perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN KOPI DAN KARET
DI DAERAH ALIRAN SUNGAI JAMBANGAN
KABUPATEN KARANGANYAR
TAHUN 2011
SKRIPSI
Oleh:
ERI SETIAWAN
K5407019
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN KOPI DAN KARET
DI DAERAH ALIRAN SUNGAI JAMBANGAN
KABUPATEN KARANGANYAR
TAHUN 2011
Oleh:
ERI SETIAWAN
K5407019
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan
gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Geografi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ABSTRAK
Eri Setiawan. K5407019. Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi dan Karet di Daerah Aliran Sungai Jambangan Kabupaten Karanganyar Tahun 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret, Nopember 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) Mengetahui tingkat kesesuaian lahan aktual untuk tanaman kopi dan karet, (2) Mengetahui tingkat kesesuaian lahan potensial untuk tanaman kopi dan karet,dan (3) Mengetahui produktivitas kopi dan karet di Daerah Aliran Sungai Jambangan.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan satuan lahan sebagai satuan analisis. Populasi penelitian yaitu semua lahan yang terdapat pada di Daerah Aliran Sungai Jambangan Kabupaten Karanganyar. Pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling dengan sampel sebanyak 22 satuan lahan yang tersebar di DAS Jambangan. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi langsung, wawancara, analisis laboratorium, dan analisis dokumen. Teknik analisis data untuk mengetahui subkelas kesesuaian lahan adalah dengan sistem mencocokkan (matching) antara persyaratan tumbuh tanaman kopi dan karet dengan kualitas dan karakteristik lahan daerah penelitian. Subkelas kesesuaian lahan aktual kemudian diberi perlakuan sesuai faktor pembatasnya disetiap satuan lahan dengan usaha perbaikan pada tingkat pengelolaan sedang dan tinggi, sehingga dihasilkan subkelas kesesuaian lahan potensial di setiap satuan lahan. Unit analisis tingkat produksi tanaman kopi dan karet adalah pada setiap subkelas kesesuaian masing-masing tanaman. Data produktivitas tanaman kopi dan karet diperoleh dari wawancara dan data sekunder dari perusahaan perkebunan. Data ditabulasi dan dianalisis untuk mengetahui tingkat produktivitas tanaman kopi dan karet di daerah penelitian, kemudian dikelaskan sehingga menghasilkan peta produktivitas untuk tanaman kopi dan karet.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
subkelas kesesuaian lahan antara lain S2t,n, S2w,r,n,s/m, S3t, S3w,r,n, S3t,w,n,s/m dan N1s/m. (3) produktivitas tanaman kopi produktivitas tanaman kopi tertinggi terdapat pada subkelas N1r,s/m dengan 896Kg/Ha/tahun dan produktivitas tanaman kopi terendah terdapat pada subkelas N2s/m dengan produktivitas sebesar 47 kg/Ha/tahun; Produktivitas tanaman karet tertinggi terdapat pada subkelas S3w,n dengan produktivitas sebesar 2.137 kg/ha/tahun, Produktivitas tanaman karet terendah terdapat pada subkelas kesesuaian lahan N2w,s/m dengan produktivitas sebesar 1.618 kg/ha/tahun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
Eri Setiawan. K5407019. Land Suitability Evaluation For Coffee and Rubber
Plant At Jambangan Watershed in Karanganyar Regency 2011. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret, Nopember 2012.
The research is aimed to : (1) to know sub-class level of actual land suitability for coffee and rubber plant, (2) know sub-class of potential land suitability for coffee and rubber plant, and (3) know coffee and rubber productivity at Jambangan Watershed in Karanganyar Regency.
This research uses qualitative descriptive method with land units as the unit analysis. The population of this research is all of land at Jambangan watershed at Karanganyar regency, the samples was taken by purposive sampling technique with amount 22 land units at Jambangan Watershed Karanganyar Regency. Technique of data collected through field, observation, interview, laboratory analysis, and document analysis. Technique of data analysis to know land suitability sub-class with matching grow requisite of coffee and rubber plant with characteristic and quality land. Actual land suitability sub-class then were treated according to limiting factors in each unit of land with the restoration effort at medium and high level, so that the resulting potential land suitability subclass in each land unit. Unit analysis of level production of coffee and rubber are at each subclass of land suitability for each plant. Date of coffe and rubber productivity acquired by interview and secondary data from company plantation. Data tabulated and analysed to know level productivity at research place. Further analysis was performed an average productivity of coffe and rubber on land units based on land suitability subclass level then classified so can result productivity level of coffe and rubber map.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user MOTTO
Semuanya akan menjadi lebih indah jika kita tidak pernah menyerah dengan
segala keadaan dan situasi yang ada di depan mata
(Anonim)
Hidup tak akan pernah adil selama kamu terus menerus membandingkan dirimu
dengan orang lain. Percayalah, kamu berharga dimata Tuhan
(Mario Teguh)
Syukuri apa yang ada. Hidup adalah anugerah.Tetap jalani hidup ini.
Melakukan yang terbaik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan sebagai wujud
rasa sayang dan cinta kasihku kepada:
1. Bapak Bejo Mulyono dan Ibu Sutarti atas
segala pengorbanan setulusnya.
2. Kakakku Vera Listyarini yang selalu
memberi semangat dan dukungannya selama
ini.
3. Sahabat Geografi 2007 terimakasih atas
kebersamaannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user KATA PENGANTAR
Puji Syukur ke hadirat Allah SWT, karena hanya dengan kasih dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.
Dalam penulisan skripsi ini banyak hambatan, namun dengan bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu dengan segala kerendahan hati diucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin penelitian untuk menyusun skripsi.
2. Bapak Drs. Saiful Bachri, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ijin dalam penyusunan skripsi ini. 3. Bapak Dr. Moh. Gamal Rindarjono, M.Si selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Geografi dan Bapak Drs. Djoko Subandriyo, M.Pd selaku Pelaksana Tugas Ketua Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ijin penelitian.
4. Ibu Dra. Inna Prihartini, M.S selaku Pembimbing I yang dengan penuh kesabaran membimbing serta mengarahkan peneliti sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
5. Bapak Setya Nugraha, S.Si, M.Si selaku Pembimbing II yang telah membimbing dan mengarahkan peneliti dalam penyusunan skripsi.
6. Bapak Dr. Sarwono selaku pembimbing akademik, yang dengan sabar memberikan banyak bimbingan selama ini.
7. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Geografi yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan selama ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9. Bapak Sutarno yang telah banyak membantu di lokasi penelitian.
10. Teman satu tim ’’Jambangan” Raditya Ardi Nugraha terima kasih atas kerjasama dan kerja kerasnya selama penelitian di lapangan.
11. Teman-teman seperjuangan Yunus Aris Wibowo, Yaskinul Anwar, Isnandar Dwi Antoro, yang telah memberikan dukungan, bantuan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
12. Teman-teman tim Liar 07 Futsal Community Rifky, Aryok, Gunawan, Alek, Hanif, Andreas terima kasih atas dukungannya.
13. Keluarga besar Zoomnet Baturan terimakasih atas dukungan dan bantuannya. 14. Berbagai pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penyusunan skripsi
ini yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, namun demikian diharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan perkembangan ilmu pengetahuan geografi pada khususnya.
Surakarta, Desember 2012
Penulis
Eri Setiawan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGAJUAN ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN ABSTRAK ... v
HALAMAN MOTTO ... ix
HALAMAN PERSEMBAHAN ... x
KATA PENGANTAR ... xi
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xx
DAFTAR PETA ... xxii
DAFTAR LAMPIRAN ... xxiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9
A. Tinjauan Teori ... 9
1. Lahan ... 9
2. Evaluasi Lahan... ... 9
3. Kesesuaian Lahan... 12
4. Metode Evaluasi Lahan... ... 15
5. Satuan Lahan ... 16
6. Kualitas Lahan ... 17
7. Karakteristik Lahan ... 26
8. Tanaman Kopi ... 28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10. Produktivitas Tanaman... 33
11. Daerah Aliran Sungai (DAS) ... 33
12. Sistem Informasi Geografi ... 34
B. Penelitian yang Relevan ... 36
C. Kerangka Pemikiran ... 41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 46
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 46
1. Tempat Penelitian ... 46
2. Waktu Penelitian ... 46
B. Metode Penelitian ... 48
C. Populasi ... 48
D. Sampel ... 48
E. Sumber Data ... 50
F. Teknik Pengumpulan data ... 51
G. Validitas Data ... 52
H. Teknik Analisis Data ... 53
I. Prosedur Penelitian ... 59
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 63
A. Kondisi Fisik Daerah Penelitian ... 63
1. Lokasi Penelitian Secara Umum ... 63
a. Letak ... 63
b. Batas ... 63
c. Luas ... 64
2. Iklim ... 66
3. Geologi ... 70
4. Tanah ... 70
5. Hidrografi ... 73
6. Keadaan Penduduk ... 76
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 2. Kesesuaian Lahan Potensial
untuk Tanaman Kopi dan Karet ... 120
3. Produktivitas Tanaman Kopi dan Karet ... 152
a. Produktivitas Tanaman Kopi ... 152
b. Produktivitas Tanaman Karet ... 157
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 165
A. Kesimpulan... 165
B. Implikasi ... 166
C. Saran ... 167
DAFTAR PUSTAKA ... 168
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Wilayah Kerja PT. Perkebunan Nusantara IX
Divisi Tanaman Tahunan Tahun 2006 ... 2
Tabel 1.2 Jenis Tanaman dan Luas dari Sub Unit Kebun (Afdeling) di Kebun Batujamus/Kerjoarum... 3
Tabel 2.1. Klasifikasi Bulan Kering dan Bulan Basah ... 17
Tabel 2.2. Klasifikasi Drainase Tanah ... 18
Tabel 2.3. Klasifikasi Kedalaman Efektif ... 20
Tabel 2.4. Klasifikasi KTK Tanah ... 21
Tabel 2.5. Klasifikasi pH Tanah ... 21
Tabel 2.6. Klasifikasi Nitrogen Total ... 22
Tabel 2.7. Klasifikasi Phospat (P2O5) ... 22
Tabel 2.8. Klasifikasi K2O Tersedia ... 23
Tabel 2.9. Klasifikasi Batuan Permukaan ... 23
Tabel 2.10. Klasifikasi Kemiringan Lereng ... 24
Tabel 2.11. Klasifikasi Singkapan Batuan ... 24
Tabel 2.12. Klasifikasi Besar Erosi ... 25
Tabel 2.13. Klasifikasi Banjir/genangan ... 26
Tabel 2.14. Parameter Kualitas dan Karakteristik Lahan yang Dinilai dalam Evaluasi Lahan Tingkat Semi Detail ... 27
Tabel 2.15. Kriteria Klasifikasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman kopi ... 29
Tabel 2.16. Kriteria Klasifikasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Karet ... 32
Tabel 2.17. Perbandingan Kemampuan Analisis Menggunakan SIG dengan Pengerjaan Secara Manual ... 35
Tabel 2.18 Penelitian yang Relevan ... 40
Tabel 3.1. Waktu Penelitian ... 47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 3.3. Asumsi Tingkat Perbaikan Kualitas Lahan Aktual untuk
Menjadi Potensial Menurut Tingkat Pengelolaannya ... 56
Table 3.4. Jenis Usaha Perbaikan Karakteristik/Kualitas Lahan Aktual untuk Menjadi Potensial menurut Tingkat Pengelolaannya ... 57
Tabel 3.5. Klasifikasi Produktivitas Lahan ... 58
Tabel 4.1. Pembagian Administratif DAS Jambangan ... 64
Tabel 4.2. Rerata Curah Hujan pada Setiap Stasiun Pengamatan di DAS Jambangan Tahun 2001 – 2010... 67
Tabel 4.3. Kriteria Tipe Iklim Berdasarkan Curah Hujan Menurut Schmidt dan Ferguson ... 68
Tabel 4.4. Perhitungan Tipe Curah Hujan DAS Jambangan Tahun 2001 - 2010 Menurut Schmidt dan Ferguson di Setiap Stasiun Pengamatan ... 68
Tabel 4.5. Kepadatan Penduduk di Kecamatan Ngargoyoso yang termasuk DAS Jambangan Tahun 2011 ... 76
Tabel 4.6. Kepadatan Penduduk di Kecamatan Mojogedang yang termasuk DAS Jambangan Tahun 2011 ... 77
Tabel 4.7. Kepadatan Penduduk di Kecamatan Kerjo yang termasuk DAS Jambangan Tahun 2011 ... 77
Tabel 4.8. Kemiringan Lereng di DAS Jambangan ... 79
Tabel 4.9. Macam tanah yang terdapat di DAS Jambangan ... 81
Tabel 4.10. Penggunaan Lahan DAS Jambangan ... 83
Tabel 4.11. Satuan Lahan DAS Jambangan ... 85
Tabel 4.12. Drainase Tanah DAS Jambangan ... 88
Tabel 4.13. Tekstur Tanah di DAS Jambangan ... 89
Tabel 4.14. KTK Tanah di DAS Jambangan ... 90
Tabel 4.15. pH Tanah di DAS Jambangan ... 91
Tabel 4.16. N Total Tanah di DAS Jambangan ... 92
Tabel 4.17. P2O5 Tanah di DAS Jambangan ... 93
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 4.19. Besar Erosi DAS Jambangan ... 95
Tabel 4.20. Kedalaman Efektif di DAS Jambangan ... 96
Tabel 4.21. Kemiringan Lereng di DAS Jambangan ... 97
Tabel 4.22. Kualitas dan Karakteristik Lahan DAS Jambangan ... 98
Tabel 4.23. Subkelas Kesesuaian Lahan Aktual Tanaman Kopi di DAS Jambangan ... 100
Tabel 4.24. Luas dan Presentase Daerah Subkelas Kesesuaian Aktual untuk Tanaman Kopi di DAS Jambangan Tahun 2011 ... 101
Tabel 4.25. Subkelas Kesesuaian Lahan Aktual untuk Tanaman Karet di DAS Jambangan ... 111
Tabel 4.26. Luas dan Presentase Daerah Subkelas Kesesuaian Lahan Aktual Untuk Tanaman Karet di DAS Jambangan ... 113
Tabel 4.27. Usaha perbaikan lahan aktual menjadi lahan potensial dengan tingkat pengelolaan sedang untuk tanaman kopi di DAS Jambangan ... 122
Tabel 4.28. Subkelas Kesesuaiaan Potensial untuk Tanaman Kopi dengan Tingkat Pengelolaan Sedang di DAS Jambangan ... 123
Tabel 4.29. Luas dan Presentase Daerah Subkelas Kesesuaian Lahan Potensial untuk Tanaman Kopi dengan Tingkat Pengelolaan Sedang di DAS Jambangan ... 125
Tabel 4.30. Usaha Perbaikan Lahan Aktual Menjadi Lahan Potensial dengan Tingkat Pengelolaan Tinggi untuk Tanaman Kopi di DAS Jambangan ... 130
Tabel 4.31. Subkelas Kesesuaian Lahan Potensial untuk Tanaman Kopi dengan Tingkat Pengelolaan Tinggi di DAS Jambangan ... 131
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 4.33. Usaha Perbaikan Lahan Aktual Menjadi Lahan Potensial dengan Tingkat Pengelolaan Sedang untuk
Tanaman Karet di DAS Jambangan ... 137 Tabel 4.34. Subkelas Kesesuaian Lahan Potensial untuk Tanaman
Karet dengan Tingkat Pengelolaan Sedang
di DAS Jambangan ... 138 Tabel 4.35. Luas dan Presentase Daerah Subkelas Kesesuaian Lahan
Potensial dengan tingkat pengelolaan sedang untuk
Tanaman Karet di DAS Jambangan ... 140 Tabel 4.36. Usaha Perbaikan Lahan Aktual Menjadi Lahan Potensial
dengan Tingkat Pengelolaan Tinggi untuk Tanaman Karet
di DAS Jambangan ... 146 Tabel 4.37 Subkelas Kesesuaian Lahan Potensial untuk Tanaman
Karet dengan Tingkat Pengelolaan Tinggi
di DAS Jambangan ... 147 Tabel 4.38. Luas dan Presentase Daerah Subkelas Kesesuaian Lahan
Potensial untuk Tanaman Karet dengan Tingkat Pengelolaan
Tinggi di DAS Jambangan ... 149 Tabel 4.39. Produktivitas Tanaman Kopi di DAS Jambangan ... 153 Tabel 4.40. Produktivitas Tanaman Karet DAS Jambangan ... 161 Tabel 4.41. Perbandingan Produktivitas Tanaman Kopi dengan Karet
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Profil Produktivitas Tanaman Kopi di DAS Jambangan ... 5
Gambar 2. Pendekatan Dua Tahapan dan Pendekatan Sejajar untuk Evaluasi ... 11
Gambar 3. Segitiga Tekstur Tanah... 19
Gambar 4. Skema Kerangka Pemikiran ... 45
Gambar 5. Skema Alur Penelitian ... 62
Gambar 6. Tipe Curah Hujan DAS Jambangan Tahun 2001 - 2010 Menurut Schmidt dan Ferguson ... 69
Gambar 7. Profil Tanah Latosol Coklat di Desa Kwadungan Kecamatan Kerjo ... 71
Gambar 8. Profil Tanah Mediteran Merah Kuning di Desa Tamansari Kabupaten Karanganyar. ... 72
Gambar 9. Sungai Jambangan yang ada di Desa Kuto Kecamatan Kerjo ... 73
Gambar 10. Subkelas Kesesuaian Lahan S2 w,r,f,n,s/m,e yang berada di Desa Dukuh Kecamatan Ngargoyoso ... 103
Gambar 11. Subkelas Kesesuaian Lahan S3n di Desa Kwadungan Kecamatan Kerjo ... 104
Gambar 12. Subkelas Kesesuaian Lahan N1r di Desa Ngadirejo Kecamatan Mojogedang... 105
Gambar 13. Subkelas Kesesuaian Lahan N2 s/m di Desa Ngadirejo Kecamatan Mojogedang... 107
Gambar 14. Subkelas Kesesuaian Lahan S3w,n di Desa Kwadungan Kecamatan Kerjo ... 114
Gambar 15. Subkelas Kesesuaian Lahan N2s/m di Desa Nglegok Kecamatan Ngargoyoso ... 117
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user Gambar 17. Saluran Buntu atau Rorak
di Desa Ngadirejo Satuan Lahan Qlla-III-Lc-Kb ... 144 Gambar 18. Tanaman Penutup Lahan (Peuraria Javanica)
di desa Kuto Kecamatan Kerjo Satuan lahan Qlla-I-Lc-Kb ... 145 Gambar 19. Lokasi Bekas Kebun Kopi yang Belum Ditanami Karet
di Desa Dukuh Kecamatan Ngargoyoso. ... 154 Gambar 20. Lokasi Pengumpulan Lateks oleh Buruh Sadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user DAFTAR PETA
Peta 01. Administrasi DAS Jambangan Tahun 2011 ... 65 Peta 02. Lereng DAS Jambangan Kabupaten Karanganyar Tahun 2011 ... 80 Peta 03. Macam Tanah DAS Jambangan Tahun 2011 ... 82 Peta 04. Penggunaan Lahan DAS Jambangan Tahun 2011 ... 84 Peta 05. Satuan Lahan DAS Jambangan Tahun 2011 ... 86 Peta 06. Kelas Kesesuaian Lahan Aktual Tanaman Kopi
DAS Jambangan tahun 2011 ... 109 Peta 07. Subkelas Kesesuaian Lahan Aktual untuk Tanaman Karet
di DAS Jambangan ... 112 Peta 08. Peta Kesesuaian Lahan Potensial untuk Tanaman Kopi
dengan Tingkat Pengelolaan Sedang ... 124 Peta 09. Subkelas Kesesuaian Lahan Potensial untuk Tanaman Kopi
dengan Tingkat Pengelolaan Tinggi... 132 Peta 10.Subkelas Kesesuaian Lahan Potensial untuk Tanaman Karet
dengan Tingkat Pengelolaan Sedang ... 139 Peta 11. Subkelas Kesesuaian Lahan Potensial untuk Tanaman Karet
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Curah Hujan
Lampiran 2. Hasil Analisis Laboratorium Lampiran 3. Lokasi Sampel Tanah Lampiran 4. Analisis Besar Erosi Lampiran 5. Daftar Isian Lapangan Lampiran 6. Pedoman Wawancara
Lampiran 7. Produktivitas Tanaman Kopi Lampiran 8. Produktivitas Tanaman Karet Lampiran 9. Perijinan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di Indonesia, perkebunan merupakan salah satu sektor yang mengalami
pertumbuhan paling konsisten, baik ditinjau dari areal maupun produksi. Selain
itu, perkebunan mempunyai kontribusi penting dalam hal meningkatkan Produk
Domestik Bruto (PDB).
Nilai PDB perkebunan secara kumulatif mengalami peningkatan, yaitu
dari Rp.56,43 trilyun pada tahun 2005 menjadi Rp.104,51 trilyun pada tahun 2010
(triwulan II) atau tumbuh rata-rata per tahunnya sebesar 19,3%. Berdasarkan
harga konstan, nilai PDB perkebunan secara kumulatif juga
mengalami peningkatan, yaitu dari Rp. 39,81 trilyun pada tahun 2005 menjadi
Rp.36,39 trilyun pada tahun 2010 atau meningkat dengan rata-rata laju
pertumbuhan per tahun mencapai 3,6%. Anonim : (http://ditjenbun.deptan.go.id/),
diakses tanggal 25 Mei 2011.
Kopi sebagai tanaman perkebunan merupakan salah satu komoditas yang
menarik bagi banyak negara terutama negara berkembang, karena perkebunan
kopi memberi kesempatan kerja yang cukup tinggi dan dapat menghasilkan devisa
yang sangat diperlukan bagi pembangunan nasional.Di Indonesia komoditas kopi
merupakan salah satu subsektor pertanian yang mempunyai andil cukup penting
sebagai penghasil devisa ketiga setelah kayu dan karet.
Indonesia merupakan negara produsen kopi terbesar ketiga di dunia
setelah Brazil dan Kolombia dengan hasil produksi kopi sebesar 485.889 ton atau
mencapai 7,4 % dari produksi kopi dunia pada tahun 1996/1997.
Perkebunan kopi di Indonesia terdiri dari Perkebunan Rakyat
(Smallholder), Perkebunan Besar Negara (Government) dan Perkebunan Besar
Swasta (Private). Salah satu pengelola perkebunan kopi yang berkembang di Indonesia adalah Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara (PTPN) yang
merupakan Perkebunan Besar Negara. Daerah operasional PTPN tersebar hampir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
di pulau-pulau besar Indonesia, termasuk Pulau Jawa. Di Pulau Jawa daerah
operasional PTPN tersebar merata hampir di setiap Kabupaten atau Kota, PTPN
tidak hanya mengelola perkebunan kopi saja tetapi juga tanaman perkebunan lain
seperti teh, karet dan kakao serta tanaman perkebunan lainnya yang memiliki nilai
ekonomis tinggi.
Indonesia merupakan negara dengan areal tanaman karet terluas di dunia.
Pada tahun 2002, luas perkebunan karet Indonesia mencapai 3,318 juta ha, disusul
Thailand (1,96 juta ha), Malaysia (1,54 juta ha), China (0,61 juta ha), India (0,56
juta ha), dan Vietnam (0,32 juta ha). Dari areal tersebut diperoleh produksi karet
Indonesia sebesar 1,63 juta ton yang menempati peringkat kedua di dunia, setelah
Thailand dengan produksi sekitar 2,35 juta ton. Posisi selanjutnya ditempati India
(0,63 juta ton), Malaysia (0,62 juta ton), China (0,45 juta ton), dan Vietnam (0,29
juta ton).
Tanaman karet merupakan komoditi perkebunan yang sangat penting
peranannya di Indonesia. Selain sebagai sumber lapangan kerja bagi penduduk
yang ada di sekitar kebun karet seperti buruh sadap karet, komoditi ini juga
memberikan kontribusi yang signifikan sebagai salah satu sumber devisa
non-migas, pemasok bahan baku karet dan berperan penting dalam mendorong
pertumbuhan sentra-sentra ekonomi baru di wilayah-wilayah pengembangan
karet.
Perkebunan karet di Indonesia juga telah diakui menjadi sumber
keragaman hayati yang bermanfaat dalam pelestarian lingkungan, sumber
penyerapan CO2 dan penghasil O2, serta memberi fungsi orologis bagi wilayah di sekitarnya. Selain itu tanaman karet juga menjadi sumber kayu potensial yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Tabel 1.1. Wilayah Kerja PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Divisi Tanaman Tahunan Tahun 2006
13. Batujamus Karanganyar Karet, Kopi, Tebu 6.944,10
14. Balong/Beji Jepara Karet, Kakao 4.776,70
15. Jollong Pati Kopi 530,69
Sumber : Profil PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Divisi Tanaman Tahunan Tahun 2006 dalam Novianto (2008: 4)
Kabupaten Karanganyar termasuk dalam daerah operasional PTPN,
tanaman yang dikelola oleh PTPN di wilayah Kabupaten Karanganyar
diantaranya teh, karet, dan kopi. Tanaman kopi dan karet di Kabupaten
Karanganyar dikelola oleh PT. Perkebunan Nusantara IX BatuJamus. Daerah
operasional PTPN di Kabupaten Karanganyar termasuk dalam beberapa wilayah
Daerah Aliran Sungai. Batas DAS merupakan batas alami atau batas yang
terbentuk oleh alam yang berupa punggungan bukit dan bukan merupakan batas
buatan manusia, sehingga dalam satu kebun yang dikelola PTPN IX Batujamus
bisa termasuk dalam wilayah beberapa DAS.
DAS merupakan ekosistem, dimana unsur organisme dan lingkungan
biofisik serta unsur kimia berinteraksi secara dinamis dan di dalamnya terdapat
keseimbangan inflow dan outflow dari material dan energi. (Asdak, 1995: 11) Ekosistem DAS, terutama DAS bagian hulu merupakan bagian yang penting
karena mempunyai fungsi perlindungan terhadap keseluruhan bagian DAS.
Perlindungan ini antara lain dari segi fungsi tata air, oleh karenanya perencanaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
bagian hulu dan hilir mempunyai keterkaitan biofisik melalui daur hidrologi.
Aktivitas perubahan tataguna lahan dan atau pembuatan bangunan konservasi
yang dilaksanakan di daerah hulu dapat memberikan dampak di daerah hilir dalam
bentuk perubahan fluktuasi debit air dan transport sedimen serta material terlarut
lainnnya atau non-point pollution. Adanya bentuk keterkaitan daerah hulu – hilir seperti tersebut di atas maka kondisi suatu DAS dapat digunakan sebagai satuan
unit perencanaan sumberdaya alam termasuk pembangunan pertanian
berkelanjutan.
Daerah Aliran Sungai merupakan salah satu unsur penting sebagai unit
perencanaan yang utuh merupakan konsekuensi logis untuk menjaga
kesinambungan pemanfaatan sumberdaya hutan, tanah, dan air. Menurut
Peraturan Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Nomor :
P.04/V-Set/2009 Tanggal: 05 Maret 2009 mengenai monitoring dan evaluasi
kinerja DAS salah satu kegiatannya adalah dengan melakukan monitoring dan
evaluasi penggunaan lahan yaitu kegiatan mengevalusi kesesesuiaan penggunaan
lahan. Adanya permasalahan yang ada di atas bagi penulis tertarik meneliti
evaluasi kesesuaian lahan dengan menggunakan satuan analisis DAS dan dalam
penelitian ini yang diteliti adalah DAS Jambangan Kabupaten Karanganyar.
Daerah Aliran Sungai Jambangan terletak di Kabupaten Karanganyar,
meliputi tiga kecamatan yaitu, Kecamatan Ngargoyoso, Kecamatan Kerjo, dan
Kecamatan Mojogedang yang terdiri dari sembilan desa yaitu, Desa Dukuh, Desa
Kuto, Desa Kwadungan, Desa Ganten, Desa Pendem, Desa Nglegok, Desa
Jatirejo, Desa Tamansari, Desa Ngadirejo dengan luas keseluruhan 3753,086 Ha
DAS Jambangan termasuk dalam daerah operasional PT. Perkebunan
Nusantara IX Batujamus. DAS Jambangan masuk dalam tiga wilayah Afdeling
(sub unit kebun) PT. Perkebunan Nusantara IX yaitu Afdeling Karang Gadungan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Tabel 1.2. Jenis Tanaman dan Luas dari Masing-masing Sub Unit Kebun (Afdeling) di Kebun Batujamus/Kerjoarum
Sub Unit Kebun (Afdeling)
Jenis tanaman Luas (ha)
Jamus Karet 410,20
Sumber : Buku Kerja PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) Tahun 2007 dalam Novianto (2008 : 46)
Berikut ini merupakan data produktivitas tanaman kopi dari PT.
Perkebunan Nusantara IX yang masuk daerah penelitian
Gambar 1. Profil Produktivitas Tanaman Kopi di DAS Jambangan
Sumber: Data Produksi Tanaman Kopi Afdelling Karanggadungan PT. Perkebunan Nusantara IX Batujamus
Kebun Blok Karang merupakan bagian dari Afdeling Karanggadungan
PT. Perkebunan Nusantara IX Batujamus yang termasuk DAS Jambangan. Kebun
Blok Karang merupakan satu-satunya kebun yang ditanami tanaman kopi.
Tanaman kopi ditanam di Blok Karang mulai tahun 1991 hingga tahun 2007.
Hasil produksi tanaman kopi di Blok Karang dari tahun 1994 hingga tahun 2007
cenderung tidak stabil (fluktuatif). Produktivitas tanaman kopi mencapai hasil
Produksi Kopi Blok Karang
29579
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Kg Target
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
maksimal pada tahun 2001 sebesar 54.491 kg, sedangkan produktivitas yang tidak
memenuhi target terjadi pada tahun 1998, 2003 dan 2007.
Pada tahun 2007 PT Perkebunan Nusantara IX Batujamus melakukan
kebijakan dengan konversi tanam dari tanaman kopi ke tanaman karet. Tanaman
kopi dianggap kurang produktif karena hasil yang diperoleh tidak memenuhi
target produksi perusahaan. Tanaman karet dipilih sebagai pengganti tanaman
kopi karena tanaman karet dapat diproduksi hampir setiap hari sedangkan
tanaman kopi hanya dapat diproduksi pada saat musim panen tiba, sehingga
tanaman karet lebih efisien dibandingkan dengan tanaman kopi.
Dari hasil wawancara dengan penduduk di sekitar kebun kopi salah satu
penyebab kurang maksimalnya tanaman kopi adalah kasus pencurian biji kopi
yang membuat PTPN IX Batujamus mengalami kerugian. Produktivitas tanaman
kopi yang rendah atau kurang maksimal dibandingkan dengan produktivitas
tanaman karet yang relatif stabil ini membuat peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dari segi kesesuaian lahan terhadap dua tanaman tersebut. Penelitian
tersebut bertujuan untuk mengetahui tingkat kesesuaian lahan untuk kedua
tanaman kopi dan karet di DAS Jambangan.
Kesesuaian lahan secara umum terbagi atas kesesuaian lahan aktual dan
kesesuaian lahan potensial. Kesesuaian lahan aktual merupakan kesesuaian lahan
saat ini untuk tanaman tertentu agar diperoleh hasil maksimal. Kesesuaian lahan
aktual masih dapat menerima perbaikan kecil pada sumberdaya lahan sebagai
bagian spesifikasi tipe penggunaan lahan. Kesesuaian lahan potensial mengacu
pada nilai lahan di masa datang apabila melakukan perbaikan lahan skala besar.
Perbaikan-perbaikan kualitas lahan pada daerah penelitian disesuaikan dengan
faktor-faktor penghambat pada subkelas kesesuaiaan lahan dan juga
mempertimbangkan biaya dalam melakukan perbaikan kualitas lahan agar dapat
melangsungkan usaha perkebunan. Evaluasi kesesuaian lahan merupakan salah
satu metode untuk mengetahui tingkat kesesuaian lahan terhadap tanaman tertentu
untuk mendapatkan hasil yang maksimal, meskipun perusahaan perkebunan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
penelitian kesesuaian lahan yang dilakukan oleh pihak dari luar PTPN IX
Batujamus dapat digunakan untuk memperbarui dan mempublikasikan evaluasi
lahan di DAS Jambangan.
Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Evaluasi Kesesuaian Lahan
untuk Tanaman Kopi dan Karet di Daerah Aliran Sungai Jambangan Kabupaten Karanganyar Tahun 2011”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang dan pembatasan masalah maka dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana kesesuaian lahan aktual untuk tanaman kopi dan karet di
Daerah Aliran Sungai Jambangan?
2. Bagaimana kesesuaian lahan potensial untuk tanaman kopi dan karet di
Daerah Aliran Sungai Jambangan?
3. Bagaimana produktivitas kopi dan karet pada di Daerah Aliran Sungai
Jambangan?
C. Tujuan Penelitian
Bertolak dari permasalahan yang diungkapkan diatas maka tujuan
penelitian adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui tingkat kesesuaian lahan aktual untuk tanaman kopi dan karet
di Daerah Aliran Sungai Jambangan.
2. Mengetahui tingkat kesesuaian lahan potensial untuk tanaman kopi dan
karet di Daerah Aliran Sungai Jambangan.
3. Mengetahui produktivitas kopi dan karet di Daerah Aliran Sungai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan tentang kajian ilmu geografi fisik, khususnya kesesuaian
lahan daerah penelitian.
b. Kajian tentang sosial-ekonomi dari hasil penelitian ini yaitu
produktivitas tanaman kopi dan karet diharapkan dapat mendukung
penelitian-penelitian sebelumnya, yang berhubungan dengan
pemanfaatan lahan.
c. Hasil Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran di
sekolah tingkat menengah khususnya pada mata pelajaran geografi
dalam subpokok bahasan sumberdaya alam kelas XI semester 1,
sehingga diharapkan siswa mempunyai kemampuan memprediksi
persebaran sumberdaya alam dan pemanfaatanya berdasarkan prinsip
berwawasan lingkungan dan berkelanjutan serta dapat memberi contoh
pemanfaatannya sumberdaya alam berdasarkan prinsip ekofisien.
2. Manfaat Praktis
a. Setelah diketahui tingkat kesesuaian lahan dan produktivitas tanaman
kopi dan karet di Daerah Aliran Sungai Jambangan, Penelitian ini
diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan guna proses
perencanaan dan pengembangan penggunaan lahan dengan
memperhatikan usaha konservasi lahan.
b. Setelah diketahui tingkat produksi tanaman kopi dan karet di Daerah
Aliran Sungai Jambangan yang merupakan aspek sosial-ekonomi
dapat diketahui bagaimana cara memberikan perlakuan kondisi fisik
di Daerah Aliran Sungai Jambangan, untuk perencanaan
pembangunan di bidang perkebunan khususnya kopi dan karet dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Lahan
Lahan dapat diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim,
relief, tanah, air, dan vegetasi serta benda yang ada di atasnya sepanjang ada
pengaruhnya terhadap penggunaan lahan. Termasuk di dalamnya juga hasil
kegiatan manusia di masa lampau dan sekarang seperti hasil reklamasi laut,
pembersihan vegetasi, dan juga hasil yang merugikan seperti tanah yang
tersalinasi (FAO 1976 dalam Arsyad, 1989: 207).
Penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai setiap bentuk intervensi
manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik
materiil maupun spiritual (Arsyad, 1989: 207). Penggunaan lahan dapat
dikelompokkan kedalam dua golongan besar yaitu penggunaan lahan pertanian
dan non pertanian Penggunaan lahan pertanian dibedakan secara garis besar ke
dalam macam penggunaan lahan berdasarkan penyediaan air dan lahan yang
diusahakan. Berdasarkan hal itu dikenal macam penggunaan lahan seperti sawah,
tegalan, kebun, kebun campuran, ladang, perkebunan dan hutan. Penggunaan
lahan bukan pertanian dapat dibedakan ke dalam penggunaan kota atau desa
(pemukiman), industri, rekreasi dan sebagainya
2. Evaluasi Lahan
Evaluasi lahan merupakan proses pendugaan potensi lahan untuk
macam-macam alternatif penggunaannya (Dent dan Young dalam Abdullah, 1996: 57).
Evaluasi lahan dalam suatu proyek perencanaan merupakan alat yang sudah biasa
digunakan. Alat ini sangat fleksibel tergantung pada keperluan serta kondisi
wilayah yang hendak dievaluasi.
Ada dua cara dalam mengevaluasi lahan yang pertama adalah evaluasi
secara langsung, yakni lahan langsung dievaluasi dengan melalui
percobaan-percobaan dan yang kedua evaluasi secara tidak langsung dimana dalam evaluasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
ini diasumsikan bahwa tanah tertentu dan sifat-sifat lain yang terdapat pada suatu
lokasi akan mempengaruhi keberhasilan suatu jenis pengunaan lahan tertentu.
Dalam evaluasi lahan ada dua macam pendekatan yang dapat ditempuh.
Kedua pendekatan tersebut yaitu:
a. Pendekatan Dua Tahap (Two Stage Approach)
Pendekatan dua tahap terdiri atas tahap pertama adalah evaluasi lahan
secara fisik, dan tahap yang kedua evaluasi lahan secara ekonomi. Pendekatan
tersebut biasanya digunakan dalam inventarisasai sumber daya lahan baik
untuk tujuan perencanaan makro, maupun untuk studi pengujian potensi
produksi.
b. Pendekatan Paralel (Parallel Approch)
Dalam pendekatan paralel kegiatan evaluasi lahan secara fisik dan
ekonomi dilakukan bersamaan (paralel), atau dengan kata lain analisis ekonomi
dan sosial dari jenis penggunaan lahan dilakukan serempak bersamaan dengan
pengujian faktor-faktor fisik.
Secara skematik, pendekatan dua tahapan dan pendekatan sejajar untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Gambar 2. Pendekatan Dua Tahapan dan Pendekatan Sejajar untuk Evaluasi
Lahan (FAO, 1976 dalam Sitorus 1995: 46).
Untuk melakukan evaluasi lahan baik itu dengan mengunakan
pendekatan dua tahap maupun pendekatan sejajar perlu didahului oleh konsultasi
awal. Ini diperlukan guna mengetahui tujuan dari evaluasi yang akan dilakukan,
data apa saja yang diperlukan serta asumsi-asumsi yang akan dipergunakan
sebagai dasar dalam penilaian.
Keputusan-Keputusan Perencanaan
Konsultasi Awal
Survei Dasar Survey Dasar
Klasifikasi Lahan Kualitatif
Analisis Ekonomi dan
Sosial
Klasifikasi Lahan Kuantitatif
Klasifikasi Analisis
Kuantitatif dan Sosial dan
Kualitatif Ekonomi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
3. Kesesuaian Lahan
Kesesuaian lahan adalah penggambaran tingkat kecocokan sebidang
lahan untuk suatu penggunaan lahan tertentu (Sitorus, 1995: 42). Kelas kesesuaian
suatu area dapat berbeda satu dengan yang lainnya, tergantung dari tipe
penggunaan lahan yang sedang dipertimbangkan. Evaluasi kesesuaian mempunyai
penekanan yang tajam, yaitu mencari lokasi yang mempunyai silat-silat positif
dalam hubungannya dengan keberhasilan penggunaannya.
Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan berdasarkan data sifat
biofisik tanah atau sumber daya lahan sebelum lahan tersebut diberikan
masukan-masukan yang diperlukan untuk mengatasi kendala. Data biofisik tersebut berupa
karakteristik tanah dan iklim yang berhubungan dengan persyaratan tumbuh
tanaman yang dievaluasi.
Kesesuaian lahan potensial menggambarkan kesesuaian lahan yang akan
dicapai apabila dilakukan usaha-usaha perbaikan. Lahan yang dievaluasi dapat
berupa hutan konversi, lahan terlantar atau tidak produktif, atau lahan pertanian
yang produktivitasnya kurang memuaskan tetapi masih memungkinkan untuk
dapat ditingkatkan bila komoditasnya diganti dengan tanaman yang lebih sesuai.
Struktur klasifikasi kesesuaian lahan menurut kerangka FAO (1976)
terdiri dari empat kategori yang merupakan tingkatan generalisasi yang bersifat
meningkat sebagai berikut:
a. Ordo kesesuaian lahan (Order): menunjukkan jenis atau macam kesesuaian
atau keadaan kesesuaian secara global (umum).
b. Kelas kesesuaian lahan (Class): Menunjukkan tingkat kesesuaian dalam ordo.
c. Subkelas kesesuaian lahan (Sub-Class): menunjukkan jenis pembatas atau
macam perbaikan yang diperlukan di dalam kelas.
d. Satuan kesesuaian lahan (Unit): menunjukkan perbedaan-perbedaan kecil yang
diperlukan dalam pengelolaan di dalam Subkelas.
Penjelasan mengenai kategori sistem klasifikasi kesesuaian lahan dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
1) Ordo Kesesuaian Lahan (Land SuitabilityOrder)
Kesesuaian pada tingkat ordo menunjukkan apakah lahan sesuai atau
tidak sesuai apabila dipergunakan untuk maksud tertentu. Pada tingkat ordo
kesesuaian lahan dibedakan antara lahan yang tergolong sesuai (S) dan lahan
yang tergolong tidak sesuai (N).
a) Ordo Sesuai / Suitable Order (S)
Lahan yang termasuk Ordo ini adalah lahan yang dapat dipergunakan
untuk penggunaan tertentu secara lestari, tanpa atau sedikit resiko
kerusakan terhadap sumberdaya lahannya. Keuntungan yang diharapkan
dari hasil pemanfaatan lahan ini akan melebihi masukan (input) yang
diberikan.
b)Ordo Tidak Sesuai / Not Suitable Order (N)
Lahan yang termasuk dalam ordo tidak sesuai mempunyai pembatas
sedemikian rupa sehingga mencegah terhadap suatu penggunaan tertentu
secara lestari.
2) Kelas Kesesuaian Lahan (Land SuitabilityClass)
Kelas merupakan keadaan tingkat kesesuaian dalam tingkat ordo.
Pada tingkat kelas yang tergolong ordo sesuai (S) dibedakan kembali dalam
tiga kelas, yaitu: lahan sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), dan sesuai
marginal (S3). Sedangkan lahan yang tergolong ordo tidak sesuai (N)
dibedakan dalam dua kelas, yaitu: lahan tidak sesuai saat ini (N1) dan tidak
sesuai permanen (N2).
a) Kelas Sangat Sesuai (Very Suitable Class / S1)
Lahan tidak mempunyai pembatas yang berat untuk suatu penggunaan
tertentu secara lestari, atau hanya mempunyai pembatas yang kurang
berarti dan tidak mempengaruhi secara nyata terhadap produksi lahan
tersebut, serta tidak menambah masukan (input) dari yang biasa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
b) Kelas Cukup Sesuai (Adequate Suitable Class / S2)
Lahan mempunyai faktor pembatas agak berat. Berpengaruh terhadap
produktivitas lahan tersebut, memerlukan tambahan masukan (input).
Pembatas tersebut biasanya dapat diatasi oleh petani.
c) Kelas Sesuai Marginal (Marginaly Suitable Class / S3)
Lahan yang mempunyai faktor pembatas sangat berat apabila
dipergunakan untuk penggunaan tertentu yang lestari. Faktor pembatas ini
akan berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan tambahan
masukan yang lebih banyak daripada lahan yang tergolong S2.
Diperlukan modal tinggi untuk mengatasi faktor pembatas pada S3,
sehingga perlu bantuan dari investasi pemerintah atau pihak swasta.
d) Kelas Tidak Sesuai Saat Ini (N1)
Lahan yang mempunyai pembatas dengan tingkat sangat berat, akan
tetapi masih memungkinkan untuk diatasi, hanya tidak dapat diperbaiki
dengan tingkat pengetahuan saat ini dengan biaya yang rasional.
e) Kelas Tidak Sesuai Permanen (N2)
Lahan yang mempunyai pembatas sangat berat, sehingga tidak mungkin
untuk dipergunakan terhadap suatu penggunaan tertentu yang lestari.
3) Subkelas Kesesuaian Lahan (LandSuitabilitySub-Class)
Kesesuaian lahan pada tingkat subkelas adalah tingkat kesesuaian
lahan yang mencerminkan jenis pembatas atau macam perbaikan yang
diperlukan dalam suatu tingkatan kelas. Dengan kata lain subkelas
merupakan keadaan tingkatan dalam kelas kesesuaian lahan. Kelas
kesesuaian lahan dibedakan menjadi subkelas berdasarkan kualitas dan
karakteristik lahan yang menjadi faktor pembatas terberat. Jenis pembatas
tersebut ditunjukkan dengan simbol huruf kecil yang diletakkan di belakang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
4) Satuan Kesesuaian Lahan (Land SuitabilityUnit)
Kesesuaian lahan pada tingkat unit merupakan keadaan tingkatan
dalam subkelas kesesuaian lahan, yang didasarkan pada sifat tambahan yang
berpengaruh dalam pengelolaannya. Semua unit yang berada dalam satu
subkelas mempunyai tingkatan yang sama dalam kelas dan mempunyai jenis
pembatas yang sama pada tingkatan subkelas. Unit yang satu berbeda dengan
unit yang lainnya dalam sifat-sifat atau aspek tambahan dari pengelolaan
yang diperlukan dan sering merupakan perbedaan detail dari faktor
pembatasnya (Djaenudin dkk, 2003: 14).
4. Metode Evaluasi Lahan
Metode evaluasi lahan adalah cara mengetahui potensi atau nilai dari
suatu areal untuk penggunaan tertentu. Menurut Jamulya (1992: 1), terdapat tiga
metode dalam mengadakan evaluasi lahan, yaitu:
a. Metode Pemerian (Description)
Metode pemerian dilaksanakan dengan menguraikan kelas-kelas
kesesuaian lahan dalam bentuk kalimat. Dalam metode ini juga menggunakan
pembandingan antara kualitas dan karakteristik lahan dengan kriteria kelas
kesesuaian lahan, tetapi dianalisis dengan deskripsi sugestif. Analisis deskripsi
sugestif adalah pemberian suatu gambaran yang meyakinkan tentang kualitas
dan karakteristik lahan sehingga tercipta suatu penghayatan tentang potensi
lahan yang sedang dievaluasi.
b. Metode Pengharkatan (Scoring)
Metode Pengharkatan merupakan suatu cara untuk menilai potensi
lahan dengan jalan memberikan harkat pada setiap parameter lahan, sehingga
diperoleh kelas kesesuaian lahan berdasarkan perhitungan harkat dari setiap
parameter lahan. Terdapat dua macam teknik pengharkatan yaitu: (1) Teknik
penjumlahan/Pengurangan, teknik ini dilakukan dengan menjumlahkan atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
(sistem indeks) dilakukan dengan mengalikan atau membagi harkat setiap
parameter lahan. Dari kedua teknik tersebut akan diperoleh suatu nilai atau
indeks tertentu yang menunjukkan kelas kesesuaian lahan.
c. Metode Pembandingan (Matching)
Metode pembandingan ini merupakan salah satu cara untuk
mengevaluasi kesesuaian lahan dengan jalan mencocokan serta
membandingkan antara kualitas dan karakteristik lahan dengan kriteria
kesesuaian lahan, sehingga diperoleh potensi yang ada pada satuan lahan
tertentu. Metode matching umumnya dilakukan melalui teknik tabularis.
Kualitas dan karakteristik yang diperoleh dari lapangan diinventarisasi dalam
bentuk tabel. Tabel kualitas dan karakteristik lahan ini kemudian
dibandingkan dengan tabel kriteria kelas kesesuaian lahan untuk keperluan
tertentu. Dari pembandingan tersebut diperoleh potensi suatu lahan tertentu
pada kelas kesesuaian lahan. Selain diperoleh kelas kesesuaian lahan pada
masing-masing satuan lahan, juga diperoleh besaran dan jenis faktor pembatas
pada subkelas kesesuaian lahan. Setelah subkelas kesesuaian lahan diketahui
maka dapat ditentukan tindakan pengelolaan pada setiap satuan lahan. Dengan
demikian, dapat ditentukan unit kesesuaian lahan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pencocokan
(matching) antara kualitas dan karakteristik lahan dengan syarat tumbuh
tanaman kopi maupun karet.
5. Satuan Lahan
Satuan lahan merupakan kelompok dari lokasi yang berhubungan,
mempunyai bentuk lahan tertentu di dalam sistem dan seluruh satuan lahan yang
sama tersebar akan mempunyai asosiasi lokasi yang sama pula (Sitorus 1995 : 93).
Satuan lahan digunakan untuk satuan analisis subkelas kesesuaian lahan
yaitu untuk mendapatkan kualitas dan karakteristik di lapangan. Data yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
tujuan agar dapat diketahui faktor apa saja yang menjadi faktor penghambat sesuai
dengan persyaratan tumbuh tanaman kopi dan karet.
6. Kualitas Lahan
FAO dalam Sitorus (1995: 5) mendefinisikan kualitas lahan adalah suatu
sifat lahan yang komplek atau sifat komposit yang sesuai untuk suatu
penggunaan yang ditentukan oleh seperangkat karakteristik lahan yang
berinteraksi.
a. Suhu / Temperatur Udara (t)
Suhu/temperatur suatu daerah dipengaruhi oleh ketinggian tempat tersebut.
Temperatur udara rata-rata dihitung dengan menggunakan rumus Braak yaitu:
Keterangan:
- 26,3 ºC = temperatur rata-rata di permukaan air laut tropis.
- h = ketinggian tempat dari permukaan laut (dalam 100 meter).
(Arsyad, 1989: 223)
b. Ketersediaan Air (w)
Ketersediaan air terdiri dari:
1). Jumlah Bulan Kering
Jumlah bulan kering yang dihitung berdasarkan curah hujan bulanan yang
kurang dari 60 mm selama satu tahun.
Tabel 2.1. Klasifikasi Bulan Kering dan Bulan Basah.
No. Kelas Curah Hujan (mm/bln)
1. Bulan Kering < 60
2. Bulan Lembab > 60 - <100
3. Bulan Basah ≥ 100
(Sumber: Mohr dalam Kartasapoetra, 1991: 28)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
2). Hujan Tahunan Rata-Rata
Merupakan rata-rata curah hujan dalam periode sepuluh tahun yang
dinyatakan dalam mm.
c. Keadaan Perakaran
1). Drainase Tanah
Drainase tanah merupakan kecepatan perpindahan air dari suatu bidang
lahan, baik berupa hilangnya air dari permukaan tanah yang mengalir
melalui aliran-aliran permukaan atau peresapan kedalam tanah.
Drainase luar (external) diamati dengan menentukan perbandingan
relative jumlah air yang mengalir di permukaan tanah dari bidang tanah
ke lain tempat terhadap jumlah curah hujan.
Tabel 2.2. Klasifikasi Drainase Tanah.
No Kelas Ciri-Ciri
1. Berlebihan Air lebih segera keluar dari tanah dan sangat sedikit air yang ditahan oleh tanah sehingga tanah akan segera mengalami kekurangan air.
2. Baik Tanah mempunyai peredaran udara baik. Seluruh profil tanah dari atas sampai kebawah (150 cm) berwarna terang dan seragam dan tidak terdapat bercak-bercak, kuning, coklat atau kelabu.
3. Sedang Tanah mempunyai peradaran udara yang baik di daerah perakaran. Tidak terdapat bercak-bercak berwarna kuning, coklat atau kelabu pada lapisan atas dan bagian atas dan lapisan bawah (Sampai sekitar 60 cm dari permukaan tanah). 4. Agak buruk Lapisan tanah atas mempunyai peredaran udara baik, tidak
terdapat bercak berwarna kuning, kelabu/coklat. Bercak-bercak terdapat pada seluruh lapisan bagian bawah (Sekitar 40 cm dari permukaan tanah).
5. Buruk Bagian bawah lapisan atas (dekat permukaan) tedapat warna kelabu, coklat dan kuning.
6. Sangat Buruk Seluruh lapisan sampai permukaan tanah berwarna kelabu dan tanah lapisan bawah berwarna kelabu atau terdapat bercak berwarna kebiruan, atau terdapat air yang mengenang di permukaan tanah dalam waktu yang lama sehingga menhambat pertumbuhan tanaman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
2). Tekstur Tanah
Tekstur tanah ialah perbandingan relatif tiga golongan besar
partikel tanah dalam suatu massa tanah, terutama perbandingan antara
fraksi-fraksi lempung (clay), debu (silt) dan pasir (sand) (Darmawijaya,
1992: 163). Tekstur tanah dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan suatu tanaman. Tekstur tanah yang sesuai bagi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman dapat memacu dan
memperkuat tanaman untuk dapat tumbuh dengan baik.
Pengukuran tekstur tanah dilakukan di laboratorium untuk
keakuratan data. Setelah diketahui persentase lempung, debu dan pasir
untuk mengklasifikasikan tekstur tanah dilakukan pencocokan segita
tekstur tanah menurut USDA pada gambar 3 berikut ini
Gambar 3. Segitiga Tekstur Tanah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
3). Kedalaman Efektif
Kedalaman tanah atau tebal lapisan tanah tertentu yang masih dapat di
tembus oleh perakaran untuk menyerap zat-zat yang dibutuhkan oleh
tanaman secara efektif.
Tabel 2.3 Klasifikasi Kedalaman Efektif
No Deskripsi Kedalaman Tanah
1. Dalam >90
2. Cukup dalam 60 – 90
3. Cukup dangkal 30 – 60
4. Dangkal 15 – 30
5. Sangat dangkal 10 – 15
6. Dangkal sekali <10
Sumber : Kementerian Kehutanan 2009 dalam www.dephut.go.id /files/P32_09 diakses tanggal 25 april 2011
d. Retensi Hara
Retensi hara terdiri dari:
1). Kapasitas Tukar Kation (KTK)
Kapasitas Tukar Kation atau Cation Exchangable Cappacity (CEC) suatu
tanah didefinisikan sebagai suatu kemampuan koloid tanah menyerap
dan mempertukarkan kation (Hakim dkk, 1986: 166). Kapasitas tukar
kation (KTK) menunjukkan ukuran kemampuan tanah dalam menjerap
dan mempertukarkan sejumlah kation. Semakin tinggi KTK, semakin
banyak kation yang dapat ditariknya. Tinggi rendahnya KTK tanah
ditentukan oleh kandungan liat dan bahan organik dalam tanah itu.
Tanah yang memiliki KTK yang tinggi akan menyebabkan lambatnya
perubahan pH tanah. Satuan hasil pengukuran KTK adalah milli
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Tabel 2.4. Klasifikasi KTK Tanah.
No. Kelas KTK (me / 100g)
(Sumber: Staf Pusat Penelitian Tanah (1983) dalam Hardjowigeno, 1987: 125).
2). pH tanah.
Derajat keasaman dan kebasaan tanah yang diukur berdasarkan
banyaknya konsentrasi ion hidrogen yang terlarut dalam tanah dan tanah
yang sangat asam sebagai pembatas. Pengukuran pH tanah dilakukan
dengan menggunakan kertas indikator pH tanah pada setiap sampel yang
ada di setiap satuan lahan. Klasifikasi besaran pH tanah dari tingkatan
sangat masam hingga Alkalis dapat dilihat dalam Tabel 2.5 berikut ini.
Tabel 2.5. Klasifikasi pH Tanah.
No. Kelas pH
(Sumber: Staf Pusat Penelitian Tanah (1983) dalam Hardjowigeno, 1987: 125).
e. Ketersediaan Hara
Penggunaan tanah untuk tanaman tertentu menyebabkan perubahan berbagai
proses kimia dan mikrobiologi dalam tanah tersebut. Aktivitas mikrobiologi
tidak hanya mempengaruhi proses transformasi senyawa-senyawa organik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
tanah (Yoshida, 1978 dalam Hardjowigeno, 2005: 137). Berikut ini disajikan
kriteria kandungan unsur kimia yang nantinya akan dianalisis unntuk
mengetahui subkelas kesesuaian lahan.
Ketersediaan hara terdiri dari:
1). Nitrogen Total (N Total)
Kandungan Nitrogen dalam tanah pengukurannya dilakukan di
laboratorium dan dinyatakan dalam persen.
Tabel 2.6. Klasifikasi Nitrogen Total.
No Kelas Nitrogen Total (%)
(Sumber: Staf Pusat Penelitian Tanah (1983) dalam Hardjowigeno, 1987: 125)
2). Kandungan Phospat (P2O5)
Unsur phospat berperan dalam transfer energi. Kandungan phospat
tersedia dalam bentuk ion P2O5 dinyatakan dalam ppm (bagian per juta).
Tabel 2.7. Klasifikasi Phospat (P2O5)
(Sumber: Staf Pusat Penelitian Tanah (1983) dalam Hardjowigeno, 1987: 125).
3). Kandungan Kalium (K2O Tersedia)
Unsur Kalium mempunyai fungsi penting dalam proses fisologi tanaman,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
berperan dalam proses metabolisme dan mempengaruhi pengaruk khusus
dalam absorbsi hara, pengaturan pernapasan, transpirasi, kerja enzim dan
berfungsi translokasi karbohidrat (Hakim,1986: 226)
Pengukuran kalium tersedia dilakukan di laboratorium pada sample tanah
yang diambil dari lapangan yang dinyatakan dalam me/100 gr).
Klasifikasi K2O dapat dilihat pada Tabel 2.8 berikut ini.
Tabel 2.8. Klasifikasi K2O Tersedia
No Kelas K2O Tersedia (me / 100g)
1. Sangat rendah < 0,1
2. Rendah 0,1 – 0,2
3. Sedang 0,3 – 0,5
4. Tinggi 0,6 – 1,0
5. Sangat tinggi > 1,0
(Sumber: Staf Pusat Penelitian Tanah (1983) dalam Hardjowigeno, 1987: 125).
f. Medan
Medan yang dimaksud meliputi:
1). Batuan Permukaan
Batuan permukaan adalah batuan yang tersebar diatas permukaan
tanah. Batuan permukaan dilakukan dengan pengamatan langsung di titik
pengambilan sampel tanah. Klasifikasi batuan permukaan menurut
Arsyad (1989: 231) dapat dilihat dalam Tabel 2.9 dibawah ini.
Tabel 2.9 Klasifikasi Batuan Permukaan
No Kelas Batuan Permukaan (%)
1. Tidak Ada < 0,01
2. Sedikit 0,01 – 3
3. Sedang 3 – 15
4. Banyak 15 - 90
5. Sangat Banyak > 90
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
2). Kemiringan Lereng
Kemiringan lereng adalah sudut kemiringan lereng yang dihitung
dalam besaran derajat. Kemiringan lereng dapat diartikan dalam persen
(%). Kemiringan 100% berarti mempunyai kemiringan lereng sebesar
900. Kemiringan lereng dilapangan diukur menggunakan abney level
Tabel 2.10. Klasifikasi Kemiringan Lereng
No. Kelas Kemiringan Lereng (%)
1. Datar 0 – 8
2. Landai 8 – 15
3. Agak Curam 15 – 25
4. Curam 25 – 45
5. Sangat Curam > 45
(Sumber: Asdak, 1995: 512).
3). Singkapan Batuan
Singkapan Batuan adalah batuan yang merupakan bagian dari
batuan yang ada di dalam tanah yang tersingkaap sehingga kelihatan di
permukaan tanah yang diakibatkan proses erosi. Singkapan batuan
mempengaruhi kemudahan suatu lahan untuk dapat diolah.
Tabel 2.11 Klasifikasi Singkapan Batuan.
No Kelas Singkapan Batuan (%)
1. Tidak Ada < 2
2. Sedikit 2 – <10
3. Sedang 10 – <50
4. Banyak 50 – 90
5. Sangat Banyak > 90
(Sumber: Arsyad, 1989: 231).
g. Bahaya Erosi
Erosi dan sedimentasi menjadi penyebab utama berkurangnya
produktivitas lahan pertanian, dan berkurangnya kapasitas saluran atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Proses terjadinya erosi pada permukaan lahan, umumnya
disebabkan oleh faktor-faktor iklim (intensitas curah hujan), tanah,
topografi, vegetasi dan faktor pengolah tanah. Curah hujan yang jatuh
langsung atau tidak langsung dapat mengikis permukaan tanah yang secara
perlahan dengan pertambahan waktu dan akumulasi intensitas hujan akan
mendatangkan erosi. (Arsyad,1989).
Klasifikasi besar erosi mengacu pada petunjuk pedoman
penyusunan RTL-RLTK, Departemen Kehutanan (1998) pada tabel 2.12
berikut.
Tabel 2.12 Klasifikasi Besar Erosi
Kelas Besar erosi (ton/ha/tahun) Kriteria
I < 15 Sangat Ringan (SR)
II 16 – 60 Ringan (R)
III 60 – 180 Sedang (S)
IV 180 – 480 Berat (B)
V >480 Sangat Berat (SB)
(Sumber:http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/bt072022.pdf diakses
tanggal 20 Juli 2011)
h. Banjir / Genangan
Banjir merupakan perisiwa menggenangnya air di permukaan tanah
atau meluapnya air dari saluran yang kapasitasnya lebih kecil dari volume
air. Banjir dan genangan akan berpengaruh pada pertumbuhan tanaman itu
sendiri yang dapat merusak tanaman atau dapat mengakibatkan tanaman
mati. Pada tanaman kopi dan karet tidak dapat tumbuh baik pada
lokasi-lokasi yang terkena banjir atau genangan karena tanaman kopi maupun karet
memiliki perakaran yang dalam dan tidak cocok pada drainase tanah yang
buruk akibat adanya genangan.
Informasi data banjir/genangan diperoleh dari hasil wawancara
dengan masyarakat sekitar daerah penelitian. Klasifikasi banjir /genangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Tabel 2.13. Klasifikasi Banjir/genangan
No Kelas Ciri-ciri
1. Tidak Pernah Dalam periode 1 tahun tanah tidak pernah tertutup banjir untuk waktu >24 jam
2. Kadang-kadang Banjir menutupi tanah lebih dari 24 jam terjadi tidak teratur dalam periode kurang dari 1 bulan
3. Sedang Selama waktu 1 bulan setahun tanah secara rutin tertutup banjir dalam jangka waktu >24 jam
4. Sering Selama kurun waktu 2-5 bulan dalam setahun tanah secara teratur dilanda banjiryang lamanya >24 jam. 5. Selalu Selama waktu 6 bulan atau lebih tanah secara teraur
dilanda banjir >24 jam.
(Sumber: Arsyad, 1989: 231).
7. Karakteristik Lahan
Karakteristik lahan adalah sifat lahan yang dapat diukur atau diestimasi.
Contoh dari karakteristik lahan adalah curah hujan, jumlah bulan kering, tekstur
tanah, kedalaman efektif, besarnya kandungan N total dalam tanah dan lain
sebagainya. Sitorus (1995: 5) mendefinisikan karakteristik lahan sebagai suatu
proses yang meliputi penentuan ciri lahan (Land Properties) yang ada
hubungannya dan dapat diukur atau dianalisis tanpa memerlukan usaha-usaha
yang besar.
Kualitas dan karakteristik sangat berpengaruh terhadap suatu penggunaan
lahan tertentu. Parameter kualitas dan karakteristik lahan yang dinilai dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Tabel 2.14. Parameter Kualitas dan Karakteristik Lahan yang Dinilai dalam
Evaluasi Lahan Tingkat Semi Detail
No. Kualitas Lahan Karakteristik Lahan
A. Persyaratan Tumbuh Tanaman (Ekologi)
1. Regim Radiasi - Panjang/ lama penyinaran 2. Rejim Suhu ( t ) - Suhu rata-rata tahunan
- Suhu rata-rata bulanan
- Suhu rata-rata maksimum/minimum
3. Kelembapan Udara - Kelembapan nisbi 4 Ketersediaan Air ( w ) - Curah Hujan tahunan
- Curah hujan bulanan
- Bulan kering (< 60 mm)
- LGP*
5. Media Perakaran ( r ) - Drainase
- Tekstur
9. Kegaraman - Daya hantar listrik (DHL)
10. Toksisitas - Kejenuhan AL
- Bahan Sulfidik B Persyaratan Pengelolaan
11. Kemudahan Pengolahan - Tekstur
12. Pengelolaan Mekanisasi ( s ) - Kemiringan lereng
- Batuan permukaan
- Batuan tersingkap C Persyaratan Konservasi
13. Tingkat Bahaya Erosi - Indeks Bahaya Erosi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
8. Tanaman Kopi
Kopi (Coffea spp) adalah species tanaman berbentuk pohon yang
termasuk dalam famili Rubiaceae dan genus Coffea. Tanaman kopi merupakan
tanaman tahunan maka susunan botaninya sangat berbeda dengan tanaman
musiman, dan dalam tata nama secara taksonomi ini terdapat
klasifikasi-klasifikasi dari tanaman kopi adalah sebagai berikut:
- Kingdom : Plantae
- Divisio : Spermatophita
- Sub-Divisio : Angeospermae
- Kelas : Dicotiledónea
- Ordo : Rubiales
- Family : Rubiaceae
- Genus : Coffea
- Spesies : Coffea Sp
Meskipun kopi merupakan tanaman tahunan, tetapi umumnya
mempunyai perakaran yang dangkal. Oleh karena itu tanaman ini mudah
mengalami kekeringan pada kemarau panjang bila di daerah perakarannya tidak di
beri mulsa.
Secara alami tanaman kopi memiliki akar tunggang sehingga tidak
mudah rebah. Tetapi akar tunggang tersebut hanya dimiliki oleh tanaman kopi
yang bibitnya berupa bibit semaian atau bibit sambungan (okulasi) yang batang
bawahnya merupakan semaian. Tanaman kopi yang bibitnya berasal dari bibit
stek, cangkokan atau bibit okulasi yang batang bawahnya merupakan bibit stek
tidak memiliki akar tunggang sehingga relatif mudah rebah.
a. Lingkungan Tumbuh kopi.
Berdasarkan pada Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan Pusat Penelitian
Tanah Dan Agroklimat Bogor IPB, 1993 tentang syarat tumbuh tanaman,
maka persyaratan tumbuh tanaman kopi dapat dijelaskan pada Tabel 2.14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Tabel 2.15. Kriteria Klasifikasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman kopi
No Kualitas / karakteristik Lahan
Curah Hujan/ tahun (mm) 2000-3000 >3000-3500
Drainase Tanah Baik Sedang Agak terhambat 6. Terrain / Potensi Mekanisasi
( s/m )