• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Risk Based Capital dan Early Warning System terhadap Harga Saham (Studi Empiris pada Perusahaan Asuransi yang Listing di BEI Tahun 2008 - 2012)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Risk Based Capital dan Early Warning System terhadap Harga Saham (Studi Empiris pada Perusahaan Asuransi yang Listing di BEI Tahun 2008 - 2012)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Risk Based Capital dan Early Warning System Terhadap Harga Saham

(Studi Empiris pada Perusahaan Asuransi yang Listing di BEI tahun 2008 - 2012)

By:

Tania Hapsari Desmiyawati Yessi Mutia Basri

Faculty of Economic RiauUniversity, Pekanbaru, Indonesia

e-mail: thapsari.tania@yahoo.com

Ratio Analysis of Financial Risk Based Capital and Early Warning System on Stock Price (Empirical Research on Insurance Companies Listed

on the Stock Exchange in 2008 – 2012) ABSTRACT

This research aimed to examine the effect of Financial Risk Based Capital Ratio and Early Warning System consisting of; Claims Expense Ratio, Liquidity Ratio, Agents Balance to Surplus Ratio and Growth Rate on Stock Price Premiums on insurance companies listed on the Stock Exchange in 2008-2012.

The population in this research is the insurance company listed on the Indonesia Stock Exchange in the year 2008-2012. There are 11 insurance companies listed on the Indonesia Stock Exchange in the year 2008-2012. Based on purposive sampling method was obtained 9 Insurance companies as samples in this study. This research was conducted with the multiple linear regression method, the processing of data using SPSS for Windows version 20.

The result of this research showed that liquidity ratio significantly affect the stock price on the insurance companies listed on the Stock Exchange 2008-2012 period. But the risk-based ratio, the ratio of claims expenses, agents balance to surplus ratio and the ratio of premium growth did not significantly affect the stock price on the insurance companies listed on the Stock Exchange 2008-2012 period.

As for the test results showed that the coefficient of determination value of

Adjusted R2 of the model research was 0.763. The condition means that the

independent variables are risk-based capital ratio, the ratio of claims expenses, liquidity ratio, the ratio of agents to balance the surplus and premium growth rate of 76% has effect on the dependent variable is the stock price on the insurance companies listed on the Stock Exchange in 2008 -2012. As for the rest, 24% are influenced by variables or other factors not examined in this research.

Keywords: Financial Risk Based Capital Ratios, Financial Ratios Early Warning System,Claims Expense Ratio, Liquidity Ratio, Agents Balance to Surplus Ratio, Premium Growth Ratio, Stock Price.

(2)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Industri asuransi merupakan suatu industri yang bergerak dibidang jasa yang bersifat intangible

(Silvanita, 2009). Produk asuransi yang dipasarkan oleh perusahaan asuransi merupakan suatu janji yang dituangkan di dalam suatu polis, dimana perusahaan asuransi bersedia untuk melakukan pembayaran sejumlah manfaat tertentu kepada pemegang polis atau ahli waris atas suatu kejadian, sepanjang pemegang polis tersebut memenuhi kewajibannya dalam pembayaran premi dan ketentuan yang berlaku (Salim, 2007).

Meninjau akan manfaat dan pentingnya asuransi, industri asuransi masih memiliki pontensi pasar yang besar. Hal ini dapat tercermin dari data yang direalese kompas.com per 3 Mei 2013, bahwa dari 240 juta jiwa penduduk Indonesia hanya 4,5% atau 11 juta jiwa yang telah memiliki asuransi jiwa. Oleh sebab itu, industri asuransi diproyeksikan akan terus berkembang. Pertumbuhan ini diharapkan berkontribusi positif terhadap ekonomi dalam negeri.

Dalam kegiatan transaksi di Bursa Efek Indonesia (BEI), asuransi merupakan salah satu usaha yang cukup menjanjikan untuk diperjual belikan sahamnya. Dalam lima tahun terakhir, kinerja keuangan industri asuransi nasional memberikan tren positif dengan pertumbuhan yang cukup tinggi (www.kemenkeu.go.id). Peningkatan terhadap jumlah investasi dalam industri asuransi Indonesia dapat diketahui dari pernyataan Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) yang menyatakan total nilai investasi pada industri asuransi pada tahun 2012 mengalami pertumbuhan sebesar 25,55% dari

tahun sebelumnya. Dari total investasi ini 75,49% ditempatkan pada instrumen pasar modal, seperti saham, obligasi, SUN dan reksa dana. Penempatan dana investasi pada pasar modal ini tumbuh 21,17% dibandingkan tahun sebelumnya

Salah satu indikator yang menunjukkan bahwa suatu perusahaan dapat dipercaya adalah harga saham perusahaan tersebut. Penentuan harga saham di pasar modal secara objektif dipengaruhi oleh kekuatan permintaan dan penawaran. Terdapat dua cara yang banyak digunakan untuk melakukan analisis investasi dalam bentuk saham, yaitu analisis fundamental dan analisis teknis (Hartono, 2010). Analisis fundamental merupakan hal dasar yang perlu dilakukan sebelum bertransaksi (Tan, 2008). Faktor fundamental dalam perusahaan asuransi tercermin dalam rasio keuangan Risk Based Capital (RBC)

dan Early Warning System (EWS).

Berdasarkan Keputusan Mentri Keuangan No.424/KMK 06/2003 industri asuransi wajib memenuhi tingkat solvabilitas yang dihitung dengan menggunakan Risk

Based Capital (RBC). RBC

merupakan indikator kesehatan perusahaan asuransi yang menggambarkan kemampuan perusahaan asuransi dalam menanggung segala resiko klaim.

Rasio keungan Early

Warning System adalah alat yang

digunakan untuk menganalisis laporan keuangan perusahaan asuransi. EWS merupakan tolak ukur perhitungan dari The National Association of Insurance

Commissioners (NAIC) atau

lembaga badan usaha asuransi Amerika Serikat dalam mengukur

(3)

kinerja keuangan dan menilai tingkat kesehatan perusahaan asuransi (Kurniawan, 2006). Sistem ini menghasilkan rasio-rasio keuangan yang hampir sama dengan rasio keuangan pada umumnya yang terdiri dari rasio likuiditas, rasio leverage dan rasio profitabilitas. Namun karena adanya beberapa perbedaan karakteristik perusahaan asuransi dengan perusahaan pada umumnya, beberapa rasio tertentu perlu disesuaikan. Rasio EWS antara lain terdiri dari; rasio beban klaim, rasio likuiditas, rasio agents balance

to surplus dan rasio pertumbuhan

premi sebagai variabelnya (Merawati, 2002).

RBC yang merupakan rasio solvabilitas dan EWS yang terdiri dari keempat variabel yang

dijelaskan sebelumnya menggambarkan kinerja keuangan

perusahaan asuransi dan diduga berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan asuransi yang

listing di BEI. Kelima variabel

tersebut merupakan beberapa faktor yang akan mempengaruhi kepercayaan investor untuk membeli saham yang ditawarkan oleh perusahaan asuransi. Kondisi tersebut akan mendorong adanya pilihan kepercayaan dan peningkatan permintaan dari investor (ceteris

paribus). sehingga apabila

kepercayaan semakin baik akan meningkatkan permintaan saham perusahaan yang berdampak pada peningkatan harga saham dan begitu juga sebaliknya (Suharli, 2009). Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Bodie et al. (2009:244) yang

menyatakan bahwa ketika perusahaan mempunyai peluang investasi yang baik, maka pasar akan menghargainya dengan lebih tinggi.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Kurniawan (2006) yang meneliti pengaruh rasio EWS yang terdiri dari rasio beban klaim, rasio likuiditas, rasio agents

balance to surplus dan rasio

pertumbuhan premi terhadap harga saham. Kemudian dalam penelitian ini, peneliti mencoba menambahkan satu variabel independen lain yang merupakan rasio solvabilitas, yang pada industri asuransi dihitung dengan RBC. Untuk variabel solvabilitas ini direplikasi dari penelitian Jenny (2011).

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1)Apakah rasio risk based capital

berpengaruh terhadap harga saham?

(2)Apakah rasio beban klaim berpengaruh terhadap harga saham?

(3)Apakah rasio likuiditas berpengaruh terhadap harga saham?

(4)Apakah rasio agents balance to

surplus berpengaruh terhadap

harga saham?

(5)Apakah rasio pertumbuhan premi berpengaruh terhadap harga saham?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah pada uraian sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh rasio

risk based capital, rasio beban klaim,

rasio agents balance to surplus, dan

rasio pertumbuhan premi terhadap harga saham pada perushaan asuransi yang listing di BEI tahun 2008-2012.

(4)

TINJAUAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Asuransi

Manurung et. al (2009:163)

perusahaan asuransi adalah bisnis dimana risiko nasabah ditukar dengan suatu premi. Perusahaan asuransi memperoleh laba dengan membebankan premi yang cukup untuk membayar ekspektasi klaim pada perusahaan ditambah laba tertentu.

Efficient Market Theory

Pasar yang efisien merupakan suatu pasar bursa dimana efek yang diperdagangkan merefleksikan semua informasi yang mungkin terjadi dengan cepat dan akurat. Konsep pasar yang efisien ini menyatakan bahwa investor selalu memasukkan faktor informasi yang tersedia dalam keputusan mereka sehingga terefleksi pada harga yang mereka transaksikan (Martalena et. al, 2011). Para pemodal sangat cepat

bereaksi terhadap informasi yang tersedia dan baru, sehingga menyebabkan harga efek-efek melakukan penyesuaian secara cepat dan akurat. Upaya untuk menentukan harga saham yang seharusnya ditentukan oleh konsep Efficient Market Theory (Kodrat et. al, 2010). Pasar Modal

Pengertian pasar modal secara umum yaitu suatu sistem keuangan yang terorganisir, termasuk di dalamnya adalah adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara di bidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar (Martalena et. al,

2011). Secara sempit pasar modal bisa diartikan sebagai tempat antara penjual dan pembeli, dimana produk yang diperdagangkan berupa saham, obligasi dan jenis surat berharga lainnya (Fahmi et. al, 2011).

Saham

Menurut Habib (2008:106) saham pada dasarnya adalah surat bukti pemilikan atas suatu perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas (PT). Fahmi et. al.

(20011:68) menjelaskan bahwa dalam pasar modal ada dua jenis saham yang paling umum dikenal publik yaitu saham biasa (common stock) dan saham preferen. (preferred stock).

Harga Saham

Martalena et. al (2011:99) harga

saham merupakan pencerminan dan besarnya pengorbanan yang harus dilakukan oleh setiap investor untuk penyertaan dalam perusahaan. Investor akan memperhatikan faktor-faktor yang akan mempengaruhi harga saham jika mereka ingin berinvestasi (Jenny, 2011).

Faktor-faktor Penggerak Harga Saham

Menurut Arifin (2007:115), terdapat beberapa faktor yang menjadi salah satu daya yang memicu berfluktuasinya harga saham. Ada yang bersifat mikro, ada juga yang bersifat makro. Yang dimaksud dengan faktor mikro adalah faktor-faktor yang dampaknya hanya terhadap beberapa jenis saham saja. Sedangkan faktor makro adalah faktor penyebab yang berdampak pada semua saham (keseluruhan bursa) termasuk juga perekonomian secara menyeluruh. Faktor-faktor tersebut adalah; kondisi fundamental emiten, hukum permintaan dan penawaran, tingkat suku bunga (SBI), valuta asing, dana asing di bursa, indeks harga saham gabungan (IHSG), news dan rumors.

Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan khusus mencurahkan perhatian pada perhitungan rasio-rasio kinerja

(5)

keuangan agar mudah dievaluasi keadaan keuangan suatu perusahaan baik masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang (Subramanyam dan John, 2010).

Subramanyam dan John (2010) menjelaskan bahwa salah satu alat analisis laporan keuangan yaitu analisis rasio. Analisis rasio menyatakan hubungan matematis antara dua kuantitas yang mengacu pada hubungan ekonomis yang penting. Analisis rasio merupakan salah satu alat analisis keuangan yang paling popular dan banyak digunakan. Setiap rasio keuangan digunakan untuk analisis yang berbeda, bergantung pada tujuan dan kepentingannya, ada yang fokus pada operasional perusahaan, return

investasi, pertumbuhan, dan ada pula pada hutang (Habib, 2008). Subramanyam dan John (2010) menjelaskan terdapat enam rasio keuangan yang digunakan dalam analisis laporan keuangan yaitu:rasio likuiditas, rasio solvabilitas/leverage,

rasio aktivitas, rasio profitabilitas,

rasio pertumbuhan, rasio nilai pasar.

Sharpe et al. (2006:278),

menjelaskan bahwa jenis rasio yang dipertimbangkan tergantung pada tujuan analisis. Secara umum, para analis yang berkepentingan dengan sekuritas ekuitas perusahaan akan melihat ke rasio yang berkaitan dengan Return on Equity (ROE)

perusahaan. Analis yang memandang perusahaan dari sudut pandang kreditur akan berfokus pada pengukuran likuiditas dan kapasitas pelunasan hutang.

Risk Based Capital (RBC)

Risk Based Capital/batas

tingkat solvabilitas adalah suatu jumlah minimum tingkat solvabilitas yang ditetapkan, yaitu sebesar jumlah dana yang dibutuhkan untuk

menutup risiko kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari deviasi pengelolaan kekayaan dan kewajiban (Keputusan Mentri Keuangan No.424/KMK 06/2003). Dalam Pasal 2 Kepmenkeu 424/2003 diatur mengenai batasan tingkat solvabilitas:

(1)Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi setiap saat wajib memenuhi tingkat solvabilitas paling sedikit 120 % (seratus dua puluh perseratus) dari risiko kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari deviasi dalam pengelolaan kekayaan dan kewajiban.

(2)Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi yang tidak memenuhi ketentuan tingkat solvabilitas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), namun memiliki tingkat solvabilitas paling sedikit 100% (seratus perseratus),diberikan kesempatan melakukan penyesuaian dalam jangka waktu tertentu untuk memenuhi ketentuan tingkat solvabilitas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

Rasio RBC merupakan suatu ukuran yang menginformasikan tingkat keamanan finansial atau kesehatan suatu perusahaan asuransi. Semakin besar rasio kesehatan RBC sebuah perusahaan asuransi, semakin sehat kondisi finansial perusahaan tersebut. RBC merupakan salah satu komponen dalam posisi permodalan. Posisi permodalan perusahaan adalah salah satu penentu terpenting dari posisi finansial dan mencerminkan kemampuannya untuk menghasilkan pertumbuhan yang dapat dipertahankan maupun untuk menyerap naik turunnya hasil usaha

(6)

permodalan ini juga penting dilihat dalam sudut pandang persyaratan solvabilitas menurut peraturan yang ditetapkan. Permodalan yang kuat

meningkatkan kemampuan perusahaan yang bersangkutan untuk

bertahan saat mengalami tekanan fnansial dan memberikan fleksibilitas finansial yang lebih besar. Perusahaan-perusahaan asuransi di Indonesia harus melaporkan rasio RBC mereka ke Pemerintah secara kwartalan dengan ketentuan minimum bagi rasio tersebut adalah 120%.

Masfuhah (2005) meneliti mengenai analisa kinerja keuangan perusahaan asuransi yang go public

di BEJ dengan menggunakan beberapa alat analisis, diantaranya adalah analisis solvabilitas yang terdiri dari RBC dan debt ratio.

Early Warning System (EWS) Kurniawan (2006) Early

Warning System adalah rasio yang

dapat digunakan untuk menganalisis laporan keuangan perusahaan asuransi dan mengolahnya menjadi informasi yang berguna untuk dijadikan suatu sistem pengawasan bagi kinerja keuangan perusahaan asuransi. Rasio EWS dijelaskan oleh

beberapa indikator yaitu rasio profitabilitas dijelaskan oleh rasio beban klaim, rasio likuiditas dijelaskan oleh rasio likuiditas, rasio penerimaan premi dijelaskan oleh rasio pertumbuhan premi (Kurniawan, 2006).

Pengaruh Rasio Risk Based Capital (RBC) terhadap Harga Saham

RBC merupakan suatu ukuran yang menginformasikan tingkat keamanan finansial atau kesehatan suatu perusahaan asuransi. Pengaruh profil risiko yang dalam perusahaan asuransi diukur pada RBC terhadap harga saham dapat

dijelaskan dengan efficient market

theory. Wild (2008) menyatakan

Efficient Market Theory merupakan

teori dasar dari karakteristik suatu pasar modal yang efisien dimana terdapat pemodal-pemodal yang berpengetahuan luas dan informasi tersedia secara luas kepada para pemodal sehingga mereka bereaksi secara cepat atas informasi baru yang akhirnya menyebabkan harga saham menyeseuaikan secara cepat dan akurat.

Good news berupa

peningkatan RBC dari tahun ke tahun diharapkan dapat merevisi kepercayaan investor terhadap perusahaan. RBC yang semakin meningkat menunjukkan kemampuan perusahaan asuransi yang semakin baik dalam mengelola risikonya. Kepercayaan tersebut akan dapat merubah permintaan dan atau penawaran harga saham perusahaan asuransi yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap kenaikan harga saham perusahaan. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut:

H : Terdapat pengaruh rasio risk

based capital (RBC) terhadap

harga saham pada perusahaan asuransi yang listing di BEI.

Pengaruh Rasio Beban Klaim terhadap harga saham

Rasio Beban Klaim (RBK) digunakan untuk pengukuran profitabilitas pada industri asuransi. Rasio ini menunjukkan klaim yang terjadi pada industri asuransi dibandingkan dengan pendapatan premi yang diterima oleh industri asuransi. Dampak dari meningkatnya rasio beban klaim tercermin dalam peluang meningkatnya pertumbuhan premi tahun berjalan dibandingkan dengan rasio pertumbuhann premi

(7)

tahun lalu bagi industri asuransi, dimana hal ini dapat meningkatkan pula rasio pertumbuhan premi (Fitriani dan Dorkas, 2009). Kenaikan rasio ini mengindikasi kemampuan industri asuransi dalam meningkatkan rasio pertumbuhan premi. Hal ini karena masyarakat akan percaya dan menjadi lebih sadar akan pentingnya asuransi. Meningkatnya kesadaran berasuransi dan kepercayaan masyarakat akan meningkatkan minat beli yang juga akan mempengaruhi harga saham.

H : Terdapat pengaruh rasio beban klaim (RBK) terhadap harga saham pada perusahaan asuransi yang listing di BEI.

Pengaruh Rasio Likuiditas terhadap Harga Saham

Rasio likuiditas berfungsi untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam jangka pendek untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo (Bodie et al, 2009).

Perusahaan yang likuid akan

terhindar dari risiko gagal bayar

(default), sehingga risiko yang

ditanggung investor makin kecil. Peningkatan jumlah kewajiban perusahaan akan mendorong naiknya rasio likuiditas, yang berarti besarnya kewajiban yang ditanggung oleh perusahaan akan ikut mempengaruhi persepsi investor yang secara langsung akan berimbas terhadap saham perusahaan (Bodie et al,

2009).

Kelebihan likuiditas ditinjau dari pihak pemegang polis yaitu jika sewaktu-waktu pemegang polis menghentikan polisnya atau jika sudah jatuh tempo masa klaimnya, perusahaan asuransi dapat segera membayar klaim tersebut dengan cepat (Fitriani dan Dorkas, 2009). Semakin cepat perusahaan asuransi

melunasi klaim yang diajukan pemegang polis, maka semakin tinggi kemampuan likuiditasnya. Semakin besar tingkat kelebihan likuiditas perusahaan, semakin besar juga kemampuannya untuk menerima beban tambahan yang biasanya berupa klaim dari tertanggung.

H : Terdapat pengaruh rasio likuiditas (RL) terhadap harga saham pada perusahaan asuransi yang

listing di BEI.

Pengaruh Rasio Agents Balance to

Surplus terhadap Harga Saham Rasio agents balance to

surplus merupakan indikator untuk

mengukur tingkat solvabilitas perusahaan berdasarkan aset yang sering kali tidak bisa dicairkan pada saat likuidasi, yaitu tagihan premi langsung. Tagihan premi langsung yang seringkali sulit dikumpulkan akan mempengaruhi kinerja perusahaan apabila terjadi kondisi yang memerlukan pembayaran kewajiban secara langsung. Satria dalam Kurniawan (2006) menyatakan bahwa tingginya angka

agents balance to surplus ratio akan

mengancam likuiditas keuangan perusahaan. Sedangkan tingkat likuiditas akan mempengaruhi persepsi investor yang secara langsung akan berimbas terhadap saham perusahaan (Bodie et al,

2009).

H : Terdapat pengaruh rasio

agents balance to surplus (RABS)

terhadap harga saham pada perusahaan asuransi yang listing di

BEI.

Pengaruh Rasio Pertumbuhan Premi terhadap Harga Saham

Rasio pertumbuhan premi merupakan indikator perkembangan perusahaan dimasa mendatang. Rasio pertumbuhan premi yang semakin

(8)

meningkat akan menguntungkan karena menambah pendapatan bagi perusahaan sehinggga pada gilirannya akan menarik investor. Rasio pertumbuhan mengukur kemampuan perusahaan untuk mempertahankan posisi ekonomisnya dalam pertumbuhan perekonomian dan dalam industri atau pasar produk tempatnya beroperasi (Bodie et al,

2009). Rasio pertumbuhan premi diharapkan tidak terlalu rendah karena dapat dianggap mencerminkan stagnasi dari

perusahaan sehingga dapat dianggap tidak berkembang. Akan tetapi, pertumbuhan jumlah premi yang terjadi secara tajam perlu mendapat perhatian khusus karena akan meningkatkan risiko bagi perusahaan akibat kemungkinan pembayaran klaim yang besar dan mendadak. H : Terdapat pengaruh rasio pertumbuhan premi (RPP)

terhadap harga saham pada perusahaan asuransi yang listing di

BEI.

METODOLOGI PENELITIAN Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang bergerak pada sektor asuransi yang listing di

Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2008-2012. Pemilihan sampel menggunakan metode puporsive sampling.

Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode studi pustaka, yaitu melalui pengkajian teori yang sesuai serta mempelajari literatur yang relevan dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian, mengunduh data laporan keuangan perusahaan sampel yang tersedia di situs Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu www.idx.co.id dan buku Indonesian Capital Market

Directory (ICMD) yang tersedia di

Pusat Informasi Pasar Modal (PIPM) Pekanbaru, Riau. Data yang dikumpulkan adalah data yang berhubungan dengan harga saham, laporan keuangan perusahaan asuransi dan rasio-rasio keuangan yang terkait dengan penelitian.

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Rasio Risk Based Capital (RBC)

Berdasarkan Keputusan Mentri Keuangan No.424/KMK 06/2003 industri asuransi wajib memenuhi tingkat solvabilitas yang dihitung dengan menggunakan Risk

Based Capital (RBC). Tingkat RBC

umum sebesar 120% dari resiko kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat deviasi dalam mengelola kekayaan dan kewajiban. Rasio solvabilitas yang dihitung dengan menggunakan RBC ini digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan asuransi dalam melanjutkan usahanya dimasa mendatang.

RBC Solvency Margin Minimum Solvency Margin Rasio Beban Klaim

Rasio Beban Klaim (RBK) digunakan untuk pengukuran profitabilitas pada perushaan asuransi. Rasio ini menunjukkan klaim yang terjadi pada industri asuransi dibandingkan dengan pendapatan premi yang diterima oleh industri asuransi. Dampak dari meningkatnya rasio beban klaim tercermin dalam peluang meningkatnya pertumbuhan premi tahun berjalan dibandingkan dengan rasio pertumbuhann premi tahun lalu

(9)

bagi industri asuransi, dimana hal ini dapat meningkatkan pula rasio pertumbuhan premi (Fitriani dan Dorkas, 2009).

RBK Beban Klaim Pendapatan Premi Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas berfungsi untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam jangka pendek untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo (Bodie et al, 2009).

Kelebihan likuiditas ditinjau dari pihak pemegang polis yaitu jika sewaktu-waktu pemegang polis menghentikan polisnya atau jika sudah jatuh tempo masa klaimnya, perusahaan asuransi dapat segera membayar klaim tersebut dengan cepat (Fitriani dan Dorkas, 2009). Semakin cepat perusahaan asuransi melunasi klaim yang diajukan pemegang polis, maka semakin tinggi kemampuan likuiditasnya. Semakin besar tingkat kelebihan likuiditas perusahaan, semakin besar juga kemampuannya untuk menerima beban tambahan yang biasanya berupa klaim dari tertanggung.

RL Aset Lancar Kewajiban Lancar Rasio Agents Balance to Surplus

Rasio ini mengukur tingkat solvabilitas perusahaan berdasarkan aset yang seringkali tidak bisa dicairkan pada saat likuidasi, yaitu tagihan premi langsung.

Tagihan Premi Langsung Total Modal, Cadangan Khusus, Laba

Rasio Pertumbuhan Premi

Kenaikan/penurunan yang tajam pada volume premi netto memberikan indikasi kurangnya tingkat kestabilan kegiatan perusahaan. Rasio ini memberikan indikasi keberhasilan perusahaan asuransi dalam menyelenggarakan kegiatan usahanya. Rasio ini juga dapat dijadikan input untuk menilai kesiapan, kemampuan dan kapasitas perusahaan dalam menghadapi pertumbuhan premi yang terlalu cepat.

RPP

Kenaikan atau Penurunan Premi Netto Premi Netto Tahun Sebelumnya

Metode Analisis Data

Untuk menguji hipotesis digunakan alat analisis regresi berganda, dengan alasan bahwa alat ini dapat digunakan sebagai model prediksi terhadap variabel dependen dengan beberapa variabel independen. Uji hipotesis tersebut dilakukan dengan program SPSS 20. Untuk itu diformulasikan model regresi berganda sebagai berikut:

Dimana:

Y : Harga Saham βo : Konstanta

β2 X1 :Rasio Risk Based Capital

β2 X2 : Rasio Beban Klaim

β3 X3 : Rasio Likuiditas

β4 X4: Rasio Agents Balance to Surplus

β5 X5 : Rasio Pertumbuhan Premi

e : Stochastic Disturbance

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengumpulan Data

Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan yang bergerak pada sektor asuransi yang listing di

Bursa Efek Indonesia tahun

2008-2012. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode

purposive sampling, yaitu

pengambilan sampel dengan kriteria tertentu. Terdapat 11 perusahaan

(10)

asuransi yang listing di Bursa Efek

Indonesia pada tahun 2008-2012. Berdasarkan proses seleksi diperoleh 9 perusahaan asuransi yang memenuhi syarat yang kemudian dipilih sebagai sampel dalam penelitian ini. Jumlah data yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 45 yang diperoleh dari 9 x 5 (perkalian dari jumlah perusahaan asuransi dengan jumlah tahun dalam pengamatan).

Hasil Analisis Deskriptif

Berdasarkan hasil analisis deskriptif, nilai rata-rata untuk variabel dependen harga saham

closing sebesar 514,16 dengan nilai

standar deviasi 450,987. Nilai rata-rata variabel independen rasio risk

based capital adalah 2,446582

dengan nilai standar deviasi 1,1069287. Nilai rata-rata variabel independen rasio beban klaim adalah 0,541122 dengan nilai standar deviasi 0,2858178. Nilai rata-rata variabel independen rasio likuiditas adalah 0,634020 dengan nilai standar

deviasi 0,2092944. Nilai rata-rata variabel independen rasio agents balance to surplus adalah 0,342613

dengan nilai standar deviasi 0,2213418. Nilai rata-rata variabel independen rasio pertumbuhan premi adalah 0,198604 dengan nilai standar deviasi 0,2038219.

Hasil Pengujian Normalitas Data

Uji normalitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji One Sample

Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan taraf

signifikansi 0,05. Pada hasil uji normalitas terlihat bahwa dari masing-masing variabel rasio risk

based capital, rasio beban klaim,

rasio likuiditas, rasio agents balance

to surplus, dan rasio pertumbuhan

premi memperoleh data pada asymp. Sig di atas 0,05. Dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel-variabel yang mempunyai asymp. Sig (2-tailed) di atas tingkat signifikan sebesar 0,05 maka diartikan bahwa variabel-varia bel tersebut memiliki distribusi normal.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Harga Saham Risk Based Capital Rasio Beban Klaim Rasio Likuiditas Rasio Agents Balance to Surplus Rasio Pertumbuhan Premi N 45 45 45 45 45 45

Normal Parametersa,b

Mean 514.16 2.446582 .541122 .634020 .342613 .198604 Std.

Deviation 450.987 1.1069287 .2858178 .2092944 .2213418 .2038219

Most Extreme Differences

Absolute .194 .175 .189 .160 .169 .099 Positive .194 .175 .189 .160 .169 .099 Negative -.152 -.136 -.164 -.090 -.145 -.071 Kolmogorov-Smirnov Z 1.299 1.174 1.269 1.072 1.136 .666 Asymp. Sig. (2-tailed) .068 .127 .080 .201 .151 .767 a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Sumber : Output SPSS

Hasil Pengujian Asumsi Klasik 1. Hasil Uji Multikoliniearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat korelasi antar variabel independen yang dipergunakan dalam penelitan ini.

Tolerance VIF 1 (Constant)

Rasio Risk Based Capital 0.484 2.066 Rasio Beban Klaim 0.550 1.819 Rasio Likuiditas 0.986 1.014 Rasio Agents Balance to Surplus 0.811 1.232 Rasio Pertumbuhan Premi 0.962 1.040 Collinearity Statistics Model

a. Dependent Variable: Harga Saham

(11)

Berdasarkan tabel diatas nilai

tolerance lebih dari 0,10 dan nilai variance inflation factor (VIF)

menunjukkan nilai kurang dari 10. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat

multikolinearitas antara variabel independen dalam model regresi.

2. Hasil Uji Heteroskedatisitas

Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED di mana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya). Berdasarkan grafik

sctterplot diketahui titik-titik menyebar secara acak baik diatas maupun di bawah nol pada sumbu Y dan tidak membentuk suatu pola tertentu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi sehingga model regresi dalam penelitian ini layak dipakai.

3. Hasil Pengujian Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada

periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Berdasarkan output spss,

angka Durbin-Watson setelah terjadi transformasi pada model regresi ini adalah sebesar 1,551. Batasan nilai Durbin-Watson yang tidak terjadi

autokorelasi yaitu antara -2 dan +2, maka dapat disimpulkan bahwa dari

angka Durbin-Watson tersebut tidak terjadi autokorelasi

baik positif ataupun negatif, sehingga

dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi.

Hasil Pengujian Hipotesis

Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) -911.243 168.680 -5.402 .000

Risk Based Capital 22.293 42.975 .055 .519 .607

Rasio Beban Klaim 296.835 156.177 .188 1.901 .065

Rasio Likuiditas 1882.215 159.263 .873 11.818 .000

Rasio Agents Balance to

Surplus -26.494 165.999 -.013 -.160 .874

(12)

Pengaruh Rasio Risk Based Capital (RBC) terhadap Harga Saham

Hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini adalah untuk menguji apakah rasio risk

based capital berpengaruh terhadap

harga saham. Dari hasil perhitungan SPSS 20 for Windows yang dapat dilihat pada tabel diatas bahwa t hitung untuk pengujian hipotesis ini adalah 0,519 sedangkan t tabel (n-k-1 = 45-5-1) adalah sebesar 2,023. Jadi t hitung < t tabel yaitu sebesar 0,519 < 2,023. Dari kolom signifikan diperoleh 0,607 yang berarti lebih besar dari derajat signifikan 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel rasio risk

based capital tidak berpengaruh

signifikan terhadap harga saham pada perusahaan asuransi yang

listing di BEI periode 2008-2012. Pengaruh Rasio Beban Klaim terhadap harga saham

Hipotesis kedua yang

diajukan dalam penelitian ini adalah untuk menguji apakah rasio beban klaim berpengaruh terhadap harga saham. Dari hasil perhitungan SPSS 20 for Windows yang dapat dilihat pada tabel diatas bahwa t hitung untuk pengujian hipotesis ini adalah 1,901 sedangkan t tabel (n-k-1 = 45-5-1) adalah sebesar 2,023. Jadi t hitung < t tabel yaitu sebesar 1,901 < 2,023. Dari kolom signifikan diperoleh 0,065 yang berarti lebih besar dari derajat signifikan 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel rasio beban klaim tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan asuransi yang listing di

BEI periode 2008-2012.

Pengaruh Rasio Likuiditas terhadap Harga Saham

Hipotesis ketiga yang

diajukan dalam penelitian ini adalah

untuk menguji apakah rasio likuiditas berpengaruh terhadap harga saham. Dari hasil perhitungan SPSS 20 for Windows yang dapat dilihat pada tabel diatas bahwa nilai t hitung untuk pengujian hipotesis ini adalah 11,818 sedangkan t tabel (n-k-1 = 45-5-1) adalah sebesar 2,023. Jadi t hitung > t tabel yaitu sebesar 11,818 > 2,023. Dari kolom signifikan diperoleh 0.000 yang berarti lebih kecil dari derajat signifikan 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel rasio likuiditas berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan asuransi yang listing di BEI periode

2008-2012.

Pengaruh Rasio Agents Balance to

Surplus terhadap Harga Saham Hipotesis keempat yang diajukan dalam penelitian ini adalah untuk menguji apakah rasio agents

balance to surplus berpengaruh

terhadap harga saham. Dari hasil perhitungan SPSS 20 for Windows yang dapat dilihat pada tabel diatas bahwa t hitung untuk pengujian hipotesis ini adalah -0,160 sedangkan t tabel (n-k-1 = 45-5-1) adalah sebesar 2,023. Jadi t hitung < t tabel yaitu sebesar -0.160 < 2,023. Dari kolom signifikan diperoleh 0,874 yang berarti lebih besar dari derajat signifikan 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel rasio agent balance to surplus tidak berpengaruh signifikan

terhadap harga saham pada perusahaan asuransi yang listing di

BEI periode 2008-2012.

Pengaruh Rasio Pertumbuhan Premi terhadap Harga Saham

Hipotesis kelima yang diajukan dalam penelitian ini adalah untuk menguji apakah rasio pertumbuhan premi berpengaruh terhadap harga saham. Dari hasil

(13)

perhitungan SPSS 20 for Windows yang dapat dilihat pada tabel diatas bahwa t hitung untuk pengujian hipotesis ini adalah 0,789 sedangkan t tabel (n-k-1 = 45-5-1) adalah sebesar 2,023. Jadi t hitung < t tabel yaitu sebesar 0,789 < 2,023. Dari kolom signifikan diperoleh 0,435 yang berarti lebih besar dari derajat signifikan 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel rasio pertumbuhan premi

tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan asuransi yang listing di

BEI periode 2008-2012.

Hasil Uji Hipotesis Secara Simultan (Uji F)

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 7069282.723 5 1413856.545 29.332 .000b

Residual 1879853.188 39 48201.364

Total 8949135.911 44

a. Dependent Variable: Harga Saham

b. Predictors: (Constant), Rasio Pertumbuhan Premi, Rasio Beban Klaim, Rasio Likuiditas, Rasio Agents Balance to Surplus, Risk Based Capital

Sumber : Output SPSS

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui nilai F hitung untuk pengujian hipotesis ini adalah 29,332 sedangkan F tabel (n-k-1 = 45-5-1) adalah sebesar 2,456. Jadi F hitung > F tabel yaitu sebesar 29,332 > 2,456 artinya terdapat pengaruh signifikan antara rasio RBC dan EWS secara bersama-sama terhadap harga saham. Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara simultan variabel rasio RBC dan EWS berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan asuransi yang listing di

BEI periode 2008-2012.

Hasil Uji Koefisien Determinasi (uji R2)

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa besar peranan variabel independen yaitu rasio risk based capital, rasio

beban klaim, rasio likuiditas, rasio

agents balance to surplus dan rasio

pertumbuhan premi secara bersama-sama menjelaskan perubahan yang terjadi pada variabel dependen yaitu harga saham. Santoso dalam Priyatno

(2009) menyatakan bahwa untuk regresi dengan lebih dari dua variabel independen digunakan Adjusted R2 sebagai koefisien determinasi. Adjusted R2 adalah nilai R Square yang telah disesuaikan, nilai ini selalu lebih kecil dari R Square (Priyatno, 2009:81). Karena dalam penelitian ini menggunakan variabel independen lebih dari dua variabel maka digunakan Adjusted R2 sebagai koefisien determinasi.

Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .889a .790 .763 219.548 1.551

a. Predictors: (Constant), Rasio Pertumbuhan Premi, Rasio Beban Klaim, Rasio Likuiditas, Rasio Agents Balance to Surplus, Risk Based Capital

b. Dependent Variable: Harga Saham

Sumber : Output SPSS

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa hasil perhitungan analisis regresi pada model summary diketehui nilai Adjusted R2 dari model penelitian sebesar 0,763. Kondisi tersebut berarti bahwa variabel-variabel independen yaitu rasio risk based

(14)

capital, rasio beban klaim, rasio

likuiditas, rasio agents balance to surplus dan rasio pertumbuhan premi

memiliki pengaruh sebesar 76% terhadap variabel dependennya yaitu harga saham pada perusahaan

asuransi yang listing di BEI tahun

2008-2012. Sedangkan sebebihnya, sebesar 24% dipengaruhi oleh variabel–variabel atau faktor–faktor lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial (Uji t); rasio likuiditas secara signifikan berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan asuransi yang listing di BEI periode

2008-2012. Namun rasio risk based,

rasio beban klaim, rasio agents

balance to surplus dan rasio

pertumbuhan premi tidak secara signifikan berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan asuransi yang listing di BEI periode

2008-2012.

Sedangkan untuk hasil pengujian koefisien determinasi menunjukan bahwa nilai Adjusted R2 dari model penelitian sebesar 0,763. Kondisi tersebut berarti bahwa variabel-variabel independen yaitu rasio risk based capital, rasio beban

klaim, rasio likuiditas, rasio agents

balance to surplus dan rasio

pertumbuhan premi memiliki

pengaruh sebesar 76% terhadap variabel dependennya yaitu harga saham pada perusahaan asuransi yang listing di BEI tahun 2008-2012.

Sedangkan selebihnya, sebesar 24% dipengaruhi oleh variabel–variabel atau faktor–faktor lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka penulis mengajukan saran yang diharapkan dapat menjadi masukan yang berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan:

(1)Peneliti selanjutnya disarankan menambah variabel penelitian lainnya yang dapat mempengaruhi harga saham pada perusahaan asuransi.

(2)Peneliti selanjutnya disarankan menggunakan seluruh indikator rasio yang belum digunakan untuk mengetahui pengaruh rasio EWS terhadap harga saham.

DAFTAR PUSTAKA

Apsari, Citra. 2012. Analisis Pengaruh Rasio Early Warning System dan Rasio Sistematik terhadap Harga Saham pada Perusahaan

Asuransi Kerugian yang

Terdaftar di BEI. Artikel

Ilmiah. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas.

Bodie, Zvi, Kane Alex dan Alan Marcus. 2009. Investasi Edisi

6. Salemba Empat. Jakarta.

Fitriani, Anggi dan Apriani Dorkas, 2009. Tinjauan Empiris

Terhadap Kinerja

Industri Asuransi yang Go Public di BEI Periode

2008. Jurnal. Fakultas

Ekonomi dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga.

Hartono, Jogiyanto. 2010. Teori Portofolio dan Analisis

Investasi. Edisi 7. BPFE

(15)

Jenny. 2011. Pengaruh Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham pada

Perusahaan Food and

Beverage Peride 2006-2009.

Skripsi. Universitas Riau. Kasmir. 2013. Analisis Laporan

Keuangan. Raja Grafindo

Persada. Jakarta. Kirmizi dan Susi Surya Agus. 2011.

Pengaruh Pertumbuhan Moda ldan Aset

Terhadap Rasio Risk

Based Capital (RBC),

Pertumbuhan Premi Neto dan

Profitabilitas Perusahaan

Asuransi Umum di Indonesia.

Jurnal. Universitas Riau.

Kurniawan, Siswandaru. 2007.

Analisis Pengaruh Rasio – Rasio Early Warning System dan Tingkat Suku Bunga SBI Terhadap Harga Saham

(Studi Empiris Pada

Perusahaan Asuransi di BEJ

Tahun 2003 – 2006). Tesis.

Universitas Diponegoro Semarang.

Martalena dan Maya Malinda. 2011.

Pengantar Pasar Modal.

Penerbit Andi.

Yoygakarta.

Masfuhah. 2005. Analisa Kinerja

Keuangan pada Perusahaan

Asuransi yang Go Publik

di Bursa Efek Jakarta.

Merawati, Endang Etty. 2002.

Penilaian Perusahaan Asuransi Dengan Risk Based Capital dan Early

Warning System. Universitas

Pancasila.

Priyatno, Dwi. 2009. Mandiri Belajar SPSS untuk Analisis Data dan Uji Statistik

Bagi Mahasiswa dan Umum.

Mediakom. Yogyakarta.

Salim, Abbas. 2007. Asuransi dan

Manajemen Resiko. PT Raja

Grafindo Persada.

Jakarta.

Sasiarto, Syaeful Ridlo. 2011.

Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Early Warning System Terhadap Tingkat Solvabilitas sebagai ukuran

kesehatan perusahaan

asuransi kerugian yang

terdaftar di Bursa Efek

Indonesia periode

2009. Abstrak. Universitas

Diponegoro.

Silvanita, Ktut. 2009. Bank dan

Lembaga Keuangan Lain.

Erlangga. Jakarta. Siregar, Ratauli. 2011. Analisis Rasio

Keungan Early Warning

System Terhadap Harga

Saham pada Perusahaan Asuransi yang Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia.

Skripsi. Universitas Sumatra Utara.

Tan, Inggrid. 2008. Stock Index Trading. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Subramanyam, K.R dan John J. Wild. 2008. Financial Statement Analysis, 10th edition. McGraw-Hill.

(16)

Referensi

Dokumen terkait

Di dalam aplikasinya di lapangan bagi petani atau kelompok tani, penggunaan mesin pencacah berikut SOP pembuatan kompos dengan bantuan bio-aktivator M-Dec merupakan kebutuhan

2. Debit sungai yang tinggi saat musim hujan. Penataan tata letak bangunan. Sterilisasi kawasan yang terlalu berdekatan dengan rel dan sungai. Perbaikan system air

SN: Walaupun mereka tidak mengerti akan maksud yang terkandung dalam simbol-simbol tersebut, tetapi mereka telah menerapkannya karena apa yang menjadi simbol dalam

JUDUL : FAKTOR ‘EPIGENETIK’ PICU KANKER MEDIA : KEDAULATAN RAKYAT. TANGGAL : 17

[r]

Alhamdulillah, Segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, hidayat serta inayahnya dan salam kepada Nabi Muhammad SAW sehingga penulis dapat

[r]

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember. 1