• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN KONTEKTUAL POKOK BAHASAN PERSAMAAN GARIS LURUS KELAS VIII-B MTs. RADEN RAHMAT SELOREJO MOJOWARNO JOMBANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN KONTEKTUAL POKOK BAHASAN PERSAMAAN GARIS LURUS KELAS VIII-B MTs. RADEN RAHMAT SELOREJO MOJOWARNO JOMBANG."

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

SELOREJO MOJOWARNO JOMBANG

Oleh :

M. ALI ZABET MUKAFI NIM :

D54211101

UNIVERSITASISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

(2)
(3)
(4)
(5)

iii

M. Ali Zabet Mukafi NIM : D54211101

ABSTRAK

Kemampuan koneksi matematika siswa sangat penting dalam menentukan kemampuan belajar siswa. Rendahnya kemampuan koneksi matematika siswa MTs. Raden Rahmat yang ditandai dengan hasil tes uji kompetensi pada materi yang sama 50% siswa mendapat nilai kurang dari 70 dan 60 % siswa mendapat nilai kurang dari KKM pada ujian akhir semester ganjil 2014-2015. Untuk itu peneliti berusaha mencari solusi permasalahan ini dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas( PTK ) di kelas VIII-B MTs. Raden Rahmat Selorejo Mojowarno Jombang dengan melalui pendekatan kontektual.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada 1 Desember sampai 5 Desember 2015 di MTs Raden Rahmat Selorejo Mojowarno. Tindakan dilaksanakan dalam 2 siklus dalam 4 pertemuan dengan masing-masing siklus terdiri dari satu tatap muka pembelajaran dan satu pertemuan untuk tes akhir siklus. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi siswa, observasi kinerja guru Dan tes tulis.Indikator yang digunakan untuk menilai peningkatan kemampuan koneksi siswa adalah : 1) Membuat representasi yang ekuivalen dari konsep yang sama. 2 ) Menjelaskan hubungan antara berbagai representasi konsep dan prosedur. 3) Menjelaskan hubungan atau keterkaitan antar topik matematika. 4) Menggunakan konsep matematika dalam menyelesaikan permasalahan kehidupan sehari-hari. 5) Membuat contoh konsep penggunaan persamaan garis lurus dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan peningkatan kemampuan koneksi matematika siswa kelas VIII-B MTs. Raden Rahmat Selorejo setelah mengikuti pembelajaran kontektual, terlihat pada indikator 1, indikator 2, indikator 3, indikator 4, indikator 5 terjadi peningkatan kemampuan koneksi matematika dengan hasil tes dari siklus I ke siklus II berturut-turut sebesar 30 %, 31,15%, 50 %, 31,25 %, 42, 56% , dengan hasil tersebut permasalahan rendahnya kemampuan koneksi matematika siswa dapat diatasi.

(6)

v C.Hubungan koneksi matematika dengan pendekatan kontektual D. Persamaan garis lurus ………

BAB III. PROSEDUR PENELITIAN ………..……… A.Metode penelitian ……….. B.Setting penelitian dan karakteristik subjek ……… C.Variabel yang akan diteliti ………

(7)

vi

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) ………..

2. Lembar Kerja Diskusi ( LK 1 ) ……….

3. Lembar Kerja Diskusi ( LK 2 ) ……….

4. Kisi-kisi soal tes siklus I ……… 5. Kisi-kisi soal tes siklus II ………..

6. Lembar observasi siswa ……….

7. Lembar observasi guru ………..

8. Hasil tes siklus I dan II ……….

(8)

1

Matematika dianggap mata pelajaran momok dan tidak disukai oleh sebagian besar siswa kita. Padahal matematika sumber dari segala disiplin ilmu dan kunci ilmu pengetahuan. Matematika juga berfungsi sebagai ilmu pengetahuan, artinya selain berkembang untuk dirinya sendiri matematika juga

dibutuhkan ilmu pengetahuan dalam pengembangan dan operasionalnya.

¹

National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) menyatakan

pembelajaran matematika disekolah dari dasar hingga kelas XII memerlukan standart pembelajaran yang berfungsi membuat siswa memiliki kemampuan berpikir, kemampuan penalaran matematis, memiliki pengetahuan serta keterampilan dasar yang bermanfaat. Standar pembelajaran tersebut meliputi :

standar isi dan standar proses. Standar isi adalah standar pembelajaran matematika memuat konsep-konsep materi yang harus dipelajari siswa, yaitu: bilangan dan operasinya, aljabar, geometri, pengukuran, analisis data dan peluang. Standar proses adalah kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki siswa untuk mencapai standar isi. Standar proses meliputi: pemecahan masalah (problem solving), penalaran (reasoning), komunikasi (communication), penelusuran pola atau hubungan (connections) dan representasi (representations).

¹

Erman Suherman, dkk. Strategi Pembelajaran Kontemporer, (Bandung: JICA Universitas

Pendidikan Indonesia, 2001), h. 28

(9)

Salah satu dari standar proses tersebut adalah koneksi (connections).¹ Koneksi dalam bahasa Inggris diartikan hubungan. Koneksi secara umum adalah suatu hubungan atau keterkaitan. Koneksi dalam kaitannya dengan matematika yang disebut dengan koneksi matematika dapat diartikan sebagai keterkaitan secara internal dan eksternal. Keterkaitan secara internal adalah keterkaitan antara konsep-konsep matematika yaitu berhubungan dengan matematika itu sendiri sedangkan keterkaitan secara eksternal, yaitu keterkaitan antara matematika dengan kehidupan sehari-hari.²

Kelima standar tersebut mempunyai peranan penting dalam kurikulum matematika, yang harus dikuasai siswa untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran matematika sesuai yang diharapkan. Bruner menyatakan dalam matematika setiap konsep berkaitan dengan konsep yang lain, begitu pula dalil, teori dan hukum yang satu berkaitan dengan dalil, teori dan hukum yang lain. Begitu pula cabang matematika satu berhubungan dengan cabang matematika yang lain. Oleh karena itu agar siswa lebih berhasil dalam belajar matematika, maka harus banyak diberikan kesempatan untuk melihat keterkaitan-keterkaitan itu. Keterkaitan tersebut harus dikuasai siswa yang lazim di sebut kemampuan koneksi

(connection).

¹

The National Council of Teachers of Mathematics (NCTM). Principles and Standards for School Mathematics. (Reston, VA: NCTM, 2000), h. 29

² Utari Sumarmo, Suatu Alternatif Pengajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi

Matematika pada Guru dan Siswa SMP. Laporan penelitian IKIP Bandumg (Bandung: Tidak

(10)

Kemampuan koneksi matematik (mathematical connection) dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menghubungkan antar konsep matematika dan dengan konsep diluar ilmu matematika. Dalam pembelajaran matematika dilakukan mengikuti metode spiral. Artinya dalam memperkenalkan suatu konsep atau bahan yang baru perlu memperhatikan konsep atau bahan yang telah dipelajari siswa sebelumnya.

Sedangkan pembelajaran matematika di kelas masih banyak dijumpai hanya fokus pada materi yang sedang diajarkan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat, untuk mencapai target pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang ada dan kurang menyediakan waktu kepada siswa untuk mengulang konsep dan materi yang terkait jika siswa mengalami kesulitan menyelesaikan persoalan. Selain itu banyak siswa yang tidak menguasai dengan baik konsep dan materi matematika yang diajarkan di kelas sebelumnya. Sebagai gambaran untuk menentukan persamaan garis yang diajarkan di semester ganjil kelas VIII-B MTs. Raden Rahmat masih banyak siswa tidak mampu menyelesaikannya karena tidak menguasai konsep dan materi relasi dan fungsi, diagram kartesius yang sudah diajarkan pada kelas dasar atau semester-semester sebelumnya, begitu juga dengan gradien dan cara menentukannya masih banyak yang tidak mampu menggambarkan gradien sebagaimana yang diharapkan, karena dengan menguasai materi-materi tersebut siswa dapat menentukan dan menggambar persamaan garis beserta gradiennya.

(11)

rendah yang berakibat pada hasil belajar siswa juga kurang maksimal. Sebagaimana yang terjadi pada siswa-siswi kelas VIII-B MTs. Raden Rahmat Selorejo Mojowarno Jombang. Hal ini tercermin pada nilai ujian akhir semester ganjil tahun pelajaran 2014-2015 yang lalu dikelas VIII-B-B MTs. Raden Rahmat Selorejo Mojowarno Jombang. Nilai KKM yang ditetapkan madrasah untuk mata pelajaran matematika adalah 70. Hasil ujian akhir semester ganjil 60% siswa mendapatkan nilai dibawah KKM, sehingga harus dilakukan remidi atau ujian ulang untuk mencapai nilai KKM tersebut. Jika dilihat nilai uji kompetensi dan nilai ulangan harian materi persamaan garis lurus pada semester ganjil tahun ajaran 2014-2015 sebanyak 50% siswa mendapat nilai kurang dari 70, setelah peneliti perhatikan siswa yang mendapat nilai dibawah KKM atau dibawah nilai 70 untuk uji kompetensi materi persamaan garis lurus mereka kurang dapat menerapkan konsep menentukan persamaan garis lurus yang dikaitkan dengan diagram garis sesuai dengan kemiringannya atau gradiennya, sehingga hasil penyelesaiannya tidak benar.

(12)

KONTEKTUAL POKOK BAHASAN PERSAMAAN GARIS LURUS KELAS VIII-B MTs RADEN RAHMAT SELOREJO MOJOWARNO JOMBANG”.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut maka peneliti merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut :

(a). Bagaimanakah aktifitas siswa selama proses pembelajaran persamaan garis lurus dengan pendekatan kontektual ?

(b). Bagaimanakah aktifitas guru selama proses pembelajaran persamaan garis lurus dengan pendekatan kontektual ?

(c). Bagaimanakah peningkatan kemampuan koneksi matematika siswa kelas VIII-B MTs Raden Rahmat Selorejo Mojowarno Jombang ?

C. Tindakan yang dipilih

(13)

D. Tujuan penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk :

(a). Mengetahui aktifitas siswa selama pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan kontektual

(b). Mengetahui aktifitas guru dalam pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan kontektual

(c). Meningkatkan kemampuan koneksi matematika siswa kelas VIII-B MTs Raden Rahmat Selorejo Mojowarno Jombang

E. Lingkup penelitian

Lingkup penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut :

(a) Aktifitas siswa siswi kelas VIII-B MTs Raden Rahmat Selorejo Mojowarno Jombang selama pembelajaran berlangsung

(b) Aktifitas guru dalam melaksanakan pembelajaran selama penelitian tindakan kelas dengan pendekatan kontektual

(c) Peningkatan kemampuan koneksi matematika siswa kelas VIII-B MTs Raden Rahmat dalam pembelajaran dengan pendekatan kontektual

F. Signifikansi penelitian

(14)

Kemampuan koneksi menjadi hal yang sangat penting untuk dikuasi siswa mulai dari jenjang sekolah dasar sampai jenjang lanjutan bahkan jenjang sarjana. Karena tidak ada satupun permasalah matematika yang berdiri sendiri tanpa terkoneksi dengan konsep dan dalil-dalil matematika yang lain bahkan terkait dengan disiplin ilmu yang lain. Selain hal diatas dalam pembelajaran guru dikelas ada beberapa siswa yang tertinggal dengan teman-teman sekelasnya dalam memahami konsep dan materi-materi matematika yang diajarkan, yang disebabkan siswa tersebut gagal atau tidak berhasil mengkonstruk konsep dan materi tersebut dalam pikirannya.

(15)

8

Koneksi berasal dari kata connection dalam bahasa inggris yang diartikan hubungan. Koneksi secara umum adalah suatu hubungan atau keterkaitan. Koneksi dalam kaitannya dengan matematika yang di sebut dengan koneksi matematika dapat diartikan sebagai keterkaitan secara internal dan eksternal. Keterkaitan secara internal adalah keterkaitan antara konsep-konsep matematika yaitu berhubungan dengan matematika itu sendiri dan keterkaitan secara eksternal, yaitu keterkaitan antara matematika dengan kehidupan sehari-hari1. Koneksi matematika (mathematical connection) merupakan salah satu dari lima kemampuan standar yang harus di miliki siswa dalam belajar matematika yang ditetapkan dalam NCTM yaitu: kemampuan pemecahan masalah (problem

solving), kemampuan penalaran (reasoning), kemampuan komunikasi

(communication), kemampuan membuat koneksi (connection), dan kemampuan representasi (representation).2 Koneksi matematika juga merupakan salah satu dari lima ketrampilan yang dikembangkan dalam pembelajaran matematika di Amerika pada tahun 1989. Lima keterampilan itu adalah sebagai berikut:

Communication (Komunikasi matematika), Reasoning (Berpikir secara

matematika), Connection (Koneksi matematika), Problem Solving (Pemecahan

1

Utari Sumarmo. 1994. Suatu Alternatif Pengajaran untuk Meningkatkan Kemampuan

Komunikasi matematika pada Guru dan Siswa SMP. Laporanpenelitian IKIP Bandung. Bandung:

2

The National Council of Teachers of Mathematics (NCTM). 2000. Principles and

(16)

masalah), Understanding (Pemahaman matematika)1, sehingga dapat disimpulkan bahwa koneksi matematika merupakan salah satu komponen dari kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh siswa dalam belajar matematika. “When student can connect mathematical ideas, their understanding is deeper and more

lasting”2. Apabila para siswa dapat menghubungkan gagasan-gagasan matematis, maka pemahaman mereka akan lebih mendalam dan lebih bertahan lama. Pemahaman siswa akan lebih mendalam jika siswa dapat mengaitkan antar konsep yang telah diketahui siswa dengan konsep baru yang akan dipelajari oleh siswa. Seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu didasari kepada apa yang telah diketahui orang tersebut. Oleh karena itu untuk mempelajari suatu materi matematika yang baru, pengalaman belajar yang lalu dari seseorang itu akan mempengaruhi terjadinya proses belajar materi matematika tersebut.3 Adanya keterkaitan antara kehidupan sehari-hari dengan materi pelajaran yang akan dipelajari oleh siswa juga akan menambah pemahaman siswa dalam belajar matematika. Kegiatan yang mendukung dalam peningkatan kemampuan koneksi matematika siswa adalah ketika siswa mencari hubungan keterkaitan antar topik matematika, dan mencari keterkaitan antara konteks eksternal diluar matematika dengan matematika. Konteks eksternal yang diambil adalah mengenai hubungan matematika dengan kehidupan sehari-hari. Konteks tersebut dipilih karena pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa dapat melihat masalah yang nyata

1

Asep Jihad. 2008. Pengembangan Kurikulum Matematika (Tinjauan Teoritis dan

Historis). Bandung: Multipressindo.h.148

2

The National Council of Teachers of Mathematics (NCTM). 2000. Principles and

Standards for School Mathematics. Reston,VA: NCTM. H.64

3

(17)

dalam pembelajaran. Mudah sekali mempelajari matematika kalau kita melihat penerapannya di dunia nyata1). Menurut NCTM (National Council of Teacher of Mathematics)2, indikator untuk kemampuan koneksi matematika yaitu: (a) Mengenali dan memanfaatkan hubungan-hubungan antara gagasan dalam matematika; (b) Memahami bagaimana gagasan-gagasan dalam matematika saling berhubungan dan mendasari satu sama lain untuk menghasilkan suatu keutuhan koheren; (c) Mengenali dan menerapkan matematika dalam kontek-konteks di luar matematika. Menurut Asep Jihad, koneksi matematika merupakan suatu kegiatan yang meliputi hal-hal berikut ini 3:

a. Mencari hubungan berbagai representasi konsep dan prosedur. b. Memahami hubungan antar topik matematika.

c. Menggunakan matematika dalam bidang studi lain atau kehidupan sehari-hari.

d. Memahami representasi ekuivalen konsep yang sama.

e. Mencari koneksi satu prosedur ke prosedur lain dalam representasi yang ekuivalen.

f. Menggunakan koneksi antar topik matematika, dan antara topik matematika dengan topik lain.

Menurut Utari Sumarmo, kemampuan koneksi matematika siswa dapat dilihat dari indikator-indikator berikut: (1) mengenali representasi ekuivalen dari

1

Elanie.B Johnson. 2010. Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan

Belajar Mengajar Mengasyikan dan Bermakna. Bandung: Kaifa.

2

The National Council of Teachers of Mathematics (NCTM). 2000. Principles and

Standards for School Mathematics. Reston,VA: NCTM. H.64

3

Asep Jihad. 2008. Pengembangan Kurikulum Matematika (Tinjauan Teoritis dan

(18)

konsep yang sama; (2) mengenali hubungan prosedur matematika suatu representasi keprosedur representasi yang ekuivalen; (3) menggunakan dan menilai keterkaitan antar topik matematika dan keterkaitan di luar matematika; dan (4) menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari.1

Konsep-konsep matematika tersusun secara hierarkis, terstruktur, logis, dan sistematis mulai dari konsep yang paling sederhana sampai pada konsep yang paling kompleks. Dalam matematika terdapat topik atau konsep prasyarat sebagai dasar untuk memahami topik atau konsep selanjutnya. Ibarat membangun sebuah gedung bertingkat, lantai kedua dan selanjutnya tidak akan terwujud apabila fondasi dan lantai sebelumnya yang menjadi prasyarat benar-benar dikuasai, agar dapat memahami konsep-konsep selanjutnya.2 Kemampuan siswa dalam mengkoneksikan keterkaitan antar topik matematika dan dalam mengkoneksikan antara dunia nyata dan matematika dinilai sangat penting, karena keterkaitan itu dapat membantu siswa memahami topik-topik yang ada dalam matematika. Siswa dapat menuangkan masalah dalam kehidupan sehari-hari ke model matematika, hal ini dapat membantu siswa mengetahui kegunaan dari matematika. Maka dari itu, efek yang dapat ditimbulkan dari peningkatan kemampuan koneksi matematika adalah siswa dapat mengetahui koneksi antar ide-ide matematika dan siswa dapat mengetahui kegunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dua hal tersebut dapat memotivasi siswa untuk terus belajar matematika.

1

Utari Sumarmo. 2003. Daya dan Disposisi Matematik: Apa, Mengapa dan Bagaimana

Dikembangkan pada Siswa Sekolah Dasar dan Menengah. Jurusan Matematika ITB.

2 Eman Suherman. 2003. Strategi Pembelajaran Kontemporer . Bandung Jurusan

(19)

Berdasarkan kajian teori di atas, secara umum terdapat tiga aspek kemampuan koneksi matematika, yaitu:

1) Menuliskan masalah kehidupan sehari-hari dalam bentuk model matematika. Pada aspek ini, diharapkan siswa mampu mengkoneksikan antara masalah pada kehidupan sehari-hari dan matematika.

2) Menuliskan konsep matematika yang mendasari jawaban.

Pada aspek ini, diharapkan siswa mampu menuliskan konsepmatematika yang mendasari jawaban guna memahami keterkaitan antar konsep matematika yang akan digunakan.

3) Menuliskan hubungan antar obyek dan konsep matematika.

Pada aspek ini, diharapkan siswa mampu menuliskan hubungan antar konsep matematika yang digunakan dalam menjawab soal yang diberikan.

Dari ketiga aspek diatas, pengukuran koneksi matematika siswa dilakukan dengan indikator-indikator yaitu: Menuliskan masalah kehidupan sehari-hari dalam bentuk model matematika, menuliskan konsep matematika yang mendasari jawaban, menuliskan hubungan antar obyek dan konsep matematika.

Pinellas County Schools, Division of Curriculum and Instruction Secondary Mathematics , kemampuan membuat koneksi (connection) merupakan salah satu standar proses (process standards) dalam daya matematis.1 Mengacu pada tuntutan dan harapan peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran matematika, termasuk evaluasi hasil belajar siswa, hendaknya mengutamakan pada pengembangan “daya matematik” (mathematical power) yang salah satu

1

Mumun Syaban, 2008. Menumbuhkembangkan Daya Matematis ( Jurnal Pendidikan

(20)

komponennya adalah mengaitkan ide matematik dengan kegiatan intelektual lainnya.1

Ditinjau dari kedalaman atau kekompleksan kegiatan matematik, daya matematik dapat digolongkan dalam dua jenis yaitu berpikir tingkat rendah (lower-order thinking) dan berpikir tingkat tinggi (higher-order thinking). Jadi, daya matematis adalah kemampuan berpikir matematika atau kemampuan melaksanakan kegiatan dan proses matematika dengan cara berpikir tingkat rendah (lower-order thinking) maupun berpikir tingkat tinggi (higher-order thinking) yang meliputi kemampuan menggali, menyusun konjektur, membuat alasan-alasan logis, memecahkan masalah nonrutin, berkomunikasi mengenai dan melalui matematika, menghubungkan berbagai ide matematika dengan aktivitas intelektual lainnya. Seperti sudah dijelaskan di atas, koneksi matematika merupakan salah satu komponen dari kemampuan berpikir tingkat tinggi. Sejalan dengan hal tersebut, NCTM menyatakan bahwa program pembelajaran di sekolah mulai dari Pra-Taman Kanak-Kanak sampai dengan kelas 12 seharusnya memungkinkan siswa untuk 2 :

1) Mengenali dan menggunakan koneksi antar ide-ide atau gagasan dalam matematika.

2) Memahami bagaimana keterkaitan atau koneksi ide-ide dalam matematika dan menyusunnya untuk menghasilkan suatu hubungan yang koheren.

1

Asep Jihad. 2008. Pengembangan Kurikulum Matematika (Tinjauan Teoritis dan

Historis). Bandung: Multipressindo.h.164

2

The National Council of Teachers of Mathematics (NCTM). 2000. Principles and

(21)

3) Mengenali dan menawarkan matematika dalam konteks-konteks permasalahan di luar matematika.

Pembelajaran matematika di sekolah pada grade 9–12 seharusnya memungkinkan siswa untuk : 1

1) Mengenali representasi ekuivalen dari konsep yang sama.

2) Mengenali hubungan prosedur matematika suatu representasi ke prosedur representasi yang ekuivalen

3) Menggunakan dan menilai keterkaitan antar topik matematika dan keterkaitan di luar matematika

4) Menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari.

Asep Jihad menyatakan bahwa koneksi matematik (Mathematical Connections) merupakan kegiatan yang meliputi :2

1) mencari hubungan antara berbagai representasi konsep dan prosedur. 2) memahami hubungan antar topik matematik.

3) menggunakan matematika dalam bidangstudi lain atau kehidupan 4) memahami representasi ekuivalen konsep yang sama.

5) mencari koneksi satu prosedur lain dalam representasi yang ekuivalen. 6) menggunakan koneksi antar topik matematika, dan antar topik matematika

dengan topik lain.

Mumun Syaban mengatakan bahwa proses apresiasi matematika karena keterkaitannya dengan disiplin ilmu yang lain dan aplikasinya dengan dunia nyata

1

The National Council of Teachers of Mathematics (NCTM). 2000. Principles and

Standards for School Mathematics. Reston,VA: NCTM.

2

Asep Jihad. 2008. Pengembangan Kurikulum Matematika (Tinjauan Teoritis dan

(22)

digunakan untuk membangun kepercayaan diri atas kemampuan matematika siswa1.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan koneksi matematika adalah salah satu komponen kemampuan berpikir tingkat tinggi melalui kegiatan yang meliputi mencari hubungan antar topik matematika, hubungan matematika dengan ilmu yang lain dan hubungan matematika dengan kehidupan sehari-hari. Koneksi dimunculkan dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Secara umum terdapat empat aspek kemampuan koneksi matematika siswa, yakni: 1) Membuat representasi yang ekuivalen dari konsep yang sama

2) Menjelaskan hubungan antara berbagai representasi konsep dan prosedur 3) Menjelaskan hubungan atau keterkaitan antar topik matematika

4) Menggunakan konsep matematika dalam menyelesaikan permasalahan kehidupan sehari-hari

5) Membuat contoh konsep penggunaan bangun ruang dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan mengukur kemampuan koneksi matematika siswa dalam keempat aspek di atas maka peneliti dapat mengukur kemampuan koneksi matematika yang dimiliki oleh siswa tersebut.

B. Pendekatan Kontekstual

Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) dipengaruhi oleh filsafat konstruktivisme yang berpandangan

1

Mumun Syaban, 2008. Menumbuhkembangkan Daya Matematis ( Jurnal Pendidikan dan

(23)

bahwa hakikat pengetahuan mempengaruhi konsep tentang proses belajar, karena belajar bukanlah sekadar menghafal akan tetapi mengonstruksi pengetahuan

melalui pengalaman. Pengetahuan bukanlah hasil „’pemberian’’ dari orang lain

seperti guru, akan tetapi hasil dari proses mengonstruksi yang dilakukan setiap individu.

Pembelajaran interaktif memiliki dua karakteristik yaitu :

 Proses pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara maksimal, bukan

hanya menuntut siswa sekedar mendengar, mencatat, akan tetapi mengehendaki aktivitas siswa dalam proses berpikir.

 Dalam proses pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses tanya

jawab terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berfikir siswa, yang pada gilirannya kemampuan berpikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri.

Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu pendekatan pembelajaran

yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Dari konsep tersebut, minimal tiga hal yang terkandung di dalamnya :

 Menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi,

(24)

mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.

 Mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang

dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan bermakna secara fungsional akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.

 Mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya

model Pembelajaran Kontekstual bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam konteks model Pembelajaran Kontekstual bukan untuk ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan akan tetapi segala bekal mereka dalam mengarungi kehidupan nyata.

(25)

menerima pelajaran, sehingga dapat dikatakan bahwa pendekatan pembelajaran dalam menyajikan materi pelajaran berpengaruh pada tingkat pemahaman siswa. Pendekatan pembelajaran yang diharapkan dapat membuat siswa lebih aktif adalah pendekatan Contextual Taching and Learning (CTL).

Pendekatan CTL merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkanya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkan dalam kehidupan mereka. Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk meneliti tentang perbedaan efektifitas pendekatan CTL dalam pembelajaran matematika. Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/ ketrampilan yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.

Tujuan pendekatan CTL pada dasarnya adalah membekali siswa dengan pengetahuan yang secara fleksibel dapat diterapkan dari suatu permasalahan yang lain dan dari suatu konteks ke konteks yang lain. Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain.

(26)

Kontruktivisme adalah filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal. Kontruktivisme dalam belajar merupakan sesuatu yang kompleks dan multidimensi yang jauh melampui berbagai metodologi yang hanya berorientasi pada latihan dan rangsangan tanggapan (stimulus-response). Pembelajaran modern menganjurkan bahwa belajar hanya terjadi jika siswa memproses informasi atau pengetahuan baru sedemikian rupa sehingga dirasakan masuk akal sesuai dengan kerangka berpikir yang dimilikinya (ingatan, pengalaman dan tanggapan). Secara ilmiah, ketika ada pengalaman baru, pikiran seseorang bekerja untuk menemukan makna pengetahuan baru itu dalam konteks nyata dan bisa terjadi melalui pencarian hubungan yang masuk akal dan bermanfaat.

Esensi dari teori kontruktivisme adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks kesituasi lain, dan apabila dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka sendiri. Dengan dasar ini pembelajaran harus di kemas menjadi proses mengkontruksi buka menerima pengetahuan.

b). Tanya jawab

(27)

tanya jawab merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran. Pada semua aktivitas belajar, tanya jawab dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan orang lain yang didatangkan di kelas.

Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya, karena bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis pendekatan

CTL. Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan tanya jawab berguna untuk :

(1) Menggali informasi, baik administrasi maupun akademis. (2) Mengecek pemahaman siswa.

(3) Membangkitkan respon pada siswa.

(4) Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa. (5) Mengetahui hal- hal yang sudah diketahui siswa.

(6) Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru. (7) Untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa. (8) Untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.

c) Inkuiri (menemukan)

Merupakan siklus proses dalam membangun pengetahuan atau konsep atau proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri.

d) Komunitas belajar

(28)

Prakteknya dapat berwujud dalam; pembentukan kelompok kecil atau kelompok besar serta mendatangkan ahli ke kelas, bekerja dengan kelas sederajat, bekerja dengan kelas di atasnya, bekerja dengan masyarakat.

Dalam kelas CTL, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok besar. Siswa dibagi dalam kelompok- kelompok yang anggotanya heterogen. Yang pandai mengajar yang lemah, yang tahu

memberitahu yang belum tahu. “ Komunitas belajar” bisa terjadi apabila ada

proses komunikasi dua arah. Dalam komunitas belajar, dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar. Kegiatan saling belajar ini bisa terjadi apabila tidak ada pihak yang dominan dalam komunikasi, tidak ada pihak yang dominan dalam komunikasi, tidak ada pihak yang segan untuk bertanya, semua pihak saling mendengarkan.

e) Pemodelan

Dalam konsep ini kegiatan mendemontrasikan suatu kinerja agar siswa dapat mencontoh, belajar atau melakukan sesuatu sesuai dengan model yang diberikan. Guru memberi model tentang how to learn (cara belajar) dan guru bukan satu-satunya model dapat diambil dari siswa berprestasi atau melalui media cetak dan elektronik

f) Refleksi

(29)

apa-apa yang diperolehnya hari itu, catatan dan jurnal di buku siswa, kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran pada hari itu, diskusi dan hasil karya. g) Penilaian otentik (penilaian sebenarnya)

Prosedur penilaian yang menunjukkan kemampuan (pengetahuan, ketrampilan sikap) siswa secara nyata. Penekanan penilaian otentik adalah pada pembelajaran seharusnya membantu siswa agar mampu mempelajari sesuatu, bukan pada diperolehnya informasi di akhir periode, kemajuan belajar dinilai tidak hanya hasil tetapi lebih pada prosesnya dengan berbagai cara, menilai pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa.

2) Penerapan Pendekatan Kontekstual (CTL) di Kelas

Penerapan pendekatan kontekstual (CTL) di kelas cukup mudah, dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja termasuk bidang studi matematika. Langkah- langkah penerapan pendekatan kontekstual berkaitan erat dengan tujuh komponen yang telah disebutkan diatas.

Adapun langkah- langkahnya adalah sebagai berikut :

a) Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkontruksikan sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya.

b) Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik. c) Mengembangkan sifat- sifat ingin tahu siswa dengan bertanya. d) Menciptakan masyarakat belajar.

e) Menghindarkan model yang bisa ditiru sebagai contoh pembelajaran. f) Melakukan refleksi di akhir pertemuan.

(30)

3) Peranan Guru Dalam Pembelajaran Kontekstual (CTL)

Dalam pembelajaran kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berusaha dengan pendekatan pembelajaran dari pada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru itu baerupa pengetahuan dan keterampilan

datang dari “menemukan sendiri” bukan dari “apa kata guru”. Begitulah peran

guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual (CTL).

4) Pendekatan Kontekstual (CTL) dalam Pembelajaran Matematika.

Sistem CTL adalah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka. Dalam pembelajaran matematika kontekstual (CTL) mempunyai ciri- ciri sebagai berikut:

a) Masalah atau soal- soal berkonteks kehidupan nyata atau kongkret sebagai titik awal proses pembelajaran.

b) Dihindari cara mekanistik yang berfokus pada prosedur penyelesaian soal. Pada pembelajaran matematika kontekstual siswa didorong untuk mengajukan suatu cara, alat atau pemodelan matematis sehingga diperoleh pemahaman tentang hal yang dihadapinya.

c) Siswa sebagai peserta aktif dalam proses pembelajaran.

(31)

5. Kelebihan dan kekurangan pembelajaran kontektual.

(a). Model pembelajaran kontekstual memiliki kelebihan sebagai berikut : 1. Memberikan kesempatan pada siswa untuk dapat maju terus sesuai dengan

potensi yang dimiliki sisiwa sehingga sisiwa terlibat aktif dalam proses belajar mengajar.

2. Siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data, memahami suatu isu dan memecahkan masalah dan guru dapat lebih kreatif.

3. Menyadarkan siswa tentang apa yang mereka pelajari.

4. Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa tidak ditentukan oleh guru.

5. Pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan. 6. Membantu siwa bekerja dengan efektif dalam kelompok.

7. Terbentuk sikap kerja sama yang baik antar individu maupun kelompok.

(b). Kelemahan model pembelajaran kontekstual

Dalam pembelajaran kontekstual terdapat beberapa kelemahan. Kelemahan pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut :

1. Dalam pemilihan informasi atau materi dikelas didasarkan pada kebutuhan siswa padahal,dalam kelas itu tingkat kemampuan siswanya berbeda-beda sehinnga guru akan kesulitan dalam menentukan materi pelajaran karena tingkat pencapaianya siswa tadi tidak sama.

(32)

3. Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran kontekstualakan nampak jelas antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan kurang, yang kemudian menimbulkan rasa tidak percaya diri bagi siswa yang kurang kemampuannya.

4. Bagi siswa yang tertinggal dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran kontekstual ini akan terus tertinggal dan sulit untuk mengejar ketertinggalan, karena dalam model pembelajaran ini kesuksesan siswa tergantung dari keaktifan dan usaha sendiri jadi siswa yang dengan baik mengikuti setiap pembelajaran dengan model ini tidak akan menunggu teman yang tertinggal dan mengalami kesulitan.

5. Tidak setiap siswa dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki dengan penggunaan model pembelajaran kontekstual ini.

6. Kemampuan setiap siswa berbeda-beda, dan siswa yang memiliki kemampuan intelektual tinggi namun sulit untuk mengapresiasikannya dalam bentuk lisan akan mengalami kesulitan sebab model pembelajaran kontekstual ini lebih mengembangkan ketrampilan dan kemampuan soft skill daripada kemampuan intelektualnya.

7. Pengetahuan yang didapat oleh setiap siswa akan berbeda-beda dan tidak merata.

(33)

mencari informasi, mengamati fakta dan menemukan pengetahuan-pengetahuan baru di lapangan

C. Hubungan Koneksi Matematika dengan Pendekatan Kontekstual

Pembelajaran CTL adalah suatu pendekatan dalam proses pembelajaran, dimana siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran untuk menemukan materi yang dipelajari dengan cara mengaitkan materi tersebut dengan pengetahuan yang dimiliki dan pengalaman siswa di kehidupan sehari-harinya. Berdasarkan pengertian pendekatan CTL ini, sangat sejalan dengan makna koneksi matematis yang diuraikan di atas yaitu kemampuan untuk mengaitkan antara konsep-konsep matematika secara internal yaitu berhubungan dengan matematika itu sendiri ataupun keterkaitan secara eksternal, yaitu matematika dengan bidang lain baik bidang studi lain maupun dengan kehidupan sehari-hari.

Menurut Owens pendekatan konteksual secara praktis menjanjikan peningkatan minat, ketertarikan belajar siswa dari berbagai latar belakang serta meningkatkan partisipasi siswa dengan mendorong secara aktif dalam memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengkoneksikan dan mengaplikasikan pengetahuan yang telah mereka peroleh.1 Pendapat lain mengenai komponen-komponen utama dari pengajaran kontekstual yaitu menurut Johnson, yang menyatakan bahwa pengajaran kontekstual berarti membuat koneksi untuk menemukan makna, melakukan pekerjaan yang signifikan, mendorong siswa untuk aktif, pengaturan belajar sendiri, bekerja sama dalam

1

Joko Sulianto. 2011. Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Matematika untuk

(34)

kelompok, menekankan berpikir kreatif dan kritis, pengelolaan secara individual, menggapai standar tinggi, dan menggunakan asesmen otentik.1

Adapun dari ketujuh asas pendekatan kontektual di dalam pengaplikasiannya, asas konstruktivisme merupakan asas yang memang sangat penting dan sejalan dengan peningkatan kemampuan koneksi matematis. Hal ini dikarenakan, asas konstruktivisme itu sendiri adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Dengan demikian, di dalam proses pembelajaran siswa dituntut untuk berpikir mandiri dengan membangun pengetahuan yang baru melalui pengetahuan yang telah mereka dapatkan sebelumnya baik dari segi akademik maupun nonakademik (kehidupan sehari-hari). Hal ini tentunya bermuara pada kemampuan siswa tersebut dalam menghubungkan (mengkoneksikan) antara apa yang akan mereka pelajari dengan topik-topik sebelumnya atau bahkan di luar matematika sehingga pada akhirnya siswa bisa menemukan (inkuiri) sendiri konsep, prinsip, skill yang baru.

Namun, kegiatan dalam mengkonstruk itu sendiri tidak akan dapat berjalan dengan optimal jika tidak iringi dengan kegiatan atau interaktivitas di dalam proses pembelajaran seperti halnya masyarakat belajar, bertanya, pemodelan. Serta belum dapat terlihat apakah kemampuan koneksi tersebut sudah dimiliki oleh siswa atau belum tanpa adanya refleksi dan penilaian nyata. Dengan

1

Joko Sulianto. 2011. Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Matematika untuk

(35)

demikian, tujuh asas pendekatan kontekstual tersebut sangat mendukung sekali atau menunjang dalam peningkatan kemampuan koneksi matematis.

D.

Persamaan garis lurus

Persamaan garis lurus merupakan persamaan linier yang terdiri atas satu atau dua variabel dengan pangkat tertinggi satu. Bentuk umum persamaan garis lurus adalah :

Gambar 2.1. Kwadran dalam koordinat kartesius

(36)

kwadran I sampai kwadran IV dapat dinyatakan dalam pasangan nilai sumbu x dan sumbu y, misalkan titik A maka titik A dapat dinyatakan sebagai A(x,y), maka titik A terletak pada koordinat ( x,y). Titik potong sumbu x dan sumbu y merupakan titik O. Menyatakan posisi titik menurut sumbu x dan sumbu y yang dinyatakan dengan pasangan titik ( x,y) disebut koordinat kartesius.

2. Menggambar grafik garis lurus

Secara umum untuk menggambar persamaan garis lurus dilakukan dengan cara : a. Menentukan titik potong dengan sumbu x

Karena berpotongan dengan sumbu x, maka nilai y pada persamaan garis y = ax + b sama dengan nol ( y = 0 ), nilai y = 0 disubtitusikan pada persamaan garis y = ax + b sehingga diperoleh nilai 0 = ax + b, diperoleh nilai x = - garis memotong sumbu x pada titik ( - , 0 )

b. Menentukan titik potong dengan sumbu y

Garis yang berpotongan dengan sumbu y mempunyai koordinat sumbu x sama dengan nol ( x = 0 ), nilai x = 0 di subtitusikan pada persamaan garis y = ax + b sehingga diperoleh nilai y = b , sehingga garis memotong sumbu y di titik ( 0, b ).

c. Menghubungkan garis dari titik potong pada sumbu x dan sumbu y yang telah diketahui tersebut.

Sesuai uraian diatas dapat persamaan garis lurus digambarkan sebagai berikut :

(37)

3. Gradien garis lurus

Gradien atau koefisien kemiringan atau koefisien angka arah suatu garis adalah ukuran kecondongan garis dan merupkan perbandingan perubahan nilai y terhadap nilai x. Gradien dinotasikan dengan m atau yang merupakan perbandingan antara sumbu mendatar dengan garis miringnya. Beberapa gradien garis jika dilihat dari lintasan garisnya sebagai berikut :

a. Gradien garis melalui titik pangkal O ( 0,0 ) dan titik A (x, y)

Gradien garis yang melalui titik pangkal O(0,0) dan titik A ( x, y) maka gradiennya adalah

b. Gradien garis melalui dua titik

Misal ada dua titik pertama A( dan titik kedua B maka gradien garis yang melintasi kedua titik tersebut adalah :

c. Gradien garis yang sejajar dengan sumbu x dan sumbu y

Garis lurus yang sejajar dengan sumbu x maka gradien garis tersebut adalah

atau garis tersebut tidak memiliki kemiringan, karena acuan kemiringan adalah sumbu mendatar atau sumbu x. Untuk garis yang sejajar dengan sumbu y maka gradiennya adalah tidak terdefinisi, hal ini bisa dijelaskan sebagai berikut : karena sejajar dengan sumbu y maka sehingga selisihnya sama

(38)

Gradien garis sejajar sumbu y tidak terdefinisi karena terjadi pembagian dengan nol, secara faktual jika garis sejajar dengan sumbu y atau sumbu tegak maka tidak termasuk dalam lingkup kemiringan garis atau tidak punya gradient d. Gradien dua buah garis yang sejajar.

Garis l dan garis k adalah dua buah garis yang sejajar, artinya garis l dan garis k

mempunyai kemiringan yang sama, sehingga :

(39)

e. Gradien garis saling tegak lurus

Dua buah garis yang saling tegak lurus seperti garis l dan garis k seperti pada gambar berikut gradientnya adalah :

Gambar 2.4 Dua garis saling tegak lurus

4. Menentukan persamaan garis lurus

Jika gradien garis diketahui maka persamaan garis tersebut dapat ditentukan, untuk menentukan persamaan garis dengan gradient dan titik yang diketahui dicari dengan cara sebagai berikut :

a. Persamaan garis yang melalui titik O ( 0,0 ) dan mempunyai gradien m

(40)

b. Persamaan garis yang melalui titik A(x,y) dan mempunyai gradien m

c. Persamaan garis yang melalui dua buah titik A ( dan titik B

Jika

, maka :

Persamaan diatas untuk menentukan persamaan garis lurus antara titik A( dan B(

Dari uraian diatas dapat ditentukan sifat gradien suatu garis :

 Garis sejajar sumbu x, gradiennya 0

 Garis sejajar sumbu y, tidak mempunyai gradien.

 Gradien garis bernilai positif, arah garis condong ke kanan.

 Gradien garis bernilai negatif, arah garis condong ke kiri

 Dua buah garis sejajar, gradiennya sama (m1 = m2).

 Duah buah garis saling tegak lurus, hasil perkalian gradiennya sama dengan -1

atau ( m1 . m2 = -1 ).

(41)

34 BAB III

PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dengan metode kolaboratif yaitu dengan melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan kontektual dimana peneliti bertindak sebagai guru/pengajar dan bekerja sama dengan rekan guru matematika yang lain yang bertindak sebagai pengamat atau observer terhadap guru/peneliti disaat melaksanakan pembelajaran kontektual. Peneliti dan observer bekerja sama dalam melaksanakan tahapan-tahapan yang dilaksanakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini. Kerjasama dilaksanakan mulai tahap perencaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Dengan demikian diharapkan pelaksanaan penelitian lebih teliti dan hasilnya lebih maksimal.

B. Setting penelitian dan karakteristik subjek

(42)

JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

11.20 WIB Persamaan garis lurus

4

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian Tindakan kelas ini menggunakan subjek siswa-siswi MTs Raden Rahmat Selorejo kelas VIII-B ( delapan ). Kelas VIII-B MTs Raden Rahmat mempunyai siswa sebanyak 21 orang. Dari prestasi belajar secara umum rata-rata nilai matematika tidak terlalu baik. Kelas VIII-B MTs Raden Rahmat tahun pelajaran 2014-2015 semester ganjil kalau dipetakan maka sebaran kemampuan matematika dari 25 siswa sebagai berikut1 :

a. 20 % atau 5 orang siswa mempunyai kemampuan yang baik b. 30 % atau 7,5 orang siswa mempunyai kemampuan cukup

c. 50 % atau 12,5 orang siswa berkemampuan matematika kurang atau rendah

1

(43)

Pembelajaran matematika yang dilaksanakan selama ini sering mengalami kendala karena banyak siswa yang tersendat dan tidak langsung mengerti pokok bahasan yang dilaksanakan, hal ini karena siswa terkendala dengan rumus atau konsep prasarat yang harus dikuasai dalam mempelajari pokok bahasan yang diajarkan. Jika memperhatikan sebagian besar siswa maka penyampaian pelajaran akan berjalan lambat dan lama, karena harus menerngkan kembali konsep dan rumus-rumus yang harus dipakai dalam mempelajari pokok bahasan yang diajarkan. Sebagai contoh dalam proses pembelajaran matematika semester ganjil tahun pelajaran 2014-2015 saat dilaksanakan pembelajaran materi persamaan garis lurus, banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal persamaan garis lurus karena banyak siswa yang kurang bahkan tidak memahami materi faktorisasi suku aljabar, operasi hitung aljabar, operasi pecahan serta relasi dan fungsi, dan banyak juga yang tidak dapat memahami apa yang diinginkan oleh soal-soal yang ditanyakan.

C. Variabel yang diteliti

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, subyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.2 Variabel independen atau variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen atau variabel terikat.3

2

Sugiyono. (2010). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. h.3

3

(44)

Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi oleh adanya variabel independen.4 Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini peneliti meneliti variable-variabel yang terkait dalam penelitian ini. Variabel yang peneliti selidiki ada dua variable yaitu : varibel bebas dan variabel terikat. Sesuai dengan judul yang peneliti ambil variabel bebasnya adalah pendekatan kontektual dalam penelitian ini dan variabel terikatnya adalah kemampuan koneksi siswa kelas VIII-B MTs Raden Rahmat.

Sebelum membuat rencana tindakan dalam penelitian ini peneliti membuat beberapa indikator yang akan digunakan sebagai parameter dan tolok ukur penilaian penelitian ini, adapun indikator kemampuan koneksi matematika yang digunakan adalah sebagai berikut :

1). Membuat representasi yang ekuivalen dari konsep yang sama.

Maksudnya adalah siswa mampu menghasilkan model matematika dari

permasalahan matematis yang akan dipecahkan. Model matematika bisa dinyatakan dalam pasangan sisi yang bersesuaian, persamaan, simbol, grafik, gambar ataupun tabel.

2). Menjelaskan hubungan antara berbagai representasi konsep dan prosedur. Menjelaskan hubungan antara berbagai representasi konsep dan prosedur terpenuhi apabila siswa mampu melakukan menjelaskan konsep dan prosedur berdasarkan model yang telah dibuat dengan menggunakan konsep-konsep dasar matematika yang terkait secara sistematik dan logis.

3). Menjelaskan hubungan atau keterkaitan antar topik matematika

4

(45)

Peneliti memandang bahwa aspek ini terpenuhi apabila siswa dapat menggunakan pengetahuan mengenai fakta, konsep dan algoritma pada materi yang telah dipelajari untuk merencanakan strategi yang tepat untuk menyelesaikan masalah, yaitu dapat menuliskan rumus, sketsa, grafik maupun tabel.

4). Menggunakan konsep matematika dalam menyelesaikan permasalahan matematika dalam kehidupan sehari-hari.

Aspek ini terpenuhi apabila siswa mampu menggunakan pengetahuan mengenai fakta, konsep dan algoritma pada materi yang telah dipelajari untuk menarik kesimpulan dari perhitungan yang telah dilakukan.

5). Membuat contoh konsep penggunaan persamaan garis lurus dalam kehidupan sehari-hari. Siswa dapat membuat contoh soal dari konsep-konsep yang telah dikuasai dan dapat menyelesaikannya dengan benar.

D.Rencana tindakan

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari dua kali pertemuan, 1 pertemuan untuk pembelajaran dikelas dan penjelasan konsep persamaan garis lurus, satu pertemuan untuk tes di akhir siklus. Sehingga dalam penelitian ini total ada 4 kali pertemuan dalam dua siklus. Dan diharapkan dengan dua siklus ini indikator ketercapaian penelitian sudah tercapai. Kegiatan penelitian dilaksanakan selama proses pembelajaran matematika pada materi persamaan garis lurus. Model Penelitian Tindakan Kelas

(46)

oleh Kemmis dan Mc. Taggart dalam Wardani dkk. model tersebut digambarkan sebagai berikut :5

SIKLUS I TINDAKAN WAL

Refleksi Perencaan

Observasi

Pelaksanaan SIKLUS II

Refleksi Perencanaan

Observasi Pelaksanaan

AKHIR SIKLUS

Gambar 3.1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas

5

(47)

Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terdiri dari empat tahap dalam setiap siklus. Setiap siklus tindakan meliputi perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, observasi dan refleksi.

SIKLUS I 1. Perencanaan

Tahap perencanaan untuk siklus I diawali dengan observasi kelas pada pembelajaran matematika kelas VIII-B MTs. Raden Rahmat tentang masalah-masalah yang dihadapi selama pembelajaran matematika. Diperoleh temuan bahwa kemampuan koneksi matematika siswa kelas VIII-B masih rendah. Kemudian peneliti berencana menerapkan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual untuk mengatasi masalah tersebut.

Selanjutnya, kegiatan perencanaan yang dilakukan adalah menyusun perangkat pembelajaran yaitu membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Kelompok (LKK). Juga menyusun instrument observasi untuk melihat keaktifan siswa dalam pembelajaran dan membuat instrument kegiatan guru selama pembelajaran.

(48)

2. Pelaksanaan pembelajaran

Setelah membuat perencanaan maka disusunlah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP) tentang konsep persamaan garis lurus yang di laksanakan dalam satu kali tatap muka pembelajaran. Dan akan dilaksanakan satu kali tes diakhir siklus I ini.

3. Observasi

Observasi adalah proses pengamatam secara langsung terhadap aktifitas siswa dan aktifitas guru selama proses pembelajaran kontektual ini, dengan menggunakan pedoman observasi yang telah dibuat sebelum pelaksanaan pembelajaran.

4. Refleksi

(49)

Keseluruhan hasil evaluasi tersebut digunakan sebagai pedoman untuk melakukan pembelajaran siklus II, yakni diadakan perbaikan tindakan yang menyebabkan hambatan ketercapaian sasaran pada siklus I.

SIKLUS II 1. Perencanaan

Tahap perencanaan pada siklus II diawali dengan identifikasi masalah berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. masalah-masalah yang timbul pada siklus I ditetapkan beberapa alternatif pemecahan masalahnya dengan harapan tidak terulang pada siklus II. Untuk selanjutnya perencanaan yang lain sama dengan perencanaan pada siklus I tapi dengan materi yang berbeda yaitu pada siklus II adalah tentang gradien atau tingkat kemiringan garis.

2. Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II ini dilaksanakan sesuai dengan RPP yang dibuat untuk siklus II dengan memperhatikan hal-hal yang menjadi kendala untuk diperbaiki dan di pecahkan jalan keluarnya pberdasarkan refleksi siklus I. Jumlah pertemuan adalah 1 kali pertemuan dan akan diadakan tes pada akhir siklus II ini untuk mengetahui hasil dari siklus II ini.

3. Observasi

Tahap observasi pada siklus II ini sama dengan siklus I. Peneliti mengamati segala aktivitas yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung dan mencatatnya berdasarkan pedoman observasi yang telah disusun.

(50)

Berdasarkan informasi/ data yang telah terkumpul baik itu data dari hasil observasi dan hasil tes serta catatan lapangan diadakan refleksi guna mengevaluasi segala tindakan yang telah dilakukan dalam siklus II. Jika berdasarkan refleksi ini perlu dilaksanakan pengulangan, maka siklus akan dilanjutkan lagi hingga pembelajaran telah sesuai dengan indikator keberhasilan penelitian.

E.Data dan cara pengumpulannya 1. Macam data

Untuk mendapatkan data dan supaya dapat mengetahui pelaksanaan dan tingkat keberhasilan pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini diperlukan data-data yang diambil dari instrument penelitian yang telah disusun yang diperoleh selama pelaksanaan penelitian, data data tersebut adalah :

(a). Lembar observasi siswa dan guru

(b). Data hasil Tes siklus I dan siklus II atau rubrik skor

Data-data tersebut diatas diambil selama pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas , baik pada siklus I ataupun pada siklus II.

2. Teknik pengumpulan data

(51)

1. Observasi

Observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis. Aspek yang diamati adalah :

a) kinerja siswa atau aktivifitas siswa selama pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan kontektual melalui diskusi kelompok, yaitu dengan mengobservasi siswa tentang beberapa instrumen dengan memberi bobot atau skor 0 atau 1 pada tiap instrumen yang dibuat. Instrumen terebut adalah :

♦ Siswa aktif dalam diskusi kelompok, Tanya jawab diantara angggota

kelompok.

♦ Menunjukkan pemahaman konsep persamaan garis lurus dan dapat

mengkoneksikan dengan materi lainnya.

♦ Ketrampilan menyelesaikan tiap langkah penyelesaian dengan benar.

♦ Mempresentasikan hasil kerja kelompok dengan baik

♦ Menyelesaikan tugas dengan baik.

Untuk mencatat aktifitas siswa dengan instrument tersebut diatas digunakan lembar observasi siswa

b) Kinerja atau aktifitas guru selama pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan kontektual. Instrumen dibuat dengan menyesuaikan dengan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang telah dibuat, tiap instrumen diberi bobot 0 atau 1 dan skor seluruh instrumen di jumlah. Instrumen tersebut adalah :

(52)

♦ Guru meberikan apersepsi siswa.

♦ Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

♦ Guru menyampaikan langkah-langkah pembelajaran.

♦ Membagi sisiwa mejadi 5 kelompok.

♦ Guru membagikan Lembar Diskusi Kelompok I ( LK I ).

♦ Memberi arahan jalannya diskusi kelompok.

♦ Guru membimbing dan mengontrol jalannya diskusi.

♦ Guru mengatur jalannya diskusi.

♦ Guru membimbing siswa dalam presentasi hasil diskusi.

♦ Guru memberi umpan balik positif dan penguatan materi terhadap hasil

diskusi.

♦ Guru bersama siswa membuat kesimpulan.

♦ Guru bersama-sama siswa mengadakan refleksi/evaluasi terhadap proses

pembelajaran.

♦ Memberikan kesempatan bertanya pada siswa.

♦ Proses pembelajaran sesuai dengan RPP.

Untuk mencatat hasil-hasil instrument aktifitas guru digunakan lembar observasi sebagai berikut :

2. Tes tulis

(53)

instrumen-instrumen peningkatan koneksi siswa dengan materi persamaan garis lurus, kemampuan peningkatan koneksi matematika berisi instrumen-instrumen sebagai berikut :

a). Kemampuan membuat representasi yang ekuivalen dari konsep yang sama. b). Kemampuan menjelaskan hubungan antara berbagai representasi konsep dan

prosedur.

c). Kemampuan mejelaskan hubungan atau keterkaitan antara topik matematika. d). Kemampuan menggunakan konsep matematika dalam menyelesaikan

permasalahan kehidupan sehari-hari.

e). Kemampuan membuat contoh penggunaan konsep persamaan garis dalam kehidupan sehari-hari.

Soal terdiri dari 5 soal uraian yang diujikan pada siklus I dan siklus II dengan alokasi waktu sebanyak 80 menit, tes tulis dilaksanakan pada pertemuan ke-dua dan pertemuan ke-empat.

3. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk memperkuat data yang diperoleh dalam observasi. Untuk memberikan gambaran secara konkret mengenai kegiatan pembelajaran digunakan dokumentasi foto, yang menggambarkan setiap tahapan dalam penelitian tindakan kelas ini

F. Teknik Analisis Data

(54)

data-data yang tidak terpola dari data hasil observasi dan hasil tes. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pelaksanaan Pembelajaran

Pengambilan data selama pelaksanaan pembelajaran ada dua data yang diambil yaitu data observasi aktifitas siswa dan observasi aktifitas guru. Data hasil observasi siswa dengan mengamati dua kelompok dalam setiap pertemuan oleh observer, sedangkan data observasi guru dengan mengamati guru selama pelaksanaan pembelajaran yaitu pertemuan I sampai IV.

a. Observasi aktifitas guru

Ada 15 instrumen yang dilakukan pengamatan terhadap kinerja guru selama proses pembelajaran dengan memberi skos 0 atau 1, skor 0 adalah skor jika guru tidak melakukan sebagaimana indikator sedangkan skor 1 adalah skor jika guru melakukan seperti dalam indikator, semakin baik guru dalam melaksanakan pembelajaran maka skor yang diperoleh semakin besar. Penskoran dilakukan untuk semua instrumen sebanyak 15 instrumen, kemudian semua instrumen tersebut dijumlahkan kemudian dibagi lima belas hasilnya dikalikan seratus , hasil inilah yang diperoleh guru dalam melaksanakan pembelajaran tiap pertemuan. Instrumemn tersebut di jumlahkan tiap pertemuan dan diambil rata-ratanya selama 2 ( dua ) pertemuan. Untuk menentukan hasil aktifitas guru pertemuan I atau pertemuan ke-II digunakan formulasi sebagi berikut :

Jumlah point

Kinerja Aktifitas guru = ____________ x 100%

(55)

Hasil akhir skor aktifitas guru dalam pelaksanaan pembelajaran siklus I dan siklus II ditentukan dengan mencari rata-rata hasil siklus I dan siklus II sebagai berikut :

Selanjutnya hasil skor akhir siklus I dan siklus II dikategorikan sesuai dengan kualifikasi sebagai berikut 6:

Tabel 3.2. Kualifikasi Hasil Observasi Guru

Rata-rata Skor (%) Kategori

75 ≤ x ≤ 100 Baik

56 ≤ x < 75 Cukup

x < 56 Kurang

b. Observasi aktifitas siswa

Aktifitas siswa di amati dengan mengambil dua kelompok dari 5 kelompok kemudian diambil hasil observasinya dengan 5 buah instrumen ( A – F ) masing masing instrumrn diberi skor 0 atau 1 kemudian skor instrumrn A – F di jumlah untuk masing-masing siswa. Skor masing-masing siswa dalam kelompok yang

6

Suharsimi Arikunto. 1997. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Skor siklus I + Skor siklus II Skor akhir siklus I dan II = _________________________

(56)

sama diobservasi dijumlahkan antara siklus I dan siklus I. Observasi aktifitas siswa dituangkan dalam lembar observasi siswa yang akan dilaksanakan oleh observer. Hasil observasi siswa diformulasikan sebagai berikut :

Hasil observasi siswa diperoleh dengan mengklasifikasikan rata-rata skor aktifitas siswa yang di katagorikan sebagai berikut 7:

Tabel 3.3 Kualifikasi hasil observasi siswa

Rata-rata skor (%) Kategori

75 ≤ x ≤ 100 Baik

56 ≤ x < 75 Cukup

x < 56 Kurang

2. Peningkatan kemampuan koneksi matematika

Untuk mengetahui peningkatan kemampuan koneksi matematika siswa kelas VII-B Raden Rahmat adalah dengan melaksanaan tes siklus I dan siklus II. Soal tes

7

uharsimi Arikunto. 1997. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

(57)

berbentuk uraian dengan jumlah soal tiap tes 5 soal. Pemberian skor tes dicatat pada lembar skor siklus I dan siklus II. Tiap soal menggambarkan instrument koneksi matematika. Skor siklus I dan siklus II untuk tiap-tiap siswa direkap kemudian ditentukan prosentase peningkatannya, prosentase kenaikan kemudian ditentukan rata-ratanya tiap siswa. Koneksi matematika siswa kelas VII-B siswa MTs Raden Rahmat dikatakan meningkat apabila 8 :

a. Hasil rata-rata nilai tes siklus II lebih dari 70 atau minimal katagori baik

b. Rata-rata peningkatan nilai siklus I ke siklus II minimal sebesar 10 %

c. Jumlah siswa yang mengalami peningkatan lebih dari 70 % siswa

Tabel 3.4. Katagori skor tes siklus I dan II

Skor test siklus II Katagori

85 < Skor  100 Sangat Baik

70 < Skor  85 Baik

55 < Skor ≤ 70 Cukup

40 < Skor ≤ 55 Kurang

0  Skor ≤ 40 Sangat Kurang

8

Suharsimi Arikunto. 1997. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

(58)

Untuk menentukan peningkatan koneksi matematika siswa digunakan empat buah lembar penilaian yaitu :

a. Lembar skor tes sikus I. b. Lembar skor tes siklus II.

c. Lembar rekapitulasi skor siklus I dan siklus II. d. Lembar katagori peningkatan koneksi matematika. G. Indikator keberhasilan penelitian

Untuk menentukan keberhasilan penelitian ini digunakan indikator sebagai berikut yaitu :

1. Aktifitas guru selama pelaksanaan pembelajaran mempunyai rata rata skor > 75 % ( Katagori BAIK ).

2. Aktifitas siswa dalam mengikuti pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran kontektual dengan memperoleh skor aktifitas siswa minimal sebesar 75 % lebih ( Katagori BAIK ).

3. Sedangkan peningkatan koneksi matematika siswa melalui tes siklus I dan tes siklus II mengalami peningkatan menjadi minimal skor lebih besar 70% ( Katagori BAIK ).

4. Nilai rata-rata kelas mengalami peningkatan menjadi minimal 7,0. H.Tim peneliti dan tugasnya

(59)

dipertanggungjawabkan. Dan yang lebih penting peneliti dapat membahas dan mencari solusi jika dalam penelitian ini ada kendala dan permasalahan dikelas. Tim peneliti diambil dari guru matematika senior MTs Raden Rahmat yang lebih dulu bertugas dan memahami karakter dan sifat siswa-siswi MTs Raden Rahmat. Mempertimbangkan permasalahan dan ruang lingkup permasalahan, peneliti membuat tim peneliti yang berjumlah 3 orang yaitu : peneliti sendiri dan 2 orang guru lain di MTs. Raden Rahmat.

Berikut data tim peneliti dalam Peneltian Tindakan Kelas ini dan tugas yang akan dilakukan :

Tabel 3.5 Daftar tim peneliti dan tugasnya

No. Nama guru Mata pelajaran Tugas

1. M. Ali Zabet Mukafi Matematika - - Peneliti

- Penyampai materi 2. A.Fathoni S.Pd. Matematika

- Observasi guru 3. Siti Aminah S,Pd Bahasa Ingsris

(60)

53 A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan tindakan pembelajaran dilakukan selama dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari tiga kali pertemuan. Tabel di bawah ini adalah jadwal pelaksanaan penelitian di kelas VIII-B.

Tabel 4.1. Jadwal pelaksanaan penelitian

08.20 WIB Persamaan garis lurus

4 tatap muka berisi diskusi kelompok dan satu tatap muka test siklus I.Masing-masing pertemuan mempunyai alokasi waktu 2 x 40 menit.

(61)

a. Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah menyusun perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Diskusi Kelompok I (LK I ) dan Lembar Diskusi Kelompok II , dan soal tes siklus I dengan pertimbangan dari dosen pembimbing dan guru matematika kelas VIII. Pada siklus I menggunakan Lembar Diskusi ( LK I ) tentang gradien garis dan menggambar sketsa garis.

Selain itu, peneliti membuat media pembelajaran bangun berbentuk segitiga dari kayu lapis sebanyak 6 buah yang akan dibagikan kepada masing-masing kelompok. Peneliti juga menyusun instrumen penelitian berupa pedoman observasi siswa dan lembar observasi guru serta daftar rekapitulasi nilai tes siklus I.

b. Pelaksanaan Pembelajaran

1). Pertemuan Pertama, pembelajaran

Pertemuan pertama dilakukan pada hari Kamis, 1 Desember 2015. Materi yang diajarkan pada pertemuan kali ini mengenai gradien dan membuat sketsa garis. Adapun pembelajaran pada pertemuan kali ini adalah sebagai berikut :

a) Kegiatan Awal (± 10 menit)

Gambar

Gambar 2.1. Kwadran dalam koordinat kartesius
Gambar 2.2  Grafik garis lurus
Gambar 2.3 Dua garis sejajar
Gambar 2.4  Dua garis saling tegak lurus
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jika mengacu pada data deskriptif variabel X dan hasil analisis korelasi nampak walaupun deskripsinya menunjukan tinggi efektivitas manajemen Sistem Informasi

In order to find the motive of learning and need for achievement that is to be perfect in flying, the writer also uses theory of learning and theory of need for achievement as a tool

“ Pengaruh Good Corporate Governance dan Pengungkapan Corporate Sosial Responsibility Terhadap Kinerja Perusahaan dan Nilai Perusahaan (Studi Kasus Pada Perusahaan

bahwa dengan diundangkannya Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik, guna optimalisasi pelayanan

Pokja Pengadaan Barang/Jasa pada Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Aceh Barat Daya akan melakukan klarifikasi dan/atau verifikasi kepada penerbit dokumen, apabila

Kerangka Kebijakan Program Muhammadiyah Jangka Panjang (Visi Muhammadiyah 2025) menjelaskan bahwa rencana strategisnya adalah mengembangkan dan memperluas kekuatan

Penelitian ini bertujuan Untuk menganalisis apakah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat memberikan hasil belajar dan motivasi belajar fikih yang lebih baik

Artinya pemberian media tanam dengan komposisi arang sekam: zeolit maupun cocopeat: zeolit yang berbeda memberikan pengaruh yang sama terhadap kemanisan buah.. Hasil