• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Inteligensi dengan Kepribadian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Inteligensi dengan Kepribadian"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

iv Padang.

Masalah dalam penelitian ini dilatarberlakangi oleh adanya perilaku tertutup atau sulit bergaul pada siswa SMP Negeri 5 Batusangkar. Bentuk perilaku ini dilihat dari pergaulan siswa SMP Negeri 5 Batusangkar di lingkungan tempat tinggal. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal yang mungkin membuat anak menjadi tertutup atau sulit bergaul seperti pola asuh orang tua, kegiatan sekolah yang banyak serta tugas sekolah yang diberikan oleh guru di sekolah. Adapun sisi lain yang dilihat dari aspek inteligensi, ternyata siswa yang memiliki inteligensi diatas rata-rata memiliki kepribadian yang beragam, di sekolah ada yang hanya sibuk dengan urusannya, dan ada yang mudah bergaul dengan siapa saja yang ia kenali. Hal ini diketahui dari hasil observasi dan wawancara dengan guru bimbingan dan konseling di SMP Negeri 5 Batusangkar.

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan ada atau tidaknya hubungan antara inteligensi dengan kepribadian siswa kelas VII SMP Negeri 5 Batusangkar. rancangan penelitian ini menggunakan metode korelasi kuantitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah skala psikologi, yang berpedoman pada skala guttman yang terkait dengan skala inteligensi dan skala kepribadian dengan jumlah instrrumen skala inteligensi sebanyak 60 aitem dan skala kepribadian sebanyak 29 aitem. Alat tersebut telah teruji validitas dan reliabilitasnya.Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan korelasi product moment dengan menggunakan bantuan komputer program statistical program from social science (SPSS) versi18.0.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, pertama dari skala inteligensi didapati bahwa dari 58 responden terdapat 3 responden atau setara dengan 5 % memiliki inteligensi jenius, 27 responden atau setara dengan 27 % memiliki inteligensi very superior dan sebanyak 28 responden atau setara dengan 48 % yang memiliki inteligensi superior. Dapat dikatakan bahwasanya responden rata-rata memiliki inteligensi yang superior.Kedua, pada skala kepribadian didapati bahwa 13 responden atau setara dengan 22 % memiliki kepribadian ekstrovert, 30 reponden atau setara dengan 52 % memiliki inteligensi introvert, dan 15 responden atau setara dengan 26 responden memiliki kepribadian ekstrovert/introvert. Dapat dikatakan bahwasanya responden lebih dominan memiliki kepribadian yang introvert. Ketiga, adanya hubungan antara inteligensi dengan kepribadian pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Batusangkar. Diperoleh nilai rhitung > rtabel berarti 0,275 > 0,211yang

(2)

v

Batusangkar, dengan demikian hipotesis yang diajukan terbukti.

(3)

1 A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk yang sempurna diciptakan oleh Allah dibanding dengan makhluk lainnya. Manusia pada dasarnya diciptakan sebagai suci dan beriman (Aliah, 2006 : 41).

Manusia sebagai makhluk sempurna yang diciptakan oleh Allah dan dilahirkan sebagai makhluk yang suci dan beriman. Suci berarti bersih dan Beriman yang dimaksudkan berkaitan dengan keadaan jiwa manusia yang dekat dengan Sang Pencipta yakni Allah SWT.

Melalui al-Qur’an, Allah memberikan rahasia-rahasia tentang manusia. Oleh karena itu, jika ingin mengetahui manusia lebih nyata, benar dan sungguh-sungguh maka al-Qur’an memberikan gambaran manusia (Shaleh, Abdul

Rahman, 2005 : 49) sebagai berikut :

a) Menggunakan kata yang terdiri dari huruf Alif, Nun danSin semacaminsan, ins, nasatauunas.

(4)

Dalam al-Qur’an, kata insan digunakan untuk menunjukkan manusia dengan seluruh totalitas, jiwa dan raga. Perbedaan antara sesama itu karena perbedaan fisik, mental dan kecerdasan dalam Irfan dikutip dari M. Quraish Shihab (2003 :280)

b) Menggunakan KataBasyar.

Penggunaan kata basyar dengan penyebutan untuk semua manusia, memberikan arti adanya persamaan umum yang selalu menjadi ciri pokok, yaitu kenyataan lahiriyah yang menempati ruang dan waktu serta terikat oleh hukum alamiahnya.

c) Menggunakan kataBani Adam, danZuriyat Adam.

Kehidupan manusia tidak terlepas dari orang lain, artinya dalam kehidupannya manusia akan berinteraksi dan bergaul dengan sesama manusia. Dalam al-Qur’an dinyatakan :





(5)

Ayat di atas menyatakan bahwa terjalinnya hubungan satu sama lain di antara manusia merupakan suatu ketetapan dari Allah SWT, hubungan yang ada terjalin dari berbeda-bedanya ciptaan manusia yang diciptakan oleh Allah SWT. Ada perempuan, ada yang laki-laki, bersuku dan berbangsa supaya mereka manusia saling mengenal.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, hubungan sosial atau tanggung jawab yang diemban oleh setiap manusia merupakan suatu komponen dalam kehidupan manusia, di mana manusia akan saling ketergantungan dengan orang di sekitarnya, baik itu keluarga, teman, dan guru di sekolah. Hubungan yang dijalin dengan baik akan menimbulkan efek yang baik bagi individu. Sebaliknya jika hubungan yang dijalin dengan buruk, maka akan berdampak negatif (buruk) terhadap kehidupan individu itu sendiri.

Elemen yang umum dari semua hubungan akrab adalah saling ketergantungan (interdependen), suatu asosiasi interpersonal di mana dua orang secara konsisten mempengaruhi kehidupan satu sama lain, memusatkan pikiran dan emosi mereka terhadap satu sama lain, dan secara teratur terlibat dalam aktivitas bersama sebisa mungkin (Baron, Byrne, 2005 : 5).

(6)

jika manusia tidak peduli dengan hubungan dengan orang lain, maka ia tidak akan bisa bergabung dan berinteraksi dengan orang lain yang ada disekitarnya.

Setiap keluarga akan di anugerahkan anak sekaligus amanah (titipan) yang Allah berikan, baik itu anak laki-laki ataupun perempuan. Oleh karena itu, orang tua hendaknya memperhatikan kebutuhan dan perkembangan anak-anaknya agar mereka tumbuh dan berkembang menjadi anak yang sehat jasmani, rohani, memiliki intelegensi yang tinggi serta berakhlakul karimah (berakhlak baik).

Inteligensi digambarkan sebagai kecerdasan, kepintaran, ataupun kemampuan untuk memecahkan problem yang dihadapi. Inteligensi juga sering disebut dengan intelektual. Intelektual merupakan kemampuan kognitif yang dimiliki oleh setiap individu, kemampuan ini dibawa semenjak lahir dan akan berkembang seiring dengan perjalanan perkembangan kehidupan individu.

Sofyan (2013 :55-56) menyatakan beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan kehidupan individu, yaitu faktor nutrisi, stimulasi dan sarana. Jika lingkungan mendukung dalam perkembangan intelektual seperti faktor nutrisi, stimulasi dan sarana tersebut, maka individu akan lebih mudah dalam mencapai prestasi-prestasi yang ada.

(7)

orang tua sebagai orang terdekat bagi anak bisa ada untuk mendampingi dan mendengar keluh kesah anak, bisa mendengarkan dan memenuhi kebutuhan yang diperlukan anak, maka anak akan merasa nyaman dan aman berada di lingkungan keluarga. Tetapi jika sebaliknya, anak akan merasa sepi dan banyak menghabiskan waktu dengan teman-teman di sekolah ataupun teman-teman di lingkungan masyarakat dibandingkan dengan di dalam lingkungan keluarga.

WHO dalam Sarwono (2010: 11-12) memberikan defenisi tentang remaja yang lebih bersifat konseptual. Dalam defenisi tersebut dikemukakan tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis, dan sosial ekonomi, sehingga secara lengkap defenisi tersebut adalah sebagai berikut :

Remaja adalah suatu masa di mana ;

1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai pada saat ia mencapai kematangan seksual.

2. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.

3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaaan yang relatif lebih mandiri.

(8)

mempunyai banyak teman dan bisa menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan di mana ia berada. Kemudian remaja juga akan memiliki sifat dan sikap yang peduli terhadap lingkungan. Di samping itu, kematangan kognitif remaja akan mempengaruhi bagaimana intelektual dan prestasi remaja.

Remaja yang memiliki kecerdasan intelektual, belum tentu remaja tersebut juga memiliki kecerdasan sosial. Fakta menyatakan bahwa siswa berbakat tinggi mempunyai konsep diri positif terhadap akademik, akan tetapi mempunyai hubungan sosial negatif (Asrori, 2009). Kecerdasan sosial yang dimaksud berhubungan dengan interaksi atau hubungan sosial remaja itu sendiri, pada hakikatnya hubungan sosial di dapat dilihat dari bagaimana individu dalam belajar sosial di dalam kehidupannya. Menurut Albert Bandura (dalam Walgito, 2011 : 36) perilaku dibentuk melalui model atau observasi. Karena itu, teorinya Bandura juga disebut sebagai teori belajar observasional (observational learning theory), yang merupakan bentuk pembelajaran asosiatif (associative learning).

Penguatan dipandang sebagai respon fasilitator (facilitator respons) karena diperoleh nilai penguatan yang positif. Teori Bandura juga sering disebut teori hubungan stimulus-mediasional (meditational-stimulus contiguity theory).

(9)

Dalam perkembangannya sebagai seorang remaja, remaja akan memunculkan banyak sifat dan sikap yang salah satunya akan berkaitan dengan kepribadiannya. Kepribadian ini lah yang akan banyak memunculkan berbagai perubahan. Kepribadian adalah suatu organisasi dinamik dalam sistem psikofisik individu yang menentukan penyesuaiannya yang unik dengan lingkungannya (Alwisol, 2004 :275). Menurut Jung sikap kepribadian dapat dibedakan menjadi dua yaitu sikap kepribadian ekstrovert dan sikap kepribadian introvert. Apabila orientasi segala sesuatu ditentukan oleh faktor-faktor objektif, faktor-faktor luar, maka orang yang demikian dikatakan memiliki orientasi yang ektrovert. Sebaliknya jika ada orang yang mempunyai tipe dan orientasi introvert, dimana dalam menghadapi sesuatu, faktor-faktor yang berpengaruh adalah faktor subjektif yaitu faktor-faktor yang berasal dari dunia batin sendiri.

Orang dengan tipe kepribadianekstrovertmemiliki ciri-ciri periang, sering berbicara lebih terbuka dan lebih dapat bersosialisasi. Sedangkan ciri-ciri orang dengan tipe kepribadian introvert adalah memiliki sifat pemalu, tidak banyak bicara dan cenderung berpusat pada diri sendiri. Tipe kepribadian yang dimiliki ini akan mempengaruhi bagaimana individu dalam menghadapi lingkungan dimana ia berada.

(10)

sekitarnya. Fauziah dalam Asrori (2009) mengatakan bahwa fakta di atas juga di perkuat oleh penelitian yang dilakukan terhadap 231 siswa (usia 15-19 tahun) yang terdiri dari masing-masing 77 siswa yang berbakat tinggi (higly gifted student), siswa berbakat sedang (moderate gifted student), siswa non berbakat

(non gifted student) pada sekolah SMU di Semarang dan Yogyakarta. Penelitian tersebut menunjukkan siswa berbakat tinggi cenderung lebih formal dalam bersosialisasi, lebih menyukai kesendirian atau kurang menyukai stimulasi sosial dan cenderung mempunyai altruisme yang rendah. Lain halnya dengan siswa-siswa kelas VII SMP Negeri 5 Batusangkar, mereka memiliki kegiatan hubungan sosial yang berbeda. Hal ini diketahui dari hasil observasi yang telah penulis lakukan.

Batusangkar adalah salah satu kota kecil yang terletak di Provinsi Sumatera Barat. Di Kota Batusangkar terdapat 4 Sekolah Menengah Pertama Negeri dan satu Madrasah Tsanawiyah Negeri. Di antara sekolah yang ada di Batusangkar salah satu Sekolah Menengah Pertamanya adalah Sekolah Menengah Negeri 5 Batusangkar.

(11)

menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi berlandaskan iman dan taqwa. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, kurikulum SMP Negeri 5 Batusangkar disusun dengan mempertimbangkan kebutuhan dan potensi yang ada, serta dikembangkan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran dengan program layanan keunggulan untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik SMP Negeri 5 memiliki berbagai program unggulan yang akan diberikan kepada para siswa-siswinya.

Untuk penerimaan siswa-siswi baru, sekolah memiliki standar penerimaan antara lain (1) Siswa-Siswi yang juara atau peringkat 1-3 di SD sebelumnya (2) mengikuti ujian tulis akademik (3) mengikuti ujian membaca al-Qur’an (4)

mengikuti tes potensi akademik (IQ) (5) mengikuti tes keagamaan.

Standar penerimaan siswa-siswi baru sesuai dengan standar yang telah dibuat sekolah, seperti untuk melihat kemampuan akademik, tes yang dilakukan adalah tes IQ. Untuk melihat kemampuan membaca al-Qur’an, tes yang dilakukan

sesuai dengan standar seperti makharijul huruf yang jelas, panjang pendek bacaan, tajwid dan lain sebagainya yang berkenaan dengan al-Qur’an. Untuk

(12)

Dari hasil observasi yang telah penulis lakukan di SMP Negeri 5 Batusangkar pada tanggal 28 Oktober 2016 pukul 09.40 – 10.05 Wib, penulis melihat dari 69 orang siswa/siswi kelas VII di SMP Negeri 5 Batusangkar, dari mereka yang 69 orang tersebut baik laki-laki maupun perempuan ada yang hanya berdiam diri duduk di tempat duduknya, ada yang bermain dengan teman-temannya, ada yang berlari-lari di depan kelas menuju lantai 1, ada yang diskusi tentang pelajaran di sekolah pada waktu jam istirahat, ada yang makan, dan ada yang pergi shalat dhuha. Hal ini di tunjukkan dari tabel dibawah ini :

Tabel 1.

Hasil Observasi Awal

No Indikator

Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3

L P L P L P

1 Jiwanya tertutup - - -

-2 Sukar bergaul 1 2 1 1 1 2

3 Sukar berhubungan dengan orang lain

1 2 1 1 1 2

4 Kurang dapat menarik hati orang lain

- - -

-5 Penyesuaiannya dengan dunia luar kurang baik

- - -

-Sumber : Hasil Penelitian Pendahuluan

(13)

ditunjukkan dari hasil tes IQ, rapport dan prestasi-prestasi yang di peroleh oleh siswa/siswi kelas VII di SMP Negeri 5 Batusangkar.

Berikut ini adalah petikan wawancara penulis dengan guru BK SMP Negeri 5 Batusangkar mengenai interaksi atau hubungan siswa/siswi kelas VII disekolah, yang terdapat di bawah ini :

“Kalau di sekolah anak-anak biasanya akan sibuk dengan urusan mereka masing-masing ketika jam istirahat, ada yang berkelompok-kelompok untuk makan, ada yang berkelompok untuk diskusi mandiri, ada yang hanya diam saja sendiri. Tapi kebanyakan anak saling berinteraksi dengan teman sekelasnya (Afri Neldawati, 7 Oktober 2017 )”

Di lingkungan sekolah siswa/siswi SMP Negeri 5 akrab dengan teman-teman di kelas dan dengan teman-teman-teman-teman yang berlainan kelas. Tetapi ketika sudah pulang ke rumah dan berada di lingkungan rumah, siswa/siswi jarang bergaul dan jarang keluar rumah kecuali ada keperluan keluar rumah dengan orang tua dan untuk berangkat ke sekolah.

Dari pengamatan sementara penulis beranggapan bahwa sikap mandiri, menyendiri dan tertutup yang ada pada siswa/siswi akan mempengaruhi hubungan sosial mereka terhadap kehidupan di lingkungan sekolah dan di lingkungan masyarakat. Apakah karena faktor remaja tersebut memang memiliki kepribadian tertutup (introvert), ataukah karena hal lain yang menyebabkan remaja kurang bersosialisasi dengan lingkungannya.

(14)

“Hubungan Inteligensi Dengan Kepribadian Pada Siswa kelas VII SMP Negeri 5 Batusangkar Tahun Ajaran 2016/2017”.

B. Rumusan Masalah Dan Batasan Masalah 1. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini yang menjadi batasan-batasan masalah adalah sebagai berikut:

a) Apakah kategori tingkat inteligensi pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Batusangkar?

b) Apakah kategori kepribadian pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Batusangkar?

c) Apakah ada hubungan inteligensi dengan kepribadian pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Batusangkar?

2. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis perlu menjelaskan apa yang menjadi rumusan masalah penelitian. Adapun yang menjadi rumusan

dalam penelitian ini adalah “apakah terdapat hubungan inteligensi dengan kepribadian pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Batusangkar?”

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut :

(15)

2. Untuk menjelaskan kategori tingkat kepribadian pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Batusangkar.

3. Untuk menguji ada atau tidaknya hubungan inteligensi dengan kepribadian pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Batusangkar.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Tambahan khazanah keilmuan bagi peneliti sebagai calon sarjana Psikologi Islam dengan mengkaji tentang hubungan inteligensi dengan kepribadian pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Batusangkar.

b. Tambahan khazanah keilmuan bagi peneliti lain yang tertarik pada judul ini serta instansi terkait khususnya dalam bidang Psikologi kepribadian. c. Untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu

pengetahuan khususnya bidang Psikologi Islam dan menerapkan teori-teori yang sudah dikemukakan sebelumnya.

2. Manfaat Praktis

(16)

3. Manfaat Bagi Peneliti

Penelitian ini merupakan kesempatan untuk menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh selama kuliah. Hasil penelitian ini dapat memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar S. Psi (Sarjana Psikologi) Di Jurusan Psikologi Islam Fakultas Ushuluddin IAIN Imam Bonjol Padang.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN

Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah dan batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Dalam bab ini berisi tentang landasan teori yang mendasar tiap-tiap variabel, kerangka konseptual dan pembentukan hipotesa.

BAB III : METODE PENELITIAN

(17)

BAB IV : PEMBAHASAN

Berisikan tentang hasil penelitian dan pembahasan, yang terdiri dari persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, deskripsi data penelitian, analisis data, hasil penelitian yang meliputiInteligensi danKepribadian pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Batusangkar, dan yang terakhir pembahasan.

BAB V : PENUTUP DAN SARAN

(18)

16

LANDASAN TEORI A. Inteligensi

1. Pengertian Inteligensi

Alfred binet, seorang tokoh utama perintis pengukuran inteligensi bersama Theodore Simon mendefinisikan inteligensi sebagai terdiri dari tiga komponen yaitu (a) kemampuan untuk mengarahkan fikiran atau mengarahkan tindakan, (b) kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan tersebut telah dilaksanakan, dan (c) kemampuan untuk mengkritik diri sendiri atau melakukan autocriticism. Dan Lewis Madison Terman juga mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan seseorang untuk berfikir secara abstrak, sedangkan H. H. Goddard pada tahun 1946 mendefinisikan inteligensi sebagai tingkat kemampuan pengalaman seseorang untuk menyelesaikan masalah-masalah yang langsung dihadapi dan untuk mengantisipasi masalah-masalah yang akan datang (dalam Azwar, 2006 :5)

(19)

arah tindakan, dan kemampuan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi oleh individu itu sendiri.

Morgan, dkk (dikutip dari Walgito, 2010 :211) menyatakan ada dua pendekatan yang pokok dalam memberikan definisi mengenai inteligensi itu, yaitu (1) pendekatan yang melihat faktor-faktor yang membentuk inteligensi itu, yang sering disebut sebagai pendekatan faktor atau teori faktor, dan (2) pendekatan yang melihat proses intelektual itu sendiri, yang sering dipadang sebagai teori orientasi-proses (process-oriented theoris).

Pendekatan inteligensi yang dimaksud oleh Morgan yaitu berhubungan dengan faktor pendekatan yang akan membentuk inteligensi baik itu faktor dari semenjak ia lahir, maupun faktor luar yaitu lingkungan yang akan membentuk inteligensi masing-masing individu, dan pendekatan yang melihat dari proses yang dialami oleh individu dalam meningkatkan inteligensi yang dimilikinya.

Dalam memahami hakikat inteligensi, Maloney dan Ward (dalam Azwar, 2006 :11) mengemukakan empat pendekatan umum yaitu :

1. Pendekatan Teori Belajar

(20)

dipergunakan oleh individu untuk memperoleh bentuk-bentuk perilaku baru.

2. Pendekatan Neurobiologis

Pendekatan neuro-biologis beranggapan bahwa inteligensi memiliki dasar anatomis dan biologis. Perilaku inteligen menurut pendekatan ini, dapat ditelusuri dasar-dasar neuro-anatomis dan proses neurofisiologisnya. 3. Pendekatan Psikometris

Ciri utama dalam pendekatan ini adalah adanya anggapan bahwa inteligensi merupakan suatu konstrak (consruct) atau sifat (trait) psikologis yang berbeda-beda kadarnya bagi setiap orang.

4. Pendekatan Teori Perkembangan

Dalam teori perkembangan, studi inteligensi dipusatkan pada masalah perkembangan inteligensi secara kualitatif dalam kaitannya dengan tahap-tahap perkembangan biologis individu.

Dari berbagai pendekatan yang telah dijelaskan diatas, dapat dipahami bahwa inteligensi yang dimiliki oleh masing-masing individu tidak lepas dari berbagai faktor pendukung, yang dijalani oleh masing-masing individu untuk memelihara dan meningkatkan inteligensi.

(21)

dimiliki dan ada pada setiap individu, tetapi juga akan didukung oleh faktor luar yaitu lingkungan di mana individu tersebut tinggal. Selanjutnya, inteligensi juga akan berkembang apabila adanya dukungan dan perhatian intens dari orang-orang terdekat.

2. Syarat - Syarat Orang Yang Inteligen

Purwanto (2010 :54) mengatakan bahwa suatu perbuatan dapat dianggap inteligen, bila memenuhi beberapa syarat antara lain :

a. Masalah yang dihadapi sedikit banyaknya merupakan masalah yang baru bagi yang bersangkutan

b. Perbuatan inteligen sifatnya serasi tujuan dan ekonomis. Untuk mencapai tujuan yang hendak diselesaikannya, dicarinya jalan yang dapat menghemat waktu maupun tenaga.

c. Masalah yang dihadapi, harus memandang suatu tingkat kesulitan bagi yang bersangkutan.

d. Keterangan pemecahannya harus dapat diterima oleh masyarakat.

e. Dalam berbuatan inteligen seringkali menggunakan daya meng-abstraksi. Pada waktu berpikir, tanggapan-tanggapan dan ingatan-ingatan yang tidak perlu harus di singkirkan.

f. Perbuatan inteligen bercirikan kecepatan. Proses pemecahannya relatif cepat, sesuai dengan masalah yang dihadapi.

g. Membutuhkan pemusatan perhatian dan menghindarkan perasaan yang mengganggu jalannya pemecahan masalah yang sedang dihadapi.

(22)

saja yang dilakukan. Bila semua syarat yang dikatakan di atas terpenuhi maka individu yang bersangkutan dapat dikatakan orang yang memiliki inteligensi yang tinggi atau dapat dikatakan orang yang inteligen.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inteligensi Seseorang

Purwanto (2010 :55-56) mengatakan Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi inteligensi, sehingga terdapat perbedaan inteligensi seseorang dengan yang lain ialah :

a. Pembawaan: Pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat dan ciri-ciri yang

dibawa sejak lahir. “batas kesanggupan”, yakni dapat tidaknya

memecahkan suatu soal, pertama-tama ditentukan oleh pembawaan kita. Orang itu ada yang pintar dan ada yang bodoh. Meskipun menerima latihan dan pelajaran yang sama, perbedaan-perbedaan itu masih tetap ada.

b. Kematangan: Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan telah matang jika ia telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.

c. Pembentukan: Pembentukan ialah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan inteligensi. Dapat dibedakan pembentukan sengaja (seperti di sekolah) dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh alan sekitar).

d. Minat dan pembawaan yang khas: Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu.

e. Kebebasan: Kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode tertentu dalam memecahkan masalah-masalah.

(23)

individu, antara lain; pembawaan (genetik), kematangan (fisik dan psikis), pembentukan, minat dan bawaan yang khas, serta kebebasan. Kemudian, untuk menentukan inteligen atau tidaknya seorang anak, kita hanya dapat berpedoman kepada salah satu faktor di atas karena lebih dapat melihat secara spesifik atau khusus apakah anak yang dimaksud memiliki inteligensi yang tinggi, menengah atau rendah dalam perkembangan inteligensinya.

4. Teori-Teori Inteligensi

Yusuf (2011 :107-110) mengemukakan beberapa teori inteligensi, yaitu sebagai berikut :

a. Teori “Two Factors”

Teori ini dikemukakan oleh Charles Spearman. Dia berpendapat bahwa inteligensi itu meliputi kemampuan umum yang diberi kode “g” (general factors), dan kemampuan khusus yang diberi kode “s” (specific

factors). Setiap individu memiliki kedua kemampuan ini yang keduanya menentukan penampilan atau perilaku mentalnya.

b. Teori “Primary Mental Abilities”

Teori ini dikemukakan oleh Thurstone. Dia berpendapat bahwa teori inteligensi merupakan penjelmaan dari kemampuan primer, yaitu (a) kemampuan berbahasa: verbal comprehension; (b) kemampuan mengingat memory; (c) kemampuan nalar atau berpikir logis; reasoning; (d) kemampuan tilikan ruang; spatial factor; (e) kemampuan bilangan; numerical ability; (f) kemampuan menggunakan kata-kata; word fluency; dan (g) kemampuan mengamati dengan cepat dan cermat; perceptual speed.

c. Teori “Multiple Intelligence“

Teori ini dikemukakan oleh J.P Guildford dan Horward Gardner. Guilford berpendapat bahwa inteligensi itu dapat dilihat dari tiga kategori

dasar aatu “faces of intellect”, yaitu sebagai berikut :

1) Operasi mental (proses berpikir)

(24)

b) Memory retention (ingatan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari)

c) Memory recording (ingatan yang segera)

d) Divergent production (berpikir melebar = banyak kemungkinan jawaban)

e) Convergent production (berpikir memusat = hanya satu jawaban/alternatif)

f) Evaluasi (mengambil keputusan tentang apakah sesuatu itu baik akurat, atau memadai)

2) Content (isi yang dipikirkan)

a) Visual (bentuk konkret atau gambaran) b) Auditory

c) Word meaning (semantic)

d) Symbolic (informasi dalam bentuk lamvang, kata-kata, angka dan not musik)

e) Behavioral (interaksi non-verbal yang diperoleh melalui penginderaan, ekspresi muka atau suara)

3) Product (hasil berpikir)

a) Unit (item tunggal informasi)

b) Kelas (kelompok aitem yang memiliki sifat-sifat yang sama) c) Relasi (keterkaitan antar informasi)

d) Sistem (kompleksitas bagian yang saling berhubungan)

e) Transformasi (perubahan, modifikasi atau redefinisi informasi) f) Implikasi (informasi yang merupakan saran dari informasi item lain) d. Teori “ Triachic Of Intelligence”

Teori ini dikemukakan oleh Robert Stenberg. Teori ini merupakan pendekatan proses kognitif untuk memahami inteligensi. Stenberg

mengartikannya sebagai suatu “deskripsi tiga bagian kemampuan mental”

(proses berpikir, mengatasi pengalaman atau masalah baru, dan penyesuaian terhadap situasi yang dihadapi) yang menunjukkan tingkah laku inteligen. Dengan kata lain tingkah laku inteligen itu merupakan produk (hasil) dari penerapan strategi berpikir, mengatasi masalah-masalah baru secara kreatif dan cepat, dan penyesuaian terhadap konteks dengn menyeleksi dan beradaptasi dengan lingkungan.

(25)

di tersebut, penulis memakai teori two factors dalam pembahasan inteligensi, karena teori two factors lebih sederhana dan mudah dalam memahaminya, serta bisa diaplikasikan dalam penelitian ini.

B. Kepribadian

Kepribadian atau psyche adalah mencakup keseluruhan fikiran, perasaan dan tingkah laku, serta kesadaran atau ketidaksadaran. Kepribadian membimbing orang untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik. Sejak awal kehidupan, kepribadian adalah kesatuan atau berpotensi membentuk kesatuan. Ketika mengembangkan kepribadian, orang harus berusaha mempertahankan kesatuan dan harmoni antar semua elemen kepribadian. Carl Gustav Jung mendefinisikan kepribadian disusun oleh sejumlah sistem yang beroperasi dalam tiga tingkat kesadaran, ego beroperasi pada tingkat sadar, kompleks beroperasi pada tingkat taksadar pribadi, dan arsetip beroperasi pada tingkat taksadar kolektif. Di samping sistem-sistem yang terikat dengan daerah operasinya masing-masing, terdapat sikap (introvers-ekstrovers) dan fungsi (fikiran-perasaan-persepsi-intuisi) yang beroperasi pada semua tingkat kesadaran (Alwisol, 2004 :52).

(26)

ketidaksadaran. Semua itu akan dapat tergambar secara tampak maupun tidak tampak terhadap kehidupannya.

Sikapekstrovertdipengaruhi oleh dunia obyektif, yaitu dunia luar dirinya. dan sikap introvert dipengaruhi oleh dunia subyektif, yaitu dunia di dalam dirinya sendiri (Sujanto, 2014 :70).

Maksud dari sikap ekstrovert dan introvert ini adalah sikap atau tingkah laku yang dimiliki oleh setiap individu yang berhubungan dekat dengan dunia dalam diri yaitu berhubungan dengan sikap pemalu, pendiam, suka sediri dan tertutup. Serta sikap yang berhubungan dengan luar diri misalnya berhubungan dengan sikap periang, ramah, dan suka bergaul dengan orang yang baru dikenal dan suka bergaul dengan semua orang. Kedua sikap ini saling bertolak belakang karena masing-masing sikap memiliki fokus tersendiri dalam menjalani hidup pada masing-masing individu. Sebaliknya kedua sikap ini bisa menyatu sesuai dengan individu dalam mengendalikan diri, dan juga selalu ada pada diri individu.

(27)

sekelilingnya dibanding oleh kondisi dirinya sendiri (Jeist, Gregory, 2014 :137-138).

Sikap ekstrovert dan introvert akan sangat berhubungan dengan diri individu, dimana sikap ekstrovert bisa dipengaruhi oleh dunia luar dirinya dengan adanya stimulus yang datang kepada individu, sementara sikapintrovert sama sekali tidak bisa dipengaruhi oleh dunia luar dirinya karena sikapintrovert cenderung tertutup terhadap siapapun yang ditemuinya. Baik itu orang yang jauh dengannya maupun orang yang dekat sekalipun. Orang yang memiliki sikap introvert biasanya kurang bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan di mana ia berada.

Tingkah laku manusia dalam Ahmadi (2005 :169) dianalisis ke dalam tiga aspek atau fungsi, yaitu :

a. Aspek kognitif (Pengenalan), yaitu pemikiran, ingatan, hayalan, daya bayang, inisiatif, kreativitas, pengamatan, dan pengindraan. Fungsi aspek kognitif adalah menunjukkan jalan, mengarahkan, dan mengendalikan tingkah laku.

b. Aspek afektif, yaitu bagian kejiwaan yang berhubungan dengan kehidupan alam perasaam atau emosi, sedangkan hasrat, kehendak, kemauan, keinginan, kebutuhan, dorongan, dan elemen motivasi lainnya disebut aspek konatif atau psiko-motorik (kecendrungan atau niat tindak) yang tidak dapat dipisahkan dengan aspek afektif.

c. Aspek motorik, yaitu berfungsi sebagai pelaksana tingkah laku manusia seperti perbuatan dan gerakan jasmaniah lainnya.

(28)

aspek yang berhubungan dengan daya pikir, ingatan dan sangat berhubungan dengan pengindraan aspek ini biasanya akan sangat sulit dikendalikan jika individu salah dalam memahami apapun yang sedang ia jalani dalam kehidupan. Kemudian aspek afektif merupakan aspek yang berhubungan dengan perasaan dan emosi, aspek ini bisa dikatakan sangat sensitif bagi setiap individu, karena perasaan dan emosi sangat susah dikendalikan apabila sudah terlalu ditahan dan kemudian menjadi beban bagi individu yang bersangkutan. Yang terakhir, aspek motorik merupakan aspek yang berhubungan dengan tingkah laku yang dimiliki oleh individu, baik itu tingkah laku yang baik maupun buruk yang ada di dalam diri individu.

1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Kepribadian

Hasanah (2014 :31) mengemukakan ada dua faktor yang mempengaruhi pembentukan kepribadian anak yaitu :

a. Faktor Internal

(29)

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri seorang individu. Faktor ini biasanya pengaruh yang berasal dari luar diri seorang individu. Faktor ini biasanya pengaruh yang berasal dari lingkungan anak dimana anak mulai belajar untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya yaitu teman-temannya.

Faktor yang mempengaruhi kepribadian dibagi kedalam dua yaitu faktor dalam atau internal dan faktor luar atau eksternal. Kedua faktor tersebut akan saling mempengaruhi dalam perkembangan kepribadian. Jika satu faktor menetap dan tak bisa dimasuki oleh faktor yang lain, maka faktor tersebut akan berdiri sendiri dan akan menetap didalam diri individu. Dan jika faktor yang satu dapat dipengaruhi atau dimasuki oleh faktor lain, maka faktor yang dipengaruhi akan menjadi kuat dan dapat menyesuaikan dengan di mana ia berada.

2. Ciri-Ciri Pribadi Yang Sehat

Ciri-ciri kepribadian yang sehat (dalam Jahja, 2011 :68) antara lain : a. Mandiri dalam berpikir dan bertindak

b. Mampu menjalin relasi sosial yang sehat dengan sesamanya

c. Mampu menerima diri sendiri dan orang lain sebagaimana apa adanya d. Dapat menerima dan melaksanakan tanggung jawab yang dipercayakan e. Dapat mengendalikan emosi

(30)

dijelaskan di atas yaitu mandiri dalam berpikir dan bertindak, menjalin relasi sosial, mampu menerima diri sendiri dan orang lain, bisa mengemban tanggung jawab dan dapat mengedalikan emosi disetiap berhubungan dengan orang lain. Ciri-ciri inilah yang akan membentuk kepribadian individu akan menjadi sehat dalam menjalankan kehidupan.

3. Aspek-Aspek Kepribadian

Menurut Mahmud (2010 :366) aspek-aspek kepribadian dapat dibagi atas 6 bagian yaitu :

1. Karakter, yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsisten tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat

2. Temperamen, yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan. 3. Sikap, yaitu respons terhadap objek yang bersifat positif, negatif, atau

ambivalen.

4. Stabilitas emosi, yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung, marah, sedih, atau putus asa.

5. Responsibilitas (tanggung jawab), kesiapan untuk meneriman resiko dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima resiko secara wajar, cuci tangan, atau melarikan diri dari risiko yang dihadapi. 6. Sosiabilitas, yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan

interpersonal, seperti sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.

(31)

C. Remaja

Dalam Soejanto (2005 :173) masa remaja disebut masa adolesen, yang ciri-ciri nya yaitu bersifat statis (dalam perkembangan bertambahnya fungsi tubuh baru) dan tertutup ( jiwa tidak lagi mudah terpengaruh oleh siapapun). Dalam Hurlock (2003 :206) Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah baik.

Masa remaja merupakan masa transisi atau perpindahan yang mana dahulu masih merupakan anak-anak sekarang sudah menjadi remaja dan berbagai fungsi baik itu fisik maupun psikologis sudah berubah dikarenakan berbagai fungsi yang telah matang. Remaja akan menjadi baik perkembangan fisik dan psikologisnya jika remaja mendapatkan dukungan dari orang-orang yang berada disekitarnya.

1. Ciri-Ciri Masa Remaja

Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat, baik secara fisik maupun psikologis. Jahja (2011 :235) menyatakan ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja yaitu :

1. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang disebut dengan masa storm & stress. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja.

(32)

baik perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan dan sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja. 3. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan

orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang.

4. Perubahan nilai, dimana yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak menjadi kurang penting karena telah mendekati dewasa.

5. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan ini, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab ini.

Berbagai perubahan masa remaja akan dibarengi dengan ciri-ciri yang ada pada masa remaja, diantaranya akan berhubungan dengan emosional, fisik, hubungan sosial, perubahan nilai, dan sikap yang dimiliki. Remaja akan mulai memahami bahwa perubahan yang terjadi akan sangat berdampak kepada dirinya, maka dari itu remaja akan menjadi tertarik untuk mengetahui bagaimana dirinya. Perubahan yang telah banyak dialami oleh remaja akan membuat remaja tersebut banyak merasakan berbagai perubahan yang dalam perkembangannya, baik itu dari segi fisik maupun psikis.

2. Karakteristik remaja

(33)

mengatakan bahwa masa remaja ditandai dengan sejumlah karakteristik penting, diantaranya sebagai berikut :

a. Mencapai hubungan yang matang dengan teman sebaya.

b. Dapat menerima dan belajar peran sosial sebagai pria atau wanita dewasa yang di junjung tinggi oleh masyarakat.

c. Menerima keadaan fisik dan mampu menggunakannya secara efektif. d. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya. e. Memilih dan mempersiapkan karir dimasa depan sesuai dengan minat dan

kemampuannya.

f. Mengembangkan sikap positif terhadap pernikahan, hidup berkeluarga dan memiliki anak.

g. Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan sebagai warga Negara.

h. Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial.

i. Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman dalam bertingkah laku.

(34)

3. Tugas-Tugas Perkembangan Remaja

Tugas perkembangan menurut Hurlock (2003 :209) yaitu sebagai berikut : 1. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya

baik pria maupun wanita

2. Mencapai peran sosial pria, dan wanita

3. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif 4. Mengharapkan dan mencapai perilaku social yang bertanggung jawab 5. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang

dewasa lainnya

6. Mempersiapkan karier ekonomi

7. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga 8. Memperoleh perangkat nilai dan sistem atis

Perkembangan masa remaja tidak terlepas dari bagaimana remaja dilingkungan ia berada, maka dari itu disetiap perubahan dan perkembangan yang terjadi akan berdampak kepada perilaku dari remaja. Dan tugas-tugas perkembangan ini akan menggambarkan seberapa jauh perubahan yang terjadi pada remaja.

D. Kerangka Konseptual

(35)

E. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian ini sebagai berikut :

H0 = Tidak adanya hubungan inteligensi dengan kepribadian pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Batusangkar.

Ha = Adanya hubungan inteligensi dengan kepribadian pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Batusangkar.

Remaja awal

Inteligensi (X) Kepribadian(Y)

Ekstrovert introvert Verbal Numerikal Spasial

Hubungan inteligensi dengan kepribadian

Adanya hubungan yang signifikan antarainteligensidengan kepribadianpada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Batusangkar

(36)

34

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam melaksanakan penelitian. Penelitian dilakukan untuk mengumpulkan data secara objektif dan dilakukan dengan prosedur yang jelas berdasarkan bukti-bukti empiris. Untuk mendapatkan hasil yang optimal metode yang digunakan dalam penelitian harus tepat, serta dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara inteligensi dengan kepribadian menggunakan metode sebagai berikut :

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui hubungan antara inteligensi dengan kepribadian. Penelitian ini termasuk kedalam penelitian kuantitatif korelasional, yang bertujuan untuk menyelidiki sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor yang berkaitan dengan variasi-variasi-variasi-variasi pada satu atau lebih faktor berdasarkan pada koefisien korelasi (Achmadi, Narbuko. 2004: 48).

(37)

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel adalah fenomena yang bervariasi dalam bentuk, kualitas, kuantitas dan mutu standar dan sebagainya (Bungin, 2005 :59). Sesuai dengan judul

“Hubungan Inteligensi dengan Kepribadian Siswa Kelas VII SMP Negeri 5

Batusangkar Tahun Ajaran 2016/2017”, maka variabel penelitian ini terdiri dari 2 (dua) variabel, yaitu :

a. Variabel Inteligensi sebagai variable bebas (X) b. Variabel Kepribadian sebagai variabel terikat (Y) C. Defenisi Operasional Variabel Penelitian

1. Inteligensi

Inteligensi merupakan kemampuan individu yang dibawa semenjak lahir dan akan berkembang di lingkungan dimana ia tinggal. Inteligensi juga merupakan kemampuan umum seseorang dalam proses berfikir secara rasional, bertindak dengan tujuan tertentu, dan dapat menyesuaikan diri dengan cepat dan tepat pada situasi tertentu, yang diperoleh dari dokumentasi skor hasil tes IQ siswa.

Inteligensi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan yang dimiliki oleh setiap siswa kelas VII yang dapat dilihat dari hasil tes IQ yang telah dilakukan oleh pihak sekolah.

(38)

yang disusun oleh Prasetyono (2015), dimana tes tersebut terdiri dari tes verbal, tes numerikal, dan tes spasial.

Semakin tinggi skor skala inteligensi maka tingkat inteligensi akan semakin tinggi dan sebaliknya semakin rendah skor skala untuk mengungkap inteligensi maka inteligensi juga akan semakin rendah. 2. Kepribadian

Kepribadian adalah organisasi dinamis dari sistem-sistem psikofisik dalam diri individu yang menentukan penyesuaian yang unik terhadap lingkungan. Terdapat dua kepribadian di dalam diri individu yaitu (a) kepribadian ekstrovert (terbuka) adalah individu yang mudah bergaul dengan orang-orang yang berada disekitarnya, individu yang memiliki banyak kontak sosial, mudah bersosialisasi, memiliki banyak teman, dan kurang suka dengan situasi yang tenang dan sendiri, (b) kepribadian introvert (tertutup) adalah individu yang pendiam, suka menyendiri, memiliki sedikit teman, lebih sering membaca buku daripada bertemu dengan orang lain, serta hanya akan bergaul dengan teman-teman terdekat saja.

(39)

semakin tinggi terlihat dari kepribadian introvert siswa, namun jika semakin rendah skor skala introvert yang diperoleh maka semakin tinggi kepribadianekstrovertyang diperoleh.

D. Subjek Penelitian 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan gejala atau satuan yang ingin diteliti (Prasetyo dan Jannah, 2014 :119). Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas VII SMP Negeri 5 Batusangkar yang berjumlah 69 orang.

Tabel 2.

Jumlah Siswa Kelas VII SMP Negeri 5 Batusangkar

Kelas Jumlah Siswa

VII.1 22 Orang

VII.2 24 Orang

VII.3 23 Orang

Total 69 Orang

Sumber: Tata Usaha SMP Negeri 5 Batusangkar

2. Sampel

(40)

menjadi wakil dari populasi. Dari data yang diperoleh, siswa kelas VII SMP Negeri 5 Batusangkar adalah 69 orang, sehingga sampel yang akan dijadikan dalam penelitian ini sebagian dari siswa kelas VII sebanyak 58 orang. Penarikan sampel didapatkan dengan menggunakan rumus Slovin yaitu :

N = 69 orang (Jumlah populasi/siswa) e2= 5% = 0.05

e2= 0,05 dikuadratkan (0,05 x 0,05 = 0,0025)

n

=

( )

n

=

( , )

n = 69 0,0025 + 1 = 1,2

n =

,

n = 57,5dibulatkan menjadi58Orang

Karakteristik sampel dalam penelitian ini, adalah : a) Siswa kelas VII

b) Siswa yang memiliki kepribadian introvert 3. Teknik Pengambilan Sampel

Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel yakni simple random sampling, atau sampel acak. Pengambilan sampel dimana semua

(41)

Narbuko, 2004 :111). Penelitian ini mengambil semua individu mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai anggota sampel dengan syarat siswa yang memiliki IQ di rata-rata 110.

Teknik pengambilan simple random sampling dilakukan dengan secara acak, dengan metode sebagai berikut :

1. Dilakukan dengan mengumpulkan data absen dari masing-masing kelas.

2. Kelompokkan data siswa dari masing-masing kelas yang akan diambil secara acak.

3. Mendapatkan hasil yang sesuai seperti tabel dibawah ini,

Tabel 3. Sampel Penelitian

No Kelas Jumlah siswa Formulasi %

1 VII.1 22 22

69 58 100 %

18 31

2 VII.2 24 24

69 58 100 %

21 36

3 VII.3 23 23

69 58 100 %

19 33

JUMLAH 69 58 100

(42)

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan untuk memperoleh data yang akan diteliti. Dalam penelitian ini teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dengan menggunakan alat ukur skala psikologi.

Alasan penulis menggunakan skala psikologi adalah sebagai berikut (Azwar, 2010 :5-7) :

1. Data yang diungkap berupa konstruk atau konsep psikologis yang menggambarkan aspek kepribadian individu.

2. Pertanyaan sebagai stimulus tertuju pada indikator perilaku guna memancing jawaban yang merupakan refleksi dari subjek yang biasanya tidak disadari oleh responden yang bersangkutan.

3. Responden tidak menyadari arah jawaban yang dikehendaki dan kesimpulan apa yang sesungguhnya diungkap oleh oleh pertanyaan tersebut.

Skala psikologi yang digunakan berbentuk skala guttman yang memiliki dua alternatif jawaban untuk menunjukkan pernyataan positif dan negatif.

Tabel 4.

Kriteria Dan Nilai Alternatif Jawaban Skala Psikologi Alternatif Jawaban Skor

Ya 1

(43)

Untuk menyusun dan mengembangkan instrumen maka penulis terlebih dahulu membuatblue print yang memuat tentang indikator dari variabel penelitian yang dapat memberikan gambaran mengenai isi dan dimensi kawasan ukur dan akan dijadikan acuan dalam penulisan aitem. Blue print terdiri dari variable X yaitu inteligensi dan variable Y yaitu kepribadian. Tetapi Blue Print hanya di gunakan untuk skala inteligensi, karena untuk skala kepribadian tidak bisa di gambarkan denganBlue Print tetapi hanya akan di deskripsikan saja.

Alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Skala Inteligensi

Skala ini mengungkap tentang inteligensi yang disusun berdasarkan pada aspek-aspek tes yang disusun oleh Prasetyono (2015) yang terdiri dari tes verbal, tes numerikal, dan tes spasial.

Skala ini merupakan skala dengan sistem penilaian yang bergerak dari angka 100 yang menunjukkan semua dari setiap tes dapat dijawab dengan benar dan angka 0 jika tidak ada jawaban dari tes yang dapat dijawab. Berikut adalah blue printskala inteligensi :

Tabel 5.

Blue Print Skala Inteligensi

No Kategori Jumlah

1 Verbal 20

2 Numerikal 20

(44)

Kemudian, untuk hasil dari uji coba inteligensi dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 6.

Hasil Uji Coba Skala Inteligensi

No Kategori ∑ %

1 140–169 : Very Superior 1 3

2 120–139 : Superior 8 23

3 110 - 119 : Bright Normal 8 23

4 90 - 109 : Average (Rata-Rata) 14 42

5 80 - 89 : Dul Normal (Low Average) 2 6

6 70 - 79 : Borderline–Defective -

-7 Below 70 - Sangat Rendah 1 3

Jumlah 34 100

Sumber : Hasil Penelitian 2. Skala kepribadian

Skala ini mengungkap kepribadian yang disusun berdasarkan aspek-aspek kepribadian yang telah tersusun dan ada dalam Prasetyono (2015) meliputiekstrovertdanintrovert.

(45)

Tabel 7.

Hasil Uji Coba Skala Kepribadian

No Kategori %

1 Ekstrovert 15 44

2 Introvert 4 12

3 Ekstrovert/introvert 15 44

Jumlah 34 100

Sumber : Hasil Penelitian F. Uji Validitas Dan Reliabilitas Instrumen

1. Uji Validitas

Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu penulis melakukan uji coba instrument untuk mengetahui validitas aitem yang akan digunakan sehingga mendapatkan hasil yang repsresentatif.

Validitas adalah seberapa jauh instrument itu benar-benar mengukur apa (obyek) yang hendak diukur (Yusuf, 2013 :234). Suatu instrumen dapat dikatakan valid ketika instrument tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.

(46)

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan konsistensi atau kestabilan skor suatu instrument penelitian terhadap individu yang sama dan diberikan dalam waktu yang berbeda (Yusuf, 2013 :242). Pengukuran yang tidak reliabel tidak akan konsisten dari waktu ke waktu (Azwar, 2010 :83). Dengan demikian, instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Reliabilitas skala psikologi dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan metode Cronbach’s

(47)

Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (rxx1) yang angkanya berada dalam rentang dari 0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitas. Sebaliknya koefisien yang semakin rendah mendekati angka 0 berarti semakin rendahnya reliabilitasnya (Azwar, 2010 :83). Pada skala inteligensi, dari 60 aitem yang valid diperoleh koefisien Alpha = 0.932, dan pada skala kepribadian aitem yang valid diperoleh koefisien Alpha = 0.956, sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat reliabilitasnya sangat tinggi.

G. Uji Coba Instrumen

1. Pelaksanaan Uji Coba Instrumen

Sebelum instrumen digunakan untuk mengambil data penelitian terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen atas instrumen yang telah disiapkan. Tujuan dari uji coba instrumen adalah untuk menguji validitas dan reliabilitas skala dan sebagai persyaratan untuk memperoleh alat ukur yang memilki validitas dan reliabilitas yang tinggi. Sehingga pengukuran dengan alat ukur tersebut dapat dipercaya.

(48)

tersebut kemudian dimasukkan dalam tabulasi untuk diuji validitas dan reliabilitasnya.

2. Hasil Uji Coba Instrumen a. Skala inteligensi

Hasil uji validitas skala inteligensi (X) didapatkan hasil bahwa dari 60 butir aitem yang memenuhi syarat adalah seluruh aitem. Dengan demikian, butir-butir aitem dalam skala ini layak untuk mengungkap tentang inteligensi (X).

b. Skala kepribadian

Hasil uji validitas skala kepribadian (Y) didapatkan hasil bahwa dari 34 aitem yang memenuhi syarat adalah seluruh aitem. Dengan demikian, butir-butir aitem dalam skala ini layak mengungkap tentang kepribadian (Y).

H. Teknik analisis data

Analisis data dilakukan untuk menguji hipotesis dalam rangka penarikan kesimpulan untuk mencapai tujuan penelitian. Analisis data adalah cara peneliti dalam mengolah data yang terkumpul sehingga mendapatkan suatu kesimpulan dari penelitiannya.

(49)
(50)

48

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Suatu penelitian diharapkan akan memperoleh hasil sesuai dengan tujuan yang ditetapkan dalam penelitian. Hasil penelitian adalah data dari instrument tertentu kemudian dianalisis dengan teknik dan metode yang telah ditentukan. Pada bab ini disajikan beberapa hal yang berkaitan dengan proses, hasil dan pembahasan penelitian yang disajikan sebagai berikut : a) Persiapan Penelitian, b) Pelaksanaan Penelitian, c) Deskripsi Data Penelitian, d) Analisis Data, e) Hasil Penelitian, dan f) Pembahasan.

A. Persiapan Penelitian

(51)

izin melakukan penelitian di SMP Negeri 5 Batusangkar, dimana rentang waktu penelitiannya dari tanggal 05 Desember 2016 - 05 Januari 2017. Dapat diidentifikasi lokasi tempat penelitian adalah sebagai berikut :

Nama sekolah : SMP Negeri 5 Batusangkar

Alamat : Komplek Pendidikan Bukit Gombak Batusangkar

No. telepon/Hp/Fax : (0752) 71047

Visi Misi SMP Negeri 5 Batusangkar : “Membangun Generasi Cemerlang

Berlandaskan IPTEK dan IMTAQ”

Kata-kata kunci di dalam visi dan maknanya adalah :

1. Generasi: siswa/siswi SMP Negeri 5 Batusangkar

2. Cemerlang: berkemampuan, berprestasi, cerdas yang berguna dalam kehidupan sehari-hari

3. IPTEK: ilmu pengetahuan dan teknologi yang diajarkan di sekolah dan lingkungan

(52)

Indikator Misi :

1. Mendidik siswa mandiri dan berakhlak mulia. 2. Menyiapkan siswa menguasai ICT.

3. Membudayakan bahasa Nasional dan Inggris.

4. Mengantarkan siswa ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi pada sekolah–sekolah favorite.

5. Membina potensi siswa menjadi prestasi, baik akademis non akademis ditingkat propinsi, nasional, dan internasional.

6. Melatih siswa agar sehat jasmani dan rohani.

7. Mengembangkan daya kreasi dan apresiasi dibidang seni dan budaya. 8. Menumbuhkembangkan kepedulian terhadap sesama dan alam sekitar. 9. Mewujudkan pelayanan profesional dan menyenangkan.

10. Menjalin hubungan yang sinergis dengan orang tua murid, masyarakat dan stakeholders pendidikan.

Tujuan sekolah

1. Peningkatan efektivitas PBM di atas 98% dengan kehadiran guru di atas 97%.

(53)

3. Peningkatan Tamatan SMP Negeri 5 Batusangkar 20%-35% diterima di SMA unggulan dan favorit tingkat propinsi, nasional dan selebihnya diterima di sekolah unggulan dan favorit tingkat kabupaten.

4. Peningkat kelulusan kelas IX 100% dengan nilai rata-rata 8,60 (GSA 0,2 dari tahun sebelumnya).

5. Semua guru memiliki perangkat pembelajaran

6. Semua siswa mampu berbahasa Inggris dan terampil menggunakan ICT sebagai sumber belajar.

7. SMP Negeri 5 Batusangkar menjadi sekolah efektif dengan program layanan keunggulan di Tanah Datar.

8. Guru SMP Negeri 5 Batusangkar mampu menjadi nara sumber sesuai dengan kompetensi masing-masing.

9. SMP Negeri 5 Batusangkar menjadi tempat studi banding bagi sekolah lain (Kabupaten, Propinsi, Dan Nasional).

(54)

Tabel 10.

Prestasi Akademis SMP Negeri 5 Batusangkar

No Nama Kegiatan Prestasi

1 Farisah Izzati Lomba Fisika Unand Juara II

2 Rahmad Surya Edi Lomba Fisika Unand Juara V

3 Zulfahmi Roskha Lomba Matematika Unand 8 Besar

4 Fadli Bestari Lomba Matematika Unand 8 Besar

5 Bryan Dewana P Lomba Fisika UNP th 2008 Juara umum

6 Rahmadona Lomba Fisika UNP th 2008 Finalis

7 Hidayat Qodri Hadi P Fadly Bestary

Lomba Seni bermatematika Unand Tahun 2009

Juara Umum

8 Rahmadona Lomba Fisika UNP th 2008 Finalis

9 Hidayat Lomba Matematika Unand Th 2009 Harapan II 10 Kasrizal

Lomba Seni Bermatematika Tahun 2010 di Unand

Lomba Fisika Unand Th 2010 Juara Umum 13 Hidayat

Fajar Pebrianto M.Ifan Alfian

Lomba Seni bermatimatika Unand Th.2010

Juara Umum

14 Meilinda Helza Putri Seni Bermatematika VI UNAND Tk. SMP Se Sumatera Tahun 2010

Finalis 15 Tesar Arafat LOBI & LKTI X UNAND Tk. SMP

(55)

Se Sumatera Tahun 2011

18 Meilinda Helza Putri Seni Bermatematika VI UNAND Tk. SMP Se Sumatera Tahun 2010

Finalis 19 Tesar Arafat LOBI & LKTI X UNAND Tk. SMP

Se Sumbar, Riau , Jambi Tahun 21 Rahmat Firdaus LCT Matematika UNAND Tk. SMP

Se Sumatera Tahun 2011

Semifinalis 22 SMPN 5 Batusangkar

Adek Adrian Afri Rizky

Lomba Biologi dan LKTI Unand Tk. SMP Se Sumatera dan Jawa Tahun

Lomba Seni Bermatematika Unand Tk. SMP Se Sumatera Tahun 2012

Juara Umum Juara I Juara VI Juara VII Juara X Sumber : Website SMP Negeri 5 Batusangkar

B. Pelaksanaan Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 5 Batusangkar yang terletak di Komplek Pendidikan Bukit Gombak Batusangkar.

2. Waktu Penelitian

(56)

Tabel 11. Kegiatan Penelitian No Tahapan

Kegiatan

Oktober’16 November’16 Desember’16 Januari’17

1 Persiapan

2 Observasi 3 Skala

4 Analisis Data 5 Penyusunan

Laporan

Sumber : Kegiatan Penelitian

3. Penentuan Subjek Penelitian

(57)

4. Pengumpulan Data

Pelaksanaan pengumpulan data melalui metode kuesioner berbentuk skala dalam penelitian ini ada dua skala yang digunakan yaitu skala inteligensi dan skala kepribadian.

Subjek penelitian berjumlah 58 orang sebagaimana telah dijelaskan pada BAB III. Pada pengumpulan data peneliti dibantu oleh 1 orang guru bimbingan dan konseling untuk membagi skala dan mengawasi siswa dalam mengisi skala penelitian, yaitu skala Inteligensi dan skala kepribadian introvert danekstrovert. Agar tidak terjadi kesalahan dalam pengisian skala, penulis memberikan penjelasan pengisian yang telah ada di lembar skala.

(58)

memenuhi syarat dan kemudian dianalisis. Kemudian dari hasil analisis skala didapatkan 19 responden yang memiliki kepribadian ekstrovert, 15 responden yang memiliki kepribadian introvert/ekstrovert dan 30 responden yang memiliki kepribadian intovert. Kemudian, hasil dari skala Inteligensi, responden yang memiliki Inteligensi 170-180 sebanyak 3 responden, responden yang memiliki inteligensi 140-169 sebanyak 27 responden, dan responden yang memiliki inteligensi 120-139 sebanyak 28 responden.

C. Deskripsi Data Penelitian

Berikut ini gambaran mengenai karakteristik responden dalam penelitian ini.

Tabel 12.

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Umur %

11-12 tahun 12-13 tahun

1 Laki-laki 9 16 25 43

2 Perempuan 10 23 33 57

Jumlah 58 100

Sumber : Hasil Penelitian

(59)

D. Analisis data 1. Uji Normalitas

Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas data ini dilakukan dengan menggunakan uji liliefors atau Kolmogorof-Smirnow dengan bantuan SPSS release 18.0. Pada taraf signifikansi 5%, apabila di peroleh nilai p value > 0,05 dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Hasil uji normalitas dari kedua variabel dapat dilihat darioutputSPSS sebagai berikut :

B e r d

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pada kolom Kolmogorov-Smirnov, diketahui bahwa nilai signifikansi untuk tipe kepribadian sebesar

0,008. Karena signifikansi > 0,05, maka dapat disimpulkan data yang berasal dari populasi berdistribusi tidak normal. Demikian pula untuk inteligensipada diketahui bahwa nilai signifikasinya sebesar 0,73. Karena signifikansi > 0,05, maka dapat disimpulkan data yang berasal dari populasi berdistribusi normal. Dari hasil uji normalitas ini diketahui bahwa data berasal dari populasi yang terdistribusi normal.

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.

inteligensi .111 58 .073 .973 58 .233

kepribadian .137 58 .008 .955 58 .031

(60)

2. Uji Linearitas

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Pengujian linearitas pada penelitian ini menggunakan program SPSS yakni Test For Linearity pada taraf signifikansi 0,05 atau 5%. Dua variabel tersebut dikatakan memiliki hubungan yang linear bila signifikansi kurang dari 0,05. Hasil dari pengujian linearitas antara kedua variabel didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,031 yang berarti < 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa hubungan kedua variabel bersifat linear.

a) Uji Linearitas Skala Tipe Kepribadian Ekstrovert Dan Inteligensi Untuk melihat bagaimana dua variabel mempunyai hubungan yaitu dengan cara melihat linearitas dari variabel yang bersangkutan. Berikut ini adalah hasil pengujian linearitas skala tipe kepribadian ekstrovert dan skala inteligensi dengan menggunakanSPSS18.0.

Sumber :SPSS 18

ANOVA Table

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

inteligensi

*

ekstrovert

Between

Groups

(Combined) 37.242 7 5.320 .663 .702

Linearity 20.524 1 20.524 2.558 .116

Deviation from

Linearity

16.718 6 2.786 .347 .908

Within Groups 401.189 50 8.024

(61)

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa nilai signifikansi pada linearitas sebesar 0,116. Karena signifikansi > 0,05 (0,116 > 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa antara variabel tipe kepribadian ekstrovert dan inteligensi tidak terdapat hubungan yang linear. Maka dapat disimpulkan bahwa tipe kepribadian ekstrovert tidak memiliki signifikansi linearitas denganinteligensi.

b) Uji Linearitas Skala Tipe Kepribadian Introvert Dan Inteligensi Untuk melihat bagaimana dua variabel mempunyai hubungan yaitu dengan cara melihat linearitas dari variabel yang bersangkutan. Berikut ini adalah hasil pengujian linearitas skala tipe kepribadian introvert dan skala inteligensi dengan menggunakanSPSS18.0.

Sumber :SPSS 18

(Combined) 97.229 9 10.803 1.520 .168

Linearity 5.517 1 5.517 .776 .383

Deviation from

Linearity

91.712 8 11.464 1.613 .146

Within Groups 341.202 48 7.108

(62)

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa nilai signifikansi pada linearitas sebesar 0,383. Karena signifikansi > 0,05 (0,383 > 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa antara variabel tipe kepribadianintrovertdaninteligensitidak terdapat hubungan yang linear.

E. Hasil Penelitian 1. Inteligensi

Aitem untuk mengungkap inteligensi sebanyak 60 aitem dengan jumlah responden sebanyak 58 siswa. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh Mean sebesar 35,53 dan standard deviasi sebesar 2,773 dengan analisis dekskripsi berikut ini :

Tabel 13.

Distribusi frekuensi inteligensi (X)

No Kategori Rentang %

1 Jenius 170–180 3 5

2 Very Superior 140–169 27 47

3 Superior 120–139 28 48

Jumlah 58 100

Sumber : Hasil Penelitian

(63)

baik. Hal ini ditunjukkan melalui data bahwa dari 58 responden terdapat sebanyak 3 responden atau setara dengan 5 % memiliki inteligensi jenius, sedangkan responden yang memiliki inteligensi very superior sebanyak 27 responden atau setara dengan 47 %. Dan responden yang memiliki inteligensi superior sebanyak 28 responden atau setara dengan 48 %.

2. Kepribadian

Jumlah aitem untuk mengungkap kepribadian siswa sebanyak 29 aitem dengan jumlah responden 58 siswa. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh Mean sebesar 15,91 dan Standard Deviasi 2,203. Berikut ini analisis deskripsi persentase aitem kepribadian :

Tabel 14.

Distribusi Frekuensi Kepribadian (Y)

Sumber : Hasil Penelitian

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa dari 58 subjek terdapat 13 siswa atau 22 % yang memiliki kepribadian yang ekstrovert berarti siswa ini memiliki kecendrungan menjadi orang yang terbuka dan mudah dalam bergaul,

No Kategori Frekuensi %

1 Ekstrovert 13 22

2 Introvert 30 52

3 Ekstrovert/introvert 15 26

(64)

30 siswa atau 52 % memiliki kepribadian yang introvert, berarti siswa ini memiliki kecendrungan menjadi orang yang tertutup dan sulit dalam bergaul, dan selebihnya 15 siswa atau 26 % memiliki kepribadian netral, yang berarti siswa ini memiliki kepribadian yang tidak memihak kepada kepribadian yang ekstrovertatauintrovert.

Artinya dari hasil penelitian yang telah dilakukan, yang dominan dalam penelitian ini yaitu siswa atau responden yang memiliki kepribadian yang introvert.

3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis untuk penelitian ini bertujuan dilakukan untuk mengetahui hubungan antara tipe ekstrovert dan introvert dengan inteligensi.

(65)

Berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi tersebut, diperoleh data mengenai hubungan antara inteligensi dengan kepribadian pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Batusangkar yang di analisis korelasi dengan menggunakan product moment dan dibantu dengan program SPSS 18.0 for windows. Dan diperoleh nilai rhitung adalah 0,275 sementara rtabel 0,211.

Dikutip dari Sugiyono (2010 :230), jikarhitung >rtabel, maka H0 ditolak dan

Ha diterima dan jika rhitung < rtabel maka H0 diterima dan Ha ditolak. Dari

uji korelasi penelitian,rhitung> rtabelberarti 0,275 > 0,211. Artinya, H0ditolak dan Ha diterima berarti ada hubungan antara inteligensi dengan kepribadian. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (sign 0,037 < 0,05) yang berarti adanya hubungan yang signifikan antara inteligensi dengan kepribadian pada siswa SMP Negeri 5 Batusangkar.

Kemudian, berdasarkan besarnya koefisien korelasi tersebut bertanda negatif sehingga dapat disimpulkan bahwa “Hubungan antara inteligensi

Correlations

Inteligensi Kepribadian

inteligensi Pearson Correlation 1 .275*

Sig. (2-tailed) .037

N 58 58

kepribadian Pearson Correlation .275* 1

Sig. (2-tailed) .037

N 58 58

(66)

dengan kepribadian siswa kelas VII SMP Negeri 5 Batusangkar yang bersifat negatif”. Hal ini berarti apabila inteligensi siswa meningkat maka kepribadian siswa akan menurun. Menurut Sugiyono (2010:184), koefisien korelasi sebesar 0,275 berada dalam kategorsi rendah. Jadi korelasi antara kedua variabel bersifat rendah.

Untuk melihat berapa kontribusi inteligensi dengan kepribadian dapat dilihat dari nilai R-Square seperti tercantum pada tabel berikut :

Terlihat dari tabel diatas bahwa nilai R-Square sebesar 0,075 yang berarti inteligensi dipengaruhi oleh kepribadian siswa SMP Negeri 5 Batusangkar sebesar 7,5% selebihnya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar penelitian ini, misalnya pola asuh orang tua, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, keadaan ekonomi, dan lain sebagainya.

F. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara inteligensi dengan kepribadian pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Batusangkar.

Model Summary

Model

R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .275a .075 .059 2.690

Gambar

Tabel 1.
Tabel 2.
Tabel 3.
Tabel 4.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Baja profil dibuat dengan proses canai panas, kecuali profil Kanal C ringan dibuat dengan proses dingin dari pelat baja atau strip baja, baik pelat/strip baja yang diperoleh

Hasil dari penelitian ini adalah aplikasi terjemahan Bahasa Indonesia ke Bahasa Banjar disertai Analisis sintaksis, yang digunakan untuk membantu para pendatang di Banjar

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 259/KMK.05/2008 tentang Penetapan Universitas Diponegoro pada Depdiknas sebagai Instansi Pemerintah yang menerapkan

SkalaLikert merupakan suatu skala psikometrik yang umum digunakan dalam kuesioner(angket), dan merupakan skala yang sering digunakan dalam riset berupa survei. Pada skala

Despite the importance of cassava as a staple food, there is limited information on the effectiveness of different processing techniques in reducing total cyanogens contents of a

Pada penelitian ini dinilai ekspresi Cdk6 pada sitoplasma dan inti sel neoplasma kelenjar liur baik yang jinak maupun ganas, namun setelah dilakukan pulasan ternyata

Tujuan: Untuk mengetahui perbaikan gejala klinis, fungsi penghidu dan kadar IL-8 sekret mukosa hidung, serta mencari korelasi antara IL-8 dengan fungsi penghidu pada RSK

Penelitian dilakukan untuk membuat aplikasi kamus Biologi berbasis Web yang dapat dimanfaatkan oleh pengguna khususnya pelajar SMP sebagai sarana kamus digital bahasa ilmiah