• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN EKOWISAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN EKOWISAT"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN EKOWISATA

DI KAWASAN PESISIR DAN LAUT

(Suatu Kajian di Pulau Pari, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu,

Propinsi DKI Jakarta)

Irna Diana1, Haryoto Kusnoputranto2, Luky Adrianto3, Triyono4, Neksidin5

1Pascasarjana Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia 2Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia 3Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor 4

UPT SDM Oseanografi Pulau Pari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 5Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor

ABSTRAK

Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis daya dukung lingkungan untuk pengelolaan pengembangan pariwisata berkelanjutan. Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis kesesuaian lahan pada masing-masing obyek wisata, dan menganalisis daya dukung lingkungan kawasan wisata di Pulau Pari. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Instrumen pengumpulan data berupa kuesioner, studi literatur (data sekunder) dan pengamatan di lapangan (data primer) yang diolah menggunakan analisis kesesuaian lahan, dan analisis daya dukung lingkungan. Obyek wisata yang diteliti yaitu obyek wisata snorkeling dan wisata pantai. Wisata snorkeling berada di Area Perlindungan Laut, dan wisata pantai berada di Pantai Pasir Perawan, Pantai Kresek, Pantai Bintang, dan Pantai Berbintang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai indeks kesesuaian lahan pada obyek wisata snorkeling yaitu Sesuai dengan persentase sebesar 66%, sedangkan nilai indeks kesesuaian wisata pada obyek wisata pantai yaitu Sangat Sesuai dengan nilai 98,5% untuk Pantai Pasir Perawan, 92,6% untuk Pantai Kresek, 91% untuk Pantai Bintang, dan 92,6% untuk Pantai Berbintang. Total nilai daya dukung lingkungan dari semua obyek wisata adalah 331 pengunjung/hari.

(2)

1. Pendahuluan

Salah satu pulau kecil di gugusan Kepulauan Seribu yang sedang berkembang wisata baharinya yaitu Pulau Pari di Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan. Keanekaragaman sumberdaya hayati, panorama alam, dan keindahan bawah lautnya merupakan bagian daya tarik wisata dari gugusan Pulau Pari. Lokasinya yang dapat diakses dari berbagai alternatif dengan jarak tempuh yang singkat dari Jakarta semakin memudahkan wisatawan untuk berkunjung ke kawasan tersebut. Sejak dibukanya obyek wisata di Pulau Pari, kunjungan wisatawan dari tahun 2010 sampai 2013 mengalami peningkatan. Peningkatan wisatawan menimbulkan permasalahan lingkungan yang terjadi karena adanya aktivitas wisata di area perlindungan laut, sehingga mengakibatkan kondisi lingkungan di obyek wisata terumbu karang menurun. Pulau Pari memiliki perairan yang bersih, hamparan pasir putih yang luas dan memiliki potensi bahari yang indah. Keindahan alam perairan Pulau Pari menjadi daya tarik bagi wisatawan, sehingga Pulau Pari dijadikan sebagai salah satu tujuan wisata bahari yang dikekola oleh masyarakat setempat. Keindahan wisata bahari yang terdapat di Pulau Pari telah menjadi potensi masa depan perekonomian wilayah Kepulauan Seribu. Untuk menjadi pariwisata yang berlanjut dalam aspek ekologi, ekonomi, dan sosial, pengelolaan pengembangan obyek wisata di Pulau Pari harus diimbangi dengan daya dukung lingkungan di kawasan wisata tersebut.

Pulau Pari menjadi salah satu tujuan wisata para wisatawan yang datang dari dalam propinsi maupun luar propinsi karena mempunyai obyek wisata pantai unggulan yaitu Pantai Pasir Perawan,

dan wisata bahari yaitu snorkeling. Sebagian besar tour guide membawa wisatawan untuk melakukan snorkeling di area perlindungan laut. Akibatnya, terjadi penurunan persentase penutupan terumbu karang mencapai 35% dengan kategori Sedang. Hal ini dikhawatirkan berpotensi melebihi daya dukung dan membahayakan fungsinya sebagai kawasan penelitian dan konservasi terumbu karang. Oleh karena itu, perlu tindakan untuk memperkecil kerusakan lingkungan di sekitar area tersebut. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah pengelolaan pariwisata di Pulau Pari belum diimbangi dengan daya dukung lingkungan, padahal Pulau Pari termasuk pulau-pulau kecil yang rentan terhadap kerusakan lingkungan, sehingga jumlah wisatawan perlu dibatasi dengan mempertimbangkan kesesuaian lahan pada masing-masing obyek wisata di Pulau Pari.

(3)

pengelolaan kegiatan wisata, agar pariwisata berkelanjutan dapat

terwujud.

Pariwisata berkelanjutan adalah hubungan triangulasi yang seimbang antara daerah tujuan wisata (host areas) dengan habitat dan manusianya, pembuatan paket liburan (wisata), dan industri pariwisata, dimana tidak ada satupun stakeholders (pemangku kepentingan) dapat merusak keseimbangan. Pembangunan pariwisata berkelanjutan didasarkan pada kriteria berkelanjutan, yang artinya bahwa pembangunan dapat didukung secara ekologi dalam jangka panjang dan layak secara ekonomi, adil secara etika, dan sosial terhadap masyarakat (Subadra, 2007)

Ekowisata adalah pariwisata berbasis alam yang berlanjut secara ekologi, sosial budaya, dan ekonomi untuk memberikan kesempatan menghargai dan belajar tentang unsur lingkungan alam. Istilah ekowisata dapat diartikan sebagai perjalanan seseorang ke daerah terpencil dengan tujuan menikmati dan mempelajari mengenai alam, sejarah, dan budaya di suatu daerah, dimana pola wisatanya membantu ekonomi masyarakat lokal dan mendukung pelestarian alam (Weaver, 2001)

Daya dukung lingkungan adalah konsep dasar yang dikembangkan untuk kegiatan pengelolaan suatu sumberdaya alam dan lingkungan yang lestari, melalui ukuran kemampuannya. Konsep ini dikembangkan dengan tujuan untuk mencegah kerusakan atau degradasi dari suatu sumberdaya alam dan lingkungan, sehingga keberadaan, kelestarian, dan fungsinya dapat terwujud dan pada saat ruang yang sama, pengguna atau masyarakat pemakai sumberdaya tersebut tetap berada dalam kondisi sejahtera dan/atau tidak dirugikan

(Purnama, 2012). Menurut Waluya (2011), pengelolaan lingkungan dapat dikatakan sebagai upaya untuk menjaga daya dukung lingkungan tetap berada level yang optimum, sehingga dapat memberikan manfaat kepada mahkluk hidup termasuk manusia sebagai pelaku utama pengelolaan lingkungan.

Beberapa ahli berpendapat bahwa daya dukung wisata terdiri atas berbagai komponen. Menurut Zacarias et al. (2011), daya dukung wisata terdiri atas 2 (dua) komponen yaitu daya dukung fisik-ekologi dan daya dukung sosial, sedangkan menurut Lone et al. (2013), daya dukung wisata terdiri atas 3 (tiga) komponen, yaitu daya dukung ekologi, daya dukung sosial, dan daya dukung ekonomi. Daya dukung fisik-ekologi adalah jumlah maksimum wisatawan yang melakukan kegiatan wisata tanpa menyebabkan kerusakan lingkungan, yang berdasarkan pada fisik, biologis, dan kondisi pengelolaan kawasan tersebut (Zacarias et al., 2011)

(4)

mereka berkunjung untuk berwisata (Lone et al., 2013) Kesesuaian lahan adalah kecocokan

suatu lahan untuk tujuan penggunaan tertentu, melalui penentuan nilai (kelas) lahan serta pola tata guna lahan yang dihubungkan dengan potensi wilayahnya, sehingga dapat diusahakan penggunaan lahan yang lebih terarah berikut usaha pemeliharaan kelestariannya (Rajab, 2014)

2. Metode Penelitian

Penelitian ini secara umum dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan PebruariApril 2015. Tempat penelitian dilaksanakan di Pulau Pari, Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta. Populasi pada penelitian ini adalah wisatawan, masyarakat, stakeholders, pantai, dan terumbu karang yang sampelnya dipilih secara purposive sampling.

Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis kesesuaian lahan untuk mengetahui tingkat kecocokan suatu lahan guna kepentingan wisata pada masing-masing obyek wisata. Obyek wisata yang sesuai sebagai kawasan wisata perlu di analisis kembali melalui analisis daya dukung kawasan untuk mengetahui seberapa besar nilai maksimum kawasan yang dapat menampung wisatawan tanpa menimbulkan kerusakan lingkungan.

2.1 Analisis kesesuaian lahan

Matriks kesesuaian untuk wisata bahari di Pulau Pari meliputi obyek wisata pantai dan wisata snorkeling. Setiap kegiatan wisata mempunyai persyaratan sumberdaya dan lingkungan yang sesuai dengan obyek wisata yang akan dikembangkan. Untuk menganalisis kesesuaian wisata dapat menggunakan rumus sebagai berikut (Yulianda et al., 2010):

IKW = x 100% ...(1) Keterangan:

IKW = Indeks Kesesuaian Wisata Ni = Nilai parameter ke-i (bobot x

skor)

Nmaks = Nilai maksimum dari suatu

kategori wisata

Hasil perhitungan analisis kesesuaian wisata dilakukan berdasarkan hasil perkalian bobot dan skor untuk setiap parameter yang. Hasil perhitungan tersebut kemudian dikategorikan dengan klasifikasi yang terdiri atas 4 (empat) kelas kesesuaian yaitu sebagai berikut (Yulianda et al., 2010):

Sangat Sesuai (SS) : IKW 100-83% Sesuai (S) : IKW <83-50% Sesuai Bersyarat (SB) : IKW <50-17% Tidak Sesuai (TS) : IKW <17%

2.2 Analisis Daya Dukung

Lingkungan

Analisis daya dukung kawasan wisata pada penelitian ini terbatas pada obyek wisata bahari dan wisata pantai di Pulau Pari. Wisata bahari terdiri atas snorkeling, sedangkan wisata pantai areanya terbatas pada wisata Pantai Perawan, Pantai Kresek, Pantai Bintang,

(5)

kepuasan wisatawan. Perhitungan daya dukung kawasan dapat dilihat pada rumus berikut ini (Yulianda et al., 2010):

DDK = K x x ... (2) Keterangan:

DDK = Daya Dukung Kawasan

K = Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area

Lp = Luas area atau panjang area yang dimanfaatkan

Lt = Unit area untuk kategori tertentu

Wt = Waktu yang disediakan kawasan untuk kegiatan wisata dalam 1 hari

Wp = Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu

Adapun potensi ekologis pengunjung, unit area, dan waktu yang dihabiskan wisatawan untuk setiap unit kegiatan dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2.

Tabel 1. Potensi Ekologis pengunjung (K) dan luas area kegiatan (Lt)

No. Jenis

Kegiatan

Pengunjung (orang)

Unit area

(Lt) Keterangan

1. Pantai 1 50 m 1 orang setiap 50 m

panjang pantai

2. Snorkeling 1 500 m2 Setiap 1 orang dalam

100 x 50 m

Sumber: Yulianda et al. (2010)

Tabel 2. Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan

No. Jenis

Kegiatan

Waktu yang dibutuhkan

- Wp (jam)

Total waktu 1 hari - Wt (jam)

1. Pantai 3 6

2. Snorkeling 3 6

Sumber: Yulianda et al. (2010)

3. Hasil dan Pembahasan

3.1 Analisis kesesuaian lahan di obyek wisata Pulau Pari.

Kondisi terumbu karang pada penelitian ini berlokasi di area perlindungan laut yang dijadikan tempat aktivitas wisata snorkeling oleh tour guide Pulau Pari. Hasil penelitian mengenai parameter pada obyek wisata snorkeling berdasarkan data sekunder yang merupakan hasil-hasil penelitian mengenai terumbu karang di area perlindungan laut Pulau Pari. Hasil perhitungan IKW untuk obyek wisata snorkeling yaitu 66%. Hal ini berarti

kesesuaian lahan untuk kawasan obyek wisata snorkeling di area perlindungan laut termasuk dalam kategori sesuai untuk digunakan sebagai tempat wisata snorkeling.

(6)

untuk Pantai Bintang, dan 92,6% untuk Pantai Berbintang. Hal ini berarti kesesuaian lahan untuk semua kawasan obyek wisata pantai termasuk dalam kategori sangat sesuai untuk digunakan sebagai tempat wisata.

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut hal ini berarti bahwa kriteria kesesuaian lahan tersebut telah terpenuhi dan diperkuat oleh teori Dahuri (2003) yang menyatakan bahwa pembangunan berkelanjutan di suatu wilayah kepulauan secara ekologis, salah satunya harus memenuhi persyaratan yaitu ditempatkan pada lokasi yang secara bio-fisik lingkungannya sesuai. Selanjutnya, Yulianda (2010) juga

memaparkan mengenai beberapa hal yang harus diperhitungkan dalam mempertimbangkan kenyamanan wisatawan yaitu kawasan wisata harus memenuhi kriteria pada masing-masing parameter sehingga kenyamanan wisatawan tidak terganggu dan wisatawan dapat menjalani tujuan wisatanya dengan tanpa gangguan.

3.2 Daya dukung lingkungan

untuk kawasan wisata Pulau Pari

Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan berada pada kategori sesuai, maka yang harus dilakukan selanjutnya yaitu perhitungan daya dukung kawasan yang dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Perhitungan Daya Dukung Lingkungan Untuk Kawasan Obyek Wisata

Snorkeling

Wisata K Lp

(m2) Lt (m2)

Wp (jam)

Wt (jam)

Nilai Daya Dukung (Pengunjung/hari)

Snorkeling 1 67.654 500 3 6 270

Hasil perhitungan pada Tabel 3 yaitu 270 pengunjung/hari. Hal ini berarti area perlindungan laut dengan luas area pemanfaatan 67.654 m2 hanya menampung 270 pengunjung/hari. Dari total waktu 6 jam yang disediakan kawasan selama satu hari, dan waktu yang digunakan pengunjung untuk kegiatan snorkeling selama 3 jam, maka jumlah pengunjung yang dapat ditampung di lokasi tersebut yaitu 270 pengunjung/hari. Hal ini menjadi dasar perhitungan daya dukung kawasan untuk aktivitas wisata snorkeling. Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan, semua kawasan wisata pantai berada pada kategori sangat sesuai, maka yang harus dilakukan selanjutnya yaitu perhitungan daya dukung kawasan. Pada perhitungan daya dukung di obyek wisata pantai dibagi

menjadi 4 lokasi pantai yang dapat dilihat pada Tabel 4.

(7)

Tabel 4. Perhitungan Daya Dukung Lingkungan Untuk Kawasan

Obyek Wisata Pantai

Wisata K Lp

(m2) Lt (m2)

Wp (jam)

Wt (jam)

Nilai Daya Dukung (Pengunjung/hari)

Pantai pasir

perawan 1 585 50 3 6 23

Pantai

Kresek 1 317 50 3 6 13

Pantai

Bintang 1 300 50 3 6 12

Pantai

berbintang 1 323 50 3 6 13

Tabel 5. Total Nilai Daya Dukung Lingkungan Untuk Kawasan

Wisata Pulau Pari

No. Obyek Wisata Nilai Daya Dukung

(pengunjung/hari)

1. Wisata Pantai Pasir Perawan 23 2. Wisata Pantai Kresek 13 3. Wisata Pantai Bintang 12 4. Wisata Pantai Berbintang 13

5. Wisata snorkeling 270

Total 331

Sumber: Hasil olahan sendiri (2015)

Nilai daya dukung ini dapat dibandingkan dengan data jumlah pengunjung (wisatawan) Pulau Pari setiap harinya pada bulan April 2015.

Gambar 1. Jumlah Kunjungan Wisatawan dengan Batas Nilai Daya Dukung

Lingkungan Wisata Pulau Pari (pengunjung/hari) Bulan April 2015

Sumber: Suku Dinas Perhubungan Pulau Pari (2015)

1727

877

1348

742 747

965

0 300 600 900 1200 1500 1800

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Tanggal

331

Jum

la

h

P

eng

unj

(8)

Penjelasan dari hasil perbandingan pada Gambar 1 yaitu jumlah wisatawan yang berkunjung di Pulau Pari lebih besar dari nilai daya dukung lingkungan wisata, namun hanya berlaku untuk hari libur akhir pekan dan libur nasional (peak season).

Bila data jumlah wisatawan lebih besar dari pada nilai daya dukung, maka hal tersebut merupakan peringatan kewaspadaan untuk dilakukan pengendalian lebih lanjut. Sebaliknya, bila data jumlah wisatawan/hari belum terlampaui, maka ada peluang untuk ditingkatkan pengelolaannya. Hal ini diperkuat dengan teori Subadra (2007) yang menyatakan mengenai prinsip-prinsip pembangunan pariwisata berkelanjutan bahwa daya dukung yang harus dipertimbangkan salah satunya yaitu daya dukung fisik, sehingga pembangunan dan pengembangan harus sesuai dengan batas-batas lingkungan. Pada dasarnya, pengembangan wisata bahari di pulau-pulau kecil harus berdasarkan dengan konsep ekowisata yang mementingkan kelestarian alam dan lingkungan. Hal ini diperkuat oleh teori Weaver (2001) yang memaparkan bahwa ekowisata adalah pariwisata berbasis alam yang berlanjut secara ekologi, sosial, dan ekonomi untuk memberikan kesempatan menghargai dan belajar tentang unsur lingkungan alam. Dalam ekowisata, pengelola tidak hanya mengutamakan kenyamanan dan kepuasan pengunjung, tetapi juga mengutamakan kelestarian alam. Hal ini juga diperkuat oleh teori Kanayos (2013) mengenai perbedaan karakteristik ecotourism dan mass tourism dimana kesimpulan yang dapat diambil dari teori tersebut yaitu mass

tourism tidak dapat dikembangkan

dikembangkan di pulau-pulau kecil karena tidak sesuai dengan karakteristik

di pulau-pulau kecil, sehingga diperlukan batasan wisatawan melalui pendekatan daya dukung lingkungan agar pariwisata di Pulau Pari tetap berlanjut.

4. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa obyek wisata snorkeling di area perlindungan laut termasuk dalam kategori sesuai dengan nilai IKW 66%, sedangkan obyek wisata pantai di semua kawasan pantai termasuk dalam kategori sangat sesuai dengan nilai IKW 98,5% untuk Pantai Pasir Perawan, 92,6% untuk Pantai Kresek, 91% untuk Pantai Bintang, dan 92,6% untuk Pantai Berbintang. Nilai daya dukung kawasan untuk obyek wisata snorkeling di area perlindungan laut yaitu 270 pengunjung/hari, 23 pengunjung/hari untuk lokasi Pantai Pasir Perawan, 13 pengunjung/hari untuk Pantai Kresek, 12 pengunjung/hari untuk Pantai Bintang, dan 13 pengunjung/hari untuk Pantai Berbintang. Total nilai daya dukung lingkungan untuk kawasan wisata di Pulau Pari adalah 331 pengunjung/hari. Hasil perbandingan antara nilai daya dukung lingkungan dan data jumlah pengunjung/wisatawan yaitu jumlah kunjungan wisatawan lebih besar dari nilai daya dukung lingkungan yang ada khususnya pada hari libur akhir pekan atau libur nasional (peak season).

5. Ucapan Terima Kasih

(9)

Pascasarjana Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor.

6. Daftar Pustaka

Adrianto, L. 2005. Pengantar penilaian ekonomi sumberdaya pesisir dan laut. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB, Bogor. Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman

hayati laut: Aset pembangunan

berkelanjutan Indonesia.

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kanayos, R. 2013. Explorasi ekowisata:

Karakteristik ekowisata dan

wisata massal. 4 hlm.

http://ekowisatakotamalang.blog spot.com. 21 Oktober 2014, 10.30 WIB.

Lone, S., Lone, F.A., & Asif, M. 2013. Carrying capacity assesment for The promotion of ecotourism in Bangus Valley: a Future Tourist Destination of J & K India.

International Journal of

Scientific Research, 2 (3), 187-188.

Purnama, W.A. 2012. Daya dukung

kegiatan wisata. 5 hlm.

http://namagraph.com. 14 September 2014, pk. 20.14 WIB. Rajab, M.A. 2014. Pengelolaan pulau

kecil untuk pengembangan

ekowisata bahari (Studi kasus Pulau Liukang Loe, kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan).

Tesis Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Suku Dinas Perhubungan Pulau Pari. Data jumlah pengunjung Pulau Pari. Suku Dinas Perhubungan Pulau Pari, Jakarta.

Subadra, I.N. 2007. Prinsip-prinsip

pembangunan pariwisata

berkelanjutan. 3 hlm.

http://subadra.wordpress.com. 24 Oktober 2014, pk. 10.24 WIB.

Waluya, B. 2011. Pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Weaver, D.B. 2001. Ecotourism as mass tourism: contradiction or reality?. Hotel and restaurant administration quarterly, Cornell University, New York.

Yulianda, F., Fahrudin A., Hutabarat A.A., Harteti S., Kusharjani., Kang H.S. 2010. Pengelolaan pesisi dan laut secara terpadu.

Pusdiklat Kehutanan

Departemen Kehutanan RI-SECEM-Korea International Cooperation Agency, Bogor. Zacarias, D.A., Williams, A.T., &

Gambar

Tabel 2. Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatanWaktu yangTotal waktu
Tabel 5. Total Nilai Daya Dukung Lingkungan Untuk KawasanWisata Pulau Pari

Referensi

Dokumen terkait

Dapat menjadi sumber ilmu tambahan untuk berbagai pihak misalnya Aparatur penegak hukum seperti Polisi, Hakim, dan Jaksa yang mengawal jalannya penyelesaian kasus-kasus

Upaya untuk mengatasi hal tersebut kami mengikuti sosialisasi BOS ditingkat kecamatan dan meminta bantuan dari UPTD untuk dibimbing dalam pembuatan RKAS sehingga

Dengan menerapkan metode pembelajaran yang terintegrasi dengan teknologi komputer (seperti SPC) akan memberikan suatu model yang berbasis unjuk kerja, hal ini

Ampul dibuat dari bahan gelas tidak berwarna akan tetapi untuk bahan obat yang peka terhadap cahaya, dapat digunakan ampul yang terbuat dari bahan gelas

diibaratkan seperti teknologi penginderaan jarak jauh menggunakan citra satelit yang digunakan untuk mendeteksi potensi sumber daya alam di suatu titik lokasi,

Java bukan turunan langsung dari bahasa pemrograman manapun, juga sama sekali tidak kompetibel dengan semuanya.. Java memiliki keseimbangan menyediakan mekanisme

Perancangan Ilustrasi Buku Legenda Reyog dan Warok Ponorogo Perancangan Ilustrasi Buku Legenda Reyog dan Warok Ponorogo merupakan salah satu upaya dalam melestarikan sejarah dan

%etetapan ini mengamanatkan untuk meningkatkan kualitas manusia yang beriman&amp; berta4wa&amp; dan manusia yang beriman&amp; berta4wa&amp; dan berahklak mulia serta