• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Waktu Kontak Dan Aktivasi Ampas Tebu Terhadap Kapasitas Adsorpsi Logam Cr Dan Mn

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Waktu Kontak Dan Aktivasi Ampas Tebu Terhadap Kapasitas Adsorpsi Logam Cr Dan Mn"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Waktu Kontak Dan Aktivasi Ampas Tebu

Terhadap Kapasitas Adsorpsi Logam Cr Dan Mn

Nesi Susilawati

1a)

, Florentina Andriyanie

1

1Palembang Institute for Industrial Research and Standardization, Ministry of Industry, Indonesia a)Corresponding/ Main Contributor :nesithree@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan ampas tebu sebagai adsorben untuk menurunkan kadar logam Cr dan Mn dalam air limbah laboratorium dan mempelajari kemampuan adsorpsi adsorben ampas tebu untuk menyerap logam Cr dan Mn dengan variasi waktu kontak. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Desain riset dari penelitian dengan tiga variasi waktu kontak dan dua perlakuan, yaitu ampas tebu tanpa aktivasi (A) dan ampas tebu dengan aktivasi (B). Aktivasi ampas tebu dengan menggunakan HNO3. Variasi waktu

kontak masing- masing perlakuan 1 jam, 2 jam dan 3 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu kontak dan aktivasi ampas tebu berpengaruh terhadap kapasitas adsorpsi logam Cr dan Mn limbah dan ampas tebu dapat digunakan sebagai adsorben untuk menurunkan kadar limbah logam Cr dan Mn. Kemampuan adsorpsi terbaik dari kedua perlakuan adalah ampas tebu dengan aktivasi (B) dan waktu kontak 3 jam yaitu 0,32 mg/g untuk logam Cr dan 0,0262 mg/g untuk logam Mn. Efektifitas kemampuan adsorpsi ampas tebu dengan variasi waktu kontak dan perlakuan aktivasi tertinggi adalah pada waktu 3 jam dan dengan perlakuan aktivasi, berturut-turut untuk parameter Mn yaitu sebesar 56,51 %

dan 17,21 untuk parameter Cr.

Kata kunci: Ampas tebu, adsorpsi, Chrom, mangan, waktu kontak, aktivasi

Abstract

The purpose of this research was to use sugarcane baggase as an adsorbent to reduce consentration of Cr and Mn in laboratory wastewater and study the adsorption ability of bagasse to adsorp Cr and Mn with contact time variation.This research was using experimental method. The design research was three variation of contact time and two treatment of bagasse, without activation (A) and with activation (B). Activation of sugarcane bagasse used HNO3. Contact time’s variation was 1 hours, 2 hours and 3 hours. The results showed that there were effect of contact time and activation of sugarcane bagasse to adsorption capacity of Cr and Mn metal and the sugarcane bagasse can be used as an adsorbent to reduce of Cr and Mn metal. The best adsorption ability was bagasse with activation (B) and contact time of 3 hours was 0,32 mg/g for Cr and 0,0262 for Mn. The highest effectiveness adsorption ability of sugarcane bagasse was 3 hours of contact time and with the activation treatment, respectively equal to 56,51% for Mn and 17,21% for Cr.

Keywords : bagasse, adsorption, chrom, mangan, contact time, activation

PENDAHULUAN

Pertimbangan biaya untuk pengolahan limbah merupakan salah satu alternatif yang perlu dipertimbangkan untuk memilih teknologi yang akan digunakan untuk pengolahan limbah. Salah satu cara penanganan limbah dalam lingkungan air adalah dengan mengadsorpsi limbah ke dalam suatu media. Adsorpsi dalam pengolahan limbah cair berperan penting untuk menurunkan kadar logam berat. Kation logam berat dalam limbah cair dapat diserap di permukaan adsorben sehingga konsentrasinya dalam larutan akan menurun. [1]. Penggunaan biomaterial dari limbah pertanian atau industri dapat digunakan sebagai alternatif adsorben dengan biaya rendah. Biomaterial mengandung gugus fungsi antara lain karboksi, amino, sulfat, polisakarida, lignindansulfihidrilyang mempunyai kemampuan penyerapan yang baik [2].

(2)

Berbagai kegiatan dapat dilakukan di laboratorium mulai dari persiapan bahan hingga pengujian, baik pengujian fisika, kimia maupun biologi. Kegiatan pengujian yang dilakukan di laboratorium dapat menghasilkan limbah cair yang bersifat kompleks yang terdiri dari sisa-sisa sample yang telah diuji ataupun air bekas cucian peralatan.

Permasalahan limbah laboratorium menjadi salah satu perhatian masyarakat. Limbah dari laboratorium banyak mengandung logam yang dapat membahayakan kehidupan makhluk hidup. Logam tersebut terdapat pada limbah yang dihasilkan serta sangat berbahaya bila ditemukan dalam konsentrasi tinggi pada lingkungan karena mempunyai sifat yang merusak jaringan tubuh makhluk hidup. Meskipun perkembangan laboratorium memperlihatkan adanya pengaruh positif, tetapi resiko pencemaran lingkungan tidak dapat diabaikan begitu saja, sehingga diperlukan adanya alternatif metode penanganan limbah dengan tujuan mengurangi bahkan menghilangkan logam-logam yang menyebabkan pencemaran lingkungan.Limbah laboratorium dapat dikategorikan limbah B3 karena mengandung logam-logam yang berbahaya. Limbah B3 harus melalui pengolahan limbah sebelum dibuang ke lingkungan atau badan air. Pengolahan limbah B3 merupakan suatu proses yang bertujuan untuk mengubah karakteristik dan komposisi limbah B3 untuk menghilangkan dan atau mengurangi sifat bahaya dan atau sifat racun. [13]. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain [12].

Dari data statistik Perkebunan Indonesia Tahun 2015, diketahui bahwa lahan perkebunan tebu di Indonesia saat ini seluas 454.171 hektar untuk luas tanam dan 445.460 hektar luas panen, dimana sebagian besar berada di Jawa dan Sumatera, dan sisanya berada di Sulawesi. Di Sumatera Selatan, luas kebun tebu adalah 22.251 hektar [8]. Ampas tebu adalah bahan sisa berserat dari batang tebu yang telah mengalami ekstraksi niranya dan banyak mengandung parenkim serta tidak tahan disimpan karena mudah terserang jamur. Selama ini ampas tebu belum dimanfaatkan secara maksimal. Serat sisa dan ampas tebu kebanyakan digunakan sebagai bahan bakar untuk menghasilkan energi yang diperlukan untuk pembuatan gula.

Beberapa penelitian yang pernah dilakukan pemanfaatan ampas tebu yaitu penelitian [4] dengan memanfaatkan ampas tebu untuk menurunkan kadar logam Pb dalam larutan air didapatkan hasil bahwa dengan waktu kontak 120 menit dan ukuran 50 mesh, arang aktif dapat menurunkan kadar Pb sebesar 72%.rasio arang aktif terhadap Pb (b/v) 1:10 mampu menyerap Pb(II) sebesar 65%. Penelitian [15] dengan memanfaatkan limbah ampas tebu dan serbuk kayu sebagai adsorben untuk pengolahan air limbah pewarnaan jeans, didapatkan hasil bahwa Adsorben ampas tebu dapat menurunkan kadar TSS sebesar 50%, kadar COD 28,55 % - 96,36 %. Penelitian [7] tentang potensi ampas tebu sebagai alternatif bahan baku pembuatan karbon aktif, khususnya adsorpsi Ca2+, didapatkan hasil bahwa karbon aktif terbaik diperoleh pada suhu karbonisasi 700oC dengan

aktivasi H2SO4 6 M. Penelitian [2], pemanfaatan arang ampas tebu sebagai adsorben ion logam Cd, Cr, Cu dan Pb dalam air limbah di dapatkan hasil penyerapan logam Cr sebesar 62,33% dengan kapasitas penyerapan 0,0374 mg/g.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh waktu kontak dan aktivasi ampas tebu terhadap kapasitas adsorpsi logam Cr dan Mn.

METODE PENELITIAN

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari ampas tebu, air, air limbah laboratorium, NaOH, HNO3, standar logam Cr dan Mn, kertas saring, larutan buffer pH, 4,7 dan 9.

Peralatan yang digunakan terdiri dari Spektrofotometer Serapan Atom, Neraca Analitik, pH meter, beaker glass, saringan plastik, corong gelas, erlenmeyer, peralatan gelas untuk pengujian logam, pengaduk.

Prosedur

Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat eksperimen, yang dilakukan dalam skala laboratorium. Prosedur penelitian terdiri dari preparasi sampel, penyerapan logam Cr dan Mn menggunakan ampas tebu dan pengujian.

Preparasi sampel

[12]

Preparasi ampas tebu tanpa aktivasi (Kode A), ampas tebu dibersihkan dan dicuci, dikeringkan dan diangin-anginkan selama 1 minggu, setelah itu ampas tebu siap digunakan sebagai adsorben.

(3)

direndam dalam larutan HNO3 1 M selama 3 jam, selanjutnya ampas tebu dicuci dengan aquadest sampai pH netral., ampas tebu dicuci dan dipanaskan pada suhu 50 0C selama 24 jam. Selanjutnya ampas tebu siap

digunakan sebagai adsorben.

Penyerapan logam Cr dan Mn menggunakan ampas tebu.

Ampas tebu sebanyak 5 gr yang telah dipreparasi, dimasukkan dalam beaker glass. Limbah laboratorium sebanyak 100 ml, dimasukkan dalam beaker glass yang telah berisi ampas tebu tersebut., Dilakukan perendaman selama 1 jam, 2 jam dan 3 jam sambil diaduk secara manual, Dilakukan penyaringan limbah logam yang telah ditreatmen sesuai perlakuan, Dilakukan pengujian limbah awal dan limbah setelah perlakuan,

Pengujian

Parameter yang diuji pada penelitian ini terdiri dari pengujian logam Cr dan Mn.Uji parameter logam Cr sesuai SNI 6989.17:2009, dan uji parameter Mn sesuai SNI 6989.5:2009.

Data yang diperoleh dari hasil pembacaan Spektrofotometer Serapan Atom yaitu konsentrasi Cr dan Mn, yang teradsorpsi (selisih konsentrasi Cr dan Mn awal dan konsentrasi akhir Cr dan Mn). Kandungan Cr dan Mn yang teradsorpsi dihitung dengan menggunakan persamaan :

xV W Ce Ci qe         Dimana : qe : kapasitas adsorpsi (mg/g),

Ci : konsentrasi awal logam (mg/L),

Ce: konsentrasi akhir logam (mg/L),

W : massa dari adsorben (g) V : volume larutan logam (L).

Sedangkan perhitungan efektifitas adsorpsi di hitung meggunakan rumus :

 

%

x

100

Ci

Ce

Ci

Eff

Di mana :

Eff : Efektifitas proses (%)

Ci : Konsentrasi awal logam (mg/L) Ce : Konsentrasi akhir logam (mg/L)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengujian air limbah logam Cr dan Mn awal, sebelum dan sesudah dilakukan pengolahan dengan ampas tebu dapat dilihat pada tabel 1 dan tabel 2.

Tabel 1. Hasil uji air limbah sebelum pengolahan dengan ampas tebu.

PARAMETER UJI SATUAN AIR LIMBAH SEBELUM DIOLAH(mg/l)

Cr mg/l 92,87

(4)

Tabel 2. Hasil uji air limbah setelah pengolahan dengan ampas tebu

Parameter

Uji KontakWaktu (Jam)

Air limbah setelah di olah Kapasitas Adsorpsi (mg/g) Tanpa

Aktivasi Aktivasi AktivasiTanpa Aktivasi

Cr 1 90,417 85,216 0,049 0,153 2 82,300 80,900 0,213 0,239 3 79,067 75,883 0,279 0,320 Mn 1 1,951 1,282 0,007 0,021 2 1,831 1,033 0,010 0,026 3 1,785 1,009 0,011 0,026

Dari tabel 1 dan tabel 2 terlihat bahwa terjadi penurunan konsentrasi logam Cr dan Mn setelah dilakukan pengolahan dengan menggunakan ampas tebu. Hal ini menunjukkan bahwa ampas tebu, baik yang di aktivasi maupun tanpa aktivasi memberikan pengaruh terhadap penyerapan logam Cr dan Mn.

Pengaruh Waktu Kontak Terhadap Kapasitas Adsorpsi Logam Cr dan Mn

Waktu kontak merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi nilai kapasitas adsorpsi. Pengaruh waktu kontak ampas tebu tanpa aktivasi (A) dan teraktivasi asam nitrat 1 M (B) terhadap kapasitas logam Cr dan Mn dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2.

Gambar 1.Pengaruh waktu kontak ampas tebu tanpa aktivasi (A) dan teraktivasi asam nitrat 1 M (B) terhadap kapasitas logam Cr

(5)

Dari gambar 1 dan 2 terlihat bahwa pada waktu kontak 1 jam dan 2 jam, kapasitas penyerapan logam Cr lebih rendah dari waktu kontak 3 jam. Hal ini dimungkinkan karena waktu kontak yang belum cukup bagi gugus fungsi dari adsorben berinteraksi dengan logam dalam larutan, artinya belum banyak gugus fungsi yang berperan mengadsorpsi logam Cr. Semakin waktu kontak dinaikkan, maka semakin besar pula ion logam Cr yang teradsorpsi oleh gugus fungsi. Hal ini dimungkinkan gugus fungsi hidroksil (-OH dari CH2OH) adsorben belum berinteraksi secara maksimal dengan ion logam Cr pada waktu interaksi 1 dan 2

jam, sehingga ion logam Cr yang teradsorpsi oleh gugus fungsi pada waktu kontak 1 dan 2 jam lebih kecil dari pada waktu kontak 3 jam [5].

Waktu kontak yang lama akan memungkinkan proses difusi dan penempelan molekul zat terlarut yang terserap.berlangsung dengan baik dan juga menyebabkan terjadinya ikatan antara logam dengan gugus OH lebih baik. Terjadinya adsorpsi logam pada ampas tebu karena logam berat berinteraksi dengan ampas tebu sehingga membentuk ikatan kimia. Ikatan kimia antara logam dengan ampas tebu terjadi karena dalam ampas tebu mengandung selulosa. Gugus OH pada selulosa menyebabkan terjadinya sifat polar pada adsorben tersebut, sehingga selulosa lebih kuat menyerap zat yang bersifat polar seperti logam[11].

Pengaruh Aktivasi terhadap Kapasitas Adsorpsi Logam Cr dan Mn.

Kapasitas dan efisiensi adsorpsi dari adsorben dapat ditingkatkan dengan aktivasi. Meskipun ampas tebu tanpa aktivasi juga dapat menurunkan kandungan logam Cr dan Mn, namun hasilnya tidak maksimal. Ampas tebu dapat menyerap logam Cr dan Mn karena mengandung selulosa yang cukup tinggi yang dapat menyerap logam Cr dan Mn. Selulosa merupakan polimer alami yang dapat menyerap ion logam.

Selulosa merupakan senyawa organik yang terdapat pada dinding sel bersama lignin yang berperan dalam mengokohkan struktur tumbuhan. Dilihat dari strukturnya, selulosa mempunyai potensi yang cukup besar untuk dijadikan penyerap karena gugus -OH yang terikat dapat berinteraksi dengan komponen adsorbat. Adanya gugus -OH pada selulosa menyebabkan terjadinya sifat polar pada adsorben tersebut, dengan demikian selulosa lebih kuat menyerap zat yang bersifat polar dari pada zat yang kurang polar. Mekanisme serapan yang terjadi antara gugus -OH yang terikat pada permukaan dengan ion logam yang bermuatan positif (kation) merupakan mekanisme pertukaran ion [11].

Dari gambar 1 dan 2 terlihat bahwa kemampuan adsorpsi ampas tebu meningkat pada ampas tebu yang diberi perlakuan aktivasi. Aktivasi bertujuan untuk mendekomposisikan garam-garam mineral yang terdapat pada sampel seperti logam Cr dan Mn yang berikatan dengan adsorben. Berkurangnya garam-garam mineral tersebut mengindikasikan terbentuknya gugus fungsi COOH dan OH pada adsorben sehingga lebih banyak ion logam Cr dan Mn yang akan di adsorpsi oleh adsorben melalui pertukaran ion maupun pembentukan kompleks.

Uji Efektifitas Adsorpsi

Perbandingan efektifitas adsorpsi antara perlakuan aktivasi dan tanpa aktivasi, dapat dilihat pada gambar 3 dan 4.

(6)

Gambar 4. Efektifitas adsorpsi ampas tebu terhadap logam Mn

Dari gambar 3 dan 4 terlihat bahwa adsorpsi menggunakan ampas tebu baik untuk logam Mn maupun Cr, lebh efektif dengan perlakuan aktivasi. Proses aktivasi dapat dilakukan dengan asam atau basa dengan konsentrasi aktivator dan waktu perendaman. Aktivator yang digunakan untuk adsorben dari selulosa biasanya dari hidroksida logam alkali. Selulosa adalah senyawa seperti serabut, liat, tidak larut dalam air, dan ditemukan di dalam dinding sel pelindung tumbuhan terutama pada tangkai batang, dahan dan semua bahagian berkayu dari jaringan tumbuhan [14].

Menurut [6], Sellulosa adalah zat karbohidrat yang merupakan struktur dasar sel – sel tanaman dengan kadar 40 – 50 %. Rumusan molekul sellulosa adalah C6H11(C6H10O5)6C6H1105. Sellulosa terdapat pada semua tanaman dari pohon bertingkat tinggi hingga organisme primitif seperti lumut dan rumput laut. Sellulosa tidak larut dalam air maupun zat pelarut organik dan mempunyai daya tarik yang tinggi. Sellulosa merupakan bahan dasar dari banyak produksi teknologi kertas, dan serat. Sifat serat sellulosa adalah :

 Memiliki kekuatan tarik yang tinggi.  Mampu membentuk jaringan.

 Tidak mudah larut dalam air, alkali dan pelarut organik.  Relatif tidak berwarna.

 Memiliki kemampuan mengikat yang lebih kuat.

Selulosa, lignin dan polisakarida adalah merupakan penyusun dinding sel. Dinding sel adalah lapisan terluar tumbuhan. Pada dinding sel terdapat lubang yang berfungsi sebagai saluran antara satu sel ke sel lainya. Lubang ini disebut plasmodesmata, yang dapat dilalui oleh molekul dengan berat molekul sekitar 60 nm. Selulosa ini berpotensi untuk dijadikan sebagai adsorben karena gugus –OH. Adanya gugus –OH menyebabkan terjadinya sifat polar pada adsorben. Dengan demikian selulosa lebih kuat menyerap zat yang bersifat polar dari pada zat yang kurang polar. Mekanisme serapan yang terjadi antara gugus –OH yang terikat pada permukaan dengan ion logam yang bermuatan positif merupakan mekanisme pertukaran ion. Interaksi antara gugus –OH dengan ion logam juga memungkinkan melalui mekanisme pembentukan kompleks koordinasi karena atom oksigen pada gugus –OH mempunyai pasangan elektron bebas, Ion-ion Cr dan Mn akan berinteraksi kuat dengan anion yang bersifat basa kuat seperti –OH. Ikatan antara ion Cr dan Mn dengan –OH pada selulosa melalui pembentukan ikatan koordinasi, dimana pasangan elektron bebas dari O pada OH akan berikatan dengan ion logam Cr dan Mn membentuk ikatan kompleks melalui ikatan kovalen.Kation logam ini memiliki orbital d yang terisi penuh [10].

Adsorben yang direndam dalam aktivator akan berpengaruh terhadap gugus aktifnya[6]. Adanya perlakuan aktivasi menghasilkan luas permukaan dan volume pori yang semakin besar. Dengan adanya aktivasi dengan HNO3 maka dapat melarutkan sebagian senyawa anorganik yang menutupi pori sehingga pori menjadi terbuka dan pori semakin banyak terbentuk. Semakin banyak pori yang terbentuk maka semakin besar luas permukaannya[7].

(7)

KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu kontak dan aktivasi ampas tebu berpengaruh terhadap kapasitas adsorpsi logam Cr dan Mn limbah dan ampas tebu dapat digunakan sebagai adsorben untuk menurunkan kadar limbah logam Cr dan Mn. Kemampuan adsorpsi terbaik dari kedua perlakuan adalah ampas tebu dengan aktivasi (B) dan waktu kontak 3 jam yaitu 0,32 mg/g untuk logam Cr dan 0,0262 mg/g untuk logam Mn. Efektifitas kemampuan adsorpsi ampas tebu dengan variasi waktu kontak dan perlakuan aktivasi tertinggi adalah pada waktu 3 jam dan dengan perlakuan aktivasi, berturut-turut untuk parameter Mn yaitu sebesar 56,51 % dan 17,21 untuk parameter Cr.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih ditujukan kepada Bapak Kepala Baristand Industri Palembang, Manajer Teknis dan Penyelia Laboratorium Baristand Industri Palembang yang telah memberikan fasilitas dan izin terlaksananya penelitian di Laboratorium Baristand Industri Palembang serta Ibu Mimi Kurnia Yusya, Ibu Mirza Firdyah Astari, Bapak Ferdison Ade Putra yang telah banyak memberikan masukan dan bantuan terlaksananya penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Adli, Hadyan (2012). Pengolahan Limbah Cair Laboratorium dengan Metode Presipitasi dan Absorpsi untuk Penurunan Kadar Logam Berat. Skripsi. Universitas Indonesia.Jakarta. 2012

2. Apriliani, A. (2010). Pemanfaatan Arang Ampas Tebu sebagai Adsorben Ion Logam Cd,Cr,Cu dan Pb dalam Air Limbah. Skripsi. Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta. 2010

3. Asbahani (2013). Pemanfaatan Limbah Ampas Tebu Sebagai Karbon Aktif Untuk Menurunkan Kadar Besi Pada Air Sumur Jurnal Teknik Sipil Untan / Volume 13 Nomor 1 – Juni 2013

4. Ekatrisnawan, R.A (2013)..Pemanfaatan Karbon Aktif Ampas Tebu untuk Menurunkan Kadar Logam Pb dalam Larutan air.Program Studi Kimia. Fakultas MIPA Universitas Negeri Semarang. 2016.

5. Handayani, A.W. (2010). Penggunaan SeIuIosa Daun Nanas Sebagai Adsorben Logam Berat Cd(II), Universitas SebeIas Maret, FakuItas Matematika dan IImu Pengetahuan AIam, Surakarta, Skripsi. 2010

6. Harsini, T dan Susilowati. (2010). Pemanfaatan Kulit Buah Kakao Dari Limbah Perkebunan Kakao Sebagai Bahan Baku Pulp Dengan Proses Organosolv. Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol.2 No. 2. 2010

7. Hidayati. D.S.N dan

Silva Kurniawan, Nalita Widya Restu, Bambang Ismuyanto (2016). Potensi

Ampas Tebu Sebagai Alternatif Bahan Baku Pembuatan Karbon Aktif. Program Studi Teknik

Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya. NATURAL B, Vol. 3, No. 4, Oktober 2016

8. http://ditjenbun.pertanian.go.id/tinymcpuk/gambar/file/statistik/2017/Tebu-2015-2017.pdf. Diakses tanggal 12 Agustus 2019.

9. Kusumaningrum W. Nurhayati, I. (2016).Penggunaan Karbon Aktif Dari Ampas Tebu Sebagai Media Adsorbsi Untuk Menurunkan Kadar Fe (Besi) dan Mn (Mangan Pada Air Sumur Gali di desa Gelam Candi. Jurnal TeknikWAKTUVolume 14 Nomor 01 – Januari 2016 – ISSN : 1412-1867

10. Mohamad, E.. (2012). Fitoremediasi Logam Berat Kadmium (Cd) Pada Tanah Dengan Menggunakan Bayam Duri(Amaranthus Spinosus L).Jurusan Kimia Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Gorontalo. Laporan Penelitian .2012

11. Nurhayati,I dan Sutrisno, J.(2011). Limbah Ampas Tebu Sebagai Penyerap Logam Berat Pb. Seminar Nasional - Universitas Pgri Adi Buana Surabaya “Pengembangan Teknologi Ramah Lingkungan Menuju Keberlanjutan Lingkungan Hidup” Makalah Sub Tema-2: Teknik. Teknologi Ramah Lingkungan.2011 Hal. 59 – 70

12. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun. 2014.

13. Raimon. (2011) Pengolahan Air Limbah Laboratorium Terpadu Dengan Sistem Kontinyu. Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 22 No. 2 Tahun 2011. Hal. 18 - 27

(8)

14. Riadi,R (2018). Struktur, Jenis, Sifat dan Sumber Selulosa. Kajian Pustaka.com.

https://www.kajianpustaka.com/2018/10/struktur-jenis-sifat-dan-sumber-selulosa.html. 2018. diakses tanggal 22 Agustus 2019.

15. Sutiyani, F dan Sukarnen (2015). Uji Efektifitas Pemanfaatan Limbah Ampas Tebu dan Serbuk Kayu sebagai Adsorben untuk Pengolahan Air Limbah Pewarnaan Jeans.Seminar Nasional Sains dan TeknologiTerapan III tahun 2015. Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya. ISBN 978-602-98569-1-0.

Gambar

Tabel 1. Hasil uji air limbah sebelum pengolahan dengan ampas tebu.
Gambar 1. Pengaruh waktu kontak ampas tebu tanpa aktivasi (A) dan teraktivasi asam nitrat 1 M (B) terhadap kapasitas logam Cr
Gambar 3. Efektifitas adsorpsi ampas tebu terhadap logam Cr
Gambar 4. Efektifitas adsorpsi ampas tebu terhadap logam Mn

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan dapat diketahui bahwa peran ibu pekerja dalam perawatan balita di Desa Selopamioro paling banyak termasuk dalam kategori baik, yaitu sebesar 55,8% atau sebanyak

Tugas pokok dan fungsi Bappeda kabupaten Sarolangun deidasarkan pada Keputusan Bupati Sarolangun Nomor 31 Tahun 2008 yang meliputi (1) perumusan kebijakan teknis

a. Observasi awal penelitian ini dilakukan peneliti pada tanggal 8 Desember 2014. Observasi awal dilakukan untuk lebih mengenal lokasi tempat penelitian dan berasumsi

Teknik merupakan struktur anatomis- psikologis yang menghubungkan gerak dengan tarian (Parani, 1986:57). Pada tari teknik dipahami sebagai suatu cara mengajarkan seluruh

Setelah dilakukan analisa ditemukan bahwa kesalahan-kesalahan yang dilakukan mahasiswa dalam menyelesaikan soal bentuk cerita pada pecahan diantaranya: (1) mahasiswa

Tentunya terkait dengan objek uji materi pada perkara No 23P/HUM/2009, yaitu perturan kebijakan dalam hal ini berbentuk Surat Edaran yang dikeluarkan oleh

Menganalisis isi dan kebahasaan novel untuk handout 1 dan 3.11 Menganalisis pesan dari satu buku fiksi yang dibaca untuk handout 2. b) Kompetensi dasar tersebut

Oleh itu, sebagai seorang guru besar yang mengetuai sekolah rendah, mereka sememangnya tidak lari dari konflik atau masalah yang boleh berlaku dengan pihak-pihak dalam