commit to user
i
ANALISIS STRATEGI PEMASARAN USAHA KERAJINAN PAYUNG HIAS DI
KECAMATAN JUWIRING KABUPATEN KLATEN
SKRIPSI
Oleh:
TAUFIK HIDAYAT
K7407143
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
ii
ANALISIS STRATEGI PEMASARAN USAHA KERAJINAN PAYUNG HIAS DI
KECAMATAN JUWIRING KABUPATEN KLATEN
Oleh:
TAUFIK HIDAYAT
K7407143
Ditulis dan diajukan sebagai persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
commit to user
commit to user
v ABSTRAK
Taufik Hidayat. ANALISIS STRATEGI PEMASARAN USAHA KERAJINAN PAYUNG HIAS DI KECAMATAN JUWIRING KABUPATEN KLATEN. Skripsi : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Januari, 2012.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk: (1) Mengetahui Strategi pemasaran yang
diterapkan perajin payung hias di Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten. (2)
Mengetahui kendala yang dihadapi perajin payung hias di Kecamatan Juwiring dan cara
mengatasinya. (3) Mengetahui alternatif strategi pemasaran yang dapat diterapkan oleh
pengrajin payung di Kecamatan Juwiring agar dapat meningkatkan penjualan produk
kerajinan payung hias..
Metode penelitian yang digunakan adalah metode diskriptif kualitatif. Sumber
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah informan, tempat dan peristiwa, serta
arsip dan dokumen. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
purposive sampling (sampling bertujuan). Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis SWOT yang
diaplikasikan dengan metode interaktif. Sedangkan validitas data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik trianggulasi metode dan trianggulasi sumber/data.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : (1) Strategi pemasaran
yang diterapkan oleh perajin payung hias di Kecamatan Juwiring terangkum dalam
strategi Marketing Mix, meliputi produk dengan jenis yang beragam, pengembangan produk dengan melakukan inovasi dan adanya ciri khas pada masing-masing perajin.
Penetapan harga didasarkan pada harga bahan baku, tingkat kesulitan dan tingkat seni
masing-masing dari perajin. Proses distribusi dilakukan melalui distribusi langsung ke
pembeli maupun tidak langsung dengan menggunakan perantara agen. Promosi
dilakukan melalui ucapan, mengikuti pameran dengan bantuan pihak ketiga dan media
internet. Hubungan dengan masyarakat terbangun saling menguntungkan, masyarakat
terbantu dengan penyediaan lapangan kerja dan bahan baku selain pabrik. (2)
Kendala-kendala yang dihadapi perajin diantaranya belum adanya pembukuan yang rapi, akses
commit to user
vi
pasar luar negeri, menejemen yang kurang tertata, modal terbatas dan kurangnya
dukungan pemerintah. Upaya yang dilakukan perajin untuk menghadapi permasalahan
tersebut dengan mempertahankan kualitas payung hias dan memberikan pelayanan
terbaik kepada konsumen, mengikuti pameran seperti pada Expo dengan bantuan pihak
ketiga, mengutamakan modal sendiri dan meminjam ke orang lain, mengambil bahan
baku jeruji seadanya dari perajin jeruji tanpa menunggu pesanan banyak,
mempertahankan ciri khas, berusaha mengikuti selera konsumen, mengadakan inovasi
dan mengadakan promosi melalui internet. (3) Alternatif strategi pemasaran yang tepat
bagi perajin payung hias meliputi: kesempatan pasar, produk, teknologi, perantara,
keuangan, dan permodalan. Analisis tersebut berperan dalam pembentukan strategi yang
tepat melalui analisis SWOT sebagai alat formulai strategi. Sehingga dapat ditentukan
commit to user
vii ABSTRACT
Taufik Hidayat. MARKETING STRATEGY ANALYSIS OF PAINTED UMBRELLA HANDY CRAFT BUSINESS IN JUWIRING RESIDENCE DISTRICT OF KLATEN. Thesis: Faculty Of Teacher Training and Education. Sebelas Maret University, Surakarta, January 2012.
The objectives of the research are : (1) For understanding what is the marketing
strategy used by the craftsman of painted umbrella handy craft in Juwiring, District of
Klaten. (2) And then, to know the constraint faced by craftsman and how to solve it. (3)
And for understanding the alternative of marketing strategy which can used by
craftsman in Juwiring to decrease the selling product of painted umbrella handy craft.
The method used in this research is descriptive qualitative method. The kind of
data source used in this research is the informant, place and event, and also archive and
document. Sampling technique used in this study was purposive sampling technique.
While the data collection techniques used are the method of observation, interviews, and
documentation This research used SWOT analysis to analyze data which applied with
interactive method. Triangulation method and triangulation data are used to ensure data
validity for this research.
According to the result of the research, we can conclude that : (1) marketing
strategy used by the craftsman in Juwiring Residence covered in Marketing Mix, there
are include product and its variety, innovation for developing product, and the
characteristic of personal craftsman. Fixing cost is based on the raw material price,
difficulty level, and art level of craftsman. Distribution process is done through direct
distribution to the consumer, or indirectly by using an agent as an intermediary.
Promotion is done through person to person, joined the exhibition with the help of a
third party and internet media. Awakened the benefit relationship with the society and
they helped with the provision of employment.(2) The constrains which faced by the
craftsman such as: the absence of a neat bookkeeping, lack of information access about
the market, limited of raw material (grating), obstacle for foreign market entry, bad of
management, limited capital, and there are no more support from the government.
commit to user
viii
umbrella, and give the best service to the consumer, joined the exhibition expo, used
their own capital or lent to another people, take the raw materials from another
craftsman, maintain the characteristic, understand the consumer taste, make an
innovation and promote their product through internet. (3) The alternative of marketing
strategy which is suitable for craftsman comprise : market chance, product, technology,
agent, finances, and capital. That analysis has function to make the good strategy by
SWOT analysis as a strategy formula. So, from the SWOT analysis, we can also
commit to user
ix MOTTO
Maka apabila kamu Telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh (urusan) yang lain (Q.S. Al Insyiroh:7)
Apabila seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga hal:
Shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak sholih yang berdoa untuknya (Al
Hadits, HR. Imam Muslim)
Ilmu itu tidak akan pernah diraih oleh badan yang bersantai-santai, carilah dengan niat
yang benar, ikhtiar yang tinggi dan doa kepada pemilik alam semesta ini (Penulis)
Bagaikan sebuah anak panah, tak akan berguna sebelum lepas dari busurnya. Tidak
akan berguna ilmu yang banyak, sebelum diri sendiri dan orang sekitar dapat merasakan
commit to user
x
PERSEMBAHAN
Karya ini dengan aku persembahkan untuk: Alloh SWT
Kedua orang tuaku, Pak Wid dan Almarhumah Ibu Wantini, Kasih sayang
dan cinta selalu engkau berikan untukku. Robbighfirli Wali Walidayya War
Hamhuma Kama Robbayani Shoghiron.
Almarhum Kakakku, perhatian dan kasih sayang telah engkau berikan sampai
datangnya ketetapan pemilik jiwa ini. Allohummarhamhu...
Keluarga Besarku, Jazakumullohu khoiron katsiron atas doa dan dorongan
semangatnya
Guru, Dosen dan Asatidzku, Melalui engkaulah aku tahu banyak hal Teman seperjuangan di SKI FKIP UNS 2007-2010, akhi dan ukhti...
Para mujahid di Panrenov NH, Lazis UNS dan jama’ah Nurul Huda, Bangun
Kembali Masjid Kita!
Keluarga besar SDII Al Abidin Surakarta,
Sahabat dolanku, Tri, Hery, Suko, Adi, Septiyan, Sakim, Udin, Cahyo, Hanif,
Miswan, Teddy. Terima kasih atas kebersamaannya
Mas Nanang, Cahyo, Bang Soim dan sahabat di Masjid Al Huda Nirbitan.
Bersama kalian menambah semangat untuk belajar dien ini
Teman-teman C1 Pendidikan Ekonomi ‘07
commit to user
xi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga akhirnya penulisan skripsi ini dapat
diselesaikan. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi persyaratan dalam mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak menerima bimbingan, petunjuk
bantuan serta saran-saran yang bermanfaat dari berbagai pihak, yang semuanya itu dapat
memberikan kemudahan dan menunjang dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Oleh karena itu pada kesempatan ini, dengan segenap rasa syukur, hormat dan bahagia
mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. Dekan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang
telah memberikan ijin dalam penulisan skripsi ini.
2. Ketua Jurusan P. IPS FKIP UNS yang telah memberikan ijin dalam penulisan
skripsi ini.
3. Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP UNS yang telah memberikan ijin
dalam penulisan skripsi ini.
4. Ketua Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ijin dalam
penulisan skrpsi ini.
5. Dra. Kristiani, M.Si. selaku pembimbing pertama yang telah dengan sabar
memberikan bimbingan pengarahan serta petunjuk sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
6. Dra. Dewi Kusuma Wardani, M.Si. selaku pembimbing kedua yang telah dengan
sabar memberikan bimbingan pengarahan serta petunjuk sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
7. Tim Penguji Skripsi, yang telah menyediakan waktu dan tenaga untuk menguji
penulis, sehingga penulis dapat melaksanakan ujian skripsi guna menyelesaikan
commit to user
xii
8. Seluruh Staf Pengajar FKIP UNS khususnya Program Studi Ekonomi bidang
Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial.
9. Kepala BAPEDA Kabupaten Klaten yang telah memberikan ijin penelitian.
10. Kepala Desa Kwarasan, Kenaiban, Tanjung dan Tlogorandu beserta pamong desa
yang telah berkenan memberikan ijin penelitian.
11. Perajin payung hias di Kecamatan Juwiring, yang telah memberikan informasi yang
dibutuhkan penulis selama penelitian.
12. Seluruh informan yang telah memberikan informasi-informasi yang sangat berguna
dalam penulisan skripsi ini.
13. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk
itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi
ini dapat membuka khasanah ilmu pengetahuan dan dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
Surakarta, 20 Januari 2012
commit to user
xiii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGAJUAN ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN ABSTRAK ... v
HALAMAN MOTTO ... ix
HALAMAN PERSEMBAHAN ... x
KATA PENGANTAR ... xi
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR TABEL... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ...xvii
BAB I PENDAHULUAN ………. ...1
A. Latar Belakang Masalah………...………...… 1
B. Perumusan Masalah………... 6
C. Tujuan Penelitian………..…... 7
D. Manfaat Penelitian………...… 7
BAB II LANDASAN TEORI………...………... 9
A. Tinjauan Pustaka…………..………...……. 9
B. Kerangka Pemikiran……….…………...………. 32
BAB III METODE PENELITIAN………... 34
A. Tempat dan Waktu Penelitian…...…………... 34
B. Bentuk dan Strategi Penelitian…...………... 34
C. Sumber Data………...…………... 36
D. Teknik Sampling………..………... 38
E. Teknik Pengumpulan Data………..………... 40
F. Validitas Data………..……....…...……43
G. Teknik Analisis Data…...…..……….…… 45
commit to user
xiv
BAB IV HASIL PENELITIAN ……… 49
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ………..……... 49
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian ………...……….... 52
C. Temuan Studi yang Dihubungkan dengan Kajian Teori... 66
BAB V SIMPULAN,IMPLIKASI & SARAN ... 87
A. Kesimpulan ... 87
B. Implikasi ... 92
C. Saran ... 93
DAFTAR PUSTAKA………..………….………... 95
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Diagram Analisis SWOT ... 22
Gambar 2 : Kerangka Pemikiran ... 33
Gambar 3 : Prosedur Penelitian ... 47
Gambar 4 : Skema Pemasaran Payung Hias ... 53
commit to user
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Komoditas UMKM Kabupaten Klaten...3
Tabel 2 : Identifikasi Sentra Kerajinan Payung di Kecamatan Juwiring...4
Tabel 3 : Jumlah Perajin Payung dan Pembuat Kerangka...5
Tabel 4 : Diagram Matrik SWOT...25
Tabel 5 : Diagram Matrik Internal-Eksternal...26
Tabel 6 : Faktor Internal Kerajinan Payung Hias...75
Tabel 7 : Faktor Eksternal Kerajinan Payung Hias...80
Tabel 8 : Analisis dengan menggunakan Matrik General Elektric ...81
commit to user
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Pedoman Wawancara...98
Lampiran 2 : Daftar Nama Informan...100
Lampiran 3 : Field Note...101
Lampiran 4 : Trianggulasi Sumber Data...160
Lampiran 5 : Trianggulasi Metode...188
Lampiran 6 : Daftar Nama Perajin...199
Lampiran 7 : Dokumentasi...200
Lampiran 8 : Jadwal Penelitian dan Penyusunan Skripsi...207
Lampiran 9 : Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi...208
Lampiran 10 : Surat Permohonan Ijin Research/Try Out...209
Lampiran 11 : Surat Permohonan Ijin Penelitian...210
commit to user
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap negara dalam melakukan pembangunan mempunyai tujuan untuk
menyejahterakan rakyatnya. Untuk mewujudkan tujuan tersebut di atas, satu
sasaran utama dari pembangunan sektor ekonomi adalah peningkatan kesempatan
berusaha dan peningkatkan pendapatan masyarakat melalui pengembangan usaha
mikro, kecil dan menengah (UMKM). Diharapkan dengan pengembangan
UMKM mampu menyerap tenaga kerja yang besar sehingga nantinya masyarakat
akan lebih produktif dan mempunyai daya saing untuk menghasilkan barang atau
jasa.
Peran UMKM dalam perekonomian Indonesia selama ini menunjukkan
posisi strategisnya dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Usaha
mikro, kecil dan menengah (UMKM) telah terbukti mampu hidup dan
berkembang ketika krisis melanda Indonesia. Saat krisis ekonomi melanda
Indonesia di tahun 1997, banyak usaha berskala besar yang mengalami kerugian,
sedangkan UMKM terbukti lebih tangguh dalam menghadapi krisis tersebut.
Demikian pula di kala krisis finansial global yang bermula di Amerika Serikat
tahun 2008, UMKM tetap menjadi sumber penghidupan banyak orang. Neddy
Rafinaldy (2006) menjelaskan peran itu ditandai dengan kedudukannya sebagai
pemain utama dalam kegiatan ekonomi di berbagai sektor, penyedia lapangan
kerja terbesar, pemain penting dalam pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan
pemberdayaan masyarakat, pencipta pasar baru dan sumber inovasi, serta
sumbangannya dalam menjaga neraca pembayaran melalui kegiatan ekspor.
UMKM di Indonesia mempunyai kontribusi yang sangat signifikan.
Kontribusi UMKM terhadap perekonomian menunjukkan bahwa jumlah pelaku
UMKM sebanyak 51,3 juta unit usaha atau 99,91 persen dari seluruh jumlah
pelaku usaha di Indonesia. Jumlah tenaga kerjanya mencapai 90,9 juta pekerja
atau sebanding dengan 97,1 persen dari seluruh tenaga kerja Indonesia. Nilai
investasi UMKM mencapai Rp 640,4 triliun atau 52,9 persen dari total investasi.
commit to user
Menghasilkan devisa sebesar Rp 183,8 triliun atau 20,2% dari jumlah devisa
Indonesia. Bidang-bidang usaha yang ada sangatlah beragam, seperti
makanan-minuman, jasa, pertanian, perikanan, kerajinan, ritel, transportasi dan lain
sebagainya. Artinya, kontribusi UMKM terhadap pertumbuhan ekonomi 2010
tidak dapat diabaikan (http://www.ekon.go.id).
Pengembangan UMKM saat ini dan mendatang menghadapi berbagai
hambatan dan tantangan. Kemajuan teknologi dan informasi yang semakin cepat
membuat UMKM berhadapan dengan industri besar yang mempunyai
kemampuan finansial yang lebih dan teknologi serba canggih. Namun demikian
dengan berbagai keterbatasan, UMKM masih diharapkan menjadi andalan
perekonomian Indonesia. Keberadaan UMKM dimasing-masing daerah menjadi
tolak punggung pendapatan sebagian besar masyarakat. Hal ini tentunya
mendorong pemerintah untuk lebih memberikan perhatian khusus kepada para
pelaku usaha mikro, kecil dan menengah untuk lebih maju.
Di Kabupaten Klaten, proporsi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah adalah
40 persen, 27 persen, dan 33 persen. UMKM yang ada memasarkan output
produksinya ke beberapa area pemasaran seperti lokal, regional, nasional dan
internasional. Sebagian besar produk UMKM di Kabupaten Klaten memiliki
daerah pemasaran di luar Kabupaten Klaten (75 persen). Cakupan pemasaran
tersebut terdiri dari 21 persen memiliki pasar regional, 42 persen nasional dan 12
persen berorientasi ekspor. Banyak UMKM di Kabupaten Klaten memiliki
hambatan dalam mengembangkan usaha. Setidaknya terdapat 80 persen UMKM
di Kabupaten Klaten memiliki hambatan dalam pengembangan usaha
(http://www.umkm-soloraya.com).
Tabel 1: Komoditas UMKM kabupaten Klaten. Nama
commit to user
handuk unit
Bordir 196 Pakaian adat, fayet 70.875 unit
Sentra/Kelompok
Konveksi 1.700 Hem,pakaian,celana, training
76.500 unit
Sentra/Kelompok
Jasa Jahit 672 Jahit pakaian jadi 14.000 unit
Sentra/Kelompok
Tali Temali
100 Benang, tali temali 1.076 unit Sentra/Kelompok
Kulit 125 Tas, ikat pinggang, hiasan
4.940 unit Sentra/Kelompok
Aneka kerajinan
2572 Anyaman 8.362 unit Sentra/Kelompok
Wayang kulit & kelitik
2.310 unit Sentra/Kelompok
Alat dapur 5.743 unit Sentra/Kelompok Sangkar burung 2.000 unit Sentra/Kelompok Ukir kayu, topeng,
Benang aval 5.600 unit Sentra/Kelompok Mainan anak 840 unit Sentra/Kelompok Tulang tanduk 9.072 unit Sentra/Kelompok Payung 3.480 unit Sentra/Kelompok Sulak bulu 3.266 unit Sentra/Kelompok Kipas 2.520 unit Sentra/Kelompok Kapas kecantikan 3.780 unit Sentra/Kelompok (Sumber: http:// dinkop-umkm.jatengprov.go.id.htm, diakses tanggal 11 Januari 2011)
Komoditas yang dihasilkan UMKM di Kabupaten Klaten dapat dibagi
menjadi tiga katagori. Katagori pertama yaitu logam yang memproduksi alat
pertanian, alat dapur, kompor, timbangan, barang teknik dan ornamen. Jumlah
UMKM komoditas logam sebanyak 1.624 UMKM dengan kapasitas perbulan
mencapai 661.458 unit. Katagori kedua adalah tekstil, terdiri dari batik dengan
1.070 UMKM, ATBM dengan 1.390 UMKM, bordir dengan 196 UMKM,
konveksi dengan 1.700 UMKM dan jasa jahit dengan 672 UMKM. Katagori yang
ketiga berupa kerajinan, terdiri dari tali temali, kulit dan aneka kerajinan. Jumlah
UMKM yang ada mencapai 2.797 UMKM, terdiri dari 100 UMKM komoditas tali
commit to user
kerajinan. Komoditas aneka kerajinan menghasilkan spesifikasi produk yang
beraneka ragam, meliputi anyaman, wayang kulit & kelitik, alat dapur, sangkar
burung, ukir kayu & topeng, gerabah, benang aval, mainan anak, tulang tanduk,
payung hias, sulak bulu, kipas dan kapas kecantikan.
Salah satu sentra UMKM kerajinan yang sudah ada sejak jaman kolonial
Belanda sampai sekarang adalah kerajinan payung di Kecamatan Juwiring,
Kabupaten Klaten. Para perajinnya masih bisa ditemui didusun Gumantar, Tanon,
Tlogorandu dan Terban. Kerajinan payung ini merupakan seni warisan pada era
keraton. Tahun 1960-an merupakan masa kejayaan dari usaha kerajinan payung.
Perkembangan teknologi yang semakin pesat telah memberikan temuan payung
yang lebih baik sebagai alat tadah hujan. Payung yang dibuat melalui
pabrik-pabrik besar mempunyai kelebihan, yaitu lebih awet dan mudah untuk dibawa.
Kerajinan payung Juwiring mengalami perubahan. Kreativitas dan
ketekunan sebagian perajin memunculkan payung hias yang unik. Perajin payung
di Kecamatan Juwiring saat ini ada yang membuat payung motho, payung yang fungsi utamanya adalah sebagai perangkat kematian dan adapula payung hias.
Payung hias mempunyai banyak fungsi dan bercorakkan seni yang tinggi. Payung
ini berfungsi hiasan desain interior, pajangan, kap lampu, dekorasi pengantin,
simbol keraton, alat pembeda pejabat keraton dan alat tari-tarian. Selain itu
digunakan pula sebagai upacara bersih desa, labuhan dilaut, Mauludan, upacara
keraton, dan payung pengantin.
Payung hias dari kecamatan Juwiring juga diminati oleh konsumen
mancanegara, sehingga area penjualannya pun sampai di ekspor ke luar negeri.
Untuk area dalam negeri, payung ini merupakan simbol wajib bagi keraton
Surakarta dan Yogyakarta. Pemasaran dikota lain meliputi daerah Ponorogo,
Blitar, Cirebon, Bali.
Tabel 2: Identifikasi Sentra Kerajinan Payung di Kecamatan Juwiring
Kriteria Keterangan
Spesifikasi Produk Payung Hias
Lokasi Dusun Gumantar, Tanon, Tlogorandu, Terban dan Kebon gede
commit to user
Tujuan Pemasaran Keraton Surakarta, Keraton Yogyakarta, Bali, Ponorogo, Blitar dan Luar Negeri
Macam Produk Payung susun, payung agung, payung kembang, payung dekorasi, payung tradisional
Fungsi Produk Hiasan desain interior, pajangan, kap lampu tempel, kap lampu duduk, kap lampu gantung, dekorasi pernikahan, payung agung/ simbol keraton, alat penanda pejabat keraton, upacara adat, alat pelengkap tarian, perangkat upacara kelahiran dan kematian Omzet Penjualan Per
Bulan
Rp. 2.500.000,00 s.d. Rp. 5.000.0000,00
Produksi Per Bulan Tergantung jenis payung yang dihasilkan (Sumber: diolah dari data primer tahun 2011)
Potensi yang dimiliki perajin payung hias memungkinkan produk ini untuk
bisa berkembang. Potensi itu dapat dilihat melalui bahan baku yang mudah
didapatkan dan beberapa macam fungsi produk yang ditawarkan. Disamping itu
potensi lainnya adalah pemasaran produk yang mencapai luar negeri. Tentunya
hal ini menjadikan payung hias mampu bersaing dengan produk hiasan lainnya.
Payung hias merupakan produk warisan budaya yang mengandung nilai
seni. Nilai yang tidak bisa dilihat oleh setiap orang, tetapi hanya kalangan tertentu
sehingga konsumennya pun orang-orang yang senang terhadap budaya. Apabila
sasaran pasar bisa dijadikan lebih luas maka kerajinan payung hias akan
bertambah maju. Berdasarkan potensinya, payung hias menjadi sebuah kerajinan
yang perlu dikembangkan.
Tabel 3. Jumlah perajin payung dan pembuat kerangka
Dusun Perajin Payung Perajin Kerangka Payung
Gumantar 14 7
Tanon 11 -
Tlogorandu 3 -
Terban 2 -
Kebongede - 8
Jumlah 30 perajin 15 perajin
(Sumber: diolah dari data primer tahun 2011)
Tabel 3 menunjukkan persebaran lokasi perajin payung di Kecamatan
Juwiring. Walaupun jumlah perajin tidak sebesar dahulu, perajin payung sekarang
ada 30 perajin ditambah dengan 15 perajin kerangka payung. 14 perajin payung
commit to user
perajin payung di Tlogorandu, 2 perajin payung di Terban dan di Kebongede
terdapat 8 perajin kerangka payung.
Realita yang ada telah menggambarkan bahwa usaha kerajinan terutama
yang berskala mikro dan kecil mengalami berbagai permasalahan dalam
menerapkan strategi pemasaran. Permasalahan yang timbul baik dari dalam
maupun dari luar negeri menyangkut masalah produk, harga, promosi dan
distribusi. Hal tersebut juga terjadi dalam usaha kerajinan payung hias di
kecamatan Juwiring. Permasalahan yang terjadi adalah inovasi produk yang
masih kurang, sebagian perajin yang kurang menjaga kualitas, tidak adanya
paguyuban yang memungkinkan para perajin untuk duduk bersama membahas
suatu permasalahan, promosi yang dilakukan sangat minim, tidak adanya catatan
pembukuan dalam proses produksi maupun penjualan dan modal yang dimiliki
terbatas.
Permasalahan yang ada perlu untuk segera diminimalisir melalui berbagai
solusi yang mungkin dapat diterapkan. Analisis strategi pasar merupakan salah
satu wujud langkah nyata yang dapat ditempuh untuk meminimalisir kekurangan
dengan memanfaatkan peluang yang ada dan menggunakan kelebihan untuk
mengantisipasi ancaman sehingga nantinya dapat mengembangkan usaha
kerajinan payung hias. Strategi pemasaran yang baik tentunya akan dapat
meningkatkan penjualan. Terobosan baru sangatlah dibutuhkan bagi peningkatan
usaha, bisa dari segi produk, harga, promosi maupun distribusi.
Berdasarkan permasalahan tersebut diatas maka hal ini menjadi suatu yang
menarik untuk diteliti lebih lanjut. Oleh karena itu, untuk membatasi
permasalahan penelitian ini maka penulis tertarik untuk menyusun penelitian yang
berjudul “ANALISIS STRATEGI PEMASARAN USAHA KERAJINAN
PAYUNG HIAS DI KECAMATAN JUWIRING KABUPATEN KLATEN”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat
commit to user
1. Bagaimana strategi pemasaran yang diterapkan oleh perajin payung hias di
Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten?
2. Kendala apa saja yang dihadapi perajin payung hias di Kecamatan Juwiring
dan bagaimana cara mengatasinya?
3. Bagaimana alternatif strategi pemasaran yang dapat diterapkan oleh perajin
payung hias di Kecamatan Juwiring agar dapat meningkatkan penjualan
produk kerajinan payung hias?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui Strategi pemasaran yang diterapkan para perajin payung hias di
Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten.
2. Mengetahui kendala yang dihadapi perajin payung hias di Kecamatan
Juwiring dan cara mengatasinya.
3. Mengetahui alternatif strategi pemasaran yang dapat diterapkan oleh perajin
payung di Kecamatan Juwiring agar dapat meningkatkan penjualan produk
kerajinan payung hias.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan informasi yang rinci, akurat
dan aktual sehingga dapat memberikan manfaat antara lain sebaga berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Dapat menambah khasanah keilmuan mengenai pengembangan strategi
pemasaran usaha mikro dan kecil.
b. Dapat menambah bahan masukan pada penelitian berikutnya yang berkaitan
pengembangan strategi pemasaran usaha mikro dan kecil.
2. Manfaat Praktis
a. Dapat memberikan masukan kepada pemerintah Kabupaten Klaten, dalam
rangka merumuskan kebijakan untuk usaha mikro dan kecil khususnya
commit to user
b. Hasil penelitian diharapkan dapat memberi kontribusi positif kepada pihak
perajin payung hias di Kecamatan Juwiring dan pihak-pihak yang terkait
dalam pembinaan pengembangan usaha mikro dan kecil.
c. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sarana untuk
membandingkan antara teori yang penulis terima di bangku perkuliahan
commit to user
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pemasaran
a. Pengertian Pemasaran
Pemasaran mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan perusahaan. Melalui pemasaran, akan didapat
manfaat yang besar bagi organisasi dan stakeholder-nya. Arti pemasaran seringkali digambarkan sebagai aktivitas penjualan maupun periklanan.
Padahal, pengertian pemasaran jauh lebih luas dibandingkan penjualan maupun
periklanan. American Marketing Association (dalam Fandy Tjiptono, Gregorius Chandra & Dadi Adriana, 2008) mendefinisikan “ Pemasaran adalah fungsi organisasi dan serangkaian proses menciptakan, mengomunikasikan dan
menyampaikan nilai bagi para pelanggan, serta mengelola relasi pelanggan
sedemikian rupa sehingga memberikan manfaat bagi organisasi dan
stakeholder-nya”.
Ahli pemasaran yang lain telah memberikan definisi pemasaran yang
berbeda. Menurut Kotler dan Armstrong (2008: 6) pemasaran adalah “Proses dimana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun
hubungan yang kuat dengan pelanggan dengan tujuan untuk menangkap nilai dari pelanggan sebagai imbalannya”. Sedangkan Wiliam J. Stanton (dalam Husein Umar, 2003) menjelaskan pemasaran merupakan suatu sistem
keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan,
menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa
yang dapat memuaskan kebutuhan baik kepada konsumen saat ini maupun
kepada konsumen potensial.
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pemasaran
merupakan proses dimana perusahaan mengidentifikasi kebutuhan dan
keinginan konsumen, baik konsumen yang ada saat ini maupun konsumen
potensial, menentukan produk apa yang akan diproduksi, menentukan harga
commit to user
dari produk itu, kemudian menentukan cara-cara berpromosi dan
mendistribusikan produk tersebut kepada konsumen dengan tujuan untuk
menangkap nilai sebagai imbalannya.
b. Konsep Pemasaran
Konsep pemasaran bertujuan memberikan kepuasan terhadap konsumen.
Perusahaan harus terlebih dahulu mengetahui apa yang menjadi kebutuhan dan
keinginan konsumen untuk memenuhi apa yang mereka harapkan. Konsep
pemasaran berorientasi kepada kebutuhan dan keinginan konsumen yang
didukung oleh usaha pemasaran untuk memberikan kepuasan konsumen dalam
rangka menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Kegiatan pemasaran
dilakukan tidak hanya ketika barang sudah tersedia, namun dimulai jauh
sebelum itu. Kotler & Trias (2007) berpendapat bahwa pemasaran dimulai
dengan menganalisis kebutuhan-kebutuhan yang dapat dipenuhi oleh produk
dan jasa.
Penerapan konsep pemasaran bertujuan pula supaya kepuasan konsumen
terpenuhi dengan lebih efektif dan efisien dibanding para pesaing, seperti yang
dijelaskan Kotler & Armstrong (2008:12) bahwa “Konsep pemasaran menyatakan bahwa pencapaian tujuan organisasi tergantung pada pengetahuan
akan kebutuhan dan keinginan target pasar dan memberikan kepuasan dengan
lebih baik daripada pesaing”. Kebutuhan diartikan sebagai kekuatan dasar yang mendorong pelanggan untuk ambil bagian dan terlibat dalam pertukaran yang
mana ketika tidak terpuaskan akan ada kesenjangan antara kondisi aktual
dengan dimensi fisik atau psikologi, sedangkan keinginan mencerminkan
hasrat seseorang terhadap cara-cara tertentu dalam memuaskan kebutuhan
dasar (Boyd, Walker & Larreche, 2000).
Konsep pemasaran mempunyai tujuan akhir. Tujuan akhir dari konsep
pemasaran adalah membantu organisasi mencapai tujuannya. Dalam suatu
organisasi bisnis tujuan utamanya adalah laba. Sedangkan untuk organisasi
publik, tujuannya adalah mendapatkan dana yang memadai untuk melakukan
commit to user
tiga elemen kunci yang menentukan kesuksesan dalam implementasinya.
Menurut Fandy Tjiptono et al (2008) ketiga elemen tersebut adalah:
1). Kepuasan Pelanggan
Konsekuensi kepuasan pelanggan sangat penting bagi kalangan bisnis,
pemerintah dan juga konsumen. Bagi bisnis, kepuasan pelanggan dipandang
sebagai salah satu kinerja pasar. Kepuasan akan memberikan peningkatan
pertumbuhan penjualan dan pembelian ulang produk. Bagi pemerintah,
kepuasan pelanggan dapat membantu mengidentifikasi industri yang
mendapatkan tindakan atau tidak. Sedangkan bagi konsumen, konsep
kepuasan pelanggan bermanfaat memberikan informasi lebih jelas terhadap
produk tertentu.
2).Kualitas Layanan
Kulitas mencerminkan semua dimensi penawaran produk yang
menghasilkan manfaat bagi pelanggan. Kualitas layanan menunjukkan
perbandingan antara tingkat layanan yang disampaikan perusahaan
dibandingkan ekspektasi pelanggan. Kualitas layanan diwujudkan dengan
pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta penyampaiannya
dalam mengimbangi harapan pelanggan. Sedangkan harapan pelanggan bisa
berupa tingkat kinerja yang diperkirakan, seharusnya dan terbaik yang dapat
diterima konsumen.
3). Loyalitas Pelanggan
Dalam konteks merek, loyalitas mencerminkan komitmen psikologis
terhadap merek tertentu, sedangkan perilaku pembelian ulang semata-mata
menyangkut pembelian merek tertentu yang sama berulang kali bisa jadi
dikarenakan merek itulah satu-satunya yang ada pada saat itu. Loyalitas
pelanggan berlaku juga untuk jasa, organisasi dan aktivitas.
c. Strategi Pemasaran
Istilah strategi berasal dari kata Yunani strategia yang artinya seni atau ilmu untuk menjadi seorang jenderal. Strategi juga bisa diartikan sebagai
commit to user
material untuk mencapai tujuan tertentu. Pengertian istilah tersebut dalam
konteks bisnis strategi dapat diartikan sebagai arah bisnis yang mengikuti
lingkungan yang dipilih yang merupakan pedoman untuk mengalokasikan
sumber daya dan usaha suatu organisasi.
Perusahaan yang ingin berhasil dalam melakukan pemasarannya
membutuhkan strategi yang tepat untuk dapat diterapkan. Strategi tidak hanya
diimplementasikan semata-mata hanya berorientasi jangka pendek, tetapi
dalam kaitannya dengan jangka panjang dengan disertai adanya tindak lanjut
secara terus-menerus dan senantiasa meningkat. Menurut Hamel dan Prahalad yang dikutip oleh Freddy Rangkuti (2006: 4) “Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus menerus dan dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan dimasa depan”.
Menurut Basu Swastha DH dan Irawan (2001: 70) menyatakan bahwa:
Strategi pemasaran dari setiap perusahaan merupakan suatu rencana keseluruhan untuk mencapai tujuan. Penentuan strategi ini dapat dilakukan oleh menejer pemasaran dengan membuat tiga macam keputusan yaitu : 1) konsumen manakah yang akan dituju?, 2) kepuasan seperti apakah yang diinginkan konsmen?, 3) marketing mix seperti apa yang dipakai untuk memberikan kepuasan kepada konsumen tersebut”. Dalam pengembangannya strategi pemasaran terdiri atas berbagai elemen yang dititikberatkan pada elemen-elemen pemasaran.
Strategi pemasaran menurut Kottler & Amstrong (2008: 58) adalah “Logika pemasaran dimana perusahaan berharap untuk menciptakan nilai pelanggan dan mencapai hubungan yang menguntungkan”. Menurut Basu Swastha dan Irawan (2001: 75) menyatakan “Ada empat konsep yang mendasari strategi pemasaran yaitu: a) Segmentasi pasar, b) Penentuan posisi
pasar (market positioning), c) Strategi memasuki pasar ( market entry
strategy), d) Strategi marketing mix”.
d. Strategi Marketing Mix
commit to user
merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan adalah produk, struktur harga,
kegiatan promosi dan sistem distribusi. Menurut Mahfoedz (2010:61) “ Bauran pemasaran ialah sarana pemasaran taktis meliputi produk, harga, tempat dan
promosi yang dibaurkan untuk mendapat respons yang diinginkan dari pasar sasaran”. Kotler dalam Chai Lee Goi (2009) menambahkan political power dan public opinion/ public relation dalam bauran pemasaran sehingga akan menjadi 6P. Bauran pemasaran menjadi salah satu perangkat yang menopang dari
keberhasilan perusahaan. Keberhasilan itu akan diraih apabila perusahaan
mampu menerapkan marketing mix yang dapat memenuhi kebutuhan pelanggan,
sehingga kepuasan terpenuhi dan terbentuk pula sebuah hubungan yang kuat
dengan pelanggan.
1) Produk
Produk yang ditawarkan perusahaan dapat berupa barang, jasa,
pelayanan maupun informasi. Masing-masing mempunyai karakteristik
tersendiri. Perusahaan melakukan berbagai terobosan yang inovatif supaya
produk yang ditawarkan dapat memenuhi kebutuhan pelanggan. Para
pemasar berusaha keras supaya produk yang ditawarkan dapat meningkat
penjualannya sehingga siklus dari kehidupan perusahaan akan mengalami
pertumbuhan pula.
Kottler & Amstrong (2008) menjelaskan produk merupakan segala
sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar agar menarik perhatian,
akuisisi, penggunaan, atau konsumsi yang dapat memuaskan suatu
keinginan atau kebutuhan. Namun hal ini tidak hanya sekadar barang-
barang yang berwujud saja, tetapi mencakup obyek-obyek fisik, jasa, acara,
orang, tempat, organisasi, ide atau bauran entitas-entitas ini. Mahmud
Mahfoedz (2010) juga mengungkapkan suatu produk bukan sekedar
komponen fisik, melainkan barang atau jasa yang mencerminkan potensi
untuk memenuhi rentang kebutuhan konsumen baik yang disadari maupun
commit to user
Produk bisa jadi terdiri dari suatu kombinasi fisik dan elemen jasa
atau pelayanan dan keseimbangan antara keduanya secara bervariasi.
Produk meliputi variasi produk, kualitas, desain, fasilitas, nama merek,
kemasan, ukuran, layanan, garansi dan pengembalian.
2) Harga
Harga merupakan salah satu dari unsur bauran pemasaran. Para
konsumen seringkali membandingkan harga salah satu produk dengan
produk yang lain. Keinginan konsumen adalah untuk mendapatkan harga
yang lebih murah dengan kualitas yang sama dengan produk sejenis.
Menurut Andry Kusnadi, Ryan Sastradiharja, Frida Findriani dan
Timotheus Lesmana (2008:142) menyatakan “Price (harga) adalah sejumlah uang yang harus dibayar konsumen untuk memperoleh produk. Price bukan
hanya mencakup harga yang tertera pada barang, tetapi juga mencakup
potongan harga (discount), batas kredit, kelonggaran pembayaran dan periode pembayaran”.
Dalam memposisikan harga dari suatu produk, perusahaan harus
tepat dalam melakukan penetapannya, jangan sampai terlalu rendah yang
menyebabkan perusahaan merugi maupun terlalu tinggi yang membuat
konsumen akan berpaling ke produk lain. Untuk itu harus ada penetapan
harga yang sesuai. Penetapan harga menurut Freddy Rangkuti (2009)
sebagai sebuah usaha dalam memilih harga yang paling sesuai dari berbagai
kemungkinan untuk menjualnya yang kadangkala merupakan suatu tindakan
penyeimbang.
3) Promosi
Promosi merupakan salah satu dari bauran pemasaran yang terpenting.
Tujuan utama dari promosi adalah menginformasikan, mempengaruhi dan
commit to user
Keseluruhan program komunikasi pemasaran perusahaan disebut juga
bauran promosi. Bauran promosi terdiri dari:
a) Periklanan
Setiap bentuk presentasi yang dikemukakan secara tidak langsung
(tanpa personil) dan promosi ide, barang atau jasa dilakukan oleh
sponsor tertentu.
b) Personal selling
Presentasi langsung yang dilakukan oleh personil wiraniaga
perusahaan dengan tujuan menjual dan menjalin hubungan dengan
konsumen
c) Promosi penjualan
Motivasi jangka pendek untuk mendorong pembelian atau penjualan
suatu produk barang atau jasa
d) Publisitas
Penyampaian informasi yang didesain untuk membangkitkan minat
lebih pada perseorangan atau perusahaan melalui media informasi
tanpa pengeluaran biaya karena pertimbangan besarnya minat
khalayak.
4) Distribusi
Distribusi mempunyai berbagai fungsi dalam pemasaran. Menurut
Mahmud Mahfoedz (2010) fungsi distribusi adalah membawa produk
kepasar sasaran dengan berbagai rangkaian aktivitas, yang terpenting dari
aktivitas tersebut adalah penjualan (dan pengiriman barang) dari produsen
ke konsumen akhir. Fungsi distribusi lainnya adalah mempromosikan
produk, menyimpannya dan menanggung resiko selama proses distribusi. Freddy Rangkuti (2009:23) menulis “Distribusi adalah menempatkan suatu produk pada outlet yang sesuai dan memerlukan kepastian mengenai
commit to user
produk dalam jumlah yang sesuai dan lokasi yang tepat pada saat
diinginkan konsumen. Dalam melaksanakan tugas ini, perusahaan
membutuhkan kerjasama dengan berbagai perantara dan saluran distribusi.
Perantara adalah orang atau perusahaan yang menghubungkan aliran
barang dari produsen ke konsumen akhir ataupun pelanggan Oleh
karenanya, proses distribusi sangat mempengaruhi dari keberhasilan
perusahaan. Produsen dan konsumen dalam hal ini dihubungkan dengan
kegiatan pembelian dan penjualan kembali barang yang dihasilkan
produsen kepada konsumen. Bentuk dari wujud perantara bisa dilakukan
dengan melalui distributor atau dealer maupun dalam wujud seorang
perantara berkomunikasi dengan pembeli atas nama perusahaan.
Sementara yang dimaksud dengan saluran distribusi adalah rangkaian dari
perantara.
Distribusi memiliki beberapa bauran. McCarthy dalam Fandy Tjiptono
et al (2008) mengungkapkan distibution meliputi beberapa aspek yaitu saluran distribusi, cakupan distribusi, kelengkapan produk, lokasi, sediaan,
fasilitas penyimpanan dan transportasi.
5) Political Power
Kekuatan politik dalam suatu negara maupun daerah akan
mempengaruhi kegiatan pemasaran suatu produk. Pejabat- pejabat terkait
dan pemerintah mempunyai peranan penting dalam menciptakan keadaan
ekonomi negara. Kotler (1986) menyatakan kekuatan politik merupakan
kunci untuk memenangkan dukungan dari pejabat industri, anggota dewan
dan pemerintah untuk masuk dan beroperasi di pasar sasaran. Untuk
mencapai tujuan ini, pemasar harus memiliki keterampilan negosiasi yang
baik dengan otoritas yang relevan.
Perusahaan harus mengidentifikasi pihak-pihak untuk membuka pintu
gerbang pasar. Lobi yang baik dengan pengambil keputusan akan
menguntungkan kegiatan pemasaran. Dukungan dari pemerintah dan
commit to user
berkembang. Pemasar harus mampu melobi dan mempunyai keterampilan
bernegosiasi untuk mencapai tujuan yang diharapkan dari pihak terkait.
Peraturan dan kebijakan pemerintah sebagai penyelenggara negara
menentukan kondisi perekonomian negara. Kekuatan politik dalam
penyelenggaraan negara akan berdampak kepada para pengusaha dan
pelaku usaha. Hal ini dapat dilihat melalui penerapan kebijakan
pemerintah untuk membatasi masuknya barang-barang impor yang
menguntungkan pengusaha produk dalam negeri. Political Power termasuk pula peraturan pemerintah terhadap produk yang dipasarkan
maupun aturan / larangan dari pemerintah setempat.
Usaha mikro sering menghadapi kendala. Keterbatasan dana dan
kemampuan membuat usaha mikro hanya dapat menerima keputusan
pemerintah. Keterampilan melobi dan bernegosiasi dengan pihak pembuat
keputusan tidak ada, sehingga tidak memungkinkan untuk dapat
mempengaruhi keputusan pemerintah. Pengusaha mikro akan
mengabaikan untuk menjaga hubungan dengan kekuatan politik.
6) Public Relation
Merupakan strategi untuk menarik opini masyarakat dalam waktu
lebih lama bertujuan membangun sebuah citra. Menurut Mahmud
Mahfoedz (2005) public relation merupakan sarana yang dilakukan
dengan menjalin hubungan dengan berbagai konsumen perusahaan dan
masyarakat umum dengan tujuan untuk membangun citra perusahaan yang
positif agar mendapat nama baik dan mengatasi kabar angin , laporan dan
berita-berita yang tidak sesuai dengan kenyataan.
Hubungan masyarakat bisa dilakukan dengan memberikan
tanggapan atas suatu berita yang tidak benar melalui media. Jika
perusahaan mengembangkan informasi atau laporan yang menarik,
informasi tersebut dapat dimuat diberbagai media yang membawa hasil
yang lebih memiliki kredibilitas lebih tinggi daripada iklan sehingga akan
membuahkan hasil yang luar biasa. Hubungan masyarakat yang baik dapat
commit to user
partisipasi kegiatan sosial, mensponsori kegiatan masyarakat dan
menyelenggarakan pameran.
Citra perusahan sangat tergantung dari opini masyarakat. Perusahaan
harus memahami sikap, dan nilai-nilai dalam masyarakat. Cara pandang
masyarakat di satu daerah dengan daerah lain mempunyai perbedaan. Para
pemasar harus berusaha menciptakan opini masyarakat dan bekerjasama
secara baik dengan media. Menurut Mahmud Mahmudz (2005) dalam
penetapan tujuan pemasaran, public relation dapat memberikan kontribusi:
a) Membangun kesadaran: Public relation dapat menempatkan informasi
dalam media untuk menarik perhatian pada produk, orang, atau
gagasan.
b) Membangun kredibilitas: Public relation dapat meningkatkan kredibilitas dengan mengkomunikasikan pesan dalam konteks
editorial.
c) Memotivasi wiraniaga dan penyalur: Public relation dapat membantu memberikan semangat kepada para penyalur dan wiraniaga.
e. Lingkungan Pemasaran
Setiap usaha harus mampu memonitor dan menyelidiki keadaan
lingkungan pemasaran yang terdiri dari para pelaku dan kekuatan-kekuatan di
luar kendali perusahaan dan berperan penting dalam menentukan posisi. Dalam
penyusunan strategi pemasaran, perlu menganalisis faktor-faktor lingkungan
yang terdiri dari lingkungan eksternal dan lingkungan internal.
1) Lingkungan Internal
Lingkungan ini merupakan kekuatan yang berhubungan erat dengan
pelaksanaan fungsi perusahaan dan mempengaruhi kemampuan perusahaan
dalam melayani konsumen. Faktor-faktor lingkungan internal yang akan
memberikan pengaruh besar terhadap perusahan adalah:
a) Produksi dan Operasi
yaitu aspek-aspek yang berkaitan dengan keluwesan proses operasi dan
commit to user
b) Sumber Daya Manusia
yaitu aspek yang bertujuan menyangkut individu–individu yang menjalankan operasi perusahaan agar memiliki kompetensi terhadap
pekerjaannya.
c) Pemasaran
yaitu aspek yang menyangkut perusahaan untuk mempengaruhi
konsumennya merupakan hal yang memerlukan perencanaan dan
pengawasan yang matang serta perlu dilakukan tindakan konkrit dan
terprogram melalui produk (product), harga (price), promosi (promotion),
distribusi (distribution), kekuatan politik (political power) dan hubungan masyarakat ( public relation).
d) Keuangan
yaitu aspek yang menyangkut kemampuan keuangan usaha seperti
permodalan dan kondisi keuangan perusahaan.
2) Lingkungan Eksternal
Tinjauan terhadap suatu usaha tidak akan terlepas pada informasi
tentang kekuatan-kekuatan luar (outside forces) yang memungkinkan bersinggungan dengan tujuan perusahaan. Mahmud Mahfudz (2005) membagi
lingkungan eksternal menjadi dua, yaitu: lingkungan eksternal makro dan
lingkungan eksternal mikro.
a) Lingkungan Eksternal Makro
Lingkungan dari pengaruh eksternal yang dapat mempengaruhi aktivitas
dan kesempatan pemasaran perusahaan, meliputi:
(1) Demografi
Demografi mengacu kepada ciri populasi manusia, yang meliputi
faktor-faktor seperti ukuran, distribusi dan pertumbuhan. Hal ini memerlukan
perhatian khusus dalam pemasaran dikarenakan kumpulan manusia
dapat membentuk pasar.
(2) Ekonomi
Keadaan perekonomian pada waktu sekarang dan yang akan datang
commit to user
Faktor-faktor ekonomi yang perlu dianalisis oleh perusahaan adalah
sebagai berikut :
1. Tahapan siklus bisnis, perekonomian dapat diklasifikasikan seperti
dalam keadaan depresi, resesi, kebangkitan dan kemakmuran.
2. Gejala inflasi dan deflasi harga barang-barang dan jasa.
3. Kebijakan keuangan, tingkat suku bunga dan evaluasi atau revaluasi
uang dalam hubunganya dengan uang asing dan valuta asing.
4. Kebijakan fiskal, berupa tingkat pajak untuk perusahaan dan
perorangan.
5. Neraca pembayaran internasional yang mungkin surplus atau defisit.
(3) Persaingan
Lingkungan pemasaran yang kompetitif sangat berpengaruh terhadap
program pemasaran. Secara umum perusahaan menghadapi tiga
persaingan meliputi persaingan merek, persaingan produk substitusi dan
persaingan antar perusahaan.
(4) Sosial Budaya
Perubahan-perubahan yang terjadi dalam kebudayaan telah menjadikan
pasar di Indonesia yang sekarang berbeda dari pasar yang ada pada
waktu tahun-tahun sebelumnya. Tugas yang dihadapi oleh eksekutif
pemasaran menjadi lebih rumit karena pola kebudayaan masyarakat
yang berubah lebih cepat daripada kebiasaan yang lalu.
(5) Politik dan Hukum
Lingkungan yang terbentuk oleh politik dan hukum dalam masyarakat.
Penetapan kondisi politik dan hukum yang berdampak kepada setiap
usaha akan menjadi sebuah peluang bagi suatu usaha dan bisa juga
menjadi sebuah ancaman yang membatasi gerak perusahaan.
(6) Teknologi
Teknologi sebagai salah satu elemen lingkungan eksternal mencakup
perkembangan ilmu pengetahuan dan inovasi yang mendorong
commit to user
b) Lingkungan Eksternal Mikro
(1) Pasar
Pasar dapat didefinisikan sebagai; (1) suatu tempat bertemunya pembeli
dan penjual, barang atau jasa yang dijual di tempat dan terjadi
pergantian kepemilikan. Definisi lain adalah (2) permintaan barang atau
jasa yang diajukan oleh sekelompok tertentu pembeli potensial.
(2) Pemasok
Hubungan antara produsen dengan pemasok merupakan salah satu
faktor dari keberhasilan pemasaran. Eksekutif pemasaran seringkali
kurang memperhatikan sisi kecukupan persediaan pada transaksi
pertukaran. Peran penting pemasok akan sangat terlihat ketika terjadi
kekurangan. Harga dan jasa pemasok sangat berpengaruh terhadap
sistem pemasaran perusahaan.
(3) Perantara Pemasaran
Perantara pemasaran merupakan organisasi perusahaan independen yang
secara langsung sangat mempengaruhi arus barang dan jasa. Perantara
meliputi perantara penjualan seperti pedagang grosir dan pengecer
maupun berbagai fasilitator yang menyediakan sarana seperti
transportasi, pergudangan dan pembiayaan yang diperlukan untuk
menyelesaikan pertukaran antara pembeli dan penjual.
f. Cara Membuat Analisis SWOT
Profil perusahaan yang mencerminkan keunggulan dan kelemahan
perusahaan dapat diketahui setelah identifikasi dan evaluasi variabel
dilakukan. Pemberian bobot dan nilai masing-masing variabel sepenuhnya
bergantung pada pendapat manajemen. Oleh karena itu, jika posisi,
pengalaman, dan pemahaman manajerial amat berpengaruh (Suwarsono
Muhammad, 2004:102).
Hasil penilaian faktor internal dan faktor eksternal diterapkan sebagai
commit to user
Gambar 1: Diagram Analisis SWOT Sumber: Freddy Rangkuti (2006:19)
Dari diagram analisis SWOT pada Gambar diatas dapat diuraikan
sebagai berikut:
1) Kuadran I
Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan
memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang
yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah
mendukung kebijaksanaan pertumbuhan yang agresif (growth oriented strategy), yaitu membesarkan perusahaan dengan meningkatkan usaha, memperluas pangsa pasar, dan memperluas wilayah pemasaran.
2) Kuadran II
Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan masih memiliki
kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan ialah
menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang
dengan strategi diversifikasi, yaitu menganekaragamkan produk yang
diusahakan.
commit to user
3) Kuadran III
Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi ia
menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus yang harus
dilakukan ialah meminimalkan masalah-masalah internal untuk dapat
merebut peluang yang lebih baik, dengan strategi putar haluan (turn around), yaitu dengan merubah usaha.
4) Kuadran IV
Perusahaan menghadapi situasi yang sangat tidak menguntungkan,
perusahaan memiliki kelemahan internal dan menghadapi berbagai macam
ancaman. Strategi yang dapat dilakukan ialah bertahan (defensif) dengan mempertahankan usaha dan pelanggan yang ada.
g. Menyusun Formula Strategi
Formula strategi disusun berdasarkan analisis yang diperoleh. Bentuk dari
analisis tersebut terdiri dari:
1) Matrik Faktor Strategi Internal
2) Matrik Faktor Strategi Eksternal
3) Matrik Internal – Eksternal 4) Matrik SWOT
1) Matrik Faktor Strategi Internal
Tabel IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary) disusun untuk
merumuskan faktor-faktor strategis internal tersebut dalam kerangka strength
and weakness perusahaan (Freddy Rangkuti, 2006: 24). Langkahnya adalah:
a. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan perusahaan
dalam kolom 1.
b. Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0
(paling penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh
faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan. Semua bobot
commit to user
c. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan
memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor),
berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang
bersangkutan.
d. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk
memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4.
e. Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa
faktor-faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotan dihitung.
f. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor
pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini
menunjukkan bagaimana perusahaan bereaksi terhadap faktor-faktor
strategis internalnya.
2)Matrik Faktor Strategi Eksternal
Faktor strategi eksternal (EFAS) perlu diketahui untuk menyusun matrik
faktor strategi eksternal. Berikut iniadalah cara-cara penentuan Eksternal
Strategic Factors Analysis Summary(EFAS):
a. Susunlah dalam kolom 1 (5 sampai dengan 10 peluang dan ancaman).
b. Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, dengan skala mulai dari
1,0 (paling penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Faktor-faktor
tersebut kemungkinan dapat memberikan dampak terhadap faktor strategis
perusahaan.
c. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan
memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor),
berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang
bersangkutan. Untuk status kekuatan (memberi dampak positif) diberi nilai
mulai dari 1 (sangat kurang berpeluang), 2 (kurang berpeluang), 3
(berpeluang), dan 4 (sangat berpeluang). Untuk status kelemahan (memberi
dampak negatif) diberi nilai mulai dari 1 (sangat mengancam), 2
(mengancam), 3 (kurang mengancam), dan 4 (sangat kurang mengancam).
d. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk
commit to user
e. Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa
faktor-faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotan dihitung.
f. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor
pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan.
3) Matrik SWOT
Matrik ini digunakan untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan.
Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman
eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan
kelemahan yang dimilikinya. Matrik ini dapat menghasilkan empat sel
kemungkinan alternatif strategis.
Tabel 4: Diagram Matrik SWOT
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk memanfaatkan
peluang
STRATEGI WO
Ciptakan strategi yang
meminimalkan
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk mengatasi
ancaman
STRATEGI WT
Ciptakan strategi yang
meminimalkan
dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan
commit to user
Strategi ST : Strategi yang menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan
untuk mengatasi ancaman.
Strategi WO : Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang
ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
Strategi WT : Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari
ancaman.
4) Matrik Internal – Eksternal
Diagram ini dapat mengidentifikasi 9 sel strategi perusahaan, tetapi
pada prinsipnya kesembilan sel itu dapat dikelompokkan menjadi tiga strategi
utama, yaitu:
a. Growth strategy yang merupakan pertumbuhan perusahaan itu sendiri (sel
1, 2, dan 5) atau upaya diversifikasi (sel 7 dan 8).
b. Stability strategy adalah strategi yang diterapkan tanpa mengubah arah
strategi yang telah ditetapkan (sel 4 dan sel 5).
c. Retrenchment strategy (sel 3, 6, dan 9) adalah usaha memperkecil atau
mengurangi usaha yang dilakukan perusahaan.
Tabel 5 : Diagram Matrik Internal-Eksternal
KEKUATAN INTERNAL BISNIS
Tinggi Sedang Rendah
commit to user
2. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
a. Pengertian
Definisi UMKM telah ditetapkan dalam perundang-undangan RI.
UMKM berdasarkan UU No 20 Tahun 2008:
1) Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:
a) memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
atau
b) memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00
(tiga ratus juta rupiah).
2) Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:
a) memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
atau
b) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00
(dua milyar lima ratus juta rupiah).
3) Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:
a) memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00
(sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
commit to user
b) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00
(dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).
World Bank, membagi UMKM ke dalam 3 jenis, yaitu :
1) Medium Enterprise, dengan kriteria : a) Jumlah karyawan maksimal 300 orang
b) Pendapatan setahun hingga sejumlah $ 15 juta
c) Jumlah aset hingga sejumlah $ 15 juta
2) Small Enterprise, dengan kriteria :
a) Jumlah karyawan kurang dari 30 orang
b) Pendapatan setahun tidak melebihi $ 3 juta
c) Jumlah aset tidak melebihi $ 3 juta
3) Micro Enterprise, dengan kriteria :
a) Jumlah karyawan kurang dari 10 orang
b) Pendapatan setahun tidak melebihi $ 100 ribu
c) Jumlah aset tidak melebihi $ 100 ribu
Leonardus Sardiman (2009:55-56) mendefinisikan UMKM dengan 3 ciri,
yaitu:
1) Pendanaan disuplai oleh satu orang atau grup kecil 2) Operasional bisnis yang terlokalisasi
3) Ukuran bisnis yang cukup kecil jika dibandingkan dengan kompetitor-kompetitor
4) Memiliki kurang dari 100 karyawan.
Usaha kecil tidak hanya usaha rakyat yang melakukan perijinan kepada
pemerintah, tetapi meliputi pula usaha kecil informal dan usaha kecil
tradisional. Sutrisno Iwantoro (2003) mengungkapkan usaha kecil informal
adalah usaha kecil yang belum terdaftar, belum tercatat dan belum berbadan
hukum seperti petani penggarap, industri rumah tangga, pedagang asongan,
pedagang keliling, pedagang kaki lima dan pemulung. Sedangkan usaha kecil
tradisional adalah usaha kecil yang menggunakan alat produksi sederhana
yang telah digunakan secara turun-temurun, atau berkaitan dengan seni dan
commit to user
b. Prinsip dan Tujuan Pemberdayaan UMKM
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah merupakan tonggak dari perekonomian
Indonesia. Sektor ini mempunyai peran yang sangat besar dalam perekonomian
negara. Sebagian besar penduduk Indonesia bekerja pada sektor ini, sehingga
pemerintah harus lebih memperhatikan dari kelangsungan UMKM di
Indonesia. Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
diharapkan dapat memenuhi kewajiban negara dalam rangka memberikan
kesempatan bekerja seluas-luasnya bagi setiap warga negara.
Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) mempunyai
prinsip dan tujuan. Sesuai dengan pasal 1 UU No. 20 Tahun 2008,
pemberdayaan UMKM merupakan tanggungjawab Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat secara sinergis dalam
bentuk penumbuhan iklim dan pengembangan usaha terhadap Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah sehingga mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha
yang tangguh dan mandiri.
Berdasarkan pasal 4 dan pasal 5 UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM,
prinsip dan tujuan pemberdayaan UMKM adalah sebagai berikut:
1) Prinsip pemberdayaan UMKM:
a) Penumbuhan kemandirian, kebersamaan dan kewirausahaan untuk
berkarya dengan prakarsa sendiri.
b) Mewujudkan kebijakan publik yang transparan, akuntabel dan
berkeadilan.
c) Pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan berorientasi pasar
sesuai dengan kompetensi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
d) Peningkatan daya saing Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
e) Penyelenggaraan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian secara
terpadu.
2) Tujuan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah:
a) Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang,
commit to user
b) Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri; dan
c) Meningkatkan peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam
pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan
pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari
kemiskinan.
c). Tantangan dan permasalahan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
Tantangan yang dihadapi pengusaha mikro dan kecil dapat dibagi dalam
dua kategori: Pertama, bagi pengusaha mikro dan kecil dengan omset kurang
dari Rp 50 juta umumnya tantangan yang dihadapi adalah bagaimana menjaga
kelangsungan hidup usahanya. Bagi mereka, umumnya asal dapat berjualan dengan “aman” sudah cukup. Kedua, bagi pengusaha dengan omset antara Rp 50 juta hingga Rp 1 milyar, tantangan yang dihadapi jauh lebih kompleks.
Biasanya mereka mulai memikirkan untuk melakukan ekspansi usaha lebih lanjut. Berdasarkan pengamatan Pusat Konsultasi Pengusaha Kecil UGM
(dalam Kuncoro,2000:8) menyatakan bahwa: