• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pepaya (Carica papaya L.) termasuk famili Caricaceae merupakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pepaya (Carica papaya L.) termasuk famili Caricaceae merupakan"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tanaman

Pepaya (Carica papaya L.) termasuk famili Caricaceae merupakan tanaman yang berasal dari Amerika tropis, penyebarannya berada di daerah Meksiko bagian selatan dan Nikaragua (Kalie, 1996). Di Indonesia pepaya tersebar hampir diseluruh kepulauan, pohon ini dapat tumbuh di daerah basah hingga kering, dataran maupun pegunungan dan pada ketinggian 1-1000 meter di atas permukaan air laut (BPOM, 2010).

2.1.1 Sistematika tumbuhan

Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan, tanaman pepaya dapat diklasifikasikan sebagai berikut (BPOM, 2010).

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Class : Dicotyledoneae Ordo : Cistales

Famili : Caricaceae Genus : Carica

(2)

6 2.1.2 Nama daerah

Tanaman pepaya di Indonesia memiliki berbagai macam nama daerah seperti di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Nusa tenggara, Sulawesi, Maluku, dan Papua (BPOM, 2010)

Sumatera : Kabaelo, peute, embetik, botik, bala, sikailo, kates, kepaya, kustela, papaya, pepaya, singsile, batiek, kalikih, pancene, pisang, katuka, pisang patuka, pisang pelo, dan punti kayu Jawa : Gedang, ketela gantung, kates dan gedhang.

Kalimantan : Bua medung, pisang malaka, buah dong, majan, pisang mentela, gadang dan bandas.

Nusa tenggara : Gedang, kates, kampaja, kalu jawa, padu, kaut panja, kalailu, paja, kapala, hango, muu jawa, muku jawa dan kasi.

Sulawesi : Kapalay, papaya, pepaya, keliki, sumoyori, unti jawa, tangan-tangan nikare, kaliki dan rianre.

Maluku : Tele, palaki, papae, papaino, papau, papaen, papai, papaya, sempain, tapaya dan kapaya.

Papua : Sampain, asawa, menam, siberiani dan tapaya. 2.1.3 Morfologi

Tanaman pepaya merupakan semak yang berbentuk pohon, bergetah, tumbuh tegak, tinggi 2,5-10 meter, batangnya bulat berongga, tangkai di bagian atas kadang dapat bercabang. Pada kulit batang terdapat tanda bekas tangkai daun yang telah lepas (Dalimarta, 2002).

Daun berkumpul di ujung batang dan ujung percabangan, tangkainya bulat silindris, berongga, panjang 25-100 cm. Helaian daun bulat telur dengan diameter

(3)

7

25-75 cm, berbagi menjari, ujung runcing, pangkal berbentuk jantung, warna permukaan atas hijau tua, permukaan bawah warnanya hijau muda, tulang daun menonjol di permukaan bawah. Cuping-cuping daun berlekuk sampai berbagi tidak beraturan, tulang cuping daun menyirip. Bunga jantan berkumpul dalam tandan, mahkota berbentuk terompet, warnanya putih kekuningan. Buahnya buah buni yang bisa bermacam-macam bentuk, warna, ataupun rasa daging buahnya. Bijinya banyak dan berwarna hitam (Dalimarta, 2002).

2.1.4 Kandungan kimia

Daun pepaya mengandung enzim papain, alkaloid carpaine, pseudocarpain, glikosid, karposid dan saponin, sakarosa, dekstrosa, levulosa. Alkaloid carpain mempunyai efek seperti digitalis (Dalimarta, 2002). Selain itu menurut Varisha (2013) daun pepaya kaya akan flavonoid (kaempferol dan myricetin), alkaloid (carpaine dan pseudocarpaine, dehydrocarpaine I dan II), senyawa fenol (ferulic acid, caffeic acid, chlorogenic acid), senyawa sianogenik (benzilglukosinolat), β-carotene dan likopen.

Golongan utama Fitokimia tumbuhan yang diyakini bersifat sebagai antioksidan alami adalah tumbuhan yang mengandung senyawa-senyawa seperti polifenol, carotenoid, dan vitamin seperti vitamin A dan E. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Maisarah (2012) menyatakan bahwa daun pepaya memiliki aktivitas antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan buah dan biji dari pepaya karena daun papaya memiliki kandungan β-karoten, total flavonoid dan total fenol yang tinggi dibanding bagian lain dari daun pepaya. Kandungan β-karoten, total flavonoid dan total fenol dapat dilihat pada Tabel 2.1 dibawah ini.

(4)

8

Tabel 2.1 Kandungan β-karoten, total flavonoid dan total fenol pada pepaya NO Bagian Pepaya β-carotene

(%)

Total Flavonoid (mg GAE/100g)

Total Fenol (mg GAE/100g)

1 Buah pepaya muda 90,67 53,44 339,91

2. Buah pepaya matang 88,12 92,95 272,66

3. Biji Pepaya 58,97 59,54 30,32

4. Daun Pepaya 90,01 333,14 424,39

2.1.5 Manfaat

Daun pepaya berkhasiat sebagai bahan obat malaria, dan menambah nafsu makan. Akar dan biji berkhasiat sebagai obat cacing, getah buah berkhasiat untuk melancarkan pencernaan (Syamsuhidayat, dkk., 2000).

Selain itu daun pepaya berkhasiat sebagai anti inflamasi, hipoglikemik, antifertilitas, hepatoprotektif, antihipertensi, antitumor (Varisha, dkk., 2013), antiseptik, tonik, pencuci darah, antidiabetes (Godson, dkk., 2012). Selain itu daun pepaya berkhasiat sebagai antikanker (Sukardiman, dkk., 2006) dan juga sebagai antiaging (Ginting, 2015).

2.2 Kulit

Kulit merupakan selimut yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan ransangan dari luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis seperti pembentukan jaringan tanduk secara terus menerus (keratinisasi dan pelepasan sel-sel yang sudah mati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat, dan pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya sinar ultraviolet matahari, sebagai peraba dan perasa serta pertahanan tekanan dan infeksi dari luar (Tranggono dan Latifah, 2007).

(5)

9 2.2.1 Anatomi kulit

Gambar 2.1. Anatomi kulit (source: www.STFranciscare.org).

Secara mikroskopis kulit terdiri dari tiga lapisan: epidermis , dermis dan lemak subkutan.

2.2.1.1 Lapisan epidermis

Gambar 2.2. Lapisan epidermis (source: www.galleryhip.com).

Epidermis bagian terluar kulit dibagi menjadi dua lapisan utama: lapisan sel-sel tidak berinti yang bertanduk (stratum korneum atau lapisan tanduk) dan lapisan dalam yaitu stratum malpighi. Stratum malphigi ini merupakan asal sel- sel permukaan bertanduk setelah mengalami proses diferensiasi. Stratum malpighi dibagi menjadi 1) stratum grannulosum, 2) lapisan sel basal (stratum germinativum dan 3) stratum spinosum (Price dan Wilson, 2002).

(6)

10 a. Lapisan tanduk (stratum korneum)

lapisan yang paling luar dan terdiri dari lapis sel yang pipih, mati, tidak memiliki inti, tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna dan sangat sedikit mengandung air. Lapisan ini sebagian besar terdiri atas keratin, yaitu sejenis protein yang tidak larut dalam air dan sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia. Hal ini berkaitan dengan fungsi kulit untuk memproteksi tubuh dari pengaruh luar. Lapisan ini dilapisi oleh lapisan pelindung lembab, tipis bersifat asam yang dikenal dengan “mantel asam” kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).

b. Lapisan jernih (stratum lusidum)

Sel berbentuh pipih, sudah banyak kehilangan inti dan butir-butir sel yang terdapat pada stratum lusidum telah menjadi jernih dan dapat ditembus sinar. Lapisan ini hanya terdapat pada telapak tangan dan telapak kaki (Syaifuddin, 2006).

c. Lapisan butir (stratum granulosum)

Merupakan 2 atau 3 lapis sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti sel di dalamnya (Wasitaatmadja, 1997). Sel-sel pada stratum granulosum ini pipih dan mengandung banyak partikel berwarna gelap yang disebut granula keratohialin. Didalam sitoplasma dari stratum granulosum ini terdapat organel yang disebut granula lamela yang berfungsi sebagai pertahanan bagi epidermis (Brown dan Burns, 2005). d. Lapisan malpighi (stratum spinosum)

Disebut spinosum karena dibawah mikroskop sel-selnya berbentuk poligonal (banyak sudut) dan mempunyai tanduk atau spina. Stratum

(7)

11

spinosum adalah keratinosit yang membentuk keratin suatu protein fibrosa. Pada waktu keratinosit meninggalkan stratum spinosum dan bergerak ke atas, sel-sel ini akan mengalami perubahan bentuk, orientasi, struktur sitoplasmik dan komposisi. Proses ini mengakibatkan transformasi dari sel sel hidup (aktif mensintesis) menjadi sel yang mati dan bertanduk pada stratum korneum. Proses ini disebut keratinisasi (Syaifuddin, 2006). e. Lapisan basal (stratum germinativum)

Lapisan ini terdiri dari sel-sel epidermis yang tidak berdiferensiasi yang terus menerus mengalami mitosis, memperbaharui epidermis. Kalau sel ini mengalami mitosis, salah satu sel anak akan tetap berada dilapisan basal untuk kemudian membelah lagi, sedangkan sel lain bermigrasi ke atas menuju stratum spinosum (Price dan Wilson, 2002).

Pada lapisan sel basal ini terdapat sel yang disebut melanosit. Perbandingan sel-sel basal terhadap melanosit adalah 10:1. Di dalam melanosit disintesis granula pigmen yang disebut melanosom. Melanosom ini mengandung biokroma coklat yang disebut melanin. Setiap melanosit saling berhubungan melalui tonjolan-tonjolan dendritik dan sekitar 36 keratinosit membentuk apa yang disebut unit melanin epidermis. Melanosom dihidrolisis oleh enzim dengan kecepatan yang berbeda-beda. Melanin melindungi kulit dari pengaruh matahari yang merugikan. Sebaliknya sinar matahari meningkatkan pembentukan melanosom dan melanin (Price dan Wilson, 2002).

(8)

12 2.2.1.2 Lapisan dermis

Merupakan lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal dari pada epidermis dan terdiri dari serabut-serabut kolagen, elastin, dan retikulin yang tertanam dalam suatu substansi dasar. Matriks kulit mengandung pembuluh-pembuluh darah dan saraf yang menyokong dan memberi nutrisi pada epidermis (Price dan Wilson, 2002). Dermis dan epidermis ini saling mengikat melalui penonjolan epidermis kebawah dan penonjolan dermis ke atas.

Dermis merupakan jaringan penyangga berserat dengan ketebalan rata-rata 3-5mm. Dermis terdiri dari bahan dasar serabut kolagen dan elastin. Serabut kolagen dapat mencapai 72% dari keseluruhan berat kulit manusia tanpa lemak (Tranggono dan Latifah 2007).

a. Kolagen merupakan komponen serat utama dari kulit yang memberikan ketahanan dan daya lentur pada kulit (Bauman dan Saghari, 2009). Kolagen merupakan protein fibrous, 70-80% dari berat dermis kering, dan merupakan komponen terpenting dari dermis. Kolagen disintesa dalam bentuk prekursor yaitu prokolagen. Kolagen dihancurkan oleh metallproteinase, sintesisnya dirangsang oleh asam retinoat dan dihambat oleh radiasi ultraviolet (Jain, 2012)

b. Elastin merupakan komponen yang membentuk serat elastis, sehingga bagian dermis dapat meregang dengan mudah ketika diberi tekanan dan dapat kembali kebentuk awal ketika tekanan dihilangkan (Washington, dkk., 2003). Radiasi UV pada dermis akan menyebabkan terjadinya dermal elastosis, yaitu serabut elastin kulit menjadi kasar, menebal dan kaku (jain, 2012).

(9)

13 2.2.1.3 Lapisan subkutan

Lapisan subkutan adalah kelanjutan dermis atau jaringan ikat longgar, berisi sel-sel lemak didalamnya. Lapisan ini merupakan bantalan untuk kulit, mempertahankan suhu tubuh dan tempat penyimpanan energi (Price dan Wilson, 2002).

2.3 Fungsi Kulit

Kulit mempunyai berbagai fungsi yaitu sebagai berikut: 1. Fungsi Proteksi

Kulit melindungi bagian dalam tubuh manusia terhadap gangguan fisik maupun mekanik, misalnya tekanan, gesekan, tarikan, gangguan kimiawi, seperti zat-zat iritan (lisol, karbol, asam atau basa kuat lainnya), gangguan panas atau dingin, gangguan sinar radiasi atau ultraviolet, gangguan kuman, jamur, bakteri atau virus (Wasitaatmadja, 1997).

2. Fungsi absorpsi

Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan, maupun benda padat, tetapi cairan yang mudah menguap lebih mungkin diserap kulit, begitu pula zat yang larut dalam minyak. Kemampuan absorpsi kulit ini tergantung pada tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban udara, metabolisme dan jenis vehikulum zat yang menempel di kulit. Penyerapan melalui celah antar sel, saluran kelenjar atau saluran keluar rambut (Wasitaatmadja, 1997).

3. Fungsi pengindra (sensori)

Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Badan ruffini yang terletak di dermis, menerima ransangan dingin dan

(10)

14

ransangan panas diperankan oleh badan krause. Badan taktil meissner yang terletak di papil dermis menerima ransang rabaan, demikian pula badan Merkel-renvier yang terletak di epidermis (Wasitaatmadja, 1997).

4. Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh (thermoregulasi)

Kulit melakukan peran ini dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan otot dinding pembuluh darah kulit. Pada keadaan suhu tubuh meningkat, kelenjar keringat mengeluarkan banyak keringat ke permukaan kulit dan dengan penguapan keringat tersebut terbuang panas tubuh. Vasokonstriksi pembuluh darah kapiler kulit menyebabkan kulit melindungi diri dari kehilangan panas pada waktu dingin (Wasitaatmadja, 1997).

5. Pengeluaran (ekskresi)

Kelenjar-kelenjar pada kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna sisa metabolisme dalam tubuh misalnya NaCl, urea, asam urat, amonia dan sedikit lemak (Wasitaatmadja, 2002).

6. Fungsi pembentukan pigmen (Melanogenesis)

Jumlah melanosit serta jumlah dan besarnya melanin yang terbentuk menentukan warna kulit. Melanin dibuat dari sejenis protein, tirosin, dengan bantuan enzim tirosinase, ion Cu dan oksigen oleh sel melanosit di dalam melanosom. Pajanan sinar matahari dapat mempengaruhi produksi melanin (Wasitaatmadja, 2002).

7. Fungsi keratinisasi

Keratinisasi dimulai dari dari sel basal yang kuboid, bermitosis ke atas berubah bentuk lebih poligonal yaitu sel spinosum, terangkat ke atas menjadi lebih gepeng, dan bergranula menjadi sel granulosum. Kemudian

(11)

15

sel tersebut terangkat ke atas lebih gepeng dan granula serta intinya hilang menjadi sel spinosum dan akhirnya sampai dipermukaan kulit menjadi sel yang mati, protoplasmanya mengering menjadi keras, gepeng, tanpa inti yang disebut sel tanduk. Sel tanduk ini akan secara kontinu lepas dari permukaan kulit dan diganti oleh sel yang terletak dibawahnya (Wasitaatmadja, 2002).

8. sintesis vitamin D

Kulit dapat membentuk Vitamin D dari bahan baku 7-dehidroksi kolesterol dengan bantuan sinar matahari. Namun produksi ini masih lebih rendah dari kebutuhan tubuh sehingga diperlukan tambahan vitamin D dari luar melalui makanan (Wasitaatmadja, 2002).

2.4 Sinar Matahari dan Bahayanya Terhadap Kulit

Radiasi ultraviolet adalah bagian dari spektrum radiasi elektromagnetik yang dipancarkan oleh matahari (Lucas, dkk.,2006). Penyinaran matahari yang sedang secara psikologi dan fisiologi akan menimbulkan rasa nyaman dan sehat. Dapat merangsang peredaran darah, dan meningkatkan pembentukan hemoglobin.

Sinar matahari dapat mencegah atau mengobati penyakit riketsia karena 7-dehidrokolesterol yang terdapat pada epidermis diaktifkan menjadi vitamin D.

Sinar matahari dapat membantu pengobatan kulit seperti psoriasis, berpengaruh baik pada sistem saraf otonom dan mengurangi berbagai infeksi. Pembentukan melanin yang berfungsi sebagai pelindung tubuh alami terhadap sengatan sinar matahari (Ditjen POM, 1985).

(12)

16

Berdasarkan panjang gelombang dan efek fisiologi sinar UV dibedakan menjadi tiga yaitu: UVA (320 - 400nm) yang menimbulkan pigmentasi sehingga menyebabkan kulit berwarna coklat kemerahan tanpa menimbulkan inflamasi sebelumnya; UVB (290 - 320nm) yang mengakibatkan sunburn maupun reaksi iritasi, serta kanker kulit apabila terlalu lama terpapar dan UVC (200 - 290nm) yang tertahan pada lapisan atmosfer sehingga tidak dapat masuk ke bumi karena adanya lapisan ozon, efek penyinaran paling kuat karena memiliki energi radiasi paling tinggi diantara ketiganya, yaitu dapat menyebabkan kanker kulit dengan penyinaran yang tidak lama (Taufikkurohmah, 2005; Windono, dkk., 1997).

Gambar 2.3 Penetrasi Sinar UV terhadap kulit (www.sante.gouv.qc.ca). Radiasi UV yang berperan dalam kesehatan manusia terdiri dari UVA dan UVB. Sebanyak 95-98% radiasi UV yang mencapai permukaan bumi terdiri dari UVA, sedangkan sisanya sekitar 2-5% adalah sinar UVB. Intensitas UVA dalam sinar matahari mencapai 500-1000 kali lebih besar dibandingkan UVB (Hawk dan Young, 2004).

UVB merupakan sinar ultraviolet yang efektif menembus bumi dan mengakibatkan kerusakan pada kulit manusia. Kerusakan yang terjadi oleh karena radiasi UVB adalah lebih pada kerusakan DNA sel yang merupakan kromofornya. Gejala kerusakan yang terjadi akibat penyerapan UVB ke epidermis berupa

(13)

17

eritema. Panjang gelombang dari ultraviolet yang paling efektif menyebabkan eritema yaitu 250-290 nm dan semakin berkurang efek eritemanya seiring dengan bertambahnya panjang gelombang (Gilchrest dan Krutmann, 2004).

Gambar 2.4. Aktivitas Spektrum terhadap respon biologi (www.temis.nl). Pengaruh Radiasi UV terhadap kesehatan tergantung pada jumlah dan jenis radiasi yang mengenai tubuh. Faktor yang mempengaruhi radiasi UV pada kesehatan manusia adalah: Jumlah ozon di atmosfer yang tersedia untuk menyerap radiasi UV, khususnya UVB (Lucas, dkk., 2006). Selain faktor lapisan ozon faktor lain yang mempengaruhi jumlah radiasi UV yang mencapai bumi adalah waktu, musim, garis lintang dan ketinggian (Wang, dkk., 2010).

Efek akut sinar UV terhadap kulit meliputi Sunburn yang merupakan reaksi inflamasi pada kulit berkaitan dengan kemerahan yang timbul setelah paparan yang berlebihan dari sinar UV (Rigel, dkk., 2004). Efek lainnya yaitu terjadinya pigmentasi kulit berupa reaksi kecoklatan (tanning) dan pembentukan melanin baru. Stimulus utama bagi pembentukan melanin adalah radiasi ultraviolet. Melanin melindungi inti sel pada epidermis terhadap pengaruh buruk

(14)

18

radiasi UV. Warna kecoklatan karena kulit terkena sinar matahari merupakan suatu mekanisme perlindungan yang alami (Brown dan Burns, 2005).

Respon pertama terhadap sinar matahari adalah peningkatan distribusi melanosom. Hal ini dengan cepat dapat meningkatkan pigmentasi pada lapisan basal. Berubahnya warna kulit menjadi coklat karena sinar matahari. Jika stimulasi cepat dihentikan warna coklat akan cepat menghilang dan mengelupas seiring pergantian normal epidermis. Bila paparan terjadi lebih lama produksi melanin dapat meningkat secara permanen yang lama kelamaan dapat menyebabkan kanker dan penuaan dini (Brown dan Burns, 2005).

2.5 Tabir Surya

Pertahanan utama kulit terhadap matahari adalah dengan memproduksi melanin untuk menyerap sinar UV yang berbahaya sehingga melindungi sel-sel kulit dari efek negatif sinar UV. Namun jumlah melanin yang dihasilkan tidak cukup memadai untuk melindungi kulit sehingga diperlukan beberapa cara untuk melindungi kulit terhadap efek buruk sinar matahari yaitu dengan menggunakan pakaian yang bersifat fotoproteksi, memakai topi lebar, menggunakan kacamata hitam dan dengan menggunakan tabir surya broad spectrum (Gonzales, dkk., 2008).

Sediaan tabir surya adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud membaurkan atau menyerap secara efektif cahaya matahari terutama daerah emisi gelombang ultraviolet dan infra merah sehingga dapat mencegah terjadinya gangguan kulit karena cahaya matahari (Ditjen POM, 1985).

(15)

19

Suatu produk tabir surya mengandung bahan yang dapat menyerap atau memantulkan radiasi UV. Berdasarkan mekanisme kerjanya tabir surya dibagi menjadi dua kategori yaitu tabir surya fisik dan tabir surya kimia.

a. Tabir surya fisik

Tabir surya yang bekerja dengan cara memantulkan atau menghamburkan radiasi UV. Tabir surya jenis ini mampu berfungsi sebagai pelindung fisik terhadap paparan UV dan cahaya tampak. Ada 2 jenis tabir surya fisik yaitu Titanium dioksida dan zink oksida. Namun penggunaan titanium dioksida dan zink oksida memerlukan konsentrasi yang tinggi untuk mendapatkan efek yang diinginkan selain itu tabir surya ini tampak pada permukaan kulit karena bersifat opaque sehingga kurang disukai oleh konsumen. Namun keuntungan penggunaan tabir surya fisik adalah memiliki fotostabilitas yang tinggi dan tingkat toksisitas yang rendah selain itu tabir surya fisik memiliki perlindungan terhadap UVA dan UVB tidak seperti tabir surya kimia yang pada umumnya hanya efektif di daerah UVA atau UVB saja (Barel, dkk., 2009).

b. Tabir surya kimia

Sangat berbeda dengan tabir surya fisik, tabir surya kimia menyerap radiasi UV melalui struktur cincin aromatik terkonjugasi. Radiasi yang diserap senyawa ini menyebabkan molekulnya tereksitasi kebentuk yang memiliki energi lebih besar daripada energi pada keadaan dasar (ground state). Dan ketika molekul yang tereksitasi kembali ke keadaan dasar, energi diemisikan dalam bentuk energi yang lebih rendah daripada energi yang diserap (Wang, dkk., 2010).

Tabir surya kimia diantaranya yaitu turunan PABA (oktil dimetil PABA, Amil dimetil PABA dan Gliceril PABA), Sinamat (Oktil metoksisinamat,

(16)

20

Cinoxate, dll), Salisilat (octisalate, homosalate), octocrylene dll. Ini merupakan senyawa tabir surya yang memiliki efektivitas yang baik pada daerah UVB. Turunan Benzofenon (oksibenson), metil antranilat, butilmetoksidibenzoilmetan (avobenson), dll merupakan tabir surya yang efektif pada daerah panjang gelombang UVA (Barel, dkk., 2009).

Gambar 2.5 Mekanisme kerja sunscreen (www.dermae.com).

2.6 SPF (Sun Protection Factor)

Efektivitas tabir surya dinyatakan dalam SPF (Sun Protection Factor) yang merupakan rasio energi UV yang dibutuhkan untuk mencapai minimal erythema dose (MED) pada kulit yang dilindungi oleh tabir surya, Dibagi dengan jumlah energi UV yang dibutuhkan untuk mencapai MED pada kulit tanpa perlindungan. Minimal Erythema Dose (MED) didefenisikan sebagai dosis radiasi sinar UV yang dibutuhkan untuk menyebabkan terjadinya eritema (Elmarzugi, dkk., 2013).

Pengukuran nilai SPF suatu sediaan tabir surya dapat dilakukan secara in vitro. Metode pengukuran nilai SPF secara in vitro terbagi atas dua tipe. Tipe pertama adalah dengan cara mengukur serapan atau transmisi radiasi UV melalui lapisan produk tabir surya pada plat kuarsa atau biomembran (Gordon, 1993). Dan tipe yang kedua adalah dengan menentukan karakteristik serapan tabir surya

(17)

21

menggunakan analisis secara spektrofotometri larutan hasil pengenceran dari tabir surya yang diuji (Mansur, dkk., 1986).

Mansur, dkk (1986) mengembangkan suatu persamaan matematis untuk mengukur nilai SPF secara in vitro dengan menggunakan spektrofotometer. Persamaannya adalah sebagai berikut:

SPFspectrophotometric = CF x ∑𝟑𝟑𝟑𝟑𝟑𝟑𝟑𝟑𝟐𝟐𝟑𝟑𝑬𝑬𝑬𝑬 (λ)𝒙𝒙 𝑰𝑰 (λ)𝒙𝒙 𝑨𝑨𝑨𝑨𝑨𝑨 (λ) Dimana :

CF = Faktor Koreksi (10) EE = Spektrum Efek Erytemal

I = Spektrum Intensitas dari Matahari Abs = Absorban dari sampel

Nilai EE x I adalah suatu konstanta. Nilainya dari panjang gelombang 290-320 nm dan setiap selisis 5 nm telah ditentukan oleh Sayre, dkk. (1979). Nilai dapat dilihat pada Lampiran 17.

Nilai SPF berkisar antara antara 0-100, Pathack dalam Wasitaatmadja (1997) membagi tingkat kemampuan tabir surya sebagai berikut :

1. Minimal, bila SPF antara 2-4, contoh salisilat dan antranilat. 2. Sedang, bila SPF antara 4-6, contoh sinamat dan benzofenon. 3. Ekstra, bila SPF antara 6-8, contoh derivat PABA.

4. Maksimal, bila SPF antara 8-15, contoh PABA.

5. Ultra, bila SPF lebih dari 15, contoh kombinasi PABA, non PABA, dan Fisik.

FDA merekomendasikan menggunakan sunscreen dengan nilai SPF minimal 15 atau lebih untuk mendapatkan efek perlindungan terhadap sinar UV yang lebih baik. Nilai SPF mengacu kepada kemampuan suatu produk tabir surya untuk menyaring atau memblokir sinar matahari yang berbahaya. Misalnya, untuk

(18)

22

tabir surya dengan SPF 15 memiliki kemampuan menyerap 93% dari sinar matahari. Jumlah radiasi UV yang diteruskan dengan yang diserap oleh produk tabir surya pada berbagai nilai SPF dapat dilihat pada Gambar 2.6 dibawah ini.

Gambar 2.6 Hubungan antara transmitan dan absorban nilai SPF (www.scielo.br)

Tanpa penggunaan sunscreen dengan benar, kemampuan SPF akan jauh lebih rendah dari label produk. Untuk mendapatkan aktivitas SPF optimum, pasien harus mengaplikasikan 1 ons sunscreen untuk menutupi seluruh permukaan kulit yang terpapar matahari sekitar 30 menit sebelum terpapar. Sunscreen harus diaplikasikan kembali setiap 2 jam sekali dalam jumlah yang sama dengan penggunaan pertama kali, atau setiap selesai berenang atau mengeluarkan keringat. Sebaiknya menggunakan sunscreen yang tahan air apabila akan berenang atau berkeringat dan untuk anak-anak dibawah 6 bulan penggunaan sunscreen terlebih dahulu ditanyakan pada dokter. Penggunaan sunscreen 2 jam sekali ini ditentukan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rigel, dkk., bahwa penggunaan sunscreen setiap 2 jam sekali atau lebih sering 5 kali lebih lebih kecil menyebabkan Sunburn dibandingkan penggunaan sunscreen setiap 2,5 jam atau lebih (FDA, 2011).

(19)

23

Penggunaan tabir surya secara teratur dapat mencegah perkembangan keratosis, karsinoma sel skuamosa, melanoma dan fotoaging karena paparan UV. Manfaat ini hanya dapat terwujud dengan penggunaan tabir surya secara memadai, selain menghindari paparan sinar matahari langsung. Namun kebanyakan penggunaan tabir surya sering tidak cukup, sehingga mengurangi efektivitas tabir surya. SPF yang diberikan oleh tabir surya tergantung kepada ketebalan. Jumlah tabir surya yang tidak cukup untuk daerah yang terpapar sinar matahari merupakan faktor yang dapat mengurangi efektivitas tabir surya. Ketebalan penggunaan tabir surya yang disepakati secara internasional adalah 2 mg/cm2 (Reiche dan Sinclair, 2015).

Tipe kulit merupakan faktor yang harus diperhatikan untuk produk sunscreen. Adapun nilai SPF yang dianjurkan untuk berbagai tipe kulit adalah : 1. Kulit Tipe I : broad spectrum sunscreen dengan nilai SPF minimal 20-30 2. Kulit Tipe II : Broad spectrum sunscreen dengan SPF 12-20

3. Kulit Tipe III : sunscreen dengan nilai SPF 8-15 4. Kulit Tipe IV : Sunscreen dengan nilai SPF 4-12 5. Kulit Tipe V : Sunscreen dengan nilai SPF 2-8

6. Kulit Tipe VI : berlindung dari paparan matahari langsung

2.7 Oktil Metoksisinamat

Oktil metoksisinamat adalah senyawa golongan sinamat yang menyerap sinar pada panjang gelombang 290-320 nm pada daerah UVB (Barel. Dkk., 2009). Oktil Metoksisinamat merupakan turunan asam sinamat (Unsaturated fatty acid), UV filter ini merupakan Liquid oil-soluble yang sangat mudah terdispersi pada

(20)

24

fase minyak dalam sediaan kosmetik. Dan biasanya compatible dengan berbagai bahan kosmetik lain. Dibandingkan sunscreen kimia lain oktil metoksisinamat lebih sedikit dilaporkan menyebabkan reaksi fotoalergi atau fotosensitisasi. Kelemahan dari oktil metoksisinamat adalah ketika terpapar cahaya oktil metoksisinamat akan mengalami perubahan menjadi bentuk yang tidak aktif yaitu dari cis-oktil metoksisinamat menjadi trans-oktil metoksisinamat yang dapat menurunkan efek dari oktil metoksisinamat sebagai tabir surya (Pattanaargson dan Limphong, 2001).

Gambar 2.7 Rumus bangun oktil metoksisinamat (www.drugfuture.com). Nama kimia : 2-Ethylhexyl 3-(4-Methoxyphenyl)-2 Propenoate

Nama dagang : Eusolex 2292, Escalol 557, NeoHolipan, Parsol MCX, Rumus bangun : C18H26O3

Berat Molekul : 290,40 g/mol

Deskripsi : berwarna kuning pucat dalam keadaan cair

λ maksimum : 311 (De Polo, 1998).

2.8 Avobenson

Avobenson merupakan bahan tabir surya yang larut minyak dari turunan dibenzoilmetan. Avobenson merupakan tabir surya yang aktif di daerah UVA.

(21)

25

Absorbansi maksimum dari Avobenson adalah 357 nm. Karena kemampuan avobenson dalam mengabsorbsi sinar UV pada rentang panjang gelombang yang luas menyebabkan Avobeson dikategorikan sebagai tabir surya yang bersifat broad spectrum (Vielharber, dkk., 2006).

Gambar 2.8 Rumus bangun Avobenson (www.sigmaaldrich.com).

Nama kimia : 1-(4-tetrabutilfenil)-3(4-metoksifenil)propane-1,3 dion Nama dagang : Pasol 1789, Eusolex 9020, Avobenzone.

Berat Molekul : 310,39 g/mol Rumus bangun : C20H22O3

Deskripsi : serbuk kristal berwarna kuning dan bau aromatis lemah

Gambar

Tabel 2.1  Kandungan β-karoten, total flavonoid dan total fenol pada pepaya  NO  Bagian Pepaya  β-carotene
Gambar 2.1. Anatomi kulit (source: www.STFranciscare.org).
Gambar 2.3 Penetrasi Sinar UV terhadap kulit (www.sante.gouv.qc.ca ) .  Radiasi UV yang  berperan dalam kesehatan manusia terdiri dari UVA dan  UVB
Gambar 2.4. Aktivitas Spektrum terhadap respon biologi (www.temis.nl).
+5

Referensi

Dokumen terkait

Standar Nasional Indonesia (SNI) Produksi bibit rumput laut grasilaria (Gracilaria verrucosa) dengan metode sebar di tambak untuk dapat di per gunakan oleh pembudidaya, pelaku

Salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Heny Fenelyta Silitonga (2013) dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Buku Ajar Bahasa dan Sastra Indonesia Sekolah

Pengaruh Lama Fermentasi dan Berat Ragi Roti Terhadap Kadar Bioetanol Dari Proses Fermentasi Glukosa Hasil Hidrolisis Selulosa Jerami Padi Dengan HCl 30%.. Universitas

dari segi makna yaitu sebagai doa meminta kepada tuhan supaya diberi keselamatan, berkah rezeki yang diperoleh, diberi perlindungan, diberi kelancaran agar tidak terjadi apa-apa

Pada tahun 2013, persentase cakupan pelayanan kesehatan dasar/rujukan masyarakat miskin telah mencapai 100% dari target yang telah ditetapkan sebesar 100%, dimana seluruh warga

Sedangkan jika digunakan untuk melayani beban campuran dimana generator biogas digunakan untuk beban AC dan sel surya untuk penyalaan beban lampu DC, maka generator biogas

variabel dependen perubahan laba akuntansi dan variabel independen adalah perubahan indek laba pasar untuk akuntansi portofolio pasar.. akuntansi dan Beta pasar keduanya pengukur

Proses kehamilan diawali dengan proses pembuahan / konsepsi. Pembuahan atau konsepsi sering disebut fertilisasi. Fertilisasi adalah penyatuan sperma laki laki denagn