• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN CABAI MERAH, CABAI RAWIT, BAWANG MERAH, JERUK, DAN PISANG JAWA TENGAH TAHUN 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN CABAI MERAH, CABAI RAWIT, BAWANG MERAH, JERUK, DAN PISANG JAWA TENGAH TAHUN 2014"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

A. CABAI MERAH

 Total biaya produksi usaha tanaman cabai merah per satu hektar untuk sekali musim tanam yang

dipanen sendiri tahun 2014 mencapai Rp 46,66 juta. Persentase biaya produksi usaha tanaman cabai merah yang paling besar adalah biaya untuk upah pekerja sebesar 43,40 persen (Rp 20,26 juta). B. CABAI RAWIT

 Total biaya produksi usaha tanaman cabai rawit per satu hektar untuk sekali musim tanam yang

dipanen sendiri tahun 2014 mencapai Rp 32,04 juta. Persentase biaya produksi usaha tanaman cabai rawit yang paling besar adalah biaya untuk upah pekerja sebesar 51,09 persen (Rp 16,37 juta).

C. BAWANG MERAH

 Total biaya produksi usaha tanaman bawang merah per satu hektar untuk sekali musim tanam yang

dipanen sendiri tahun 2014 mencapai Rp 69,60 juta. Persentase biaya produksi usaha tanaman bawang merah yang paling besar adalah biaya untuk benih sebesar 29,28 persen (Rp 20,38 juta). D. JERUK

 Total biaya produksi usaha tanaman jeruk per 100 pohon selama setahun yang dipanen sendiri tahun

2014 mencapai Rp 4,89 juta. Persentase biaya produksi usaha tanaman jeruk yang paling besar adalah biaya untuk upah pekerja sebesar 31,35 persen (Rp 1,53 juta).

 Total biaya produksi usaha tanaman jeruk per 100 pohon selama setahun yang ditebaskan tahun 2014

mencapai Rp 3,54 juta. Persentase biaya produksi usaha tanaman jeruk yang paling besar adalah biaya untuk sewa lahan sebesar 33,29 persen (Rp 1,17 juta).

E. PISANG

 Total biaya produksi usaha tanaman pisang per 100 pohon selama setahun yang dipanen sendiri tahun

2014 mencapai Rp 2,78 juta. Persentase biaya produksi usaha tanaman jeruk yang paling besar adalah biaya untuk upah pekerja sebesar 42,01 persen (Rp 1,17 juta).

 Total biaya produksi usaha tanaman jeruk per 100 pohon selama setahun yang ditebaskan tahun 2014

mencapai Rp 2,47 juta. Persentase biaya produksi usaha tanaman jeruk yang paling besar adalah biaya untuk sewa lahan sebesar 39,83 persen (Rp 983,13 ribu).

No. 76/12/33 Th. VIII, 23 Desember 2014

S

TRUKTUR

O

NGKOS

U

SAHA

T

ANAMAN

C

ABAI

M

ERAH

,

C

ABAI

R

AWIT

,

B

AWANG

M

ERAH

,

J

ERUK

,

DAN

P

ISANG

J

AWA

T

ENGAH

T

AHUN

2014

TOTAL BIAYA PRODUKSI USAHA TANAMAN CABAI MERAH PER SATU HEKTAR UNTUK SEKALI MUSIM TANAM YANG DIPANEN SENDIRI TAHUN 2014 MENCAPAI 46,66 JUTA RUPIAH

(2)

1. PENDAHULUAN

Data ST2013 subsektor hortikultura dapat dimanfaatkan untuk pengambilan kebijakan dalam mewujudkan swasembada pangan. Salah satu upaya mencapai swasembada pangan melalui pengembangan komoditas lokal strategis sebagai substitusi impor untuk menekan laju volume impor yang semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan target Nawa Cita ke 7 yaitu mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik dengan membangun kedaulatan pangan.

Survei Rumah Tangga Usaha Tanaman Hortikultura (SHR 2014) merupakan rangkaian kegiatan Sensus Pertanian 2013 (ST2013) yang dirancang untuk menyediakan informasi mengenai biaya produksi dan struktur ongkos usaha tani di subsektor tanaman hortikultura. Informasi terkait struktur ongkos usaha tanaman hortikultura mencakup biaya penggunaan benih, pupuk, pestisida, BBM, jaring pelindung, mulsa, upah pekerja, sewa lahan, dan pengeluaran lainnya yang dibutuhkan dalam usaha tanaman hortikultura. Selain itu, sebagai data pendukung dikumpulkan informasi mengenai sumber pembiayaan dan distribusi penjualan hasil usaha hortikultura.

Berita Resmi Statistik (BRS) ini menyajikan struktur ongkos komoditas strategis tanaman semusim hortikultura, meliputi cabai merah, cabai rawit, dan bawang merah yang ditanam pada Musim Kemarau (MK) dan Musim Hujan (MH) serta dipanen sendiri. Sedangkan tanaman tahunan hortikultura, seperti jeruk disajikan menurut usaha yang dipanen sendiri dan ditebaskan.

2. SUMBER PEMBIAYAAN DAN DISTRIBUSI PENJUALAN HASIL PRODUKSI

Hasil SHR 2014 menunjukkan bahwa sumber pembiayaan kegiatan usaha tanaman hortikultura berasal dari biaya sendiri, pinjaman dengan bunga, dan pinjaman tanpa bunga. Sumber pembiayaan terbesar kegiatan usaha tanaman hortikultura berasal dari biaya sendiri, yaitu cabai merah sebesar 88,57 persen, cabai rawit sebesar 95,54 persen, bawang merah sebesar 69,10 persen, jeruk sebesar 98,67 persen, dan pisang sebesar 99,79 persen.

Gambar 1. Sumber Pembiayaan Usaha Tanaman Hortikultura

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Cabai Merah Cabai Rawit Bawang Merah Jeruk Pisang

(3)

Hasil produksi usaha tanaman hortikultura paling banyak dijual ke pedagang pengumpul. Persentase rumah tangga usaha tanaman cabai merah yang menjual ke pedagang pengumpul sebesar 90,99 persen, cabai rawit sebesar 76,70 persen, bawang merah sebesar 93,63 persen, jeruk sebesar 89,10 persen, dan pisang sebesar 88,50 persen. Selain itu, penjualan hasil produksi tanaman cabai merah, cabai rawit, bawang merah, jeruk, dan pisang juga dijual ke pasar. Sementara hasil produksi yang dijual ke KUD/koperasi tani dan mitra usaha hanya sebagian kecil, masing-masing tidak mencapai satu persen.

Tabel 1. Distribusi Persentase Penjualan Produksi Cabai Merah, Cabai Rawit, Bawang Merah, Jeruk, dan Pisang Tahun 2014

3. STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN CABAI MERAH

Total biaya produksi usaha tanaman cabai merah per satu hektar untuk sekali musim tanam yang dipanen sendiri tahun 2014 mencapai Rp 46,66 juta. Biaya produksi usaha tanaman cabai merah yang paling besar adalah biaya untuk upah pekerja sebesar 43,40 persen terhadap total pengeluaran. Selain itu, biaya produksi untuk pemupukan dan sewa lahan juga tergolong besar, yaitu mencapai 16,30 persen dan 10,34 persen (Gambar 2).

Gambar 2. Struktur Ongkos Usaha Tanaman Cabai Merah Tahun 2014 Benih 4,64% Pupuk 16,30% Pestisida 5,63% BBM 0,47% Jaring Pelindung 0,02% Mulsa 8,54% Upah Pekerja 43,40% Lahan 10,34% Pengeluaran Lainnya 10,66% Uraian Komoditas

Cabai Merah Cabai Rawit Bawang Merah Jeruk Pisang

(1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. KUD/Koperasi Tani 0,60 0,77 0,29 0,00 0,25 2. Koperasi Lainnya 0,63 0,44 0,22 0,16 1,01 3. Pedagang Pengumpul 90,99 76,70 93,63 89,10 88,50 4. Pasar 7,48 21,96 5,42 9,80 9,41 5. Mitra Usaha 0,16 0,03 0,00 0,65 0,11 6. Lainnya 0,14 0,10 0,44 0,29 0,72 JUMLAH 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

(4)

Ditinjau dari musim tanam, yaitu Musim Kemarau (MK) dan Musim Hujan (MH) terlihat bahwa biaya produksi tanaman cabai merah yang ditanam pada MK (Rp 49,13 juta) lebih tinggi dibandingkan MH (Rp 43,11 juta). Perbedaan biaya produksi cabai merah yang ditanam MK dan MH disebabkan oleh besarnya perbedaan pengeluaran untuk upah pekerja sebesar Rp 2,61 juta, pestisida sebesar Rp 838,63 ribu, dan mulsa sebesar Rp 428,97 ribu. Biaya produksi terbesar cabai merah yang ditanam pada MK dan MH adalah biaya untuk upah pekerja masing-masing sebesar Rp 21,33 juta (43,39 persen) dan Rp 18,71 juta (43,40 persen).

Tabel 2. Struktur Ongkos Usaha Tanaman Cabai Merah menurut Musim Tanam Tahun 2014

Uraian

Musim Kemarau (MK) Musim Hujan (MH) Rata-Rata

Nilai (000 Rp) % Biaya Nilai (000 Rp) % Biaya Nilai (000 Rp) % Biaya

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) A. Produksi 73 745,89 - 45 721,92 - 62 276,45 - B. Ongkos/Biaya Produksi 49 126,37 100,00 43 105,87 100,00 46 662,34 100,00 1. Benih 2 149,21 4,38 2 187,60 5,08 2 164,92 4,64 2. Pupuk 7 721,25 15,73 7 429,42 17,24 7 601,81 16,30 3. Pestisida 2 970,16 6,05 2 131,53 4,94 2 626,93 5,63 4. BBM 315,07 0,64 85,03 0,20 220,92 0,47 5. Jaring Pelindung 8,14 0,02 6,81 0,02 7,59 0,02 6. Mulsa 4 162,27 8,47 3 733,30 8,66 3 986,70 8,54 7. Upah pekerja 21 326,39 43,39 18 712,99 43,40 20 256,80 43,40 8. Sewa lahan 4 993,42 10,16 4 583,04 10,63 4 825,46 10,34 9. Pengeluaran lain 5 480,47 11,16 4 236,16 9,83 4 971,21 10,66 4. STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN CABAI RAWIT

Total biaya produksi usaha tanaman cabai rawit per satu hektar untuk sekali musim tanam yang dipanen sendiri tahun 2014 mencapai Rp 32,04 juta. Biaya produksi usaha tanaman cabai rawit yang paling besar adalah biaya upah pekerja sebesar 51,09 persen terhadap total pengeluaran. Selain itu, biaya produksi untuk pemupukan dan sewa lahan juga tergolong besar, yaitu mencapai 16,97 persen dan 14,89 persen (Gambar 3).

Gambar 3. Persentase Struktur Ongkos Usaha Tanaman Cabai Rawit Tahun 2014

Benih 4,74% Pupuk 16,97% Pestisida 2,55% BBM 0,33% Mulsa 3,24% Upah Pekerja 51,09% Sewa Lahan 14,89% Pengeluaran Lainnya 6,19%

(5)

Biaya produksi tanaman cabai rawit yang ditanam pada MK (Rp 33,87 juta) lebih tinggi dibandingkan MH (Rp 29,44 juta). Perbedaan biaya produksi cabai rawit yang ditanam MK dan MH disebabkan oleh besarnya perbedaan pengeluaran untuk upah pekerja sebesar Rp 3,24 juta, mulsa sebesar Rp 478,02 ribu, dan pestisida sebesar Rp 367,32 ribu. Biaya produksi terbesar cabai rawit yang ditanam pada MK dan MH adalah biaya untuk upah pekerja masing-masing sebesar Rp 17,71 juta (52,29 persen) dan Rp 14,47 juta (49,15 persen).

Tabel 3. Struktur Ongkos Usaha Tanaman Cabai Rawit menurut Musim Tanam Tahun 2014

Uraian

Musim Kemarau (MK) Musim Hujan (MH) Rata-Rata

Nilai (000 Rp) % Biaya Nilai (000 Rp) % Biaya Nilai (000 Rp) % Biaya

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) A. Produksi 49 333,01 - 35 753,06 - 43 716,16 - B. Ongkos/Biaya Produksi 33 870,22 100,00 29 437,57 100,00 32 036,82 100,00 1. Benih 1 560,56 4,60 1 456,93 4,95 1 517,70 4,74 2. Pupuk 5 482,34 16,18 5 370,74 18,24 5 436,18 16,97 3. Pestisida 967,94 2,86 600,63 2,04 816,01 2,55 4. BBM 153,65 0,45 41,35 0,14 107,20 0,33 5. Mulsa 1 234,62 3,65 756,60 2,57 1 036,90 3,24 6. Upah pekerja 17 707,24 52,29 14 468,82 49,15 16 367,78 51,09 7. Sewa lahan 4 827,49 14,25 4 687,00 15,92 4 769,38 14,89 8. Pengeluaran lain 1 936,39 5,72 2 055,50 6,99 1 985,65 6,19

5. STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN BAWANG MERAH

Total biaya produksi usaha tanaman bawang merah per satu hektar untuk sekali musim tanam yang dipanen sendiri tahun 2014 mencapai Rp 69,60 juta. Biaya produksi usaha tanaman bawang merah yang paling besar adalah biaya untuk benih sebesar 44,43 persen terhadap total pengeluaran. Selain itu, biaya produksi untuk upah pekerja dan pestisida juga tergolong besar, yaitu mencapai 29,28 persen dan 8,28 persen (Gambar 4)

Gambar 4. Persentase Struktur Ongkos Usaha Tanaman Bawang Merah Tahun 2014

Benih 44,43% Pupuk 6,89% Pestisida 8,28% BBM 1,23% Jaring Pelindung 0,03% Mulsa 0,06% Upah Pekerja 29,28% Sewa Lahan 6,80% Pengeluaran Lainnya 3,00% Total Ongkos: Rp 69,60 juta

(6)

Biaya produksi tanaman bawang merah yang ditanam pada MK (Rp 57,99 juta) lebih rendah dibandingkan MH (Rp 81,98 juta). Perbedaan biaya produksi bawang merah yang ditanam MK dan MH disebabkan oleh besarnya perbedaan pengeluaran untuk benih mencapai sebesar Rp 19,38 juta, upah pekerja sebesar Rp 3,89 juta, dan BBM sebesar Rp 901,74 ribu. Biaya produksi terbesar pada MK dan MH adalah biaya untuk benih masing-masing sebesar Rp 21,55 juta (37,15 persen) dan Rp 40,92 juta (49,91 persen).

Tabel 4. Struktur Ongkos Usaha Tanaman Bawang Merah menurut Musim Tanam Tahun 2014

Uraian

Musim Kemarau (MK) Musim Hujan (MH) Rata-Rata

Nilai (000 Rp) % Biaya Nilai (000 Rp) % Biaya Nilai (000 Rp) % Biaya

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) A. Produksi 39 601,41 - 46 139,82 - 42 764,32 - B. Ongkos/Biaya Produksi 57 997,01 100,00 81 975,40 100,00 69 596,38 100,00 1. Benih 21 545,86 37,15 40 921,30 49,91 30 918,58 44,43 2. Pupuk 4 764,37 8,22 4 826,95 5,89 4 794,64 6,89 3. Pestisida 5 674,23 9,78 5 856,76 7,14 5 762,53 8,28 4. BBM 420,01 0,72 1 321,75 1,61 856,22 1,23 5. Jaring Pelindung 12,58 0,02 26,25 0,03 19,19 0,03 6. Mulsa 60,54 0,10 23,71 0,03 42,72 0,06 7. Upah pekerja 18 496,69 31,89 22 384,09 27,32 20 377,19 29,28 8. Sewa lahan 4 559,58 7,86 4 919,53 6,00 4 733,70 6,80 9. Pengeluaran lain 2 463,16 4,26 1 695,07 2,07 2 091,60 3,00

6. STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN JERUK

Total biaya produksi tanaman jeruk per 100 pohon selama setahun yang dipanen sendiri mencapai Rp 4,88 juta dan yang ditebaskan mencapai Rp 3,54 juta. Persentase biaya produksi terbesar tanaman jeruk yang dipanen sendiri adalah biaya untuk upah pekerja sebesar 31,35 persen (Rp 1,53 juta) dan yang ditebaskan adalah biaya untuk sewa lahan sebesar 33,29 persen (Rp 1,17 juta).

Gambar 5. Struktur Ongkos Usaha Tanaman Jeruk menurut Cara Pemanenan Tahun 2014

Benih 7,70% Pupuk 19,16% Pestisida 2,55% BBM 1,92% Jaring Pelindung 0,00% Upah Pekerja 31,35% Sewa Lahan 31,06% Pengeluaran Lainnya 6,26% Dipanen Sendiri Benih 4,57% Pupuk 20,58% Pestisida 4,15% BBM 3,26% Jaring Pelindung 0,05% Upah Pekerja 21,53% Sewa Lahan 33,29% Pengeluara n Lainnya 12,56% Ditebaskan

Total Ongkos: Rp 4,9 juta Total Ongkos: Rp 3,5 juta 5.315.089

(7)

Perbedaan biaya produksi terbesar usaha tanaman jeruk yang ditanam sendiri dan ditebaskan adalah biaya untuk upah pekerja, yaitu sebesar Rp 769,99 ribu. Selain itu, perbedaan biaya produksi untuk sewa lahan antara dipanen sendiri dan ditebaskan juga tergolong tinggi. Biaya sewa lahan untuk tanaman jeruk yang ditebaskan mencapai Rp 1,17 juta, sedangkan pada tanaman jeruk yang dipanen sendiri sebesar Rp 1,52 ribu.

Tabel 5. Struktur Ongkos Usaha Tanaman Jeruk menurut Cara Pemanenan Tahun 2014

Uraian

Dipanen Sendiri Ditebaskan

Nilai (000 Rp) % Biaya Nilai (000 Rp) % Biaya

(1) (2) (3) (4) (5) A. Produksi 4 489,04 - 7 751,85 - B. Ongkos/Biaya Produksi 4 885,49 100,00 3 537,50 100,00 1. Benih 376,40 7,70 161,64 4,57 2. Pupuk 936,09 19,16 728,11 20,58 3. Pestisida 124,75 2,55 146,98 4,15 4. BBM 93,72 1,92 115,38 3,26 5. Jaring Pelindung 0,00 0,00 1,66 0,05 6. Mulsa 0,00 0,00 0,00 0,00 7. Upah pekerja 1 531,66 31,35 761,68 21,53 8. Sewa lahan 1 517,21 31,06 1 177,57 33,29 9. Pengeluaran lain 305,64 6,26 444,48 12,56 7. STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN PISANG

Total biaya produksi tanaman pisang per 100 pohon selama setahun yang dipanen sendiri mencapai Rp 2,79 juta dan yang ditebaskan mencapai Rp 2,47 juta. Persentase biaya produksi terbesar tanaman pisang yang dipanen sendiri adalah biaya untuk upah pekerja sebesar 42,01 persen (Rp 1,17 juta) dan yang ditebaskan adalah biaya untuk sewa lahan sebesar 39,83 persen (Rp 983,13 ribu).

Gambar 6. Struktur Ongkos Usaha Tanaman Pisang menurut Cara Pemanenan Tahun 2014

Benih 6,34% Pupuk 10,14% Pestisida 0,20% BBM 0,51% Upah Pekerja 42,01% Sewa Lahan 32,78% Pengeluaran Lainnya 8,03% Dipanen Sendiri Benih 7,15% 11,50% Pupuk Pestisida 0,33% BBM 0,25% Upah Pekerja 33,78% Sewa Lahan 39,83% Pengeluaran Lainnya 7,14% Ditebaskan

Total Ongkos: Rp 2,79 juta Total Ongkos: Rp 2,47 juta 5.315.089

(8)

Perbedaan biaya produksi terbesar usaha tanaman pisang yang ditanam sendiri dan ditebaskan adalah biaya untuk upah pekerja, yaitu sebesar Rp 336,95 ribu. Biaya upah pekerja pada usaha yang dipanen sendiri sebesar 1,17 juta rupiah, sedangkan pada usaha yang ditebaskan sebesar 833,74 ribu rupiah. Terlihat untuk kedua usaha tersebut perbedaan biaya produksi tidak berbeda signifikan.

Tabel 6. Struktur Ongkos Usaha Tanaman Pisang menurut Cara Pemanenan Tahun 2014

Uraian

Dipanen Sendiri Ditebaskan

Nilai (000 Rp) % Biaya Nilai (000 Rp) % Biaya

(1) (2) (3) (4) (5) A. Produksi 4 648,75 - 5 006,84 - B. Ongkos/Biaya Produksi 2 786,79 100,00 2 468,03 100,00 1. Benih 176,64 6,34 176,57 7,15 2. Pupuk 282,61 10,14 283,77 11,50 3. Pestisida 5,49 0,20 8,20 0,33 4. BBM 14,11 0,51 6,28 0,25 5. Upah pekerja 1 170,70 42,01 833,74 33,78 6. Sewa lahan 913,58 32,78 983,13 39,83 7. Pengeluaran lain 223,67 8,03 176,34 7,14

8. KONSEP DAN DEFINISI

Rumah tangga usaha hortikultura adalah rumah tangga yang salah satu anggota rumah tangganya

menghasilkan produk tanaman sayuran, tanaman buah-buahan, tanaman obat, dan tanaman hias dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya dijual/ditukar atas segala resiko.

Penentuan sampel rumah tangga usaha tanaman hortikultura mengacu pada syarat Batas Minimal

Usaha (BMU) cabai merah, cabai rawit, bawang merah, jeruk, dan pisang masing-masing sebesar 200 meter persegi, 200 meter persegi, 140 meter persegi, 25 pohon, dan 20 rumpun.

Periode tanam musim kemarau (MK) adalah rumah tangga hortikultura yang menanam tanaman

hortikultura pada periode Februari – September 2013 dan atau Februari – Mei 2014.

Periode tanam musim hujan (MH) adalah rumah tangga hortikultura yang menanam tanaman

hortikultura pada periode Oktober 2013 – Januari 2014.

Ongkos/biaya produksi adalah biaya produksi yang dikeluarkan oleh rumah tangga untuk usaha

satu hektar tanaman hortikultura per musim tanam. Total biaya produksi tersebut hanya mencakup kegiatan produksi hingga kualitas standar (tidak termasuk kegiatan pasca panen) dan sudah memperkirakan/mengimputasi besarnya sewa lahan milik sendiri/bebas sewa, sewa alat/sarana usaha milik sendiri/bebas sewa, upah pekerja tidak dibayar/keluarga, dan bunga kredit modal sendiri/bebas bunga.

Kualitas standar adalah mutu hasil panen komoditas tanaman hortikultura yang sudah siap diolah

untuk dikonsumsi/dijual. Bentuk produksi standar cabai merah dan cabai rawit adalah buah segar dengan tangkai. Bentuk produksi standar bawang merah adalah umbi kering panen dengan daun. Bentuk produksi standar jeruk dan pisang adalah buah segar.

Dipanen sendiri apabila pemanenan dilakukan sendiri oleh rumah tangga petani termasuk

menggunakan tenaga kerja dibayar, menggunakan tenaga kerja tidak dibayar, maupun secara borongan/bawon.

Ditebaskan apabila tanaman dijual di lokasi kepada penebas pada saat tanaman sudah siap untuk

dipanen. Petani akan menerima harga yang sudah disetujui oleh kedua belah pihak dan pelaksanaan panen menjadi tanggung jawab penebas (pembeli).

Gambar

Gambar 1. Sumber Pembiayaan Usaha Tanaman Hortikultura
Tabel 1. Distribusi Persentase Penjualan Produksi Cabai Merah, Cabai Rawit, Bawang Merah,   Jeruk, dan Pisang  Tahun 2014
Tabel 2. Struktur Ongkos Usaha Tanaman Cabai Merah menurut Musim Tanam Tahun 2014
Tabel 3. Struktur Ongkos Usaha Tanaman Cabai Rawit menurut Musim Tanam Tahun 2014
+4

Referensi

Dokumen terkait

Khusus untuk data utang luar negeri swasta dalam bentuk surat berharga yang diterbitkan di dalam negeri dan dimiliki oleh bukan penduduk diperoleh dari laporan bank

Setelah dilakukan pengujian data sampel minat baca dan data sampel kemampuan menulis cerita pendek dapat disimpulkan bahwa data sampel yang diperoleh diambil secara

Perlakuan dosis penyiraman berbeda nyata pada tinggi tanaman ,jumlah daun, diameter batang, bobot kering akar, panjang akar, jumlah akar, bobot kering tajuk. Namun tidak berbeda

Hubungan Antara Waist-Hip Ratio dengan Derajat Nyeri Penyakit Osteoartritis Lutut pada Pasien di RSUP.H.Adam Malik.. NAMA :

Ari matéri poko mangrupa poko bahasan jeung subpoko bahasan tina kompeténsi dasar (KD) anu kudu dipimilik ku murid. Éta sababna, matéri pokok basa Sunda patali jeung

Métode déskriptif nya éta panalungtikan anu mangrupa akumulasi data dasar dina cara déskriptif wungkul, teu nguji hipotésis, teu nyieun ramalan, atawa teu meunangkeun

Berdasarkan uraian pada sebelumnya maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “ Pengaruh Pelaksanaan Promosi terhadap Pengambilan Keputusan

Penelitian ini dilakukan pada PT.Bank BRI Syariah Pekanbaru dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pembiayaan