• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Efektivitas Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Make A Match terhadap Prestasi Belajar IPA pada Siswa Kelas III SD Negeri Karangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Semester II Tah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Efektivitas Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Make A Match terhadap Prestasi Belajar IPA pada Siswa Kelas III SD Negeri Karangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Semester II Tah"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

39 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Karangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Semester II Tahun Ajaran 2014/2015 dengan subjek penelitian siswa kelas III. Kelas III di SD N Karangtengah merupakan kelas paralel yang terdiri dari kelas III A dan III B. Kelas III A merupakan kelas yang peneliti pilih sebagai kelas kontrol dengan jumlah 20 siswa yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan. Kelas III B adalah kelas yang peneliti pilih sebagai kelas kontrol dengan jumlah 20 siswa yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. Sekolah Dasar Negeri Karangtengah terletak di kelurahan Karangtengah dusun Beran RT: 05, RW: 05, Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.

SD N Karangtengah mempunyai 3 tingkatan kelas paralel, yaitu kelas 1 kelas 3 dan kelas 5. SD N Karangtengah mempunyai 15 ruangan dengan rincian 9 kelas untuk kelas 1 sampai kelas 6, 1 ruang kantor guru, 1 ruang Kepala Sekolah, 1 perpustakaan, 1 UKS, 1 ruang komputer dan 1 dapur. Keadaan ruang kelas di SD N Karangtengah sudah baik dengan penerangan dan ventilasi yang cukup baik, terdapat 3 kelas yang baru saja di renovasi yaitu kelas III A, III B, dan kelas IV. Di SD N Karangtengah juga terdapat 3 toilet yang terdiri dari 2 toilet untuk siswa laki-laki dan perempuan, dan 1 toilet guru. Tenaga pengajar di SD N Karangtengah sudah cukup, yaitu terdapat1 kepala sekolah dan 14 guru yang terdiri dari 9 guru kelas, 1 guru bahasa inggris, 1 guru agama islam, 1 guru agama kristen, 1 guru agama budha, dan 1 guru olahraga.

4.1.1 Pelaksanaan Penelitian

(2)

SDN Karangtengah, peneliti melakukan observasi terhadap subyek penelitian, dan didapat data bahwa di SDN Karangtengah terdapat kelas 3 tingkatan kelas paralel yaitu kelas 1, kelas 3, dan kelas 5. Peneliti mengambil penelitian di kelas 3 dengan pertimbangan bahwa di kelas tersebut khususnya dalam mata pelajaran IPA, masih banyak siswa yang belum memenuhi KKM yang telah ditentukan yaitu 72. Setelah itu peneliti meminta program semester kepada guru kelas 3 untuk menentukan materi yang akan diajarkan kemudian dibuat kisi-kisi instrumen soal tes. Kemudian membuat instrumen soal pretest dan posttest berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat. Selanjutnya peneliti mengujicobakan terlebih dahulu soal pretest dan posttest di SDN Tlogo untuk mengetahui kelayakan soal yang dibuat. Dari hasil uji coba didapat 30 soal yang layak untuk digunakan yang akan diberikan kepada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Setelah soal dianggap valid peneliti melakukan pretest di kelas eksperimen dan kontrol untuk mengetahui bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dari kedua kelompok tersebut. Dari analisis hasil uji homogenitas berdasarkan nilai pretest tingkat signifikansi terletak pada angka 0,186 yang berarti tidak tedapat perbedaan yang signifikan terhadap dua kelompok tersebut.

Setelah semua tahap persiapan dilaksanakan, selanjutnya peneliti melaksanakan tahap pelaksanaan yaitu dengan melaksanakan pembelajaran dengan model kooperatif tipe make a match pada kelas eksperimen, dan melaksankan pembelajaran secara konvensional pada kelas kontrol. Pada kelas eksperimen dilakukan penelitian pada tanggal 24 dan 25 April 2015, dan pada kelas kontrol dilakukan penelitian pada tanggal 20 dan 24 April 2015.

(3)

Tabel 4.1

Jadwal Pelaksanaan Penelitian di SDN Karang Tengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2014 / 2015

NO Hari/ Tgl Urian Kegiatan

1 Senin, 9 Maret 2015 Meminta izin kepada kepala sekolah dan melakukan wawancara terhadap guru kelas 3A dan 3B.

2 Kamis, 12 Maret 2015 Observasi pembelajaran pada kelas 3A dan 3B.

3 Jumat, 10 April 2015 Memberikan pretes kepada kelas

eksperimen dan kelas kontrol.

5 Senin, 13 April 2015 Menyerahkan RPP pada guru dan

melakukan revisi.

6 Senin, 20 April 2015 Petemuan 1: Mengamati jalannya

pembelajaran di kelas kontrol oleh guru di kelas kontrol dengan menggunakan metode konvensional

7 Jum’at, 24 April 2015 Pertemuan 1: Pada kelas eksperimen dilakukan penyampaian materi dan perlakuan.

8 Jum’at 24 April 2015 Pertemuan 2: Mengamati jalannya pembelajaran di kelas kontrol oleh guru

dengan menggunakan metode

konvensional

9 Sabtu, 25 April 2015 Pertemuan 2: Pada kelas eksperimen dilakukan penyampaian materi dan perlakuan.

(4)

4.2 Hasil Penelitian

Dalam penelitian ini akan diuraikan hasil penelitian dari variabel pembelajaran Make a Match dan Prestasi belajar.

4.2.1 Penerapan Make a Match

Pembelajaran cooperative learning tipe make a match adalah pembelajaran yang menekankan kepada pembelajaran secara berkelompok dimana antar setiap anggota saling bekerjasama satu sama lain. Pembelajaran tipe make a match dapat menumbuhkan rasa antusias siswa terhadap pembelajaran yang akan dilaksanakan selain itu siswa menjadi lebih mudah untuk berinteraksi dengan temannya. Deskripsi pembelajaran make a match dapat dilihat dari hasil observasi. Observasi dilakukan pada saat peneliti melakukan perlakuan terhadap kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran make a match. Lembar observasi yang digunakan berdasarkan dengan ketentuan-ketentuan atau langkah-langkah pembelajaran make a match. Observasi tindakan dilakukan oleh guru kelas III B yaitu ibu Umi Kusminah yang memantau secara langsung saat proses pembelajaran sedang berlangsung. Dari hasil observasi dapat diketahui bahwa pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti berjalan dengan baik sesuai dengan langka-langkah dari pembelajaran make a match. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel observasi berikut:

Tabel 4.2

Hasil Observasi Tindakan Penerapan Make A Match Hasil Observasi Tindakan Pertemuan 1

Aspek Kegiatan yang diamati 0 1 2 3 4

Kegitan Awal

Guru memeriksa kesiapan siswa √

Guru memberikan salam dan

mengajak siswa berdo’a √

Guru memberikan apersepsi sesuai dengan materi yang akan disampaikan

Guru menjelaskan tujuan

pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai.

Guru memberikan soal pre test √

Kegiatan Inti

Eksplorasi

Siswa menyimak materi pengertian cuaca yang diberikan oleh guru.

Siswa menyimak gambar macam-macam cuaca.

(5)

macam simbol cuaca.

Siswa mengamati proses terjadinya hujan melalui gambar.

Siswa menyimak penjelasan guru tentang proses terjadinya hujan.

Elaborasi

Siswa mendengarkan arahan guru tentang pembelajaran make a match.

Guru menyiapkan beberapa kartu yang terdiri dari kartu soal dan kartu jawaban.

Masing-masing siswa mendapatkan kartu.

Siswa memikirkan pasangan dari kartu yang dipegangnya. pasangannya membacakan kartunya didepan kelas.

Konfirmasi

Guru bersama siswa melakukan tanya jawab berkaitan dengan materi yang disampaikan. siswa untuk menanyakan materi yang kurang jelas.

Hasil Observasi Tindakan Pertemuan II

Aspek Kegiatan yang diamati 0 1 2 3 4

Kegiatan Awal

Guru memeriksa kesiapan siswa √

Guru memberikan salam dan

mengajak siswa berdo’a √

Guru memberikan apersepsi sesuai dengan materi yang akan disampaikan

Guru menjelaskan tujuan

pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai.

Kegiatan Inti

Eksplorasi

Guru menjelaskan materi tentang pengaruh kondisi cuaca terhadap kegiatan manusia

(6)

hubungan antara cuaca dengan pakaian yang dikenakan manusia.

Elaborasi

Siswa mendengarkan arahan guru tentang pembelajaran make a match.

Guru menyiapkan beberapa kartu yang terdiri dari kartu soal dan kartu jawaban.

Masing-masing siswa mendapatkan kartu.

Siswa memikirkan pasangan dari kartu yang dipegangnya. pasangannya membacakan kartunya didepan kelas.

Konfirmasi

Guru bersama siswa melakukan tanya jawab berkaitan dengan materi yang disampaikan.

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan materi yang kurang jelas.

(7)

Pada tabel hasil observasi penelitian kedua dapat dilihat bahwa peneliti juga sudah memenuhi kriteria dari pembelajaran make a match dalam tabel 4.2 terlihat bahwa peneliti sudah melaksanakan semua prosedur yang ada. berdasarkan hasil observasi pada pertemuan kedua dari total keseluruhan 17 item terdapar 3 item yang berskor 3, dan 14 item yang berskor 4.

Berdasarkan kedua hasil observasi yang sudah dilakukan oleh peneliti, dapat dikatakan bahwa peneliti sudah melaksanakan semua pembelajaran sesuai dengan kriteria dari make a match baik itu pada pembelajaran pertama maupun pada pembelajaran kedua.

4.2.2 Penerapan Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi. Dalam pembelajaran konvensional biasanya guru lah yang menjadi sumber belajar, artinya segala macam ilmu pengertahuan hanya berasal dari guru. Deskripsi pembelajaran konvensional dapat dilihat dari hasil observasi. Observasi dilakukan pada saat peneliti mengamati jalannya pembelajaran di kelas kontrol oleh guru dengan menggunakan model konvensional. Dari hasil observasi dapat dilihat bahwa pembelajaran sudah dilakukan sesuai dengan kriteria-kriteria yang diamati. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel observasi berikut:

Tabel 4.3

Hasil Observasi Tindakan Pembelajaran Konvensional Hasil Observasi Tindakan Pertemuan 1

Aspek Kegiatan yang diamati 0 1 2 3 4

Kegiatan Awal

Guru memeriksa kesiapan siswa √

Guru memberikan salam dan

Guru menjelaskan tujuan

pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai.

Guru memberikan soal pre test √

Kegiatan Inti

Eksplorasi

Siswa menyimak materi

pengertian cuaca yang diberikan oleh guru.

(8)

Siswa menyimak gambar macam-macam cuaca.

Siswa menyimak gambar macam-macam simbol cuaca.

Siswa mengamati proses

terjadinya hujan melalui gambar.

Siswa menyimak penjelasan guru tentang proses terjadinya hujan.

Elaborasi

Siswa diminta mengerjakan soal latihan secara mandiri.

Siswa diminta maju kedepan kelas untuk membacakan jawaban dari soal yang baru dikerjakan.

Konfirmasi

Guru bersama siswa melakukan tanya jawab berkaitan dengan materi yang disampaikan.

Kegiatan Akhir

Guru mengulas kembali materi yang disampaikan

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan materi yang kurang jelas.

Guru memberikan refleksi √

Guru mengakhiri pembelajaran dengan salam penutup.

Hasil Observasi Tindakan Pertemuan 2

Aspek Kegiatan yang diamati 0 1 2 3 4

Kegiatan Awal

Guru memeriksa kesiapan siswa √

Guru memberikan salam dan

Guru menjelaskan tujuan

pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai.

Kegiatan Inti

Eksplorasi

Guru menjelaskan materi tentang pengaruh kondisi cuaca terhadap kegiatan manusia

Guru menjelaskan materi tentang hubungan antara cuaca dengan pakaian yang dikenakan manusia.

Elaborasi

Siswa diminta mengerjakan soal latihan secara mandiri.

(9)

Siswa diminta maju kedepan kelas untuk membacakan jawaban dari soal yang baru dikerjakan.

Konfirmasi

Guru bersama siswa melakukan tanya jawab berkaitan dengan materi yang disampaikan.

Kegiatan Akhir

Guru mengulas kembali materi yang disampaikan

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan materi yang kurang jelas.

Guru memberikan refleksi √

Guru mengakhiri pembelajaran dengan salam penutup.

Berdasarkan kedua data hasil observasi pada kelas kontrol menggunakan model pembeajaran konvensional, didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa guru dalam menerapkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konvensional sudah melaksanakan semua pembelajaran sesuai dengan kriteria yang ada baik itu pada pembelajaran pertama maupun pada pembelajaran kedua.

4.2.3 Prestasi Belajar

Prestasi belajar siswa dapat dilihat dari ketuntasan belajar siswa yang didapat dari nilai pretest dan posttest. Nilai pretest adalah nilai yang didapat dari siswa sebelum siswa diberikan perlakuan. Nilai posttest adalah nilai yang didapat dari siswa sesudah siswa diberikan perlakuan. Nilai-nilai pretest dan posttest didapat dari kelas kontrol dan kelas eksperimen. Nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) pelajaran IPA adalah 72.

a. Ketuntasan Belajar Siswa Kelompok Kontrol Tabel 4.4

Nilai pretest dan posttest kelompok kontrol siswa kelas III B SD Negeri Karangtengah tahun ajaran 2014/ 2015

Kategori Range Pretest Posttest

F % f %

Tuntas 72 – 100 6 30% 16 80%

Tidak tuntas 0 – 71 14 70% 4 20%

Jumlah 20 20

(10)

St. Deviasi 10,689 12,356

Min 43 43

Maks 80 93

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa ketuntasan pretest kelas kontrol sebesar 30% dari total keseluruhan 100%. Dengan nilai pretest minimal kelas kontrol adalah 43 dan nilai pretest maksimal kelas kontrol adalah 80 dengan jumlah rata-rata keseluruhan nilai sebesar 65,05. Setelah diberi perlakuan ketuntasan posttest kelas eksperimen sebesar 80%. Dengan nilai postttest minimal kelas kontrol adalah 43 dan nilai maksimal kelas kontrol adalah 93 dengan jumlah rata-rata keseluruhan nilai sebesar 79,85. Dengan demikian dapat dilihat bahwa juga terjadi peningkatan nilai sebelum diberi perlakuan dan nilai sesudah diberi perlakuan, tetapi peningkatan nilai protest tidak bisa mencapai kriteria ketuntasan 100%.

b. Ketuntasan Belajar Siswa Kelompok Eksperimen Tabel 4.5

Nilai pretest dan posttest kelompok eksperimen siswa kelas III B SD Negeri Karangtengah tahun ajaran 2014/ 2015

Kategori Range Pretest Posttest

F % F %

Tuntas 72 – 100 9 45% 20 100%

Tidak tuntas 0 – 71 11 55% 0 0

Jumlah 20 20

Mean 67,00 87,90

St. Deviasi 10,726 5,379

Min 43 73

Maks 80 93

(11)

Setelah mendapatkan perlakuan, nilai posttest kelas eksperimen adalah sebesar 100% dengan nilai posttest minimal kelas eksperimen adalah 73 dan nilai posttest maksimal kelas eksperimen adalah 93 dengan jumlah rata-rata keseluruhan nilai posttest adalah 87,90. Dengan demikian dapat dilihat bahwa terjadi penigkatan terhadap nilai sebelum dilakukan perlakuan dengan nilai sesudah dilakukan perlakuan, dan nilai sesudah mendapatkan perlakuan bisa mencapai pada kriteria ketuntasan 100%.

Setelah melakukan pembelajaran cooperative learning tipe make a match, peneliti melakukan evaluasi pembelajaran yang digunakan untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah pembelajaran berlangsung. Data hasil belajar siswa kelas III B kelompok eksperimen SDN Karangtengah dengan nilai tertinggi 93 dan nilai terendah 73 dengan siswa sebanyak 20 siswa, maka dapat dibuat tabel frekuensi yang terdapat jumlah kelas, interval kelas, dan frekuensi yaitu dengan rumus:

Jumlah kelas = 1 + 3,3 logn

Jumlah kelas = 1 + 3,3 logn

= 1 + 3,3 log20

= 1 + 3,2933

= 4,2933 (dibulatkan menjadi 4)

Range = (nilai maksimal – nilai minimal) + 1

= (93 - 73) + 1

= 21

Interval = range jumlah kelas

=

21

4

= 5,2 (dibulatkan menjadi 5)

(12)

Tabel 4.6

Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Posttest Kelompok Eksperimen

No Interval presentase skor

Eksperimen Kriteria

Frek %

1. 89 – 93 12 60% Tuntas

2. 84 – 88 3 15% Tuntas

3. 79 – 83 4 20% Tuntas

4. 74 – 78 0 0% Tuntas

5. Nilai ≤ 73 1 5% Tidak Tuntas

Dari tabel frekuensi prestasi kelas kontrol diatas, dapat dilihat bahwa

hanya terdapat 1 siswa dengan presentase 5% mendapatkan nilai ≤ 73 dengan kriteria tidak tuntas. Terdapat 4 siswa dengan presentase 20% yang mendapat nilai dikisaran 79 – 83 dengan kriteria tuntas. Terdapat 3 siswa dengan presentase 15% dikisaran nilai 84 – 88 dengan kriteria tuntas. Dan terdapat 12 siswa dengan presntase 60 % dikisaran nilai 89 – 92 dengan kriteria tuntas. Dengan kenyataan tersebut dapat diketahui bahwa prestasi belajar kelas kontrol dapat dikatakan bagus sekali karena lebih dari setengah dari total siswa keseluruhan mendapatkan kriteria baik sekali.

4.3 Perbandingan Nilai Pretest – Posttest

(13)

Gambar 4.1 Diagram Batang Pretest dan Posttest Kelas Kontrol

Pada kelas eksperimen rata – rata pretest kelas eksperimen sebelum mendapakan perlakuan adalah 67,00. Setelah mendapat perlakuan dengan menggunakan Cooperative Learning tipe Make a match yang diberikan oleh peneliti nilai rata – rata posttest meningkat menjadi 87,90. Peningkatan rata – rata nilai pretes ke posttest kelas eksperimen adalah 20,9. Dapat dilihat pada gambar 4.2.

Gambar 4.2 Diagram batang Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen

Perbandingan nilai rata-rata hasil belajar IPA pretest-posttest antara kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat melalui diagram batang sebagai berikut.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

pretest posttest

pretest

posttest

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

pretest posttest

pretest

(14)

Gambar 4.3 Diagram Batang Peningkatan Pretest-Posttest kelas eksperimen dan kontrol

4.4 Hasil Uji Prasyarat

Teknik analisis data digunakan untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran yang digunakan terhadap prestasi belajar. Agar kesimpulan yang diambil tidak menyimpang maka syarat dari uji t-test adalah uji homogenitas dan uji normalitas.

4.4.1 Uji Homogenitas Data

Uji homogentitas digunakan untuk menguji apakah kelas eksperimen dan kelas kontrol tersebut homogen, artinya bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan diantara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Data yang digunakan untuk uji homogenitas adalah nilai hasil pre test yang dilakukan di kelas kontrol dan kelas eksperimen. Pengukuran uji homogenitas menggunakan program SPSS 20 for windows yaitu dengan melihat tabel Test of Homogenety of Variances.Syarat suatu sampel dikatakan homogen adalah apabila nilai sig > 0,05, dan jika sig < 0,05 maka sampel dinyatakan tidak homogen.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

kontrol eskperimen

pretest

(15)

Tabel 4.7

Hasil Uji Homogenitas Data Pretest Kelas Kontrol dan Eksperimen SD Negeri Karangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1,869 4 11 ,186

Dari tabel Test of Homogenity of Variances dapat dilihat bahwa tingkat signifikan atau probabilitas terletak pada angka 0,186 itu berarti nilai data pretest lebih besar dari 0,05 yang dapat diartikan bahwa varians yang dimiliki oleh sampel yang bersangkutan seragam atau homogen dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan.

4.4.2 Uji Normalitas Data

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel telah berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas sebaran data untuk variabel terikat yaitu posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji kolmogrov simirnov dengan menggunakan bantuan program SPSS 20 for windows. Syarat suatu data dikatakan berdistribusi normal jika signifikansi atau nilai p > 0,05.

Tabel 4.8

Hasil Uji Normalitas Data Posttest Kelas Kontrol dan Eksperimen SD Negeri Karangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

eksperimen kontrol

N 20 20

Normal

Paramete

rsa,b

Mean 87,90 79,85

Std. Deviation 5,379 12,356

Most

Extreme

Difference

s

Absolute ,252 ,205

Positive ,172 ,144

Negative -,252 -,205

Kolmogorov-Smirnov Z 1,126 ,916

(16)

Dari tabel hasil uji homogenitas data dapat dilihat bahwa kelompok eksperimen mempunyai nilai sig sebesar 0,158 lebih besar dari 0,05 itu berarti kelompok eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan kelompok kontrol mempunyai nilai sig sebesar 0,371 lebih besar dari 0,05 itu berarti bahwa kelompok kontrol berdistribusi normal. Dengan demikian, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol keduanya berdistribusi normal dan sudah memenuhi syarat untuk dilakukan uji t.

4.5 Hasil Uji Hipotesis

Setelah melakukan pengujian normalitas dan homogenitas, jika data yang diperoleh berdistribusi normal dan homogen, maka langkah terakhir adalah melakukan pengujian hipotesis yaitu dengan melakukan uji perbedaan pada prestasi hasil belajar. Pengujian menggunakan uji statistik parametrik, yaitu menggunakan uji-t atau independent sample T-test independent. Melalui uji t dalam penelitian ini diharapkan dapat menemukan perbedaan yang signifikan terhadap prestasi belajar yang diajarkan dengan model pembelajaran make a match dan prestasi belajar yang diajar dengan model pembelajaran konvensional.

Menurut Ridwan dan Sunarto (2009: 128) uji t ini dilakukan dengan membandingkan nilai thitung dengan ttabel pada tingkat α = 0,05. Jika thitung ≥ ttabel dan

Sig ≤ 0,o5 maka H1diterima dan Ho ditolak.

Tabel 4.9

Uji Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil F hitung levene’s test sebesar 1,641 > 0,05, maka dapat diketahui bahwa kedua populasi memiliki varian

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of Variances

t-test for Equality of Means

(17)

(2-yang sama atau dengan kata lain kedua kelas tersebut homogen. Dari tabel terlihat bahwa nilai t adalah 2,396 dengan probabilitas signifikasi 0,022 < 0,05 berarti Ho ditolak dan H1 diterima dengan demikian berarti ada perbedaan yang signifikan antara nilai posttest kelas eksperimen dan nilai pretest kelas kontrol. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penggunaan Cooperative Learning tipe Make a Math dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan prestasi hasil belajar siswa kelas 3 SDN Karangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.

4.6 Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD N Karangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang dengan sampel kelas III A yang berjumlah 20 siswa yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan. Pada saat peneliti melakukan observasi di kelas saat pembelajaran berlangsung, terlihat bahwa siswa tidak begitu semangat dan antusias saat pembelajaran sedang berlangsung. Hal itu dibuktikan dengan masih banyaknya siswa yang berbicara dengan temannya saat pelajaran berlangsung, selain itu tidak sedikit juga siswa yang terlihat melamun dan tidak konsentrasi saat guru sedang menjelaskan suatu materi. Hal tersebut terjadi karena guru hanya menggunakan model pembelajaran konvensional yang hanya cenderung melakukan ceramah saat pelajaran berlangsung sehingga siswa menjadi bosan dan tidak antusias untuk mengikuti pelajaran. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran kurang sesuai dengan karakter siswa dan materi yang akan diajarkan. Akan tetapi pada saat peneliti melakukan perlakuan di kelas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match, siswa terlihat lebih antusias saat mengikuti pelajaran. Hal itu dikarenakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dirancang sebagai pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa, di dalam pembelajaran tersebut selain siswa dapat lebih mendalami suatu materi, siswa juga akan belajar dengan suasana yang baru yang pastinya akan membuat siswa menjadi lebih antusias dalam pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pernyataan Lorna Curran (Lie, 2007: 55), “salah satu keunggulan teknik make a match adalah siswa mencari pasangan sambil belajar

(18)

Pada penerapan pembelajaran kooperatif tipe make a match, diperoleh bebrapa temuan bahwa dengan menerapkan make a match dapat memupuk kerjasama siswa dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang ada ditangan mereka, proses pembelajaran lebih menarik dan tampak sebagian besar siswa antusias dalam mengikuti proses pembelajaran, keaktifan siswa tampak sekali pada saat mencari pasangan dari kartunya. Selanjutnya penerapan make a match dapat membangkitkan keingintahuan dan kerjasama diantara siswa serta mampu menciptakan kondisi yang menyenangkan. Hal ini sesuai dengan tuntutan dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) bahwa pelaksanaan proses pembelajaran mengikuti standar kompetensi, yaitu berpusat pada siswa, mengembangkan keingintahuan dan imajinasi, memiliki semangat mandiri, bekerja sama, dan kompetensi menciptakan kondisi yang menyenangkan, mengembangkan beragam kemampuan dan pengalaman belajar.

(19)

berarti hanya ada 9 siswa yang mencapai pada batas KKM yaitu 72. Sedangkan pada posttest pencapaian KKM mencapai 100% yaitu dibuktikan dengan terdapat 20 siswa yang memperoleh nilai dikisaran 72-100 dan tidak ada siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM yang telah ditentukan.

Hal yang sama juga dikemukakan oleh penelitian yang dilakukan oleh

peneliti terdahulu yaitu Milya Angreranti pada tahun 2012 tentang “Pengaruh

Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Terhadap Hasil Belajar IPA Berdasarkan Gender Sisiwa Kelas V SDN 01 Kabupaten Grobogan

Semester 2 Tahun Pelajaran 2011/2012”. Penelitian tersebut menyimpulkan

bahwa dengan penerapan metode kooperatif tipe make a match dapat memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa dibuktikan dengan rata-rata nilai kelompok eksperimen lebih tinggi dibanding dengan rata-rata nilai kelompok kontrol, yaitu nilai rata-rat kelompok kontrol adalah 59,00 dan nilai rata-rata kelompok eksperimen adalah 83,00.

(20)

mata pelajaran IPA. Sesuai dengan uraian pembahasan hasil penelitian diatas dapat dibuat implikasi secara teoritis dan implikasi praktis yaitu sebagai berikut:

a. Implikasi Teoritis

Berdasarkan kegiatan belajar mengajar yang telah dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe make a match dapat dilihat bahwa dengan menggunakan model pembelajaran tersebut, siswa menjadi lebih aktif dan antusias dalam mengikuti pelajaran. Model pembelajaran tersebut sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran IPA, karena model tersebut dapat melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran baik aktif secara fisik maupun mental, selain itu pembelajaran cooperative learning tipe make a match dapat memberikan kondisi belajar yang tepat dalam mengembangkan kemampuan berfikir dan kreatif secara optimal, karena pelajaran IPA merupakan pelajaran yang tidak hanya mengandalkan peengetahuan saja, tetapi juga harus bisa menimbulkan sikap kritis siswa terhadap suatu fenomena yang terjadi maka pembelajaran IPA dengan menggunakan model tersebut dirasa cukup tepat untuk diimplikasikan dalam pembelajran khususnya mata pelajaran IPA.

(21)

b. Implikasi Praktis

Gambar

Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian di SDN Karang Tengah Kecamatan
Tabel 4.3 Hasil Observasi Tindakan Pembelajaran Konvensional
Tabel 4.4 Nilai pretest dan posttest kelompok kontrol siswa kelas III B SD
Tabel 4.5 Nilai pretest dan posttest kelompok eksperimen siswa kelas III B SD
+6

Referensi

Dokumen terkait

No Nama Penyedia Hasil Evaluasi Administrasi 1 KAP.. Kumalahadi,Kuncara,Sugen g Pamudji

konservatif berusaha melestarikan status quo, sementara yang lainnya berusaha kembali kepada nilai-nilai dari zaman yang lampau, Orang-orang konservatif memusatkan konsentrasi

a) Akar Imajiner, dapat terjadi jika &#34; nilai diskriminannya kurang dari 0 (D &lt; 0), maka persamaan kuadrat, tidak mempunyai dua akar imajiner &#34;. b) Determinan, yang

Membuktikan bahwa adanya amilum pada daun sebagai hasil fotosintesis. - Menutup sebagian daun ubi kayu yang belum terkena sinar

 Ikatan Logam adalah disebut golongan I karena bervalensi I, Pada Kristal logam atom-atom nya membentuk suatu ikatan yang dikenal dengan nama ikatan logam, misaln nya padan Na,

Syukur Alhamdulilah Kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan segala Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ PENGARUH

Dari pembahasan diatas kami dapat menyimpulkan bahwa hasil pemikiran dari para fsikawan pada zaman Yunani Kuno sudah memberikan kontribusi yang banyak bagi dunia ini, hingga

 Laporan Kelompok Kerja II mengenai dampak dan adaptasi perubahan iklim dikeluarkan awal April 2007, membeberkan perkiraan ancaman bencana di