138 J. Agroland 17 (2) : 138 - 143, Agustus 2010 ISSN : 0854 – 641X
RESPONS BERBAGAI POPULASI TANAMAN JAGUNG MANIS
(
Zea mays saccharata
Sturt.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK UREA
Respons of Various Sweet Corn (
Zea mays saccharata
Sturt.) Plant
Population on Urea Fertilizer Application
Usman Made 1)
1)
Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako, Jl. Soekarno-Hatta Km 9, Tondo-Palu 94118, Sulawesi Tengah. Telp. 0451-429738.
ABSTRACT
The research aimed at identifing the respons of various population of sweet corn plant on urea fertilizer application. The research was carried out in Solowe, Sigi Biromaru sub district, Donggala regency from September to December 2007. The research used a Randomized Block design in a factorial experiment. The first factor was urea fertilizer (P) consisted of 200 kg/ha (p1), 300 kg/ha (p2), and 400 kg/ha (p3). The second factor was plant population (J) included one plant per cluster (j1), two plants per cluster (j2), and three plants per cluster (j3). There were 9 combinations of treatments with three replicates for each treatment. Therefore, there were 27 experimental units. The research results showed that both the urea fertilizer and plant population had significant influence on all parameter observed but tassel flowering. Whereas the interaction between the two factors was significantly influenced the seed number per cob and cob weight per cluster. The application of 400 kg/ha urea fertilizer improved the growth quality of sweet corn as shown by larger stem diameter, longer and bigger cob, and kernel number per cluster. Population with one plant per cluster resulted in higher yield. Increasing plant number per cluster significantly reduced plant yield. There was interaction effect between plant population and urea fertilizer rate on kernel number per cob and cob weight per cluster.
Key word : Population, sweet corn and urea
PENDAHULUAN
Jagung manis (Zea mays Saccharata) merupakan salah satu jenis tanaman yang dipanen muda dan banyak diusahakan di daerah tropis. Jagung manis atau yang sering disebut sweet corn dikenal di Indonesia pada
awal 1980 melalui hasil persilangan
(Koswara, 1986). Sejak itu jagung manis di Indonesia mulai ditanam secara komersial karena penanamannya yang sederhana dan digemari oleh masyarakat.
Sejalan dengan pertumbuhan penduduk
yang semakin berkembang dalam era
globalisasi, kebutuhan akan pangan semakin meningkat. Di lain pihak pertumbuhan penduduk yang tinggi, maka kebutuhan lahan untuk pemukiman semakin luas, sehingga lahan yang semula untuk sandang dan pangan
berubah menjadi lahan pemukiman semakin sempit. Kondisi seperti ini harus dilakukan suatu terobosan teknologi budidaya pertanian yang dapat meningkatkan produksi tanaman baik dari segi kualitas maupun dari segi kuantitas. Salah satu usaha yang dilakukan dalam meningkatkan produksi tanaman jagung manis yaitu dengan cara pemupukan, baik pupuk organik maupun pupuk anorganik. Menurut Harjadi (1989), pertumbuhan dan mutu hasil jagung manis diduga dipengaruhi oleh faktor lingkungan kesuburan tanah. Oleh karena itu pemupukan merupakan salah satu cara yang digunakan untuk memperbaiki kesuburan tanah terhadap pertumbuhan dan hasil jagung manis. Aplikasi pupuk tidak selamanya memberikan hasil yang efektif karena dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain takaran, cara dan waktu pemberian
yang tepat. Menurut Subandi, dkk (1988), dosis, cara dan waktu pemberian yang tepat dan disertai dengan pengolahan tanah yang baik dapat membantu meningkatkan ketersediaan unsur hara yang diperlukan tanaman. Pupuk yang diberikan harus sesuai dengan kondisi agar dapat menunjang pertumbuhan dan produksi tanaman.
Pupuk urea merupakan pupuk buatan, dengan kandungan nitrogen sebesar 45 % dan pupuk ini tergolong dalam pupuk yang higroskopis, yaitu pada kelembaban nisbih 73 persen sudah mulai menarik air dari udara.
Selain pemupukan, peningkatan
produktifitas lahan juga ditentukan oleh besarnya populasi tanaman. Dengan populasi
optimal, sumber daya tersedia dapat
dimanfaatkan sebaik-baiknya. Harjadi (1989) menyatakan bahwa produksi persatuan luas akan meningkat sejalan dengan meningkatnya populasi. Akan tetapi setelah kompetisi
berlangsung produksi tanaman akan
menurun. Oleh karena itu perlu pengaturan populasi agar dicapai hasil yang maksimum.
Berdasarkan uraian di atas perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui respons berbagai populasi tanaman jagung manis terhadap pemberian pupuk urea.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilaksanakan di Desa
Solowe, Kecamatan Sigi Biromaru,
Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah. Waktu pelaksanaannya berlangsung dari bulan September hingga Desember 2007.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan pola faktorial. Faktor pertama pemberian pupuk urea yang terdiri dari 3 level yaitu (P1) 200 kg/ha, (P2) 300 kg/ha dan (P3) 400 kg/ha. Sedangkan faktor kedua adalah populasi tanaman jagung manis yang terdiri dari 3 level yaitu (J1) 1 tanaman per rumpun, (J2) 2 tanaman per rumpun dan (J3) 3 tanaman per rumpun. Setiap perlakuan diulang tiga kali sebagai kelompok sehingga terdapat 27 petak percobaan yang berukuran 4,5 m x 4,0 m.
Penanaman dilakukan dengan cara tugal sedalam 3 - 4 cm dengan jarak tanam 80 x 40 cm. Sebelum ditanam benih jagung manis
direndam dalam air beberapa saat, dan setiap lubang diisi 4 - 5 benih jagung manis. Untuk mengetahui respons populasi tanaman terhadap pemberian pupuk urea, dilakukan terhadap tinggi tanaman (cm), lilit batang, panjang tongkol, lilit tongkol dan berat tongkol.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tinggi Tanaman. Hasil analisis keragaman
menunjukkan bahwa pemberian pupuk urea dan populasi tanaman berpengaruh sangat nyata kecuali pada pengamatan 50 HST pemberian pupuk urea tidak berpengaruh, sedangkan interaksi antara kedua perlakuan pengaruhnya tidak nyata.
Hasil uji BNJ (Tabel 1) menunjukkan bahwa pemberian pupuk urea 400 kg/ha (P3)
menghasilkan tanaman lebih tinggi dan berbeda nyata dengan pemberian pupuk urea 200 kg/ha dan 300 kg/ha (P1 dan P2),
kecuali pada pengamatan 30 HST antara P2
dan P3 tidak berbeda. Tabel 1 juga
menunjukkan bahwa populasi 3 tanaman per rumpun (J3) menghasilkan tanaman
Perlakuan Tinggi Tanaman (cm) 30 HST 40 HST 50 HST sama masing-masing perlakuan tidak berbeda pada
140
Lilit Batang. Hasil pengamatan menunjukkan
bahwa pemberian pupuk urea dan populasi tanaman berpengaruh sangat nyata, kecuali pada pengamatan 30 HST pemberian pupuk urea belum memberikan pengaruh yang nyata demikian juga interaksi antara kedua perlakuan pengaruhnya tidak nyata.
Hasil uji BNJ (Tabel 2) menunjukkan bahwa pemberian pupuk urea 400 kg/ha (P3)
menghasilkan tanaman yang batangnya lebih besar dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya (P1 dan P2). Tabel 2 juga
menunjukkan bahwa populasi satu tanaman (J1) tiap rumpun menghasilkan tanaman yang
batangnya lebih besar dan berbeda nyata dengan (J2 dan J3) kecuali pada pengamatan
30 HST antara J1 dan J2 tidak berbeda.
Panjang dan Lilit Tongkol. Hasil analisis
keragaman menunjukkan bahwa pemberian pupuk urea dan populasi tanaman berpengaruh sangat nyata, sedangkan interaksi antara kedua perlakuan pengaruhnya tidak nyata.
Hasil uji BNJ (Tabel 3) menunjukkan bahwa pemberian pupuk urea 400 kg/ha (P3)
menghasilkan tongkol lebih panjang dan lebih besar dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya (P1 dan P2) kecuali pada
pengamatan panjang tongkol antara P2 dan
P3 tidak berbeda. Tabel 3 juga menunjukkan
bahwa populasi satu tanaman tipa rumpun (J1) menghasilkan tongkol lebih panjang
dan lebih besar dan berbeda nyata dengan populasi dua tanaman dan tiga tanaman tiap rumpun (J2 dan J3).
Jumlah Biji per Tongkol. Hasil analisis
keragaman menunjukkan bahwa pemberian pupuk urea dan populasi tanaman berpengaruh sangat nyata, sedangkan interaksi antara keduanya berpengaruh nyata.
Hasil uji BNJ (Tabel 4) menunjukkan bahwa pengaruh dosis urea berbeda pada setiap populasi tanaman. Pada setiap populasi tanaman pemberian urea 400 kg/ha (P3)
menghasilkan jumlah biji per tongkol lebih banyak dan berbeda dengan perlakuan lainnya Tabel 3. Rata-rata Panjang dan Lilit Tongkol Jagung Manis pada Berbagai Dosis Urea dan Populasi Tanaman.
Perlakuan Panjang
Ket : Rata-rata yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama, masing-masing perlakuan tidak berbeda pada
taraf uji BNJ α = 0,01.
Tabel 4. Rata-rata Jumlah Biji Per Tongkol Jagung Manis pada Berbagai Dosis Urea dan Populasi Tanaman
Perlakuan Populasi Tanaman BNJ 0,05
Tabel 2. Rata-rata Lilit Batang Tanaman Jagung Manis pada Berbagai Dosis Urea dan Populasi Tanaman.
Perlakuan Tinggi Tanaman (cm) 30 HST 40 HST 50 HST sama masing-masing perlakuan tidak berbeda pada
(P1 dan P2). Tabel 4 juga menunjukkan bahwa
pengaruh populasi tanaman berbeda pada setiap dosis urea. Pada setiap dosis urea, populasi satu tanaman tiap rumpun (J1)
menghasilkan jumlah biji per tongkol lebih banyak dan berbeda nyata dengan populasi dua tanaman dan tiga tanaman tiap rumpun (J2 dan J3).
Berat Tongkol. Hasil analisis keragaman
menunjukkan bahwa pemberian pupuk urea dan populasi tanaman berpengaruh sangat nyata, sedangkan interaksi antara kedua perlakuan
pengaruhya tidak nyata kecuali pada
pengamatan berat tongkol per rumpun, interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh nyata.
Hasil uji BNJ (Tabel 5) menunjukkan bahwa pengaruh dosis urea berbeda pada setiap populasi tanaman pemberian urea 400 kg/ha (P3)memberikan hasil tongkol
tiap rumpun lebih berat dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya (P1 dan P2). Tabel 5
juga menunjukkan bahwa pengaruh
populasi tanaman berbeda pada setiap dosis urea. Pada setiap sosisi urea populasi satu tanaman tiap rumpun (J1) memberikan hasil
tongkol tiap rumpun lebih kecil dan berbeda nyata dengan populasi dua tanaman dan tiga tanaman tiap rumpun (J1 dan J2).
Hasil uji BNJ (Tabel 6)
menunjukkan bahwa pemberian pupuk urea 400 kg/ha (P3) memberikan hasil lebih baik
dan berbeda nyata dengan pemberian pupuk urea 200 kg/ha (P1) tetapi tidak berbeda
dengan pemberian pupuk urea 300 kg/ha (P2). Tabel 6 juga menunjukkan bahwa pada
pengamatan berat tiap tongkol populasi satu tanaman tiap rumpun (J1) memberikan hasil
lebih baik dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya (J2 dan J3), sedangkan
pada pengamatan berat tongkol per hektar populasi dua tanaman tiap rumpun (J2)
menghasilkan tongkol lebih berat dan
berbeda nyata dengan perlakuan lainnya (J1 dan J3).
Pembahasan
Respons Tanaman Jagung Manis Terhadap
Pemberian Pupuk Urea. Hasil uji nilai tengah
menunjukkan bahwa pemberian urea 400 kg/ha sangat nyata dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman dibandingkan dengan pemberian urea 300 kg/ha dan 200 kg/ha. Hal ini diduga bahwa dengan pemberian Nitrogen yang cukup dapat merangsang aktivitas metabolisme dalam tanaman. Tesdale dan Nelson (1975) dalam Usman Made, (1992) menyatakan bahwa perkembangan jaringan tanaman sangat ditentukan oleh ketersediaan unsur hara terutama unsur Nitrogen, dengan Tabel 5. Rata-rata Berat Tongkol Per Rumpun (G)
pada Berbagai Dosis Urea dan Populasi Tanaman.
Perlakuan Populasi Tanaman BNJ 0,05
Ket : Rata-rata yang diikuti huruf sama pada baris (a,b,c) atau kolom (x,y,z) yang sama, tidak berbeda pada
taraf uji BNJ α = 0,05.
Tabel 6. Rata-rata Berat Tiap Tongkol dan Berat Tongkol Per Hektar pada Berbagai Dosis Urea dan Populasi Tanaman.
Perlakuan Berat tiap tongkol (g)
Ket: Rata-rata yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama masing-masing perlakuan tidak berbeda pada
142 tersedianya Nitrogen yang cukup maka
tanaman akan membentuk bagian-bagian vegetatif yang cepat, disebabkan karena jaringan meristem yang akan melakukan pembelahan sel, perpanjangan dan pembesaran sel sangat membutuhkan Nitrogen untuk membentuk dinding sel yang baru dan protoplasma.
Tersedianya Nitrogen yang cukup menyebabkan adanya keseimbangan rasio antara daun dan akar, maka pertumbuhan vegetatif berjalan manual dan sempurna. Pada kondisi demikian akan berpengaruh pada tanaman untuk memasuki fase pertumbuhan generatif. Fachruddin (2002) dalam Idham (2004) menyatakan bahwa berimbangnya antara pertumbuhan vegetatif dan generatif pada awal fase generatif dapat memperbaiki organ reproduktif secara keseluruhan.
Penampilan tanaman dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Faktor lingkungan dapat melalui pemberian Nitrogen dalam tanah, karena tanaman yang kekurangan Nitrogen akan mempengaruhi kandungan klorofil pada daun sehingga mempengaruhi laju fotosintesis. Warisno (1998) menyatakan
bahwa pengaruh penggunaan Nitrogen
terhadap kualitas dan kuantitas hasil adalah penyempurnaan proses pengisian biji secara penuh sehingga bernas mengeraskan dan mencegah pengecilan biji pada ujung tongkol, hal ini berkorelasi positif dengan berat tongkol pada tanaman jagung.
Respons Tanaman Jagung Manis
Terhadap Populasi Tanaman. Hasil uji
nilai tengah terhadap pertumbuhan tanaman menunjukkan bahwa penanaman tiga tanaman tiap rumpun menghasilkan tanaman yang lebih tinggi dan berbatang kecil (Tabel 1 dan 2). Hal ini diduga karena pada populasi tanaman yang tinggi menyebabkan terjadinya persaingan
dalam satu rumpun tanaman dalam
memperoleh cahaya sehingg tanaman tumbuh memanjang. Sejalan yang dinyatakan oleh Rambitan (2004) bahwa pengaturan populasi tanaman merupakan pengaturan ruang hidup tanaman sehingga persaingan dalam pengambilan zat hara, air, dan cahaya matahari
di antara tanaman dapat ditekan sekecil-kecilnya. Selanjutnya Koswara (1986) menyatakan bahwa populasi tanaman yang tinggi mengakibatkan meningkatnya jumlah tanaman rebah dan penurunan diameter batang. Lebih lanjut dinyatakan bahwa tingkat populasi yang tinggi menimbulkan kerugian berupa batang yang lemah dan kecil, merangsang pertumbuhan jamur dan kesulitan dalam panen. Planiappan (1988) menyatakan bahwa populasi yang tinggi menyebabkan laju fotosintesis berkurang dan menimbulkan keadaan di mana batang tanaman menjadi kurus.
Hasil uji nilai tengah terhadap komponen hasil menunjukkan bahwa penanaman tiga tanaman tiap rumpun menyebabkan tanaman lebih lambat keluar rambut, menghasilkan tongkol yang kecil dan pendek, serta jumlah dan berat biji per tongkol kurang. Hal ini disebabkan karena populasi tanaman tiap rumpun yang banyak menyebabkan persaingan tanaman jagung dalam satu rumpun. Tumpang tindihnya sistem perakaran dan semakin meningkatnya frekuensi akar dalam satu rumpun mempengaruhi tingkat absorbsi air dan hara di sekitar tanaman menyebabkan terjadinya kompetisi terhadap suplai faktor tumbuh. Selain itu dengan penanaman tiga tanaman tiap rumpun menyebabkan tajuk tanaman saling menutupi antar individu tanaman. Karena kondisi saling menutupi, tingkat penyerapan cahaya matahari tidak terdistribusi secara merata, dengan kurangnya cahaya matahari yang diserap oleh kanopi akan mengurangi efektifitas fotosintesis sehingga pertumbuha tanaman terhambat dan kualitas hasil yang diperoleh rendah.
Koswara (1986) menyatakan bahwa
peningkatan populasi tanaman dapat
mengakibatkan perubahan beberapa sifat tanaman antara lain pemunculan rambut terlambat sehingga terdapat tongkol gundul tanpa biji, penurunan berat tongkol, penurunan jumlah biji per tongkol, bertambahnya jumlah biji tiap kilogram dan meningkatnya jumlah tanaman rebah.
Pengaruh Interaksi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa interaksi antara dosis pupuk urea dan populasi tanaman tiap
rumpun berpengaruh terhadap komponen jumlah biji per tongkol dan berat tongkol per rumpun. Hal ini menunjukkan bahwa
terdapat saling ketergantungan antara
populasi tanaman tiap rumpun dengan dosis pupuk urea yang diberikan, sehingga respons tanaman jagung manis terhadap pemberian pupuk urea berbeda pada setiap populasi tanaman, dan pengaruh populasi tanaman berbeda pada setiap dosis pupuk urea. Pada setiap populasi tanaman pemberian pupuk urea 400 kg/ha memberikan hasil yang lebih baik.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pertumbuhan dan hasil jagung manis pada
berbagai populasi tanaman dan dosis pupuk urea dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pemberian pupuk urea 400 kg/ha
memberikan hasil lebih baik dan dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis, ini nampak pada batang lebih besar, tongkol lebih panjang dan besar serta jumlah biji per rumpun lebih banyak.
2. Populasi satu tanaman tiap rumpun
diperoleh hasil lebih baik. Penambahan populasi tanaman (tiga tanaman) tiap rumpun secara nyata menurunkan hasil jagung manis baik kualitas maupun kuantitas.
3. Penambahan pupuk urea pada populasi 2-3/rumpun tidak meningkatkan jumlah biji/tongkol.
DAFTAR PUSTAKA
Harjadi, S.S., 1989. Pengantar Agronomi. Penerbit Gramedia, Jakarta.
Huelsen, W.A., 1954. Sweet Corn. Intersience Public;Inc, New York.
Idham, 2004. Respon Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata) Terhadap Berbagai Takaran Pupuk Urea. J. Agroland Vol. 11(1): 73 - 77.
Koswara, J., 1986. Budidya Jagung Manis. Yasaguna, Jakarta.
Palaniappan, SP., 1988. Cropping Systems In The Tropics : Principles And Management. Tamil Nadu Agricultural University, Coimbatore. India.
Rambitan. V. M. M., 2004. Pertumbuhan Dan Hasil Empat Kultivar Jagung Semi (Baby Corn) Dengan Berebagai Populasi Tanaman Pada Inceptisols Jatingor. J. Agroland Vol. 11(1): 11 - 17.
Setiawan, K., 1993. Pertumbuhan, Produksi dan Kadar Sukrosa Tiga Varietas Jagung Manis Akibat Pemberian Berbagai Taraf Dosis Urea. J. Hortikultura. Vol. 3(12)
Subandi, S, Sunarno dan Adiwidodo, 1988. Prosiding lokakarya Penelitian Komoditi dan Studi Kasus. Proyek Pembangunan Penelitian Terapan. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Tjitrosoedirdjo, S. 1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan. Biotrop, Bogor.
Usman Made, 1992. Pengaruh Dosis Dan Waktu Pemupukan Nitrogen Pada Tumpang Sari Jagung (Zea mays L.) Dengan Kacang Tanah (Arachis hypogea L.). Balai Penelitian Universitas Tadulako, Palu.