Faktor Internal dan Eksternal yang Memengaruhi
Kepatuhan Pajak Pada Pekerja Profesional: Studi
Percobaan Analisa Statistik
1Warka Syachbrani2
warka.syachbrani@mail.ugm.ac.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor internal maupun eksternal dari wajib pajak dengan latar belakang pekerjaan professional terhadap kepatuhannya menyelesaikan kewajiban pajak. Data penelitian ini bersumber dari survey dengan kuesioner menggunakan pertanyaan tentang variabel-variabel penelitian. Responden yang digunakan sejumlah 115 orang akuntan. Data di uji dengan menggunakan Analisis Regresi Berganda. Hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa tinggi rendahnya tingkat kepatuhan pajak sangat besar kemungkinan ditentukan oleh tinggi-besarnya pula tingkat kedasaran diri secara personal oleh wajib pajak. Sedangkan kualitas pelayanan perpajakan dan ancaman hukuman atas kelalaian pajak tidak mempengaruhi tinggi-rendahnya tingkat kepatuhan pajak.
Kata kunci: Perpajakan, Tax Compliance, Personal Awareness, Quality of Tax
Services, Tax Neglience Penalties.
Pendahuluan
Sepanjang catatan sejarah dari berdirinya Negara ini, pajak telah menjadi komponen yang paling besar jumlahnya dalam postur anggaran setiap tahunnya. Selain pendapatan dari sektor lain dan utang, Pemerintah menjalankan tugas dan wewenangnya dalam menyelenggarakan Negara menggunakan dana pajak yang dikumpulkan dari masyarakat Indonesia.
Meskipun jumlahnya kian bertambah jumlahnya setiap tahun, pajak sebenarnya
masih memiliki angka uncollectable yang masih cukup besar. Data Direktorat
Jenderal Pajak menunjukkan bahwa realisasi penerimaan tahun 2013 hanya sebesar 29,48 trilyun atau sekitar 31,76% dari jumlah pengumpulan yang ditargetkan.
1
Paper tugas Pelatihan Analisis Statistika
2
Terdapat beberapa literatur yang telah melakukan pengkajian tentang bagaimana memaksimalkan pengumpulan pajak. Munari (2005) menemukan bahwa kepatuhan para wajib pajak di Indonesia sangat dipengaruhi oleh kesadaran sendiri dari para wajib pajak untuk melaporkan secara jujur besaran pajak terutangnya. Sedangkan Mardiasmo (2009) menemukan bahwa hal yang dapat menyebabkan masyarakat untuk patuh membayarkan kewajiban pajaknya adalah tekanan peraturan dalam hal ini Undang-undang Perpajakan yang didalamnya menegaskan tentang sanksi yang akan diperoleh para wajib pajak yang telah lalai dalam melaksanakan kewajibannya kepada Negara tersebut.
Kedua literatur tersebut kurang lebih menggambarkan bahwa faktor internal dan eksternal dari wajib pajak sama-sama memiliki pengaruh pada prilaku masyarakat dalam kaitannya melakukan pembayaran pajak sesuai dengan kewajiban mereka yang telah ditentukan. Oleh karenanya, peneliti ingin mencari dan menguji faktor-faktor apa saja yang memungkinkan untuk mempengaruhi kepatuhan pajak para wajib pajak.
Dari kerangka pemikiran kritis diatas, peneliti kemudian bermaksud untuk melakukan studi empiris untuk menemukan faktor-faktor apa saja yang memengaruhi tingkat kepatuhan pajak para wajib pajak di Indonesia. Selanjutnya peneliti mengajukan pertanyaan penelitian; (1) Apakah kesadaran pribadi wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak yang merupakan pekerja professional? (2) Apakah kualitas pelayanan kantor pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak yang merupakan pekerja professional? (3) Apakah ancaman sanksi atas kelalaian pajak berpengaruh terhadap wajib pajak yang merupakan pekerja professional?
Studi ini melakukan pengujian faktor-faktor yang memengaruhi Kepatuhan Pajak (Tax Compliance) dengan variabel independen; Kesadaran Pribadi (Personal Awareness) sebagai faktor internal, Kualitas Pelayanan Perpajakan (Quality of Tax Services) dan Sanksi Kelalaian Pajak (Tax Neglience Penalties) sebagai faktor eksternal.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor internal maupun eksternal dari wajib pajak dengan latar belakang pekerjaan professional terhadap kepatuhannya menyelesaikan kewajiban pajak.
Teori dan Hipotesis
Faktor Internal terhadap Kepatuhan Pajak
Faktor internal yang paling berpengaruh dalam pengambilan keputusan seorang
menemukan bahwa kesadaran wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Sedangkan Soemarso (1998) mengemukakan bahwa kesadara perpajakan masyarakat yang rendah menjadi salah satu penyebab banyaknya potensi pajak yang tidak terjaring.
H1: Kesadaran wajib pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib
pajak
Faktor Eksternal terhadap Kepatuhan Pajak
Kami menetapkan dua faktor yang berpengaruh kuat terhadap kepatuhan pajak,
yakni kualitas pelayan kantor pajak (quality of services) dan adanya ancaman
sanksi atas kelalaian pajak (tax neglience penalties). Burton et al. (2010)
mengemukakan bahwa selain harus memiliki kompetensi atau keahlian dalam menangani perpajakan, fiskus juga haru memiiki motivasi yang tinggi sebagai pelayan publik untuk menyediakan layanan perpajakan yang berkualitas. Disisi lain, adanya ancaman sanksi pajak merupakan penjamin bahwa peraturan perundang-undangan perpajakan akan dituruti, ditaati, dan dipatuhi, dengan demikian sanksi perpajakan merupakan sarana yang digunakan untuk mencegah pelanggaran norma perpajakan (Mardiasmo, 2009).
H2: Tingkat pelayanan perpajakan berpengaruh positif terhadap
kepatuhan wajib pajak
H3: Ancaman sanksi pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib
pajak
Metodologi
Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini digunakan alat analisis regresi berganda. Penggunaan alat analisis ini sesuai dengan sifat data dan tujuan
KESADARAN
KUALITAS
ANCAMAN SANKSI
KEPATUHAN
Faktor Internal
penelitian serta memenuhi asumsi alat analisis regresi berganda. Penelitian ini bersifat dependensi dimana variabel bebas dan terikat diketahui secara jelas. Penelitian ini melibatkan tiga variabel bebas (independen) dan satu variabel terikat (dependen). Variabel-variabel yang masuk kedalam variabel bebas adalah kesadaran pribadi (PA), kualitas pelayanan pajak (QS), dan sanksi atas kelalaian pajak (TNP). Sedangkan variabel terikatnya adalah kepatuhan pajak (TC). Semua variabel yang terlibat mempunyai skala interval yang diukur dengan menggunakan skala likert.
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menunjukkan adanya hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat. Lebih jauh, untuk dapat memperkirakan perubahan nilai variabel terikat berdasarkan perubahan nilai variabel bebas. Tujuan inilah yang dapat difasilitasi dengan analisis regresi berganda. Analisis regresi berganda memungkinkan untuk dapat menunjukkan hubungan, arah hubungan serta kekuatan hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Setelah arah hubungan itu diketahui analisis regresi dapat memperkirakan perubahan nilai variabel dependen melalui perubahan nilai variabel independennya.
Obyek penelitian ini adalah akuntan yang bekerja pada kantor-kantor akuntan publik (KAP) yang ada di Kota Yogyakarta. Hal ini dikarenakan para akuntan yang bekerja di perusahan keprofesian mereka akan memiliki tingkat keprofesionalan yang tinggi. Sampel dalam penelitian diambil dengan metode purposive sampling, dengan kriteria yang digunakan adalah mempunyai masa kerja minimal tiga tahun di perusahaan (KAP) tersebut, sehingga dianggap dengan masa kerja tersebut komitmen karyawan terhadap organisasi sudah dapat terlihat.
Menurut Roscoe (dalam Sekaran, 2010), rule of thumb mengenai ukuran sampel
dalam penelitian umumnya berjumlah antara 30-500 responden. Ukuran sampel (sample size) yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 115 orang responden.
Pengukuran untuk semua variabel: kepatuhan pajak (TC), kesadaran pribadi (PA); kualitas palayanan (QS); sanksi pajak (TNP) masing-masing terdiri dari 5 item pertanyaan. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert 1-5. Indikator yang diukur menggunakan skala likert mempunyai 5 alternatif jawaban, yaitu:
1. Sangat Tidak Setuju (STS)
2. Tidak Setuju (TS)
3. Netral (N)
4. Setuju (S)
Hasil
Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu instrument yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk suatu penelitian. Menurut Hair et
al. (2010), reliabilitas merupakan serangkaian indikator gagasan laten yang
konsisten dalam pengukuranya. Indikator gagasan yang dapat dipercaya sangat berhubungan, menunjukan bahwa mereka semua mengukur gagasan laten yang sama. Ketika reliabilitas menurun, indikator menjadi kurang konsisten, sehingga menjadi indikator gagasan laten yang buruk.
Pengujian reliabilitas menggunakan Cronbach Alpha. Suatu variabel dikatakan
reliabel jika memiliki nilai Cronbach Alpha > 0.60. Berikut nilai Cronbach Alpha
dari variabel-variabel yang kami ujikan tersaji dalam tabel output SPSS dibawah
ini. Diketahui bahwa nilai cronbach alpaha untuk variabel Kepatuhan Pajak (TC)
sebesar 0.79, Kesadaran Pribadi (PA) sebesar 0.47 (kurang reliable), Kualitas
Pelayanan Pajak (QS) sebesar 0.53, dan Sanksi Kelalaian Pajak (TNP) sebesar 0.62. Pada umumnya semua variabel memiliki reliabilitas baik kecuali PA dan QS.
Reliabilitas untuk pertanyaan Kepatuhan Pajak (TC)
Reliability Statistics
Reliabilitas untuk pertanyaan Kesadaran Pribadi (PA)
Cronbach's
Reliabilitas untuk pertanyaan Kualitas Pelayanan Pajak (QS)
Reliability Statistics
Reliabilitas untuk pertanyaan Sanksi Kelalaian Pajak (TNP)
TNP1 TNP2 TNP3 TNP4 TNP5
Uji validitas dilihat dengan melihat korelasi skor antara masing-masing item pertanyaan dalam kuesioner dengan total skornya. Berdasarkan output SPSS diketahui bahwa seluruh item pertanyaan variabel dinyatakan valid.
Validitas untuk pertanyaan Kepatuhan Pajak (TC)
Correlations
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Validitas untuk pertanyaan Kesadaran Pribadi (PA)
PA2
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).
Validitas untuk pertanyaan Kualitas Layanan (QS)
Correlations
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).
Validitas untuk pertanyaan Sanksi Kelalaian Pajak (TNP)
Sig. (1-tailed) .481 .193 .057 .101 .000
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).
Pengujian Asumsi Klasik
Uji Multikoliniaritas
Multikolinieritas dapat dilihat dari VIF dengan bantuan software SPSS 20 for
windows, jika VIF < 10 maka tingkat kolinieritas dapat ditoleransi. Hasil pengujian dapat dilihat pada output. Dari output dapat diketahui bahwa nilai VIF
kurang dari 10 sehingga dapat disimpulkan dalam model penelitian ini tidak
a. Dependent Variable: TC
Uji Autokorelasi
Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi menggunakan Uji
Durbin-Watson (DW Test). Hasil autokorelasi dapat dilihat pada lampiran dan
menunjukkan nilai DW sebesar 0.738. Pengambilan keputusan pada analisis ini menggunakan dua nilai bantu yang diperoleh dari tabel Durbin-Watson yaitu dL dan dU untuk k berupa jumlah variabel bebas dan n adalah jumlah sampel.
Model R R Square Adjusted R
a. Predictors: (Constant), TNP, PA, QS
b. Dependent Variable: TC
Dengan alpha sebesar 5% pengujian autokorelasi dengan n sebanyak 115 dan k sebanyak 3 mendapatkan nilai dU sebesar 1,613 dan dL sebesar 1,736.
3 – dU = 3 – 1,613 = 1,387 3 – dL = 3 – 1,736 = 1,264
Hasil perhitungan DW sebesar 0,738 berada diantara 0 sampai dL dengan
kesimpulan bahwa terdapat gejala autokorelasi pada model ini.
Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas dilakukan dengan uji glejser. Hasil pengujian dapat dilihat pada output:
t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
a. Dependent Variable: Absut
Dari output dapat diketahui hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai sig. > alpha
(0,05). Dapat disimpulkan tidak terdapat heterokedastisitas dalam model
penelitan ini.
Uji Normalitas
Pengujian menggunakan Uji Kolmogorov Smirnov. Hasil menunjukkan nilai
signifikansi (Asymptotic sign.) 0.101 > 0,05 maka distribusi data menyebar
dengan normal. Sehingga dapat disimpulkan semua variabel berdistribusi
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 115
Normal Parametersa,b Mean 0E-7
Std. Deviation 3.75091735
Most Extreme Differences
Absolute .114
Positive .080
Negative -.114
Kolmogorov-Smirnov Z 1.222
Asymp. Sig. (2-tailed) .101
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Pengujian Hipotesis
Analisis Regresi Berganda
Pada output regresi dapat dibuat persamaan regresi linier berganda yang berasal
dari angka Standardized Coefficients sebagai berikut:
TC = 0.320 PA - 0.03 QS + 0.104 TNP
Secara statistik persamaan regresi tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut:
a. 0.320 = Apabila Kesadaran Pribadi (PA) mengalami kenaikan koefisien
regresi sebesar 1 satuan, maka Kepatuhan Pajak (TC) akan mengalami peningkatan sebesar 0.320 satuan.
b. -0.03 = Apabila Tingkat Kualitas Pelayanan Pajak (QS) mengalami
kenaikan koefisien regresi sebesar 1 satuan, maka Kepatuhan Pajak (TC) akan mengalami kenaikan sebesar 0.03 satuan.
c. 0.104 = Apabila Ancaman Sanksi Pajak (TNP) mengalami kenaikan
koefisien regresi sebesar 1 satuan, maka Kepatuhan Pajak (TC) akan mengalami kenaikan sebesar 0.104 satuan.
Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) mengukur kemampuan model menerangkan variasi
pada variabel dependen. Karena adanya variasi yang relatif tinggi pada data cross
Nilai koefisien determinasi pada tabel diatas sebesar 0.116, menunjukkan bahwa variasi-variasi yang terjadi pada variabel independen hanya menjelaskan 11,6% Kepatuhan Pajak, sedangkan 88,4% variasi lainnya dijelaskan oleh variasi lain diluar model tersebut.
a. Predictors: (Constant), TNP, PA, QS b. Dependent Variable: TC
Uji Signifikan Simultan
Uji F menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam
model mempunyai pengaruh secara simultan (bersama-sama) terhadap variabel
dependen. Untuk menguji signifikansi ini digunakan statistik F dapat dilakukan
dengan membandingkan nilai Fhitung dengan nilai Ftabel. Bila nilai Fhitung > Ftabel
maka Ha diterima, yaitu variabel-variabel independen yang terdapat didalam model secara simultan mempengaruhi variabel dependen.
ANOVAa
a. Dependent Variable: TC
b. Predictors: (Constant), TNP, PA, QS
Pada tabel diatas didapat nilai Fhitung sebesar 4,855, sedangkan Ftabel (α = 0.05)
untuk df pembilang = Jumlah variabel -1 = 4-1= 3, dan df penyebut = Jumlah data
(n) – jumlah variabel = 115 – 4 = 111, maka F Tabel 0,05 (3,92) = 2,71. Karena F
hitung (4,855) > F tabel (2,71), maka Ha diterima. Atau dapat melihat dengan
nilai signifikansinya, jika lebih kecil dari taraf signifikasi (
= 0,05), maka modeldapat diterima. Probabilitasnya yaitu sebesar 0,000 < 0,05 maka model persamaan ini dapat diterima. Jadi, variabel Kesadaran Pribadi (PA), Kualitas Pelayanan Pajak (QS) dan Sanksi Kelalaian Pajak (TNP) secara simultan atau bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel Kepatuhan Pajak (TC).
Untuk menguji hipotesis dapat dilihat dengan membandingkan nilai thitung dengan
ttabel. Apabila nilai thitung > ttabel maka gagal menolak Ha, yang berarti variabel
independen secara individual mempengaruhi variabel dependen. Dapat juga melihat nilai signifikansi, jika < 0.05 maka Ha diterima.
Coefficientsa
a. Dependent Variable: TC
Berdasarkan table diatas, maka hasil dari uji hipotesis adalah sebagai berikut:
o Hipotesis pertama, nilai thitung sebesar 3,572 dengan nilai signifikan (0,001) < (0,05), maka Ho ditolak dan hipotesis alternatif terdukung. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kesadaran pribadi wajib pajak akan kewajibannya untuk membayar pajak berpengaruh positif signifikan terhadap kepatuhan membayar pajak.
o Hipotesis kedua, nilai thitung sebesar 0,039 dengan nilai signifikan (0,969) > (0,05), maka Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat kualitas pelayanan perpajakan tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan membayar pajak.
o Hipotesis ketiga, dengan nilai thitung1,160 dengan nilai signifikan (0,249) > (0,05), maka Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa ancaman
sanksi atas kelalaian pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap
kepatuhan membayar pajak.
Kesimpulan
Dari hasil berbagai runtutan pengujian atas data penelitian ini, maka dapat disimpulkan beberapa hal. Pertama, salah satu dimensi faktor internal dari wajib
pajak, yakni tingkat kesadaran pribadi (personal awareness) terbukti berpengaruh
positif secara signifikan terhadap kepatuhan untuk membayar pajak (tax
secara personal oleh wajib pajak. Kedua, bahwa dari kedua-kedua dimensi faktor eksternal dari wajib pajak ternyata tidak mempengaruhi secara signifikan tingkat kepatuhan pajak seseorang. Artinya, tinggi-rendahnya tingkat kepatuhan pajak tidak bergantung pada baik-buruknya kualitas pelayanan perpajakan ataupun adanya ancaman sanksi atas kelalaian membayar pajak.
Referensi
Arum, Puspa, Harjandi. 2012. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan
Fiskus, Dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Melakukan Kegiatan Usaha Dan Pekerjaan Bebas. Skripsi Tidak Terpublikasi. Semarang: Universitas Diponegoro.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
19 Edisi 5. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hair, J. F., Black, W. C., Babin, B. J., Anderson, R. E., & Tatham, R. L.
2010. Multivariate data analysis (Vol. 7). Upper Saddle River, NJ: Prentice
Hall.
Ilyas, B., Wirawan, & Burton, Richard. 2010. Hukum Pajak. Jakarta: Salemba
Empat.
Mardiasmo. 2009. Perpajakan. Edisi Revisi 2009. Yogyakarta. Penerbit Andi
Munari. 2005. Pengaruh Faktor Tax Payer Terhadap Keberhasilan Penerimaan
PPH. Jurnal Eksekutif, Volume2 ,No.2.
Sekaran, Uma, & Bougie, Roger. 2010. Research Methods for Business: A Skill
Building Approach,5th Edition. John Wiley & Sons.
Soemarso S.R. 1998, Dampak Reformasi Perpajakan 1984 Terhadap
EfisiensiSistem Perpajakan Indonesia, Ekonomi dan Keuangan Perpajakan