawai sering datang terlambat maka secara otomatis hal tersebut akan

merugikan dinas dimana ia bekerja. Kerugian yang nyata diantaranya adalah :

1. Berkurangnya jam kerja bagi pegawai yang bersangkutan sehingga

kemungkinan target kerja molor atau tidak tercapainya target kerja yang

(22)

2. Pengaruh negatif kepada pegawai lainnya terutama jika perilaku

indisipliner tersebut dibiarkan berlarut-larut oleh pimpinan atau atasan

langsung di dinas tersebut.

3. Munculnya sikap malas dan acuh tak acuh jika sikap “pembiaran” oleh

pimpinan berkelanjutan.

Menurut Malayu (2003:193) Disiplin Kerja adalah “Kesadaran dan

kesediaan seseorang mentaati semua peraturan-peraturan dan norma-norma sosial

yang berlaku”. Kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela menaati

semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Jadi, seseorang

akan mematuhi atau mengerjakan semua tugasnya dengan baik, bukan atas

paksaan. Sedangkan, kesediaan adalah suatu sikap, tingkah laku, dan perbuatan

seseorang yang sesuai dengan peraturan organisasi, baik yang tertulis maupun

tidak tertulis. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh organisasi adalah dengan

menanamkan jiwa disiplin mulai dari pimpinan dengan tujuan memberikan contoh

kepada bawahan, dengan demikian suatu prestasi kerja pegawai dan organisasi

tersebut dapat meningkat.

Undjila (2014) melakukan penelitian mengenai pengaruh kedisiplinan

pegawai terhadap prestasi kerja pada kantor perwakilan badan kependudukan dan

keluarga berencana nasional (BKKBN) provinsi Gorontalo. Dan hasilnya adalah

bahwa terdapat pengaruh signifikan kedisiplinan pegawai terhadap prestasi kerja.

Ini dapat dibuktikan dengan perhitungan statistik, nilai koefisien determinasi

sebesar 0,968 atau 96,8% dari Kedisiplinan Pegawai terhadap Prestasi Kerja.

(23)

tidak diteliti pada penelitian ini. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai thitung

untuk variabel yang mempengaruhi yaitu kedisiplinan sebesar 41,584 dengan

Pvalue = 0,000. Dengan menggunakan batas signifikan α = 0,05 didapat ttabel (

95 : 60-2) sebesar 1,67. Dari hasil tersebut maka kriteria pengujian yaitu thitung

atau Pvalue < α yang artinya H0 ditolak H1 diterima. Dengan demikian hipotesis

uji t variabel kedisiplinan berpengaruh secara positif signifikan dan dapat diterima

arah koefisien regresi positif artinya kedisiplinan pegawai memiliki pengaruh

signifikan secara parsial terhadap prestasi kerja pada kantor BKKBN Provinsi

Gorontalo.

B. Pengaruh Komunikasi Terhadap Prestasi Kerja

Peningkatkan prestasi kerja pegawai dilakukan dengan berbagai upaya,

salah satunya adalah melalui usaha-usaha komunikasi baik dalam bentuk

komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas, komunikasi horisontal, maupun

komunikasi diagonal. Berkaitan dengan itu organisasi diharapkan dapat

menciptakan kondisi komunikasi yang baik yang dapat dimengerti oleh seluruh

pegawai yang akan mendukung peningkatan prestasi kerja, sekaligus

meningkatkan efisiensi dan efektivitas. Komunikasi yang efektif merupakan hal

penting dalam organisasi. Komunikasi dapat disampaikan dari atasan ke pegawai

atau dari pegawai ke atasan, juga antar pegawai guna menyampaikan ide atau

berita baik secara lisan maupun tulisan. Komunikasi dua arah antara atasan dan

pegawai menjadikan pegawai tersebut merasa diperhatikan dan diikutsertakan

untuk bertanggungjawab atas suksesnya suatu organisasi serta membantu dalam

(24)

Ardiansyah (2014) melakukan penelitian mengenai pengaruh komunikasi

terhadap kinerja karyawan dengan dimediasi oleh kepuasan kerja pada PT. Setia

Kawan Makmur Sejahtera Tulungagung. Hasil penelitian menunjukan bahwa

komunikasi terhadap kepuasan kerja, komunikasi terhadap kinerja, kepuasan kerja

terhadap kinerja, dan Peran mediasi kepuasan kerja terhadap komunikasi dan

kinerja karyawan mempunyai pengaruh positif dan signifikan.

Ada beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi pegawai dalam

meningkatkan prestasi kerjanya, diantaranya yaitu komunikasi dan disiplin

kerja.Dari beberapa penjelasan diatas maka kerangka konseptual dari penelitian

ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.6Hipotesis

Rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat

pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan Disiplin Kerja

()

Komunikasi (X2)

(25)

pada teori yang relevan, belum berdasarkan pada fakta-fakta yang empiris yang

diperoleh dari pengumpulan data.

Berdasarkan kerangka konseptual diatas maka hipotesis yang dapat ditarik

yaitu :

1. Disiplin Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi

kerja

2. Komunikasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi kerja

3. Disiplin Kerja dan Komunikasi bersama-sama berpengaruh positif dan

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1  Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Disiplin Kerja, Motivasi, dan Kepuasan Kerja secara bersama-sama atau simultan mempengaruhi Prestasi Kerja Pegawai dan secara

Dengan α = 5% maka dapat disimpulkan bahwa semangat kerja dan disiplin kerja secara serempak berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi kerja karyawan pada PT Bank

1 Kualitas kerja Bapak/ibu yang baik mampu memicu persaingan jabatan dengan rekan kerja yang lain. 2 Bapak/Ibu selalu bekerja dengan tepat berdasarkan SOP

Hasil penelitian secara simultan dan parsial menunjukkan bahwa variabel motivasi kerja (X 1 ) dan variabel disiplin kerja (X 2 ) berpengaruh positif dan signifi kan terhadap

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara serempak faktor disiplin kerja dan iklim kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja kerja karyawan.. Secara parsial

Hasil penelitian menunjukkan hipotesis yang diajukkan yaitu, diduga bahwa variabel disiplin kerja mempunyai pengaruh signifikan terhadap prestasi kerja pegawai Dinas

Disiplin berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap produktivitas kerja pegawai Dinas Pendapatan Daerah Kota Manado Karena disiplin dipengaruhi oleh budaya kerja dan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel budaya organisasi, disiplin kerja dan motivasi kerja berpengaruh positif dengan signifikan secara parsial dan secara bersama – sama