• Tidak ada hasil yang ditemukan

LATAR BELAKANG - Tampilan GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG CARA MEMANDIKAN BAYI YANG BAIK DAN BENAR DI BPS SARIWATI JL.PEKAUMAN BANJARMASIN TAHUN 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LATAR BELAKANG - Tampilan GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG CARA MEMANDIKAN BAYI YANG BAIK DAN BENAR DI BPS SARIWATI JL.PEKAUMAN BANJARMASIN TAHUN 2015"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG CARA MEMANDIKAN BAYI YANG BAIK DAN BENAR

DI BPS SARIWATI JL.PEKAUMAN BANJARMASIN TAHUN 2015

ADETIARA FONDARIZKI, S.SiT

AKADEMI KEBIDANAN BUNGA KALIMANTAN

ABSTRAK

Latar Belakang : Memandikan bayi bagi ibu nifas merupakan pekerjaan yang berat dan membingungkan karna kondisi tali pusat bayi yang masih basah, ditambah lagi dengan kondisi ibu setelah proses persalinan yang melelahkan dan bertambah sulit jika ibu bersalin post sesio secarea atau post vakum. Memandikan bayi harus dilakukan secara benar agar bayi terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.

Tujuan : Untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap ibu nifas di BPS Sariwati jalan Pekauman Banjarmasin..

Bahan dan Cara : Dalam penelitian ini instrumen untuk pengumpulan data berupa kuesioner dan dianalisis secara deskriftif.

Hasil : Pada uji yang telah dilakukan peneliti pada 34 responden ibu nifas didapat bahwa 6 orang responden (17,6%) yang pengetahuan baik, pengetahuan kurang sebanyak 10 orang responden (52,9%), dan pengetahuan cukup sebanyak 18 orang responden (29,5%). Sedangkan ibu nifas yang memiliki sikap positif sebanyak 19 orang (59,9%) dan yang memiliki sikap negatif sebanyak 15 orang (44,1%).

Kesimpulan : Diketahui bahwa sebagian besar ibu nifas di BPS Sariwati memiliki pengetahuan kurang, serta memiliki sikap yang positif.

Kata kunci : Pengetahuan, sikap, ibu nifas

LATAR BELAKANG

Bayi yang baru lahir sebaiknya tidak dimandikan walaupun dengan air hangat karena

belum bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. Jika bayi dibasahi dengan air

maka panas yang ada dalam tubuhnya akan terambil sehingga suhu tubuhnya akan turun

drastis. Jika bayi yang baru lahir kehilangan suhu tubuh, darah yang mengalir dalam tubuh

yang berfungsi membawa oksigen ke seluruh tubuhnya akan berkurang. Dengan demikian

(2)

itu, akibat kekurangan oksigen tersebut maka beberapa sel-sel tubuh akan mengalami

kerusakan, terutama sel-sel di daerah otak yang sensitif (Nurmalita, 2009).

Mandi untuk bayi bukan hanya untuk membersihkan tubuh tetapi mandi merupakan

hal yang sangat menyenangkan bayi. Untuk orang tua mandi merupakan alat komunikasi

antara orang tua dengan bayi, karena saat mandi orang tua biasanya melakukan sentuhan,

usapan dan berbicara langsung walaupun bayi tidak mengerti dengan yang dibicarakan

padanya ( Farida, 2009).

Memandikan bayi bagi ibu nifas merupakan pekerjaan yang berat dan

membingungkan karna kondisi tali pusat bayi yang masih basah, ditambah lagi dengan

kondisi ibu setelah proses persalinan yang melelahkan dan bertambah sulit jika ibu bersalin

post sesio secarea atau post vakum. Memandikan bayi harus dilakukan secara benar agar bayi

terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Jika ibu tidak terampil dalam memandikan

bayinya maka resiko terjadi kecelakaan dalam mandi bisa terjadi. Misalnya seperti terjatuh

dari bak mandi, terlepas dari pegangan ibu saat mandi, yang bisa mengakibatkan keseleo

pada bayi dan bahkan cidera yang sangat serius. Namun jika mereka mengetahui pedoman

memandikan bayi karena sebelumnya sudah pernah memiliki anak maka hal itu bukanlah

pekerjaan yang berat terkadang ibu nifas menyerahkan anaknya pada baby sitter, pembantu

atau kepada orang tanya untuk memandikan sang bayi, bahkan terkadang orang tua ditahan

tinggal di rumahnya sampai berbulan-bulan agar ada yang memandikan sang buah hati.

Padahal jika ada kemauan memandikan bayi ini bukan merupakan hal yang sulit (Ratnawati,

(3)

Dalam penelitian ini peneliti membatasi cara memandikan bayi dengan mengukur suhu

air menggunakan siku/punggung tangan, membersihkan mata bayi dengan kapas basah,

menggunakan shampoo dan menyabun dengan waslap, cara memegang bayi saat

memandikan, membersihkan tali pusat saat memandikan dan cara membersihkan kemaluan

(Afiah, 2010).

Sampai saat ini masih banyak ibu nifas yang takut dalam memandikan bayinya.

Indonesia merupakan salah satu negara yang tingkat kelahirannya tinggi, dimana di Indonesia

juga terdapat banyak ibu nifas yang tingkat pengatahuan dan sikapnya masih rendah.

Sehingga masih banyak ibu nifas yang belum bisa menjaga kebersihan bayinya secara

benar,khususnya cara memandikan yang benar (Dewi, 2009).

Setiap harinya di dunia ada 1.000 bayi cidera saat mandi karena tidak terampilnya ibu

dalam memandikan bayinya. Salah satu cara mewaspadai kejadian tersebut adalah dengan

cara memberitahukan kepada ibu-ibu nifas tentang cara memandikan bayi yang baik dan

benar (Bundanutri, 2010).

Dari hasil study pendahuluan pada bulan bulan Mei tahun 2015 di BPS Sariwati di

Jl.Pekauman Banjarmasin, jumlah ibu nifas sebanyak 10 orang, didapat bahwa 3 orang ibu

nifas ( 30 %) yang mengetahui cara memandikan bayi yang baik dan benar dan 7 orang ibu

nifas (70 %) yang tidak tahu cara memandikan bayi yang baik dan benar, hal ini diketahui

dari beberapa pertanyaan yang diajukan kepada para ibu nifas mengenai cara memandikan

bayinya serta dari banyaknya ibu nifas yang menanyakan tentang bagaimana cara

memandikan bayinya, karena kebanyakan dari mereka masih takut untuk memandikan

bayinya sendiri. Karakteristik dari 7 ibu nifas yaitu berdasarkan tingkat paritas sebanyak 3

(4)

(57,14%) primigravida. Hal ini menunjukan masih kurangnya tingkat pengetahuan dan sikap

ibu nifas. Sehingga mempengaruhi Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas Tentang Cara

Memandikan Bayi Yang Baik dan Benar.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “

Gambaran Tingkat Pengatahuan dan Sikap Ibu Nifas di BPS

Sariwati Jl.Pekauman Kota Banjarmasin”.

METODE

Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu bertujuan untuk memaparkan gambaran pengetahuan dan

sikap ibu nifas tentang cara memandikan bayi yang baik dan benar di BPS Sariwati Jl. Pekauman

Banjarmasin. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas yang ada di BPS Sariwati di

Jl.Pekauman Kota Banjarmasin pada tahun 2015 sebanyak 37 orang, Sampel pada penelitian ini

adalah ibu nifas di BPS Sariwati di Jl.Pekauman Banjarmasin dari bulan Mei 2015, Pengambilan

sampel ini secara “purposive sampling, Variabel independen pada penelitian ini adalah

pengetahuan dan sikap, variable dependen adalah Cara memandikan bayi yang baik dan benar.

Instrumen penelitian ini menggunakan keusioner.

HASIL PENELITIAN

1. Gambaran Umum Responden

a. Gambaran Tingkat Pendidikan ibu nifas

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendididkan ibu nifas di BPS Sariwati tahun 2015.

(5)

Tabel 4.1 diatas menggambarkan bahwa responden yang berpendidikan dasar

sebesar 5 orang(14,8%), dan yang berpendidikan menengah sebanyak 19 orang

(55,8%) dan yang berpendidikan tinggi sebesar 10 orang (29,4%). Ibu nifas yang

berpendidikan menengah lebih banyak hal ini dikarenakan warga Pekauman

menganggap menuntut ilmu hingga kelas menengah atau SMP sudah cukup.

Sehingga kebanyakan dari mereka lebih memilih untuk menikah. Sahingga mereka

tidak melanjutkan ke jenjang sekolah menengah atas.

b. Gambaran Usia

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia

No Usia Frekuensi Presentasi (%)

Tabel 4.2 diatas menggambarkan bahwa responden yang berusia < 20 tahun

sebanyak 11 responden (32,3%), > 20 tahun sebanyak 12 orang (35,4%), dan yang

berusia > 30 tahun sebanyak 11 orang (32,3%). Usia responden kebanyakan berkisar

pada usia 20-30 tahun karena pada usia ini merupakan usia produktif.

c. Gambaran Paritas

(6)

responden (29,4%), dan yang memiliki anak > 2 orang sebanyak 7 responden

(20,6%). Warga jalan Pekauman kebanyakan memiliki tingkat ekonomi menengah

kebawah. Sehingga sulit untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Terutama untuk

memenuhi kebutuhan anaknya.Oleh sebab itu kebanyakan dari mereka lebih memilih

untuk memiliki 1 orang anak saja.

d. Gambaran Pekerjaan

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan No Pekerjaan Frekuensi Presentasi (%)

1

Tabel 4.4 diatas menggambarkan pekerjaan responden yaitu responden yang

bekerja sebagai ibu rumah tangga sebanyak 20 orang (59%), dan yang bekerja swasta

sebanyak 14 orang (41%). Kebanyakan responden ibu nifas adalah ibu rumah tangga,

hal ini dikarenakan tingkat pendidikan yang rendah sehingga mempersulit ibu nifas

untuk mencari pekerjaan. Sehingga kebanyakan ibu nifas lebih memilih untuk

mengurus rumah tangga saja. Selain itu juga minimnya modal untuk membuka usaha

membuat ibu-ibu nifas sulit mengembangkan usaha dibidang swasta.

e. Gambaran Jarak Kelahiran

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jarak Kelahiran Anak No Jarak Kelahiran Anak Frekuensi Presentasi (%)

(7)

Tabel 4.5 diatas menggambarkan jarak kelahiran anak responden yaitu yang

berjarak 5 tahun sebanyak 15 orang responden (44,1%), yang berjarak 10 tahun

sebanyak 13 orang responden (35,4%), dan yang memiiliki jarak kelahiran > 10 tahun

sebanyak 8 orang responden (20,5%). Kebanyakan responden ibu nifas memiliki

jarak kelahiran < 5 tahun. Hal ini dikarenakan banyaknya pasangan usia subur

sehingga sehingga kehamilan sangat mudah terjadi di anatara pasangan tersebut.

Selain itu, dekatnya jarak kelahiran juga disebabkan karena gagal KB. Sehingga tidak

terkontrolnya dengan jarak kelahiran anak sebelumya.

2. Gambaran khusus Responden

a. Gambaran Pengetahuan ibu nifas tentang cara memandiakn bayi yang baik dan benar

Tabel 4.6 Distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang cara memandikan bayi yang baik dan benar.

yang pengetahuan baik, pengetahuan cukup sebanyak 10 orang responden (52,9%),

dan pengetahuan kurang sebanyak 18 orang responden (29,5%). Adapun hal ini

disebabkan karena ibu-ibu nifas kurang mendapat informasi.

b. Gambaran sikap ibu nifas pada tentang cara memandiakan bayi yang baik dan benar

(8)

Jumlah 34 100% Sumber : Data Primer

Dari tabel 4.7 diatas dapat dilihat bahwa sikap responden tentang cara

memandikan bayi yang baik dan benar yaitu yang bersikap positif sebanyak 19 orang

(59,9%), dan yang bersikap negatif sebanyak 15 orang (44,1%).

PEMBAHASAN

1. Gambaran Umum Responden

a. Tingkat pendidikan

Dari hasil penelitian kepada 34 responden ibu nifas didapatkan bahwa tingkat

pendidikan responden di BPS Sariwati adalah yang berpendidikan SD sebesar 5

orang (14,8%), dan yang berpendidikan SMP sebanyak 19 orang (55,8%) dan yang

berpendidikan SMA sebesar 10 orang (29,4%). Tingkat pendidikan ini didapat dari

kuesioner yang dibagikan kepada responden ibu nifas dan di isi sendiri oleh ibu nifas

di BPS Sariwati. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa jumlah ibu nifas yang

berpendidikan SMP lebih besar dari pada ibu nifas yang berpendidikan SD dan SMA,

adapun hal ini dikarenakan masyarakat jalan Pekauman merupakan masyarakat yang

memiliki tingkat ekonomi menengah kebawah sehingga mereka tidak begitu

memprioritaskan untuk menuntut ilmu, mereka lebih mementingkan mencari

penghasilan. Seperti berdagang, dan membuka usaha swasta lainnya. Sehingg setelah

lulus SMP kebanyakan dari mereka lebih memilih mencari pekerjaan dan menikah

daripada meneruskan sekolah ke SMA.

b. Gambaran usia

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa responden ibu nifas yang berusia < 20

(9)

yang berusia > 30 tahun sebanyak 11 orang (32,3%). Usia dapat mempengaruh

pengetahuan dan sikap ibu nifas, karena semakin tua usia ibu nifas maka pengalaman

yang didapat akan lebih banyak dari pada ibu yang lebih muda. Sehingga

pengetahuan dan sikap ibu nifas yang lebih tua akan lebih baik dari pada ibu nifas

yang lebih muda.

c. Gambaran Paritas (Jumlah Anak)

Dari hasil penelitian diketahui bahwa responden ibu nifas yang memiliki

jumlah anak 1 orang sebanyak 17 responden (50%), dan yang memiliki jumlah anak

2 orang sebanyak 10 responden (29,4%), dan yang memiliki jumlah anak > 2 orang

sebanyak 7 responden (20,6%). Ibu nifas yang memiliki jumlah anak 1 lebih banyak

karena masyarakat jalan Pekauman merupakan masyarakat yang memiliki tingkat

ekonomi menengah kebawah. Sehingga sulit untuk memenuhi kebutuhan, terutama

untuk kebutuhan anaknya, seperti membeli susu,membeli popok, dan sebagainya.

Sehingga mereka lebih memilih untuk membesarkan 1 orang anaknya dulu. Namun

dengan jumlah anak 1 orang ini maka pengetahuan dan sikap ibu nifas akan lebih

terbatas karena kurangnya pengalaman dalam mengurus anaknya dibanding dengan

ibu nifas yang memiliki jumlah anak lebih dari 1 orang.

d. Gambaran Pekerjaan

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa gambarkan pekerjaan responden yaitu

responden ibu nifas yang bekerja sebagai ibu rumah tangga sebanyak 20 orang

(59%), dan yang bekerja swasta sebanyak 14 orang (41%). Ibu nifas yang bekerja

sebagai ibu rumah tangga lebih banyak dari pada ibu nifas yang bekerja swasta

(10)

hingga SMP saja sehingga sulit untuk mencari pekerjaan. Sedangkan untuk

berwiraswasta atau membuka usaha sendiri mereka tidak memiliki modal yang

cukup. Sehingga mereka lebih bergantung pada suami dalam masalah keuangan.

Sehingga kebanyakan ibu nifas di BPS Sariwati lebih memilih sebagai ibu rumah

tangga saja. Dengan menjadi ibu rumah tangga ibu nifas akan lebih banyak waktu

bersama anaknya dibanding ibu yang bekerja. Sehingga ibu rumah tangga memiliki

pengetahuan yang lebih baik dan memiliki sikap yang positif dari pada ibu nifas yang

bekerja. Ini dikarenakan ibu yang bekerja memiliki lebih banyak waktu diuar rumah

dibanding mengurus anaknya.

e. Gambaran Jarak Kelahiran

Dari hasil penelitian diketahui bahwa jarak kelahiran anak responden ibu nifas

yaitu yang memiliki jarak kelahiran anak < 5 tahun sebanyak 15 orang responden

(44,1%), yang memiliki jarak kelahiran anak 10 tahun sebanyak 13 orang responden

(35,4%), dan yang memiiliki jarak kelahiran anak > 10 tahun sebanyak 8 orang

responden (20,5%). Ibu nifas yang memiliki jarak kelahiran anak < 5 tahun lebih

banyak karena kebanyakan dari ibu nifas di BPS Sariwati jalan Pekauman merupakan

pasangan usia subur yang berada pada usia 20-30 tahun. Sehingga ibu nifas lebih

produktif.

2. Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Cara Memandikan Bayi Yang Baik Dan Benar

Dari hasil penelitian diketahui bahwa hanya 6 orang responden ibu nifas (17,6%)

yang memiliki pengetahuan baik, memiliki pengetahuan kurang sebanyak 10 orang

responden ibu nifas (52,9%) dan memiliki pengetahuan cukup sebanyak 18 orang

(11)

dibagikan pada ibu nifas dan diisi sendiri oleh mereka. Kebanyakan dari ibu nifas tidak

mengetahui tentang cara memandikan bayi yang baik dan benar, cara mencegah bayi

kedinginan, dan tentang penyebab iritasi kulit pada bayi. Kurangnya pengetahuan

dikarenakan kurang pemahaman dan kurangnya informasi yang didapat ibu nifas tentang

cara memandikan bayi yang baik dan benar.

Kurangnya pengetahuan karena kurangnya pemahaman adalah kurangnya

kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap

objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyimpulkan, melakukan, mempraktikan,

dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari (Notoatmodjo, 2007 : 141).

Sedangkan kurangnya pengetahuan ibu nifas karena kurangnya informasi adalah

kurangnya mendapat informasi dari tenaga kesehatan, TV, radio, dan surat kabar (Wawan

dan Dewi, 2011 : 17)

3. Gambaran Sikap Ibu Nifas Tentang Cara Memandikan Bayi Yang Baik dan Benar.

Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa sikap responden ibu nifas yaitu yang

bersikap positif sebanyak 19 orang ibu nifas (59,9%) dan yang bersikap negatif sebanyak

15 orang ibu nifas (44,1%). Sehinga ibu nifas di BPS Sariwati lebih banyak yang

memiliki sikap positif. Adapun ini diketahui dari hasil kuesioner yang telah dibagikan

peneliti kepada responden ibu nifas dan diisi sendiri oleh responden ibu nifas. Dari hasil

kuesioner dapat dilihat ibu nifas lebih banyak menjawab benar pernyataan bahwa bayi

dimandikan sebanyak 2 kali dalam sehari, memandikan bayi dapat memberi rasa nyaman

(12)

Ibu nifas memiliki sikap positif karena adanya pengalaman pribadi. Pengalaman

pribadi tersebut meninggalkan kesan yang kuat didalam diri ibu nifas. Sehingga menjadi

sebuah pembelajaran untuk ibu nifas. Karena itu sikap positif akan lebih mudah terbentuk

apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor

emosional (Wawan dan Dewi, 2010 : 35).

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN

1. Dari 34 responden ibu nifas yang mempunyai pengetahuan baik tentang cara memandikan

bayi dengan baik dan benar sebanyak 6 orang (17,6 %), sedangkan yang mempunyai

pengetahuan cukup tentang cara memandikan bayi dengan baik dan benar sebanyak 10

orang (29,5 %), dan yang mempunyai pengetahuan kurang tentang cara memandikan bayi

dengan baik dan benar sebanyak 18 orang (52,9 %).

2. Dari 34 responden ibu nifas yang mempunyai sikap positif tentang cara memandikan bayi

dengan baik dan benar sebanyak 19 orang (55,9 %), yang mempunyai sikap negatif

tentang cara memandikan bayi dengan baik dan benar sebanyak 15 orang (44,1 %).

SARAN

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti mengemukakan beberapa saran yang

diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak:

1. Memberikan informasi yang berkaitan dengan pengetahuan tentang bagaimana cara

memandikan bayi dengan baik dan benar kepada ibu nifas terutama pada ibu saat masih

hamil pada saat ANC di bidan atau tenaga kesehatan sehingga setelah melahirkan ibu

(13)

2. Kepada bidan BPS sebaiknya menyediakan wadah/media seperti poster, dan bubu-buku

cara memandikan bayi yang baik dan benar serta mengadakan kegiatan penyuluhan

kepada para ibu nifas saat berkunjung ke BPS tentang cara memandikan bayi dengan baik

dan benar.

3. Kepada peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian di tempat (lokasi),

metode, atau variabel yang berbeda. Guna didapatkannya pengetahuan yang lebih

beragam.

DAFTAR PUSTAKA

Afiah (2010) Menjaga Kesehatan Bayi dan Balita [ Internet ], Bersumber dari : < http:// Afiah.com /2010/17/9/> [ Diakses tanggal 15 Mei 2015 ]

Bambang (2009) Cara Memandikan Bayi Yang Baik dan Benar [Internet ] ,Bersumber dari : <http:// Bambang.blogspot.com/2008/6/11/Cara-Memandikan-Bayi-yang-Baik-Dan-Benar > [Diakses tanggal 15 Mei 2015]

Bundanutri (2010) Kesehatan Bayi dan Balita, Bersumber dari : <http:// Bundanutri.com /2010/2/17/ > [Diakses tanggal 15 Mei 2015]

Dewi (2009) Cara Perawatan Bayi Yang Baik dan Benar [ Internet], Bersumber dari : < http://Dewi.com /2009/9/12/> [Diakses tanggal 15 Mei 2015]

Farida (2009) Menjaga Kebersihan Bayi [ Internet], Bersumber dari : <http://Farida.com /2009/7/22/ > [ Diakses tanggal 15 Mei 2015]

Farhad (2010) Problema Ibu Dalam Memandikan Bayi [ Internet], Bersumber Dari : < http://Farhad.com /2010/6/9/> [Diakses tanggal 15 Mei 2015]

Hanifah (2006) Mandi Yang Aman Untuk Bayi [ Internet] , Bersumber dari : <http:// Hanifah.com 2006/7/29/ > [Diakses tanggal 15 Mei 2015]

Hidayat, A. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika; 2010. H . 51 – 89.

Nurmalita (2009) Perawatan Bayi Baru Lahir [Internet] , Bersumber dari: <http://Nurmalita .com /2009/5/12/> [Diakses tanggal 15 Mei 2015]

(14)

Nutricia (2010) Bayi Sehat [Internet], Bersumber dari : < http://Nutricia.com /Konten5no73> [Diakses tanggal 15 Mei 2015]

Nutricia (2010) Bayi Bersih dan Sehat [Internet], Bersumbeer dari : http:// Nutricia.com/Konten10no54> [Diakses tanggal 15 Mei 2015]

Notoatmodjo. Promosi Kesehatan dan Ilmu Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2007. h. 140 – 140.

Saifudin A. Sikap Manusia dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset; 2011. h. 29 – 37.

Gambar

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan  Jarak Kelahiran Anak
Tabel 4.7 Distribusi frekuensi sikap responden tentang cara memandikan bayi yang baik dan benar

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur saya panjatkan kehadiran Allah S.W.T yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada saya selaku penulis, sehinggasaya dapat menyelesaikan laporan akhir

Kaburnya gambar akan masa depan remaja pada perode ini misalnya ketika penulis menanyakan pilihan sekolah yang akan dipilihs etelah lulus pada beberapa siswa kelas

Keluarga yang berfungsi buruk karena pengabaian dan kesibukan orangtua sehingga anak dibekali dengan gadget untuk bermain sehingga tenang dan hal tersebut membuat kemampuan anak

Sedangkan persiapan sebelum upacara dimulai bagi jemaat Kristen di Gereja Bethany Nginden Surabaya adalah melaksanakan konseling pernikahan, yang mana calon pengantin

...,.... LEMBAR KERJA PENILAIAN CAKUPAN MATERI BUKU TEKS PELAJARAN AGAMA KHONGHUCU. SMA

Sebuah segienam berat uran dan sebuah segit iga sama sisi mempunyai keliling yang sama.. Dua buah dadu dilemparkan

Griya Indah Anugerah tidak boleh membiarkan pesaing baru untuk masuk dengan produk mereka yang lebih baik dan bagus dari pada produk CV.. Griya Indah

Pengaplikasian Turbin Jenis Cross-flow di Indonesia Seiring perkembangan turbin jenis cross-flow di Indonesia, banyak sekali proyek yang berhasil dikerjakan