• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN ANTARA KEMAMPUAN KOMUNIKASI TULIS DAN LISAN MATEMATIKA SISWA YANG MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION DAN MODEL PEMBELAJARAN RESOURCE BASED LEARNING PADA MATERI PERBANDINGAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN ANTARA KEMAMPUAN KOMUNIKASI TULIS DAN LISAN MATEMATIKA SISWA YANG MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION DAN MODEL PEMBELAJARAN RESOURCE BASED LEARNING PADA MATERI PERBANDINGAN."

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN ANTARA KEMAMPUAN KOMUNIKASI TULIS DAN LISAN MATEMATIKA SISWA YANG MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION

DAN MODEL PEMBELAJARAN RESOURCE BASED LEARNING

PADA MATERI PERBANDINGAN

SKRIPSI

Oleh :

NAILIL HIMMATUL KHOIROH NIM D04209060

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

(2)

PENGE,SATIAN

TIM PENGUJT SKRIPST

Slripsi oleh Nailil Himmatul Khoiroh ini telah dipertahankan di depan

Tim Pengqii

Skripsi-Surabayq 13 Juli2015

danKeguruan(FfiQ

Ampel Surabaya

1V Penguji suji I, Tim

I[IP. 1 97306i1)52007012048

(3)
(4)

APTITUDE TREATMENT INTERACTION DAN MODEL PEMBELAJARAN

RESOURCE BASED LEARNING PADA MATERI PERBANDINGAN

Oleh : Nailil Himmatul Khoiroh

ABSTRAK

Komunikasi adalah proses penyampaian makna dalam bentuk gagasan atau informasi dari seseorang kepada orang lain melalui media tertentu. Dalam matematika menerima dan menyampaikan informasi bukan hal yang mudah. Hal ini disebabkan dari matematika yang sarat dengan istilah dan simbol. Karena itu, kemampuan komunikasi dalam matematika perlu dimiliki oleh setiap siswa. Model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction dan model pembelajaran Resource Based Learning adalah model pembelajaran yang dapat melatih kemampuan komunikasi matematika siswa. Dengan model - model pembelajaran tersebut siswa diharapkan dapat melatih kemampuan komunikasi matematika sehingga siswa dapat memahami konsep konsep matematika dengan baik. Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui perbedaan kemampuan komunikasi matematika siswa yang menggunakan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction dengan model pembelajaran Resource Based Learning pada materi perbandingan.

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Data yang diperoleh adalah data yang berbentuk ordinal sehingga perhitungannya menggunakan Mann-Whitney U-test. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMPN 1 Buduran Sidoarjo, dan sampel penelitian ini adalah sebagian siswa kelas VII yaitu kelas VII-A dan VII-B. Kelas VII-A menggunakan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction sedangkan kelas VII-B menggunakan model pembelajaran Resource Based Learning.

Hasil penelitian yang diperoleh dari tes kemampuan komunikasi matematika siswa yang menggunakan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction adalah sebagai berikut dari 14 siswa memiliki kemampuan komunikasi tulis matematika rendah 4 siswa, sedang 5 siswa, dan tinggi 5 siswa. Untuk kemampuan komunikasi lisan matematikanya adalah rendah 3 siswa, sedang 5 siswa dan tinggi 6 siswa.Sedangkan yang menggunakan model pembelajaran Resource Based Learning dari 17 siswa memiliki kemampuan komunikasi tulis matematika rendah 7 siswa, sedang 5 siswa dan tinggi 5 siswa. Untuk kemampuan komunikasi lisan matematika rendah 1 siswa, sedang 9 siswa dan tinggi 7 siswa. Untuk uji Mann-Whitney diperoleh perhitungan yang hasilnya menunjukkan bahwa harga U2 lebih kecil dari U1 yaitu 85 < 133. Dengan demikian yang digunakan untuk membandingkan dengan U tabel adalah U2 yang nilainya terkecil yaitu 85. Dengan melihat tabel uji mann-Whitney dengan taraf signifikansi α = 0,025 dengan n1 = 14 dan n2 = 17 maka diperoleh U tabel = 60. Ternyata harga U tabel lebih kecil dari U2 yaitu 60 < 85. Dengan demikian H1 ditolak dan H0 diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematika siswa yang menggunakan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction dengan menggunakan model pembelajaran Resource Based Learning pada materi perbandingan.

(5)

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Batasan Penelitian ... 5

F. Definisi Operasional ... 6

G. Batasan Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A.

Definisi Kemampuan Komunikasi Tulis dan Lisan ... 9

1. Komunikasi ... 9

2. Komunikasi dalam Matematika ... 9

B.

Model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction ... 13

C.

Model Pembelajaran Resource Based Learning ... 20

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

A. Jenis Penelitian ... 33

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 33

C. Variabel Peneblitian ... 33

(6)

E. Prosedur Penelitian ... 35

F. Instrumen Penelitian ... 36

G. Metode Pengumpulan Data ... 37

H. Metode Analisis Data ... 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 48

A. Analisis Data ... 52

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 70

BAB V PENUTUP ... 77

A. Keimpulan ... 77

B. Saran ... 79

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian ... 38 Tabel 3.2 Rubrik Penskoran Komunikasi Tulis ... 41 Tabel 3.3. Rubrik Penskoran Komunikasi Lisan ... 44 Tabel 3.4 Kriteria Tingkatan Kemampuan Komunikasi

Matematika ... 49 Tabel 4.1 Kemampuan Komunikasi Tulis Matematika

Siswa kelas VII- A yang Diajar Menggunakan Model Pembelajaran Aptitude Treatment

Interaction ... 53 Tabel 4.2 Tingakatan Kemampuan Komunikasi Tulis

Matematika Siswa Kelas VII-A yang Diajar Menggunakan Model Pembelajaran

Aptitude Treatment Interaction. ... 55 Tabel 4.3 Kemampuan Komunikasi Lisan Matematika

Siswa kelas VII- A yang Diajar Menggunakan Model Pembelajaran Aptitude Treatment

Interaction ... 57 Tabel 4.4 Tingakatan Kemampuan Komunikasi Lisan

Matematika Siswa Kelas VII-A yang Diajar Menggunakan Model Pembelajaran

Aptitude Treatment Interaction ... 59 Tabel 4.5 Kemampuan Komunikasi Tulis Matematika

Siswa kelas VII- B yang Diajar Menggunakan

Model Pembelajaran Resource Based Learning ... 60 Tabel 4.6 Tingkatan Kemampuan Komunikasi Tulis

Matematika Siswa kelas VII- B yang Diajar Menggunakan Model Pembelajaran

(8)

Tabel 4.7 Kemampuan Komunikasi Lisan Matematika Siswa kelas VII- B yang Diajar Menggunakan

Model Pembelajaran Resource Based Learning ... 64 Tabel 4.8 Tingkatan Kemampuan Komunikasi Lisan

Matematika Siswa kelas VII- B yang Diajar Menggunakan Model Pembelajaran

Resource Based Learning ... 66 Tabel 4.9 Kemampuan Komunikasi Tulis Matematika

Siswa kelas VII- A yang Diajar Menggunakan Model Pembelajaran Aptitude Treatment

Interaction ... 67 Tabel 4.10 Kemampuan Komunikasi Lisan Matematika

Siswa kelas VII- A yang Diajar Menggunakan Model Pembelajaran Aptitude Treatment

Interaction ... 71 Tabel 4.11 Kemampuan Komunikasi Tulis Matematika

Siswa kelas VII- B yang Diajar Menggunakan

Model Pembelajaran Resource Based Learning ... 23 Tabel 4.12 Kemampuan Komunikasi Lisan Matematika

Siswa kelas VII- B yang Diajar Menggunakan

Model Pembelajaran Resource Based Learning ... 32 Tabel 4.13 Peringkat Kemampuan Komunikasi Tulis

Matematika Siswa kelas VII- A yang Diajar Menggunakan Model Pembelajaran

Aptitude Treatment Interaction ... 76 Tabel 4.14 Peringkat Kemampuan Komunikasi Lisan

Matematika Siswa kelas VII- A yang Diajar Menggunakan Model Pembelajaran

Aptitude Treatment Interaction ... 43 Tabel 4.15 Peringkat Kemampuan Komunikasi Tulis

Matematika Siswa kelas VII- B yang Diajar Menggunakan Model Pembelajaran

(9)

Tabel 4.16 Peringkat Kemampuan Komunikasi Lisan Matematika Siswa kelas VII- B yang Diajar Menggunakan Model Pembelajaran

Resource Based Learning ... 34 Tabel 4.17 Tingkatan Kemampuan Komunikasi Tulis

Siswa ... 76 Tabel 4.18 Tingkatan Kemampuan Komunikasi Tulis

Siswa ... 56 Tabel 4.19 Tingkatan Kemampuan Komunikasi Lisan

Siswa ... 76 Tabel 4.20 Tingkatan Kemampuan Komunikasi Lisan

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A A1 RPP Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction A2 RPP Model Pembelajaran Resource

Based Learning

LAMPIRAN B B1 Lembar Validasi RPP B2 Kisi – kisi Instrumen B3 Soal Instrumen

B4 Kunci Jawaban Instrumen B5 Rubrik Penskoran

LAMPIRAN C C1 Surat Tugas

C2 Surat Izin Penelitian

C3 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

C4 Kartu Konsultasi C5 Tabel Mann Whitney LAIN – LAIN 1. Pernyataan Keaslian Tulisan

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari mulai dari tingkat pendidikan dasar sampai ke tingkat pendidikan tinggi. Matematika mempunyai peranan penting untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama1. Penguasaan ilmu ini sangat dibutuhkan oleh peserta didik, baik dalam lingkungan sekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari, karena begitu banyak aktivitas yang mereka lakukan melibatkan matematika.

Saat seorang peserta didik memperoleh informasi berupa konsep matematika yang diberikan guru maupun yang diperoleh dari bacaan, maka saat itu terjadi transformasi informasi matematika dari sumber kepada peserta didik tersebut. Peserta didik akan memberikan respon berdasarkan interpretasinya terhadap informasi tersebut2. Namun, karena karakteristik matematika yang sarat dengan istilah dan simbol, maka tidak jarang ada peserta didik yang tidak mampu memahaminya dengan baik.

Pembelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut3: 1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. 2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. 5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

1

Rifa’i, Achmad. Psikologi Pendidikan.Semarang: UNNES PRESS. 2009 2 Ibid

3

(12)

Sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika poin keempat, jelas bahwa komunikasi matematis merupakan salah satu kemampuan penting yang harus dikembangkan dalam diri peserta didik.

Komunikasi adalah proses penyampaian makna dalam bentuk gagasan atau informasi dari seseorang kepada orang lain melalui media tertentu.4 Dalam matematika menerima dan menyampaikan informasi bukan hal yang mudah. Hal ini disebabkan dari matematika yang sarat dengan istilah dan simbol. Karena itu, kemampuan komunikasi dalam matematika perlu dimiliki oleh setiap siswa. Kemampuan berkomunikasi dalam matematika merupakan kemampuan yang dapat menyertakan, memuat berbagai kesempatan untuk merefleksikan benda-benda nyata, gambar atau ide-ide matematika, membuat model situasi/ persoalan menggunakan metode oral, tertulis, konkrit, grafik dan aljabar, menggunakan keahlian membaca, menulis, dan menelaah untuk menginterpretasikan dan mengevaluasi ide-ide, simbol, istilah, serta informasi matematika.5

Pada umumnya, selama ini, pembelajaran matematika lebih difokuskan pada aspek komputasi yang bersifat algoritmik. Tidak mengherankan bila berdasarkan berbagai studi menunjukkan bahwa siswa pada umumnya dapat melakukan berbagai perhitungan matematik, tetapi kurang menunjukkan hasil yang menggembirakan terkait penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran matematika hendaknya tidak hanya mencakup berbagai penguasaan konsep matematika, melainkan juga terkait dengan aplikasinya dalam kehidupan nyata. Kemampuan matematika aplikatif, seperti mengoleksi, menyajikan, menganalisis, dan menginterpretasikan data, serta mengkomunikasikannya sangat perlu untuk dikuasi siswa. Salah satu isu penting dalam pembelajaran matematika saat ini adalah pentingnya pengembangan kemampuan komunikasi matematika siswa. Pengembangan komunikasi juga menjadi salah satu tujuan pembelajaran matematika dan menjadi salah satu standar kompetensi lulusan dalam bidang matematika6. Melalui pembelajaran matematika, siswa diharapkan dapat mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. Pada

4

M Agus Hardjana. Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal. (Yogyakarta: IKAPI,2003). Hal. 11

5 http:rbaryans.wordpress.com/2007/05/30/komunikasi-dalam-matematika. Diakses Tanggal 11 Desember 2014

6

(13)

tulisan ini akan dikemukakan mengenai pengembangan kemampuan komunikasi matematik siswa dalam pembelajaran matematika.

Guru harus mempertimbangkan model pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran yang diterapkan dengan baik akan sangat bermanfaat bagi siswa dalam proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang baik yang telah diterapkan adalah model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (

ATI ) dan model pembelajaran Resource Based Learning ( RBL ).

Adapun model pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) dan model pembelajaran Resource Based Learning (RBL). Model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) memiliki beberapa manfaat dalam pembelajaran seperti7 : 1. Mendukung pembelajaran Individual. 2. Lebih mengenal dan terbiasa dengan kerja tim tutor sebaya. 3. Merupakan pendekatan pembelajaran yang efektif. 4. Menciptakan pembelajaran yang enjoyment atau joyful learning. 5. Mengasah kemampuan komunikasi tulis dan lisan dalam matematika.

Secara subtantik dan teoritik Aptitude Treatment Interaction (ATI) dapat diartikan sebagai suatu model pembelajaran yang memiliki sejumlah strategi pembelajaran (treatment) yang efektif digunakan untuk individu tertentu sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Senada dengan pendapat di atas, Cronbach berpendapat sebagaimana yang dikutip oleh Syafruddin Nurdin bahwa ATI merupakan sebuah model pembelajaran yang berusaha mencari dan menemukan perlakuan-perlakuan (treatment) yang cocok dengan perbedaan kemampuan

(aptitude) siswa. Berdasarkan pengertian yang dikemukakan diatas

dapat diketahui bahwa model pembelajaaran ATI adalah suatu model pembelajaran yang berisikan sejumlah strategi pembelajaran dengan mengembangkan kondisi pembelajaran yang efektif terhadap siswa yang mempunyai tingkat kemampuan berbeda8.

Adapula model pembelajaran yang lain yaitu Resource Based

learning, Pengertian “Resource-Based Learning” adalah segala bentuk

7

Yuli Tri Wiyanto, Eksperimen Pembelajaran Matematika dengan Strategi Aptitude Treatment Interaction Ditinjau dari Kemampuan awal Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Muhammadiyah 4 Surakarta 2009/2010, Tesis, (Surakarta : Pasca Sarjana UMS, 2010), h. 17. t.d

8

Pengertian Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI), diakses dari http://id.shvoong.com/social-science/education/2194854-pengertian-model

(14)

belajar yang langsung menghadapkan murid dengan suatu atau sejumlah sumber belajar, secara individual atau kelompok dengan segala kegiatan belajar yang bertalian dengan itu, jadi bukan dengan cara yang konvensional di mana guru menyampaikan bahan pelajaran kepada murid. Maksudnya sumber belajar yang dijelaskan diatas adalah segala sesuatu (berupa data, orang atau benda) yang dapat dimanfaatkan untuk membuat atau membantu peserta didik belajar.

Jadi disini dalam metode “Resource-Based Learning” guru

bukan merupakan sumber belajar satu-satunya. Murid dapat belajar dalam laboratorium, dalam perustakaan dan bahkan diluar sekolah yang mereka dapat berfikir sendiri bagaimana memecahkan masalah tertentu. Dengan metode ini siswa dilatih untuk belajar mandiri. Dengan penemuan sendiri, maka setiap siswa memiliki konsep, dengan konsep tersebut mereka dituntut untuk melahirkan kembali dalam bentuk berbeda, di sini mereka diberi kebebasan untuk mengaktualisasikan diri, yaitu dengan menuangkan kembali konsep yang telah ada dengan bahasa mereka sendiri, dan secara tidak langsung hal semacam ini menjadikan anak didik atau siswa lebih kreatif dan mandiri. Disinilah letak pentingnya penggunaan metode belajar resource based learning dalam meningkatkan kemandirian belajar siswa. Dengan adanya model pembelajaran seperti ini diharapkan siswa dapat melatih komunikasi tulis dan lisan matematika sehingga dapat memahami konsep konsep matematika dengan baik.

Oleh karena itu, berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul : "PERBEDAAN ANTARA

KEMAMPUAN KOMUNIKASI TULIS DAN LISAN

MATEMATIKA SISWA YANG MENGGUNAKAN MODEL

PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION DAN

MODEL PEMBELAJARAN RESOURCE BASED LEARNING

PADA MATERI PERBANDINGAN". B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di kemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana kemampuan komunikasi tulis dan lisan matematika siswa yang menggunakan model pembelajaran Aptitude

Treatment Interaction pada materi perbandingan?

2. Bagaimana kemampuan komunikasi tulis dan lisan matematika siswa yang menggunakan model pembelajaran Resource Based

(15)

3. Adakah perbedaan antara kemampuan komunikasi tulis dan lisan matematika siswa yang menggunakan model pembelajaran

Aptitude Treatment Interaction dan model pembelajaran

Resource Based Learning pada materi perbandingan.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui kemampuan komunikasi tulis dan lisan matematika siswa yang menggunakan model pembelajaran

Aptitude Treatment Interaction materi perbandingan.

2. Untuk mengetahui kemampuan komunikasi tulis dan lisan matematika siswa yang menggunakan model pembelajaran

Resource Based Learning materi perbandingan.

3. Untuk mengetahui adanya perbedaan kemampuan komunikasi tulis dan lisan matematika siswa yang menggunakan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction dan model pembelajaran Resource Based Learning pada materi perbandingan.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini bagi siswa, bagi guru, bagi sekolah dan bagi peneliti adalah:

1. Bagi Guru

Diharapkan melalui hasil penelitian ini guru dapat mengajarkan kepada siswa untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuannya melalui komunikasi dan guru tidak lagi sebagai pemberi informasi sehingga siswa memiliki kemampuan komunikasi baik tulis maupun lisan.

2. Bagi Siswa

Diharapkan dengan adanya penerapan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction dan model pembelajaran Resource Based learning maka siswa akan semakin terampil untuk mengasah kemampuan komunikasi matematikanya.

3. Bagi Sekolah

Sebagai masukan dalam upaya memperbaiki kegiatan pembelajaran.

(16)

E. Batasan Penelitian

Penelitian ini hanya dilakukan pada siswa kelas A dan kelas VII-B semester 1 tahun ajaran 2014/2015 di SMPN 1 VII-Buduran Sidoarjo dengan materi perbandingan.

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari penafsiran yang kurang tepat, maka penulis akan menjelaskan istilah-istilah yang berhubungan dengan judul penelitian ini.

1. Perbedaan

Perbedaan adalah sesuatu yang menjadikan berlainan (tidak sama) antara objek yang satu dengan objek yang lainnya. 2. Kemampuan komunikasi matematika siswa

Kemampuan komunikasi matematika siswa adalah kemampuan yang dimiliki siswa untuk menggunakan keahlian membaca, menulis, dan menelaah untuk menginterpretasikan dan mengevaluasi ide-ide, simbol, istilah, serta informasi matematika yang dimiliki.

3. Komunikasi Tulis

Komunikasi tulis adalah suatu kegiatan untuk menyampaikan gagasan atau ide-ide matematika dengan menuliskan kata, kalimat, gambar dan simbol.

4. Komunikasi Lisan

Komunikasi lisan adalah suatu kegiatan untuk menyampaikan gagasan atau ide- ide matematika melalui ucapan atau berkomunikasi menggunakan kata-kata dan bahasa matematika yang mereka pahami.

5. Model Pembelajaran

Model Pembelajaran adalah prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.

6. Aptitude Treatment Interaction

Model pembelajaran yang memiliki sejumlah strategi pembelajaran (treatment) yang efektif digunakan untuk individu tertentu sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Treatment yang diberikan dalam penelitian ini berupa belajar mandiri, belajar terstruktur dan tutoring.

7. Resource Based Learning

(17)

individual atau kelompok. Sumber belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah perpustakaan dan internet.

G. Sistematika Pembahasan

Untuk lebih memudahkan pembahasan pada judul skripsi ini penulis mengatur secara sistematis. Dan untuk menghindari kerancuan pembahasan, maka penulis membuat sistematika pembahasan sebagai berikut:

Bab pertama : Pada bab pendahuluan ini membahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, definisi operasional dan sistematika pembahasan.

Bab kedua : Kajian Pustaka, merupakan bagian kedua dari penulisan skripsi yang meliputi: Pertama, pembahasan mengenai komunikasi matematika. Kedua, pembahasan mengenai model pembelajaran

Aptitude Treatment Interaction. Ketiga, pembahasan

mengenai model pembelajaran Resource Based Learning.

Bab ketiga : Metode penelitian, merupakan bagian ketiga dari penulisan skripsi yang meliputi: jenis penelitian, subjek penelitian, variabel penelitian, rancangan penelitian, instrument penelitian, metode pengumpulan data, metode analisis data dan prosedur penelitian. Bab keempat : Hasil dan Pembahasan, merupakan bagian keempat

dalam penulisan skripsi yang meliputi: pertama hasil tes tulis dan deskripsi analisisnya, dan kedua hasil tes lisan dan analisisnya serta pembahasan kemampuan komunikasi tulis dan lisan matematika siswa.

(18)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Komunikasi Matematika 1. Pengertian Komunikasi

Komunikasi merupakan suatu kegiatan untuk menyampaikan makna baik secara verbal (berupa lisan) maupun non verbal (berupa tulisan) oleh dua orang atau lebih yang bermaksud agar saling memahami. Komunikasi secara verbal meliputi menyampaikan makna secara lisan. Sedangkan komunikasi secara nonverbal meliputi menyampaikan makna secara tertulis. Dalam komunikasi terdapat dua komponen penting yaitu komunikan dan komunikator. Dunia pendidikan sering kali menggunakan guru atau pengajar sebagai komunikator, sedangkan siswa sebagai komunikan. Komunikasi dalam dunia pendidikan lebih banyak dilakukan didalam

kelas antar siswa dengan siswa baik itu dalam diskusi kelas maupun dalam kegiatan belajar mengajar sehari-hari. Effendy menjelaskan bahwa komunikasi yang terjadi di dalam kelas dibagi menjadi dua1, yaitu:

a. Komunikasi dua arah. Jika para pelajar mengungkapkan semua gagasan

atau ide atau mengajukan suatu pertanyaan baik diminta atau tidak diminta.

b. Komunikasi satu arah. Meski sebenarnya komunikasi ini juga terjadi dua arah antara namun guru dan murid tapi kecenderungan siswa lebih pasif dan guru aktif membuat komunikasi ini hanya terjadi dari guru ke murid.

Komunikasi yang lebih sering terjadi di pendidikan Indonesia adalah komunikasi satu arah. Komunikasi dua arah yang lebih efektif sulit untuk dilakukan karena siswa terbiasa untuk menerima saja tanpa menyampaikan pendapatnya. Komunikasi dalam proses pendidikan terdiri atas komunikasi lisan dan tulisan (dijelaskan pada komunikasi matematika). Komunikasi tersebut digunakan untuk menilai kemampuan siswa dalam mengungkapkan pendapatnya dan mengajak siswa untuk

(19)

berani berpendapat. Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi dalam pendidikan adalah suatu kegiatan untuk menyampaikan pendapat antara guru dengan murid agar materi yang disampaikan dapat diserap dengan baik. Guru dapat menjadi komunikator utama atau sebaliknya siswa dapat menjadi komunikator untuk dirinya sendiri.

2. Komunikasi Dalam Matematika

Komunikasi dalam matematika adalah penggunaan simbol-simbol untuk menyatakan sesuatu, misalnya menyatakan suatu fakta. Konsep, operasi, prinsip atau aturan dengan simbol-simbol beserta sifat-sifat serta pengertian yang terkandung didalamnya mampulah matematika bertindak sebagai bahasa keilmuan.2 matematika dapat digunakan sebagai alat komunikasi informasi atau ide dalam menjelaskan gagasan, misalnya melalui pembicaraan (lisan), catatan (tulisan), grafik, tabel, diagram, dan seterusnya.3

Peressini dan Bassett (dalam NCTM, 1996) berpendapat bahwa tanpa komunikasi dalam matematika guru akan mendapat sedikit keterangan, data, dan fakta tentang pemahaman siswa dalam melakukan proses dan aplikasi matematika. Linquist (NCTM, 1996) berpendapat bahwa matematika itu merupakan suatu bahasa dan bahasa tersebut sebagai bahasan terbaik dalam komunitasnya, berarti komunikasi merupakan esensi dari mengajar, belajar, dan mengakses matematika.4

Standar komunikasi menitik beratkan pada pentingnya dapat berbicara, menulis, menggambarkan dan menjelaskan konsep-konsep matematika. Belajar berkomunikasi dalam matematika membantu perkembangan interaksi dan pengungkapan ide-ide di dalam kelas karena siswa belajar dalam suasana yang aktif. Cara yang baik untuk berhubungan dengan suatu ide adalah mencoba menyampaikan ide tersebut dengan lisan atau tulisan kepada orang lain.

2

Soejadi, Kiat Pendidikan Matematika Di Indonesia, ( Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Depdiknas), h. 188

3 Http://Scmariani-Unnes.Blogspot.com/2008/11/Evaluasi-Keterampilan-Menulis-Dalam.Html/.Diakses Tanggal 1 Juli 2014

(20)

Standar komunikasi dalam matematika sekolah untuk program pengajaran dari pra-TK sampai kelas 12 harus memungkinkan semua siswa untuk: 5

a. Mengatur dan menggabungkan pemikiran matematis mereka melalui komunikasi

b. Mengkomunikasikan pemikiran matematika mereka secara koheren dan jelas kepada teman, guru dan orang lain c. Menganalisa dan menilai pemikiran dan strategi matematis

orang lain

d. Menggunakan bahasa matematika untuk menyatakan ide matematika dengan tepat

Membangun komunikasi matematika menurut NCTM memberikan manfaat pada siswa berupa: 6

a. Memodelkan situasi dengan lisan, tertulis, gambar, grafik, dan secara aljabar

b. Merefleksi dan mengklarifikasi dalam berpikir mengenai gagasan-gagasan matematika dalam berbagai situasi c. Mengembangkan pemahaman terhadap gagasan-gagasan

matematika termasuk peranan definisi-definisi dalam matematika

d. Menggunakan ketrampilan membaca, mendengar, dan menulis untuk menginterpretasikan dan mengevaluasi gagasan matematika.

e. Mengkaji gagasan matematika melalui konjektur dan alasan yang meyakinkan

f. Memahami nilai dari notasi dan peran matematika dalam pengembangan gagasan matematika.

Komunikasi matematika merupakan esensi dari mengajar, belajar dan mengasses matematika7. Artinya, komunikasi adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh guru, siswa dan semua individu terutama untuk mengajar materi, belajar materi dan menggunakan matematika dalam kehidupan seharihari. Hal ini bertujuan

5

John A Van De Walle, Matematika Sekolah Dasar Dan Menengah Pengembangan Pengajaran, (Jakarta: Erlangga,2008), h. 4-5

6 http://www.unhalu.ac.id/staff/latif_sahidin/?p=38.Diakses Tanggal 23 juli 2014

7

(21)

agar materi metematika dapat disampaikan dan tersampaikan dengan baik.

Cai menjelaskan terdapat dua komunikasi matematika yang digunakan untuk menilai suatu kemampuan siswa atau pemahamannya yaitu bentuk talkand write.

a. Komunikasi lisan (talk) adalah suatu kegiatan untuk menyampaikan makna melalui ucapan kata-kata atau kalimat untuk menyampaikan ide. Banyak kegiatan yang bisa dilakukan dalam komunikasi ini seperti presentasi atau wawancara. Kesalahpahaman yang terjadi pada komunikasi lisan ini sering terjadi, karena apa yang ingin disampaikan siswa seringkali tidak sesuai dengan apa yang ada dipikiran guru.

b. Komunikasi tulisan (write) adalah suatu kegiatan untuk menyampaikan

makna dengan menuliskan kata, kalimat, gambar atau simbol yang mengandung arti dan maksud tujuan tertentu. Komunikasi yang sering dilakukan adalah paper and

pencil test. Dengan menulis seorang siswa dapat

menyampaikan maksudnya dengan jelas dan guru dapat menerimanya dengan baik pula.

Jadi komunikasi dalam matematika adalah pengungkapan segala yang berhubungan dengan matematika harus disampaikan dengan bahasa matematika pula terutama pada kegiatan belajar mengajar matematika.

B. Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction

1.Pengertian Aptitude Treatment Interaction

Secara subtantif dan teoritik Aptitude Treatment

Interaction(ATI) dapat di artikan sebagai suatu model pembelajaran

yang memiliki sejumlah strategi pembelajaran (treatment) yang efektif digunakan untuk individu tertentu sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Senada dengan pendapat di atas, Cronbach berpendapat sebagaimana yang dikutip oleh Syafruddin Nurdin bahwa ATI merupakan model pembelajaran yang berusaha mencari dan menemukan perlakuan-perlakuan yang cocok dengan perbedaan kemampuan

(aptitude) siswa.

(22)

1. Model pembelajaran ATI merupakan model pembelajaran yang berisikan sejumlah strategi pembelajaran yang efektif digunakan untuk siswa tertentu sesuai dengan perbedaan kemampuannya.

2. Sebagai sebuah kerangka teoritik model pembelajaran ini berasumsi bahwa optimalisasi prestasi akademik akan tercipta bila mana perlakuan-perlakuan (treatment) dalam pembelajaran disesuaikan dengan perbedaan kemampuan (aptitude) peserta didik.

3. Terdapat hubungan timbal balik antara prestasi akademik yang dicapai peserta didik dengan pengaturan kondisi pembelajaran di kelas atau dengan kata lain prestasi belajar yang diperoleh siswa (achievement) tergantung kepada bagaimana kondisi pembelajaran yang dikembangkan guru di kelas8.

Jadi, model pembelajaran ATI adalah suatu pendekatan yang berisikan sejumlah strategi pembelajaran dengan mengembangkan kondisi pembelajaran yang efektif terhadap peserta didik yang mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda.

Model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction bertujuan untuk menciptakan dan mengembangkan suatu pembelajaran yang betul-betul peduli dan memperhatikan keterkaitan antara kemampuan

(aptitude) seseorang dengan pengalaman belajar atau secara khas

dengan perlakuan (treatment). Untuk mencapai tujuan, pembelajaran

Aptitude Treatment Interaction berupaya menemukan dan memilih

perlakuan yang tepat, yaitu perlakuan yang sesuai dengan perbedaan kemampuan peserta didik. Kemudian melalui suatu interaksi yang bersifat multiplikatif dikembangkan perlakuan-perlakuan tersebut dalam pembelajaran, sehingga akhirnya dapat diciptakan optimalisasi prestasi akademik.

Model pembelajaran ATI ini dapat dipakai guru untuk meningkatkan pemahaman konsep dan prestasi akademik pesrta didik,baik secara perorangan maupun kelompok. Model pembelajaran ATI dirancang untuk membantu terjadinya pembagian tanggung jawab ketika peserta didik mengikuti pembelajaran dan berorientasi menuju pembentukan manusia sosial. Model pembelajaran ATI dipandang

8

Pengertian model pembelajaran Aptitude treatment interaction (ATI), diakses dari

http://id.shvoong.com/social-science/education/2194854-pengertian-model pembelajaran

(23)

sebagai suatu proses pembelajaran yang aktif, sebab peserta didik akan lebih banyak belajar melalui proses pembentukan (constructing) dan penciptaan, kerja dalam kelompok dan berbagi pengetahuan, serta tanggung jawab individu tetap merupakan kunci keberhasilan pembelajaran.

2.Prinsip- prinsip Aptitude Treatment Interaction

Agar tingkat keberhasilan (efektivitas) pengembangan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction dapat dicapai dengan baik, maka dalam implementasinya perlu diperhatikan dan dihayati tiga prinsip yang dikemukakan oleh Snow (dalam Yuli Tri Wiyanto) .

Pertama, bahwa interaksi antara kemampuan dan perlakuan pembelajaran berlangsung dalam pola yang kompleks, dan senantiasa dipengaruhi oleh variabel tugas, jabatan dan situasi. Berarti, dalam mengimplementasikan model pembelajaran Aptitude Treatment

Interaction perlu memperhatikan dan meminimalkan bias yang

diperkirakan berasal dari variabel-variabel tersebut.

Kedua, bahwa lingkungan pembelajaran yang terstruktur cocok bagi peserta didik yang memiliki kemampuan rendah dan lingkungan pembelajaran yang fleksibel lebih cocok untuk peserta didik yang pandai.

Ketiga, bahwa bagi peserta didik yang rasa percaya dirinya kurang cenderung belajarnya akan lebih baik dalam lingkungan terstruktur dan sebaliknya peserta didik yang independent belajarnya akan lebih baik dalam situasi fleksibel.

3. Manfaat Aptitude Treatment interaction

Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction memiliki sejumlah manfaat di antaranya9:

a. Mengatasi kelemahan pada pembelajaran klasikal maupun individual

b. Membantu menjadikan materi yang abstrak dan sulit mendapatkan contoh di lingkungan sekolah menjadi lebih konkrit

9

Pengertian model pembelajaran Aptitude treatment interaction (ATI), diakses dari

http://id.shvoong.com/social-science/education/2194854-pengertian-model pembelajaran

(24)

c. Memungkinkan pengulangan sampai berkali-kali tanpa rasa malu bagi yang berbuat salah

d. Mendukung pembelajaran individual

e. Lebih mengenal dan terbiasa dengan kerja tim tutor sebaya f. Merupakan media pembelajaran yang efektif

g. Menciptakan pembelajaran yang “enjoyment” atau “joyful

learning”.

h. Mengasah kemampuan komunikasi tulis dan lisan dalam matematika.

4.Langkah-langkah Aptitudde Treatment Interaction.

Pembelajaran matematika dengan pendekatan Aptitude

Treatment Interaction (ATI), dibagi menjadi tiga tahap,yaitu tahap

pendahuluan, tahap kegiatan inti, dan tahap kegiatan penutup dengan semua tugas siswa didokumentasikan. Ketiga tahapan diwujudkan dalam bentuk beragam sesuai dengan model yang dipakai, klasikal, kelompok, atau individual.

Tim belajar kelompok kecil dengan anggota lima peserta didik dengan kemampuan awal berbeda (1 tinggi, 2 sedang, 1 rendah ) dan dibentuk setiap tatap muka pembelajaran. Kegiatan pendahuluan meliputi :

a. Review, yaitu membahas tugas mandiri, tugas mandiri yang esensial dan sulit diberi balikan.

b. Motivasi awal, yaitu memberitahukan tujuan pembelajaran, memberikan gambaran umum materi ajar dan memberikan gambaran kegiatan yang akan dilakukan. c. Apersepsi, yaitu memberikan materi pengait sesuai materi

yang dibahas. Kegiatan inti meliputi pengembangan konsep dan penerapan. Dalam pengembangan konsep meliputi penyampaian materi ajar, menggunakan alat atau media pembelajaran. Mengadakan variasi pembelajaran dengan cara:

1. Menampilkan sikap bersahabat

2. Menghindari perbuatan yang dapat mengganggu perasaan peserta didik

3. Menunjukkan sikap adil kepada semua peserta didik 4. Menggunakan berbagai teknik untuk memelihara

tingkah laku peserta didik

(25)

7. Membantu peserta didik yang mendapat kesulitan 8. Mendorong peserta didik menumbuhkan kepercayaan,

menciptakan suasana secara aktif dengan cara: a. menyajikan pertanyaan atau tugas selama

pengembangan

b. mendorong peserta didik menyampaikan idenya c. mendorong peserta didik terjadinya tukar

pendapat antara peserta didik dengan guru. 9. Penguatan dengan cara :

a. memberikan penguatan terhadap tingkah laku peserta didik yang baik,

b. memberikan semangat kepada peserta didik yang belum berhasil,

c. penguatan bervariasi diberikan secara wajar dan diberikan pada waktu yang tepat. Dalam penerapan diberikan latihan terkontrol dan latihan mandiri. Latihan terkontrol setting kelas kelompok dengan tutor sebaya, meliputi kegiatan: 1. tugas diarahkan dengan jelas

2. membimbing dan memudahkan belajar peserta didik

3. menuntut tanggung jawab peserta didik, 4. menumbuhkan kerjasama antar peserta didik,

dan

5. menumbuhkan inisiatif peserta didik dalam belajar.

Latihan mandiri meliputi kegiatan:

1. komunikasi antar pribadi menunjukkan kehangatan,

2. merespon setiap pendapat peserta didik, 3. membimbing belajar peserta didik,

4. mendorong peserta didik untuk banyak berkreasi dalam belajar dan

(26)

meliputi review guru terhadap rangkuman dan tindak lanjut10.

d. Untuk review guru terhadap rangkuman, yaitu : 1. mengarahkan peserta didik untuk membuat

rangkuman

2. rangkuman jelas dan mencakup seluruh inti materi ajar.

e. Kegiatan tindak lanjut yaitu :

1. mengevaluasi kemampuan peserta didik, 2. menyarankan agar materi ajar dipelajari

kembali di rumah,

3. memberikan tugas rumah mandiri dengan petunjuk pengerjaan yang jelas.

10

(27)

Secara garis besar langkah penerapan pembelajaran ATI dalam kelas adalah: Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya, Kembangkan sifat ingin tahu peserta didik dengan bertanya,Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik, Ciptakan ’masyarakat belajar’ (belajar dalam kelompok-kelompok), Hadirkan ’model’ sebagai contoh pembelajaran, Lakukan refleksi di akhir pembelajaran, Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara lalu dokumentasikan hasilnya11.

Secara garis besar langkah penerapan pembelajaran ATI dalam kelas adalah12 :

a. Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri,menemukan sendiri, dan mengkontroksikan sendiri pegetahuan dan keterampilan barunya

b. Mengembangkan sifat ingin tahu peserta didik dengan bertanya c. Melaksanakan sejauh mungkinkegiatan inkuiri untuk semua

topik

d. Menciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok)

e. Menghadirkan „model’ sebagai contoh pembelajaran f. Melakukan refleksi di akhir pembelajaran

g. Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara lalu dokumentasikan hasilnya.

5. Langkah - langkah Aptitude Treatment Interaction pada materi perbandingan

Langkah – langkah pembelajaran pada model Aptitude

Treatment Interaction pada materi perbandingan adalah sebagai

berikut :

a. Review, pada tahap ini guru mereview terhadap tugas yang telah diberikan kepada siswa sebelum pembelajaran dimulai.

11 Ibid, h. 17.t.d

(28)

b. Motivasi awal, pada tahap ini guru memberikan motivasi awal pada siswa tentang materi yang akan dipelajari. c. Pengembangan konsep dan penerapan, pada tahap ini guru

melakukan pembelajaran bersama siswa dengan treatment

- treatment yang meliputi pembelajaran mandiri pada

kelompok tinggi, pembelajaran terarah pada kelompok sedang dan pembelajaran terbimbing pada kelompok rendah. Treatment ini digunakan untuk melatih kemampuan komunikasi tulis dan lisan matematika siswa pada materi perbandingan.

d. Review dan tindak lanjut, pada tahap ini guru melakukan evaluasi terhadap kemampuan siswa setelah pembelajaran. 6. Komponen-komponen Aptitude Treatment Interaction

Komponen komponen Aptitude Treatment Interaction adalah sebagai berikut :

a. Peragaan

Peragaan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat diamati dan ditiru oleh setiap peserta didik. Misalnya guru memberikan contoh bagaimana mengoperasikan sebuah alat. Belajar dengan cara ini,hasil pengetahuan yang diperoleh peserta didik akan lebih melekat dalam diri peserta didik dan mereka akan lebih mudah menerapkanya dalam kehidupan sehari-hari, karena mereka telah melihat dan bisa mengamati suatu contoh/model konkrit dari pengetahuan yang mereka ingin dapatkan13.

b. Bertanya

Bertanya merupakan kegiatan utama dari semua aktifitas belajar, karena dengan kegiatan bertanya guru dapat memotivasi bahkan dapat menilai sejauh mana keberanian dan kemampuan berpikir seorang peserta didik dalam mengkonstruk pengetahuan dan pemahaman yang ingin didapatkan. Sedangkan bagi peserta didik, kegiatan bertanya adalah hal penting yang perlu dilakukan dalam pembelajaran,yakni untuk menggali informasi, mengkonfirmasi apa yang sudah diketahui,

13Mihmidiyati ya’cub, Penerapan CTL dalam Pembelajaran Ilmu Agama dan Umum di

(29)

dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya14. Kegiatan bertanya merupakan multiple interaction antara guru dengan peserta didik,peserta didik dengan guru,pesrta didik dengan peserta didik , dan antara pesrta didik dengan orang berpengatahuan lainnya. c. Inkuiri

Inkuiri merupakan proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman, dimana peserta didik belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis untuk memperoleh seperangkat pengetahuan. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh peserta didik diharapkan dari hasil menemukan sendiri dan bukan merupakan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta.

Keaktifan belajar akan terjadi apabila peserta didik aktif mengalami sendiri. Belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan peserta didik untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang dari diri mereka sendiri. Peserta didik mengamati, menghayati dan terlibat langsung dalam perbuatan serta bertanggung jawab terhadap hasilnya. Sedangkan guru sebagai pembimbing dan pengarah15. Dengan demikian untuk merealisasikan komponen inkuiri di kelas, terutama dalam proses perencanaan guru bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafalkan peserta didik, akan tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan peserta didik dapat menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya.

d. Masyarakat Belajar

Dalam pembelajaran dengan model pembelajaran ATI, komponen masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerja sama dengan orang lain. Kerja sama itu dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, baik dalam kelompok belajar secara formal maupun dalam lingkungan yang terjadi secara alamiah.

Kegiatan saling belajar pada komponen ini bisa terjadi apabila ada pihak yang merasa segan untuk bertanya dan semua pihak harus merasa bahwa setiap orang lain memiliki pengetahuan,pengalaman, atau keterampilan yang berbeda-beda yang perlu untuk dipelajari16. Inilah

14

Suruanti dkk, Model- model Pembelajaran Inovatif (Surabaya : UNESA University Press, 2008), h.9

15 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran ( Jakarta : Rineka cipta, 1999), h.48

16

(30)

hakekat dari masyarakat belajar, masyarakat yang saling berbagi dimana semua pihak mau berkomitmen untuk berbicara,membagi ide/gagasan, mendengarkan/menghargai ide orang lain, dan bekerja sama untuk mengkontruk/membangun pengetahuan baru17.

e. Penilaian Nyata

Penilaian nyata adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran pengetahuan perkembangan belajar peserta didik. Gambaran perkembangan belajar pesrta didik perlu diketahui guru agar bisa memastikan bahwa peserta didik mengalami proses pembelajaran dengan benar apakah pengalaman belajar peserta didik memiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan belajarnya,baik intelektual maupun mental peserta didik.

C. Model Pembelajaran Resource Based Learning

1. Pengertian Resource Based Learning

Pengertian “Resource-Based Learning” adalah model

pembelajaran yang langsung menghadapkan murid dengan suatu atau sejumlah sumber belajar, secara individual atau kelompok dengan segala kegiatan belajar yang bertalian dengan itu, jadi bukan dengan cara yang konvensional dimana guru menyampaikan bahan pelajaran kepada peserta didik18. Maksudnya sumber belajar yang dijelaskan diatas adalah segala sesuatu (berupa data, orang atau benda) yang dapat dimanfaatkan untuk membuat atau membantu peserta didik belajar. Jadi disini dalam metode “Resource-Based Learning” guru bukan merupakan sumber

belajar satu-satunya. Murid dapat pelajaran dalam laboratorium, dalam perpustakaan dan bahkan diluar sekolah yang mereka dapat berfikir sendiri bagaimana memecahkan masalah tertentu. Dengan metode ini peserta didik dilatih untuk belajar mandiri. Dengan penemuan sendiri, maka setiap peserta didik memiliki konsep dengan konsep tersebut mereka dituntut untuk melahirkan kembali dalam bentuk berbeda, di sini mereka diberi kebebasan untuk mengaktualisasikan diri, yaitu dengan menuangkan kembali konsep yang telah ada dengan bahasa mereka sendiri, dan secara tidak langsung hal semacam ini menjadikan anak didik atau siswa lebih kreatif dan mandiri. Disinilah letak pentingnya

17

Ibid, h.10

18 model pembelajaran Resource Based Learning diakses dari http://

(31)

penggunaan metode belajar resource based learning dalam meningkatkan kemandirian belajar peserta didik dan juga dapat meningkatkan komunikasi matematika siswa 19.

Secara umum, cara belajar (learning style) peserta didik dapat dikategorikan ke dalam 4 hal. yaitu:

a. Cara belajar somatik, yakni pola belajar yang lebih menekankan pada aspek gerak tubuh atau belajar dengan melakukan.

b. Cara belajar auditif, yaitu cara belajar yang lebih menekankan pada aspek pendengaran, peserta didik akan cepat menangkap materi pelajaran jika materi disampaikan dengan ceramah atau alat yang dapat didengar.

c. Cara belajar visual, yaitu cara belajar yang lebih menekankan pada aspek penglihatan, peserta didik akan cepat menangkap materi pelajaran, jika disampaikan dengan tulisan atau melalui gambar. d. Cara belajar intelektual, yaitu cara belajar yang menekankan pada

aspek penalaran atau logika. Peserta didik akan cepat menangkap materi, jika pembelajaran dirancang dengan menekankan pada aspek mencai solusi pemecahan.

2. Latar belakang “Resource-Based Learning”

Belajar berdasarkan sumber atau “Resource-Based Learning

bukan suatu yang berdiri sendiri, melainkan bertalian erat dengan sejumlah perubahan-perubahan yang mempengaruhi pembinaan kurikulum20.

Perubahan-perubahan itu mengenai:

a. Perubahan dalam sifat dan pola ilmu pengetahuan manusia b. Perubahan dalam masyarakat dan tafsiran kita tentang

tuntutannya

c. Perubahan tentang pengertian kita tentang anak dan carannya belajar

d. Perubahan dalam media komunikasi.

19 model pembelajaran Resource Based Learning diakses dari http://

syu3f.blogspot.com/2010/06/ strategi-pembelajaran-resource-based.html?m=1 diakses pada tanggal 1 mei 2014

20 model pembelajaran Resource Based Learning diakses dari http://

(32)

a. Perubahan dalam pengetahuan manusia

Pengetahuan manusia akhir-akhir ini berkembang dengan cepat sekali, sehingga dijuluki sebagai eksplosi pengetahuan. Eksplosi pengetahuan bukan hanya mengenai pertambahan ilmu pengetahuan, melainkan juga perubahan dalam pola pengetahuan itu sendiri. Disamping eksploitasi pengetahuan, terjadi pula eksploitasi publikasi, karangan-karangan ilmiah dan teknologi terus bertambah dalam tiap tahunnya, akan tetapi yang mungkin dapat dikuasai hanya hal-hal yang paling umum saja yang dapat diajarkan disekoalah.

Belajar tidak hanya berlangsung di dalam sekolah. Timbulah pendirian bahwa sekolah bukan satu-satunya alat pendidikan, bahkan ada yang menginginkan agar sekolah dihapuskan saja didigantikan dengan “learning webs atau network”, jadi dalam “de-schooling

society” ini, yakni masyarakat tanpa kelembagaan sekolah, seluruh

masyarakat diminta kerja sama dan berpartispasi. Anak-anak belajar atas kemauannya sendiri dalam suasana kebebasan memilih dan bebas dari otoritas lembaga sekolah21.

b. Pemahan baru tentang belajar

Jika dahulu diutamakan soal mengajar, maka akhir-akhir ini ditonjolkan soal belajar, setidaknya dalam teori. Selain itu diketahui bahwa belajar dapat akan berhasil bila bahan pelajarannya sesuai dengan kebutuhan dan minat anak. Diketahui setiap anak itu berbeda secara individual, bahwa perbedaan individual itu perlu mendapatkan perhatian yang lebih banyak.

c. Perubahan dalam media komunikasi

Perkembangan media komunikasi mengalami kemajuan yang sangat pesat dewasa ini, media cetak yang berupa buku, modul, media elektronik yang berupa radio, TV, video, komputer, internet, dan sebagainya telah menambah dimensi baru dalam media komunikasi. Ada yang berpendapat bahwa banyak dari apa yang diketahu anak pada zaman modern ini diperoleh melalui media massa22.

21 model pembelajaran Resource Based Learning diakses dari http://

syu3f.blogspot.com/2010/06/ strategi-pembelajaran-resource-based.html?m=1 diakses pada tanggal 1 mei 2014

22

(33)

Pendidik perlu melihat manfaat kemajuan media komunikasi bagi pembelajaran. Buku sampai sekarang masih memegang peranan penting, namun ada yang meramalkan dalam waktu dekat semua aspek kurikulum akan dikomputerkan. Penggunaan media dalam pendidikan dimulai dengan memperkenalkan “audio visual aids” pada tahun 1920-an di Amerika Serikat. Alat-alat dip1920-and1920-ang sebagai alat b1920-antu pendidik dalam mengajar, sebagai tambahan yang dapat digunakan pendidik bila dikehendakinya.

3.Ciri-ciri belajar berdasarkan sumber

Ciri – ciri belajar berdasarkan sumber adalah :

a. Belajar berdasarkan sumber (BBS) memanfaatkan sepenuhnya segala sumber informasi sebagai sumber bagi pelajaran termasuk alat-alat audio visual dan memberi kesempatan untuk merencanakan kegiatan belajar dengan mempertimbangkan sumber-sumber yang tersedia.

b. Belajar berdasarkan sumber berusaha memberi pengertian kepada siswa tentang luas dan aneka ragamnya sumber-sumber informasi yang dapat dimanfaatkan untuk belajar. c. Belajar berdasarkan sumber berhasrat untuk mengganti

pasivitas murid dalam belajar tradisional dengan belajar aktif didorong oleh minat dan keterlibatan diri dalam pendidikannya.

d. Belajar berdasarkan sumber berusaha untuk meningkatkan motivasi belajar dengan menyajikan berbagai kemungkinan tentang bahan pelajaran metode kerja, dan medium komunikasi, yang berbeda sekali dengan kelas yang konvensional yang mengharuskan murid –murid belajar yang sama dengan cara yang sama.

e. Belajar berdasarkan sumber lebih fleksible dalam penggunaan waktu dan ruang belajar. Jadi dengan cara belajar ini murid- murid tidak diharuskan belajar bersama dalam ruang yang sama pada waktu yang sama.

(34)

Belajar berdasarkan sumber tidak meniadakan peranan guru. Juga tidak berarti bahwa guru dapat duduk bermalas-malasan dan membiarkan murid belajar di perpustakaan atau laboratorium. Guru itu terlibat dalam setiap langkah proses belajar, dari perancanaan, penentuan dan pengumpulan sumber-sumber informasi, memberi motifasi, memberi bantuan apabila diperlukan dan bila dirasanya perlu memperbaiki kesalahan. Gurulah yang mengusahakan adanya keseimbangan antar waktu untuk belajar sendiri, bekerja dalam kelompok dan berdiskusi dan memberikan informasi dan penjelasan secara langsung dengan metode ceramah. Jadi tujuan pelajaran serta kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan oleh murid dalam metode belajar ini banyak dipengaruhi oleh guru juga23.

Pelaksanaannya guru harus kerja sama dengan ahli perpustakaan yang lebih mengenal sumber-sumber bacaan yang ada. Ada kalanya diperlukan alat pelajaran berupa grafik atau gambar untuk menjelaskan konsep tertentu. Untuk itu diperlukan orang yang ahli dalam pembuatan alat peraga sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Kerja sama juga diperlukan dengan guru-guru laian yang mempunyai keahlian dan pengalaman masing-masing didalam dan diluar sekolah. Kerja-sama yang erat antara guru-guru terdapat dalam team teaching, dalam kelompok atau team guru dapat saling bertukar pengalaman, saling membantu dalam kesulitan pendidikan.

4. Pelaksanaannya

Resource – based learning “ adalah cara belajar yang

bermacam-macam bentuk dan segi-seginya. Metode ini dapat singkat atau panjang, berlangsung selama satu jam pelajaran atau satu setengah semester dengan pertemuan dua kali seminggu selama satu atau dua jam, dapat di arahkan oleh guru atau berpusat pada kegiatan murid, dapat mengenai satu mata pelajaran tertentu atau melibatkan berbagai disiplin, dapat bersifat individual atau klasikal, dapat menggunakan alat audio visual yang di amati secara individual atau di perlihatkan kepada seluruh kelas24. Metode ini tampaknya sebagai suatu yang terdiri atas berbagai komponen yang meliputi pengajaran langsung oleh guru, penggunaan buku pelajaran biasa, latihan-latihan formal, maupun kegiatan

23

(35)

penelitian, pencarian bahan dari berbagai sumber, latihan memecahkan soal dan penggunaan alat-alat audio visual. Metode ini dapat pula didasarkan atas penelitian, pengajar proyek, pengajaran unit yang terintegrasi, pendekatan inter displiner, pelajaran individual dan pengajaran aktif. Yang penting ialah bahwa setiap metode yang digunakan bertalian dengan tujuan yang ingin di capai. Tujuan untuk mendidik anak agar sanggup memecahkan masalah memerlukan metode yang lain bila tujuannya mengumpulkan informasi. Jika dalam belajar berdasarkan sumber diutamkan tujuan untuk mendidik murid menjadi seorang yang sanggup belajar dan meneliti sendiri, maka ia harus dilatih untuk menghadapi masalah-masalah yang terbuka bagi jawaban-jawaban yang harus diselidiki kebenarannya berdasarkan data yang dikumpulkan dari berbagai sumber, baik dari penelitian perpustakaan, eksperimen dalam laboratoriun, maupun sumber-sumber lain25.

Resource – based learning “ tidak hanya sesuai bagi

pelajaran ilmu social, akan tetapi juga bagi ilmu pengetahuan alam. Pada hakekatnya setiap mata pelajaran dapat mempunyai komponen yang bertalian dengan sumber tertentu.

Dalam pelaksanaan cara belajar ini perlu diperhatikan hal-hal

berikut :

1.Pengetahuan yang ada

Ini mengenai pengetahuan guru tetang latar belakang murid dan pengetahuan murid tentang bahan pelajaran.

2.Tujuan pelajar

Guru harus merumuskan dengan jelas tujuan apa yang ingin dicapai dengan pelajaran itu. Tujuan ini tidak hanya mengenal bahan yang harus dikuasai akan tetapi juga keterampilan dan tujuan emosional dan sosial. Tujuan ini turut menentukan metode yang akan digunakan. 3.Memilih Metodologi

25

(36)

Metode pelajaran banyak ditentukan oleh tujuan. Bila topik yang dihadapi itu luas seperti dalam pengajaran unit, berbagai ragam metode akan perlu digunakan. Biasanya metode itu akan mengandung unsur - unsur berikut:

a. Uraian tetang apa yang akan dipelajari b. Diskusi dan pertukaran pikiran.

c. Kegiatan-kegiatan yang menggunakan alat intruksional, laboratorium, dll

d. Kegiatan-kegiatan dalam lingkungan sekitar sekolah e. Kegiatan-kegiatan yang menggunakan berbagai

sumber belajar seperti perpustakaan, alat audio-visual dll

f. Kegiatan kreatif seperti drama,seni rupa, musik, pekerjaan tangan.

Dalam berbagai kegiatan itu murid-murid berlatih untuk mengadakan observasi yang sistematis, membuat catatan, dan membuat laporan tertulis.

4.Koleksi dan penyediaan bahan

Bahan dan alat yang dimiliki oleh sekolah harus diketahui. Bahan dapat pula dipinjam, seperti buku dari perpustakaan umum. Bahan yang diperlukan oleh semua murid dapat diperbanyak dengan mesin stensil atau Photocopy. Juga bahan untuk kreatif dan lain-lainnya. 5.Penyediaan tempat

Penggunaan tempat tidak dapat dipergunakan secara bersamaan. Misalnya perpustakaan.

5. Langkah langkah Resource Based Learning

a. Mengidentifikasi topik pembelajaran, pertanyaan/permasalahan Guru dan siswa bersama - sama mengidentifikasi topik pembelajaran,pertanyaan atau permasalahan yang akan dibahas pada pertemuan tersebut.

b. Merencanakan cara mencari informasi

Guru merencanakan tentang cara mencari informasi yang dibutuhkan siswa. Cara mencari informasi bisa beragam seperti mencari informasi dari sumber - sumber yang terdapat di sekolah.

c. Mengumpulkan Informasi

(37)

d. Mensintesa Informasi

Guru bersama sama denga siswa mensintesa informasi yang telah diperoleh oleh setiap siswa.

e. Evaluasi

(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian eksperimen karena dalam penelitian ini dilakukan beberapa kegiatan pembelajaran. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data yang berbentuk ordinal dan analisis datanya menggunakan uji Mann Whitney. B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.1 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMPN 1 BUDURAN SIDOARJO kelas VII yang terdiri dari 9 kelas, yang diberi nama kelas VII-A sampai kelas VII-I. Pembagian kelas dilaksanakan pada saat awal masuk kelas secara acak.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.2 Berdasarkan kondisi populasi yang homogen maka pengambilan sampel memggunakan teknik Random Sampling. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah kelas VII-A yang berjumlah 14 orang dan kelas VII-B yang berjumlah 17 orang.

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian3 Variabel pada penelitian ini diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang sengaja dipelajari pengaruhnya terhadap variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah :

a. Model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction

b. Model pembelajaran Resource Based Learning 2. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah akibat yang mungkin timbul disebabkan variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini

1

Suharsimi Arikunti, Prosedur Suatu Pendekatan Praktik ( Jakarta : Rineka Cipta, 1992 ) hal 131

2 Ibid, hal 132 3

(39)

32

adalah kemampuan komunikasi lisan dan tulis yang berupa tes dan rubrik kemampuan komunikasi lisan dan tulis.

3. Variabel Kontrol

Variabel kontrol adalah variabel yang ditetapkan oleh peneliti, agar variabel yang tidak diteliti tidak mempengaruhi hubungan antara variabel bebas dan tak bebas. 4Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah :

a. Kemampuan awal siswa

Kemampuan awal siswa sama karena kelas tidak dibagi menurut prestasinya, melainkan dibagi secara acak. b. Materi pelajaran

Materi pelajaran yang digunakan pada kedua kelas tersebut adalah materi yang sama.

c. Lamanya waktu

Lamanya waktu yang digunakan sama. d. Suasana dan kondisi kelas

Suasana dan kondisi kelas dikontrol agar tetap tenang dan tidak menganggu jalanya tes.

e. Guru

Guru yang mengajar pada kedua kelas sama. D. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan kedua model pembelajaran yang berbeda yaitu model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction

dan model pembelajaran Resource Based Learning.

[image:39.420.58.353.55.508.2]

Selanjutnya rancangan penelitian ini dapat ditunjukan dengan bagan sebagai berikut :

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian

E1 X1 T

E2 X2 T

Keterangan :

E1= Kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction

4
(40)

33

E2= Kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaranResource Based Learning

X1= Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

Aptitude Treatment Interaction

X2= Pembelajaran dengan menggunakan model pmbelajaran

Resource Based Learning

T = Tes kemampuan komunikasi matematika ( diberikan setelah siswa diberi perlakuan (X1 dan X2).

E. Prosedur penelitian

Prosedur penelitian yang dilakukan terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap analisis data. Berikut uraian dari tahap-tahap tersebut :

1. Tahap Persiapan

Tahap yang dilakukan meliputi :

a. Membuat kesepakatan dengan guru SMPN 1 BUDURAN Sidoarjo tentang:

 Kelas yang akan digunakan adalah kelas VII

 Waktu yang akan digunakan

b. Penyusunan instrumen penelitian meliputi soal tes kemampuan komunikasi matematika dan rubrik tingkat kemampuan komunikasi matematika

c. Validasi isi instrumen dilakukan oleh satu dosen S-1 pendidikan matematika UIN Sunan Ampel Surabaya dan satu guru mata pelajaran matematika

2. Tahap Pelaksanaan

a. Memberikan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Aptitude Treatment

Interaction untuk meningkatkan

kemampuan komunikasi matematika siswa kelas VII-A SMPN 1 BUDURAN Sidoarjo.

b. Memberikan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Resource Based

Learning untuk meningkatkan kemampuan

(41)

34

c. Memberikan tes kemampuan komunikasi tulis matematika kepada siswa kelas VII-A dan kelas VII-B SMPN 1 BUDURAN Sidoarjo.

d. Memberikan tes kemampuan komunikasi lisan matematika kepada siswa kelas VII-A dan kelas VII-B SMPN 1 BUDURAN Sidoarjo.

3. Tahap Analisis Data

Dalam tahap ini semua data yang diperoleh dianalisis sesuai dengan teknik analisis data.

F. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah lembar tes kemampuan komunikasi tulis dan lisan matematika.

1. Soal Tes Kemampuan Komunikasi Tulis dan Lisan Matematika Tes adalah alat ukur yang diberikan kepada individu untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang diharapkan baik secara tertulis atau secara lisan atau secara perbuatan (tertulis, lisan, perbuatan).5 Untuk menghasilkan soal yang valid, maka peneliti memvalidasikan 3 soal hasilnya diperoleh dari 3 soal yang di validasi hanya 2 soal yang yang dianggap layak untuk diujikan.

Sehingga dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan 2 soal tes, untuk tes tulis dan tes lisan peneliti menggunakan soal yang sama. Alasannya agar dapat mengetahui kemampuan komunikasi tulis dan lisan siswa

[image:41.420.55.356.247.500.2]

2. Rubrik Penskoran Komunikasi Tulis dan Lisan Matematika Siswa Rubrik penskoran komunikasi tulis dan lisan matematika siswa disajikan pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.2

Rubrik Penskoran Komunikasi Tulis

Skor Kriteria

5

a. Penjelasan tentang proses penyelesaian masalah yang ditulis jelas dan benar b. Mengubah masalah ke kalimat

matematika benar

c. Perhitungan jelas dan benar

5

(42)

35

d. Penggunaan simbol atau tanda matematika benar

4

a. Penjelasan tentang proses penyelesaian masalah benar

b. Mengubah masalah ke kalimat matematika benar

c. Perhitungan dengan sedikit kesalahan kecil

d. Penggunaan simbol/ tanda matematika terdapat kekurangan penulisan

3

a. Penjelasan tentang proses penyelesaian masalah yang ditulis sebagian benar b. Mengubah masalah ke kalimat

matematika sebagian benar c. Perhitungan terdapat kesalahan

d. Penggunaan simbol atau tanda matematika salah

2

a. Penjelasan siswa tentang proses hanya untuk beberapa konsep saja

b. Mengubah masalah ke kalimat matematika banyak kesalahan

c. Perhitungan banyak kesalahan

1

a. Penjelasan tentang proses solusi tidak benar dan tidak tepat

b. Mengubah masalah kekalimat matematika tidak benar

c. perhitungan tidak benar

[image:42.420.93.371.69.403.2]

Sedangkan rubrik penskoran komunikasi lisan yaitu rubrik yang memperlihatkan skor komunikasi lisan siswa dari hasil tes lisan yang dilihat berdasarkan kriteria yang ada pada rubrik ini.

Tabel 3.3

Rubrik Peskoran Komunikasi Lisan

Skor Kriteria

5

(43)

36

b. Siswa mengucapkan langkah-langkah yang diperlukan dalam perhitungan untuk menyelesaikan masalah

c. Siswa mengucapkan langkah-langkah perhitungan yang diperlukan dengan benar dan cukup untuk menyelesaikan masalah

d. Siswa tidak macet ketika menjelaskan penyelesaian masalah, sehingga informasi yang diberikan sampai tujuan akhir

4

a. Siswa mengucapkan hal-hal yang relevan dengan masalah dengan sedikit kesalahan dan cukup untuk menyelesaikan masalah

b. Siswa mengucapkan langkah-langkah yang diperlukan dalam perhitungan dengan sedikit kesalahan tetapi cukup untuk menyelesaikan masalah

c. Siswa mengucapkan langkah-langkah perhitungan yang diperlukan dengan sedikit kesalahan

d. Siswa agak macet (ragu-ragu) ketika menjelaskan penyelesaian masalah

3

a. Siswa mengucapkan hal-hal yang relevan dengan masalah sebagian cukup untuk menyelesaikan masalah

b. Siswa mengucapkan langkah-langkah yang diperlukan dalam perhitungan hanya sebagian untuk menyelesaikan masalah

c. Siswa hanya menjelaskan sebagian dari penyelesaian masalah

2

a. Siswa mengucapkan hal-hal yang kurang relevan dengan masalah

b. Siswa mengucapkan langkah-langkah tetapi tidak menyelesaikan masalah 1 a. Siswa mengucapkan hal-hal yang tidak

(44)

37

b. Siswa mengucapkan langkah-langkah perhitungan yang salah

c. Siswa macet ketika menjelaskan

G. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan

Gambar

Tabel 4.7  Kemampuan Komunikasi Lisan Matematika
Tabel 4.16 Peringkat
Tabel Mann Whitney
 Tabel 3.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Persentase yang ditunjukkan untuk hasil belajar tinggi sebesar 57,1%, sedangkan persentase untuk hasil belajar rendah sebesar 42,9 % ini berarti bahwa siswa kelas V SDN Melayu

Hal tersebut sesuai dengan hasil pegamatan dari praktikum, dimana pada saat konsentrasi larutan sebesar 0,240385 M , waktu yang dibutuhkan larutan hingga terjadi endapan

Setelah pemberian aquades dan larutan KCNS 10 % terlihat perubahan warna pada masing – masing tabung reaksi, pada tabung reaksi dengan volume NH4Fe(SO4)2 1 ml warna

By utilizing application latency/error metrics, tracing and appropri‐ ate telemetry on utilization, saturation and specific error states you should have the information you need

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor -Faktor

berlaku di Indonesia, Perusahaan menghitung, menetapkan dan membayar sendiri besarnya jumlah pajak yang terhutang. Efektif pada tahun pajak 2008 dan tahun-tahun

Problematika ini menjadi rumusan permasalahan yang akan dibahas pada section berikutnya dengan melakukan analisis terhadap setiap komponen hukum (keadilan, kepastian

Jadi, paket-paket yang berbeda dalam external virtual circuit yang sama akan mengambil route yang mungkin berbeda. • External datagram, internal datagram : Tiap paket