• Tidak ada hasil yang ditemukan

USULAN RANCANGAN PERBAIKAN MEJA DAN KURSI BELAJAR SISWA SLTP DITINJAU DARI ASPEK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "USULAN RANCANGAN PERBAIKAN MEJA DAN KURSI BELAJAR SISWA SLTP DITINJAU DARI ASPEK"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

USULAN RANCANGAN PERBAIKAN MEJA DAN KURSI

BELAJAR SISWA SLTP DITINJAU DARI ASPEK

ERGONOMI

(STUDI KASUS SLTP N 6 WONOGIRI)

Skripsi

Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

IWAN BUDI LAKSONO

I 0302621

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

KATA PENGANTAR

Assalamu ‘alaikum Wr.Wb

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala karunia yang telah

dilimpahkan-Nya sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik dan

lancar. Pada kesempatan ini saya juga mengucapan terima kasih kepada

pihak-pihak yang secara langsung dan tidak langsung telah membantu dalam

menyelesaikan tugas akhir ini, antara lain :

1. Bapak Ir. Lobes Herdiman, MT., selaku Ketua Jurusan Teknik Industri

Universitas Sebelas Maret.

2. Bapak Taufiq Rochman, STP, MT., selaku Dosen Pembimbing I yang sangat

membantu dalam penelitian serta pembuatan laporan ini.

3. Bapak Retno Wulan Damayanti ST, MT., selaku Dosen Pembimbing II yang

sudah membimbing dan senantiasa menyediakan waktunya selama

penyusunan tugas akhir ini.

4. Bapak Bambang Suhardi, ST, MT. dan Ibu Azizah Aisyati, ST, MT., selaku

Dosen Penguji atas semua saran bagi perbaikan laporan skripsi ini.

5. Bapak Taufiq Rochman, ST, MT., selaku dosen pembimbing akademik

6. Bapak Drs ngatijo, MPd selaku kepala sekolah SLTP N 6 Wonogiri yang telah

memberikan ijin bagi penulis untuk melakukan penelitian.

7. Keluarga yang senantiasa mendukung dan mendoakan dari jauh.

8. Teman seperjuangan di Teknik Industri, semoga semuanya sukses selalu,

amiin.

Semoga apa yang penulis sampaikan dalam laporan ini dapat bermanfaat

bagi penulis, rekan-rekan mahasiswa maupun siapa saja yang membutuhkan.

Wassalamu ‘alaikum Wr.Wb

Surakarta, Januari 2010

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi :

USULAN RANCANGAN PERBAIKAN MEJA DAN KURSI

BELAJAR SISWA SLTP DITINJAU DARI ASPEK

ERGONOMI

Ditulis Oleh :

IWAN BUDI LAKSONO I 0302621

Mengetahui,

Dosen Pembimbing I

Taufiq Rochman, STP, MT NIP. 19701030 199802 1001

Dosen Pembimbing II

Retno Wulan Damayanti, ST, MT NIP. 19800306 200501 2002

Ketua Program S-1 Non Reguler Jurusan Teknik Industri

Fakultas Teknik UNS

Taufiq Rochman, STP, MT NIP. 19701030 199802 1001

Pembantu Dekan I Fakultas Teknik UNS

Ir. Noegroho Djarwanti, MT NIP 19561112 198403 2007

Ketua Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik UNS

(4)

LEMBAR VALIDASI

Judul Skripsi :

USULAN RANCANGAN PERBAIKAN MEJA DAN KURSI

BELAJAR SISWA SLTP DI TINJAU DARI ASPEK

ERGONOMI

Ditulis Oleh :

IWAN BUDI LAKSONO

I 0302621

Telah disidangkan pada hari Jumat tanggal 10 September 2009

Di Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta,

dengan

Dosen Penguji

1. Bambang Suhardi, ST, MT

NIP. 19740520 200012 1001

2. Azizah Aisyati, ST, MT

NIP.19720318 199702 1001

Dosen Pembimbing

1. Taufiq Rochman, STP, MT

NIP. 19701030 199802 1001

2. Retno Wulan Damayanti, ST, MT NIP. 19800306 200501 2002

(5)

Iwan Budi Laksono. NIM. I 0302621USULAN RANCANGAN PERBAIKAN MEJA DAN KURSI BELAJAR SISWA SLTP DITINJAU DARI ASPEK

ERGONOMI STUDI KASUS SLTP N 6 WONOGIRI. Skripsi Surakarta :

Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Januari 2010

Meja dan kursi belajar merupakan sarana proses belajar mengajar di sekolah. Ketidaksesuaian meja dan kursi belajar siswa yang ada dengan aspek ergonomi dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada diri siswa, misal meja dan kursi sekolah tidak sesuai dengan dimensi tubuh siswa antara lain dapat mengakibatkan anak cepat mengalami kelelahan, kurang konsentrasi dan sakit pada bagian tubuh waktu kegiatan belajar mengajar di sekolah. Ketidaksesuaian meja dan kursi belajar dengan dimensi tubuh siswa terjadi di SLTP N 6 wonogiri. Berdasarkan observasi studi kasus dengan menggunakan kuisoner di SLTP N 6 wonogiri, 80% dari responden menyatakan bahwa posisi duduknya tidak nyaman. Berdasarkan kuisoner Nordic Body Map, yang disebarkan kepada 90 responden dalam studi pendahuluan ketidaknyamanan tersebut menimbulkan keluhan sakit pada anggota tubuh antara lain Tengkuk 88,89%, Punggung 66,67%, Bahu 66,67%, pinggang 88,89%, Pantat 77,78%.

ketidaksesuaian antara sarana belajar dengan anatomi tubuh adalah dimensi ketinggian alas meja saat ini terlalu rendah dan tiada sudut kemiringan, sehingga saat siswa melakukan aktivitas belajar harus menyesuaikan ketinggian. Permasalahan lainya adalah dimensi ketinggian laci meja di nilai kurang memberikan keleluasaan dalam penempatan jarak di antara pijakan kaki dengan permukaan dasar laci, sehingga menyebabkan siswa berkaki panjang kurang memperoleh kenyamanan. Permasalahan terakhir adalah kaki meja belakang menganggu keleluasaaan siswa saat mengeser kursi.

Pemecahan masalah adalah pertama agar ketinggian alas meja dapat di pakai siswa dari kelas 1 sampai kelas 3 SLTP maka besarnya nilai antropomeri yang di gunakan adalah nilai tinggi popliteal persentil 50, di tambah tinggi siku duduk persentil 50 dan di tambah tebal paha persentil 95 dengan sudut kemiringan 12° adanya sudut tersebut akan menghasilkan peningkatan signifikan tanpa adanya jatuhnya obyek terlalu miring. Untuk memperoleh kenyamanan dan kelongaran kaki dalam duduk maka di perlukan dimensi tinggi popliteal persentil 50 di tambah tebal paha persentil 95. Untuk memperoleh keleluasaan kaki perlu gabungan dimensi 2 kali siku sampai ujung jari persentil 5 dan panjang telapak kaki persentil 50 sehingga di dapatkan keleluasaan kaki saat bersandar.

Kata kunci : meja kursi sltp, kuisoner nordic, antropomeri, ergonomi xi + 150 halaman; 36 gambar; 11 tabel; 3 lampiran.

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang masalah dari

penelitian, perumusan masalah yang dibahas dalam penelitian ini, tujuan dan

manfaat dari penelitian yang dilakukan serta sistematika penulisan untuk

menyelesaikan penelitian

1.1LATAR BELAKANG MASALAH

Ergonomi yaitu suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan

informasi-informasi mengenal sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk

merancang sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu

dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang di inginkan melalui pekerjaan itu,

dengan efektif, aman, dan nyaman (Wignjosoebroto S, 1995). Pada lingkungan

sekolah, konsep ergonomi di aplikasikan antara lain terhadap sarana dan prasarana

yang digunakan siswa dalam proses belajar mengajar. Meja dan kursi belajar

merupakan sarana proses belajar mengajar di sekolah. Ketidaksesuaian meja dan

kursi belajar siswa yang ada dengan aspek ergonomi dapat menimbulkan

gangguan kesehatan pada diri siswa, misal meja dan kursi sekolah tidak sesuai

dengan dimensi tubuh siswa antara lain dapat mengakibatkan anak cepat

mengalami kelelahan, kurang konsentrasi dan sakit pada bagian tubuh waktu

kegiatan belajar mengajar di sekolah.

Ketidaksesuaian meja dan kursi belajar dengan dimensi tubuh siswa

terjadi di SLTP N 6 wonogiri. Berdasarkan observasi studi kasus dengan

menggunakan kuisoner di SLTP N 6 wonogiri, 80% dari responden menyatakan

bahwa posisi duduknya tidak nyaman. Ketidaknyaman tersebut antara lain

ketinggian laci meja tidak sesuai dengan ketinggian lutut siswa sehingga

menimbulkan kesemutan pada bagian kaki, kaki bagian belakang meja

menganggu keleluasaan kaki bila siswa keluar dari posisi duduk, desain satu meja

untuk dua orang sangat menganggu siswa dalam menulis sehingga menyebabkan

siswa kurang memperoleh keleluasaan bergerak, ketinggian alas meja tidak sesuai

(7)

membungkuk, lebar alas dan sandaran kaki tidak sesuai dengan dimensi tubuh

siswa sehingga sering mengeluh pada bagian pantat dan bahu. Berdasarkan

kuisoner Nordic Body Map, yang disebarkan kepada 90 responden dalam studi

pendahuluan ketidaknyamanan tersebut menimbulkan keluhan sakit pada anggota

tubuh antara lain Tengkuk 88,89%, Punggung 66,67%, Bahu 66,67%, pinggang

88,89%, Pantat 77,78%. Hasil kuisoner keseluruhan dapat di lihat pada lampiran.

Berdasarkan adanya permasalahan tersebut, maka perlu di lakukan

perbaikan fasilitas belajar siswa yaitu dengan melakukan perancangan ulang meja

dan kursi siswa SLTP berdasarkan konsep ergonomi. Adanya rancangan baru

diharapkan dimensi meja dan kursi lebih sesuai dengan dimensi tubuh siswa,

Sehingga siswa dapat dapat belajar di sekolah lebih nyaman.

1.2PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusan

masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana merancang ulang meja dan kursi

belajar siswa SLTP yang ergonomis.

1.3TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah merancang ulang

meja dan kursi belajar sehingga didapatkan fasilitas belajar SLTP yang ergonomis

1.4MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dalam penelitian ini menghasilkan rancangan meja dan kursi

yang ergonomis bagi pihak SLTP.

(8)

Untuk memfokuskan agar masalah tidak meluas dan menyimpang dari

sasaran dan lebih terarah, maka dalam penelitian ini dilakukan pembatasan

masalah meliputi :

1. Tidak membahas masalah biaya dari perancangan

2. Nilai persentil yang digunakan dalam perancangan meja dan kursi sekolah ini

adalah P5, P50 dan P95

3. Nilai selang kepercayaan dan derajat kebebasan yang dipakai masing-masing

95% dan 5%.

4. Dalam penelitian ini hanya sampai pada perancangan produk dalam bentuk

gambar dan animasi

1.6SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan yang digunakan pada penyusunan laporan tugas

akhir ini, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang permasalahan,

perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, pembatasan

masalah, asumsi serta sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini dijelaskan mengenai teori-teori yang mendukung dan

terkait langsung dengan perancangan meja dan kursi sekolah

khususnya pada cabang disipilin ilmu ergonomi, antara lain

antropometri dan dinamika posisi duduk.

(9)

Pada bab ini dijelaskan mengenai langkah-langkah yang digunakan

untuk menyelesaikan permasalahan dan langkah-langkah pengolahan

data melalui diagram metodologi penelitian.

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Bab ini dimulai dengan pengumpulan data-data yang diperoleh

sehingga dapat dipergunakan dalam evaluasi, kemudian dilanjutkan ke

tahap pengolahan data serta hasil perancangan ulang meja dan kursi.

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

Bab ini berisi analisis terhadap hasil perhitungan dan interpretasi hasil

pengolahan data yang telah dilakukan.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini dikemukakan berbagai kesimpulan yang diperoleh dari

pembahasan pada bab-bab sebelumnya serta dikemukakan pula

saran-saran yang dapat diberikan untuk penelitian lebih lanjut dan bagi

sekolah yang bersangkutan tempat dilakukannya penelitian.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1GAMBARAN UMUM SEKOLAH

SLTP N 6 Wonogiri merupakan salah satu sekolah favorit menengah

pertama di kawasan kabupaten wonogiri pertama kali di dirikan pada tahun 1956

dulunya adalah sekolah teknik (ST) kemudian pada tahun 1992-1999 berubah

menjadi SMP PPK (Sekolah menengah pertama pendidikan kejuruan) dan pada

tahun 1999-2008 menjadi SLTP reguler atau SLTP Negeri adapun letaknya sangat

(10)

Wonogiri (Telp; 0273-321-308). SLTP N 6 Wonogiri terdiri dari delapan belas

ruang kelas, satu ruang guru, satu ruang kepala sekolah, satu ruang aula, satu

ruang koprasi, satu ruang OSIS, satu laburatorium komputer, satu laboratorium

multimedia, satu laburatorium IPA. Dengan jumlah guru pengajar terdiri dari 54

tenagaa pendidik dan jumlah siswa 722 orang dari kelas 1-3 adapun visi, misi dan

struktur organisasi akan di jelasakan dan di gambarkan sebagai berikut

Visi : Beriman , Bertaqwa, Berprestasi, Berdaya saing, berbudaya

Indikator

1. Terwujudnya lulusan yang cerdas, berprestasi, beriman, berbudaya

2. Terselengaranya kegiatan olah raga berprestasi di sekolah

3. Terwujudnya kegiatan seni budaya yang unggul di sekolah

4. Terwujudnya kegitan keagamaan yang rutin dan tertib di sekolah

5. Terwujudnya sikap dan perilaku yang santun, jujur, dan disiplin di sekolah

6. Terwujudnya kegiatan ketrampilan yang beriorentasi kecakapan hidup di

sekolah

7. Terciptanya lingkungan sekolah yang nyaman, aman, rindang, asri, bersih, dan

kondusif

Misi Sekolah

1. Mewujudkan pendidikan yang berkualitas, kreatif, inivatif, beriorentasi

kecakapan hidup yang berdasarkan keimanan dan ketaqwaan kepada tuhan

yang maha Esa

2. Memberdyakan tenaga pendidik dan tenaga pendidikan secra optimal, penuh

keteladanan dengan etos kerja yang tinggi

3. Menyelengarakan dan mengembangkan olah raga prestasi di sekolah

4. Menyelengarakan seni budaya yang unggul di sekolah

(11)

6. Mewujudkan budaya sekolah yang dapat membentuk sikap-sikap terpuji bagi

seluruh warga sekolah

7. Menyelengarakan kegiatan ketrampilan TIK yang kompetitif

8. menciptakan kondisi kebersihan, keindahan, keamanan, ketertiban, kerapian,

kerindangan dan kekeluargaan yang mantap

9. Mewujudkan keterbukaan dengan semua pihak dalam membawa sekolah ke

(12)

Gambar 2.1 Struktur Organisasi SLTP N 6 Wonogiri periode 2008 /2009

Dalam bab ini selain latar belakang dari tempat studi kasus juga di bahas

teori pendukung antara lain tentang konsep ergonomi, antropometri, dinamika

(13)

2.2ERGONOMI

Istilah “ergonomi“ berasal dari bahasa latin yaitu ergon (kerja) dan

nomos (hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek

manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi,

psikologi, engineering, manajemen dan desain perancangan. Ergonomi berkenaan

pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia

di tempat kerja, di rumah dan tempat rekreasi. Di dalam ergonomi dibutuhkan

studi tentang sistem dimana manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling

berinteraksi dengan tujuan utama yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan

manusianya. Ergonomi disebut juga “Human Factors”. Ergonomi juga digunakan

oleh berbagai macam ahli profesional pada bidangnya misalnya: ahli anatomi,

arsitektur, perancangan produk industri, fisika, fisioterapi, terapi pekerjaan,

psikologi dan teknik industri. (Definisi diatas adalah berdasar pada International

Ergonomics Association). Selain itu ergonomi juga dapat diterapkan untuk bidang

fisiologi, psikologi, perancangan, analisis, sintesis, evaluasi proses kerja dan

produk bagi wiraswastawan, manajer, pemerintahan, militer, dosen dan

mahasiswa (Nurmianto, 1991)

Definisi atau pengertian penting sebagai wawasan kita dalam

menggunakan istilah. McCormick (1987) mendefinisikan pengertian ergonomi ini

dalam 3 tahap sebagai berikut :

a) Fokus ustama dari ergonomi berkaitan dengan pemikiran manusia dalam

mendesain peralatan, fasilitas dan lingkungan yang dibuat oleh manusia, yang

digunakan dalam berbagai aspek kehidupannya.

b) Tujuan dari ergonomi dalam mendesain peralatan, fasilitas dan lingkungan

yang dibuat oleh manusia ada 2 hal :

1. Untuk meningkatkan efektifitas fungsional penggunanya

2. Untuk mempertahankan atau meningkatkan human value tertentu misalnya

kesehatan, keselamatan dan kepuasan.

c) Pendekatan utama dari ergonomi adalah penerapan yang sistematik dari

informasi yang relevan mengenai karakteristik dan tingkah laku manusia

(14)

Penerapan ergonomi pada umumnya merupakan aktivitas rancang

bangun (desain) ataupun rancang ulang (re-desain). Hal ini dapat meliputi

perangkat keras seperti misalnya perkakas kerja (tools), bangku kerja (benches),

platform, kursi, pegangan alat kerja (workholders), sistem pengendali (controls),

alat peraga (displays), jalan/lorong (acces ways), pintu (doors), jendela (windows),

dan lain-lain. Ergonomi juga memberikan peranan penting dalam meningkatkan

faktor keselamatan dan kesehatan kerja, misalnya: desain suatu sistem kerja untuk

mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada sistem kerangka dan otot manusia, desain

stasiun kerja untuk alat peraga (visual display unit station).

Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi (Tarwaka, 2004), yaitu:

a. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cidera

dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental,

mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.

b. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial,

mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan

jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak

produktif.

c. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknis,

ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan

sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.

Secara ringkas ergonomi dapat didefinisikan sebagai cabang ilmu yang

secara sistematis memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan

dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem dengan baik, yaitu

mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman dan

nyaman.

Menurut Sutalaksana (1996) Untuk mempermudah proses mempelajari

ergonomi, di bagi menjadi hal-hal sebagai berikut :

a. Penyelidikan mengenai display

Yang dimaksud dengan display disini adalah bagian dari lingkungan yang

mengkomunikasikan keadaannya kepada manusia, misalnya: speedometer

untuk menunjukkan kecepatan kendaraan yang sedang kita kemudikan.

(15)

Dalam hal ini diselidiki tentang aktivitas-aktivitas manusia ketika bekerja dan

kemudian mempelajari cara mengukur dari setiap aktivitas tersebut, dimana

penyelidikan ini banyak berhubungan dengan biomekanik.

c. Penyelidikan mengenai tempat kerja

Agar diperoleh tempat kerja yang baik, dalam arti kata sesuai dengan

kemampuan dan keterbatasan manusia. Hal-hal yang bersangkutan dengan

tubuh manusia dalam hal ini dipelajari dalam antropometri.

d. Penyelidikan mengenai lingkungan fisik

Yang dimaksud dengan lingkungan fisik disini meliputi ruangan dan

fasilitas-fasilitas yang digunakan oleh manusia, serta kondisi-kondisi lingkungan kerja

yang keduanya banyak dipengaruhi oleh tingkah laku manusia.

Banyak penerapan ergonomi yang hanya berdasar sekedar “common

sense” (dianggap suatu hal yang sudah biasa terjadi), dan hal itu benar, jika

sekirannya suatu keuntungan yang besar bisa didapat hanya sekedar dengan

penerapan suatu prinsip sederhana. Hal ini biasanya merupakan kasus dimana

ergonomi belum dapat diterima sepenuhnya sebagai alat untuk proses desain, akan

tetapi masih banyak aspek ergonomi yang jauh dari kesadaran manusia. Penerapan

ergonomi harus diikuti dengan pendekatan ilmiah, hal tersebut berguna untuk

mendapatkan perancangan produk yang optimum tanpa harus mengalami “trial

and error”. Suatu hal yang vital pada penerapan ilmiah untuk ergonomi adalah

“Antropometri” (kalibrasi tubuh manusia). Dalam hal ini terjadi penggabungan

dan pemakaian data antropometri dengan ilmu-ilmu statistik yang menjadi

prasyarat utamanya.

2.3ANTROPOMETRI

Istilah antropometri berasal dari “anthro” yang berarti manusia dan

“metri” yang berati ukuran. Antropometri adalah pengetahuan yang menyangkut

pengukuran tubuh manusia khususnya dimensi tubuh (Wignjosoebroto S., 2000).

Antropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan

ergonomis dalam proses perancangan (design) produk maupun sistem kerja yang

(16)

Secara definisi antropometri dapat dinyatakan sebagai studi yang

berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Manusia pada dasarnya

akan memiliki bentuk, ukuran (tinggi, lebar dan sebagainya) berat dan

lain-lainnya. Antropometri secara luas digunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan

ergonomi dalam proses perancangan (desain) produk maupun sistem kerja yang

memerlukan interaksi manusia (Wignjosoebroto S., 2000).

Antropometri menurut Stevenson (1989) dan Nurmianto (1991) adalah

suatu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik tubuh

manusia, ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk

penanganan masalah desain .

2.3.1Data Antropometri Dan Cara Pengukurannya

Manusia pada umumnya berbeda-beda dalam hal bentuk dan dimensi

ukuran tubuhnya. Beberapa faktor yang mempengaruhi ukuran tubuh manusia

(Wignjosoebroto S., 2000) yaitu:

a. Umur,

Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir sampai sekitar 20 tahun

untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Setelah itu, tidak lagi akan terjadi

pertumbuhan bahkan justru akan cenderung berubah menjadi pertumbuhan

menurun ataupun penyusutan yang dimulai sekitar umur 40 tahunan.

b. Jenis kelamin (sex),

Dimensi ukuran tubuh laki-laki umumnya akan lebih besar dibandingkan

dengan wanita, terkecuali untuk beberapa bagian tubuh tertentu seperti pinggul,

dan sebagainya.

c. Suku/bangsa (etnic),

Setiap suku, bangsa ataupun kelompok etnic akan memiliki karakteristik fisik

yang berbeda satu dengan yang lainnya. Dimensi tubuh suku bangsa negara

Barat pada umumnya mempunyai ukuran yang lebih besar daripada dimensi

tubuh suku bangsa negara Timur.

d. Sosio ekonomi,

Tingkat sosio ekonomi sangat mempengaruhi dimensi tubuh manusia. Pada

(17)

mempunyai dimensi tubuh yang besar dibandingkan dengan negara-negara

berkembang.

e. Posisi tubuh (posture),

Sikap ataupun posisi tubuh akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh oleh

karena itu harus posisi tubuh standar harus diterapkan untuk survei

pengukuran.

Berkaitan dengan posisi tubuh manusia antropometri dibagi atas dua

bagian, yaitu:

a. Antropometri statis (structural body dimensions),

Pengukuran manusia pada posisi diam dan linier pada permukaan tubuh. Ada

beberapa metode pengukuran tertentu agar hasilnya representative Disebut

juga pengukuran dimensi struktur tubuh dimana tubuh diukur dalam berbagai

posisi standar dan tidak bergerak (tetap tegak sempurna). Dimensi tubuh yang

diukur dengan posisi tetap antara lain meliputi berat badan, tinggi tubuh dalam

posisi berdiri maupun duduk, ukuran kepala, tinggi atau panjang lutut pada

saat berdiri atau duduk, panjang lengan, dan sebagainya. Ukuran dalam hal ini

diambil dengan percentile tertentu seperti 5-th percentile, 50-th percentile dan

95-th percentile.

b. Antropometri dinamis (functional body dimensions),

Antropometri dinamis adalah pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia

dalam keadaan bergerak atau memperhatikan gerakan-gerakan yang mungkin

terjadi saat pekerja tersebut melaksanakan kegiatannya. Hasil yang diperoleh

merupakan ukuran tubuh yang nantinya akan berkaitan erat dengan

gerakan-gerakan nyata yang diperlukan tubuh untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan

tertentu. Antropometri dalam posisi tubuh melaksanakan fungsinya yang

dinamis akan banyak diaplikasikan dalam proses perancangan fasilitas

ataupun ruang kerja.

Terdapat tiga kelas pengukuran antropometri dinamis, yaitu:

1. Pengukuran tingkat ketrampilan sebagai pendekatan untuk mengerti

keadaan mekanis dari suatu aktifitas.

Contoh : Dalam mempelajari performansi atlet.

(18)

N(x,X)

Contoh : Jangkauan dari gerakan tangan dan kaki efektif pada saat bekerja,

yang dilakukan dengan berdiri atau duduk.

3. Pengukuran variabilitas kerja.

Contoh : Analisis kinematika dan kemampuan jari-jari tangan dari seorang

juru ketik atau operator komputer.

2.3.2Aplikasi Distribusi Normal dan Pengukuran Data Antropometri

Data antropometri jelas diperlukan supaya rancangan suatu produk dapat

sesuai dengan orang yang akan mengoperasikannya. Permasalahan akan adanya

variasi ukuran sebenarnya akan lebih mudah diatasi bilamana kita mampu

merancang produk yang memiliki fleksibilitas dan sifat “mampu suai”

(adjustable) dengan suatu rentang ukuran tertentu (Wignjosoebroto S., 2000).

Penerapan distribusi normal dalam penetapan data antropometri untuk

perancangan alat bantu ataupun stasiun kerja seperti terlihat pada gambar 2.2

berikut ini.

1.96 X 1.96 X

2.5-th percentile X 97.5-th percentile

Gambar 2.2 Distribusi Normal Dengan Data Antropometri 95-th Percentile

Sumber: Wignjosoebroto S., 2000

2.5%

95%

(19)

Penetapan data antropometri ini, pemakaian distribusi normal akan

umum diterapkan. Dalam statistik, distribusi normal dapat diformulasikan

berdasarkan harga rata-rata (mean,x) dan simpangan standarnya (standar

deviation, X) dari data yang ada. Percentiles dapat ditetapkan sesuai dengan tabel

probabilitas distribusi normal. Percentile adalah suatu nilai yang menunjukkan

prosentase tertentu dari orang yang memiliki ukuran pada atau dibawah nilai

tersebut. Sebagai contoh, 95-th percentile akan menunjukkan 95% populasi akan

berada pada atau dibawah ukuran tersebut; sedangkan 5-th percentile akan

menunjukkan 5% populasi akan berada pada atau dibawah ukuran itu. Dalam

antropometri, angka 95-th akan menggambarkan ukuran manusia yang “terbesar”

dan 5-th percentile sebaliknya akan menunjukkan ukuran “terkecil”.

Persentil 50 yang merupakan nilai dari suatu rata-rata, merupakan nilai

yang membagi data menjadi dua bagian, yaitu yang berisi data bernilai terkecil

dan terbesar masing-masing sebesar 50% dari keseluruhan nilai tersebut. Persentil

ke-50 memberi gambaran yang mendekati nilai rata-rata ukuran dari suatu

kelompok tertentu. Suatu kesalahan yang serius pada penerapan suatu data adalah

dengan mengasumsikan bahwa setiap ukuran pada persentil ke-50 mewakili

pengukuran manusia rata-rata pada umumnya, sehingga sering digunakan sebagai

pedoman perancangan. Kesalahpahaman yang terjadi dangan asumsi tersebut

mengaburkan pengertian atas makna 50% dari kelompok. Sebenarnya tidak ada

yang dapat disebut “manusia rata-rata”. Ada dua hal penting yang harus selalu

diingat bila menggunakan persentil. Pertama, suatu presentil antropometri dari

tiap individu hanya berlaku untuk satu data dimensi tubuh saja. Hal dapat

merupakan data tinggi badan atau data tinggi duduk. Kedua, tidak dapat dikatakan

seseorang memiliki persentil yang sama, ke-95 atau ke-90 atau ke-5, untuk

keseluruhan dimensi tubuhnya. Hal ini hanya nerupakan gambaran dari suatu

makhluk dalam khayalan, karena seseorang dengan presentil ke-50 untuk data

tinggi badannya, dapat saja memiliki presentil ke-40 untuk data tinggi lututnya,

atau presentil ke-60 untuk data panjang lengannya Bilamana diharapkan ukuran

yang mampu mengakomodasikan 95% dari populasi yang ada, maka diambil

(20)

Pemakaian nilai-nilai persentil yang umum diaplikasikan dalam

perhitungan data antropometri dapat dilihat dalam tabel 2.1 berikut ini.

Tabel 2.1 Jenis Precentile dan Cara Perhitungan Dalam Distribusi Normal

Percentile Perhitungan

1 – st x2.325x

2.5 – th x1.96x

5 – th x1.645x

10 – th x1.28x

50 – th x

90 – th x1.28x

95 – th x1.645x

97.5 – th x1.96x

99 – th x2.325x

Sumber: Wignjosoebroto S., 2000

Selanjutnya untuk memperjelas mengenai data antropometri untuk bisa

diaplikasikan dalam berbagai rancangan produk ataupun fasilitas kerja diperlukan

informasi tentang berbagai macam anggota tubuh yang perlu diukur seperti

(21)

Gambar 2.3 Data Antropometri Untuk Perancangan Produk atau Fasilitas Sumber: Wignjosoebroto S., 2000

Keterangan gambar 2.3, yaitu:

1 = dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai sampai dengan ujung

kepala)

2 = tinggi mata dalam posisi berdiri tegak

3 = tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak

4 = tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus)

5 = tinggi kepalan tangan yang terjulur lepas dalam posisi berdiri tegak (dalam

gambar tidak ditunjukkan)

6 = tinggi tubuh dalam posisi duduk (diukur dari alas tempat duduk pantat

sampai dengan kepala)

7 = tinggi mata dalam posisi duduk

8 = tinggi bahu dalam posisi duduk

9 = tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus)

10 = tebal atau lebar paha

11 = panjang paha yang diukur dari pantat sampai dengan ujung lutut

12 = panjang paha yang diukur dari pantat sampai dengan. bagian belakang dari

lutut atau betis

13 = tinggi lutut yang bisa diukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk

14 = tinggi tubuh dalam posisi duduk yang diukur dari lantai sampai dengan paha

15 = lebar dari bahu (bisa diukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk)

16 = lebar pinggul ataupun pantat

17 = lebar dari dada dalam keadaan membusung (tidak tampak ditunjukkan dalam

gambar)

(22)

19 = panjang siku yang diukur dari siku sampai dengan ujung jari-jari dalam

posisi siku tegak lurus

20 = lebar kepala

21 = panjang tangan diukur dari pergelangan sampai dengan ujung jari

22 = lebar telapak tangan

23 = lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar-lebar kesamping

kiri-kanan (tidak ditunjukkan dalam gambar)

24 = tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak, diukur dari lantai sampai

dengan telapak tangan yang terjangkau lurus keatas (vertikal)

25 = tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak, diukur seperti halnya

nomor 24 tetapi dalam posisi duduk (tidak ditunjukkan dalam gambar)

26 = jarak jangkauan tangan yang terjulur kedepan diukur dari bahu sampai ujung

jari tangan

2.4DINAMIKA POSISI DUDUK

Dinamika posisi duduk dapat lebih mudah digambarkan dengan

mempelajari sistem penyangga dan keseluruhan struktur tulang yang terlibat di

dalam geraknya. Menurut Tichauer, “sumbu penyangga dari batang tubuh yang

diletakkan dalam posisi duduk adalah sebuah garis pada bidang datar koronal,

melalui titik terendah dari tulang duduk (ischial tuberotisies) di atas permukaan

(23)

Gambar 2.4 Potongan Tulang Duduk (Ischial Tuberotisies) Posisi Duduk

Sumber : Panero J dan Zelnik M., 2003

Pengamatan Branton pertama menunjukkan bahwa 75% dari

keseluruhan berat badan hanya disangga oleh daerah seluas 4 inci2 atau 26 cm2

persegi dari tulang duduk ini. Data lain menunjukkan bahwa gaya tekan

(kompresi) yang terjadi pada daerah-daerah kulit pantat dan landasan kursi yang

keras besarnya sekitar 40 sampai 60 psi, sedangkan tekanan pada jarak beberapa

inci besarnya hanya 4 psi. Tekanan-tekanan ini menimbulkan perasaan lelah dan

tidak nyaman, serta menyebabkan subyek mengubah posisi duduknya agar

mencapai kondisi yang nyaman. Bertahan pada posisi duduk dalam jangka waktu

yang lama tanpa mengubah-ubah posisinya, di bawah tekanan kompresi yang

terjadi, dapat menyebabkan kurangnya aliran darah pada suatu daerah (ischemia),

gangguan pada sirkulasi darah, menyebabkan nyeri, sakit dan rasa kebal (mati

rasa).

Pengamatan Branton yang kedua menunjukkan bahwa secara struktural,

tulang duduk membentuk sistem penopang atas dua titik yang pada dasarnya tidak

stabil. Oleh karenanya, landasan tempat duduk saja tidak cukup untuk

menciptakan kestabilan. Secara teoritis, kaki, telapak kaki dan punggung, yang

juga bersinggungan dengan bagian lain dari tempat duduk selain dari bagian

landasannya, seharusnya juga dapat turut menciptakan kestabilan yang dimaksud.

Sebenarnya titik pusat gaya berat dari tubuh pada posisi duduk tegak

lurus terletak sekitar 1 inci atau 2,5 cm di depan pusar, seperti ditunjukkan pada

gambar 2.5. Branton mengungkapkan bahwa sistem massa pada keberadaannya

(24)

Gambar 2.5 Pusat Gaya Berat Manusia Pada Posisi Duduk

Sumber : Panero J dan Zelnik M., 2003

2.5SIKAP DUDUK

Melakukan pekerjaan di kantor, di sekolah, di pabrik, di pasar, dan di

rumah tidak terlepas dari posisi duduk. Duduk memerlukan lebih sedikit energi

daripada berdiri, karena hal ini dapat mengurangi banyaknya beban otot statis

pada kaki. Seorang operator yang bekerja sambil duduk memerlukan sedikit

istirahat dan secara potensial lebih produktif, disamping itu operator tersebut juga

lebih kuat bekerja dan oleh karena itu lebih cekatan dan mahir. Namun sikap

duduk yang salah akan merupakan penyebab adanya masalah-masalah punggung.

Demikian juga dengan anak-anak sekolah yang sebagian besar waktunya

digunakan untuk berada dibangku sekolah. Apabila kejadian pada industri terjadi

pada anak-anak sekolah, maka akan dapat mengakibatkan kelainan pada susunan

tulang belakang dan gangguan-gangguan lainnya.

2.5.1Duduk Lama Menyebabkan Nyeri Pinggang Bawah

Duduk lama dengan posisi yang salah akan menyebabkan otot-otot

pinggang menjadi tegang dan dapat merusak jaringan lunak sekitarnya. Terutama

bila duduk dengan posisi terus membungkuk. Posisi itu menimbulkan tekanan

tinggi pada bantalan syaraf tulang belakang yang mengakibatkan hernia nukleus

pulposus. Seseorang yang melakukan pekerjaan dengan sikap duduk yang salah

akan menderita pada bagian punggungnya. Tekanan pada bagian tulang belakang

akan meningkat pada saat duduk, dibandingkan dengan saat berdiri atau

berbaring. Jika diasumsikan tekanan tersebut 100%, maka cara duduk yang tegang

atau kaku (erect posture) dapat menyebabkan tekanan tersebut mancapai 140%

dan cara duduk yang dilakukan dengan membungkuk kedepan menyebabkan

tekanan tersebut mencapai 190%. Sikap duduk tegang lebih banyak memerlukan

aktivitas otot atau urat saraf belakang dari pada sikap duduk yang condong

kedepan (Nurmianto, 1991).

Setelah duduk selama 15-20 menit, otot-otot punggung biasanya mulai

letih dan merasakan nyeri pinggang bawah. Penelitian terhadap murid sekolah di

(25)

duduk di kelas, terdiri dari 30% yang duduk selama satu jam, dan 70% yang

duduk lebih dari satu jam.

Hal-hal yang harus dihindari selama duduk supaya tidak terjadi nyeri

pinggang bawah antara lain jangan duduk pada kursi yang terlalu tinggi, duduk

dengan membengkokkan pinggang, atau duduk tanpa sandaran di pinggang bawah

(pendukung lumbar). Selain itu, selama duduk perlu menghindari duduk dengan

mencondongkan kepala kedepan karena dapat menyebabkan gangguan pada leher,

duduk dengan lengan terangkat karena dapat menyebabkan nyeri pada bahu dan

leher.

2.5.2Sikap Duduk Yang Benar

Sikap duduk yang benar sebaiknya duduk dengan punggung lurus dan

bahu berada di belakang serta pantat menyentuh belakang kursi. Seluruh lengkung

tulang belakang harus terdapat selama duduk. Duduklah dengan lutut tetap

setinggi atau sedikit lebih tinggi panggul (gunakan penyangga kaki bila perlu) dan

sebaiknya kedua tungkai tidak saling menyilang dan jaga agar kedua kaki tidak

menggantung. Hindari duduk dengan posisi yang sama lebih dari 20-30 menit.

Selama duduk, istirahatkan siku dan lengan pada kursi atau meja, juga bahu tetap

rileks.

Berkaitan dengan adanya pengaruh sikap duduk yang salah terhadap

tulang punggung, berikut digambarkan bentuk tulang punggung dilihat dari sikap

(26)

Gambar 2.6 Bentuk Tulang Punggung Dilihat Dari Sikap Duduk

Sumber : http://puslit.petra.ac.id/journals/interior/

Keterangan gambar 2.3, yaitu:

A = Normal (Kelenturan normal/alami, tidak ada tekanan pada cakram tulang

belakang),

B = Kifosis (tulang punggung terlalu bengkok kebelakang, cakram terjepit),

C = Lordosis (tulang punggung bengkok ke depan, cakram terjepit),

D = Skoliosis (tulang punggung bengkok ke kiri dan kanan, cakram terjepit)

2.6PERANCANGAN KURSI

Tempat duduk yang nyaman untuk digunakan untuk jangka waktu yang

lama adalah tempat duduk yang memperhatikan juga faktor kepuasan psikologis.

2.6.1 Pendekatan-Pendekatan Untuk Perancangan Kursi

Menurut Nurmianto (1991), pendekatan-pendekatan yang dilakukan dalam

perancangan kursi antara lain:

a. Merancang penyangga lumbar pada posisi duduk

Pendekatan ini menekankan pada ketentuan dari sandaran punggung yang

dapat disetel untuk menyangga daerah lumbar atau daerah yang lebih rendah

pada tulang belakang. Ini dapat mengurangi usaha otot yang diperlukan untuk

menjaga suatu sikap duduk yang kaku atau tegang. Hal ini juga dapat

mengurangi kecenderungan tulang belakang ke arah bentuk khyphosis.

Sandaran kursi juga menstabilkan sikap duduk dan menghasilkan suatu reaksi

(27)

Persyaratan adanya bantalan punggung akan bermanfaat untuk mengatasi sakit

punggung. Banyak sandaran tempat duduk (pesawat terbang, teater,dll) yang

tidak mempunyai penyangga empuk yang berguna sebagai bantalan

penyangga. Kursi eksekutif saat ini umumnya dikembangkan dengan

penyangga ruas belakang bagian bawah (lumbar), sedangkan tempat duduk

mobil yang dapat disetel semakin banyak dikagumi.

b. Perancangan tempat duduk yang miring kedepan

Pada umumya permukaan duduk dimiringkan sekitar 50 kearah belakang untuk

mengurangi kemungkinan operator meluncur kedepan. Mandal (1981)

memperkirakan kemiringan bangku kedepan sampai 150 dari permukaan, 200

dari lekukan lumbar. Oleh karena itu perancangan kursi harus lebih sedikit

miring kedepan dengan tujuan agar operator merasa condong dengan meja

kerja sehingga akan lebih mudah untuk melakukan aktivitas diatas meja kerja.

c. Postur Duduk Berlutut

Kursi keseimbangan adalah suatu hasil logika terhadap problema dari

perubahan tekukan tulang belakang jika duduk. Perputaran pinggul dapat

dikurangi dengan cepat dan rotasi pinggul hampir dapat dihilangkan. Akan

tetapi kelemahannya seseorang akan dapat meluncur pada kursi ini jika kursi

model seperti ini tidak dilengkapi sandaran untuk lutut. Kursi keseimbangan

banyak menawarkan kenyamanan pada penderita nyeri atau sakit punggung,

namun kursi ini juga menimbulkan banyak masalah seperti :

1) Kesulitan untuk perubahan sikap duduk

2) Tekanan pada lutut

3) Putaran dari kaki dan ibu jari kaki

d. Perancangan sudut sandaran kursi sampai suatu posisi “semi-reclining

Hal ini akan mengurangi reaksi pada berat badan bagian atas sepanjang

punggung, dan sepanjang tulang belakang. Suatu sandaran punggung yang

sesuai untuk kursi panjang (kursi malas) dan yang paling penting lagi untuk

tempat duduk kendaraan adalah sama sudut 1100. E.Grandjean (1987)

memberikan suatu sudut yang sejenis untuk kursi panjang (kursi malas).

(28)

Ukuran-ukuran kursi seharusnya didasarkan pada data antropometri yang

sesuai, dan ukuran-ukurannya ditetapkan. Penyesuaian tinggi dan posisi sandaran

punggung sangat diharapkan, tetapi belum praktis dalam banyak keadaan

(transportasi umum, gedung-gedung pertunjukkan, restoran, dan-lain-lain). Dalam

pemilihan ukuran kursi harus diperhatikan jangkauan penyesuaian untuk tinggi

tempat duduk. Adapun dalam hal ini dibedakan menjadi :

a. Kursi Rendah, yang digunakan pada bangku dan meja (desk and tables)

Tujuan perancangan kursi ini adalah membiarkan kaki untuk istirahat

langsung diatas lantai dan menghindari tekanan pada sisi bagian bawah paha.

Terlalu rendahnya sebuah tempat duduk akan dapat menimbulkan

masalah-masalah baru pada tulang belakang. Menurut Panero J dan Zelnik M jika suatu

landasan tempat duduk terlalu rendah dapat menyebabkan kaki condong

menjulur ke depan, menjauhkan tubuh dari keadaan stabil dan akan

menjauhkan punggung dari sandaran sehingga penopangan lumbar tidak

terjaga dengan tepat, seperti yang ditunjukkan gambar 2.7. Oleh karena itu

ukuran antropometri membentuk dasar untuk tinggi tempat duduk yang

jaraknya dari tumit kaki sampai permukaan yang lebih rendah dari paha

disamping lutut dengan lekukan pada sudut 900.

Gambar 2.7 Landasan Tempat Duduk Yang Terlalu Rendah

Sumber : Panero J dan Zelnik M., 2003

Jika suatu landasan tempat duduk terlalu tinggi letaknya, bagian bawah paha

akan tertekan dan menghambat peredaran darah, seperti yang ditunjukkan

gambar 2.7. Telapak kaki yang tidak dapat menapak dengan baik di atas

(29)

Ketebalan sol sepatu dapat di tambah dalam hal ini dengan memberikan suatu

tinggi tempat duduk yang maksimum. Untuk menghindari kompresi paha

diharapkan tinggi tempat duduk adalah 5th persentil wanita dan 95th persentil

pria. Untuk tinggi tempat duduk yang tetap dapat menyebabkan kesalahan

pada ketinggian yang rendah.

Gambar 2.8 Landasan Tempat Duduk Yang Terlalu Tinggi

Sumber : Panero J dan Zelnik M., 2003

Sebuah gambaran dari susunan dasar kursi yang menjamin bahwa penyangga

lumbar yang baik akan tersedia dan hal ini memberikan variasi yang mudah

dari sikap duduk dengan permukaan tempat duduk yang horisontal dan

tingginya dapat dengan mudah disetel, seperti terlihat pada gambar 2.9

(30)

Gambar 2.9 Perancangan Kursi Duncan

Sumber : Nurmianto, 1991

b. Kursi yang tinggi

Tinggi bangku untuk pekerjaan sambil berdiri didasarkan pada tinggi siku saat

berdiri. Bangku-bangku seperti ini diharapkan dapat dirancang, namun bangku

ini tidak dapat digunakan setiap waktu. Kursi tinggi dengan tinggi tempat

duduk yang dapat disetel dapat menyangga badan bagian atas sedemikian rupa

sehingga tinggi siku berada beberapa sentimeter diatas pekerjaan. Ukuran

yang biasanya ada dalam antropometri adalah jarak vertikal dari titik terendah

dari tekukan siku sampai permukaan untuk duduk yang horisontal. Masalah

utama yang timbul dari kursi seperti ini adalah terbatasnya gerak untuk lutut.

Perancangan ulang untuk kursi yang memiliki ruang untuk lutut lebih

diinginkan. Jelasnya sebuah sandaran kaki merupakan bagian yang paling

penting dari suatu kursi yang tinggi, tanpa sandaran tersebut beban kaki

bagian bawah akan dipindahkan pada sisi dalam dari lipat paha. Sandaran kaki

seharusnya dapat disetel untuk tinggi yang tidak bergantung pada tinggi

tempat duduk, untuk panjang kaki yang lebih rendah. Berikut adalah contoh

kursi tinggi yang banyak digunakan di industri terlihat pada gambar 2.10 di

(31)

Gambar 2.10 Kursi Tinggi Yang Banyak Digunakan Di Industri

Sumber : Nurmianto, 1991

c. Kedalaman Tempat Duduk

Pertimbangan dasar lainnya dari perancangan sebuah kursi adalah kedalaman

landasan tempat duduk. Bila kedalaman landasan tempat duduk terlalu besar,

bagian depan dari permukaan atau ujung dari tempat duduk tersebut akan

menekan daerah tepat dibelakang lutut, memotong peredaran darah pada

bagian kaki, seperti ditunjukkan pada gambar 2.11 di bawah.

Gambar 2.11 Landasan Tempat Duduk Yang Terlalu Lebar

Sumber : Panero J dan Zelnik M., 2003

Bila kedalaman landasan tempat duduk terlalu sempit, akan menimbulkan

situasi yang buruk pula, yaitu dapat menimbulkan perasaan terjatuh atau

terjungkal dari kursi dan akan menyebabkan berkurangnya penopangan pada

(32)

Gambar 2.12 Landasan Tempat Duduk Yang Terlalu Sempit

Sumber : Panero J dan Zelnik M., 2003

2.7KRITERIA KURSI YANG IDEAL

Perancangan kursi kerja harus dikaitkan dengan jenis pekerjaan, posture

yang diakibatkan, gaya yang dibutuhkan, arah visual (pandangan mata), dan

kebutuhan akan perlunya merubah posisi (postur). Kursi tersebut haruslah

terintegrasi dengan bangku atau meja.

Kursi untuk kerja dengan posisi duduk adalah dirancang dengan metode

floor-up” yaitu berawal pada permukaan lantai, untuk menghindari tekanan

dibawah paha. Setelah ketinggian kursi dapat ditentukan kemudian barulah

menentukan ketinggian meja kerja yang sesuai dan konsisten dengan ruang yang

diperlukan untuk paha dan lutut. Adapun kriteria kursi kerja yang ideal adalah

sebagai berikut:

(1) Stabilitas Produk

Diharapkan suatu kursi mempunyai empat atau lima kaki untuk menghindari

ketidakstabilan produk. Kursi lingkar yang berkaki lima dirancang dengan

posisi kaki kursi berada pada bagian luar proyeksi tubuh. Sedangkan kursi

dengan kaki gelinding sebaiknya dirancang untuk permukaan yang

berkarpet.

(2) Kekuatan Produk

Kursi kerja haruslah dirancang sedemikian rupa sehingga kompak dan kuat

dengan konsentrasi perhatian pada bagian-bagian yang mudah retak

dilengkapi dengan sistem mur-baut ataupun keling pasak pada bagian

sandaran tangan (arm-rest) dan sandaran punggung (back-rest). Kursi kerja

tidak boleh dirancang pada populasi dengan persentil kecil dan seharusnya

(33)

(3) Mudah Dinaik-turunkan (adjustable)

Ketinggian kursi hendaknya mudah diatur saat kita duduk, tanpa harus turun

dari kursi.

(4) Sandaran punggung

Sandaran punggung sangat penting untuk menahan beban punggung kearah

belakang (lumbar spine). Hal ini haruslah dirancang agar dapat digerakkan

naik-turun maupun maju mundur. Selain itu harus dapat pula diatur

fleksibilitasnya sehingga sesuai dengan bentuk punggung.

(5) Fungsional

Bentuk tempat duduk tidak boleh menghambat berbagai macam alternatif

perubahan postur (posisi).

(6) Bahan material

Tempat duduk dan sandaran harus dilapisi dengan material yang cukup

lunak.

(7) Kedalaman kursi

Kedalaman kursi (depan-belakang) harus sesuai dengan dimensi panjang

antara lutut (popliteal) dan pantat (buttock).

(8) Lebar kursi

Lebar kursi minimal sama dengan lebar pinggul wanita 5 persentil populasi.

(9) Lebar sandaran kursi

Lebar sandaran punggung seharusnya sama dengan lebar punggung wanita

persentil 5 populasi. Jika terlalu lebar maka akan mempengaruhi kebebasan

gerak siku.

(10) Bangku tinggi

Kursi untuk bangku tinggi harus diberi sandaran kaki yang dapat digerakkan

naik-turun.

Sedangkan berikut ini adalah rekomendasi bangku atau kursi untuk

menulis yang dianjurkan Mandal (1981) seperti terlihat pada gambar 2.13 berikut

(34)

Gambar 2.13 Rekomendasi Pada Bangku Atau Kursi Untuk Menulis

(Mandal, dalam nurmianto)

2.8APLIKASI ERGONOMI UNTUK PERANCANGAN TEMPAT KERJA

Menurut Nurmianto perancangan tempat kerja pada dasarnya merupakan

suatu aplikasi data antropometri, tetapi masih memerlukan dimensi fungsional

yang tidak terdapat pada data statis. Dimensi-dimensi tersebut lebih baik diperoleh

dengan cara pengukuran langsung daripada data statis. Misalnya gerakan

menjangkau, mengambil sesuatu, mengoperasikan suatu alat.

2.8.1 Daerah Kerja Horisontal

Diperlukan untuk mendefinisikan batasan-batasan dari suatu daerah kerja

horisontal untuk memastikan bahwa material atau alat kontrol tidak ditempatkan

begitu saja diluar jangkauan tangan. Begitu juga untuk batasan daerah kerja

vertikal. Rekomendasi R.R Farley untuk daerah kerja horizontal yang telah

(35)

Gambar 2.14 Batasan-Batasan Daerah Kerja

Sumber : Nurmianto, 1991

2.8.2 Kemiringan Permukaan Kerja

Kemiringan permukaan kerja pada operator antara lain ditunjukkan pada

meja-meja sekolah, papan gambar dan podium. Sebenarnya telah bertahun-tahun

peralatan kerja dipabrik atau industri telah dimiringkan kearah operator,

manfaatnya seseorang dapat duduk lebih kebelakang dengan sedikit memiringkan

kepalanya. Suatu kemiringan 120 akan menghasilkan peningkatan yang signifikan

tanpa adanya kekhawatiran jatuhnya obyek karena terlalu miring. Namun hal

tersebut tidak boleh mempengaruhi ketinggian tempat kerja sehingga lengan atas

tidak harus diangkat keatas (abduksi).

2.9PENGUJIAN DATA

Pengujian data berguna untuk menentukan bahwa data antropometri

yang digunakan valid dan dapat merepresentasikan data ukuran tubuh siswa

sekolah pada umumya dan siswa SLTP N 6 Wonogiri pada khususnya, pengujian

tersebut meliputi uji kecukupan, uji keseragaman dan uji normalitas.

a. Uji Kecukupan Data

Uji kecukupan data diperlukan untuk memastikan bahwa data yang telah

dikumpulkan adalah cukup secara objektif. Idealnya pengukuran harus dilakukan

dalam jumlah yang banyak, bahkan sampai jumlah yang tak terhingga agar data

(36)

tak terhingga sulit dilakukan mengingat keterbatasan-keterbatasan yang ada, baik

segi tenaga, biaya, waktu, dan sebagainya. Pengumpulan data dalam jumlah yang

sekadarnya juga kurang baik karena tidak dapat mewakili keadaan yang

sebenarnya. Untuk itu, pengujian kecukupan data dilakukan dengan berpedoman

pada konsep statistik, yaitu tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan. Tingkat

ketelitian menunjukkan penyimpangan maksimum hasil pengukuran dari waktu

penyelesaian sebenarnya, sedangkan tingkat keyakinan menunjukkan besarnya

keyakinan pengukur akan ketelitian data waktu yang telah diamati dan

dikumpulkan. Pengaruh tingkat ketelitian dan keyakinan adalah bahwa semakin

tinggi tingkat ketelitian dan semakin besar tingkat keyakinan, semakin banyak

pengukuran yang diperlukan.

Uji kecukupan data dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai

berikut:

Penelitian ini menggunakan tingkat kepercayaan 95 % dengan harga indeks k = 2

dan tingkat ketelitian 5 %.

Jika N’  N, data dianggap cukup, jika N’  N data tidak cukup (kurang) dan perlu dilakukan penambahan data.

b. Uji Keseragaman Data

Uji keseragaman dan kecukupan data dilakukan untuk mengetahui apakah

(37)

rata-ratanya. Untuk melakukan uji keseragaman, data yang telah diperoleh diplot

ke dalam grafik dengan batas kendali atas dan batas kendali bawah sebagai

acuannya. Jika data melewati kedua batas tersebut data akan dihilangkan dan

perhitungan keseragaman diulang. Perhitungan batas kendali menggunakan

persamaan sebagai berikut:

Nilai standard deviasi diperoleh dengan persamaan:

 

Untuk mengetahui normalitas suatu distribusi data dapat dilakukan dengan Uji

Kolmogorov-Smirnov. Terlebih dahulu hipotesis pengujiannya yaitu:

H0 : Data berdistribusi secara normal

H1 : Data tidak berdistribusi secara normal

Penentuan uji normalitas dengan melihat nilai signifikansinya yang

dibandingkan dengan tingkat ketelitian yang digunakan (α). Disini α yang

Pengujian normalitas yang paling umum digunakan adalah uji

Kolmogorov-Smirnov Normality Test yang sudah dikembangkan lebih lanjut oleh Lilliefors.

(38)

kemunculan data sesungguhnya (berdasarkan observasi) dengan peluang

kemunculan data yang diharapkan yaitu apabila berdistribusi normal.

Nilai statistik uji yang digunakan adalah D yang dihitung dengan

= nilai standar dari data apabila berdistribusi normal (Z)



= peluang data apabila berdistribusi normal (p(Z)),

Nilai ini dapat dicari pada tabel distribusi kumulatif normal baku.

Penarikan kesimpulan dilakukan dengan membandingkan nilai statistik uji hasil

perhitungan dengan nilai statistik uji tabel yaitu nilai D kritis dengan tingkat

ketelitian α dan ukuran sampel n. Apabila nilai hasil perhitungan lebih kecil dari

pada nilai tabel maka disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.

Langkah-langkah perhitungan uji kolomogorov smirnov sebagai berikut :

1. Mengurutkan data dari terkecil hingga terbesar

2. Menghitung rata-rata (X ) dan simpangan baku (s)

(39)

4. Untuk setiap bilangan baku menggunakan daftar distribusi normal baku,

kemudian dihitung peluang (F(zi) = P (z  zi) atau dengan menggunakan

fungsi normsdist pada program office excel.

5. Menghitung proporsi Z1, Z2, Z3,....Zn yang lebih kecil atausama dengan Zi

6. menghitung D1 dan D2 dalam menentukan hasil akhir dari uji kenormalan

D1 =

 

7. Mengambil harga yang paling besar diantara D2 tersebut. Untuk harga terbesar

disebut sebagai Dn.

8. Menganalisa Hipotesis

Setelah dilakukan perhitungan, langkah selanjutnya adalah menganalisa

hipotesis yang ada untuk diambil suatu kesimpulan apakah data sampel yang

diuji normal atau tidak. Untuk menerima atau menolak hipotesis dengan

membandingkan Dn dengan nilai kritis D tabel.

Hipotesis pada pengujian data sampel sebagai berikut :

a. H0 = data berdistribusi secara normal

(40)

c. Taraf nyata () = 0.05

Wilayah kritik Dn < D tabel pada uji kolmogorof smirnov.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini membahas mengenai model dan kerangka pemikiran yang

digunakan dalam penelitian mengenai perancangan Meja dan Kursi SLTP

(41)

Gambar 3.1 Metodologi Penelitian

3.1. TAHAP IDENTIFIKASI

Pada tahap ini akan di uraikan mengenai studi pendahuluan, paparan

ringkas latar belakang, Perumusan masalah, penentuan tujuan dan manfaat, studi

pustaka, dan penentuan variable penelitian.

3.1.1 STUDI PENDAHULUAN

Studi pendahuluan dilakukan untuk mengetahui bagaimana persepsi

(42)

dan kursi yang di gunakan pada waktu proses belajar mengajar di tinjau dari sisi

kenyamanan dalam belajar. Metode yang digunakan untuk memperoleh informasi

tersebut adalah melalui pengisian kuesioner Nordic Body Map (NBM). Dengan

melihat dan menganalisa hasil pengisian kuesioner Nordic Body Map (NBM)

maka dapat di ketahui keluhan-keluhan yang di rasakan responden meliputi leher,

bahu, tengkuk, punggung, pinggang, siku tangan, pergelangan tangan, tangan , jari

jemari tangan, pantat, paha, lutut, pergelangan kaki, dan popliteal. Selain itu, pada

studi pendahuluan juga di lakukan observasi langsung untuk mengamati aktivitas

belajar pada siswa di kelas yang meliputi saat siswa mendengarkan penjelasan

guru, saat siswa menulis dan membaca di tempat duduk. Observasi di lakukan

pada kelas 1, 2, 3 masing-masing satu kelas dengan lama observasi selama satu

hari. Pada saat melakukan observasi juga di lakukan pengambilan data berupa

rekaman video saat siswa duduk. Metode rekaman tersebut bertujuan untuk

mengetahui aktivitas duduk siswa dan sebagai pembanding hasil produk saat ini

dengan hasil rancangan.

3.1.2. LATAR BELAKANG

latar belakang masalah dari penelitian ini adalah munculnya keluhan pada

bagian-bagian tubuh siswa disebabkan ketidaksesuaian antara meja kursi saat

belajar saat ini dengan dimensi tubuh siswa sehingga tidak didapatkan fasilitas

belajar sekolah yang nyaman. Keluhan tubuh tersebut muncul apabila responden

mengikuti proses belajr mengajar di kelas pada posisi statis, yaitu duduk selama

lima jam. Ketidaknyamanan tersebut meliputi ketinggian laci meja tidak sesuai

dengan ketinggian lutut siswa, kaki belakang meja menganggu keleluasaan kaki

siswa, rancangan satu meja untuk dua orang saat menganggu keleluasaan siswa

pada saat menulis, ketinggian alas meja tidak memperhatikan dimensi tubuh siswa

sehingga saat menulis siswa terlalu membungkuk, lebar alas dan sandaran kursi

tidak memperhatikan dimensi tubuh siswa sehingga siswa sering mengeluh pada

bagian pantat dan bahu. Berdasrkan kuisoner Nordic Body Map, ketidaknyamanan

tersebut menimbulkan keluhan sakit pada anggota tubuh antara lain tengkuk 88,89

(43)

3.1.3. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan permasalahan yang telah di sebutkan sebelumnya maka

perumusan masalah yang di angkat dalam penelitian ini adal;ah bagaimana

merancang meja dan kursi untuk siswa yang ergonomis sesuai dengan dimensi

tubuh siswa SLTP N 6 Wonogiri.

3.1.4. PENENTUAN TUJUAN DAN MANFAAT

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah memperbaiki meja

dan kursi sesuai dengan dimensi tubuh siswa sehingga memberikan kenyamanan

pada proses belajar mengajar. Sedangkan manfaat yang di harapkan dengan

adanya rancangan baru dari meja dan kursi belajar, siswa dapat belajar dengan

nyaman dan dapat meminimasi keluhan rasa sakit yang dirasakan.

3.1.5. STUDI PUSTAKA

Tahap ini dilakukan untuk mengkaji permasalahan awal berdasarkan studi

lapangan yang telah dilakukan dengan referensi buku-buku, jurnal, majalah yang

menyangkut hubungannya dengan ilmu ergonomi, antara lain antropometri dan

dinamika posisi duduk

3.1.6. PENENTUAN VARIABEL PENELITIAN

Tahap ini digunakan untuk merumuskan variabel-variabel yang di

perlukan untuk merancang meja dan kursi. Variabel penelitian ditentukan

berdasarkan keluhan ketidaknyamanan siswa SLTP N 6 wonogiri serta aktivitas

belajar siswa SLTP N 6 wonogiri di kelas yang diperoleh selama studi

pendahuluan.

Berdasarkan kedua hal tersebut, perancangan ulang meja dan kursi di

fokuskan pada tinggi meja, lebar meja, panjang meja, ketinggian laci meja, lebar

laci meja, panjang laci meja, lebar sandaran kaki meja, panjang sandaran kaki

(44)

kursi, ketinggian sandaran kursi, lebar sandaran kursi, panjang sandaran kursi.

Variabel penelitian yang di rumuskan untuk perancangan ulang meja dan kursi

untuk siswa SLTP selengkapnya di tampilkan pada tabel 3.1

Tabel 3.1 Variabel penelitian

Ketidaknyamanan Keluhan (NBM) Perancangan Ulang Variabel Penelitian

Ketinggian meja tidak sesuai dengan dimensi tubuh Pinggang 88,89 (%) Tinggi Meja Tinggi Siku Duduk Panjang meja Tidak sesuai dengan jarak antar siku tangan Siku tangan 66,67 (%) Panjang Meja jarak antar siku tangan Lebar meja kurang memperhatikan keleluasaan dalam menulis Tangan 66,67 (%) Lebar Meja jangkuan tangan

Ketinggian laci tidak sesuai dengan Ketinggian lutut kaki Paha 55,56 (%) Tinggi Laci lutut Panjang laci meja tidak sesuai dengan dimensi atribut barang

yang di Taruh Tangan 66,67 (%) panjang laci meja tas & buku

lebar laci meja tidak sesuai dengan dimensi siku tangan tangan Siku tangan 66,67 (%) lebar laci meja

dimesi jari tengah sampai siku tangan

Panjang pijakan kaki meja kurang memperhatikan keleluasaan

kaki kaki 55,56 (%)

panjang pijakan

kaki meja keleluasaan kaki waktu duduk lebar pijakan kaki tidak sesuai dengan dimensi panjang telapak

kaki kaki 55,56 (%)

lebar pijakan kaki

meja ketepatan telapak kaki di pijakan

Tinggi alas kursi tidak sesuai dengan popliteal popliteal 55,56 (%) tinggi alas kursi tinggi popliteal panjang alas kursi tidak sesuai dengan jarak antara pantat dan

popliteal Paha 55,56 (%) panjang alas kursi pantat popliteal lebar alas kusi tidak sesuai dengan dimensi pinggul pantat 77,78 (%) Lebar alas kursi lebar pinggul

tinggi sandaran kursi tidak sesuai dengan tinggi punggung punggung 66,67 (%)

Tinggi sandaran

kursi tinggi sandaran punggung

lebar sandaran kursi tidak sesuai dengan lebar bahu Bahu 66,67 (%)

Lebar sandarn

kursi lebar bahu

3.2. TAHAP PENGUMPULAN DATA

Pada tahap ini akan di uraikan mengenai data-data yang di ambil dari hasil

observasi di SLTP N 6 wonogiri .

3.2.1.DATA ANTROPOMETRI SISWA SLTP N 6 WONOGIRI

Data antopometri di peroleh dengan pengukuran 30 siswa SLTP N 6

wonogiri di laboratorium Ergonomi dan perancangan kerja Teknik Industri UNS.

30 siswa tersebut terdiri dari 10 siswa kelas I, 10 siswa kelas II, dan 10 siswa

kelas III. Atropometri tubuh yang di ukur berdasarkan variabel penelitian yang

telah di rumuskan pada tabel 3.1. Berikut dipaparkan mengenai teknis pengukuran

(45)

a.Tinggi popliteal

Ukur jarak vertikal alas kaki sampai bawah paha

b.Pantat popliteal

Subyek duduk tegak, ukur jarak horisontal dari bagian terluar pantat sampai

lekukan lutut sebelah dalam (popliteal), paha dan kaki bagian bawah

membentuk sudut siku-siku

c.Lebar pantat

Ukur jarak horisontal samping kanan dan kiri pantat

d.Lebar bahu

Ukur jarak horisontal antara kedua lengan atas. Subek duduk tegak dengan

lengan merapat ke badan dan lengan bawah di rentangkan ke depan.

e.Tinggi sandaran punggung

Subek duduk tegak, ukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai

pucuk belikat bawah

f.Tinggi siku duduk

Ukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai ujung bawah siku kanan.

Subyek duduk tegak dengan lengan atas vertikal di sisi badan dan lengan bawah

membentuk sudut siku-siku dengan lengan atas.

g.Siku tangan ke ujung jari tengah

Ukur siku tangan sampai ujung jari tengah

h.Tinggi popliteal

Ukur jarak vertikal alas kaki sampai bawah paha

i.Jangkauan tangan ke depan

Ukur jarak dari bahu hingga jung jari tengah

j.Panjang telapak kaki

Ukur panjang sudut ibu jari sampai tumit

k.Tebal paha

Subyek duduk tegak, ukur jarak dari permukaan alas duduk sampai ke

permukaan atas pangkal paha

3.2.2.DATA DIMENSI AWAL MEJA DAN KURSI SAAT INI DI SLTP N 6

(46)

Data dimensi awal meja dan kursi saat ini di peroleh dari observasi di

SLTP N 6 wonogiri. Proses pengukuran dimensi meja dan kursi siswa dengan

menggunakan alat superior tailoring rule terdiri dari satu 1 meja dan 1 kursi.

Sepasang produk dianggap sudah mewakili pengukuran karena dimensi produk

yang di gunakan saat ini diasumsikan sama antara produk satu dengan yang lain.

Dimensi awal produk meja dan kursi saat ini akan di tampilkan pada tabel 4.1 dan

4.2

3.3. TAHAP PENGOLAHAN DATA

Pada tahapan ini akan di uraikan uji-uji yang di gunakan dalam

pengolahan data.

3.3.1.UJI KESERAGAMAN DATA

Uji keseragaman data berfungsi untuk memperkecil varian yang ada

dengan membuang data ekstrim. Jika ada data yang berada di luar batas kendali

atas (BKA) ataupun batas kendali bawah (BKB) maka data tersebut dibuang.

Langkah pertama dalam uji keseragaman ini adalah perhitungan mean dan standar

deviasi untuk mengetahui batas kendali atas dan bawah. Rumus yang di gunakan

dapat di lihat pada persamaan (2.2), (2.3), dan (2.4)

3.3.2.UJI KECUKUPAN DATA

Uji kecukupan data berfungsi untuk mengetahui apakah data yang

diperoleh sudah mencukupi untuk diolah. Sebelum dilakukan uji kecukupan data

terlebih dahulu menentukan derajat kebebasan s = 0,05 yang menunjukkan

penyimpangan maksimum hasil penelitian. Selain itu juga ditentukan tingkat

kepercayaan 95% dengan k = 2 yang menunjukkan besarnya keyakinan pengukur

akan ketelitian data antropometri, artinya bahwa rata-rata data hasil pengukuran

diperbolehkan menyimpang sebesar 5% dari rata-rata sebenarnya (Barnes, 1980).

Rumus yang di gunakan dapat di lihat pada persamaan (2.1)

(47)

Banyak cara yang dapat digunakan untuk melakukan pengujian normalitas

sampel, salah satunya dengan menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov. Terlebih

dahulu hipotesis pengujiannya yaitu:

H0 : Data berdistribusi secara normal

H1 : Data tidak berdistribusi secara normal

Penentuan uji normalitas dengan melihat nilai signifikansinya yang

dibandingkan dengan tingkat ketelitian yang digunakan (α). Disini α yang

digunakan adalah 0,05. Bila nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka H0

diterima yang berarti bahwa data berdistribusi secara normal dan bila lebih kecil

dari 0,05 maka H0 ditolak yang berarti bahwa data tidak berdistribusi secara

normal.

3.3.4.PERHITUNGAN PERSENTIL

Pada penentuan dimensi rancangan meja dan kursi belajar dibutuhkan

beberapa persamaan berdasarkan pendekatan antropometri, ini berkaitan dengan

penentuan penggunaan persentil 5, 50 dan 95 (Panero, 2003).

Perhitungan nilai persentil 5, 50 dan 95 dari setiap jenis data yang

diperoleh, dilanjutkan dengan perhitungan untuk penentuan ukuran rancangan dan

pembuatan rancangan berdasarkan ukuran hasil rancangan. Menurut Sritomo

Wignjosoebroto (1995), untuk menghitung persentil 5, 50 dan 95 menggunakan

rumus perhitungan yang terdapat pada tabel 2.1.

a. Persentil 5 = x1.645x

b. Persentil 50 = x

c. Persentil 95 = x1.645x

3.4. TAHAP PERANCANGAN

Pada tahap ini akan di uraikan mengenai langkah-langkah yang di

gunakan dalam perancangan.

Gambar

Gambar 2.1 Struktur Organisasi SLTP N 6 Wonogiri periode 2008 /2009
Gambar 2.2 Distribusi Normal Dengan Data Antropometri  95-th Percentile
Tabel 2.1 Jenis Precentile dan Cara Perhitungan Dalam Distribusi Normal
gambar 2.5. Branton mengungkapkan bahwa sistem massa pada keberadaannya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebelum membincangkan tentang perkembangan ekonomi selepas merdeka, adalah perlu ditinjau terlebih dahulu dasar tanah yang telah dikuatkuasakan oleh penjajah Inggeris, kerana

Dengan demikian berdasarkan penelitian tindakan dan obsevasi yang telah dilakukan terbukti bahwa kegiatan finger painting dapat mengembangkan motorik halus anak

Salah satu alternatif untuk dapat memberikan sumber listrik pada daerah terpencil yang membutuhkan daya relatif rendah dan dilalui oleh saluran transmisi adalah dengan

Gambar 6.2. Struktur Organisasi Dinas Pekerjaan Umum Kota Dumai.. Dinas Tata Kota, Kebersihan dan Pertamanan Kota Dumai. Peraturan Walikota Dumai Nomor 22 Tahun 2008 Tentang

4.2.3 Pedaran Analisis Ajén Étnopédagogik Rumpaka Kawih Kiliningan Gamelan Klasik Cicih Cangkurileung

Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa akad/kontrak mudharabah memiliki risiko masalah keagenan yang relatif tinggi, yaitu nasabah menggunakan

Progdi : Magister Manajemen Pendidikan Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya dan dengan penuh kesadaran bahwa dalam menulis tesis dengan judul : Hubungan Motivasi

Tambang, iarbon ofset) berbasis pada iomoditas eisport. • Kepentingan iaum iapitalisme di indonesia masih mengunaian sistem sosial yang feodalisme dimana monopoli tanah merupaian