• Tidak ada hasil yang ditemukan

8. PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK HAK PEKERJA ANAK DI KABUPATEN BONDOWOSO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "8. PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK HAK PEKERJA ANAK DI KABUPATEN BONDOWOSO"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

105

8. PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK

HAK PEKERJA ANAK DI KABUPATEN

BONDOWOSO

Lilik Puja Rahayu

Fakultas Hukum Universitas Bondowoso

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perlindungan hokum terhadap pekerja anak dan kendala dalam pelaksanaaan perlindungannya. Adapun pendekatan penelitian yang digunahan dalam –penelitian ini adalah pendekatan undang – undang (Statute approach), yaitu dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani Yang menjadi kajian pokok di dalam pendekatan undang-undang adlah ratio legis dan dasar ontologis suatu undang-undang. Pada kenyataannya perlindungan hukum di Kecamatan Sempol Kabupaten Bondowoso terhadap pekerja anak sudah memadai dalam menangani masalah eksploitasi pekerja anak, tetapi belum diterapkan sebagaimana mestinya. Pekerja anak belum mendapatkan perlindungan sebagaimana mestinya. Aspek perlindungan hukum, aspek perlindungan ekonomi, aspek perlindungan sosial, maupun aspek perlindungan teknis belum diberikan kepada pekerja anak yang berhak untuk mendapatkannya. Sistem perlindungan hukum pekerja anak yang ada belum terlaksana secara nyata, pelanggaran hukum yang dilakukan oleh pengusaha tidak mendapatkan tindakan hukum sebagaimana mestinya, karena tidak terlaksananya fungsi pegawai pengawas ketenagakerjaan. adapun yang menjadi kendala pelaksanaan perlindungan hukum terhadap pekerja anak di Kecamatan Sempol Bondowoso salah satunya jarak yang cukup jauh dari Disnakertrans , sarana infrastruktur yang cukup sulit dan tidak dilaksanakannya sanksi hukum kepada pengusaha/majikan yang mempekerjakan anak atau mengeksploitasi anak dalam bekerja.

(2)

106 Latar Belakang.

Anak sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa memiliki hak asasi atau hak dasar sejak dilahirkan, yaitu jaminan untuk tumbuh kembang secara utuh baik fisik, mental maupun sosial, dan berakhlak mulia, perlu dilakukan upaya perlindungan serta mewujudkan kesejahteraannya dengan memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-haknya serta adanya perlakuan terhadap diskriminasi, sehingga tidak ada man Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Bekerja bagi anak mempunyai dampak positif tetapi juga mempunyai dampak negatif. Sebenarnya dengan mereka bekerja akan kehilangan kesempatan masa kanak-kanak mereka untuk bermain dan menuntut ilmu. Dampak positif bagi anak yang bekerja berarti mereka sejak kecil sudahterlatih untuk bertanggungjawab melakukan pekerjaan dan bagi keluarga dapat membantu mencukupi kebutuhan hidup atau bahkan mereka bekerja agar dapat melanjutkan sekolahnya. Setelah dua tahun Indonesia mengalami krisis moneter, ada petunjuk bahwa jumlah anak yang mencari pekerjaan di pabrik-pabrik dan dunia usaha lainnya terus meningkat. Banyaknya pemutusan hubungan kerja oleh pengusaha membuat banyak rumah tangga para pekerja semakin terpuruk kondisi sosial ekonomi mereka. Keadaan ini telah memaksa anak-anak harus membantu mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga mereka, atau setidak-tidaknya untuk mencukupi kebutuhan diri mereka sendiri. (Manning, C. dan Diermen, P.Y., 2000, 2)

Pada hakekatnya anak tidak boleh bekerja karena waktu mereka selayaknya dimanfaatkan untuk belajar, bermain, bergembira, berada dalam suasana damai, mendapatkan kesempatan dan fasilitas untuk mencapai cita-citanya sesuai dengan perkembangan fisik, psikologik, intelektual dan sosialnya. Namun pada kenyataannya banyak anak-anak dibawah usia 18 tahun yang telah terlibat aktif dalam kegiatan ekonomi, menjadi pekerja anak antara lain di sektor industri dengan alasan

(3)

107

tekanan ekonomi yang dialami orang tuanya ataupun faktor lainnya. (Syamsuddin, 1997, 1)

Salah satu masalah anak yang harus memperoleh perhatian khusus, adalah isu pekerja anak (child labor). Isu ini telah mengglobal karena begitu banyak anak-anak di seluruh dunia yang masuk bekerja pada usia sekolah. Pada kenyataannya isu pekerja anak bukan sekedar isu anakanak menjalankan pekerjaan dengan memperoleh upah, akan tetapi lekat sekali dengan eksploitasi, pekerjaan berbahaya, terhambatnya akses pendidikan dan menghambat perkembangan fisik, psikis dan sosial anak. Bahkan dalam kasus dan bentuk tertentu pekerja anak telah masuk sebagai kualifikasi anak-anak yang bekerja pada situasi yang paling tidak bisa ditolelir (the intolerable form of child labor). (Muhammad Joni dan Zulechaina Z, Tanamas 1999.; 8)

Pada umumnya pekerja anak kurang mendapatkan perlindungan yang memadai baik dari segi hukum maupun sosialnya, hal ini disebabkan kondisi anak yang terpaksa bekerja terkadang hanya sebagai tambahan tenaga pada proses produksi (eksploitasi ekonomi) yang pada umumnya mereka tidak terikat pada kesepakatan kerja, karena syarat-syarat formal (kecakapan) yang harus dipenuhi dalam rangka pelindungan tidak dimiliki oleh anak yang bekerja. Disamping itu anak juga dianggap belum cukup umur untuk melakukan kesepakatan (perjanjian) kerja. Keterlibatan anak yang bekerja tidak lepas dari pengaruh prinsip ekonomi, yaitu bahwa suatu perusahaan akan bersemboyan mengeluarkan modal yang sekecil-kecilnya tetapi menghasilkan keuntungan yang sebesar besarnya.

Salah satu aspek yang perlu diperhatikan adalah mereka akan berusaha mendapatkan tenaga kerja yang murah yang salah satunya dengan mempekerjakan anak, karena tenaga kerja anak dipandang lebih murah dan tidak akan berbuat aneh-aneh dalam arti lebih mudah dikendalikan. Pengusaha lebih menempatkan pekerja anak sebagai salah satu factor ekonomi, bukan sisi kemanusiaan dan atau sosialnya dan pada gilirannya mereka diperlakukan sebagaimana pekerja dewasa tetapi mendapatkan upah yang jauh lebih rendah. Dengan demikian, pengusaha yang mempekerjakan anak tidak melihat aspek

(4)

108

produktivitas, tetapi lebih cenderung menekankan pada aspek economical output-nya (upah rendah, kepatuhan dan tidak banyak menuntut). Dari sinilah dapat diketahui cermin atas kejahatan kemanusiaan yang tidak ada taranya, karena terdapat pengingkaran terhadap hak anak dan pengingkaran terhadap perlindungan anak, hal ini pada dasarnya adalah pengahancuran generasi penerus suatu bangsa. yang seharusnya memanfaatkan waktunya untuk menuntut ilmu mengenyam pendidikan, bermain dan berkembang secara optimal, akan tetapi mereka memanfaatkan waktunya untuk menanggung beban ekonomi.

Dalam Convention on the Right of the Child (CRC), yang telah diratifikasi oleh pemerintah Indonesia dengan Keputusan Presiden Nomor 36 tahun 1990, memuat empat prinsip umum tentang hak anak, yaitu : bahwa anak-anak dibekali dengan hak-hak tanpa kecuali; bahwa anak-anak mempunyai hak untuk hidup dan berkembang; bahwa kepentingan anak harus menadi pertimbangan utama dalam semua keputusan atau tindakan yang mempengaruhi anak; bahwa anak-anak diperbolehkan untuk berpartisipasi sebagai peserta aktif dalam segala hal yang mempengaruhi hidupnya.

Sejak diberlakukannya otonomi daerah, kewenangan masalah ketenagakerjaan, termasuk masalah pekerja anak diserahkan kepada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Sebagai dasar hukum dalam menangani pekerja anak dari tindakan eksploitasi ketenagakerjaan, pemerintah mendasarkan kepada beberapaperaturan, yaitu Keputusan Presiden Nomor 36 tahun 1990 yang merupakan ratifikasi dari Konvensi hak-hak anak tahun 1989, Undang- Undang Nomor 20 tahun 1999 yang merupakan ratifikasi dari Konvensi ILO Nomor 138 tentang usia minimum anak diperbolehkan bekerja yaitu 15 tahun, Undang-Undang Nomor 1 tahun 2000 yang merupakan ratifikasi dari Konvensi ILO Nomor 182 tentang Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak, Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak serta Permenaker Nomor 01/MEN/1987 tentang Perlindungan Anak yang Terpaksa Bekerja.

(5)

109

Pekerja anak sebagaimana pekerja dewasa ataupun manusia pada umumnya juga memerlukan sistem perlindungan hukum, maka meskipun sudah ada upaya penanganan pekerja anak dalam bentuk program Penaggulangan Pekerja Anak yang merupakan suatu rangkaian system perlindungan hukum pekerja anak yang berlaku, namun dengan adanya fakta empiris bahwa masih banyak perusahaan yang mempekerjakan “pekerja anak” bertambah pula pekerja anak yang memerlukan system perlindungan hukum, sehingga sangatlah menarik untuk dikaji dan diteliti, bagaimana sesungguhnya perlindungan hukum pekerja anak dari tindakan eksploitasi ketenagakerjaan.

Perlindungan anak dalam segala aspeknya merupakan bagian dari kegiatan pembangunan nasional khususnya memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara., Orang tua, keluarga dan masyarakat bertanggungjawab untuk menjaga dan memelihara hak asasi tersebut, sesuai dengan kewajiban yang dibebankan oleh hukum. Demikian pula dalam rangka penyelenggaraan perlindungan anak negara dan pemerintah bertanggungjawab menyediakan fasilitas dan aksebilitas bagi anak, terutama dalam menjamin pertumbuhan dan perkembangannya secara optimal dan terarah.. Upaya perlindungan anak perlu dilaksanakan sedini mungkin, yaitu sejak dari janin dalam kandungan sampai anak berumur 18 tahun, yang didasarkan pada asas-asas sebagai berikut; nondiskriminasi, kepentingan yang terbaik bagi anak, hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan serta penghargaan terhadap pendapat anak.

Hak anak pada dasarnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari hak asasi manusia, karenanya peran aktif orang tua terhadap perkembangan anak-anaknya diperlukan terutama pada saat mereka masih balita, seorang anak yang baru lahir secara mutlak bergantung pada lingkungannya, supaya ia dapat melangsungkan kehidupannya dan mengembangkan kemampuan dasar yang dimilikinya.

Peran aktif orang tua tersebut merupakan usaha langsung terhadap anak dalam memberikan pendidikan dan perlindungan , disamping itu anak juga memerlukan lingkungan social (rumah) yang sehat dan baik terutama terhadap ancaman kejahatan.,.Namun demikian tidak semua

(6)

110

anak dapat hidup dengan jaminan dimaksud , faktor kemiskinan menjadi salah satu pemicu tidak terpenuhinya hak anak untuk tumbuh dan berkembang dengan kecerdasannya secara optimal.

Kemiskinan adalah suatu kondisi atau situasi kehidupan masyarakat yang sebagian besar masyarakatnya berada pada situasi standar hidup yang rendah., sehingga banyak orang tua yang melatih bekerja dan mempekerjakan anak sejak dini terutama pada anak perempuan, khususnya pekerjaan rumah tangga sebagai persiapan dan bekal mereka berkeluarga. Melatih dan mempekerjakan anak diperbolehkan asalkan masih sesuai dengan proses perkembangan anak serta dalam suasana gembira, sehat dan aman., sedangkan pekerjaan –pekerjaan yang membahayakan keselamatan, kesehatan dan perkembangan moral dan fisik anak , pelacuran dan perbudakan merupakan pekerjaan berbahaya bagi anak secar umum.sehingga kelangsungan pendidikan anak kemudian dikorbankan.

Adapun jenis pekerjaan yang dilakukan anak, diantaranya adalah sector pertanian-perkebunan, pertambangan, nelayan, pembantu rumah tangga anak, koveksi dan anak yang dilacurkan dll. Pada hal berdasarkan konvensi ILO anak boleh bekerja usia minimum tidak boleh kurang dari usia wajib belajar.

Hal tersebut disebabkan oleh aktifitas perekonomian dan kebutuhan manusia yang semakin berkembang sehingga tidak mengenal lagi sekat dalam hal membuka lapangan kerja yang memberikan peluang kepada setiap orang untuk bekerja bahkan terimplikasi munculnya pekerja anak. Kebiasaan mempekerjakan anak merupakan perilaku yang sudah menjadi kebiasaan di masyarakat dengan alas an demi kelangsungan hidup yang memanfaatkan tenaga anak untuk membantu orang tua.

Di sisi lain banyak pengusaha yang senagja merekrut tenaga kerja anak dengan pandangan nilai upah lebih rendah . Agama tidak membolehkan anak bekerja karena memandang anak adalah tanggungan orang tua untuk memenuhi kebutuhannya. Walau pada hakekatnya menuntut manusia untuk produktif tidak menjadi pemalas dan mampu mencukupi kehidupannya. Sedang dalam Undang Undang

(7)

111

ketenagakerjaan anak boleh bekerja apabila pekerjaan tersebut tidak mengganggu fisik dan psikisnya seperti pengembangan bakat, namun keadaan tersebut telah mengakibatkan tidak sedikit anak anak kehilangan hak haknya

Dengan demikian pekerja anak merupakan salah satu masalah serius agar segera duitanggulangi Untuk itu undang undang tenaga kerja juga melarang pengusaha mempekerjakan anak, kecuali untuk pekerjaan ringan sepanjang tidak mengganggu perkembangan dan kesehatan fisik, mental dan sosialnya. Pasal 74 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menjelaskan bahwa siapapun dilarang mempekerjakan dan melibatkan anak pada pekerjaan - pekerjaan yang terburuk diantaranya segala pekerjaan dalam bentuk perbudakan dan sejenisnya, segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan, atau menawarkan anak untuk pelacuran, produksi pornografi, pertunjukan porno, atau perjudian, segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan, atau melibatkan anak untuk produksi dan perdagangan minuman keras, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya,semua pekerjaan yang membahayakan kesehatan, keselamatan, atau moral anak.

Namun demikian ketentuan tersebut sering diabaikan oleh para pengusaha atau majikan dalam sektor informal karena mempekerjakan anak upahnya tidak sebesar orang dewasa (lebih murah) sehingga banyak yang mempekerjakan anak yang tidak sesuai dengan ketentuan undang undang tersebut, hal ini juga yang terjadi di kabupaten Bondowoso Khususnya di Perkebunan Kopi PTP Sempol.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang sebagaimana tersebut diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana perlindungan hukum bagi pekerja anak menurut Undang undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan ?

2. Apakah kendala yang ditemui dalam pelaksanaan perlindungan hukum terhadap pekerja anak?

(8)

112 Metode Penelitian

Dalam setiap penyusunan tulisan (hasil penelitian) yang bersifat ilmiah diperlukan adanya suatu metode penelitian atau methodology research, yang pada hakekatnya memberi pedoman tentang cara-cara seorang ilmuwan mempelajari, menganalisa dan memahami lingkungan-lingkungan yang dihadapinya. (Soerjono Soekanto, 1986;6)

Dalam penelitian ini akan diajukan permasalahan-permasalahan serta pemecahannya, sehingga dengan demikian metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan menganalisa permasalahan dengan mengacu pada berbagai bahan hukum yang diperoleh.

Adapun pendekatan penelitian yang digunahan dalam –penelitian ini adalah pendekatan undang – undang (Statute approach), yaitu dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani Yang menjadi kajian pokok di dalam pendekatan undang-undang adlah ratio legis dan dasar ontologis suatu undang-undang. (Peter Mahmud Marzuki, 2005; 93) Sebagaimana telah diketahui bahwa sifat penulisan hukum pada hakekatnya adalah kegiatan pemecahan masalah, sehubungan dengan hal tersebut maka penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan yuridis empiris,. Penelitian kepustakaan dan bahan-bahan hukum berorientasi pada teori-teori, konsep-konsep, pendapat para ahli hukum dan produk-produk perundang-undangan.

Tinjauan Pustaka

Pengertian Buruh/Pekerja dan Pekerja Anak

Sebelum kita mengetahui apa yang diamksud dengan pekerja anak, sebagaimana diataur dalam aspek hubungan kerja terutama dalam hal perlidungan norma kerja, maka akan dijelaskan dahulu apa atau siapa yang dimaksud dengan pekerja/buruh.

Istilah buruh sangat popular dalam dunia perburuhan/ketenagakerjaan, selain istilah ini sudah dipergunakan sejak lama (jaman Belanda) , juga karena Undang-undang No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

(9)

113

menggunakan istilah buruh.. Menurut Lalu Husni, dikatakan bahwa : pada jaman penjajahan Belanda yang dimaksudkan dengan buruh adalah pekerka kasar seprti kuli, tukang, mandor yang melakukan pekerjaan kasar, orang-orang ini disebutnya sebagai “ Bule Collar “, sedangkan yang melakukan pekerjaan di kantor pemerintah maupun swasta disebut sebagai “ karyawan/pegawai “ (Whate Collar). (2000; 33)

Selanjutnya beliau mengatakan pembedaan tersebut membawa konsekwensi pada perbedaan perlakuan dan hak-hak, dimana ini tidak terlepas dari upaya mereka untuk memcah belah orang-orang pribumi. Dan setelah Indonesia merdeka, kita tidak lagi emngenal perbedaan buruh dan buruh kasar, karena semua orang yang bekerja disektor swasta baik pada orang maupun badan hukum disebut buruh. Hal ini disebutkan dalam Undang-undang No. 22 tahun 1957 tentang Penyelesaian Perselisihan Perburuhan, pasal 1 ayat 1 a, pengertian buruh adalh ‘ barangsiapa yang bekerja pada majikan denngan menerima upah “.

Dalam perkembangan hukum perburuhan, istilah buruh diupayakan untuk diganti dengan istilah pekerja, alasannya karena istilah buruh kurang sesuai dengan kepribadian bangsa, buruh lebih cenderung menunjuk pada golongan yang selalu ditekan dan berada di bawah pihak lain yaitu majikan (Lalu Husni, 2000;34)

Selanjutnya beliau mengatakan bahwa pada jaman sekarang buruh tidak lagi yang hanya bekerja pada sector non formal seperti kuli, tukang dan sejenisnya, tetapi juga sector formal seperti Bank, Hotel dan lain-lain, karenanya tepat jika menyebutnya dengan pekerja, sebagaimana penjelasan pasal 2 UUD 1945 yang menyebutkan golongan-golongan adalah badan – badan seperti koperasi, serikat pekerja dan lain-lain badan kolektif.

Pasal 1 angka 4 Undang-undang No 13 Tahun 2003, memberikan pengertian pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk apapun. Pengertian ini maknanya lebih luas karena dapat mencakup semua orang yang bekerja pada siapa saja baik perorangan, persekutuan, badan hukum atau badan lainnya dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk apapun.

(10)

114

Penegasan imbalan ini perlu karena selama ini upah diidentikkan dengan uang saja , pada hal ada pula buruh/pekerja yang menerima imbalan dalam bentu barang . (Lalu Husni;, 2003; 35) Untuk kepentingan santunan jaminan kecelakan kerja dalam perlidungan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) berdasarkan Undang undang No 3 Tahun 1992, pengertian pekerja diperluas, yakni termasuk : magang dan murid yang bekerja pada perusahaan baik yang menerima upah maupun tidak; mereka yang memborong pekerjaan kecuali jika yang memborong adalah perusahaan; narapidana yang dipekerjakan di perusahaan.

Untuk mengetahui tentang siapa yang dimaksud dengan pekerja anak, lebih dahulu kita ketahui kriteria / batasan umur bekerja anak menurut undang-undang. Menurut Konvensi Anak, Pengertian anak adalah setiap orang yang berusia dibawah 18 tahun. Dimana ia memiliki sifat masih tergantung yakni butuh bantuan dari orang dewasa dalam proses tumbuh kembang dan masih dalam keadaan rapuh. (konvensi Anak, 2000, 5)

Sedang dalam Undang undang No 23 Tahun 2002, pengertian anak adalah seseorang yangbbelum beruasi 18 tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan. (Pasal 1 angka 1) Menurut Undang undang No 13 Tahun 2003 tenatng ketenagakerjaan, pengertian anak adalah setiap orang yang berumur dibawah 18 (delapan belas) tahun. Batasan umur bekerja ini kontradiktif dengan Undang-undang No 20 Tahun 1999 tentang Pengesahan konvensi ILO No 138 tentang Usia minimum untuk diperbolehkan Bekerja menyebutkan usia minimum tidak boleh kurang dari usiawajib belajar yaitu 15 (lima belas) tahun.

Untuk itu pengusaha dilarang mempekerjakan anak menurut pasal 65 Undang-undang No 13 Tahun 2003. Perlindungan anak untuk dipekerjakan dimaksudkan agar anak dapat memperoleh haknya untuk mengembangkan kepribadiannya serta untuk memperoleh pendidikan Karen anak merupakan gererasi penerus bangsa. Namun demikian keatentuan ini dikecualikan bagi anak yang berumur 13 – 15 tahun, untuk melakukan pekerjaan ringan sepanjang tidak mengganggu perkembangan dan kesehatan fisik, mental dan sosial (pasal 69 ayat 1 UU No 13 tahun 2003)

(11)

115

Selanjutnya dala pasal 69 ayat 2 UU No 13 tahun 2003, disebutkan Pengusaha yang mempekerjakan anak pada pekerjaan ringan sebagaiman dimaksud dalam ayat (1) harus memenuhi persyaratan : tertulis dari orang tua atau wali; perjanjian kerja antara pengusaha dengan orang tua atau waliwaktu kerja maksimum 3 (tiga) jam; dilakukan pada siang hari dan tidak emngganggu waktu sekolah; keselamatan dan kesehatan kerja; adanya hubungan kerja yang jelas; dan menerima upah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pekerja anak adalah :

ü Setiap pekerjaan yang mengancam keselamatan, kesehatan dan perkembangan anak (fisik, moral dan intelektualnya)

ü Bagi anak-anak dibawah usia 15 tahun adalah : segala pekerjaan yang melebihi beberapa jam per hari, tidak ringan, membahayakan dan mengganggu pendidikan sekolahnya

ü Bagi anak-anak dibawah usia 18 tahun, adalah segala pekerjaan yang membahayakan bagi fisik, mental atau kesehatan moralnya. Jenis pekerjaan yang dilakukan anak :

ü pada umumnya : anak-anak bekerja pada pekerjaan yang dapat membahayakan, mengancam atau mengganggu pertumbuhan fisk, moral dan intelektualnya.

ü pada pekerjaan terburuk : praktek perbudakan, penggunaan anak untuk kegiatan illegal dan pekerjaan berbahaya.

ü Bentuk-bentuk pekerjaan anak

Di Indonesia dapat diidentifikasi empat bentuk pekerjaan yang dilakukan pekerja anak, yaitu :

ü Pekerja anak sebagai pembantu rumah tangga, merupakan pekerjaan yang paling sering dilupakan. Meskipun secara fisik bekerja di rumah lebih aman dan tidak membahayakan, namun paling rentan untuk dieksploitasi dan sukar dilindungi. Mereka sering dibayar sangat rendah atau bahkan tidak dibayar, kondisi mereka seringkali sepenuhnya tergantung pada majikan dan tidak memperhitungkan hak-hak mereka sebagai anak.

ü Pekerjaan anak sebagai buruh di pasar, mereka bekerja secara berkeliaran di pasar-pasar tradisional dengan pekerjaan mereka

(12)

116

sebagai buruh panggul, mengangkut sayur atau buah, mereka cenderung dengan kebersihan fisik dan kesehatan yang kurang terjaga.

ü Pekerja anak di jalanan, anak-anak yang bekerja di persimpangan jalan, diatas bis kota, stasiun kereta api dan terminal-terminal dengan melakukan pekerjaan seperti mengamen, asongan, penyemir sepatu, dan perilaku mereka menampilkan sikap yang liar, emosional, mudah tersinggung dan sangat sedikit yang masih bersekolah.

ü Pekerja anak di laut / anak jermal, anak-anak yang bekerja di berbagai penangkapan, penampungan, pelelangan dan pengolahan ikan. Dari sisi kualifikasi / penggolongan pekerjaan, yang boleh dilakukan untuk dilakukan oleh anak-anak yang terpaksa bekerja adalah:

• Pekerjaan ringan, yaitu pekerjaan yang apabila dilakukan tidak mengganggu perkembangan mental, fisik, pendidikan dan social dalam tumbuh kembang.

• Pekerjaan kesenaian, adalah pekerjaan yang dilakukan

• Dampak negatif anak yang terpaksa bekerja, Banyak pekerjaan yang memberikan dampak negatif terhadap perkembangan anak, pekerjaan yang tidak berbahaya bagi pekerja dewasa dapat menjadi sangat berbahaya bagi anak-anak. Ada tiga aspek pertumbuhan dan perkembangan anak yang dapat terancam atas suatu pekerjaan, yaitu :

o Pertumbuhan fisik, termasuk kesehatan secara menyeluruh, kekuatan penglihatan dan pendengaran, karena mereka mengeluarkan terlalu banyak stamina yang harus dipertahankan hingga usia dewasa;

o Pertumbuhan emosiaonal, termasuk harga diri, ikatan keluarga, perasaan dicintai dan diterima oleh lingkungan secara memadai dapat juga hilang dan terhambat;

o Pertumbuhan kognitif terhambat, termasuk kemampuan baca, tulis, hitung dan perolehan pengetahuan lainnya

(13)

117

yang diperlukan untuk kehidupan normal. (Depdiknas, 2001; 5)

Dari sudut kesehatan dan keselamatan kerja, anak yang bekerja apalagi di tempat yang berbahaya, seperti jermal akan mengganggu kesehatan fisik, mental maupun perkembangan sosialnya. Dari segi fisiknya anak yang bekerja secara monoton dan berulang-ulang untuk waktu yang lama akan mengganggu perkembangan kreatifitasnya, sehingga anak tersebut akan cenderung bodoh dan tidak kreatif. ( Adriatna Yuli, 2001; 8) Anak Anak yang bekerja dapat berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan anak, pengaruh tersebut dapat berupa : Kelainan fisik (pandangan / penglihatan); Gizi kurang; Berkurangnya staminauntuk perkembangan emosi, sosial, moral dan etika; Berkurangnya kesempatan untuk rekreasi, istirahat, kelelahan; Pengaruh orang-orang pekerja dewasa. ( Adriatna Yuli, 2001; 8)

Hak-Hak Anak

Anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga masyarakat, pemerintah dan Negara. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002, Pasal 1 Ayat (12) Secara internasional sejak tahun 1989 masyarakat dunia telah mempunyai instrument hukum, yakni Konvensi Hak Anak (KHA), yang mempunyai kekuatan mengikat Negara peserta dan penandatanganan KHA. Berkaitan dengan pekerja anak, telah ditetapkan hak-hak pekerja anak sebagai berikut:

ü Mendapatkan upah yang sama dengan memperhatikan prinsip upah untuk pekerjaan yang sama nilainya;

ü Memberikan pembatasan waktu yang ketat dalam melaksanakan pekerjaannya di tempat kerja untuk paling lama 4 jam kerja sehari, dan dilarang untuk melakukan kerja lembur;

ü Kepesertaan dalam program jaminan sosial dan program pemeliharaan kesehatan;

ü Pemberlakuan standard keselamatan dan kesehatan secara konsisten dan wajar. (Konvensi ILO 132 Tahun 1989)

(14)

118 Kewajiban Negara Terhadap Anak

Secara lebih rinci tindakan-tindakan yang harus dilakukan Negara untuk melindungi hak-hak anak dalam konvensi hak anak pokoknya sebagai berikut:

ü Kewajiban negara untuk menjamin anak memperoleh perlindungan terhadap hak-hak asasi dan kebebasan anak;

ü Kewajiban Negara untuk melindungi anak dalam proses peradilan; ü Kewajiban Negara untuk mewujudkan perlindungan kesejahteraan anak (dalam lingkungan keluarga; pendidikan dan lingkungan sosial);

ü Kewajiban Negara untuk mengatur dalam perlindungan anak dalam masalah penahanan dan perampasan kemerdekaan;

ü Kewajiban Negara untuk melindungi anak dari segala eksploitasi (perbudakan, perdagangan anak, pelacuran; pornografi, perdagangan / penyalahgunaan obat-obatan, memperalat anak melakukan kejahatan dan sebagainya);

ü Kewajiban Negara untuk melakukan perlindungan anak-anak jalanan;

ü Kewajiban Negara untuk melakukan perlindungan anak dari akibat-akibat peperangan / konflik bersenjata;

ü Kewajiban Negara untuk melindungi anak terhadap tindakan kekerasan

Setiap anggota PBB yang meratifikasi KHA wajib mengambil semua tindakan yang perlu untuk memastikan agar ketentuan-ketentuan yang memberlakukan konvensi ini dapat diterapkan dan dilaksanakan secara efektif termasuk ketentuan dan penerapan sanksi pidana atau sanksi lain sebagaimana perlunya.( Konvensi ILO 182 Tahun 1999)

Kewenangan Penanganan Pekerja Anak

Wewenang atau kewenangan dalam hukum tata Negara di deskripsikan sebagai kekuasaan hukum (rechtsmacht), jadi dalam konsep hukum publik, wewenang atau kewenangan berkaitan dengan kekuasaan. Sebagai suatu konsep hukum public, wewenang terdiri atas pengaruh, dasarhukum dan konformitas hukum. Komponen pengaruh bermakna

(15)

119

bahwa penggunaan wewenang dimaksudkan untuk mengendalikan perilaku subyek hukum. Komponen dasar hukum, bermakna bahwa wewenang itu harus selalu dapat ditunjuk dasar hukumnya. Komponen konformitas hukum mengandung makna adanya standar wewenang dalam hal ini konsep wewenang dibatasi hanya pada wewenang Pemerintahan. Ruang lingkup wewenang tidak hanya meliputi wewenang untuk membuat keputusan pemerintahan (besluit) tetapi juga semua wewenang dalam rangka melaksanakan tugasnya. (Sukismo, 2002.3)

Pembentukan wewenang dan distribusi wewenang utamanya ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar. Pembentukan wewenang Pemerintahan didasarkan pada wewenang yang ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan. Penanganan masalah pekerja anak masuk dalam wewenang ketenagakerjaan, pelaksanaannya di Tingkat Pusat ditangani oleh Dinas Tenaga Kerja dan Trasmigrasi sedang di Daerah oleh Pemerintahan Daerah dan secara teknis diserahkan kepada Dinas yang menangani masalah ketenagakerjaan, dalam hal ini adalah Dinas Tenaga Kerja. (Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999)

Identifikasi permasalahan pekerja anak di sector berbahaya telah mengidentifikasi beberapa persoalan tentang situasi pekerja anak, analisis sektor internal dan eksternal yang mempengaruhi, faktor penghambatan dan pendorong dan beberapa pihak yang terlibat dalam isu pekerja anak di sektor berbahaya. Salah satu pihak terkait dalam masalah ini adalah pemerintah, baik dari eksekutif, yudikatif maupun legeslatif, baik di tingkat pusat maupun daerah. Belum optimalnya peran Negara dalam masalah penanganan pekerja anak yakni belum dipahaminya permasalahan dengan baik dan benar oleh pemerintah, dan belum jelasnya komitmen baik di tingkat pusat maupun daerah.

Hasil Penelitian

Berdasarlan hasil penelitian di Kecamatan Sempol Bondowoso, maih banyak anak anak yang bekerja baik sebagai buruh tani, dan kebanyakan bekerja di perkebunan sempol. Adapun faktor yang mempengaruhi anak

(16)

120

bekerja di Kecamatan Sempol , berdasarkan wawancara dengan Bapak Camat Sempol dikatakan bahwa : Di Bondowoso termasuk kecamatan Sempol tidak dapat dipungkiri banyak anak yang terpaksa melakukan pekerjaan dikarenakan adanya dorongan ekonomi dalam arti membantu mencari nafkah untuk menopang kebutuhan hidup bagi dirinya sendiri dan keluarga Selanjutnya beliau mengatakan bahwa . Anak yang bekerja dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

ü Rendahnya rata-rata kemiskinan penduduk Sempol atau penduduk Sempol banyak yang hidup dibawah garis kemiskinan. Melihat kondisi seperti ini sangat mempengaruhi orang tua untuk mengajak anaknya bekerja mencari tambahan penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidup;

ü Budaya masyarakat yang mendidik anak untuk bekerja membantu orang tua merupakan suatu hal yang wajar dan biasa. Adanya anggapan bahwa anak tidak mau membantu bekerja maka dianggap sebagai anak yang tidak berbakti, mereka dididik sejak usia dini untuk bekerja membantu orang tuanya, maka bekerja sejak kecil merupakan proses pendidikan keluarga agar anak mau berbakti kepada orang tua; 3).Rendahnya kesadaran penduduk akan arti penting pendidikan sebagai sarana peningkatan kualitas hidup bagi anak di masa mendatang. Karena untuk apa harus sekolah tinggi yang penting mereka dapat bekerja. Sehingga sekolah yang sebenarnya merupakan kegiatan utama bagi anak untuk pengembangan diri tidak lagi merupakan suatu kegiatan yang menarik karena mahalnya biaya dan tidak terlihat langsung manfaat bagi si anak itu sendiri maupun orang tua;

ü Kemampuan Pemerintah dalam menyediakan fasilitas untuk belajar mengajar sangat terbatas;

ü Terjadinya keretakan rumah tangga (broken home) sehingga anak kurang mendapatkan perhatian dari orang tuanya dan mereka berusaha mencari jati-dirinya dengan jalan bekerja dengan harapan dapat menghasilkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri.

(17)

121

Bagi para pekerja anak sesungguhnya mereka akan memilih untuk bersekolah maupun bermain bersama teman-teman daripada menjalani hidup sebagai pekerja anak. Menjalani hidup sebagai pekerja anak, bagi mereka karena memang tidak memiliki pilihan lain. Berbagai alasan yang muncul berdasarkan observasi di Kecamatan Sempol Kabupaten Bondowoso adalah sebagai berikut: orang tua yang tidak mampu, penghasilan orang tua yang tidak mencukupi kebutuhan keluarga, tidak ada pihak yang menanggung hidupnya, tidak ada pihak yang menawari dan menanggung biaya sekolah. Sesungguhnya “Anak tidak boleh menjalankan pekerjaan….” Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2004 Tentang KeTenagaKerja,an Pasal 2 larangan ini bersifat mutlak tanpa pengecualian, jadi apapun alasannya anak tidak boleh menjalankan pekerjaan dalam suatu hubungan kerja antara pengusaha / majikan dengan pekerja / buruh. Kenyataan menunjukkan bahwa banyak anak yang semestinya masih harus menempuh pendidikan di sekolah, mereka terpaksa bekerja untuk membantu meringankan beban orang tua, atau bahkan untuk mencukupi kebutuhan mereka sendiri.

Bagi beberapa pekerja anak, bekerja merupakan keharusan karena hasil kerja mereka digunakan untuk membiayai hidup ataupun mencukupi keperluan hidup diri sendiri Orang tua tidak mampu sehingga anak harus bekerja untuk membantu orang tua dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga). Anak bekerja untuk mencukupi biaya sekolah, karena orang tua tidak bisa mencukupi sepenuhnya biaya pendidikan

Dari hasil pengamatan kami dapat diketahui bahwa mereka memang membutuhkan untuk bekerja atau memang harus bekerja dengan berbagai alasan yaitu untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri, untuk membantu orang tua sebagai tulang punggung keluarga maupun untuk membiayai pendidikan. Bagi pengusaha yang mau menerima anak sebagai pekerja dengan alasan/pertimbangan antara lain : karena mereka diajak oleh orang tuanya yang telah bekerja di perusahaan itu; karena jenis pekerjaan bersifat sederhana dan pasti bisa dikerjakan oleh anak-anak; karena sifat pekerjaan yang ringan, tidak memerlukan tenaga besar dan tidak membahayakan bagi pekerja anak.

(18)

122

Dengan demikian dapat diketahui bahwa Pemerintah telah berusaha melaksanakan perlindungan terhadap pekerja anak namun dalam pelaksanaannya belum tepat dan benar sesuai dengan jiwa dan tujuan yang dikehendaki peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dari aspek perlindungan hukum, sistem perlindungan hukum terhadap pekerja anak masih jauh dari semestinya. Dari aspek perlindungan ekonomi, upah pekerja anak masih jauh dari UMK yang ditentukan. Dari aspek perlindungan sosial, para pekerja anak tidak diberi waktu yang cukup untuk mengembangkan peri kehidupannya sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat. Dari aspek perlindungan teknis juga praktis tidak dilaksanakan karena dianggap pekerjaan yang dikerjakan sederhana dan ringan. Pelaksanaan pemberian perlindungan hukum terhadap pekerja anak hanya dengan melakukan kunjungan pembinaan ke perusahaan-perusahaan saja masih jauh dari cukup. Jumlah pegawai pengawas ketenagakerjaan yang hanya satu orang dan dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya belum sebagaimana yang dikehendaki oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku, merupakan indikasi bahwa pemerintah belum sungguh-sungguh dalam melaksanakan Undang-Undang ketenaga kerjaan maupun dalam pemberian perlindungan hukum terhadap pekerja anak.

Kendala yang ditemui dalam pelaksanaan perlindungan hukum terhadap pekerja anak

Pekerja anak sebagai anak yang bekerja atau anak yang melaksanakan pekerjaan dalam suatu hubungan kerja dengan majikan juga memiliki hak untuk mendapatkan perlindungan sebagaimana anakanak pada umumnya.Perlindungan hukum ada dua macam yaitu perlindungan hukum preventif dan perlindungan hukum represif. Perlindungan hukum preventif, bahwa hukum mencegah terjadinya sengketa. Fungsi ini dituangkan dalam bentuk peraturan-peraturan pencegahan yang pada dasarnya merupakan patokan bagi setiap tindakan yang akan dilakukan masyarakat, meliputi seluruh aspek tindakan manusia. Perlindungan hukum represif bersifat penanggulangan atau pemulihan

(19)

123

keadaan sebagai akibat tindakan terdahulu.(Hadjon M Philipus, 1994: 2)

Pemerintah Kabupaten Bondowoso telah memiliki system perlindungan hukum pekerja anak dengan seperangkat peraturan perundang-undangan baik sebagai perlindungan hukum preventif maupun perlindungan hukum represif terhadap pekerja anak dengan Disnakertrans sebagai penanggungjawab atas terlaksananya system perlindungan terhadap pekerja anak tersebut. “Anak tidak boleh menjalankan pekerjaan”(Amandemen UUD 45 Pasal 33 ayat (2) dan (4) larangan ini bersifat mutlak tanpa pengecualian, jadi apapun alasannya anak tidak boleh menjalankan pekerjaan dalam suatu hubungan kerja dengan majikan atau pengusaha. Larangan ini merupakan perlindungan preventif yang paling mendasar yang dengan tegas dapat menghentikan timbulnya tenaga kerja anak atau pekerja anak. Namun sayang larangan ini tidak diikuti dengan upaya-upaya nyata, seperti pemberlakuan wajib belajar 9 tahun dengan tegas disertai pemberian beasiswa dan atau pembebasan biaya pendidikan dasar bagi anak-anak dari keluarga tidak mampu.Pemberian beasiswa atau pembebasan biaya pendidikan ini sesuai dengan amandemen UUD 1945 bahwa : “Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara”, “Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”. (Amandemen UUD 45 Pasal 33 ayat (2) dan (4) )

Tidak terlaksananya amanat amandemen UUD 1945 telah mendorong munculnya pekerja anak. Kondisi pekerja anak yang banyak memiliki kelemahan-kelemahan dapat mendorong terjadinya eksploitasi oleh para majikan atau pengusaha yang mempekerjakannya. Untuk menghindari tindakan eksploitasi pemerintah memberikan pembatasan-pembatasan untuk pekerja anak, secara formal MENAKER telah menetapkan syarat-syarat mempekerjakan anak, yaitu : tidak boleh mempekerjakan anak lebih dari 4 jam sehari; Tidak boleh mempekerjakan anak pada malam hari antara pukul 18.00 sampai dengan pukul 06.00; Pengusaha wajib membayar upah sesuai ketentuan

(20)

124

yang berlaku, sebanding dengan jam kerjanya; Pengusaha wajib mendukung program kerja dan belajar (Kejar) melalui kerjasama dengan pihak lain; Mencatat dan melaporkan identitas anak yang dipekerjakan; Pengusaha wajib melakukan pengurangan pekerja anak secara bertahap

Kebanyakan perusahaan yang mempekerjakan anak, tidak satupun melakukan wajib lapor ketenagakerjaan, sehingga keberadaan pekerja anak yang bekerja pada perusahaan tersebut tidak diketahui. Hal inilah yang turut mendukung adanya tindakan eksploitasi terhadap pekerja anak dan menyebabkan pekerja anak kurang terlindungi oleh system hukum yang ada, seperti diberlakukannya lama kerja melebihi 4 jam / hari, diberikannya upah dibawah UMK yang berlaku, tidak diberikannya jaminan sosial tenaga kerja serta tidak diberikannya kesempatan kepada pekerja anak untuk mendapatkan pendidikan.

Adanya pengusaha mempekerjakan pekerja anak melebihi 4 jam / hari menunjukkan masih rendahnya tingkat kesadaran hukum oleh pengusaha dan perlindungan hukum pekerja anak terabaikan. Seharusnya pengusaha menyadari bahwa dengan bekerja penuh waktu akan menyebabkan perkembangan kepribadian anak tidak akan berkembang secara penuh dan serasi, dengan bekerja secara terus menerus dan monoton serta berulang-ulang untuk waktu yang lama seperti pada pekerjaan pengepakan kue, pembuatan keripik tempe, dan lainnya. Walaupun mereka tidak merasa jenuh, namun dapat mempengaruhi perkembangan kreatifitasnya sehingga mereka cenderung menjadi anak yang tidak cerdas dan tidak kreatif.

Kebanyakan perusahaan yang mempekerjakan anak, tidak satupun dari mereka yang menyelenggarakan jaminan sosial, khususnya jaminan pemeliharaan kesehatan (JPK). Keselamatan dan kesehatan pada dasarnya adalah merupakan kebutuhan manusia yang terpenting dan bahkan sering dikatakan sebagai hak azasi manusia, oleh karena itu setiap orang termasuk tenaga kerja memerlukan jaminan atas keselamatan maupun kesehatan dirinya, sehingga pemberian jaminan pemeliharaan kesehatan tenaga kerja bukan sebagai kebutuhan tetapi juga sebagai kepentingan. Dengan demikian apa yang

(21)

125

dilakukan oleh kelima pengusaha tersebut adalah merupakan pelanggaran hukum, khususnya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2004.

Dalam upaya penegakan hukum mengenai perlindungan pekerja anak, pegawai pengawas mempunyai tahapan mekanisme pengawasan yang terdiri dari: pembinaan (preventive edukatif), nota pemeriksaan (represif non yustisial) dan diajukan ke pengadilan (represif yustisial). Akan tetapi semua langkah tersebut belum diterapkan oleh pegawai pengawas terhadap para pengusaha yang mempekerjakan pekerja anak. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan atas rumusan masalah dalam penulisan skripsi ini , maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

ü Pada kenyataannya perlindungan hukum di Kecamatan Sempol Kabupaten Bondowoso terhadap pekerja anak sudah memadai dalam menangani masalah eksploitasi pekerja anak, tetapi belum diterapkan sebagaimana mestinya. Pekerja anak belum mendapatkan perlindungan sebagaimana mestinya. Aspek perlindungan hukum, aspek perlindungan ekonomi, aspek perlindungan sosial, maupun aspek perlindungan teknis belum diberikan kepada pekerja anak yang berhak untuk mendapatkannya. Sistem perlindungan hukum pekerja anak yang ada belum terlaksana secara nyata, pelanggaran hukum yang dilakukan oleh pengusaha tidak mendapatkan tindakan hukum sebagaimana mestinya, karena tidak terlaksananya fungsi pegawai pengawas ketenagakerjaan. Pekerja anak dalam kondisi tereksploitasi, mereka rata-rata bekerja selama 8 jam / hari dengan menerima upah jauh dibawah UMK, sehingga mereka tidak mempunyai waktu untuk mengenyam pendidikan dan bermain, tidak mendapatkan jaminan pemeliharaan kesehatan dan jaminan sosial sehingga jauh dari sejahtera.

ü adapun yang menjadi kendala pelaksanaan perlindungan hukum terhadap pekerja anak di Kecamatan Sempol Bondowoso salah satunya jarak yang cukup jauh dari Disnakertrans , sarana

(22)

126

infrastruktur yang cukup sulit dan tidak dilaksanakannya sanksi hukum kepada pengusaha/majikan yang mempekerjakan anak atau emngeksploitasi anak dalam bekerja.

Rekomendasi

ü Perlu dilakukan penyuluhan hukum terhadap pengusaha mengenai aturan ketenagakerjaan dan dan sosialisasi Undang Undang perlindungan anak agar tidak pengusaha tidak lagi mempekerjakan anak

ü Perlu diupayakan satu kesatuan tekad dan langkah dari para pejabat pemerintah, aparatur pelaksana, para pengusaha, para orang tua serta seluruh komponen Bangsa termasuk Lembaga Perlindungan Anak (LPA) di Kabupaten Bondowoso untuk benar-benar komitmen meniadakan pekerja anak.

Daftar Pustaka

Adriatna Yuli, 2001, Upaya Penanganan dan Perlindungan Pekerja Anak, Yogyakarta.

Asikin Zaenal, 1993, Dasar-dasar Hukum Perburuhan, Raja Grafindo, Jakarta.

Baehr, Peter, dkk, 2001 ,Konvensi Hak Anak, Instrumen Internasional Pokok Hak-Hak Asasi Manusia, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, Bruggink JJ.H., 1996, Refleksi Tentang Hukum (Alih Bahasa Arief

Sidharta), PT. Citra Aditya Bhakti, Bandung.

Hadjon M Philipus, 1994, Pengkajian Ilmu Hukum Dogmatik (Normatif) Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Surabaya.

Indiarso dan Sapterno, 1996, Hukum Perburuhan, Perlindungan Hukum bagi Tenaga Kerja dalam Program Jamsostek, Kurnia, Surabaya Joni, Muhammad dan Zulchaina Z. Tanamas,1999, Aspek Hukum

Perlindungan Anak dalam Perspektif Konvensi Hak Anak, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,

Lestari, Siti dan Veronica, 2004 Masalah Kekerasan Seksual Terhadap Anak Perempuan dalam Perspektif Hhukum, Perempuan, dan Anak, LBH-APIK, Jakarta,

(23)

127

Lexy J. Moleong,1988, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung,

Manning, C. dan Diermen, P.Y., 2000, Indonesia ditengah Transisi Aspek Sosial Reformasi dan Krisis, LKCS Yogyakarta.

Mertokusumo, 1996, Penemuan Hukum Sebuah Pengantar, Edisi I, Cetakan ke 1, Liberty, Yogyakarta.

Muhammad Joni dan Zulechaina Z, Tanamas 1999. Aspek Hukum Perlindungan Anak dan Perspektif Konvensi Hak-hak Anak, Citra Aditya Bakti, Bandung

Putranto P., 2000, Penanggulangan Pekerja Anak dan Pembangunan Masyarakat Desa, International Programme on the Elimination of Child Labor-International Labor Organization (ILO-IPEC)

Ronny Hanitijo Soemitro,1998 Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia,

Syamsuddin, 1997, Petunjuk Pelaksanaan Penanganan Anak yang Bekerja, Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia, Jakarta Wadong, Maulana Hassan, 2000Pengantar Advokasi dan Hukum

Referensi

Dokumen terkait

Pendekatan Undang – Undang (statute approach) yaitu pendekatan yang dilakukan dengan menimbang semua undang-undang dan regulasi hukum yang memiliki kaitan dengan isu

Tandakan ( √ ) dalam kotak yang disediakan bagi keadaan yang menunjukkan tentang aplikasi sifat jirim dalam kehidupan seharian.. 6 Zariff visited National Planetarium

Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan uji akurasi data UAV foto udara di kawasan pesisir, Pantai Pelangi, Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten

Agama Islam mempunyai peran yang sangat penting bagi kehidupan umat pengikutnya untuk menjadi pedoman dalam perjalanan hidup yang bermakna, berarti dan diberkahi. Peran

ini adalah tingkat pengetahuan pada penderita diabetes sebagian besar tinggi, sedangkan pada tingkat distress sebagian besar rendah, dan terdapat hubungan antara

48 pertaruhan tentang keputusan perlombaan atau permainan lain – lainnya, yang tidak diadakan antara mereka yang turut berlomba atau bermain, demikian juga segala

PENGARUH PROFITABILITAS, CAPITAL INTENSITY RATIO, SIZE, LEVERAGE, KOMISARIS INDEPENDEN, DAN REPUTASI AUDITOR TERHADAP MANAJEMEN PAJAK.. (STUDI EMPIRIS

Secara praktis hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) yakni pelaksanaan pembelajaran kitab Nadzam Hidayatus Shibyan (Syifaul