• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok 2 TB.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok 2 TB."

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Introduction:Tuberculosis (TB) is still a deadly in-fectious inin-fectious disease in the community. Outpa-tient TB paOutpa-tients are most likely to experience drug withdrawal that can lead to Multi Drug Resistant Tuberculosis (MDR-TB) Ners-Short Message Ser-vice Intervention (N-SMSI) is one of the information systems that can be developed to prevent the occur-rence of MDR-TB.

Objectives:The writing of this article is to describe and analyze the development of N-SMSI telenursing as an information system for monitoring TB patient care that can help TB patients achieve recovery in an effective and efficient way.

Method: The writing of this article is a literature study using various literature related to the applica-tion of N-SMSI especially in the prevenapplica-tion of MDR-TB.

Results: The results show that N-SMSI can be

uti-lized in monitoring patient compliance with OAT consumption. In addition, it can be a recommenda-tion for the applicarecommenda-tion of N-SMSI in outpatient TB patients, making it easier for monitoring activities by health workers in the prevention of MDR-TB.

Conclutions: TB is one of the diseases that needs extra supervision in carrying out its medical ther-apy. This can be done with N-SMSI which is one of the telenursing that can be utilized even though the research is still in cases of pulmonary TB, it does not rule out the possibility of other TB cases or even cases of other diseases.

Kata Kunci: MDR-TB, N-SMSI, telenursing, tu-berkulosis

Keywords: MDR-TB, N-SMSI, telenursing,

tu-berculosis

Pendahuluan: Tuberkulosis (TB) masih menjadi penyakit infeksi menular yang mematikan di masyara-kat. Pasien TB dengan rawat jalan berkemungkinan besar untuk mengalami putus obat yang dapat me-nyebabkan Multi Drug Resisten Tuberkulosis (MDR-TB). Ners-Short Message Service Intervention (N-SMSI) merupakan salah satu sistem informasi yang dapat dikembangkan untuk mencegah terjadinya MDR-TB.

Tujuan: Penulisan artikel ini adalah untuk memapar-kan dan menganalisis pengembangan telenursing N-SMSI sebagai salah satu sistem informasi untuk melakukan monitoring dalam perawatan pasien TB yang dapat membantu pasien TB dalam mencapai kesembuhan dengan cara yang efektif dan efisien. Metode : Penulisan artikel ini adalah studi literatur dengan menggunakan berbagai literature terkait pen-erapan N-SMSI terutama dalam pencegahan MDR-TB.

Hasil: Hasilnya menunjukkan bahwa N-SMSI dapat dimanfaatkan dalam pemantauan kepatuhan pasien dalam konsumsi OAT. Selain itu, dapat menjadi rek-omendasi untuk penerapan N-SMSI pada pasien TB rawat jalan, sehingga memudahkan aktivitas monitor-ing oleh tenaga kesehatan dalam pencegahan MDR-TB.

Kesimpulan: TB merupakan salah satu penyakit yang perlu mendapatkan pengawasan ekstra dalam men-jalankan terapi medikasinya. Hal tersebut dapat dil-akukan dengan N-SMSI yang merupakan salah satu

telenursing yang dapat dimanfaatkan meskipun dalam penelitiannya masih pada kasus TB paru, tidak me-nutup kemungkinan pada kasus TB lain atau bahkan kasus penyakit lain.

Abtrak Abtract

Pengembangan telenursing N-SMSI (Ners - Short Message Service

Inter-vention) dalam perawatan pasien TB (Tuberkulosis) post rawat

di Rumah Sakit

Renditya Anggana

1

, Filia Sofiani Ikasari

2 1,2

Magister Ilmu Keperawatan,

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok

Email

:

renditya.anggana@gmail.com1

,

filiasofianikasari@gmail.com2 Volume 09, Nomer 04, 2019

(2)

Submited:24/10/19 Accepted: 10/12/19 Review: 25/11/19 Published:30/12/19

661

Pendahuluan

Tuberkulosis yang selanjutnya dising-kat TB adalah penyakit menular yang disebab-kan oleh Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang paru dan organ lainnya. Lebih dari 80% pasien TB memiliki manifestasi klinis dengan gejala seperti, batuk produktif dengan atau tanpa hemoptisis jika infeksi pada paru, demam, keringat malam, dan penurunan berat badan.1 Dari definisi diatas dapat disimpulkan

bahwa TB merupakan penyakit infeksi yang di-akibatkan bakteri, sehingga menimbulkan gejala yang dapat menggangu proses metabo-lisme dan aktifitas harian penderitanya.

Dalam laporan World Health Organi-zation (WHO) tahun 2013 diperkirakan terdapat 8,6 juta kasus TB pada tahun 2012 dimana 1,1 juta orang (13%) diantaranya adalah pasien TB dengan HIV positif.2 Selain itu, dari data yang

dipublikasikan oleh WHO dalam laporan TB secara global pada 2018, diperkirakan terdapat sekitar 9 sampai 11 juta kasus TB diseluruh dunia.2 Berdasarkan data WHO tersebut, dapat

disimpulkan bahwa prevalensi TB mengalami peningkatan selama rentang 6 tahun.

Selain itu, menurut data di Indonesia yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan RI melalui laporan Riset Kesehatan Dasar (Risk-esdas), dalam data prevalensi penduduk Indone-sia yang didiagnosa TB paru adalah 0,4%.3

Se-dangkan dalam laporan Riskesdas pada tahun 2018, pada data tersebut tidak mengalami peru-bahan signifikan, yakni sebanyak 0,42% dengan N tertimbang sebesar 1.017.290.4 Data

sebelumnya pada tahun 2012 diperkirakan ter-dapat 450.000 orang yang menderita MDR-TB dan 170.000 orang diantaranya meninggal dunia.5

Dalam upaya penanganannya, pemerintah Republik Indonesia melalui Ke-menterian Kesehatan, telah menetapkan target program penanggulangan TB nasional, yaitu eliminasi pada tahun 2035 dan Indonesia bebas TB tahun 2050.6 Prioritas ini telah dimasukkan

dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 67 Tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberku-losis dalam bab II pasal 3 yang membahas target

dan strategi.6 Permenkes tersebut merupakan

acuan dalam pembuatan kebijakan pemerintah tentang penanganan masalah TB di Indonesia dalam upaya peningkatan status kesehatan masyarakat secara luas.

Selain itu, WHO juga telah mem-berikan rekomendasi strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-course) sebagai strategi dalam pengendalian TB sejak tahun 1995. Strategi DOTS terdiri dari 5 komponen kunci, yaitu komitmen politis; peningkatan dan kesinambungan pendanaan; penemuan kasus melalui pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin mutunya; pengobatan yang sesuai standar; supervisi dan dukungan bagi pasien; sistem pengelolaan dan ketersediaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang efektif; serta sistem

monitoring, pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan penilaian terhadap hasil pengobatan pasien dan kinerja program.

Sejalan dengan komponen kunci ke 5 yaitu tentang sistem monitoring, pencatatan dan pelaporan, peran Pengawas Minum Obat (PMO) sangat diperlukan. PMO harus berasal dari orang terdekat pasien. Dalam perjalan-annya biasanya tingkat kejenuhan pasien dalam minum OAT akan meningkat, sehingga diper-lukan sistem dokumentasi yang dapat dipercaya oleh tenaga medis, dalam hal ini pemantauan secara berkesinambungan sangat diperlukan da-lam mendukung kesembuhan pasien TB.

Manajemen perawatan pasien TB yang telah rawat jalan secara aktif dapat dilakukan melalui telenursing. Telenursing adalah penggunaan telekomunikasi dan teknologi in-formasi untuk menyediakan pelayanan keperawatan dari jarak jauh dengan teknologi informasi, komunikasi dan komputer.6 Dalam

aplikasinya, penggunaan telenursing diharap-kan mampu meningkatdiharap-kan perilaku penderita dalam pencegahan penularan TB.7

Pengem-bangan model baru yang lebih murah yaitu me-lalui N-SMSI (Ners- Short Message Services).

N-SMSI merupakan salah satu bentuk in-tervensi dalam hal dokumentasi dan peman-tauan pasien TB dalam kepatuhan minum OAT.

(3)

N-SMSI dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan cara mengirimkan Short Message Ser-vice (SMS) kepada pasien TB atau keluarga yang menjadi PMO. SMS berisi pesan peng-ingat minum obat dan nutrisi, dikirim setiap hari, dengan frekuensi yang disesuaikan dengan jadwal minum obat pasien TB. SMS yang dibangun berbasis website, menginduk pada suatu provider email, sehingga metode ini tidak memerlukan biaya yang besar.

Efisiensi dalam monitoring kepatuhan minum obat pasien TB yang ditawarkan oleh sistem in-formasi N-SMSI menjadikannya penting untuk diterapkan serta dikembangkan oleh tenaga kesehatan. Dalam pemaparan dan analisis pada penerapan dan pengembangan N-SMSI sebagai pencegahan MDR-TB di Indonesia, diharapkan dapat menjadikan alternatif rujukan dalam penulisan artikel selanjutnya maupun menjadi referensi dalam penelitian yang berhubungan dengan telenursing terhadap pasien tuberculo-sis.

Metode

Penulisan artikel ini menggunakan teknik studi literatur, yaitu dengan cara melakukan pencarian terhadap berbagai sumber tertulis yang relevan dengan permasalahan yang dikaji. Pada artikel ini, penulis menggunakan artikel dari jurnal melalui pencarian sumber data el-ektronik berdasarkan Google Scholar dari rentang tahun 2010 sampai 2019 dengan kata kunci “telenursing” AND “n-smsi” AND “tu-berculosis” AND “mdr-tb” yang hanya ditemukan satu artikel yang relevan, setelah itu, dengan kata kunci yang menghilangkan kata “n-smsi” ditemukan 8 artikel dengan 5 berbahasa Inggris dan 3 dengan bahasa Latin, hanya satu artikel yang relevan.

Selanjutnya dengan memasukkan kata kunci “n-smsi” AND “tuberculosis” didapatkan 2 artikel yang relevan. Setelah itu, untuk mem-perluas cakupannya dengan memasukkan kata kunci "telenursing" AND "tuberculosis" didapatkan 119 artikel yang selanjutnya dil-akukan pemilihan artikel yang relevan dengan tema yang telah dibuat. Selain itu penulis juga menggunakan sumber dari buku-buku yang rel-evan dengan permasalahan yang dikaji, yaitu

tentang penerapan dan pengembangan telenurs-ing N-SMSI terutama pada kasus TB.

Hasil

Perkembangan sistem informasi dan teknologi saat ini berkembang sangat masif dan tidak dapat dibendung. Pemanfaatanya telah banyak dikembangkan tidak hanya di dunia teknologi saja, tetapi telah dapat dikembangkan dalam hal pemanfaatan di dunia kesehatan. Hal ini sejalan dengan amanah Undang - Undang Kesehatan No. 36 2009 untuk menyelenggara-kan upaya kesehatan yang efektif dan efisien yang dapat diwujudkan melalui penggunaan Sistem Informasi Kesehatan.5,8

Sejalan dengan hal diatas, teknologi in-formasi dan komunikasi dalam keperawatan juga turut mengalami perkembangan, salah satunya adalah pemanfaatan telenursing.

Telenursing adalah penggunaan telekomunikasi dan teknologi informasi untuk menyediakan pe-layanan keperawatan dari jarak jauh, termasuk pemberian asuhan keperawatan dengan menggunakan kamera atau teknologi kom-puter(9). Telenursing adalah komponen tele-health yang terjadi saat perawat memenuhi kebutuhan kesehatan pasien dengan menggunakan sistem informasi, komunikasi, dan berbasis web yang didefinisikan sebagai pengiriman, pengelolaan, dan koordinasi perawatan dan layanan yang diberikan melalui teknologi informasi dan komunikasi.10

Telenursing menggunakan teknologi un-tuk perawatan pasien di rumah. Telenursing se-makin dikembangkan dalam bidang keperawa-tan karena banyaknya keuntungan yang didapat dengan menerapkan metode tersebut. Kumar (2016) memaparkan beberapa keuntungan dari

telenursing, yaitu efektif dan efisien dari sisi biaya kesehatan, pasien dan keluarga dapat mengurangi kunjungan ke pelayanan kesehatan, dapat meningkatkan cakupan dan jangkauan pe-layanan keperawatan tanpa batas geografis dengan sumber daya yang minimal, dapat menurunkan kebutuhan atau menurunkan waktu tinggal di rumah sakit, dan dapat mening-katkan pelayanan untuk pasien kronis tanpa me-merlukan biaya dan meningkatkan pemanfaatan teknologi serta berhasil dalam menurunkan

(4)

to-Submited:24/10/19 Accepted: 10/12/19 Review: 25/11/19 Published:30/12/19

663 tal biaya perawatan kesehatan dan

meningkat-kan akses untuk perawatan kesehatan tanpa banyak memerlukan sumber.11

Kegagalan program TB selama ini teru-tama diakibatkan oleh tidak memadainya tata laksana kasus, diantaranya pelayanan TB ku-rang terakses oleh masyarakat, penemuan kasus yang tidak standar, tidak dilakukan pemantauan selama pengobatan, sehingga gagal menyem-buhkan kasus yang telah terdiagnosis. Menurut Depkes RI (2009), kemiskinan masyarakat dan rendahnya komitmen politik, serta pendanaan turut berkontribusi terhadap kegagalan tersebut. Bardasar pemaparan tersebut, maka pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2016 telah membuat buku yang berjudul Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis.6 Pada BAB 13 yaitu tentang

sis-tem informasi pengendalian tuberkulosis telah disinggung tentang pemanfaatan sistem teknologi infosmasi dan komunikasi dalam mendukung pencapaian target pemerintah yang bebas TB tahun 2050.6

Sejalan dengan pedoman Kemenkes RI, beberapa penelitian tentang monitoring pasien TB yang memanfaatkan teknologi informasi te-lah dilakukan5, salah satunya adalah

pemanfaa-tan N – SMSI (Ners – Short Message Service Intervention). N-SMSI merupakan salah satu bentuk intervensi keperawatan, di mana perawat mengirimkan SMS kepada pasien TB. SMS berisi pesan pengingat minum obat dan nutrisi, dikirim setiap hari, dengan frekuensi yang disesuaikan dengan jadwal minum obat pasien TB.

SMS yang dibangun berbasis website, menginduk pada suatu provider email. SMS adalah layanan teleservice yang dikembangkan oleh Global System for Mobile Communication

pada pertengahan 1980-an untuk jaringan seluler generasi kedua. SMS terdiri dari standar protokol dan infrastruktur yang menjadikan pe-san teks sebagai layanan data terpopuler di jaringan seluler.12

Pembahasan

Rumah sakit sebagai salah satu pemberi layanan kesehatan rujukan utama harus mem-iliki sarana dan prasarana yang dapat menun-jang kesembuhan pasien. Pemanfaatan

telenursing di rumah sakit menjadi salah satu indikator mutu pelayanan dari suatu penyedia layanan kesehatan. Selain itu, ini merupakan tantangan dari tenaga kesehatan dalam pem-anfaatan pelayanannya yang lebih luas lagi.

Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi secara elektronik sangat mem-bantu, baik petugas kesehatan maupun pasien dalam meningkatkan status kesehatan pasien yang lebih baik lagi, selain itu menjadikan pro-gram pemerintah dapat berjalan efektif, efisien, dan tepat guna dalam pelaksanaannya.

Semakin mereka patuh maka tubuh mereka akan semakin sehat sehingga mereka bisa beraktifitas seperti teman sebaya mereka. Bagi remaja penyakit dapat mengganggu ke-mandirian sehingga mereka tidak ingin jatuh dalam keadaan sakit atau lemah.19 Telenursing

merupakan salah satu pemanfaatan dari perkembangan teknologi dalam dunia keperawatan. Sejalan dengan perubahan waktu, teknologi informasi semakin berkembang pesat dan lebih variatif dalam pemanfaatannya, salah satunya adalah pemanfaatan SMS sebagai upaya dalam meningkatkan status kesehatan pasien TB yang telah diperbolehkan rawat jalan, sehingga pemantauan pada kepatuhan mi-num OAT dapat dimonitor guna mencegah pasien dalam kasus drop out atau putus obat, karena jika hal tersebut terjadi, kemungkinan pasien mengalami MDR – TB lebih besar lagi.

N-SMSI adalah salah satu bentuk nyata dari pemanfaatan teknologi tersebut. Ini meru-pakan contoh telenursing dalam memanfaatkan SMS, yang mana SMS tersebut berisi peringatan untuk minum OAT dan informasi seputar tatalaksana gizi pada pasien TB. Cara kerja dari telenursing ini adalah dengan me-manfaatkan provider e-mail berbasis web, yang mengirimkan SMS berisi pesan mengingat mi-num obat dan nutrisi yang dikirim setiap hari dengan frekuensi yang disesuaikan dengan jad-wal minum obat untuk masing masing penderita TB.

Efektivitas N-SMSI telah dibuktikan me-lalui penelitian di Puskesmas Pengirian Kota Surabaya Jawa Timur.13 Terdapat 30 responden

dalam penelitian ini, yaitu pasien yang men-derita penyakit TB paru di wilayah tersebut. 30

(5)

responden ini diambil dengan teknik sampling

purposive nonrandomized sampling, yang dibagi menjadi 15 orang untuk kelompok perla-kuan dan 15 orang lagi sebagai kelompok kontrol.13 Responden pada kelompok perlkuan

mendapatkan penyuluhan kesehatan tentang gizi melalui pesan singkat setiap hari 1 kali selama periode intensif (2 bulan), selain itu pe-san tersebut berisi tentang pepe-san kepada pasien untuk minum OAT, pesan tersebut dikirimkan 15 menit sebelum waktu pasien untuk minum obat.13 Pada penelitian ini, responden adalah

pasien TB Paru fase intensif yang sudah terpa-par dengan pengobatan. Oleh karena itu, ke-lompok kontrol pun dapat mengalami katan berat badan. Meskipun poin pening-katannya masih lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok perlakuan.13

Dalam penelitian tersebut didapat kes-impulan bahwa N-SMSI dapat mningkatkan kepatuhan minum OAT pasien TB paru. Jika berdasarkan hasil penelitian tersebut, diharap-kan telenursing ini tidak tidak hanya di-peruntukkan pada pasien TB paru saja, tetapi pasien TB apapun, bahkan pasien dengan pen-yakit lain yang membutuhkan pengawasan mi-num obat dapat diaplikasikan. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat diterapkan tidak hanya di wilayah puskesmas saja, tetapi seha-rusnya yang paling banyak adalah di ling-kungan Rumah Sakit yang notabene merupakan pusat rujukan utama dari berbagai kasus penya-kit. Rumah Sakit pemerintah maupun swasta perlu mengkoordinasikan setiap pasiennya yang menderita TB dengan Puskesmas wilayah pasien tersebut tinggal, sehingga pemantauan kasus TB dapat berkesinambungan guna mecegah prevalensi angka kejadian TB beru-lang atau bahkan meningkat.

Telenursing yang memanfaatkan SMS lainnya telah dilakukan di Filipina pada tahun 2011, yaitu digunakan untuk pasien dengan obesitas.14 Nama telenursing tersebut adalah

DeFIT it!. DeFIT it! adalah program yang me-manfaatkan penggunaan buku harian diet dan pengajaran kesehatan melalui penggunaan SMS.14 Hasil penelitian dari pemanfaatan telenursing ini cukup efektif dalam

meningkat-kan tingkat pengetahuan responden, namun ku-rang patuh terhadap diet dan aktifitas fisik yang tepat.14

Penelitian lainnya terkait N-SMSI juga dilakukan oleh Fang, et al (2017) dengan judul penelitian pengaruh layanan SMS pada pasien TB paru di Anhui Provinsi Tiongkok.15 Dalam

penelitian tersebut mengeksplorasi pentingnya SMS pada manajemen TB paru. Penelitian yang dilakukan menggunakan Randomized Control Trial (RCT) pada 160 responden pada lompok intervensi dan 190 responden pada ke-lompok kontrol.16 Hasil penelitian

menunjuk-kan bahwa manajemen pasien TB paru melalui SMS dapat secara efektif memperkuat tingkat pengobatan pasien TB paru, mengurangi ting-kat dosis yang terlewat dan tingting-kat pengobatan yang terputus, dan semakin meningkatkan kesadaran pasien mengenai pemeriksaan ulang mereka.15 Oleh karena itu, berdasarkan hasil

penelitian ini N-SMS dapat menjadi strategi baru yang menjanjikan untuk manajemen pasien TB paru.

Sejalan dengan Fang, et al (2017) yang membahas manfaat N-SMSI pada kesembuhan pasien TB, artikel lain yang membahas mengenai N-SMSI adalah Lester, et al (2019) dengan artikel yang berjudul layanan pesan singkat ponsel untuk dukungan kepatuhan dan perawatan pasien dengan infeksi TBC.9 Artikel

tersebut membahas mengenai layanan SMS yang dapat digunakan dalam mendukung perawatan pasien TB dengan fokus pendekatan yang berfokus pada pasien.9 Pada

kes-impulannya adalah bahwa SMS cenderung memiliki kemungkinan untuk dibaca lebih tinggi dibandingkan dengan media olah pesan lainnya yang lebih lama untuk dibuka seperti email dan video, sehingga intervensi kesehatan terutama untuk monitoring pasien TB dalam kepatuhan minum obat dapat menggunakan layanan SMS ini.9 Namun, walau begitu

menurut Lester, et al (2019) intervensi kesehatan pada pasien TB dengan menggunakan layanan SMS belum banyak dit-erapkan, padahal layanan SMS ini dapat men-jadi media intervensi kesehatan yang efektif un-tuk diterapkan pada pasien TB.9

(6)

Submited:24/10/19 Accepted: 10/12/19 Review: 25/11/19 Published:30/12/19

665 Penelitian lainnya yang sependapat

dengan manfaat penerapan N-SMSI pada kepatuhan minum obat pasien TB adalah Bedi-ang, et al (2014) yang meneliti tentang SMS pengingat untuk meningkatkan penyembuhan TBC di Negara berkembang.16 Penelitian

terse-but menggunakan metode penelitian RCT dengan cara mengirim SMS setiap hari untuk mengingatkan pasien minum obat TB yang ditentukan, bersama dengan strategi DOTS standar dan memperoleh hasil bahwa SMS dapat mendukung strategi DOTS dalam pening-katan kepatuhan pengobatan dan tingkat kesem-buhan pasien TB.16

Beberapa penelitian sebelumnya telah menguraikan efektifitas N-SMSI untuk meningkatkan hasil kesehatan pada pasien TB. Namun sedikit yang meneliti tentang sejauh mana kualitas N-SMSI jika diterapkan dalam layanan kesehatan. Salah satu peneliti yang meneliti kualitas penerapan N-SMSI adalah Meyer, et al (2018). Penelitiannya berjudul “Pe-san teks dikirim ke kontak tuberkulosis rumah tangga di Kampala, Uganda” dengan menggunakan metode RCT dalam penelitiannya, menemukan bahwa kualitas in-tervensi SMS untuk meningkatkan kesehatan pada rumah tangga sangat rendah.17 Hasilnya

menunjukkan bahwa perlunya pemantauan proses sistematis dan pelaporan implementasi di penelitian selanjutnya yang terprogram menggunakan komunikasi seluler untuk meningkatkan kesehatan.17

Berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa N-SMSI efektif dalam meningkatkan kepatuhan pasien TB minum OAT, penelitian yang dilakukan oleh Johnston, et al (2018) yang berjudul “Efek dari pesan teks pada kepatuhan pengobatan TB laten” dengan penelitian menggunakan metode RCT (Randomized Controlled Trial), menun-jukkan bahwa N-SMSI tidak meningkatkan kepatuhan pasien TB terhadap pengobatan.18

Walaupun telah ada bukti yang menginforma-sikan penggunaan SMS dalam meningkatkan kepatuhan pengobatan infeksi TB laten, John-ston, et al (2018) melakukan uji coba secara paralel terkontrol secara acak di dua lokasi

un-tuk menilai efek layanan SMS dua arah ter-hadap kepatuhan pasien TB laten terter-hadap pen-gobatan di British Columbia, Kanada.7 Peserta

diacak dalam rasio 1: 1 terhadap standar perawatan. Sebanyak 358 peserta dimasukan ke dalam kelompok intervensi (n = 170) dan ke-lompok kontrol (n = 188).18 Hasil penelitian

menunjukkan bahwa N-SMSI tidak meningkat-kan kepatuhan pasien TB terhadap pengobatan dibandingkan dengan pengobatan TB tanpa N-SMSI.18

Beberapa hasil penelitian yang telah diu-raikan menunjukkan bahwa N-SMSI pada be-berapa penelitian memang terbukti efektif da-lam mendukung strategi DOTS. Namun, kuali-tas N-SMSI itu sendiri harus dijaga dengan cara dilakukannya pemantauan proses yang sistema-tis serta pelaporan implementasi oleh tenaga kesehatan sehingga N-SMSI dapat meningkat-kan kepatuhan pasien TB dalam pengobatan.

Kesimpulan

Di era dunia yang telah bergerak maju ini, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi merupakan salah satu indikator da-lam perkembangan suatu bangsa. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia sangat membutuhkan akses dalam pemanfaatannya, ini dikarenakan wila-yah geografis Indonesia yang sangat variatif dan persebarannya sangat luas, maka diper-lukan suatu sistem informatika yang efektif dan efisien yang dapat dimanfaatkan oleh tenaga kesehatan.

Tenaga kesehatan khususnya perawat, memiliki tugas dan tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kesehatan secara komperhensif, mulai dari identifikasi, imple-mentasi dan evaluasi. Dalam hal impleimple-mentasi dan evaluasi, monitoring merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam memantau efektifitas program terapi dan perkembangan pasien. Sehingga N-SMSI merupakan salah satu telenursing yang dapat dimanfaatkan mes-kipun dalam penelitiannya masih pada kasus TB paru, tidak menutup kemungkinan pada ka-sus TB lain atau bahkan kaka-sus penyakit lain.

(7)

Daftar Pustaka

1. Grosset JH CR. Handbook of tuberculosis. 2017. 17 p.

2. World Health Organitations. Global Tuberculosis Report 2018 [Internet]. 2018.

Available from:

https://www.who.int/tb/publications/global_rep ort/gtbr2018_main_text_28Feb2019.pdf 3. Badan penelitian dan pengembangan kesehatan

Kementrian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013. Jakarta; 2013. 4. Badan penelitian dan pengembangan kesehatan

Kementrian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018. Jakarta; 2018. 5. RI KK. Peraturan pemerintah Republik

Indonesia nomor 46 tahun 2014 tentang sistem informasi kesehatan. 2014.

6. RI KK. Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia No. 67 Tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberkulosis. 2016.

7. Wulandari NA. Pengaruh aplikasi telehomecare terhadap pengetahuan penderita tuberculosis paru tentang penularan penyakit tuberculosis. J Ners dan Kebidanan. 2017;4(3):206–10. 8. RI KK. Peraturan menteri kesehatan Republik

Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 2009.

9. Lester R, Park JJH, Bolten LM, Enjetti A, Johnston JC, Schwartzman K ... Delft AV. Mobile phone short service for adherence support and care of patients with tuberculosis infection: Evidence and opportunity. J Clin Tuberc Other Mycobact Dis. 2019;16:1–9. 10. Scotia C of RN of N. Practice Guidelines:

Telenursing [Internet]. 2017. Available from: https://novascotia.ca/lae/RplLabourMobility/do cuments/FRPA-Progress-Report-CRNNS.pdf 11. Kumar S. Telenursing. New York: Springer

London Dordrecht Heidelberg; 2016.

12. Acker A. The Short Message Service: Standards, infrastructure and innovation. Telemat Informatics [Internet]. 2014;31(4):559–68. Available from:

http://dx.doi.org/10.1016/j.tele.2014.01.004 13. Has EMM, Ulfiana E, Efendi F, Indarwati R,

Haryanto J M. Model manejemen perawatan untuk meningkatkan kepatuhan minum obat dan status gizi pasien TB paru. J Ners Univ Airlangga. 2015;10(1):189–93.

14. Pangan KI, Pangilinan GA, Pangilinan M., Pangilinan R, Pangilinan R, Par CJ PE. Telenursing through sms (short messaging service): it’s effect on knowledge and adherence. Int J Public Heal Res Spec Issue. 2011;115 – 120.

15. Fang XH, Guan SY, Tang L, Tao FB, Zou Z, Wang JX …. Pan HF. . Effect of short message service on management of pulmonary Tuberculosis patients in Anhui Province, China: A prospective, randomized controlled study. Med Sci Monit. 2017;23:2465–9.

16. Bediang G, Stoll B, Elia N, Abena JL, Nolna D, Chastonay P GA. SMS reminders to improve the Tuberculosis cure rate in developing countries (TB-SMS Cameroon): A protocol of randomized control study. Biomed Cent. 2014;15(35):1–9.

17. Meyer AJ, Babirye D, Armstrong-Hough M, Mark D, Ayakaka I, Katamba A, Haberer JE DJ. Text messages sent to household Tuberculosis contacts in Kampala, Uganda: process evaluation. JMIR Mhealth Uhealth. 2018;6(11):1–11.

18. Johnston JC, Kop MLV, Smillie K, Ogilvie G, Marra F, Sadatsafavi M ... Lester RT. The effect of text messaging on latent Tuberculosis treatment adherence: A randomized controlled trial. Eur Respir Soc. 2018;51:1–10.

19. Supriyanti, E. Sri Indiyah, and Meri Risma Mar-iana. "Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Transfusi Pada Pasien Thalasemi." Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia 9.02 (2019): 607-615.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman kupu-kupu pada kawasan penyangga perkebunan kelapa sawit Kiliran Jao Kecamatan Kamang Baru Kabupaten Sijunjung

Pengetahuan yang didapat perusahaan adalah tentang nilai pelanggan, yang dapat mendukung channel pelayanan interaksi dengan lebih baik dan mendukung berbagai keputusan

1) Kondisi topografi. Kondisi topografi akan sangat mempengaruhi ketersediaan air di telaga, terutama pada musim kemarau. Kondisi topografi yang berbatu, akan mempersulit

Untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun, maka model sistem monitoring QoS yang digunakan untuk pengukuran parameter megunakan software Axence NetTools pada jaringan

Orang banyak yang mengikuti mereka begitu memprihatinkan keadaan mereka seperti kawanan domba tanpa tuntunan gembala. Kawanan domba mudah sekali menjadi terpencar-pencar,

Oleh karena itu, untuk memudahkan komunikasi dan pertukaran yang terjadi antara kantor pusat dan berbagai kantor cabang tersebut, maka pada Tugas Akhir ini dianalisa

Dimohon agar Saudara membawa data-data asli/otentik seperti yang tertuang dalam dokumen isian kualifikasi yang disampaikan pada saat pemasukan penawaran.

Harga adalah sejumlah nilai yang ditukarkan pelanggan dengan manfaat dari memiliki atau menggunakan produk atau jasa yang nilainya ditetapkan oleh pembeli atau penjual dan