GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG CARA MEMANDIKAN BAYI YANG BAIK DAN BENAR
DI BPS SARIWATI JL.PEKAUMAN BANJARMASIN TAHUN 2015
ADETIARA FONDARIZKI, S.SiT
AKADEMI KEBIDANAN BUNGA KALIMANTAN
ABSTRAK
Latar Belakang : Memandikan bayi bagi ibu nifas merupakan pekerjaan yang berat dan membingungkan karna kondisi tali pusat bayi yang masih basah, ditambah lagi dengan kondisi ibu setelah proses persalinan yang melelahkan dan bertambah sulit jika ibu bersalin post sesio secarea atau post vakum. Memandikan bayi harus dilakukan secara benar agar bayi terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Tujuan : Untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap ibu nifas di BPS Sariwati jalan Pekauman Banjarmasin..
Bahan dan Cara : Dalam penelitian ini instrumen untuk pengumpulan data berupa kuesioner dan dianalisis secara deskriftif.
Hasil : Pada uji yang telah dilakukan peneliti pada 34 responden ibu nifas didapat bahwa 6 orang responden (17,6%) yang pengetahuan baik, pengetahuan kurang sebanyak 10 orang responden (52,9%), dan pengetahuan cukup sebanyak 18 orang responden (29,5%). Sedangkan ibu nifas yang memiliki sikap positif sebanyak 19 orang (59,9%) dan yang memiliki sikap negatif sebanyak 15 orang (44,1%).
Kesimpulan : Diketahui bahwa sebagian besar ibu nifas di BPS Sariwati memiliki pengetahuan kurang, serta memiliki sikap yang positif.
Kata kunci : Pengetahuan, sikap, ibu nifas
LATAR BELAKANG
Bayi yang baru lahir sebaiknya tidak dimandikan walaupun dengan air hangat karena
belum bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. Jika bayi dibasahi dengan air
maka panas yang ada dalam tubuhnya akan terambil sehingga suhu tubuhnya akan turun
drastis. Jika bayi yang baru lahir kehilangan suhu tubuh, darah yang mengalir dalam tubuh
yang berfungsi membawa oksigen ke seluruh tubuhnya akan berkurang. Dengan demikian
itu, akibat kekurangan oksigen tersebut maka beberapa sel-sel tubuh akan mengalami
kerusakan, terutama sel-sel di daerah otak yang sensitif (Nurmalita, 2009).
Mandi untuk bayi bukan hanya untuk membersihkan tubuh tetapi mandi merupakan
hal yang sangat menyenangkan bayi. Untuk orang tua mandi merupakan alat komunikasi
antara orang tua dengan bayi, karena saat mandi orang tua biasanya melakukan sentuhan,
usapan dan berbicara langsung walaupun bayi tidak mengerti dengan yang dibicarakan
padanya ( Farida, 2009).
Memandikan bayi bagi ibu nifas merupakan pekerjaan yang berat dan
membingungkan karna kondisi tali pusat bayi yang masih basah, ditambah lagi dengan
kondisi ibu setelah proses persalinan yang melelahkan dan bertambah sulit jika ibu bersalin
post sesio secarea atau post vakum. Memandikan bayi harus dilakukan secara benar agar bayi
terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Jika ibu tidak terampil dalam memandikan
bayinya maka resiko terjadi kecelakaan dalam mandi bisa terjadi. Misalnya seperti terjatuh
dari bak mandi, terlepas dari pegangan ibu saat mandi, yang bisa mengakibatkan keseleo
pada bayi dan bahkan cidera yang sangat serius. Namun jika mereka mengetahui pedoman
memandikan bayi karena sebelumnya sudah pernah memiliki anak maka hal itu bukanlah
pekerjaan yang berat terkadang ibu nifas menyerahkan anaknya pada baby sitter, pembantu
atau kepada orang tanya untuk memandikan sang bayi, bahkan terkadang orang tua ditahan
tinggal di rumahnya sampai berbulan-bulan agar ada yang memandikan sang buah hati.
Padahal jika ada kemauan memandikan bayi ini bukan merupakan hal yang sulit (Ratnawati,
Dalam penelitian ini peneliti membatasi cara memandikan bayi dengan mengukur suhu
air menggunakan siku/punggung tangan, membersihkan mata bayi dengan kapas basah,
menggunakan shampoo dan menyabun dengan waslap, cara memegang bayi saat
memandikan, membersihkan tali pusat saat memandikan dan cara membersihkan kemaluan
(Afiah, 2010).
Sampai saat ini masih banyak ibu nifas yang takut dalam memandikan bayinya.
Indonesia merupakan salah satu negara yang tingkat kelahirannya tinggi, dimana di Indonesia
juga terdapat banyak ibu nifas yang tingkat pengatahuan dan sikapnya masih rendah.
Sehingga masih banyak ibu nifas yang belum bisa menjaga kebersihan bayinya secara
benar,khususnya cara memandikan yang benar (Dewi, 2009).
Setiap harinya di dunia ada 1.000 bayi cidera saat mandi karena tidak terampilnya ibu
dalam memandikan bayinya. Salah satu cara mewaspadai kejadian tersebut adalah dengan
cara memberitahukan kepada ibu-ibu nifas tentang cara memandikan bayi yang baik dan
benar (Bundanutri, 2010).
Dari hasil study pendahuluan pada bulan bulan Mei tahun 2015 di BPS Sariwati di
Jl.Pekauman Banjarmasin, jumlah ibu nifas sebanyak 10 orang, didapat bahwa 3 orang ibu
nifas ( 30 %) yang mengetahui cara memandikan bayi yang baik dan benar dan 7 orang ibu
nifas (70 %) yang tidak tahu cara memandikan bayi yang baik dan benar, hal ini diketahui
dari beberapa pertanyaan yang diajukan kepada para ibu nifas mengenai cara memandikan
bayinya serta dari banyaknya ibu nifas yang menanyakan tentang bagaimana cara
memandikan bayinya, karena kebanyakan dari mereka masih takut untuk memandikan
bayinya sendiri. Karakteristik dari 7 ibu nifas yaitu berdasarkan tingkat paritas sebanyak 3
(57,14%) primigravida. Hal ini menunjukan masih kurangnya tingkat pengetahuan dan sikap
ibu nifas. Sehingga mempengaruhi Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas Tentang Cara
Memandikan Bayi Yang Baik dan Benar.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “
Gambaran Tingkat Pengatahuan dan Sikap Ibu Nifas di BPS
Sariwati Jl.Pekauman Kota Banjarmasin”.
METODE
Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu bertujuan untuk memaparkan gambaran pengetahuan dan
sikap ibu nifas tentang cara memandikan bayi yang baik dan benar di BPS Sariwati Jl. Pekauman
Banjarmasin. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas yang ada di BPS Sariwati di
Jl.Pekauman Kota Banjarmasin pada tahun 2015 sebanyak 37 orang, Sampel pada penelitian ini
adalah ibu nifas di BPS Sariwati di Jl.Pekauman Banjarmasin dari bulan Mei 2015, Pengambilan
sampel ini secara “purposive sampling, Variabel independen pada penelitian ini adalah
pengetahuan dan sikap, variable dependen adalah Cara memandikan bayi yang baik dan benar.
Instrumen penelitian ini menggunakan keusioner.
HASIL PENELITIAN
1. Gambaran Umum Responden
a. Gambaran Tingkat Pendidikan ibu nifas
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendididkan ibu nifas di BPS Sariwati tahun 2015.
Tabel 4.1 diatas menggambarkan bahwa responden yang berpendidikan dasar
sebesar 5 orang(14,8%), dan yang berpendidikan menengah sebanyak 19 orang
(55,8%) dan yang berpendidikan tinggi sebesar 10 orang (29,4%). Ibu nifas yang
berpendidikan menengah lebih banyak hal ini dikarenakan warga Pekauman
menganggap menuntut ilmu hingga kelas menengah atau SMP sudah cukup.
Sehingga kebanyakan dari mereka lebih memilih untuk menikah. Sahingga mereka
tidak melanjutkan ke jenjang sekolah menengah atas.
b. Gambaran Usia
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia
No Usia Frekuensi Presentasi (%)
Tabel 4.2 diatas menggambarkan bahwa responden yang berusia < 20 tahun
sebanyak 11 responden (32,3%), > 20 tahun sebanyak 12 orang (35,4%), dan yang
berusia > 30 tahun sebanyak 11 orang (32,3%). Usia responden kebanyakan berkisar
pada usia 20-30 tahun karena pada usia ini merupakan usia produktif.
c. Gambaran Paritas
responden (29,4%), dan yang memiliki anak > 2 orang sebanyak 7 responden
(20,6%). Warga jalan Pekauman kebanyakan memiliki tingkat ekonomi menengah
kebawah. Sehingga sulit untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Terutama untuk
memenuhi kebutuhan anaknya.Oleh sebab itu kebanyakan dari mereka lebih memilih
untuk memiliki 1 orang anak saja.
d. Gambaran Pekerjaan
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan No Pekerjaan Frekuensi Presentasi (%)
1
Tabel 4.4 diatas menggambarkan pekerjaan responden yaitu responden yang
bekerja sebagai ibu rumah tangga sebanyak 20 orang (59%), dan yang bekerja swasta
sebanyak 14 orang (41%). Kebanyakan responden ibu nifas adalah ibu rumah tangga,
hal ini dikarenakan tingkat pendidikan yang rendah sehingga mempersulit ibu nifas
untuk mencari pekerjaan. Sehingga kebanyakan ibu nifas lebih memilih untuk
mengurus rumah tangga saja. Selain itu juga minimnya modal untuk membuka usaha
membuat ibu-ibu nifas sulit mengembangkan usaha dibidang swasta.
e. Gambaran Jarak Kelahiran
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jarak Kelahiran Anak No Jarak Kelahiran Anak Frekuensi Presentasi (%)
Tabel 4.5 diatas menggambarkan jarak kelahiran anak responden yaitu yang
berjarak 5 tahun sebanyak 15 orang responden (44,1%), yang berjarak 10 tahun
sebanyak 13 orang responden (35,4%), dan yang memiiliki jarak kelahiran > 10 tahun
sebanyak 8 orang responden (20,5%). Kebanyakan responden ibu nifas memiliki
jarak kelahiran < 5 tahun. Hal ini dikarenakan banyaknya pasangan usia subur
sehingga sehingga kehamilan sangat mudah terjadi di anatara pasangan tersebut.
Selain itu, dekatnya jarak kelahiran juga disebabkan karena gagal KB. Sehingga tidak
terkontrolnya dengan jarak kelahiran anak sebelumya.
2. Gambaran khusus Responden
a. Gambaran Pengetahuan ibu nifas tentang cara memandiakn bayi yang baik dan benar
Tabel 4.6 Distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang cara memandikan bayi yang baik dan benar.
yang pengetahuan baik, pengetahuan cukup sebanyak 10 orang responden (52,9%),
dan pengetahuan kurang sebanyak 18 orang responden (29,5%). Adapun hal ini
disebabkan karena ibu-ibu nifas kurang mendapat informasi.
b. Gambaran sikap ibu nifas pada tentang cara memandiakan bayi yang baik dan benar
Jumlah 34 100% Sumber : Data Primer
Dari tabel 4.7 diatas dapat dilihat bahwa sikap responden tentang cara
memandikan bayi yang baik dan benar yaitu yang bersikap positif sebanyak 19 orang
(59,9%), dan yang bersikap negatif sebanyak 15 orang (44,1%).
PEMBAHASAN
1. Gambaran Umum Responden
a. Tingkat pendidikan
Dari hasil penelitian kepada 34 responden ibu nifas didapatkan bahwa tingkat
pendidikan responden di BPS Sariwati adalah yang berpendidikan SD sebesar 5
orang (14,8%), dan yang berpendidikan SMP sebanyak 19 orang (55,8%) dan yang
berpendidikan SMA sebesar 10 orang (29,4%). Tingkat pendidikan ini didapat dari
kuesioner yang dibagikan kepada responden ibu nifas dan di isi sendiri oleh ibu nifas
di BPS Sariwati. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa jumlah ibu nifas yang
berpendidikan SMP lebih besar dari pada ibu nifas yang berpendidikan SD dan SMA,
adapun hal ini dikarenakan masyarakat jalan Pekauman merupakan masyarakat yang
memiliki tingkat ekonomi menengah kebawah sehingga mereka tidak begitu
memprioritaskan untuk menuntut ilmu, mereka lebih mementingkan mencari
penghasilan. Seperti berdagang, dan membuka usaha swasta lainnya. Sehingg setelah
lulus SMP kebanyakan dari mereka lebih memilih mencari pekerjaan dan menikah
daripada meneruskan sekolah ke SMA.
b. Gambaran usia
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa responden ibu nifas yang berusia < 20
yang berusia > 30 tahun sebanyak 11 orang (32,3%). Usia dapat mempengaruh
pengetahuan dan sikap ibu nifas, karena semakin tua usia ibu nifas maka pengalaman
yang didapat akan lebih banyak dari pada ibu yang lebih muda. Sehingga
pengetahuan dan sikap ibu nifas yang lebih tua akan lebih baik dari pada ibu nifas
yang lebih muda.
c. Gambaran Paritas (Jumlah Anak)
Dari hasil penelitian diketahui bahwa responden ibu nifas yang memiliki
jumlah anak 1 orang sebanyak 17 responden (50%), dan yang memiliki jumlah anak
2 orang sebanyak 10 responden (29,4%), dan yang memiliki jumlah anak > 2 orang
sebanyak 7 responden (20,6%). Ibu nifas yang memiliki jumlah anak 1 lebih banyak
karena masyarakat jalan Pekauman merupakan masyarakat yang memiliki tingkat
ekonomi menengah kebawah. Sehingga sulit untuk memenuhi kebutuhan, terutama
untuk kebutuhan anaknya, seperti membeli susu,membeli popok, dan sebagainya.
Sehingga mereka lebih memilih untuk membesarkan 1 orang anaknya dulu. Namun
dengan jumlah anak 1 orang ini maka pengetahuan dan sikap ibu nifas akan lebih
terbatas karena kurangnya pengalaman dalam mengurus anaknya dibanding dengan
ibu nifas yang memiliki jumlah anak lebih dari 1 orang.
d. Gambaran Pekerjaan
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa gambarkan pekerjaan responden yaitu
responden ibu nifas yang bekerja sebagai ibu rumah tangga sebanyak 20 orang
(59%), dan yang bekerja swasta sebanyak 14 orang (41%). Ibu nifas yang bekerja
sebagai ibu rumah tangga lebih banyak dari pada ibu nifas yang bekerja swasta
hingga SMP saja sehingga sulit untuk mencari pekerjaan. Sedangkan untuk
berwiraswasta atau membuka usaha sendiri mereka tidak memiliki modal yang
cukup. Sehingga mereka lebih bergantung pada suami dalam masalah keuangan.
Sehingga kebanyakan ibu nifas di BPS Sariwati lebih memilih sebagai ibu rumah
tangga saja. Dengan menjadi ibu rumah tangga ibu nifas akan lebih banyak waktu
bersama anaknya dibanding ibu yang bekerja. Sehingga ibu rumah tangga memiliki
pengetahuan yang lebih baik dan memiliki sikap yang positif dari pada ibu nifas yang
bekerja. Ini dikarenakan ibu yang bekerja memiliki lebih banyak waktu diuar rumah
dibanding mengurus anaknya.
e. Gambaran Jarak Kelahiran
Dari hasil penelitian diketahui bahwa jarak kelahiran anak responden ibu nifas
yaitu yang memiliki jarak kelahiran anak < 5 tahun sebanyak 15 orang responden
(44,1%), yang memiliki jarak kelahiran anak 10 tahun sebanyak 13 orang responden
(35,4%), dan yang memiiliki jarak kelahiran anak > 10 tahun sebanyak 8 orang
responden (20,5%). Ibu nifas yang memiliki jarak kelahiran anak < 5 tahun lebih
banyak karena kebanyakan dari ibu nifas di BPS Sariwati jalan Pekauman merupakan
pasangan usia subur yang berada pada usia 20-30 tahun. Sehingga ibu nifas lebih
produktif.
2. Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Cara Memandikan Bayi Yang Baik Dan Benar
Dari hasil penelitian diketahui bahwa hanya 6 orang responden ibu nifas (17,6%)
yang memiliki pengetahuan baik, memiliki pengetahuan kurang sebanyak 10 orang
responden ibu nifas (52,9%) dan memiliki pengetahuan cukup sebanyak 18 orang
dibagikan pada ibu nifas dan diisi sendiri oleh mereka. Kebanyakan dari ibu nifas tidak
mengetahui tentang cara memandikan bayi yang baik dan benar, cara mencegah bayi
kedinginan, dan tentang penyebab iritasi kulit pada bayi. Kurangnya pengetahuan
dikarenakan kurang pemahaman dan kurangnya informasi yang didapat ibu nifas tentang
cara memandikan bayi yang baik dan benar.
Kurangnya pengetahuan karena kurangnya pemahaman adalah kurangnya
kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap
objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyimpulkan, melakukan, mempraktikan,
dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari (Notoatmodjo, 2007 : 141).
Sedangkan kurangnya pengetahuan ibu nifas karena kurangnya informasi adalah
kurangnya mendapat informasi dari tenaga kesehatan, TV, radio, dan surat kabar (Wawan
dan Dewi, 2011 : 17)
3. Gambaran Sikap Ibu Nifas Tentang Cara Memandikan Bayi Yang Baik dan Benar.
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa sikap responden ibu nifas yaitu yang
bersikap positif sebanyak 19 orang ibu nifas (59,9%) dan yang bersikap negatif sebanyak
15 orang ibu nifas (44,1%). Sehinga ibu nifas di BPS Sariwati lebih banyak yang
memiliki sikap positif. Adapun ini diketahui dari hasil kuesioner yang telah dibagikan
peneliti kepada responden ibu nifas dan diisi sendiri oleh responden ibu nifas. Dari hasil
kuesioner dapat dilihat ibu nifas lebih banyak menjawab benar pernyataan bahwa bayi
dimandikan sebanyak 2 kali dalam sehari, memandikan bayi dapat memberi rasa nyaman
Ibu nifas memiliki sikap positif karena adanya pengalaman pribadi. Pengalaman
pribadi tersebut meninggalkan kesan yang kuat didalam diri ibu nifas. Sehingga menjadi
sebuah pembelajaran untuk ibu nifas. Karena itu sikap positif akan lebih mudah terbentuk
apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor
emosional (Wawan dan Dewi, 2010 : 35).
KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN
1. Dari 34 responden ibu nifas yang mempunyai pengetahuan baik tentang cara memandikan
bayi dengan baik dan benar sebanyak 6 orang (17,6 %), sedangkan yang mempunyai
pengetahuan cukup tentang cara memandikan bayi dengan baik dan benar sebanyak 10
orang (29,5 %), dan yang mempunyai pengetahuan kurang tentang cara memandikan bayi
dengan baik dan benar sebanyak 18 orang (52,9 %).
2. Dari 34 responden ibu nifas yang mempunyai sikap positif tentang cara memandikan bayi
dengan baik dan benar sebanyak 19 orang (55,9 %), yang mempunyai sikap negatif
tentang cara memandikan bayi dengan baik dan benar sebanyak 15 orang (44,1 %).
SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti mengemukakan beberapa saran yang
diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak:
1. Memberikan informasi yang berkaitan dengan pengetahuan tentang bagaimana cara
memandikan bayi dengan baik dan benar kepada ibu nifas terutama pada ibu saat masih
hamil pada saat ANC di bidan atau tenaga kesehatan sehingga setelah melahirkan ibu
2. Kepada bidan BPS sebaiknya menyediakan wadah/media seperti poster, dan bubu-buku
cara memandikan bayi yang baik dan benar serta mengadakan kegiatan penyuluhan
kepada para ibu nifas saat berkunjung ke BPS tentang cara memandikan bayi dengan baik
dan benar.
3. Kepada peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian di tempat (lokasi),
metode, atau variabel yang berbeda. Guna didapatkannya pengetahuan yang lebih
beragam.
DAFTAR PUSTAKA
Afiah (2010) Menjaga Kesehatan Bayi dan Balita [ Internet ], Bersumber dari : < http:// Afiah.com /2010/17/9/> [ Diakses tanggal 15 Mei 2015 ]
Bambang (2009) Cara Memandikan Bayi Yang Baik dan Benar [Internet ] ,Bersumber dari : <http:// Bambang.blogspot.com/2008/6/11/Cara-Memandikan-Bayi-yang-Baik-Dan-Benar > [Diakses tanggal 15 Mei 2015]
Bundanutri (2010) Kesehatan Bayi dan Balita, Bersumber dari : <http:// Bundanutri.com /2010/2/17/ > [Diakses tanggal 15 Mei 2015]
Dewi (2009) Cara Perawatan Bayi Yang Baik dan Benar [ Internet], Bersumber dari : < http://Dewi.com /2009/9/12/> [Diakses tanggal 15 Mei 2015]
Farida (2009) Menjaga Kebersihan Bayi [ Internet], Bersumber dari : <http://Farida.com /2009/7/22/ > [ Diakses tanggal 15 Mei 2015]
Farhad (2010) Problema Ibu Dalam Memandikan Bayi [ Internet], Bersumber Dari : < http://Farhad.com /2010/6/9/> [Diakses tanggal 15 Mei 2015]
Hanifah (2006) Mandi Yang Aman Untuk Bayi [ Internet] , Bersumber dari : <http:// Hanifah.com 2006/7/29/ > [Diakses tanggal 15 Mei 2015]
Hidayat, A. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika; 2010. H . 51 – 89.
Nurmalita (2009) Perawatan Bayi Baru Lahir [Internet] , Bersumber dari: <http://Nurmalita .com /2009/5/12/> [Diakses tanggal 15 Mei 2015]
Nutricia (2010) Bayi Sehat [Internet], Bersumber dari : < http://Nutricia.com /Konten5no73> [Diakses tanggal 15 Mei 2015]
Nutricia (2010) Bayi Bersih dan Sehat [Internet], Bersumbeer dari : http:// Nutricia.com/Konten10no54> [Diakses tanggal 15 Mei 2015]
Notoatmodjo. Promosi Kesehatan dan Ilmu Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2007. h. 140 – 140.
Saifudin A. Sikap Manusia dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset; 2011. h. 29 – 37.