• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Rekrutmen Pegawai Negeri Sipil (Studi Pada Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Asahan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pelaksanaan Rekrutmen Pegawai Negeri Sipil (Studi Pada Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Asahan)"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada dasarnya Pegawai Negeri Sipil dinegara manapun mempunyai tiga peran yang serupa: Pertama, sebagai pelaksana peraturan dan perundang yang telah ditetapkan pemerintah. Untuk mengemban tugas ini, netralitas PNS sangat diperlukan. Kedua, melakukan fungsi manajemen pelayanan publik. Ukuran yang dipakai untuk mengevaluasi peran ini adalah seberapa jauh masyarakat puas atas pelayanan yang diberikan PNS. Apabila tujuan utama Otonomi Daerah adalah mendekatkan pelayanan kepada masyarakat, sehingga Desentralisasi dan Otonomi terpusat pada pemerintah kabupaten dan pemerintah kota, maka PNS pada daerah-daerah tersebut mengerti benar keinginan dan harapan masyarakat setempat. Ketiga, PNS harus mampu mengelolah pemerintahan. Artinya pelayanan pada pemerintah merupakan fungsi utama PNS. Setiap kebijakan yang diambil pemerintah harus dapat dimengerti dan dipahami oleh setiap PNS sehingga dapat dilaksanakan dan disosialisasikan sesuai dengan tujuan kebijakan tersebut.

(2)

Proses pelaksanaan rekrutmen Pegawai Negeri Sipil/PNS di Indonesia, seringkali menjadi sorotan di masyarakat. Permasalahan pro-kontra yang terjadi di masyarakat disebabkan lemahnya mekanisme penyelenggaran rekrutmen sehingga menyebabkan munculnya ketidakpuasan di masyarakat. Sejumlah permasalahan yang muncul di masyarakat terkait dengan rekrutmen adalah ketidaktransparanya proses penyelenggaraan rekrutmen, masih adanya nuansa Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN), proses rekrutmen tidak berdasarkan pada kebutuhan, serta adanya tekanan dan intervensi dari pihak-pihak tertentu dalam proses rekrutmen. Sehingga memunculkan adanya sinyalemen bahwa birokrasi di Indonesia masih bersifat patrimonial bukan profesionalisme. Tetapi itu tidak mengubah banyaknya jumlah PNS yang ada di Indonesia.

Tabel 1.1 Jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Indonesia, Sumatera Utara dan Kabupaten Asahan

NO KETERANGAN 2009 2010 2011

1. INDONESIA 4,524,205 4,598,100 4,570,818

2.

SUMATERA UTARA

245,214 257,534 252,803

3.

KABUPATEN ASAHAN

- - 10,465

Sumber: Badan Pusat Statistik, Tahun 2011

(3)

jumlah PNS pada tahun 2011 mengalami penurunan 0,05 % dari jumlah pada tahun 2010. Hal ini dapat mengakibatkan ketidakefesinan pada kinerja PNSnya.

Sekarang jumlah Abdi Negara alias PNS di Indonesia sudah mencapai 4.570.818 orang dan data ini adalah data yang ada di BPS Tahun 2011 mungkin di tahun berikutnya jumlah PNS akan semakin bertambah. Bahkan menurut beberapa sumber situs bahwa Menpan mengatakan lebih dari 5 Juta PNS di seluruh Indonesia.

Instansi pemerintah pun secara berkala menyelenggarakan rekrutmen dan seleksi pegawai agar pelayanan kepada publik tidak terhambat. Selanjutnya diselenggarakannya rekrutmen untuk mengemban keinginan-keinginan tertentu agar organisasi tetap eksis seperti yang disampaikan Siagian (1994:100-102) untuk mendapatkan persediaan sebanyak mungkin calon-calon pelamar sehingga organisasi akan mempunyai kesempatan lebih besar untuk melakukan pilihan terhadap calon pegawai yang dianggap memenuhi standar kualifikasi organisasi. Selain itu adapun masalah-masalah yang sering sekali terjadi disetiap instansi baik di instansi pusat maupun daerah, yaitu:

Tabel 1.2 Isu Kepegawaian Yang Sering Terjadi Di Instansi Pusat Maupun Daerah Yang Ada Di Indonesia

NO ISU UTAMA

1. lasifikasi penyelenggaraan Negara (termasuk PNS) belum mempunyai batasan dan kriteria yang jelas

(4)

3. ebijakan dalam pengelolaan kepegawaian masih berpotensi untuk terjadinya KKN yang terjadi di instansi pusat maupun daerah

4. erencanaan dan penetapan formasi PNS sering tidak sesuai dengan kebutuhan masing-masing instansi

5. engangkatan dalam jabatan struktural belum didasarkan pada nilai-nilai objektifitas, akuntabilitas dan kompetisi yang sehat

6. entang kepangkatan dan golongan saat ini dirasakan terlalu rumit untuk pengelolaan kepegawaian (17 tingkat I/a sampai dengan IV/e)

7. elum ada pola mutasi antar kementerian dan antar daerah sehingga sulit untuk memindahkan pegawai

8. engangkatan pegawai honorer daerah pun masih belum jelas sehingga menyisakan permasalahan yang terkait dengan masih rendahnya kompetensi yang dimiliki

9. istem prosedur pemberhentian pegawai sangat sulit dan panjang urusannya 10. endahnya upaya penegakan hukum sehingga banyak PNS yang tidak disiplin

dan suka bolos pada saat jam kerja serta menurunnya nilai-nilai etika dari PNS yang menyebabkan banyak terjadinya tindak kriminal

11. NS yang bekerja dilembaga negara ad-hoc cenderung menjadi unsur pelengkap saja sehingga pengembangan karierya tidak optimal

12. elum terlaksananya pemisahan antara pejabat publik (negara) dengan pejabat karier sehingga pejabat karier yang mencoba berkiprah dalam jabatan politik (ikut pemilukada) dan ternyata gagal masih dimungkinkan kembali lagi keposisi PNS

(5)

Dari deskrifsi tentang isu diatas, dapat kita lihat bahwa banyak contoh-contoh masalah yang dihadapi oleh PNS seperti:

Dikutip dari DETIKASIA.COM, Sebanyak 235 PNS di Kabupaten Asahan teramcam dipecat. Pasalnya, hingga masa Pendaftaran Ulang PNS (PUPNS) ditutup 31 Desember 2015, mereka belum melakukan pendaftaran ulang. Menurut data per tanggal 31 Desember 2015 yang diperoleh koran ini dari Kepala Biro Humas Badan Kepegawaian Negara (BKN) Tumbak Hutabarat, selain Asahan, PNS di Kabupaten Batubara juga belum seluruhnya melakukan pendaftaran ulang. Dari 4.902 orang PNS di Batubara, masih 90 orang lagi PNS yang belum mendaftar ulang. Di Kota Tanjungbalai juga demikian, dari 3.302 orang PNS, terdapat 44 orang yang belum mendaftar ulang. Dari 34 Pemda (Pemprov Sumut dan 33 Pemkab/Pemko) tidak ada satupun yang 100 % sudah mendaftar, hanya Pemkab Mandailing Natal (Madina) saja yang cukup bagus, yakni hanya tersisa 1 orang PNS yang belum mendaftar ulang. (https://detikasia.com/235-pns-di-asahan-terancam-dipecat/, 14 Januari 2016)

Dikutip dari Wartawan BBC Indonesia, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara menyatakan sepekan ini akan mengumumkan posisi terakhir pemerintah terkait rencana penghentian sementara Rekrutmen PNS. Langkah ini telah dikaji karena besarnya biaya gaji PNS saat ini dianggap terlalu membebani anggaran, sementara kualitas kinerja birokrasi dinilai masih buruk. Menurut pemerintah, saat ini PNS di Indonesia tidaklah terlalu besar, tetapi karena beban biaya APBN yang besar serta tingginya keluhan tentang kualitas birokrasi dan indikasi penyalagunaan pada sistem rekrutmennya, maka moratorium akan diberlakukan. Sekjen Sekretaris Kementrian PAN, Tasdik Kinanto mengemukakan moratorium ditargetkan dilakukan selama dua tahun ini, bersamaan dengan dilakukannya kajian kebijakan sampai akhir tahun ini. "Saat ini sedang dilakukan pemetaan tentang jumlah pegawai yang riil dari masing masing daerah. Kemudian juga dilakukan penghitungan kebutuhan pegawai di daerah," jelasnya. Tasdik juga menambahkan, "Kita akan melakukan penundaan sementara pengadaan PNS untuk instansi tertentu, jabatan tertentu dan juga diikuti dengan berbagai langkah seperti mutasi."(http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2011/07/110729 _civilservant, 29 Juli 2011)

(6)

Reformasi Birokrasi (KemenPAN-RB) Herman Suryatman, mengungkapkan, pemda yang tahun ini tidak jadi melaksanakan rekrutmen CPNS, formasinya bisa dialihkan untuk tahun depan. “Informasi ini perlu kami sampaikan agar calon pelamar yang sudah berencana melakukan pendaftaran di pemda atau instansi dimaksud, dapat memaklumi atau mendaftar di instansi lainnya,” ujarnya di Jakarta, Jumat (19/9). Menurut data dari Panselnas CPNS 2014, pemda yang menunda rekrutmen itu tersebar di berbagai wilayah. Tunda Rekrut CPNS 2014: 1. Kab. Asahan, 2. Kab. Batu Bara, 3. Kab. Labuhan Batu, 4. Kab. Labuhan Batu Selatan, 5. Kab. Padang Lawas Utara, 6. Kab. Pakpak Barat. (http://sumutpos.co/inilah-6-pemda-di-sumut-yang-menunda-rekrut-cpns/, 20 September 2014)

Sedangkan masalah yang muncul dalam tata cara rekrutmen Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Asahan adalah kurangnya anggaran dalam proses pelaksanaan dan tidak cukup memadainya fasilitas dalam pengelolaan pegawai hasil rekrutmen serta masalah transparansi. Transparansi yang dimaksud disini adalah tentang transparansi proses rekruitmen PNS, dimana kejujuran dan obyektifitas dalam merekrut PNS, adalah harapan masyarakat. Bukan zamannya lagi merekrut PNS dengan pola KKN atauatas dasar mengandalkan jaringan. Secara nasional, saat ini banyak masyarakat yang sudah kurang percaya lagi pada pemerintah.

(7)

Kebijakan dalam proses rekrutmen PNS antara lain terdapat dalam Undang-Undang No 11 Tahun 2002 Tentang Pengadaan Pegawai Sipil Negara yang memuat tentang tahapan dalam pengadaan. Adapun peraturan pelaksanaan Pegawai Negeri Sipil (PNS) merupakan aparatur institusi atau abdi negara yang berfungsi untuk memberikan pelayanan terbaik kepeda masyarakat (public service).

Menurut Riggs yang dikutip dari Sulardi (2005), Keberhasilan proses rekrutmen pegawai dapat mempengaruhi kelancaran dan keberhasilan fungsi-fungsi dan aktifitas manajemen yang lain. Fungsi-fungsi-fungsi tersebut meliputi fungsi-fungsi penempatan, fungsi pengembangan dan fungsi adaptasi.

Sedangkan aktivitas-aktivitas yang mengikuti rekrutmen adalah seleksi, orientasi dan promosi. Dalam melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan yang amat kompleks, mutlak diperlukan pegawai (sumber daya aparatur) yang handal dan profesional. Langkah strategis untuk mewujudkan hal tersebut adalah dengan menyelenggarakan rekrutmen dan seleksi atas dasar sistem prestasi (merit system) untuk memilih orang yang terbaik diantara yang yang terbaik (the best among the best).

(8)

Badan Kepegawaian Daerah (BKD) merupakan salah satu unit kerja, organisasi, instansi yang dibentuk oleh pemerintah/pemerintah daerah dan sekaligus dipercaya untuk menyelenggarakan berbagai urusan dibidang kepegawaian daerah termasuk dalam hal rekrutmen atau pengangkatan pelamar umum dan tenaga honorer menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dan Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Dalam pelaksanaan rekrutmen PNS diharapkan pihak BKD Kabupaten Asahan dapat lebih transparan, lebih profesionalisme, adil dan mengutamakan kualitas tanpa adanya kolusi dan nepotisme dari orang dalam yang dilakukan sesuai dengan peraturran perundangan maupun peraturan yang berlaku.

Berdasarkan pada uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk meneliti dan membahas hal ini menjadikan objek penelitian. Adapun judul yang penulis ajukan adalah : “Pelaksanaan Rekrutmen Pegawai Negeri Sipil Di Kabupaten Asahan (Studi Kasus pada Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Asahan)’’.

1.2 Rumusan Masalah

(9)

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka permasalahan dalam penelitian yang akan diangkat adalah: “Bagaimanakah Pelaksanaan Rekrutmen Pegawai Negeri Sipil Di Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Asahan”?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses pelaksanaan rekrutmen Pegawai Negeri Sipil di Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Asahan.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Secara Subjektif

Sebagai suatu sarana melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah dan kemampuan untuk menuliskannya dalam bentuk karya ilmiah berdasarkan kajian teori dan aplikasinya yang diperoleh dari Ilmu Administrasi Negara.

2. Secara Akademis

Penelitian diharapkan memberikan kontribusi bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik secara umum dan Ilmu Administrasi Negara secara khusus dalam menambah bahan kajian perbandingan bagi yang menggunakannya.

3. Secara Praktis

(10)

1.5 Kerangka Teori

Secara umum, teori adalah sebuah sistem konsep abstrak yang adanya hubungan diantara konsep-konsep tersebut yang membantu kita memahami sebuah fenomena. Sehingga bisa dikatakan bahwa suatu teori adalah suatu kerangka kerja konseptual untuk mengatur pengetahuan dan menyediakan suatu cetak biru untuk melakukan beberapa tindakan selanjutnya.

Menurut Kerlinger yang dikutip dari Efendi, Sofian (2012:35), teori adalah serang serangkaian konsep, konstruk, definisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara mengonstruksi hubungan antara konsep dan proposisi dengan menggunakan asumsi dan logika tertentu.

Kerangka teori/ theoretical frame work adalah kerangka berpikir kita yang bersifat teoritis atau konseptual mengenai masalah yang kita teliti. Teori merupakan proposisi atau asumsi yang telah dibuktikan kebenarannya (Rianto,2004:29).

Sebagai landasan berpikir dalam menyelesaikan atau memecahkan masalah yang ada, perlu adanya pedoman teoritis yang dapat membantu dan sebagai bahan referensi dalam penelitian.

Adapun kerangka teori dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.5.1 Kebijakan Publik

1.5.1.1 Pengertian Kebijakan Publik

(11)

memadai untuk pembicaraan-pembicaraan yang lebih bersifat ilmiah dan sistematis menyangkut analisis kebijakan publik. Sedangkan kata publik sendiri sebagian orang mengartikan sebagai negara. . Sebagai titik tolak atau landasan berfikir untuk memecahkan masalah, perlu adanya pedoman teoritis yang membantu.

Untuk itu perlu disusun suatu kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah tersebut disoroti. Berdasarkan rumusan diatas, peneliti mengemukakan beberapa teori, pendapat ataupun gagasan yang akan dijadikan tolak landasan berfikir dalam penelitian ini.

Namun demikian, kebijakan publik merupakan konsep tersendiri yang mempunyai arti dan defenisi khusus secara akademik. Defenisi kebijakan publik menurut para ahli sangat beragam.

Menurut Easton (1969) yang dikutip dari Hessel N. Tangkilisan (2003) kebijakan publik adalah pengalokasian nilai-nilai kekuasaan untuk seluruh masyarakat yang keberadaannya mengikat sehingga cukup pemerintah yang dapat melakukan sesuatu tindakan kepada masyarakat dan tindakan tersebut merupakan bentuk dari sesuatu yang dipilih oleh pemerintah yang merupakan bentuk dari pengalokasian nilai-nilai kepada masyarakat.

Menurut Anderson, kebijakan publik adalah pengembangan dari kebijakan yang dilakukan oleh institusi pemerintah dan aparaturnya dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa:

(12)

b. Kebijakan berisi tindakan-tindakan atau pola-pola tindakan pejabat-pejabat pemerintah.

c. Kebijakan itu merupakan apa yang benar-benar dilakukan pemerintah, jadi bukan apa yang baru menjadi maksud atau pernyataan pemerintah untuk melakukan sesuatu.

d. Kebijakan pemerintah ini dilandaskan pada perundang-undangan dan bersifat memaksa.

Berdasarkan pengertian para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik adalah sejumlah aktivitas pemerintah yang dirumuskan dan dilaksanakan untuk memecahkan masalah yang ada di masyarakat baik secara langsung maupun melalui lembaga-lembaga lain yang mampu mempengaruhi kehidupan masyarakat, jadi pada dasarnya kebijakan publik berorientasi pada pemecahan masalah riil yang terjadi di tengah masyarakat.

Kebijakan dalam konteks program biasanya mencakup serangkaian kegiatan yang menyangkut pengesahan atau legislasi, pengorganisasian, dan pengerahan atau penyediaan sumber-sumber daya yang diperlukan.

Program itu sendiri memiliki ruang lingkup yang relatif khusus dan cukup jelas batasan-batasannya. Program-program dipandang sebagai sarana (instrument) untuk mewujudkan berbagai tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh pemerintah.

1.5.1.2 Bentuk dan Tahapan Kebijakan Publik

(13)

Adapun kebijakan publik memiliki tahap-tahap yang cukup kompleks karena memiliki banyak proses dan variabel yang harus dikaji. Menurut William Dunn (1998), tahap-tahap kebijakan publik adalah sebagai berikut:

1. Tahap Penyusunan Agenda (Agenda Setting)

Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda publik. Sebelumnya masalah-masalah ini berkompetensi terlebih dahulu untuk dapat masuk ke dalam agenda kebijakan. Pada akhirnya, beberapa masalah masuk ke agenda kebijakan pada perumusan kebijakan. Pada tahap ini suatu masalah mungkin tidak tersentuh sama sekali dan beberapa yang lain pembahasan untuk masalah tersebut ditunda untuk waktu yang lama.

2. Tahap Formulasi Kebijakan (Policy Formulation)

Masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para pembuat kebijakan. Masalah tadi didefenisikan untuk kemudian dicari pemecahan masalah terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif yang ada.

Sama halnya dengan perjuangan suatu masalah untuk masuk ke dalam agenda kebijakan, dalam tahap perumusan kebijakan masing-masing alternative bersaing untuk memecahkan masalah.

3. Tahap Adopsi Kebijakan (Policy Adoption)

(14)

4. Tahap Implementasi Kebijakan (Policy Implementation)

Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatan elit jia program tersebut tidak dilaksanakan.

Oleh karena itu, program kebijakan yang telah diambil sebagai alternatif pemecahan masalah harus diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh badan-badan administrasi maupun agen-agen pemerintah di tingkat bawah. Kebijakan yang telah diambil dilaksanakan oleh unit-unit administrasi yang memobilisasikan sumber daya finansial dan manusia.

Pada tahap implementasi ini berbagai kepentingan akan saling bersaing. Beberapa impementasi kebijakan mendapat dukungan para pelaksana, namun beberapa yang lain mungkin akan ditentang oleh para pelaksana. 5. Tahap Evaluasi (Policy Evaluation)

Pada tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau dievaluasi untuk melihat sejauh mana kebijakan yang diambil telah mampu memecahkan masalah. Kebijakan publik yang pada dasarnya dibuat untuk meraih dampak yang diinginkan.

(15)

1.5.2 Implementasi Kebijakan

1.5.2.1 Pengertian Implementasi Kebijakan

Menurut Dwijowijoto (2004; 158), implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya (tidak lebih dan tidak kurang).

Selanjutnya Nugroho mengemukakan bahwa perencanaan atau sebuah kebijakan yang baik akan berperan menentukan hasil yang baik. Dalam implementasi kebijakan publik, terdapat dua pilihan langkah yang dapat dilakukan, yakni langsung mengimplementasikan dalam bentuk program-program atau melalui formulasi kebijakan derivat atau turunan dari kebijakan publik tersebut.Pada prinsipnya, kebijakan bertujuan untuk melakukan intervensi. Dengan demikian, inplementasi kebijakan pada hakekatnya adalah tindakan (action) intervensi itu sendiri.

Implementasi kebijakan adalah tahap pembuatan keputusan diantara pembentukan sebuah kebijakan seperti halnya pasal-pasal sebuah undang-undang legislatif, pengeluaran sebuah peraturan eksekutif, pelolosan keputusan pengadilan atau keluarnya standar peraturan dan konsekuensi dari kebijakan bagi masyarakat yang mempengaruhi beberapa aspek kehidupannya. Jika kebijakan diambil secara tepat, maka kemungkinan kegagalan pun masih bisa terjadi, jika proses implementasi tidak tepat.

(16)

Tindakan-tindakan ini mencakup usaha-usaha untuk mengubah keputusan-keputusan menjadi tindakan-tindakan operasional dalam kurun waktu tertentu maupun dalam rangka melanjutkan usaha-usaha untuk mencapai perubahan-perubahan besar dan kecil yang ditetapkan oleh keputusan-keputusan kebijakan.

Berasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan adalah suatu proses yang dinamis yang melibatkan upaya pembuat kebijakan untuk mempengaruhi perilaku pelaksana kebijakan, dimana pelaksana kebijakan melakukan aktivitas atau kegiatan sehingga pada akhirnya akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran kebijakan itu sendiri.

Jadi, tahapan implementasi merupakan peristiwa yang berhubungan dengan apa yang terjadi setelah suatu perundang-undang atau kebijakan ditetapkan dengan memberikan otoritas pada suatu kebijakan dengan membentuk output yang jelas dan dapat diukur.

Dengan demikian, tugas implementasi kebijakan sebagai suatu penghubung yang memungkinkan tujuan-tujuan kebijakan mencapai hasil melalui aktivitas atau kegiatan dari program pemerintah.

1.5.2.2 Model-model Implementasi Kebijakan

1.5.2.2.1 Model yang Dikembangkan George C. Edwards Faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan menurut George C. Edward III yang dikutip dari Subarsono (2005: 90-92) adalah :

a. Komunikasi

(17)

ditransmisikan kepada kelompok sasaran (target group) sehingga akan mengurangi distorsi implementasi. Tujuan dan sasaran tidak jelas atau bahkan tidak diketahui sama sekali oleh kelompok sasaran, maka kemungkinan akan terjadi resistensi dari kelompok sasaran.

b. Sumberdaya

Isi kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas dan konsisten, tetapi apabila implementor kekurangan sumberdaya untuk melaksanakan, implementasi tidak akan berjalan efektif.

Sumberdaya tersebut dapat berwujud sumberdaya manusia yakni kompetensi implementor dan sumberdaya finansial. Sumberdaya adalah faktor penting implementasi kebijakan agar efektif. Tanpa sumberdaya, kebijakan hanya tinggal dikertas menjadi dokumen saja.

c. Disposisi

Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor, seperti komitmen, kejujuran dan sifat demokratis.

Apabila implementor memiliki disposisi yang baik, maka dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan.

Ketika implementor memiliki sikap atau presepsi yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses implementasi kebijakan juga menjadi tidak efektif.

d. Struktur Birokrasi

(18)

aspek struktur yang penting dari setiap organisasi adalah adanya prosedur operasi yang standar (Standard Operating Procedures atau SOP). Struktur organisasi yang terlalu panjang cenderung melemahkan pengawasan dan menimbulkan rep-tape yakni prosedur birokrasi yang rumit dan komplek atau bertele-tele.

Gambar I.1 Model Teori George C. Edward III

Sumber: Subarsono (2005: 91)

1.5.2.2.2 Model yang Dikembangkan Van Meter & Van Horn Van Meter dan Van Horn menawarkan suatu model dasar yang mempunyai enam variabel yang membentuk ikatan (linkage) antara kebijakan dan pencapaian (performance). Dengan menggunakan pendekatan masalah seperti ini, dalam pendangan Van Meter dan Van Horn, kita mempunyai harapan yang besar untuk menguraikan proses-proses dengan cara melihat bagaimana keputusan-keputusan kebijakan dilaksanakan dibandingkan hanya sekedar menghubungkan variabel bebas dan variabel terikat dalam suatu cara yang semena-mena. Variabel-variabel tersebut dijelaskan Van Meter dan Van Horn sebagai berikut:

Komunikasi

Struktur Organisasi

Sumberdaya

Disposisi

(19)

1. Standar dan Tujuan Kebijakan

Suatu kebijakan tentu telah menegaskan standar dan sasaran tertentu yang harus dilaksanakan oleh para pelaksana kebijakan. Dalam melakukan studi implementasi, tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran suatu program yang akan dilaksanakan harus diidentiikasi dan diukur karena implementasi tidak dapat berhasil atau mengalami kegagalan bila tujuan-tujuan itu tidak dipertimbangkan. Dalam menentukan ukuran-ukuran dasar dari sasaran sasaran, kita dapat menggunakan pernyataan-pernyataan dari para pembuat keputusan sebagaimana direfleksikan dalam banyak dokumen seperti regulasi-regulasi dan garis-garis pedoman program yang menyatakan kriteria untuk evaluasi pencapaian kebijakan.

Akan tetapi, dalam beberapa hal ukuran-ukuran dasar dan sasaran-sasaran kebijakan harus dideduksikan oleh peneliti perorangan dan pilihan ukuran-ukuran pencapaian bergantung pada tujuan-tujuan yang didukung oleh penelitian (Winarno, 2004:110-112).

2. Sumber Daya

(20)

cukup dana untuk membiayai program-program yang telah direncakan. Dengan demikian, besar kecilnya dana akan menjadi salah satu faktor yang menentukan keberhasilan implementasi kebijakan (Winarno, 2004:112).

3. Aktivitas Implementasi dan Komunikasi Antar Organisasi

Kejalasan standar dan sasaran tidak menjamin implementasi yang efektif apabila tidak dibarengi dengan adanya komunikasi antar organisasi dan aktivitas pengukuhan. Semua pelaksana harus memahami apa yang diidealkan oleh kebijakan yang implementasinya menjadi tanggungjawab mereka. Hanya saja komunikasi adalah proses yang rumit, yang sangat potensial untuk terjadi penyimpangan. Hal ini menyangkut persoalan kewenangan dan kepemimpinan.

(21)

sengaja atau tidak sengaja. Lebih dari itu, jika sumber sumber informasi ataupun sumber yang sama memberikan interpretasi yang tidak konsisten terhadap ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan atau bahkan bertentangan, maka para pelaksana kebijakan akan mendapatkan kesulitan yang lebih besar untuk melaksanakan maksud-maksud dari kebijakan. Oleh karena itu, menurut Van Meter dan Van Horn prospek prospek tentang implementasi yang efektif ditentukan oleh kejelasan ukuran-ukuran dan tujuan-tujuan yang dinyatakan dan oleh ketepatan dan konsistensi dalam mengkomunikasikan ukuran-ukuran dan tujuan tersebut. Menurut Van Meter dan Van Horn, implementasi yang berhasil sering kali membutuhkan mekanisme-mekanisme dan prosedur-prosedur lembaga.

(22)

tanggapan-tanggapan terhadap inisiatif-inisiatif dan memperoleh sumber-sumber fisik dan teknis yang diperlukan yang berguna dalam melaksanakan kebijakan. Kedua, atasan dapat menyandarkan pada berbagai sanksi, baik positif maupun negatif. Menurut Van Meter dan Van Horn, kita dapat menyelidiki aspek pelaksanaan ini dengan menunjuk kepada perbedaan antara kekuasaan normatif, renumeratif dan keuasaan koersif (Winarno, 2004:112-114).

4. Karakteristik dari Agen Pelaksana/ Implementor

Menurut Ripley (1973) struktur dari agen pelaksana, yang meliputi karakteristik, norma dan pola hubungan yang potensial maupun aktual sangat berpengaruh terhadap keberhasilan implementasi (Wibawa, 1994:20-21).

(23)

derajat pengendalian, (3) dukungan politik yang dimiliki, (4) kekuatan organisasi, (5) derajat keterbukaan dan kebebasan komunikasi, dan (6) keterkaitan dengan pembuat kebijakan (Wibawa, 1994:21).

5. Kondisi ekonomi, sosial, dan politik

Kondisi-kondisi ekonomi, sosial, dan politik merupakan variabel selanjutnya yang diidentifikasi oleh Van Meter dan Van Horn. Sebagaimana dapat diambil inferensi logis dari bagan sistem kebijakan di depan, kondisi sosial, ekonomi dan politik juga berpengaruh terhadap efektivitas implementasi kebijakan. Ini merupakan implikasi dari perspektif sistemik. 6. Kecenderungan (disposition) dari Pelaksana/Implementor

Kesemua variabel tadi membentuk sikap pelaksana terhadap kebijakan yang mereka implementasikan, untuk pada akhirnya menentukan seberapa tinggi kinerja kebijakannya. Kognisi, netralitas dan obyektivitas para individu pelaksana sangat berpengaruh bentuk respons mereka terhadap semua variabel tersebut. Wujud respon individu pelaksana menjadi penyebab dari berhasil dan gagalnya implementasi. Jika pelaksana tidak memahami tujuan kebijakan, lebih-lebih apabila sistem nilai yang mempengaruhi sikapnya berbeda dengan sistem nilai pembuat kebijakan maka implementasi tidak akan efektif. Hal yang sama juga terjadi bila “loyalitas” pelaksana kepada organsasi rendah (Wibawa, 1994: 21-22).

(24)

1.5.2.2.3 Model yang Dikembangkan Mazmaian & Sabatier Menurut Mazmanian dan Sebatier (1983), ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi keberhasilan implementasi, yakni: (1) karakteristik dari masalah (tractability of the problems); (2) karakteristik kebijakan/undang-undang (ability of statute to structure implementation); (3) variabel lingkungan (nonstatutory variables affecting implementation) (Subarsono, 2009:94).

Variabel-variabel tersebut terlihat pada Gambar 1.3. Kerangka berpikir yang mereka tawarkan juga mengarah pada dua persoalan mendasar yaitu, kebijakan dan lingkungan kebijakan. Hanya saja pemikiran Sabatier dan Mazmanian ini terkesa menganggap bahwa suatu implementasi akan efektif apabila pelaksanaannya mematuhi peraturan yang ada (Wibawa, 1994: 25).

(25)

1.5.2.2.4 Model yang Dikembangkan Merilee S Grindle (1980)

Keberhasilan implementasi menurut Merilee S. Grindle yang dikutip dari Subarsono (2005: 93) dipengaruhi oleh dua variabel benar, yakni isi kebijakan dan lingkungan implementasi.

Variabel isi kebijakan mencakup :

a. sejauh mana kepentingan kelompok sasaran termuat dalam isi kebijakan b. jenis mamfaat yang diterima oleh target group

c. sejauh mana perubahan yang diinginkan dari sebuah kebijakan d. apakah letak sustu program sudah tepat

e. apakah sebuah kebijakan telah menyebutkan implementasinya dengan rinci

(26)

Sedangkan variabel lingkungan kebijakan mencakup :

a. seberapa kekuasaan, kepentingan dan strategi yang dimiliki oleh para aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan

b. karakteristik institusi dan rezin yang sedang berkuasa c. tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran

Gambar I.4 Model Teori Merilee S Grindle

Sumber: Subarsono (2005: 93)

(27)

implementasi kebijakan haruslah menampilkan keefektifan dari kebijakan itu sendiri.

Menurut Richard Martland yang dikutip dari Dwijowijoto (2004: 179), pada prinsipnya ada empat “tepat” yang perlu dipenuhi dalam hal pencapaian keefektifan implementasi kebijakan.

1. Kebijakannya itu sendiri sudah tepat. Ketepatan kebijakan ini dinilai dari sejauh mana kebijakan yang ada, telah bermuatan hal-hal yang memang memecahkan masalah yang hendak dipecahkan.

Sisi kedua dari kebijakan adalah apakah kebijakan tersebut sudah dirumuskan sesuai dengan karakter masalah yang hendak dipecahkan.Sisi ketiga adalah, apakah kebijakan dibuat oleh lembaga yang mempunyai kewenangan yang sesuai dengan karakter kebijakannya.

2. Tepat pelaksanaannya. Aktor implementasi tidaklah hanya pemerintah. Ada tiga lembaga yang dapat menjadi pelaksana yaitu pemerintah, kerjasama antara pemerintah, masyarakat atau swasta atau implementasi kebijakan yang diswastakan. Kebijakan yang bersifat memberdayakan masyarakat, seperti penanggulangan kemiskinan. Kebijakan yang bersifat mengarahkan kegiatan masyarakat.

(28)

4. Tepat lingkungan. Ada dua lingkungan yang paling menentukan, yaitu lingkungan internal kebijakan dan lingkungan eksternal kebijakan. Lingkungan internal kebijakan yaitu interaksi antara lembaga perumus kebijakan dan pelaksana kebijakan dengan lembaga lain yang terkait. Lingkungan eksternal sebagai variabel eksogen terdiri dari opini publik yaitu presepsi publik kebijakan dan implementasi kebijakan, lembaga interpretasi dengan lembaga strategik.

1.5.2.2.5 Model Tahapan dalam Implementasi Kebijakan Publik

Implementasi pada hakikatnya juga upaya pemahaman apa yang seharusnya terjadi setelah sebuah program dilaksanakan. Implementasi kebijakan tidak hanya melibatkan instansi yang bertanggungjawab untuk pelaksanaan kebijakan tersebut, namun juga menyangkut jaringan kekuatan politik, ekonomi, dan sosial. Dalam tataran praktis, implementasi adalah proses pelaksanaan keputusan dasar. Proses tersebut terdiri atas beberapa tahapan yakni:

1. tahapan pengesahan peraturan perundangan 2. pelaksanaan keputusan oleh instansi pelaksana

3. kesediaan kelompok sasaran untuk menjalankan keputusan 4. dampak nyata keputusan baik yang dikehendaki atau tidak

5. dampak keputusan sebagaimana yang diharapkan instansi pelaksana 6. upaya perbaikan atas kebijakan atau peraturan perundangan

Berikut ini merupakan tahapan-tahapan operasional implementasi sebuah kebijakan:

(29)

Tahapan ini merupakan tahapan penjabaran sebuah kebijakan yang bersifat abstrak dan sangat umum ke dalam kebijakan atau tindakan yang lebih bersifat manajerial dan operasional. Dalam Nugroho (2006) disebutkan bahwa untuk mengimplementasikan kebijakan publik, ada dua pilihan langka yang ada, yaitu langsung mengimplementasikan dalam bentuk program-program atau melalui formulasi kebijakan derivat atau turunan dari kebijkan publik tersebut. Kebijakan abstrak biasanya tertuang dalam bentuk peraturan perundangan yang dibuat oleh lembaga eksekutif dan legislatif, bisa berbentuk perda ataupun undang-undang. Kebijakan manajerial biasanya tertuang dalam bentuk keputusan eksekutif yang bisa berupa peraturan presiden maupun keputusan kepala daerah, sedangkan kebijakan operasional berupa keputusan pejabat pemerintahan bisa berupa keputusan/peraturan menteri ataupun keputusan kepala dinas terkait. Kegiatan dalam tahap ini tidak hanya berupa proses penjabaran dari kebijakan abstrak ke petunjuk pelaksanaan/teknis namun juga berupa proses komunikasi dan sosialisasi kebijakan tersebut baik yang berbentuk abstrak maupun operasional kepada para pemangku kepentingan.

2. Tahapan pengorganisasian.

Kegiatan pertama tahap ini adalah penentuan pelaksana kebijakan (policy implementor) yang setidaknya dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

(30)

pencegah terjadinya kesalahpahaman saat para pelaksana tersebut menghadapi masalah. Prosedur tetap tersebut terdiri atas Standar Operasi Prosedur (SOP) atau Standar Pelayanan Minimal (SPM). Langkah

berikutnya adalah penentuan besaran anggaran biaya dan sumber pembiayaan.

Sumber pembiayaan bisa diperoleh dari sektor pemerintah (APBN/APBD) maupun sektor lain (swasta atau masyarakat). Selain itu juga diperlukan penentuan peralatan dan fasilitas yang diperlukan, sebab peralatan tersebut akan berperan penting dalam menentukan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan kebijakan. Langkah selanjutnya, penetapan manajemen pelaksana kebijakan dan diwujudkan dalam penentuan pola kepemimpinan dan koordinasi pelaksanaan, dalam hal ini penentuan focal point pelaksana kebijakan. Setelah itu, jadwal pelaksanaan implementasi kebijakan segera disusun untuk memperjelas hitungan waktu dan sebagai salah satu alat penentu efisiensi implementasi sebuah kebijakan.

3. Tahapan implikasi. Tindakan dalam tahap ini adalah perwujudan masing masing tahapan yang telah dilaksanakan sebelumnya.

1.5.2.3 Model Implementasi yang digunakan dalam Penelitian

(31)

1. Komunikasi

Komunikasi merpakan perantara dari sebuah organisasi agar program-program tersebut dapat direalisasikan dengan tujuan serta sasarannya. Komunikasi ialah sarana untuk menyebarluaskan informasi, baik dari atas kebawah maupun sebaliknya. Komunikasi dilakukan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Hal yang menyangkut komunikasi berarti terhubung dengan koordinasi.

Sementara itu koordinasi menyangkut persoalan bagaimana praktik pelaksanaan kekuasaan. Koordinasi berarti adanya kerjasama yang saling terkait dan saling mendukung antar pelaksana kebijakan dalam guna pencapaian tujuan implementasi kebijakan.

2. Sumber-sumber/SumberDaya

(32)

3. Disposisi/Kecenderungan

Salah satu faktor yang mempengaruhi efektivitas implementasi kebijakan adalah sikap implementor. Jika implementor setuju dengan bagian-bagian isi dari kebijakan maka mereka melaksanakan dengan senang hati tetapi jika pandangan mereka berbeda dengan pembuat kebijakan maka proses implementasi akan mengalami banyak masalah. Ada tiga bentuk sikap atau respon implementor terhadap kebijakan, yaitu:

a. Kesadaran pelaksana.

b. Petunjuk atau arahan pelaksana untuk merespon program kearah penerimaan dan penolakan.

c. Intensitas dari respon tersebut.

Para pelaksana mungkin memahami maksud dan sasaran program namun seringkali mengalami kegagalan dalam pelaksanaan program secara tepat karena mereka menolak tujuan yang adadidalamnya sehingga secara sembunyi mengalihkan dan menghindari implementasi program.

4. Struktur Birokrasi

Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yabg signifikan terhadap implementasi kebijakan. Salah satu aspek yang penting dalam struktur organisasi adalah adanya Standard Operating Procedures (SOP). Standard Operating Procedure (SOP) menjadi Pedoman bagi Implementor untuk

(33)

1.5.3 Pelaksanaan Rekrutmen Pegawai Negeri Sipil 1.5.3.1 Pengertian Pegawai Negeri Sipil

Unsur manusia sangat penting untuk menggerakkan organisasi ke arah yang telah ditetapkan. Manusia yang terlibatdalam organisasi ini disebut pegawai. Untuk lebih jelasnya akan dikemukakan pendapat beberapa ahli mengenai defenisipegawai.

Widjaja A.W. (2006: 113) berpendapat mengenaidefinisi pegawai:

Pegawai adalah merupakan tenaga kerja manusia jasmaniah maupun rohaniah (mental dan pikiran) yang senantiasa dibutuhkan dan oleh karena itu menjadi salah satu modal pokok dalam usaha kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu (organisasi).

Berdasarkan definisi tersebut dapat diketahui bahwa pegawai merupakan modal pokok suatu organisasi dalam usaha mencapai tujuannya. Peranan pegawai sangat penting dalam hal melaksanakan tugas-tugas dalam suatu organisasi. Organisasi akan berjalan dengan baik apabila pegawai menggunakan unsur jasmani maupun rohani untuk menjalankan pekerjaan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan bersama.

Pegawai Negeri memiliki hak dan kewajiban yang melekat dalam dirinya. Pegawai Negeri berkewajiban melayani kebutuhan masyarakat umum, sebagai balas jasa pemerintah memberikan hak berupa gaji serta tunjangan yang besarnya disesuaikan dengan tingkat kepangkatan dari masing-masing pegawai.

Pengertian Pegawai Negeri Menurut UU No. 11 Tahun 2002 Tentang Aparatur Sipil Negara yaitu:

(34)

2. Pegawai negeri adalah mereka yang telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam peraturan perundang-undang yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam sesuatu jabatan negeri atau diserahi tugas negara lainnya yang ditetapkan berdasarkan sesuatu peraturan undangan dan digaji menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Berdasarkan beberapa pendapat dari ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pegawai negeri sipil adalah orang-orang yang memenuhi syarat undang-undang untuk diangkat menjadi salah satu unsur aparatur negara yang bertugas untuk melayani kepentingan masyarakat umum.

1.5.3.2 Jenis Pegawai Negeri Sipil

Jenis pegawai di Indonesia dibagi menjadi beberapa golongan. Penggolongan jenis pegawai didasarkan pada tugas pokok dan fungsi masing-masing. Hal ini bertujuan untuk memperjelas tugas dan kewajiban masing-masing pegawai. Jenis-jenis pegawai Indonesia telah diatur dalam undang-undang.

Pegawai Negeri Sipil terdiri dari: 1. Pegawai Negeri Sipil Pusat 2. Pegawai Negeri Sipil Daerah

Secara definitif, PNS Daerah adalah PNS Daerah Provinsi, Daerah Kabupaten dan Daerah Kota yang gajinya dibebankan pada APBD dan bekerja pada Pemerintah Daerah atau dipekerjakan di luar instansi induknya yang gajinya dibebankan pada instansi yang menerima bantuan.

(35)

teknis profesional dan adminsitrasi sesuai kebutuhan dan kemampuan organisasi (Muluk Khairul M.R 2009: 211).

1.5.3.3 Kedudukan Pegawai Negeri Sipil

Menurut Miftah Thoha (2005: 2) Pegawai negeri merupakan unsur Aparatur Negara, Abdi Masyarakat dan Abdi masyarakat adalah untuk melaksanakan tugas pemerintahan dan tugas pembangunan. Dengan kata lain keberhasilan tugas pemerintahan dan pembangunan banyak tergantung kepada kemauan dan kemampuan pegawai negeri.

Pegawai negeri berkedudukan sebagai abdi negara tugasnya adalah melayani kehendak negara yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 yang isinya adalah:

1. Melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia;

2. Memajukan kesejahteraan umum; 3. Mencerdaskan kehidupan Bangsa;

4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

(36)

Persyaratan

Syarat yang harus dipenuhi oleh setiap pelamar untuk menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil:

1. Warga Negara Indonesia

2. Pada saat diangkat CPNS berusia sekurang-kurangnya 18 tahun dan setinggi-tingginya 35 tahun

3. Memiliki SKCK dari kepolisian

4. Tidak pernah diberhentikan ataupun berhenti dari CPNS/PNS 5. Tidak berkedudukan sebagai CPNS/PNS

6. Mempunyai pendidikan, kecakapan, keahlian dan keterampilan yang dibutuhkan

7. Sehat jasmani dan rohani

8. Bersedia ditempatkan dimana saja

9. Syarat lain yang diperlukan dalam prasyaratan jabatan Pengumuman

Dalam pengumuman dicantumkan antara lain: 1. Jumlah dan jenis jabatan yang lowong 2. Kualifikasi pendidikan yang dibutuhkan

3. Syarat yang harus dipenuhi oleh setiap pelamar 4. Alamat dan tempat lamaran ditujukan

5. Batas waktu pengajuan surat lamaran

(37)

Surat lamaran ditulis tangan sendiri. Surat lamaran ditujukan kepada Pejabat Pembina Kepegawaian yang bersangkutan dengan melamoirkan:

1. Fc STTB/ijazah yang disahkan pejabat yang berwenang

2. Kartu tanda pencari kerja dari Departemen/Dinas Tenaga Kerja setempat 3. Pas foto menurut ukuran dan jumlah yang ditentukan

Penyaringan

Penyaringan pelamar dilaksanakan dengan dua tahap, yaitu: pemeriksaan administratif dan ujian penyaringan dalam pemeriksaan administratif. Melakukan pemeriksaan surat lamaran, apabila tidak memenuhi syarat maka dikembalikan dengan alasan yang tepat dan apabila surat memenuhi persyaratan maka dapat melakukan ujian penyaringan sampai tahap akhir.

Pengumuman Pelamar Yang Diterima

Pelamar yang ditetapkan diterima wajib melengkapi dan menyerahkan kelengkapan administrasi:

1. Fc ijazah/STTB yang telah disahkan

2. Daftar riwayat hidup sesuai dengan ketentuan yang berlaku 3. Pas foto sesuai ukuran

4. SKCK dari Polri

5. Surat keterangan sehat jasmani dan rohani dari dokter 6. Asli kartu pencari kerja dari Dinas Tenaga Kerja 7. Dan lainnya yang dibutuhkan

Pengangkatan Sebagai CPNS

(38)

pelamar mendapatkan surat keputusan yang menyatakan tentang pengangkatan sebagai CPNS.

Golongan Ruang

Golongan ruang sebagai dasar penggajian pertama ditetapkan berdasarkan ijazah yang dimiliki dan digunakan pada saat melamar. Golongan ruang gaji PNS (menurut ketentuan Peraturan Pemerintah No. 98 Tahun 2000 yang telah diubah dengan Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 2002):

1. I/a Sekolah Dasar/setingkat

2. I/c Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama/setingkat

3. II/a Sekolah Lanjutan Tingkat Atas/Diploma I/setingkat 4. II/b Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa/Diploma II/setingkat 5. II/c Sarjana Muda/Akademi/Diploma III

6. III/a Sarjana/Diploma IV

7. III/b Dokter/Apoteker/Magister/setara – III/c Doktor 8. Ijazah/STTB Yang Diperoleh Di Luar Negeri

Penghasilan

Hak atas gaji PNS adalah sebesar 80% dari gaji pokok PNS yang berlaku mulai yang bersangkutan secara nyata melaksanakan tugasnya yang dinyatakan dengan surat pernyataan oleh kepala kantor atau pimpinan satuan organisasi yang bersangkutan.

PNS yang pada saat pengangkatannya telah memiliki pengalaman atau masa kerja yang dapat diperhitungkan untuk penetapan gaji pokok adalah:

(39)

2. Masa kerja sebagai pegawai tidak tetap (PTT)

Masa Percobaan

PNS yang telah menjalani masa percobaan sekurang-kurangnya 1 tahun dan paling lama 2 tahun, diangkat sebagai PNS apabila memenuhi syarat:

1. Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan sekurang-kurangnya baik. 2. Telah memenuhi syarat kesehatan jasmani dan rohani untuk diangkat

sebagai PNS

3. Telah lulus pendidikan dan pelatihan prajabatan Pemberhentian atau Pensiun PNS

PNS diberhentikan dengan hormat apabila: 1. Mengajukan permohonan berhenti 2. Tidak memenuhi syarat kesehatan

3. Tidak lulus dari pendidikan dan pelatihan prajabatan 4. Tidak menunjukan kecakapan dalam menjalankan tugas

5. Menunjukan tingkah dan perilaku yang tidak baik yang dapat mengganggu lingkungan pekerjaan

6. Dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang 7. Menjadi anggota atau pengurus partai politik

Jaminan Pensiun

PNS diberikan jaminan pensiun apabila: 1. Meninggal dunia

(40)

3. Mencapai batas usia pensiun

4. Perampingan organisasi atau kebijakan pemerintah yang mengakibatkan pensiun dini

5. Tidak cakap jasmani dan / rohani sehingga tidak dapat menjalankan tugas dan kewajiban

Jaminan pensiun ini diberikan sebagai hak dan sebagai penghargaan atas pengabdian selama menjadi PNS.

1.6 Defenisi Konsep

Defenisi konsep dalam penelitian digunakan untuk menggambarkan secara tepat fenomena yang hendak diteliti. Menurut Irawan (Dalam Bagong Suryanto, 2005:49) konsep adalah makna yang berada di alam pikiran atau di dunia kepahaman manusia yang dinyatakan kembali dengan sarana lambang perkataan atau kata-kata. Konsep adalah istilah dan definisi yag digunakan untuk menggambarkan secara astrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian dan ilmu sosial (Singarimbun, 1995: 33).

1. Rekrutmen merupakan serangkaian aktivitas untuk mencari dan memikat pelamar kerja dengan motivasi, kemampuan, keahlian, dan pengetahuan yang diperlukan guna menutupi kekurangan yang diidentifikasi dalam perencanaan kepegawaian.

(41)

yang ditentukan dalam peraturan perundang-undang yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam sesuatu jabatan negeri atau diserahi tugas negara lainnya yang ditetapkan berdasarkan sesuatu peraturan perundang-undangan dan digaji menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

1.7 Definisi Operasional

Defenisi operasional adalah. Dalam penelitian ini defenisi operasional diambil penjabaran teori yang dikemukakan oleh George. C. Edwards III yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini. Yang terdiri dari:

1. Komunikasi

Komunikasi diperlukan supaya tercipta konsitensi atau keseragaman dari ukuran dasar dan tujuan sehingga implementor mengetahui secara tepat ukuran maupun tujuan kebijakan itu. Komunikasi antar organisasi juga menunjukan adanya tuntutan saling mendukung antar institusi yang berkaitan dengan program dan kebijakan.

Kominikasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah:

a. Kerjasama para implementor dalam proses pelaksanaan rekrutmen PNS mulai dari persyaratan, pengumuman, pelamaran, penyaringan dan pengankatan PNS.

b. Metode sosialisasi kebijakan atau program yang digunakan. c. Intensitas komunikasi.

(42)

Kecenderungan maupun sikap para implementor sangat dibutuhkan dalam menjalankan sebuah kebijakan atau program. Adapun yang dimaksud dengan sikap implementor yang ditujukan dalam penelitian ini adalah :

a. Gambaran komitmen dan kejujuran yang dapat dilihat dari konsistensi antara pelaksana kegiatan dengan guideline yang telah ditetapkan.

b. Sikap demokratis yang dapat dilihat dari proses kerjasama antar implementor.

3. Sumber Daya

Sumber daya yang memadai baik sumber daya manusia maupun finansial, sangat penting dalam menjalankan kebijakan atau program dilihat dari:

a. Kemampuan implementor dengan melihat jenjang pendidikan, pemahaman terhadap tujuan dan sasaran serta aplikasi detail program, kemampuan menyampaikan program dan mengarahkan. b. Ketersediaaan finansial dengan melihat kebutuhan dana, prediksi

kekuatan dana, dan biaya. 4. Struktur Birokrasi

Aspek struktur birokrasi ini mencakup dua hal penting, pertama adalah Standard Operating Procedures (SOP) dan struktur organisasi

(43)

Adapun variabel yang menjadi indikator-indikator yang dapat mempengaruhi tahapan proses dalam rekrutmen PNS yaitu:

Variabel dan Indikator yang mempengaruhi:

1. Komunikasi 2. Sumberdaya

3. Disposisi/kecenderungan 4. Struktur Birokrasi

Tahapan Proses dalam Rekrutmen PNS:

• Persyaratan

• Pelamaran

• Pengumuman • Penyaringan

(44)

1.8 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang disusun dalam rangka menerapkan segala keseluruhan hasil penelitian ini secara singkat dapat diketahui sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN

Bab yang terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Teori, Definisi Konsep dan Sistematika Penulisan. BAB II : METODE PENELITIAN

Bab ini memuat Lokasi Penelitian, Jenis Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Sumber Data, Definisi Operasional dan Analisis Data.

BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini memuat mengenai gambaran umum tempat dilakukannya penelitian.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini memuat tentang penyajian dan pembahasan serta analisis data-data yang diperoleh saat penelitian dilakukan dan memberikan interprestasi terhadap masalah yang diteliti.

BAB V : PENUTUP

Gambar

Tabel 1.1 Jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Indonesia, Sumatera Utara dan
Tabel 1.2 Isu Kepegawaian Yang Sering Terjadi Di Instansi Pusat Maupun
Gambar I.1 Model Teori George C. Edward III
Gambar 1.3 Model Teori Mazmaian & Sabatier
+2

Referensi

Dokumen terkait

 Dalam undang-undang ini ciptaan yang dilindungi adalah Dalam undang-undang ini ciptaan yang dilindungi adalah ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra,. ciptaan

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui peran ustadz Madrasah Diniyah Hidayatul Falah dalam meningkatkan nilai-nilai religius melalui

Caranya : klik toolbar Isert Table klik tanda panah pada kolom Number of columns (untuk menentukan jumlah kolom tabel yang diperlukan) klik tanda panah pada kolom Number

Dengan ini menyatakan &ngan sebenarnya bahwa *ripsi dengan judul " Peran Ustadz tv{adrasah Diniyatr tfdaydul Falah datam Meningkatkan Nilai-Nilai Religius melalui

Melihat pada arah dari paradigma pembangunan yang sekarang dicanangkan, dan juga melihat pada program yang dijalankan dalam membuat rencana pembangunan tersebut, maka diperlukan

Telegram, mengarahkan siswa untuk mencermati contoh-contoh pada diktat yang telah dibagikan secara online melalui blog, serta mengamati penjelasan pada channel Youtube

Hasil analisa hubungan antara pengetahuan kesehatan reproduksi dengan sikap remaja tentang seksual siswa SMA Negeri 1 Sedayu Bantul disajikan dalam bentuk tabel 6....