KAJIAN KARAKTERISTIK DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BATANG
KURANJI UNTUK KETERSEDIAAN AIR BERKELANJUTAN
Anton Sudarwo' Isril Berd,² Jhon Nurifdinsyah²
'Mahasiswa Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Perairan Pesisir dan Kelautan, Program Studi Pascasarjana Universitas Bung Hatta
²Dosen Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Perairan Pesisir dan Kelautan, Program Studi Pascasarjana Universitas Bung Hatta
Email : anton_sud@yahoo.com
ABSTRAK
Pengelolaan DAS perlu dilakukan secara terpadu dengan melakukan Koordinasi, konsultasi dan komunikasi antar para pihak, oleh sebab itu data dan informasi tentang karakteristik DAS sangat diperlukan dalam penyusunan perencanaan pengelolaan DAS.Tujuan penelitian adalah (i) mengkaji karakteristik biogeofisik DAS; (ii) mengkaji dampak penggunaan lahan saat ini terhadap erosi tanah, degradasi lahan; (iii) mengkaji Neraca Air atau keseimbangan antara aliran masuk dan aliran keluar di DAS Kuranji. Penelitian ini menggunakan pendekatan satuan lahan sebagai unit analisis dan unit pemetaan. Potensi air menggunakan metode neraca air Thorntwaite Mather, pendugaan erosi menggunakan metode Universal Soil Loss Equation (USLE), dengan mempertimbangan karakteristik morfometri, karakteristik meteorologi dan karakteristik morfologi DAS Kuranji. Hasil penelitian menunjukkan DAS Kuranji yakni DAS klasifikasi kecil memiliki kerapatan aliran sungai 1,28 km/km², Karakteristik meteorologinya menunjukkan bahwa 73,35 % wilayahnya memiliki curah hujan yang sangat tinggi. Selanjutnya 65,24 % wilayahnya didominasi oleh lahan atau kelompok lahan yang tidak dapat diolah tanpa memperhatikan konservasi tanahnya. Rata-rata laju erosi aktual di DAS Kuranji diperkirakan sebesar 94,83 ton/ha/th. atau 2.157.689,38 ton/th dan erosi yang diperbolehkan sebesar 60,90 ton/ha/th atau sebesar 1.385.768,07 ton/ha/th. Potensi air di sub DAS Kuranji sangat besar, yaitu rata- rata 18.757,69 m3/ha/th atau sebesar 427.066.416 m³/Thn. Neraca air menunjukkan bahwa di DAS Kuranji termasuk dalam kriteria tidak kekurangan air. Untuk menekan laju erosi dan degradasi lahan, hasil penelitian ini merekomendasikan pengelolaan lahan dengan mengacu kepada zona hidrologi di DAS Kuranji untuk tetap mempertahankan luasan hutan, membuat embung-embung dan sumur resapan
Kata kunci: Daerah Aliran Sungai, Karakteristik biogeofisik, erosi tanah, Degradasi lahan dan Neraca air
1. PENDAHULUAN
Sumber daya alam (Hutan, Tanah, dan Air) merupakan modal dasar dalam pembangunan nasional. Manusia memanfaatkan Sumber Daya Alam (SDA) tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam memanfaatkan SDA tersebut terkadang manusia tidak memperhatikan prinsip-prinsip kelestarian lingkungan sehingga sering terjadi degradasi SDA.
Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, maka terjadi pula peningkatan berbagai jenis kebutuhan yang pada akhirnya bertumpu pada sumberdaya alam dan lingkungan. Tekanan
terhadap penggunaan sumberdaya alam dan
lingkungan yang semakin meningkat seringkali
menimbulkan kerawanan dan kerusakan
sumberdaya alam dan lingkungan. Menurut Berd (2003)’ Meningkatnya kebutuhan dan persaingan dalam penggunaan SDA baik untuk keperluan
produksi pertanian maupun untuk keperluan lainnya, telah memaksa manusia untuk memanfaatkan SDA
tersebut diluar kemampuannya, tanpa
memperhatikan tindakan konservasinya sehingga telah menimbulkan degradasi atau kerusakan dari SDA yang terbatas tersebut.
Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai salah satu sumber daya alam tidak terlepas dari dilema tersebut. Pemanfaatan DAS untuk berbagai peruntukan seperti untuk lahan pertanian, perkebunan, perikanan, pemukiman, pertambangan dan ekploitasi hasil hutan terjadi hampir di seluruh bagian DAS Indonesia.
Sebagai kesatuan ekosistem, daerah aliran
sungai (DAS) harus dikelola berdasarkan
karakteristik dan saling keterkaitan antar komponen ekosistem dari hulu hingga hilir secara terpadu. Namun pengelolaan DAS terpadu masih mengalami kendala dalam implementasinya. Misalnya, pengelolaan sumberdaya alam dalam DAS masih bersifat sektoral, belum memperhatikan keterkaitan hulu hilir dan belum melibatkan semua pihak terkait dalam DAS serta penggunaan teknologi serta model-model pengelolaan yang mengintegrasikan konsep keseimbangan lingkungan, ekonomi dan sosial budaya dalam pengelolaan DAS masih terbatas.
Dalam konteks pengelolaan DAS terpadu dan berkelanjutan, agar ketersediaan air pada DAS stabil (baik kuantitas maupun kualitasnya) sepanjang tahun, maka sudah waktunya kita
mengelola DAS secara berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan dengan mempertimbang-kan karakteristik DAS tersebut.
2. TELAAHAN PUSTAKA
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang secara topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung dan
menyimpan air hujan untuk kemudian
menyalurkannya ke laut melalui sungai utama. Wilayah daratan dalam DAS dinamakan daerah tangkapan air (DTA atau catchment area) yang merupakan suatu ekosistem dengan unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam (tanah, air, dan vegetasi) dan sumberdaya manusia sebagai pemanfaat sumberdaya alam (Asdak, 2010).
Pengertian lain DAS adalah suatu ekosistem dimana di dalamnya terjadi suatu proses interaksi antara faktor-faktor biotik, nonbiotik, dan manusia. Sebagai suatu ekosistem, maka setiap ada masukan (input) ke dalamnya, proses yang terjadi dan berlangsung di dalamnya dapat dievaluasi berdasarkan keluaran (output) dari ekosistem tersebut. Komponen masukan dalam ekosistem DAS adalah curah hujan, sedangkan keluaran terdiri dari debit air dan muatan sedimen. Komponen-komponen DAS berupa vegetasi, tanah dan saluran/sungai dalam hal ini bertindak sebagai prosesor (Suripin, 2004)..
Aliran permukaan (overland flow) adalah bagian dari curah hujan yang mengalir diatas permukaan tanah sebagai aliran (runoff) menuju sungai, danau dan lautan (Arsyad, 2010)
Erosi adalah peristiwa pindahnya atau
terangkutnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami. Pada peristiwa erosi tanah atau bagian-bagian tanah pada suatu tempat terkikis dan terangkut yang kemudian diendapkan di tempat lain (Arsyad, 2010).
Proses siklus air pada suatu daerah untuk periode tertentu terdapat hubungan keseimbangan antara aliran masuk (inflow) dan aliran keluar (outflow). Hubungan antara ketersediaan air untuk berbagai macam sektor harus terjadi keseimbangan, hubungan keseimbangan disebut “Neraca kebutuhan dan ketersediaan air” sering disebut juga dengan
“Neraca Air” (water balance). Konsep neraca air
pada dasarnya menunjukkan keseimbangan antara jumlah air yang masuk ke, yang tersedia di, dan yang keluar dari sistem (sub-sistem) tertentu, seperti yang ditunjukkan dalam gambar berikut (Limantara
et al,. 2008)
MASUKAN (I) KELUARAN ( O )
Gambar 1. Skema Neraca Air
3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian
Secara administratif DAS Batang Kuranji berada di Kota Padang yang meliputi Kecamatan Koto Tangah, Pauh, Kuranji, Nanggalo, dan Padang Utara, serta hanya sedikit terdapat di Kecamatan Kubung dan Lubuk Sikarah Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat. Secara Geografis DAS Batang kuranji berbatasan sebelah Utara dengan DAS Air Dingin, sebelah Selatan dengan DAS Batang Kuranji, Sebelah Timur dengan DAS Indragiri dan sebelah barat langsung ke Samudera Hindia.
3.2 Bahan yang digunakan
1. Peta rupa bumi Indonesia Skala 1 : 50.000 2. Peta administrasi Kota Padang
3. Peta Jenis Tanah Provinsi Sumatera Barat 4. Peta Kelas Lereng Provinsi Sumatera Barat 5. Peta Penggunaan Lahan Kota Padang 6. Peta Geologi Provinsi Sumatera Barat 7. Peta Jaringan Sungai Kota Padang 8. Data hujan Tahun 1992 s.d 2012 9. Data suhu udara tahun 1993 s.d 2012
3.3 Alat yang digunakan
1. Seperangkat komputer (Laptop) dengan perangkat lunak: ArcGIS 10.1, Global Mapper 12,MS Office (ProgramExcel, dan Word).
2. Global Possitioning System (GPS), untuk penentuan titik-titik koordinat geografis di lapangan.
3. Kamera digital, untuk pengambilan
dokumentasi di lapangan. 4. Alat tulis menulis.
3.4 Karakteristik Morfometri DAS
Perhitungan data morfometri DAS
dilakukan dengan cara interpretasi data citra penginderaan jauhDigital Elevation Model (DEM) dan Shutle Radar Topography Mission (SRTM), analisis, pembacaan peta dasar serta peta-peta tematik. Penghitungan data morfometri yakni 1) luas DAS; 2) jaringan sungai; 3) pola aliran; 4) kerapatan aliran; 5) panjang sungai utama dan panjang sungai terpanjang;
3.5 Karakteristik Morfometri DAS
Data karakteristik meteorologi/ klimatologi DAS diperoleh dari data Primer hasil pencatatan (tabulasi) alat-alat yang dipasang pada stasiun cuaca/iklim di lapangan oleh instansi BMKG, PSDA dan Balai Wilayah Sungai V Kementerian Pekerjaan Umum.
3.6 Karakteristik Morfologi DAS
Data karakteristik morfometri DAS diperoleh dari data peta tematik yang diterbitkan oleh Kemetarian Kehutanan, PUSLITNAK Bogor, BPDAS Agam Kuantan dan pengamatan di lapangan.
3.7 Karakteristik Kemampuan DAS
Karakteristik kemampuan DAS berkaitan dengan erosi dan bahaya erosi. Bahaya erosi adalah perkiraan jumlah tanah yang hilang maksimum yang akan terjadi pada suatu lahan jika pengelolaan tanahnya tidak mengalami perubahan. Perkiraan jumlah kehilangan lapisan tanah atas sebagai erosi permukaan dihitung secara prediktif kuantitatif berdasarkan konsep satuan lahan.
Perhitungan jumlah erosi aktual (A)
dilakukan dengan menggunakan persamaan
matematis yang dikemukakan oleh Wischmeir dan Smith (1978) dalam Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007) yang dikenal sebagai persamaan USLE (Universal Soil Loss Equation), yaitu :
A = R.K.LS.C.
A Jumlah erosi dalam ton/ha/tahun R faktor erosivitas hujan
K faktor erodibilitas tanah L faktor panjang lereng S faktor kemiringan lereng C faktor pengelolaan tanaman P faktor tindakan konservasi tanah
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik Morfometri DAS 4.1.2 Luas DAS
Berdasarkan hasil penghitungan secara
Automatic dengan menggunakan Software ArcGIS 10.1 dari peta digital yang telah dideliniasi diperoleh luas DAS Batang Kuranji adalah seluas 22.754 ha.
DAS Kuranji jika diklasifikasikan
berdasarkan luas, maka DAS Kuranji termasuk kedalam DAS Kecil.
4.1.3 Orde Sungai
Berdasarkan hasil perhitungan panjang dan kelas Orde sungai, maka diperoleh hasil jumlah dan panjang kelas orde sungai-sungai pada wilayah DAS Batang kuranji sebagai mana tabel 1 dibawah ini.
Tabel 1. Fisiografi Jaringan Sungai DAS Batang Kuranji
NO DAS Jumlah Total Panjang
(m) bentuk wilayah pada DAS Kuranji dengan menggunakan Peta Citra DEM, maka DAS Kuranji memiliki Pola Aliran atau berkarakter jenis Dendritik. Untuk melihat gambar pola aliran das kuranji, disajikan dalam gambar 2 berikut ini.
Gambar 2. Peta Pola Aliran
4.1.5 Kerapatan Aliran
panjang sungai keseluruhan yang ada di DAS Kuranji yakni 290.282 M (290,28 Km) dibagi dengan luas DAS 22.754 Ha (227.540 Km²). Lynsley (1975) menyatakan bahwa jika nilai kepadatan aliran lebih kecil dari 1 mile/mile² (0,62 Km/ Km²), DAS akan mengalami penggenangan, sedangkan jika nilai kerapatan aliran lebih besar dari 5mile/mile² (3,10 Km/Km²), DAS sering mengalami kekeringan.
4.1.5 Panjang Sungai Utama
Berdasarkan Hasil penghitungan peta jaringan sungai yang dibuat, maka mulai dari pertemuan sungai padang Janiah dengan sungai padang karuah hingga muara sungai batang kuranji, diperoleh hasil penghitungan sepanjang 19,14 Km
4.2 Karakteristik Meteorologi DAS 4.2.1 Curah Hujan
Data curah hujan pada wilayah penelitian diperoleh dari beberapa stasiun pencatat curah hujan yakni (1) Stasiun Simpang Alai (2) Stasiun Gunung Sarik; (3) Stasiun Ladang Padi; (4) Stasiun Batu Busuk; (5) Stasiun Gunung Nago; (6) Stasiun BMG.
Data yang diperoleh berupa data harian yang direkapitulasi selama periode 20 Tahun yakni sejak Tahun 1992 sampai dengan Tahun 2012.
Dari data harian tersebut setelah dilakukan rekapitulasi untuk masing-masing stasiun hujan, diperoleh Data nilai curah hujan bulanan rata-rata selama periode 20 tahun disajikan Tabel 2.
Tabel 2. Rata-rata Jumlah Curah Hujan Bulanan Periode 20 Tahun Masing-masing Stasiun di DAS Kuranji
STASIUN TAHUN JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES BMG 1992 s.d 2012 309,0 306,3 350,4 319,2 243,4 297,9 301,6 297,3 344,2 428,3 513,1 447,1 Gunung Sarik 1992 s.d 2012 229,9 269,6 219,7 246,3 254,8 247,5 269,1 284,6 301,0 352,7 419,1 352,1 Batu Busuk 1992 s.d 2012 218,0 192,0 273,4 306,4 257,4 252,1 238,7 240,6 259,1 262,9 350,6 329,0 Gunung Nago 1992 s.d 2012 216,9 198,7 239,9 269,7 255,1 239,9 282,6 232,3 334,4 324,8 408,1 342,7 Simpang Alai 1992 s.d 2012 252,4 194,3 257,0 257,2 244,9 262,1 221,2 255,4 282,2 284,9 356,5 382,9 Ladang Padi 1992 s.d 2012 312,1 267,0 361,6 371,4 333,0 289,8 290,0 271,7 352,3 367,6 444,4 377,7
Berdasarkan dari data tabel 2 diatas dapat disimpulkan bahwa pada wilayah penelitian yakni DAS Kuranji umumnya tidak ditemui periode kering pada satu tahun periode hujan, hal ini dapat dilihat dari masing-masing stasiun nilai curah hujan bulanan rata-ratanya lebih besar dari 100 mm.
Berdasarkan data curah hujan yang ada tersebut selanjutnya dilakukan pembuatan peta curah hujan menggunakan software ArcGIS 10.1, dengan menginterpolasi nilai jumlah curah hujan tahunan pada masing-masing stasiun hujan. Untuk
melihat penyebaran wilayah sebaran curah hujan disajikan pada gambar 3 dibawah ini.
Gambar 3. Peta Curah Hujan
4.2.2 Intensitas Hujan
DAS kuranji yang wilayahnya dari dataran hingga bergunung, berdasarkan data curah hujan periode 20 Tahun dari tahun 1992 sampai dengan Tahun 2012, diketahui intensitas hujan rata-rata adalah sebesar 30,40 mm/jam hal ini menunjukkan bahwa itensitas Hujan Pada Wilayah DAS Kuranji adalah berkategori Tinggi.
Klasifikasi intensitas hujan yang digunakan adalah menurut Kementerian Kehutanan dalam Pedoman Identifikasi Karakteristik DAS seperti tabel 3 dibawah ini.
Tabel 3. Klasifikasi Intensitas Hujan
Intensitas Hujan (mm/hari)
1 > 13,60 Sangat rendah
2 13,61 – 20,70 Rendah
3 20,71 – 27,70 Sedang
4 27,71 – 34,80 Tinggi
5 < 5 34,81 Sangat Tinggi
No Kategori Nilai
Dengan kondisi topografi pada wilayah hulu dan tengah DAS kuranji curam sampai sangat curam maka pada kondisi tersebut patut diwaspadai, hal ini dikarenakan tanah yang jenuh akibat distribusi hujan harian yang tinggi atau hujan yang terus-menerus dapat menyebabkan terjadinya bahaya banjir dan tanah longsor. Intensitas hujan yang tinggi memaksa tanah menyerap air setiap saat, sehingga setiap hujan yang turun bisa berpotensi menyebabkan genangan air dikarenakan tanah tersebut telah jenuh air.
Gambar 4. Peta Intensitas Curah Hujan
4.2.3 Type Iklim
Indonesia yang berada di sekitar katulistiwa secara umum termasuk kedalam wilayah yang beriklim tropis dengan suhu dan kelembaban tinggi. Tipe iklim wilayah penelitian ditentukan berdasarkan dari data curah hujan yang diperoleh dari stasiun pengamat hujan di DAS Kuranji dan sekitarnya.
Sesuai data curah hujan selama 20 (dua puluh) tahun terakhir menunjukkan bahwa bulan basah terjadi sepanjang tahun dengan rata-rata curah
hujan tahunan sebesar 1918,3 mm/tahun.
Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson, DAS Kuranji termasuk ke dalam type iklim A.
Banyaknya hari hujan rata-rata untuk bulan basah yaitu berkisar 14 hari hujan/bulan, dengan hari hujan tertinggi terjadi bulan November. Hari hujan dan curah hujan bulanan DAS Kuranji seperti Gambar 5 dibawah ini.
Gambar 5. Grafik Hari hujan dan curah hujan rata-rata bulanan DAS Kuranji Periode 20 Tahun (1992-2012)
4.3 Karakteristik Morfologi DAS 4.3.1 Geologi
Berdasarkan hasil perhitungan peta geologi dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Wilayah Sumatera Barat diperoleh hasil susunan batuan induk (geologi) yang tersusun pada wilayah DAS Kuranji. Luas dan persentase luasnya sesuai
dengan batas DAS disajikan sebagaimana tabel 4 berikut ini :
Tabel 4. Data Geologi Pada DAS Kuranji
NO SIMBOL FORMASI STRUKTUR JENIS BATUAN LUAS % LUAS
1 Qf Piedmont fan Terrestrial Alluvium Kipas Aluvium 1.587 6,97 2 Qh Younger Alluvium Terrestrial Alluvium Aluvium Muda 7.312 32,14 3 QTtb Lithic Crystal Tuff Volcanism Subaerial Lithic Crystal Tuff 1.749 7,69 4 Qv Quarternary Volcanic Volcanism Subaerial Batuan Gunungapi Kuarter 12.106 53,20
22.754 100,00 Jumlah
4.3.2 Geomorfologi
Berdasarkan hasil perhitungan peta
geomorfologi yang bersumber dari Peta RTk RHL Balai Pengelolaan DAS Agam Kuantan, maka diperoleh data geomorfologi pada DAS Kuranji atas lima bentuk lahan bentukan yakni 1) Punggung-punggung gunung tak teratur di atas batuan vulkanik berbasalt; 2) Kipas aluvial non vulkanik yang melereng sedang; 3) Gunungan-gunungan dan endapan pasir pesisir pantai; 4) Dataran-dataran pasir paduan sungai/muara dan 5) Dataran aluvial vulkanik yang melereng landai.
Penyebaran kondisi geomorfologi DAS Kuranji disajikan pada gambar 6 dibawah ini.
Gambar 6. Peta Geomorfologi DAS Kuranji
4.3.3 Topografi
Topografi DAS Kuranji terdiri dari dataran landai sampai pegunungan dengan kecuraman lereng yang bervariasi. Kecuraman lereng tersebut dapat dilihat dari pembagian kelas kemiringan lereng.Kemiringan lerang sangat berpengaruh terhadap kecepatan erosi pada suatu wilayah di dalam DAS, hal ini disebabkan kemiringan rata-rata DAS (Sb) merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap limpasan permukaan.
Tabel 5. Luas kelas kemiringan lereng DAS Kuranji
KEMIRINGAN
LERENG KELAS LUAS (Ha) % LUAS
0 - 8 % 1 7.909 34,76
8 - 15 % 2 - 0,00
15 - 25 % 3 11.603 50,99
25 - 45 % 4 2.229 9,80
> 45 % 5 1.013 4,45
JUMLAH 22.754 100,00
Gambar 7. Peta Kelas Kemiringan Lereng DAS Kuranji
4.3.4 Tanah
Berdasarkan hasil perhitungan penelitian diperoleh hasil bahwa wilayah DAS Kuranji dikelompokkan kedalam jenis tanah yaitu Regosol, Aluvial, Latosol dan Andosol.
Jenis tanah pada DAS Kuranji sangat berpengaruh terhadap proses infiltrasi atau aliran bawah permukaan (Subsurface flow). Jenis tanah yang bertekstur berpasir banyak dijumpai diwilayah hilir DAS, Jenis tanah ini akan memiliki tingkat infiltrasi yang lebih tinggi dibanding jenis tanah yang bertekstur lempung.
Kemampuan tanah yang dapat tererosi ditentukan oleh sifat fisik tanah dan jenis tanahnya. Diantara sifat fisik yang sangat berperanan adalah tekstur tanah, sktruktur tanah, kandungan bahan organik dan permeabilitas tanah. Tanah tanah yang bertekstur lebih kasar atau sedang kadang kadang menampilkan sifat erosidibilitas tanah yang tinggi atau dikatakan peka terhadap erosi.
Luas masing-masing Jenis tanah pada DAS Kuranji dapat di lihat sebagaimana Tabel 6 berikut ini :
Tabel 6. Luas dan Persentase Jenis Tanah pada DAS Kuranji
NO JENIS TANAH TEKSTUR KEDALAMAN LUAS % LUAS 1 Entisol Kasar Sangat Dangkal (< 30 Cm) 489 2,15 2 Andisol Agak Kasar Sedang (50 - 75 Cm) 1.088 4,78 3 Oxisol Halus Sangat Dalam (> 100 Cm) 12.988 57,08 4 Inceptisol Sedang Sangat Dalam (> 100 Cm) 8.189 35,99
22.754 100,00 JUMLAH
Untuk lebih jelasnya penyebaran jenis tanah pada DAS Kuranji disajikan sebagaimana gambar 8 berikut ini.
Gambar 8. Peta Jenis Tanah DAS Kuranji
4.4 Karakteristik Kemampuan DAS 4.4.1. Penggunaan Lahan
Kondisi penggunaan lahan pada DAS kuranji sangat beragam, hal ini dikarenakan pada DAS Kuranji meliputi dari wilayah pegunungan yakni jajaran bukit barisan terus ke arah barat yang membelah wilayah Administrasi kota padang sampai dengan wilayah landai atau datar yaitu daerah pesisir pantai.
Jika dilihat secara utuh sesuai batas DAS, penutupan lahan pada DAS Kuranji hampir setengahnya atau seluas 11.336,57 Ha (49,82%) adalah Hutan Lahan Kering Primer. Hutan tersebut tersebar pada wilayah hulu DAS yang merupakan jajaran bukit barisan. Luas dan persentase penggunaan lahan pada DAS Kuranji disajikan dalam Tabel 7 berikut ini.
Tabel 7. Luas dan Persentase Penggunaan Lahan pada DAS Kuranji
No PENGGUNAAN LAHAN LUAS PERSEN (%) 1 Bandara 227 1,00 2 Belukar 990 4,35 3 Hutan Lahan Kering Primer 11.963 52,58 4 Hutan Lahan Kering Sekunder 501 2,20 5 Pertanian Lahan Kering 1.178 5,18 6 Pertanian Lahan Kering Campur 3.953 17,37 7 Pemukiman 2.396 10,53 8 Sawah 1.458 6,41 9 Tubuh Air 88 0,39
JUMLAH 22.754 100
Sumber : Hasil Perhitungan Penelitian 2014
4.4.2. Satuan Lahan
Berdasarkan analisis spasial, hasil tumpang susun tiga peta tematik yaitu peta jenis tanah, peta Kemiringan lereng, dan peta penggunaan lahan maka diperoleh 23 satuan lahan atau unit lahan tentatif sebagai unit terkecil atau stratifikasi dalam pengamatan karakteristik lingkungan dan fisik lahan.
Luas masing-masing satuan lahan pada DAS Kuranji disajikan pada Tabel 8. dan penyebarannya disajikan dalam peta satuan lahan seperti Gambar 10 dibawah ini.
Tabel 8. Jenis dan Luas Satuan Lahan Wilayah DAS Kuranji
No SATUAN LAHAN LUAS % PERSENTASE
HLkP Hutan Lahan Kering Primer
HLkS Hutan Lahan Kering Sekunder
PLk Pertanian Lahan Kering
PLkC Hutan Lahan Kering Sekunder
Sw Sawah
Gambar 10. Peta Satuan Lahan DAS Kuranji
4.4.3. Erosi
Erosi aktual adalah perkiraan jumlah tanah hilang maksimum yang akan terjadi pada suatu lahan bila pengelolaan lahan atau tanahnya tidak mengalami perubahan saat ini.
Penentuan laju erosi bertujuan untuk mengetahui besaran erosi yang terjadi disetiap satuan lahan. Penghitungan laju erosi menggunakan persamaan USLE (Universal Soil Loss Equation).
Parameter-parameter yang digunakan dalam model persamaan ini adalah: erosivitas hujan (R), erodibilitas tanah (K), faktor panjang dan kemiringan lereng (LS), faktor pengelolaan tanaman (C), dan faktor konservasi tanah (P).
Hasil penghitungan nilai erosi dengan menggunakan parameter-parameter diatas disajikan sebagaimana tabel 9 berikut ini.
Tabel 9 Nilai Erosi Aktual Wilayah DAS Kuranji
No SATUAN LAHAN A
4.4.4. Tingkat Bahaya Erosi
Klasifikasi tingkat bahaya erosi (TBE)
solum tanah pada setiap unit lahan apabila teknik
pengelolaan tanaman dan konservasi tanah tidak
mengalami perubahan. Pada dasarnya jumlah laju
erosi aktual atau kehilangan tanah maksimum ini harus lebih kecil atau sama dengan poses pembentukan tanah, sehingga produktivitas lahan tetap berkelanjutan.
Nilai laju erosi aktual dalam penelitian ini merupakan nilai erosi aktual (A) yang diperoleh dari perhitungan dengan menggunakan persamaan USLE. Data solum tanah pada penelitian ini diperoleh dari hasil pengamatan profil tanah di lapangan. Penghitungan klasifikasi TBE setiap satuan lahan di DAS Kuranji disajikan pada Tabel 10 berikut ini :
Tabel 10 : Tingkat Bahaya Erosi Wilayah DAS Kuranji
< 15 15 - 60 60 - 180 180 - 480 > 480
1 A - Bdr - 2 60 - 90 - - 100,53 - - 227 Berat 2 A - PLk - 2 60 - 90 9,83 - - - - 164 Ringan 3 A - PLk - 3 > 90 - 21,14 - - - 40 Sedang 4 A - PLkC - 2 30 - 60 - 19,66 - - - 3.256 Sangat Berat 5 A - PLkC - 3 > 90 - 50,49 - - - 281 Sedang 6 A - Pm - 1 30 - 60 - 31,05 - - - 480 Sangat Berat 7 A - Pm - 2 30 - 60 - 41,44 - - - 1.915 Sangat Berat 8 A - Sw - 2 30 - 60 1,01 - - - - 1.459 Sangat Ringan 9 A - Ta - 2 30 - 60 0,00 - - - - 87 Sangat Ringan 10 C - Be - 2 30 - 60 - 17,47 - - - 295 Sangat Berat 11 C - Be - 3 > 90 - 43,31 - - - 695 Sedang 12 C - HLkP - 2 60 - 90 1,65 - - - - 26 Ringan 13 C - HLkP - 3 > 90 3,83 - - - - 7.605 Ringan 14 C - HLkP - 4 > 90 1,09 - - - - 1.085 Ringan 15 C - HLkS - 2 > 90 8,24 - - - - 7 Ringan 16 C - HLkS - 3 > 90 - 19,30 - - - 495 Sedang 17 C - PLk - 2 > 90 - - 167,10 - - 608 Berat 18 C - PLk - 3 > 90 - - - 429,15 366 Sangat Berat 19 C - PLkC - 2 > 90 - - - 334,21 157 Sangat Berat 20 C - PLkC - 3 > 90 - - - - 858,30 264 Sangat Berat 21 D - HLkP - 3 > 90 8,56 - - - - 2.227 Ringan 22 D - HLkP - 4 > 90 2,99 - - - - 2 Ringan 23 E - HLkP - 3 > 90 10,82 - - - - 1.013 Ringan
Keterangan
No Satuan Lahan Luas
Tebal Solum (Cm)
Erosi Maksimum (A) ton/ha/tahun
Penyebaran tingkat bahaya erosi di DAS Kuranji disajikan pada gambar 11 dibawah ini.
Gambar 11. Peta Tingkat Bahaya Erosi DAS Kuranji
4.4.5. Neraca Air
Neraca air atau keseimbangan air DAS dalam memenuhi kebutuhan air di DAS kuranji diperoleh dari nilai ketersediaan air yang ada dikurangi dengan nilai kebutuhan air pada DAS Kuranji.
Ketersediaan air pada DAS kuranji dihitung secara biofisik dengan hanya melihat surplus dan defisit air menggunakan metode Thorntwaite Mather, sedangkan besar kebutuhan air pada DAS Kuranji menggunakan hasil penelitian-penelitian yang pernah dilakukan pada DAS Kuranji.
Ketersediaan Air
Ketersediaan air pada DAS kuranji dihitung secara biofisik. Dalam penentuan ketersediaan air dengan metode Thornthwaite dan Mather (1957) variabel utama sebagai masukan dalam penentuan neraca air adalah curah hujan (P), Temperatur dan Nilai WHC yang diduga
dengan menggunakan tabel Pendugaan WHC
berdasarkan kombinasi tekstur tanah dan vegetasi penutup.
Berdasarkan hasil perhitungan neraca air menggunakan metode Thorntwaite Mather maka dapat digambarkan secara grafik surplus dan defisit air rata-rata selama 20 tahun setiap bulan disajikan sebagaimana gambar 12 dibawah ini.
Gambar 12. Grafik Rata-rata surplus dan defisit Air Tanah pada DAS Kuranji
Selanjutnya gambar grafik rata-rata curah hujan dan evapotranspirasi potensial selama periode 20 tahun dari tahun 1992-2002 di DAS Kuranji disajikan pada gambar 13 berikut.
Sesuai dengan data gambar 12 dapat dijelaskan bahwa walaupun DAS Kuranji memiliki potensi air yang besar, namun ada beberapa bulan terdapat kekurangan air sehingga perlu dilakukan upaya agar potensi air merata sepanjang tahun..
Kebutuhan Air
Perhitungan kebutuhan air pada penelitian ini menggunakan data penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya. Nursidah (2012),
Penghitungan kebutuhan air yang dilakukan dengan membagi atas 4 kelompok, yaitu : Kebutuhan air rumah tangga atau domestik (Qrt), kebutuhan air untuk pertanian (Qpert), kebutuhan air perkotaan (Qkota) dan kebutuhan air untuk industri (Qind).
Hasil perhitungan kebutuhan air masing-masing kelompok yang telah dilakukan penelitian disajikan sebagaimana tabel 11 Berikut ini
Tabel 11. Kebutuhan Air pada Wilayah DAS 481.844.089 438.752.062 161.974.908 250.640.881 29.299.350
II Proyeksi Tahun 2018
1 Rumah Tangga 59.707.120 54.376.386 25.792.944 21.188.633 7.394.809 2 Perkotaan 23.882.848 21.750.554 10.317.178 8.475.453 2.957.924 3 Pertanian 143.116.760 118.012.166 36.448.677 67.505.635 14.056.328 4 Industri 281.702.405 271.321.206 102.231.261 162.341.345 9.324.490 508.409.133 465.460.312 174.790.060 259.511.066 33.733.551
III Proyeksi Tahun 2028
1 Rumah Tangga 87.622.294 80.769.492 38.312.214 31.473.187 10.984.091 2 Perkotaan 35.048.918 32.307.797 15.324.886 12.589.275 4.393.636 3 Pertanian 135.495.931 111.732.306 34.517.805 63.918.827 13.295.675 4 Industri 291.381.522 279.936.248 107.064.265 165.431.653 10.280.250 549.548.665 504.745.843 195.219.170 273.412.942 38.953.652 DAS Batang
SWP DAS Arau DAS Batang Arau
DAS Batang Kuranji Perkiraan Kebutuhan Air (M³/tahun)
Sumber : Nursidah, 2012
Berdasarkan hasil perhitungan ketersediaan air masing-masing satuan lahan DAS Kuranji dengan luas 22.754 Ha memiliki potensi air rata-rata sebesar 427.066.416 m³/Thn. Jika dibandingkan dengan kebutuhan air untuk Rumah Tangga, Perkotaan, Pertanian dan Industri hasil penelitian (Nursidah, 2012) sesuai Tabel 12 diatas, maka masih terdapat potensi air yang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan air pada kegiatan lain salah satunya untuk pengembangan budidaya perikanan air tawar.
4.5 Ketersediaan Air Berkelanjutan
Keberlanjutan (sustainable) ketersediaan air dapat dilakukan dengan membuat kebijakan dalam
pengelolaan sumber daya air. Kebijakan
Pengelolaan sumber daya air terutama pada sistem
pengelolaan sumberdaya alamnya dan
pendistribusian air dalam memenuhi kebutuhan air pada DAS Kuranji.
Secara teknik untuk jangka pendek dapat dilakukan dengan membuat sumur-sumur resapan, embung-embung, serta cekdam-cekdam. Kegiatan untuk jangka panjang dapat dilakukan dengan cara vegetatif yakni dengan melakukan kegiatan penghijauan dan reboisasi.
Penzonasian wilayah hidrologi adalah untuk mengetahui zona/wilayah mana yang paling mempengaruhi kondisi debit air pada wilayah DAS, kuranji, sehingga nantinya dapat diprioritaskan lebih awal untuk kegiatan rehabilitasi sesuai dengan kondisi karakteristik DAS Kuranji.
Berikut Luas dan persentase luas masing-masing zona hidrologi seperti tabel 12 berikut :
Tabel 12. Luas wilayah zona hidrologi
No Wilayah Hidrologi Luas % (persen)
1 Zona 1 4.546 19,98
Gambar 14. Peta Wilayah Zonasi Hidrologi DAS Kuranji
Berdasarkan hasil overley peta zonasi dengan peta pewilayahan DAS peta kemiringan lereng, peta penutupan lahan dan peta curah hujan, dapat dijelaskan bahwa zona hidrologi 4 dan 5 yang berada pada hulu DAS kuranji dengan penggunaan lahannya sebahagian besar hutan dan bertopografi curam sampai dengan sangat curam harus dilindungi karena apabila hutan-hutan dibagian hulu rusak maka bahaya banjir limpasan akan menghadang, disebabkan karena topografinya yang curam serta tingginya curah hujan pada zona tersebut.
Wilayah zona hidrologi 2, 3 dan 6 merupakan zona yang sering dilakukan aktifitas-aktifitas didalamnya. Dengan demikian disarankan
ketika melakukan aktifitas pembangunan
didalamnya agar tidak mengabaikan konservasi tanah dan airnya.
Zona hidrologi 1 hampir keseluruhannnya berada diwilayah hilir DAS yang merupakan wilayah pemukiman terpadat dibandingkan wilayah lainnya pada DAS kuranji. Pada zona hidrologi 1 ini upaya koservasi dapat dilakukan dengan penanaman pohon-pohon pelindung pada kiri kanan jalan, fasilitas-fasilitas umum seperti sekolah, kantor, tempat peribadatan dan sekitar areal bandara Tabing. Selain itu perlu juga dilakukan penambahan saluran-saluran air atau drainase, hal ini dikarenakan zona 1 merupakan daerah datar yang rawan terhadap banjir genangan.
5. KESIMPULAN
1. DAS kuranji seluas 22.754 Ha merupakan DAS yang klasifikasinya sebagai DAS kecil memiliki karakteristik morfometri dengan kerapatan aliran sebesar 1,28
km/km², selain itu karakteristik
meteorologi dengan 73,35 % wilayahnya memiliki curah hujan yang sangat tinggi. Karakteristik morfologi yang didominasi oleh lahan atau kelompok lahan yang tidak dapat diolah tanpa memperhatikan konservasi tanahnya, sebab 65,24 % wilayah DAS Kuranji memiliki topografi agak curam sampai dengan sangat curam
2. Dengan kondisi penggunaan lahan saat ini, rata-rata laju erosi aktual di DAS Kuranji diperkirakan sebesar 94,83 ton/ha/th. atau 2.157.689,38 ton/th. dengan erosi yang diperbolehkan di DAS Kuranji sebesar 60,90 ton/ha/th atau sebesar 1.385.768,07 ton/ha/th, maka nilai erosi aktual telah melebihi nilai erosi yang diperbolehkan (Edp), hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi degradasi lahan di wilayah DAS Kuranji.
3.
Neraca air di DAS kuranji menunjukkan
adanya potensi air yang sangat besar,
yakni rata-rata 18.757,69 m³/ha/th.
atau sebesar 427.066.416 m³/Thn Jika
dibandingkan dengan kebutuhan air
untuk Rumah Tangga, Perkotaan,
Pertanian
dan
Industri
yang
diproyeksikan sampai dengan tahun
2028 dengan rata-rata kebutuhan air
pada DAS kuranji sebesar 261.188.296
m³/Thn, maka masih didapat sisa
potensi
air
cukup
besar
untuk
memenuhi kebutuhan air kegiatan
lainnya.
6. DAFTAR PUSTAKA
Asdak, Chay. 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press, Bogor.
Balai Pengelolaan DAS Agam Kuantan. 2009. Rencana Teknik Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Propinsi Sumatera Barat. BP DAS Agam Kuantan. Padang.
Bapedalda Kota Padang. 2009. Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kota Padang Tahun 2009. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Kota Padang. Padang.
Berd, I. 2003 Prediksi Upaya Perbaikan Pengelolaan dan Tata Guna Lahan untuk Menekan Laju Erosi Sub DAS Hulu Batang Mahat. Makalah Seminar Nasional Pembangunan Pertanian Berkelanjutan dalam Era Otonomi Daerah dan Globalisasi, bekerja sama Universitas Tridinti dengan Universitas Sriwijaya, Palembang, Mei 2-3, 2003.
Kementerian Kehutanan. 2013. Peraturan Direktur Jenderal Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial Nomor :
P.3/V-SET//2013 Tentang Pedoman
Identifikasi Karakteristik Daerah Aliran Sungai. Kementerian Kehutanan. Jakarta.
Hardjowigeno, S. dan Widiatmaka. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tata
guna Lahan. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
Limantara, L.M., M.J. Ismoyo dan A. Supriyatna. 2008. Neraca Air Bendungan Teritip Kota Balikpapan Provinsi Kalimantan Timur.
AgritechVol. 16, No. 12. Hal 2376-2393
Nursidah. 2012. Pengembangan institusi untuk
membangun kemandirian dalam
pengelolaan DAS terpadu (studi kasus pada SWP DAS Arau Sumatera barat). Disertasi. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Suripin. 2004. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Penerbit Andi, Yogyakarta.