HAK SUARA KREDITOR SEPARATIS DALAM PROSES
PENGAJUAN UPAYA PERDAMAIAN MENURUT
UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN
DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG
TESIS
OLEH :
KEMALA ATIKA HAYATI
117005058
PROGRAM STUDI PASCA SARJANA ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
HAK SUARA KREDITOR SEPARATIS DALAM PROSES PENGAJUAN
UPAYA PERDAMAIAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 37
TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN
PEMBAYARAN UTANG
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Hukum Dalam Program Studi Magister Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara
OLEH :
KEMALA ATIKA HAYATI
117005058
PROGRAM STUDI PASCA SARJANA ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
JUDUL TESIS : HAK SUARA KREDITOR SEPARATIS DALAM PROSES PENGAJUAN UPAYA PERDAMAIAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG
NAMA : KEMALA ATIKA HAYATI
NIM : 117005058
PROGRAM STUDI : Magister Ilmu Hukum
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof.Dr.Tan Kamello, SH.M.S Ketua
)
(Dr.Dedi Harianto,SH.M.Hum) (Prof.Dr. Hasim Purba, S.H, M.Hum) Anggota Anggota
Ketua Program Studi Ilmu Hukum Dekan
(Prof.Dr. Suhaidi,SH.MH) (Prof.Dr.Runtung,SH.M.Hum)
Telah diuji pada
Tanggal : 03 Februari 2015
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof.Dr.Tan Kamello,SH.M.S
Anggota : 1. Dr.Dedi Harianto,SH.M.Hum
2. Prof. Dr. Hasim Purba, S.H, M.Hum
3. Dr. Rosnidar Sembiring, S.H., M.Hum
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : KEMALA ATIKA HAYATI Nim : 117005058
Program Studi : Magister Ilmu Hukum
Judul Tesis : HAK SUARA KREDITOR SEPARATIS DALAM PROSES PENGAJUAN UPAYA PERDAMAIAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG
Dengan ini menyatakan bahwa tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri bukan Plagiat, apabila dikemudian hari diketahui tesis saya tersebut Plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut.
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan sehat.
Medan, Februari 2016 Yang membuat Pernyataan
KEMALA ATIKA HAYATI
ABSTRAK
Debitor tidak mampu mengembalikan utang kepada kreditor separatis, maka kreditor separatis dapat melakukan upaya hukum dengan melelang objek hak tanggungan. Tetapi terdapat kemungkinan pula kreditor separatis pemegang hak tanggungan mengajukan permohonan pailit kepada debitor pemberi hak tanggungan. Namun dalam kasus ini kreditor separatis (PT. Bank DBS Indonesia), tidak mempermasalahkan adanya kepailitan. Sehingga dari latar belakang ini dapat dirumuskan beberapa masalah yaitu Bagaimana hak suara kreditor separatis dalam persetujuan pengajuan upaya perdamaian menurut Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Mengapa kedudukan kreditor separatis tidak memiliki hak suara dalam pengambilan keputusan upaya perdamaian dalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Apakah yang menjadi dasar Mahkamah Agung memandang penting untuk memperhatikan kedudukan hak suara kreditor separatis dalam pengambilan keputusan upaya perdamaian.
Untuk meneliti permasalahan tersebut maka digunakanlah penelitian yuridis normatif, yaitu penelitian yang mengacu pada norma hukum yang berkaitan dengan hak suara kreditor separatis dalam proses pengajuan upaya perdamaian menurut undang-undang 37 tahun 2004 tentang kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Hak suara kreditor separatis dalam persetujuan pengajuan upaya perdamaian dalam kepailitan berdasarkan Pasal 149 UUK dan PKPU pada prinsipnya tidak berhak mengeluarkan suara berkenaan dengan rencana perdamaian kecuali jika kreditor separatis telah melepaskan haknya untuk didahulukan demi kepentingan harta pailit sebelum diadakannya pemungutan suara tentang rencana perdamaian tersebut, sehingga kreditor separatis tersebut akan memiliki hak yang sama dengan kreditor konkuren lainnya. Latar belakang ketiadaan hak suara kreditor separatis dalam pengambilan keputusan rencana perdamaian dalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang sesuai Risalah Pembahasan RUU tersebut yaitu untuk membatasi kebebasan kreditor separatis karena kedudukan hak suaranya sudah sangat kuat dan dapat mengeksekusi atau menjual atau menarik objek jaminannya kapan saja seolah-olah tidak terjadi kepailitan, sehingga dibatasi dan tidak boleh memiliki hak suara dalam pengambilan keputusan dalam rencana perdamaian. Pandangan Mahkamah Agung terhadap hak suara kreditor separatis dalam pengambilan keputusan upaya perdamaian masing-masing saling berbeda dan tidak konsisten dalam menafsirkan ketentuan Pasal 149 UUK dan PKPU. Dasar Mahkamah Agung pada tingkat kasasi (vide: Putusan MA Nomor 445 K/Pdt.Sus/2011) tidak memandang penting untuk memperhatikan kedudukan hak suara kreditor separatis dalam pengambilan keputusan upaya perdamaian bila didasarkan pada prinsip kepastian hukum. Putusan MA dalam hal ini tidak menimbulkan kepastian hukum bagi para pihak. Sesungguhnya Pasal 149 UUK dan PKPU telah menentukan secara
pasti tanpa alasan apapun yang menjadi dasar pertimbangan MA pada kasasi sedangkan dasar pertimbangan MA pada Peninjauan Kembali (vide: Putusan Mahkamah Agung Nomor 62 PK/Pdt.Sus/2012) justru memandang penting untuk memperhatikan kedudukan hak suara kreditor separatis dalam pengambilan keputusan upaya perdamaian didasarkan pada penafsiran atas kecemasan terhadap kreditor separatis (PT. Bank DBS Indonesia) mengeksekusi hak jaminannya sewaktu-waktu sehingga merugikan kreditor lain, apalagi PT. Bank DBS Indonesia tidak hadir dan bahkan tidak memberikan alasan apapun secara sah dalam rapat kreditor.
Diharapkan Hakim Pengadilan niaga dalam pengesahan rencana perdamaian mempertimbangkan hak suara kreditor separatis. Pengambilan keputusan menyetujui rencana perdamaian hendaknya mempertimbangkan juga hak suara kreditor separatis. Agar kepada majelis hakim khususnya MA yang mengadili perkara ini harus konsisten dan mengurangi disparitas legal opinion dengan tetap berpedoman pada Pasal 149 UUK dan PKPU.
Kata Kunci : Kepailitan, Suara Kreditor Separatis Dan Upaya Perdamaian
ABSTRACT
If the debtor is not able to repay the debt owed to creditors separatist, then secure creditor can take legal actions by auctioning object security rights. But there is also the possibility of separatist creditor security rights holders file for bankruptcy debtors assigning dependents. But in this case the secure creditor (PT. Bank DBS Indonesia), did not make their bankruptcy. So from this background can be formulated some problems, How to secure creditor voting rights in peace efforts submission approval by Act No. 37 of 2004 on Bankruptcy and Suspension of Payment. Why is the position of the secure creditor does not have a vote in the decision making peace efforts in Act No. 37 of 2004 on Bankruptcy and Suspension of Payment. What is the basis of the Supreme Court considers it important to pay attention to the position of creditors voting rights in decision-making separatist peace efforts.
To investigate these problems it is used normative juridical research, ie research which refers to the legal norms relating to secure creditor sound right in the process of peace efforts for filing by law number 37 of 2004 on bakruptcy and delay debt obligation.
Based on the survey results revealed that the voting rights secure creditor in the approval of the filing of the peace efforts in bankruptcy under Article 149 Labor Law and PKPU in principle no right noises with regard to the peace plan unless the secure creditor has waived his right to precedence in the interests of the bankruptcy estate prior to the voting on the peace plan, so that the secure creditor will have the same rights as other concurrent creditors. However, the provisions of Article 281 paragraph (1) Labor Law and PKPU to the consent of the majority of secure creditor is absolute. Because even if all creditors agreed with concurrent peace, but if the majority of separatist creditor to reject peace, the peace plan must be rejected. The background of the absence of voting rights secure creditor in decision making peace plan in Act No. 37 of 2004 on Bankruptcy and Suspension of Payment in accordance Minutes of Discussion of the bill is to restrict the freedom of secure creditor because of the position of the right voice is very powerful and can execute or sell or interesting objects bail anytime as if nothing happened bankruptcy, so it is limited and should not have a vote in the decision-making of the peace plan. In essence, this restriction in accordance with the philosophy of bankruptcy in order to distribute the assets of the debtor bankrupt division is "fair and equitable and balanced" in accordance with the capacity of the creditors. The views of the Supreme Court to secure creditor voting rights in decision making peace efforts each is different and inconsistent in interpreting the provisions of Article 149 Labor Law and PKPU. Basic Supreme Court on appeal (vide: Supreme Court Decision No. 445 K / Pdt.Sus / 2011) is not it important to pay attention to the position of the voting rights in decision-making separatist creditor if peace efforts based on the principle of legal certainty. The Supreme Court decision in this case does not give rise to legal certainty for the parties. Indeed, Article 149 Labor Law and PKPU have determined
with certainty without any reason on which the Supreme Court judgment on the basis of consideration of the appeal while MA on Reconsideration (vide: Supreme Court Decision No. 62 PK / Pdt.Sus / 2012) actually found it important to pay attention to the right position secure creditor voice in decision making peace efforts based on its interpretation of anxiety toward secure creditor (PT. Bank DBS Indonesia) executes guarantee the right at any time to the detriment of other creditors, especially PT. Bank DBS Indonesia were absent and did not even give any reason legally in the meeting of creditors.
The commercial court judge is expected to consider the ratification of the peace plan of the voting rights secure creditor. Making a decision approving the peace plan should also consider the voting rights secure creditor. In order to judge, especially the Supreme Court to hear this case need to be consistent and to reduce disparities legal opinion by referring to Article 149 Labor Law and PKPU.
Keywords : Bankruptcy, Creditor Voting Rights Separatists, Filing Peace Efforts.
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Segala puji hanya bagi Allah SWT, atas segala limpahan rahmat, hidayah, dan
karunia-Nya, kesehatan, kekuatan dan kemudahan yang diberikan kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan penelitian tesis ini sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan studi di program Magister Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara,
yang berjudul “HAK SUARA KREDITOR SEPARATIS DALAM PROSES
PENGAJUAN UPAYA PERDAMAIAN MENURUT UNDANG-UNDANG
NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN
KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG”. Sholawat dan salam penulis hadiahkan
kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan orang-orang yang
istiqomah mengikuti jejaknya hingga akhir zaman.
Terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Bapak Prof.
Dr. Tan Kamello, S.H, M.S. selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah
memberikan ilmu, meluangkan waktu untuk memberikan masukan, bimbingan dan
motivasi kepada penulis hingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik. Terima
kasih kepada Bapak Dr. Dedi Harianto, S.H, M.Hum. selaku dosen pembimbing
kedua yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan tesis
ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Hasim
Purba, S.H., M.Hum. yang dengan sabar membimbing, mengarahkan, mengoreksi
tulisan penulis, dan menyediakan waktu berdiskusi dalam penulisan tesis ini. Semoga
Allah SWT membalas segala kebaikan Bapak/Ibu Dosen dalam bimbingan dan ilmu
yang telah diberikan.
Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Prof. Dr.dr.Syahril Pasaribu,D.T.M&H.,M.Sc.(C.T.M), Sp.A.(K.), selaku
Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Runtung, S.H., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Suhaidi, S.H., M.H., selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu
Hukum Universitas Sumatera Utara.
4. Terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Mahmul
Siregar, S.H., M.Hum., selaku Sekretaris Program Studi Magister Ilmu Hukum
Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Dr.Rosnidar Sembiring, S.H., M.Hum. selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan masukan dan saran yang membangun dalam penyusunan tesis ini.
6. Ibu Dr.Utary Maharany Barus, S.H., M.Hum. selaku Dosen Penguji kedua yang
juga telah memberikan masukan dan saran yang membangun dalam penyusunan
tesis ini.
7. Seluruh Dosen dan Staff Tata Usaha Program Studi Magister Ilmu Hukum
Universitas Sumatera Utara yang telah membantu dalam proses administrasi.
Tesis ini penulis dedikasikan kepada kedua orang tua tercinta, Buya H.M.
Yunus Rasyid, SH, M.Hum dan Ummi Hj. Aminah, S.Pd, MM yang telah
melahirkan, mendidik dan mendo’akan setiap langkah kehidupan ananda dengan
ikhlas penuh kasih sayang, serta memotivasi penulis sehingga dapat menyelesaikan
pendidikan. Ucapan terima kasih dari hati yang tulus atas segala pengorbanan jiwa
raga yang tiada bandingnya, semoga Allah SWT membalas kebaikan yang telah
diberikan dengan sebaik-sebaik balasan. Aamiin.
Terima kasih kepada Adikku tersayang Afina Zahrina, SE, Yunia Hazraina
dan M. Naufal Mahbub dan sahabat-sahabat seperjuangan di Program Studi Magister
Ilmu Hukum Hendri Nauli Rambe, Roy, Izal, Iqbal, Eta dan Iren serta teman-temanku
tercinta yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi teknik
penulisan maupun dari segi pembahasannya, karena itu kritik dan saran dari berbagai
pihak yang membangun sangat diharapkan untuk kesempurnaan pada masa yang akan
datang. Semoga tesis ini bermanfaat bagi dunia pendidikan dan masyarakat luas serta
mendapat keberkahan dan ridho dari Allah SWT. Dan semoga Allah membalas
kebaikan yang diberikan. Aamiin Ya Rabbal ‘Aalamiin.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Medan, Februari 2016
Penulis
KEMALA ATIKA HAYATI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Data Pribadi
Nama : Kemala Atika Hayati Tempat/tanggal Lahir : Medan, 26 Agustus 1989 Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Jln. Garu I Gg. Jadi No. 7 Medan
2. Keluarga
Nama Orangtua
Ayah : H. M. Yunus Rasyid, SH. M.Hum Ibu : Hj. Aminah, S.Pd, MM
3. Pendidikan
a. SD Negeri Nomor 060905 b. SMP Swasta Harapan 2 Medan c. SMA Negeri 1 Medan
d. Strata Satu (S1) Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara e. Strata Dua (S2) Program Studi Magister Ilmu Hukum USU
DAFTAR ISI A. Latar Belakang...1
B. Perumusan Masalah...14
C. Tujuan Penelitian...15
D. Manfaat Penelitian...16
E. Keaslian Penelitian...16
F. Kerangka Teori Dan Landasan Konsepsional...20
1. Kerangka Teori...20
2. Landasan Konsepsional...28
G. Metode Penelitian...31
1. Jenis Dan Sifat Penelitian...31
2. Sumber Data...32
3. Teknik Pengumpulan Data...33
4. Analisis Data...34
1. Akibat Hukum Putusan Pailit Terhadap Debitor...35
2. Akibat Hukum Putusan Pailit Terhadap Kreditor...42
3. Akibat Hukum Putusan Pailit Terhadap Harta Pailit...46
B. Pengertian Upaya Perdamaian Dalam Rangka Kepailitan...47
1. Pengertian Upaya Perdamaian...47
2. Dasar Hukum Upaya Pengajuan Perdamaian...50
3. Pengajuan Upaya Perdamaian Dalam Rangka Kepailitan...52
C. Hak Suara Kreditor Separatis Dalam Persetujuan Pengajuan Perdamaian...56
1. Pengertian Kreditor Dan Kreditor Separatis...56
2. Beberapa Jenis Kreditor Yang Dikenal Dalam Hukum Kepailitan..61
3. Hak Suara Kreditor Separatis Dalam Memberikan Persetujuan Pengajuan Upaya Perdamaian...64
BAB III LATAR BELAKANG KETIADAAN HAK SUARA KREDITOR SEPARATIS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN UPAYA PERDAMAIAN DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004 A. Beberapa Manfaat Yang Dapat Diperoleh Debitor Maupun Kreditor Dengan Diajukannya Upaya Perdamaian...69
1. Manfaat Pengajuan Upaya Perdamaian Bagi Debitor...69
2. Manfaat Pengajuan Upaya Perdamaian Bagi Kreditor...71
B. Usulan Rencana Perdamaian Yang Diajukan Dalam Rangka Kepailitan...73
1. Restrukturisasi Utang Debitor...73
2. Upaya Penyehatan (Reorganisasi) Perusahaan Sebagai Bentuk Rencana Perdamaian...77
D. Latar Belakang Larangan Pemberian Hak Suara Kreditor
Separatis Dalam Pengambilan Keputusan Upaya Perdamaian...87
BAB IV PANDANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP HAK SUARA
KREDITOR SEPARATIS DALAM PENGAMBILAN
KEPUTUSAN UPAYA PERDAMAIAN
A. Pengesahan Pengadilan Niaga Terhadap Putusan
Rencana Perdamaiana...101 1. Kewajiban Pengesahan Pengadilan Niaga Terhadap
Putusan Rencana Perdamaian...101 2. Akibat Hukum Suatu Putusan Rencana Perdamaian Yang
Telah Mendapat Pengesahan dari Pengadilan Niaga...103 3. Penolakan Pengadilan Niaga Terhadap Pengesahan
Putusan Rencana Perdamaian...108 4. Upaya Hukum Terhadap Penolakan Pengesahan Putusan
Rencana Perdamaian...112 B. Dasar Pertimbangan Mahkamah Agung Mengenai Pentingnya
Untuk Memperhatikan Hak Suara Kreditor Separatis
Dalam Pengambilan Keputusan Upaya Perdamaian...116 1. Pengajuan Rencana Perdamaian Dalam Kasus Kepailitan
dan Pengesahan Rencana Perdamaian oleh Pengadilan
Niaga...116 2. Pendapat Mahkamah Agung Terkait Pengesahan Putusan
Rencana Perdamaian oleh Pengadilan Niaga...123 3. Analisis Hukum Terhadap Pendapat Mahkamah Agung
Terkait Pengesahan Putusan Rencana Perdamaian
b. Analisis Putusan Mahkamah Agung Peninjauan
Kembali...131
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN