• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Ratio Jantan Dan Betina Terhadap Fertilitas Dan Daya Tetas Telur Ayam Kampung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Ratio Jantan Dan Betina Terhadap Fertilitas Dan Daya Tetas Telur Ayam Kampung"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

21 Vol.2 No.1 Tahun 2019. Musamus Journal of Livestock Science

Pengaruh Ratio Jantan dan Betina Terhadap Fertilitas dan Daya Tetas

Telur Ayam Kampung

Syetiel M Salamony1, N Souktta2, Simon Petrus Telussa2, Gardis Andari1 1Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Musamus, Merauke, Indonesia

2

Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Pattimura, Ambon, Indonesia e-mail : maya.salamony66@gmail.com

ABSTRAK

Perkembangan ternak ayam dapat meningkat pesat,apabila penyediaan bibit bisa berjalan dengan baik,diikuti dengan pengelolaan,pemberian makan,pemuliaan serta pencegahan penyakit secara teratur. Sejauh ini belum diketahui perbandingan jantan dan betina secara tepat,terutama oleh masyarakat pedesaan sehingga sering terjadi kegagalan penetasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan jantan dan betina terhadap fertilitas, daya tetas telur dan bobot tetas telur ayam kampung. Percobaan yang dilalukukan menggunakan 8 ekor pejantan dan 60 ekor betina sebagai tetua, dan dibagi menjadi empat perlakuan dan dua ulangan dengan perbandingan jantan dan betina yaitu A (1:5); B(1:7); C(1:9); D(1:11), Dilanjutkan penetasan telur sebanyak 120 butir dengan tiap perlakuan 15 butir. Data dianalisis menggunakan analisis sidik ragam Rancangan Acak Lengkap (RAL), Apabila antar perlakuan menunjukan perbedaan yang nyata maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ). Hasil penelitian menunjukan bahwa fertilitas tertinggi terdapat pada kelompok B (96,66) dan terendah pada kelompok D (56,66). Daya tetas tertinggi terdapat pada kelompok B (96,66) dan terendah pada kelompok D (56,66). Bobot tetas tertinggi terdapat pada kelompok B(23,18) dan terendah pada kelompok D (21,33). Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ferlititas,daya tetas telur jauh lebih baik pada kelompok B dan bobot tetas telur ayam kampung jauh lebih baik pada kelompok B.

Kata Kunci: Ratio Jantan Betina; Fertilitas; Daya Tetas; Ayam Kampung

ABSTRACT

Chicken livestock development can increase rapidly, if the supply of seeds can run well, followed by regular management, feeding, breeding and disease prevention. So far the exact ratio of males and females is unknown, especially by rural communities so hatching failures often occur. This study aims to determine the ratio of male and female to fertility, egg hatchability and egg hatching weight of native chicken. The experiment was carried out using 8 males and 60 females as elders, and divided into four treatments and two replications with the ratio of males and females, A (1:5); B (1:7); C (1:9); D (1:11), Continued hatching of 120 eggs with 15 treatments each. Data were analyzed using Analysis of Variance in Completely Randomized Design (CRD). If between treatments showed significant differences, it was continued with the Honestly Significant Difference test (BNJ). The results showed that the highest fertility was in group B (96.66) and the lowest in group D (56.66). The highest hatchability was in group B (96.66) and the lowest in group D (56.66). The highest hatching weights were in group B (23.18) and the lowest in group D (21.33). This study can be concluded that the ferlititas, hatchability of eggs is much better in group B and the hatching weight of native chicken eggs is much better in group B.

(2)

24 Vol.2 No.1 Tahun 2019. Musamus Journal of Livestock Science

1. PENDAHULUAN

Ternak ayam yang dipelihara di pedesaan adalah ayam lokal yang sering disebut ayam kampung. Ciri umum dari ternak ini yaitu produktivitasnya masih rendah, disebabkan faktor genetik yang dimiliki ayam kampung tersebut, juga salah satu faktor yang cukup berpengaruh adalah faktor manajemen, yang dalam hal ini menyangkut ratio jantan dan betina. Dalam upaya menghasilkan daya tetas yang tinggi, penting diperhatikan adalah pengaturan perkawinan yang sesuai terutama ratio jantan dan betina yang dipakai sebagai tetua sehingga telur bibit yang diperoleh memiliki pertunasan yang baik (Paimin, F.B 2011., North, M.O. 1978., Murtidjo, B.A. 1992)

Dianjurkan untuk ayam kampung sebaiknya ratio jantan dan betina adalah (1:7), bila perbandingan jantan dan betina yang diberikan sesuai dengan angka perbandingannya diharapkan telur-telur yang diperoleh pertunasannya akan baik (Murtidjo, B.A., 1992., Sinabutar, M., 2009). Efisiensi usaha peternakan bisa tercapai sebaiknya telur-telur yang ditetaskan berasal dari induk yang berumur (1-1,5 tahun) dengan angka perbandingan jantan dan betina adalah satu ekor jantan: (8-10) ekor betina (Suprapto, 1986).

2. METODOTOLOGI PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di Desa Waai, Kecamatan salahutu, Kabupaten Maluku Tengah,Propinsi Maluku pada bulan Januari sampai Maret. Peubah yang diukur dalam penelitian adalah Fertilitas dan Daya Tetas Telur Ayam Kampung. Penelitian ini terdiri atas 4 perlakuan dan dua ulangan. Masing-masing perlakuan dihitung Fertilitas,Daya tetas telur, Bobot tetas telur ayam. Perlakuan yang diuji cobakan dalam penelitian sebagai berikut:

a. Ratio jantan dan betina (1:5) dengan dua ulangan b. Ratio jantan dan betina (1:7) dengan dua ulangan c. Ratio jantan dan betina (1:9) dengan dua ulangan d. Ratio jantan dan betina (1:11) dengan dua ulangan 2.1. Materi Penelitian

Tetua ayam kampung betina sebanyak 60 ekor,berumur 7 -9 bulan dan pejantan berumur 1– 1,5 tahun sebanyak 8 ekor dan telur yang digunakan sebanyak 120 butir. Bahan makanan terdiri dari jagung kuning, Pakan komersial (Par – L Super), beras, hijauan dan Egg Stimulan. 2.2. Peralatan Penelitian

Kandang sistim Postal yang berukuran 1 m x 1m (1: 5), 2 m x 2 m (1:7), 3 m x 3 m (1:9) dan 4m x 4 m (1:11) masing –masing ukuran terdiri dari dua kandang sebagai ulangan. Dua mesin tetas berkapasitas 100 butir. Pemanas digunakan listrik dan lampu minyak sebagai pemanas cadangan. Suhu diukur dengan thermometer dan kelembaban diukur dengan hygrometer.Timbangan dengan kapasitas tiga kilogram dengan kepekaan 0,05 digunakan untuk menimbang berat ayam tetua, berat telur dan berat anak ayam yang baru menetas.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Fertilitas

Fertilitas telur adalah banyaknya telur yang bertunas (fertile) ditentukan berdasarkan persentase dari telur-telur yang memperlihatkan adanya perkembangan embrio dari sejumlah telur yang dieramkan atau ditetaskan,tanpa memperlihatkan apakah telur-telur tersebut menetas atau tidak Selain itu, fertilitas juga merupakan perbandingan antara

(3)

25 Vol.2 No.1 Tahun 2019. Musamus Journal of Livestock Science

persentase jumlah telur yang subur atau bertunas dengan banyaknya telur yang ditetaskan (Dudung, 1990).Rataan persentase fertilitas pada berbagai perlakuan tertera pada Tabel 1. Hasil analisis Statestik menunjukan bahwa perlakuan berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap persentase fertilitas.

Tabel 1. Rata-rata Persentase Fertilitas untuk Masing-masing Perlakuan Ulangan P e r l a k u a n A B C D --- Persen (%) --- 1 80,00 100,00 93,33 46,66 2 86,66 93,33 80,00 66,66 Jumlah 166,66 193,33 173,33 113,32 Rata - rata 83,33 a 96,66a 86,66a 56,66a

Hasil Uji Beda Nyata Jujur menunjukan bahwa fertilitas pada perlakuan B ratio jantan dan betina (1:7) lebih tinggi (P<0,05) dibandingkan perlakuan D akan tetapi sama (P>0,05) dengan perlakuan A dan C. Tingginya fertilitas telur pada ketiga kelompok ratio (1:5), kelompok ratio (1:7) dan kelompok ratio (1:9) berkisar antara 83,33 % sampai 96,66 % mencerminkan pejantan mempunyai kemampuan mengawini betina sehingga telur-telur yang dihasilkan banyak yang fertile (berembrio). Fertilisasi adalah persekutuan antara sperma dan ovum, dimana proses ini terjadi didalam infundibulum pada alat reproduksi betina dan sperma yang dihasilkan dapat mempertahankan kemampuan membuahi dalam jangka waktu yang lama yaitu sekitara 15 menit setelah ovulasi, sehingga menjamin fertilitas yang tinggi (Muljaniati, E., 1983., Sartika, T. 2012., Mansjoer, S.S. dan H. Martoyo. 1977). Hal ini berbeda dengan kelompok ratio (1:11) yang fertilitasnya lebih rendah disebabkan karena jumlah betinanya banyak dan jantan yang dibutuhkan kurang sehingga ada betina yang tidak sempat dikawini, terlepas dari hal ini maka ada pejantan yang senang pada beberapa betina tertentu saja akibatnya menghasilkan telur tetas yang tidak dibuahi atau tidak fertile ditandai dengan adanya telur-telur yang tidak berembrio (Rasyaf,M., 1984).

3.2. Daya Tetas

Rataan persentase daya tetas pada berbagai kelompok ratio jantan dan betina tertera pada tabel 2. Hasil uji Beda Nyata Jujur membuktikan pengaruh perlakuan B berbeda nyata (P< 0,05) terhadap perlakuan C dan berbeda sangat nyata terhadap perlakuan A dan D, perlakuan C berbeda tidak nyata (P > 0,05) terhadap perlakuan A dan D. Daya tetas pada perlakuan A dan D paling rendah ( P> 0,01) dibanding dengan perlakuan B dan C (P<0,05).

(4)

26 Vol.2 No.1 Tahun 2019. Musamus Journal of Livestock Science

Tabel 2. Rata-rata Persentase Daya Tetas untuk Masing-masing Perlakuan Ulangan P e r l a k u a n A B C D --- Persen (%) --- 1 58,33 93,33 64,29 57,14 2 46,15 100,00 83,33 30,00 Jumlah 104,48 193,33 147,62 87,14 Rata - rata 52,24 96,66 73,81 43,57

Uji Beda Nyata Jujur menunjukan bahwa Daya Tetas pada perlakuan B dan C paling tinggi (P< 0,05) dibandingkan dengan perlakuan A dan D akan tetapi diantara perlakuan C tidak berbeda nyata ( P> 0,05) dengan perlakuan A dan D. Peningkatan daya tetas telur ayam kampung dihitung berdasarkan persentasi jumlah telur yang menetas menjadi anak-anak ayam dari sejumlah telur yang bertunas (Rasyaf,M., 1984 dan Rasyaf,M., 1989).

Peningkatan ini juga terjadi karena waktu proses perkawinan berlangsung belum terbentuknya kerabang telur sehingga sperma yang masuk dan adanya kontraksi mukosa oviduct yang tidak saling berkontraksi antara ovoposisi telur dengan laju sperma ke infundibulum yang menyebabkan fertilisasi yang sempurna akibatnya menghasilkan daya tetas yang tinggi. Rendahnya daya tetas telur diduga adanya kontraksi oviduct yang saling kontradiksi antara ovoposisi dari telur dengan lajunya erosi sperma dari uterovaginal junction ke infundibulum menyebabkan kegagalan daya tetas (Murtidjo, B.A. 1992 dan Nalbandof , A.V., 1979) selain itu juga tidak semua telur yang dibuahi sperma dapat dijadikan telur tetas karena ada telur yang dibuahi tetapi mempunyai kandungan embrionya semilethal, sehingga bila ditetaskan akan mengalami mortalitas selama inkubasi (Rasyaf,M., 1984)

4. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kelompok perkawinan dengan ratio jantan dan betina (1:7), ratio (1:5) dan ratio (1:9) memiliki persentase fertilitas yang lebih baik bila dibandingkan dengan ratio (1:11). Ratio (1:7) dan ratio (1: 9) dengan persentase daya tetas yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan ratio (1:5) dan ratio (1:11).

DAFTAR PUSTAKA

Card,L.E dan M.C. Nessheim,1972. Poultry production.9t h Ed. Lea and Febringer, Philadelphia.

Djanah, D .1988. Beternak Ayam dan Itik. Cetakan kesebelas. C.V Yasaguna. Jakarta. Djanah, D., 1984. Beternak Ayam dan Itik. Cetakan kesebelas. C.V Yasaguna. Jakarta Dudung, 1990. Memelihara Ayam Kampung Sistim Battery.Cetakan III. PT. penebar

Swadaaya, Bandung.

Muljaniati, E., 1983. Pengaruh Sistim Perkawinan Terhadap Bobot Telur Tetas, Fertilitas, Daya Tetas Dan Bobot Tetas Ayam Kampung. Karya Ilmiah Jurusan Peternakan Fakultas pertanian, Institut Pertanian Bogor Indonesia. (tidak dipublikasikan)

(5)

27 Vol.2 No.1 Tahun 2019. Musamus Journal of Livestock Science

Murtidjo, B.A. 1992. Mengelola ayam Buras.Kanisius. Yogyakarta

Nalbandof, A.V., 1979. Fisiologi Reproduksi pada Mamalia dan Unggas (Fisiologi Komperatif pada Hewan Domestikasi dan laboratorium serta Manusia). Universitas Indonesia, Jakarta.

North, M.O. (1978). Commersial Chiken Production Manual.2rdEd. AVI publishing Co. Conecticut. USA

Paimin, F.B 2011. Ragam Jenis, Cara Membuat, Teknik Mengelola MesinTetas. Penebar Swadaya Jakarta

Rasyaf,M., 1984. Pengelolaan Penetasan. Yayasan Kanisius, Yokyakarta.

Rasyaf,M., 1989. Beternak ayam Kampung Sistim Battery.Yayasan Kanisius,Yokyakarta Rasyaf, M., 1991. Beternak Ayam Buras. Cetakan III.Yayasan Kanisius, Yokyakarta.

Suprapto, 1986. Teknik Moderen Beternak Ayam Buras dan Penetasan. Cetakan Pertama .CV.Yasaguna Kanisius, Jakarta.

Sartika, T. 2012. Ketersediaan Sumberdaya Genetik Ayam Lokal Dan Strategi Pengembangannya Untuk Pembentukan Parent Dan Grand Parent Stock. Workshop Nasional Unggas Lokal. Balai Penelitian Ternak, Bogor.

Mansjoer, S.S. dan H. Martoyo. 1977. Produktivitas ayam kampung dan ayam silangan F1(kampung x RIR) pada pemeliharaan dalam kandang. Laporan penelitian. Fakultas Peternakan IPB, Bogor.

Permana, E. A. 2007. Karakteristik Telur Tetas Ayam Arab Betina Hasil Inseminasi Buatan Dengan Pejantan Ayam Arab, Pelung dan Wareng. Tangerang. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor: Bogor.

Gunawan, H. 2001. Pengaruh bobot telur terhadap daya tetas serta hubungan antara bobot telur dan bobot tetas. [skripsi]. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor: Bogor.

Sinabutar, M. 2009. Pengaruh frekuensi inseminasi buatan terhadap daya tetas telur itik lokal yang di inseminasi buatan dengan semen entok.[Skripsi]. Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara. Medan.

Septiwan, R. 2007. Respon produktivitas dan reproduktivitas ayam kampung dengan umur induk yang berbeda. [Skripsi]. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor: Bogor.

Gambar

Tabel 1. Rata-rata Persentase Fertilitas untuk Masing-masing Perlakuan
Tabel 2. Rata-rata Persentase Daya Tetas untuk Masing-masing Perlakuan

Referensi

Dokumen terkait

Di Provinsi Riau telah terjadi Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di beberapa lokasi, selain pemadaman darat, juga telah dilakukan pemadaman dari udara menggunakan

Proporsi konsumsi makanan individu yang baik dilihat dari kelompok umur, jenis kelamin, wilayah tempat tinggal, tingkat pendidikan dan tingkat ekonomi berdasarkan

Sedangkan anggota kelompok UPPKS terdiri dari para peserta KB (khususnya keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I), keluarga yang belum menjadi peserta KB, remaja,

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, distribusi obat-obatan merupakan

Namun, informasi tersebut memang termasuk dalam laporan, yang mungkin menginformasikan asesmen atau keputusan yang dibuat oleh para pemangku kepentingan atau mendukung

Dalam menyusun Tugas Akhir/ Skripsi , disamping mengikuti aturan penulisan, mahasiswa harus memahami tentang metodologi penelitian dan penulisan karya ilmiah.Untuk

Liga menilai bahwa konflik internal yang terjadi di Suriah tidak hanya berdampak pada kondisi politik dan ekonomi di negara itu, tetapi juga akan memberikan dampak negatif

Dengan beranggotakan mahasiswa-mahasiswa Telkom University, Citizen Telkom berkembang menjadi komunitas yang telah membuktikan keseriusannya dalam berorganisasi.Ini