• Tidak ada hasil yang ditemukan

Assalamu alaikum Warohamatullahi Wabarakatuh, Selamat Pagi, dan. Salam Sejahtera untuk kita semua. Salam Inovasi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Assalamu alaikum Warohamatullahi Wabarakatuh, Selamat Pagi, dan. Salam Sejahtera untuk kita semua. Salam Inovasi."

Copied!
156
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

L E M B A G A A D M I N I S T R A S I N E G A R A

D E P U T I I N O V A S I A D M I N I S T R A S I N E G A R A

P U S A T I N O V A S I T A T A P E M E R I N T A H A N

J a k a r t a – V e t e r a n 1 0 , D e s e m b e r 2 0 1 5

(4)
(5)

Assalamu’alaikum Warohamatullahi Wabarakatuh, Selamat Pagi, dan

Salam Sejahtera untuk kita semua. Salam Inovasi.

Segala puja dan puji syukur kita panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena hanya dengan rahmat dan ijinNYA penyelenggaraan Laboratorium inovasi administrasi negara ini telah dapat tercapai sesuai milestone yang ditetapkan yakni menghasilkan produk inovasi adminsitrasi negara di Kabupaten Muara Enim.

Perjalanan Laboratorium Inovasi Kabupaten Muara Enim sangat penuh dengan dinamika dan tantangan. Dimulai dari awal pelaksanaan Laboratorium Inovasi Muara Enim yang seharusnya dimulai pada bulan februari / maret 2015 namun mundur hingga akhir mei 2015. Akibat dari mundurnya pelaksanaan tersebut maka waktu pelaksanaan menjadi sangat minim, yang semestinya minimal 11 bulan, namun hanya dilaksanakan dalam waktu 6 bulan, karena pada bulan November harus sudah dilakukan pameran inovasi pada Hari Ulang TAhun Kabupaten Muara Enim. Menyadari kondisi ini, makat tim Pusat INTAN dan Bappeda Muara Enim dituntut untuk bekerja secara cepat.

Di samping itu, pelaksanaan tahap awal Laboratorium Inovasi ini juga menghadapi kendala yang signifikan. Pada tahap awal, jumlah ide inovasi yang dihasilkan kurang begitu menggembirakan yaitu hanya 18 ide inovasi. Hal ini sangat jauh berbeda dengan Laboratorium inovasi Kota Yogyakarta yang Menghasilkan 120 ide inovasi. Namun berkat komitmet Kabupaten Muara enim khususnya Kepala Bappeda (Bapak Ir. H. Abdul Nadjib MM) beserta Tim, jumlah ide inovasi tersebut terus berkembang

(6)

hingga mencapai suatu titik sangat membanggakan dengan lahirnya 79 ide inovasi pada agustus 2015.

Meskipun pelaksanaan Laboratorium Inovasi agak terlambat, namun pada akhirnya Kabupaten Muara Enim dapat bergerak cepat dalam tahap-Tahap berikutnya. Pengalaman semacam ini tentunya sangat penting sebagai pembelajaran bagi kabupaten muara enim dalam mengembangkan budaya inovasinya, dan juga penting untuk Tim Pusat INTAN dalam mengembangkan Laboratorium Inovasi yang lebih baik pada masa datang.

79 Ide dan Rencana Aksi Inovasi dari setiap Satuan Kerja Pangkat Daerah (SKPD) sangat bervariasi, mulai yang sederhana dan tanpa anggaran sampai dengan gagasan besar yang sangat komprehensif, bersifat multi year dan tentu saja membutuhkan anggaran yang cukup besar. Agar inovasi-inovasi tersebut dapat terekam baik dalam memori kita, maka buku ini mendokumentasikan inovasi yang telah selesai sesuai pelaksanaan Laboratorium inovasi. Namun dengan keterbatasan yang ada, maka pada kesempatan ini, buku ini mendokumntasikan 10 inovasi yang dianggap baik dalam pelaksanaan Laboratorium Inovasi Kabupaten Muara Enim. Pemilihan Inovasi ini didasarkan dengan 4 kriteria yakni: kebaharuan, kemanfaatan, keberlanjutan dan replikasi. Dari setiap kriteria diukur dengan luas ruang lingkup. Namun yang paling penting dari seluruh kriteria Inovasi tersebut telah dilaksanakan. Namun demikian, kami juga mengapresiasi ide gagasan Inovasi yang telah dikembangkan oleh setiap SPKD. 10 inovasi yang akan disajikan dalam Buku ini meliputi :

 Kartu Kuning (AK.I) di kecamatan

 Bebas Pasung Puskesmas Teluk Lubung Kec Belimbing

 Bayar Raskin Dengan Sampah

 Saung Ilmu Desa Pelakat

(7)

 Pemanfaatan Gas Metane dari Timbulan Sampah TPA menjadi Energi Alternatif Pengganti LPG

 Pengelolaan dana CSR dengan Pola Musrenbang

 Akibat Suka Facebook (Andalkan Kirim Berita atau Surat Kawat melalui Facebook)

 E inventory Barang

 Desa Green MOL

Pendokumentasian 10 inovasi ini bukan hanya untuk pemenuhan administrsi Pelaporan kegiatan. Pendokumentasian dalam buku ini sangat penting sebagai jejak-jekak inovasi kabupaten muara enim yang dapat menjadi pembelajaran bagi internal kabupaten muara enim maupun pemerintah daerah lainnya

Ada pepatah Gajah mati meninggalkan gading, Harimau mati meninggalkan belang. Begitupula, Laboratorium inovasi selesai, maka akan meninggalkan pengetahuan. Semoga buku ini memberikan manfaat dan inspirasi bagi para calon innovator.

Salam inovasi

Wassalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh. Jakarta, Desember 2015

Kepala Pusat Inovasi Tata Pemerintahan

(8)

Persaingan dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN tinggal menghitung jam. Hasil beberapa survey menunjukan pemerintah Indonesia masih tertinggal dalam kesiapan dibandingkan dengan negara tetangga lainnya. Inovasi menjadi resep segala sektor publik dalam meningkatkan governance dan pelayanan publik. Ketertinggalan kesiapan ditunjukan dengan kemauan berinovasi (willingness to innovate) dan kemampuan berinovasi (ability to innovate) di lingkungan birokrasi yang dirasakan masih rendah. Inovasi masih merupakan hal yang aneh, tidak disukai, bahkan cenderung dihindari karena pandangan yang keliru bahwa inovasi merupakan sesuatu yang tidak sejalan dengan kebijakan. Kondisi ini tentu tidak dapat dibiarkan berjalan terus namun harus dihentikan dan bahkan perlu dibalik. Kalangan birokrasi pemerintah perlu diyakinkan bahwa berinovasi di sektor publik itu menyenangkan dan mudah dilakukan.

Pelaksanaan Laboratorium Inovasi Administrasi Negara di Pemerintah Daeah Kabupaten Muara Enim yang telah menghasilkan 79 Ide dan Rencana Aksi Inovasi, Mestipun tidak semua ide dan rencana tesebut dapat terselesaikan pada tahun ini. Namun sebagai upaya menciptakan terobosan dalam governance dan pelayanan publik , kami apresiasi yang setinggi-tingginya. Meskipun secara kegiatan laboratorium inovasi telah selesai dengan diakhir tahapan Display, tapi kami sangat mengharapkan ide dan rencana aksi yang belum selesai akan tetap dijalankan dan diselesaikan. Bahkan untuk inovasi yang telah selesai dan bahkan terbaik perlu tetap dikembangkan dan disempurnakan sebagai upaya peningkatan kualitas secara terus menerus.

Buku 10 Inagara (Inovasi Adminsitrasi Negara) hasil Laboratorium Inovasi Kabupaten Muara Enim merupakan sebagaian kecil percikan inovasi

(9)

muara enim. Buku yang mendokumntasikan 10 inovasi terbaik dengan 4 kriteria yakni: kebaharuan, kemanfaatan, keberlanjutan dan replikasi sangat penting sebagai bahan pembelajaran internal dan ekternal muara enim.

Semoga dengan segala keterbatasannya, buku ini dapat bermanfaat dan memberikan ispirasi bagi para pembacanya.

Salam inovasi tiada henti….. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Jakarta, Desember 2015

Deputi Inovasi Administrasi Negara

(10)

3 Pengantar

6 Sambutan

8 Daftar Isi

12

Pendahuluan

12

Sekilas Laboratorium Inovasi Muara Enim

14

Dinamika Laboratorium Inovasi

17

Stocklist Inovasi Serasan Sekundang

20

Energi Alternatif Gas Metan TA Bukit Kancil

20 Timbunan Sampah Adalah Energi Alternatif

21 Energi Alternatif Gas Metan

22 Mekanisme Teknis – Inovasi Gas Metan 24 Strategi Suksesi Inovasi Gas Metan

27 Outcome dan Lessons Learned

29

Teluk Lubuk Bebas Pasung Pasian GKJ

29 Gangguan Kesehatan Jiwa dan Pasung 31 Pendekatan Pelayanan dan Partisipasi Masyrakat

33 Proses Inovasi Bebas Pasung

37 Outcome Inovasi Bebas PAsung

38 Keberlanjutan dan Replikasi

40

Pelayanan Kartu Kuning - Kecamatan

40 Mendekatkan Pelayanan AK-1

(11)

43 Pencari Kerja

44 Keberlanjutan dan Replikasi

46 Input, Proses, Ourput dan Outcome

49 Keberlanjutan Replikasi

51

Saung Ilmu Pelakat – Semende Darat Ulu

51 Desa Pelakat Tertinggal Informasi

53 Saung Ilmu Jendela Pengetahuan

55 Outcome Saung Ilmu

55 Keberlanjutan Inovasi

57

Desa Green MOL

57 Hara Tanah dan Habitat Mikro Organisme 59 Pupuk Organik – Mikro Organisme Lokal

60 Strategi Inovasi Desa MOL

66 Outcome Green MOL

67 Keberlanjutan dan Lessons Learned

70

Akibat Suka Facebook

70 Surat Kawat Radio HF SSB

72 Akibat Suka Facebook

74 Strategi dan Tahapan Akibat Suka Facebook

80 Outcome Akibat Suka Facebook

81 Keberlanjutan dan Lessons Learned

83

Perpustakaan Pusat Kegiatan dan Belajar

Masyarakat

(12)

86 Tahapan dan Strategi

97 Outcome dan Lessons Learned

99

Bayar Raskin Dengan Sampah Kelurahan Air

Lintang

99 Kinerja RAskin dan 131 Keluarga Miskin

107 Bayar Raskin dengan Sampah

116 Outcome dan Dampak Inovasi

119 Keberlanjutan dan Replikasi

120 Lessons Learned

123

Air Bersih Mandiri Pedesaan

123 Mecapai Target MDGs

125 Strategi Pengembangan Inovasi

129 Inovasi Air Bersih Mandiri Pedesaaan

140 Outcome

142 Keberlanjutan dan Replikasi

143

Home Care RSUD Dr. H. Mohamad Rabain

143 Pasien Rawat Inap Resiko Tinggi

144 Prioritas Pasien Ekonomi Lemah

145 Strategi Implementasi Inovasi

150 Outcome, Keberlanjutan dan Replikasi

152

Penutup

152 Pembelajaran dari Bumi Serasan Sekundang

(13)
(14)

Inovasi bukanlah menjadi kata yang asing bagi kabupaten muara enim. Kabupaten yang berada ditengah-tengah Provinsi Sumatera Selatan dengan luas wilayah

7.383,9 km² dan terbagi dalam 20 kecamatan serta 326 kelurahan/desa telah memiliki inovasi tingkat nasional. Gerakan Pembangunan Masyarakat di Bumi Serasan Sekundang atau dikenal Gerbang Serasan sebagai salah satu unggulan inovasi Bumi

Serasan Sekundang telah berhasil masuk dalam “Top 99 Inovasi Pelayanan Publik Tahun 2015” yang diselenggarakan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Prestasi bergengsi ini tentunya cukup membanggakan Kabupaten Muara Enim karena telah terpilih dari 1.189 inovasi pelayanan publik. Inovasi ini upaya mengembangkan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dengan tidak lagi secara langsung menyediakan dana untuk membantu permodalan UMKM dan Koperasi. Tetapi, Pemerintah Kabupaten Muara Enim menyediakan dana Anggaran Pembangunan dan Belanja Daerah (APBD) untuk subsidi

(15)

bunga kridit, premi asuransi dan penyediaan tenaga Konsultan Keuangan Mitra Bank (TKMB) untuk mendampingi dan memfasilitasi UMKM dan Koperasi memperoleh kredit dari perbankan.

Kabupaten yang memiliki sektor unggulan perkebunan, tanaman pangan dan holtikultura ini tidak lantas berpuas diri dengan capaian inovasinya. Hal ini ditunjukan dengan respon positif atas tawaran menjadi “pelopor” laboratorium inovasi dari Laskar Inovasi Deputi Inovasi Administrasi Negara (LAVA-DIAN) Basseng dan Suripto pada saat penyampaian hasil Survey Kepuasan Masyarakat (SKM) Badan Perizinan dan Pelayanan Terpadu (BPPT) Muara Enim Tahun 2014. Komitmen ini ditunjukan dengan surat Bupati Muara Enim No. 570/12/BPMPT-1/2015 tanggal 09 Januari 2015. Sebagai keseriusannya, surat tersebut juga ditembusakan kepada Gubernur Provinsi Sumatera Selatan, Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Provinsi serta Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Muara Enim.

Semangat berinovasi juga terekam dalam tahapan Drum-up & Diagnose Pelaksanaan Laboratorium Inovasi Daerah, dimana dalam sambutannnya kepala Bappeda menyatakan bahwa "Pemkab Muaraenim membuka peluang sebesar-besarnya kepada masyarakat luas untuk menciptakan inovasi,". Serta menunjukan tekadnya untuk Mewujudkan setiap intansi diharuskan mempunyai satu innovasi dalam waktu minimal satu tahun. Hal ini diperkuat dengan sambutan Wakil Bupati Muara Enim yang menyampaikan bahwa Kab Muara Enim bertekad mengembangkan Inovasi Birokrasi:

 Inovasi merupakan kebutuhan tidak hanya bagi pemerintah daerah tapi juga bagi aparatur pemerintah yang ingin sukses;

 Hanya pemerintah daerah yang senantiasa berinovasi yang akan mampu survive dan mampu bersaing di era globalisasi;

 Dengan berinovasi pemerintah daerah akan dapat memenuhi kebutuhan akan tuntutan pelayanan publik dan hasil pembangunan

(16)

yang senantiasa berkembang bersamaan meningkatnya kesejahteraan masyarakat.

“Tak kenal maka tak sayang” ungkapan ini mungkin tepat untuk menggambarkan Langkah awal yang ditempuh Kabupaten Muara Enim. Sebelum memasuki tahapan Laboratorium Inovasi, Bupati Muara Enim mengundang Tim Lembaga Adminsitrasi Negara untuk memperkenalkan tentang Inovasi Administrasi Negara. Narasumber dari LAN yang mengisi acara tersebut yakni Dr.

Adi Suryanto sekalu Sekretaris Utama LAN, Dr. Tri Widodo Wahyu Utomo selaku Deputi Inovasi Administrasi Negara dan beberapa Tim LAVA –DIAN. Agenda yang diselenggarakan di ruang Aula BAppeda Muara Enim, Adi Suryanto memberikan pesan bahwa Inovasi bukan merupak proses “simsalabim” kemudian hilang, namun merupakan suatu proses yang memiliki dinamika yang tergantung pada sebuah komitmen kita bersama. Kami merasakan dinamika perjalanan pelopor Laboratorium Inovasi di regional sumatera ini sungguh sangat menarik dan penuh dengan pembelajaran. Dinamika ini dimulai dari sejak awal tahapan inovasi yakni

drum up dan diagnose. Dua tahap ini sangat penting karena Tahap Drum

Up merupakan tahapan pertama untuk menginspirasi dan menggugah semangat berinovasi, dan Tahap Diagnose merupakan tahapan untuk mengidentifikasi dan menemukan ide inovasi. Hal ini tentunya menjadi

(17)

Permasalahan besar pada tahap-tahap selanjutnya. Keterlambatan ini bukan hanya hitungan hari atau minggu, tapi beberapa bulan. Tahapan yang seharusnya dilaksanakan mulai dari bulan Februari / Maret 2015 tapi dimulai akhir Mei 2015 atau hampir pertengahan tahun.

Alasan klasik dalam tragedi ini adalah masalah Administrasi dan prosedur yang berbelit-belit. Perbedaan cara pandang yang berbeda dari Tim subtansi dengan tim support administrative. Beberapa Permasalahan teknis antara lain surat Perjanjian kerja antara Pusat INTAN dan Kabupaten Muara Enim, Pengelolaan anggaran rupiah murni yang sering kali terlalu kaku dan membelenggu kegiatan subtansi. Pengalaman ini tentunya sangat berharga sebagai pembelajaran bagi kami dalam mengembangkan Laboratorium Inovasi yang lebih baik di masa yang akan datang. Dan kami sangat

bersyukur karena kendala ini kemungkinan akan segera beraknir karena Presiden Joko Widodo telah berulang kali menyampaikan dalam berbagai media dan kesempatan bahwa "Semuanya harus berani membalikkan bahwa orientasi kita bukan prosedur tapi hasil. Prosedur itu mengikuti. Ini harus dibalik total. Semuanya harus pada orientasi hasil, bukan prosedur,“

Keterlambatan pelaksanaan agenda memberikan khawatiran muncul dan kegundahan pada TIM INTAN. Ini sangat terlihat pada saat melakukan review kegiatan mingguan dan bulanan. Raut wajah Laskar Inovasi INTAN yang sangat cemas bahkan memunculkan usulan untuk mengganti lokus Laboratorium inovasinya. Namun, hasil rapat menyepakati bahwa

(18)

memberikan waktu sampai Akhir bulan Mei 2015 untuk tetap memiliki Muara Enim sebagai Lab. Inovasi.

Secercah harapan muncul dan memberikan harapan bahwa Laboratorium Muara Enim akan berjalan dengan baik. Tepatnya tanggal 26 – 30 Mei 2015, Tim Laskar Invoasi INTAN dilakukan melakukan tahap satu dan dua yakni Drum up dan Diagnose. Namun harapan matahari akan bersinar cerah dilangit yang biru hanya harapan saja, Kondisi nyata bahwa matahari masih tertutup awan, Selesai agenda Drum up dan Diagnose

belum bisa memberikan senyuman pada Tim INTAN karena tahapan tersebut hanya menghasilkan 18 ide inovasi. Hal ini sangat jauh dari semangat awal Pimpinan Muara Enim yang mengharapkan setiap SKPD minimal satu inovasi.

Dalam kegalauan “Panglima Besar” Inovasi LAN, Tri Widodo memberikan semangat dan mengingatkan untuk tetap berpegang pada nilai-nilai LAN yakni Integritas, profesional, inovatif dan peduli. Akhirnya ditambah dengan nilai komitmen yang tinggi dari seluruh tim INTAN dan Kabupaten Muara enim khusus Kepala Bappeda (Bapak Ir. H. Abdul Nadjib MM) beserta dapat berbuah manis. Perkembangan ide/rencana aksi Inovasi berkembang sangat pesat di muara enim. Mulai dari Tgl 26-30 Mei 2015 yang hanya 18 ide inovasi dan meningkat menjadi 36 ide Inovasi, 2-3 juli 2015 sudah sebanyak 60-an ide Inovasi dan Agustus 80 ide Inovasi. Pada tahapan display inovasi yang berbarengan dengan Hari Ulang Tahun Muara Enim, Kami mengibaratkan bahwa Laboratorium Inovasi Muara Enim seperti pembalap Valentino Rossi dalam Moto GP, karena dengan melakukan start belakangan tetapi finish pertama atau lebih awal dengan banyak mendahului motor lainnya. Tentunya bukan karena melakukan display lebih cepat, tetapi produk inovasinya juga relative cukup memuaskan. Hal ini dilihat dari beberapa ide gagasan dan rencana aksi yang cukup original. Untuk memberikan apresiasi pada penggagas inovasi, kami bersama tim muara enim memilih 10 inovasi terbaik dalam pelaksanaan Laboratorium Inovasi 2015. Pemilihan Inovasi terbaik saat ini

(19)

didasarkan dengan 4 kriteria yakni : kebaharuan, kemanfaatan, keberlanjutan dan replikasi. Dari setiap kriteria diukur dengan luas ruang lingkup. Namun yang paling penting dari seluruh kriteria Inovasi tersebut telah dilaksanakan. 10 inovasi yang akan disajikan dalam Buku ini meliputi:  Kartu Kuning (AK.I) di kecamatan

 Bebas Pasung Puskesmas Teluk Lubung Kec Belimbing  Bayar Raskin Dengan Sampah

 Saung Ilmu Desa Pelakat  Air Bersih Perdesaan Mandiri

 Pemanfaatan Gas Metane dari Timbulan Sampah TPA menjadi Energi Alternatif Pengganti LPG

 Pengelolaan dana CSR dengan Pola Musrenbang

 Akibat Suka Facebook (Andalkan Kirim Berita atau Surat Kawat melalui Facebook)

 E inventory Barang  Desa Green MOL

Pada bab-bab berikutnya, kita akan belajar bersama inovasi-inovasi yang telah dilaksanakan oleh Kabupaten Muara Enim. Ini tentunya baru sebagian kecil dari ide inovasi yang telah dihasilkan. Pada Bab satu kita akan belajar dari Badan Lingkungan Hidup tentang bagaimana pemanfaatan gas metan dari timbulan sampah TPA menjadi energi alternatif? Mulai melihat potensi sari sampah, mekanisme teknis inovasi, strategi penerapan, dampak dan Lessons Learned dari inovasi gas metan.

Bab dua menyajikan metode Berfikir terbaik layanan penanganan pasien gangguan kesehatan jiwa dari Puskesmas Teluk Lubuk khusunya dari dr. Refresia Yovalina. Beberapa hal yang dipelajari meliputi gangguan

(20)

kesehatan jiwa dan pasung, bagaimana mendekatkan pelayanan dan partisipasi masyrakat, bagaimana proses pelayanannya? Apa outcome inovasi bebas pasung dan bagimana menjamin keberlanjutan inovasi serta teknik replikasi.

Bab tiga memberikan pembelajaran sangat penting bagaimana melakukan trobosan dalam mendekatkan pelayanan kepada masyarakat. Bagaimana mendekatkan layanan kartu kuning sampai di kecamatan, yang seharusnya di Dinas Tenaga Kerja. Mestipun pelimpahan kewenangan terkait hal ini tidak diatur oleh pemerintah pusat, Apa rahasinya? Bagaimana inovasi ini sukses dilakukan dan jaminan keberlanjutannya serta bagaimana teknik mereplikasinya ?

Bab empat, kita akan belajar dari Camat Semende Darat Ulu, MHD

Tasman

yang telah mampu

membuka isolasi daerah, meningkatkan kapasitas

memberdayakan masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraannya. Bagaiaman membuka akses informasi, Bagaiaman mengelolanya dan keberlajutannya serta apa manfaat yang telah diterima masyakarat?. Selanjutnya, Bab lima, Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP4K) khususnya Ir.Maryana selaku Kepala BP4K akan merbagi pengelaman bagaimana setiap desa mampu mandiri dalam pupuk? Bagaimama memelihara kesuburan tanah dan meningkatkan mutu pertanian? dan Strategi mencapai keberhasilan inovasi tersebut. Siapa saat ini yang tidak mengenal facebook? Rasanya jika dalam sehari tidak melakukan up date status atau membaca status orang lain, maka serasa ada yang kurang di hari itu. Bab enam, Ardian Arifanardi, AP,. M.Si menunjukan Akibat Suka facebook dalam kinerja organisasi. Bagaimana memanfaatkan facebook secara bijak dalam bekerja? Bagaimana strategi pelaksanaan dan jaminan keberlanjutannya?

Kita akan kembali gudang ilmu yakni perpustakaan, peran perpustakaan yang sudah mulai bergeser dengan perkembangan Teknologi Informasi dibutuhkan inovasi. Kantor Perpustakaan Muara Enim memberikan

(21)

pembelajaran bagaimana melakukan revolusi perpustakaan menjadi Perpustakaan Pusat Kegiatan dan Belajar Masyarakat?. Tahapan dan strategi apa yang harus dilakukan ? dan selengkapnya dapat di baca dalam Bab tujuh.

Bab delapan sangat memberikan inspirasi bagaimana membayar tidak harus dengan uang tetapi cukup dengan sampah. Lurah Air Lintang - Lilis Murayani, S.STP, MSi memberikan Contoh bahwa masalah dapat menjadi berkah. Bagaimana strategi dan tahapannya menerapkan membayar raskin dengan sampah? Bagaimana menjaga keberlangsungan bahkan berkembangnya inovasi ini?.

Air adalah kebutuhan dasar manusia, yang seharusnya dapat terpenuhi baik dari segi Kualitas, Kuantitas maupun Kontinuitas, Hj.Elly Yuliar, ST yang membidangi masalah air minum di Dinas PU Cipta Karya memberikan resep bagaimana stategi melakukan replikasi pemenuhan air bersih di seluruh Kabupaten Muara Enim, yang selanjutnya diulas pada Bab sembilan.

Bagaimanapasien rawat inap dengan resiko tinggi dengan memampuan ekonomi lemah mendapatkan pelayanan dengan baik. Permasalahan ini memberikan inspirasi kepada Oku Asmana, SKM.MKes dan Tumpuk Susmiyati, SKep.Ners untuk Mewujudkan Home Care RSUD Dr. H. Mohamad Rabain. Bagaimana pasien mendapatkan pelayanan home care? bagaiamana strategi implementasi dan keberlanjutan inovasi ini. Silahkan selengkapnya baca tuntans di Bab sepuluh.

(22)

Indonesia dikatakan kaya akan cadangan sumber energi, yang tidak akan habis dalam waktu ratusan tahun, ini membuat Indonesia merasa terlena dan tidak menyadari bahwa saat ini Indonesia terancam mengalami krisis energi ditahun-tahun mendatang. Hal ini berkaitan erat dengan meningkatnya harga dari biaya produksi akibat kekurangan sumber energi seperti minyak bumi, atau listrik dan sumber daya energi yang berasal dari alam. Krisis energi ini akan berpengaruh terhadap perekonomian yang nantinya berdampak pada keberlangsungan hidup manusia. Tingginya permintaan energi dan jumlah pasokan minyak dalam negeri yang terus meningkat Hal ini terlihat jelas dengan kenaikan harga bahan bakar minyak dan tarif dasar listrik sehingga masyarakat perlu beralih ke sumber energi gas sebagai sumber energi alternatif yang terbaharukan. Jika kita tidak berbuat apa-apa dengan kebutuhan energi yang terus meningkat dan pasokan energi yang terus menurun, maka Indonesia akan menjadi Negara importer. Sampah yang saat ini sudah menjadi permasalah Nasional belum dikelola secara optimal , sampah yang dihasilkan dibawa ke TPA untuk ditimbun. Timbunan sampah TPA mengandung gas metan yang tergolong gas berbahaya yang dapat memberikan kontribusi besar terhadap pemanasan global. Untuk itu perlu dilakukan upaya pemanfaatan gas metan yang dihasilkan dari sampah TPA sebagai energi

(23)

alternatif yang terbaharukan sekaligus mendukung program pemerintah untuk mengurangi pemanasan global (global warming) secara umum. Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Muara Enim selaku lembaga teknis yang membidangi masalah lingkungan memandang perlu mencari cadangan sumber energi baru sebagai energi alternatif. Selama sampah hanya menjadi persoalan yang tidak ada habisnya dan belum dikelola dan dimanfaatkan . Tumpukan sampah di TPA akan menghasilkan gas metan (CH4) yang jika tidak dikelola secara bijak dapat menimbulkan pencemaran dan memberikan kontribusi terhadap pemanasan global. Oleh karena itu diperlukan upaya pemanfaatan gas metan dari timbulan sampah TPA menjadi energi alternatif pengganti LPG yang dapat dimanfaatkan secara ekonomis bagi masyarakat.

Inovasi yang dikembangkan di Badan Lingkungan Hidup tidak terlepas dari dukungan dari Kementerian Lingkungan Hidup yang membidangi program Adipura yang mempersyaratkan kota bersih dan teduh dengan melakukan konservasi energi dari energi yang belum termanfaatkan menjadi energi termanfaatkan dalam hal ini energi gas metan (CH4) atau biogas yang dihasilkan timbulan sampah TPA menjadi energi alternatif sebagai bahan bakar menganti LPG dan untuk penerangan. Akhirnya Badan Lingkungan Hidup melakukan koordinasi berinisiatif untuk mengembangkan gas metan TPA menjadi sumber energi alternative di pemukiman penduduk malaui pipanisasi dan diharapkan TPA melayani pengisisan ulang gas metan.

Tujuan dari inovasi pemanfaatan gas metan (CH4) dari timbulan sampah TPA menjadi energi alternatif pengganti LPG adalah sebagai upaya pencadangan energi baru yang terbaharukan untuk mengantisipasi krisis energi yang saat ini sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia , sebagai

(24)

upaya pengurangan pemanasan global (global warming), mengurangi pencemaran lingkungan dari tumpukan sampah yang dihasilkan, memperpanjang umur pemakaian TPA serta membantu masyarakat menengah kebawah untuk mendapatkan pasokan sumber energi LPG secara gratis. Kelompok sasaran utama dari inovasi ini adalah masyarakat yang tinggal di perumahan TPA Bukit Kancil, Masyarakat sekitar TPA Bukit Kancil, Rumah Hapiz Alquran Kabupaten Muara Enim dan masyarakat menengah kebawah pemanfaat LPG yang bias melakukan pengisian ulang secara langsung dengan membawa tabung ke TPA Bukit Kancil . Inovasi pemanfaatan gas metan dari timbulan sampah TPA menjadi energi alternatif pengganti LPG sebagai tindak lanjut dari upaya pengurangan pemanasan global melalui pemanfaatan gas metan dari timbulan sampah TPA . Selama ini kandungan metan yang ada pada sampah hanya memberikan kontribusi terhadap pemanasan global belum dilakukan upaya pengelolaan dan pemaanfaatan. Selain itu, masyarakat sekitar TPA menggunakan bahan bakar LPG , kayu bakar dan kompor minyak untuk keperluan memasak sehari-hari. Melalui inovasi ini diharapkan dapat membantu masyarakat mendapatkan sumber bahan bakar secara gratis tanpa dipungut biaya yang penyalurannya melalui pipanisasi atau mengisi ulang di TPA Bukit Kancil.

Ribuan ton sampah di tempat pembuangan akhir (TPA) merupakan biomassa dan aneka material dengan segala potensinya guna mensejahterakan. Setidaknya, sampah TPA memiliki kandungan energi dari terbentuknya gas metan (CH4), potensi kalor dari jenis biomassa kering

(kayu, ranting, daun, kain, kertas) serta pupuk. Hasil pelapukan (dekomposisi) jenis organik secara alami bertahun-tahun, telah menjadi

(25)

kompos, guna menyuburkan pertamanan kota serta usaha budidaya tanaman.

Sebelum berlaku Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 sampah dibiarkan dalam keadaan terbuka di TPA (open dumping), selama puluhan tahun TPA menghasilkan jutaan m3 gas metan ke udara. Merujuk referensi, tiap1

ton sampah adalah penyumbang 50 kg metana ke atmosfir menjadi penyebab efek rumah kaca atau pemanasan global (global warming).

Gas metana merupakan komponen utama dari biogas. Gas ini dapat menghasilkan energi yang cukup besar karena satu meter kubik gas metana setara dengan energi yang dihasilkan 0,48 kilogram gas elpiji. Gas metana dapat ditemukan di sekitar kita berasal dari sampah organik yang telah melalui perombakan oleh bakteri,. Gas ini sebenarnya termasuk berbahaya dan disebut sebagai penyebab pemanasan global (global warming) karena memiliki efek pemanasan beberapa kali lebih kuat dalam menyebabkan pemanasan bumi dibandingkan dengan CO2. Untuk

setiap ton metan yang dilepaskan setara dengan pelepasan 72 ton gas karbon dioksida.CH4 = 72 * CO2

Melalui teknologi pengolahan sampah secara Sanitary Landfill merupakan metode pengolahan sampah dengan penimbunan yang akan mengalami proses dedradasi secara aerob. Sejalan dengan teknik sampah ditimbun lapis demi lapis dengan ketebalan tanah 30 cm kondisi aerob tidak dapat bertahan lama. Kondisi yang dominan adalah kondisi anaerob sehingga memunculkan gas bio yaitu CH4 dan CO2.

Pembentukan gas metane dari landfill

Gas metane dari tumpukan sampah TPA dihasilkan dari proses dekomposisi sampah oleh aktivitas mikroorganisme. Proses dekomposisi berlangsung dalam keadaan aerobic melalui beberapa tahapan:

(26)

a. Hydrolisis, pemecahan rantai karbon panjang menjadi rantai karbon yang lebih sederhana.

b. Acidogenesis, senyawa rantai karbon yang telah sederhana diubah menjadi asam-asam organic akibat aktivitas mikroorganisme acidogen. Gas yang tebentuk gas CO2

c. Methanogenesis, tahapan degradasi yang menghasilkan gas metan dan gas lain akibat aktivitas mikrooeganisme pembentuk metan. Karakteristik gas yang dihasilkan dari dekomposisis sampah tergantung dari karakteristik sampah yang ditimbun. Komposisi gas terbesar yang dihasilkan adalah Gas metan (CH4) dan karbondioksida (CO2). Gas-gas ini dapat

dimanfaatkan sebagai sumber energi yang sangat potensial sebagai energi alternative dan jika tidak dikelola dengan baik dapat memberikan kontribusi terhadap pemanasan global.

TPA Bukit Kancil telah dioperasikan sebagai TPA sejak tahun 1990 namun pada tahun 2012 TPA Bukit Kancil telah menerima bantuan dana dari APBD untuk pembangunan TPA sanitary Landfill sekaligus dilengkapi dengan peralatan pipanisasi sebagai penangkap gas metan.

Pada tahun 2013 pemanfaatan gas metan dari tumpukan sampah TPA mulai digali dan sudah dimanfaatkan sebagai energi alternatif untuk bahan bakar kompor di TPA Bukit Kancil

Strategi yang dilakukan untuk pelaksanaan inovasi ini dengan melakukan koordinasi ke Dinas PU Cipta Karya selaku Dinas yang bertanggung jawab terhadap masalah sampah di Kabupaten Muara Enim dan bekerjasama dengan UPTD Kebersihan yang secara langsung dibawah Dinas PU Cipta Karya yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan TPA Bukit Kancil.

(27)

Prinsip koordinasi ini sangat berpengaruh besar terhadap keberhasilan kota Muara Enim untuk mewujudkan konservasi energi melalui pemanfaatan gas metan dari tumpukan sampah di TPA Bukit Kancil.

Setelah gas metan TPA berhasil di dapat kemudian dilakukan penyaluran pipa yang baru termanfaatkan di sekitar area TPA Bukit Kancil sebagai sumber energi pengganti energi LPG yang selama ini digunakanmasyarakat untuk keperluan memasak.

Melalui inovasi ini diharapkan kedepan pemanfaatan gas metan TPA Bukit Kancil bukan hanya dimanfaatkan disekitar TPA namun dapat didistribusikan ke masyarakat sekitar TPA malaui pipanisasi dan jika memungkinkan di TPA Bukit Kancil akan dijadikan sebagai panggalan gas metan yang melayani pengisian ulang gas bagi masyarakat, pedagang yang tergolong kelompok ekonomi menengah ke bawah.

Pemangku kepentingan

Proses terbentuknya inovasi pemanfaatan gas metan dari timbulan sampah TPA menjadi energi alternatif pengganti LPG sebagian besar melibatkan pihak Pemerintah Kabupaten Muara Enim , dalam hal ini Bupati Muara Enim, Asisten, Staf Ahli , Dinas Instansi Terkait.

Namun yang paling penting pihak Pemerintah Kabupaten Muara Enim dalam hal ini Badan Lingkungan Hidup sedang mencari sponsor dengan menggandeng perusahaan yang berada di dalam Kabupaten Muara Enim untuk membiayai pelaksanaan inovasi ini melalui pemanfaatan dana Coorporate Social Responsibility (CSR) perusahaan.

Tidak menutup kemungkinan Badan Lingkungan Hidup akan mencari sumber dana alokasi khusus (DAK) bidang lingkungan melalui kementerian Lingkungan Hidup untuk pelaksanaan inovasi ini.

(28)

Untuk menjalankan inovasi pemanfaatan gas metan dari timbulan sampah TPA menjadi energi alternatif pengganti LPG, maka sumber daya yang digunakan adalah sumber daya manusia (SDM) , sumberdaya alam dan sumberdaya modal.

Sumber daya manusia (SDM) di kalangan Pemerintah Daerah Kabupaten Muara Enim yang meliputi Dinas Pu Cipta Karya, Badan Lingkungan Hidup dan UPTD Kebersihan.

Sumberdaya alam berupa bahan bahan pendukung yang diproses menjadi barang kemudian setelah dimanfaatkan dikembalikan ke TPA sedangkan sumberdaya modal segala sesuatu yang digunakan untuk menghasilkan barang seperti peralatan, pemipaan, mesin-mesin.

Untuk memobilisasi sumber daya tersebut agar bekerja secara efektif sekeligus menumbuhkan rasa kebersamaan dan kebersihasilan dalam pelaksanaan inovasi ini maka dilakukan diskusi dan koordinasi secara kontinyu melalui rapat bulanan atau diskusi secara langsung dengan petugas dilapangan . Mobilisasi tidak hanya dilakukan di kalangan pimpinan, namun juga melibatkan petugas pengelolaa TPA yang secara langsung melakukan pengelolaan sampah.

Output dari inovasi pemanfaatan gas metan dari timbulan sampah TPA menjadi energi alternatif pengganti LPG adalah Tersedianya prasarana sarana pemanfaat gas metan ke pemukiman penduduk berupa tangki pengumpul, pipanisasi gas, dan kompor gas .

Sistem yang diterapkan untuk memantau keberhasilan dan mengevaluasi inovasi pemanfaatan gas metan dari timbulan sampah TPA menjadi energi alternatif pengganti LPG dilakukan oleh jajaran pimpinan , staf dan petugas lapangan dengan mencatat sampah yang masuk ke landfill TPA, volume gas metan yang dihasilkan, temperature gas metan, tekanan gas metan

(29)

Dalam pelaksanaan inovasi pemanfaatan gas metan dari timbulan sampah TPA menjadi energi alternatif pengganti LPG, akan selalu ada kendala yang dihadapi, dalam hal ini terbentur dalam masalah perencanaan secara teknis yang meliputi perencanaan peralatan yang akan digunakan, jarak pipanisasi yang akan dipasang, jumlah volume gas metan yang dihasilkan beserta sifat fisik dan kimia gas metan itu sendiri yang akan mempengaruhi produksi gas metan yang akan dihasilkan. Selain itu sumber dana yang akan digunakan untuk pelaksanaan inovasi pemanfaatan gas metan dari timbulan sampah TPA menjadi energi alternatif pengganti LPG apakah bersumberkan dana DAK bidang Lingkungan Hidup, dana APBD Kabupaten Muara Enim ataukah dana CSR perusahaan. Untuk mengatasi kendala tersebut pihak badan Lingkungan Hidup akan terus berkoordinasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup terkait masalah perencanaan, sumber dana dan juga berkoordinasi dengan Badan Perencana Pembangunan Daerah Kabupaten Muara Enim dan dinas Pendapatan Daerah kabupaten Muara Enim selaku yang membidangi penganggaran kegiatan dalam kabupaten Muara Enim.

Inovasi pemanfaatan gas metan dari timbulan sampah TPA menjadi energi alternatif pengganti LPG diharapkan akan memberikan dampak positif terhadap masyarakat sekitar lokasi TPA Bukit kancil yang akan memanfaatkan sumber energi tersebut secara cuma-cuma tanpa dipungut biaya dan mendukung program pemerintah pusat untuk mengurangi emisi gas rumah kaca melalui pemanfaatan gas metan dari tumpukan sampah TPA sekaligus sebagai upaya pengurangan pemanasan global (global warming).

Terdapat banyak kemungkinan dan peluang bagi Kabupaten/kota lainnya untuk mereplikasi inovasi yang di lakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Muara Enim. Hal ini khususnya bagi Kabupaten/Kota

(30)

yang telah memiliki TPA sanitary landfill untuk memanfaatkan gas metan dari tumpukan sampah TPA menjadi sumber energi alternative pengganti LPG.

Lessons learned

Dari uraian tentang inovasi pemanfaatan gas metan dari timbulan sampah TPA menjadi energi alternatif pengganti LPG yang akan dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup kedepan dapat diambil benang merah untuk dijadikan pelajaran sekaligus inspirasi bagi kabupaten/kota lainnya yang ingin mereplikasi inovasi ini di kembangkan daerahnya. Pelajaran-pelajaran yang dapat diambil dari kegiatan inovasi ini adalah sebagai berikut :

 Diharapkan kita lebih arif dalam mengkonsumsi energi yang tidak terbaharukan.

 Diperlukan upaya pencadangan sumber energi alternatif yang terbaharukan dari alam.

 Diharapkan agar kita lebih arif dalam mengelolah sampah sehingga dapat dijadikan sumber energi alternatif.

 Pemanfaatan gas metan dari tumpukan sampah TPA merupakan salah satu upaya pencegahan terhadap emisi gas rumah kaca yang dapat memberikan kontribusi terhadap pemanasan global.

(31)

Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan. Perkembangan orang yang sakit jiwa saat ini mecapai tahap yang menghawatirkan. Dari pemberitaan media, kita bisa melihat betapa orang-orang yang mengalami gangguan jiwa ada disekeliling kita. Fenomena bunuh diri, orang yang membunuh secara keji tanpa perasaan bersalah, orang yang tega membunuh anggota keluarganya sendiri, ibu yang membuang bayinya, menjadi beberapa contoh problem kejiwaan di Indonesia. Krisis ekonomi, desakan kebutuhan hidup, kasus PHK yang merajalela, problem rumah tangga, yang kian hari kian berat menjadi faktor yang memicu gangguan jiwa. Makin beratnya beban hidup, memungkinkan orang yang terancam penyakit jiwa makin membengkak jumlahnya.

Jumlah orang dengan gangguan jiwa (berat) di Sumatera Selatan lebih tinggi dibandingkan angka nasional. Satu dari 100 orang penduduk di Sumatera Selatan mengalami gangguan jiwa berat. Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2007 prevalensi gangguan jiwa berat di Kabupaten Muara Enim sebesar 1,1 % lebih besar dari angka nasional yang hanya mencapai 0,46 %.

Di Kabupaten Muara Enim sejak tahun 2013 hingga tahun 2014 tetap ditemukan banyak penderita gangguan jiwa. Jumlah penderita gangguan jiwa ditemukan berdasarkan pendataan puskesmas 1184 orang pada tahun 2013 dan 1.008 orang pada tahun 2014. Sedangkan penderita

(32)

gangguan jiwa dipasung yang ditemukan dari tahun 2012 s/d 2014 secara berturut-turut adalah : 62 orang, 12 orang dan 31 orang.

Dari hasil penjaringan yang dilakukan di wilayah Puskesmas Teluk Lubuk Kecamatan Belimbing Kabupaten Muara Enim terdapat 45 orang gangguan jiwa berat (skizofrenia) pada tahun 2013 dan 48 orang gangguan jiwa berat (skizofrenia) pada tahun 2014. Di tahun 2014 terdapat peningkatan jumlah, dikarenakan ditemukannya 1 orang pasien baru dan 2 orang pasien lama yang kembali ke desa. Di awal tahun 2015 kembali dilakukan penjaringan, ditemukan 38 orang pasien gangguan jiwa berat, terjadi penurunan dari tahun sebelumnya karena 1 orang meninggal dan 8 orang berpindah tempat tinggal sementara waktu. Sebelum melakukan program Inovasi Kesehatan Jiwa, di Bulan Juli 2015 saya kembali mendata pasien Gangguan Kesehatan Jiwa yang ada di Desa berkoordinasi dengan aparat Desa, Bidan Desa dan Kader Desa. Dari hasil pendataan ulang ditemukan 41 orang pasien (terdapat penambahan 3 pasien). Dari data kunjungan pasien gangguan jiwa yang berobat ke Puskesmas Teluk Lubuk pada tahun 2013 hanya 3,75% pasien yang mengambil obat dengan kunjungan yang tidak teratur (ada beberapa pasien yang tidak rutin mengambil obat tiap bulannya). Dari data tersebut, di awal tahun 2014 kami melakukan berbagai kegiatan guna meningkatkan kunjungan pasien dan kesadaran akan pentingnya pengobatan pada pasien ini, seperti penyuluhan di desa-desa dan rapat koordinasi di kecamatan yang melibatkan aparat desa. Akhir 2014 didapatkan rata-rata kunjungan pasien perbulan meningkat yaitu 6.08 (meningkat 38,32%) namun hasil tersebut tidak maksimal dan signifikan serta belum menjangkau semua pasien gangguan kesehatan jiwa. Apalagi di tahun 2014 ditemukan 2 pasien pasung dan di Tahun 2015 kembali ditemukan 4 pasien pasung (2 diantaranya adalah pasien yang di pasung sejak 2014). Satu orang pasien merupakan pasien gangguan kesehatan Jiwa baru, 3 orang pasien pasung lainnya merupakan pasien yang sebelumnya stabil namun karena

(33)

kurangnya pengetahuan, kurangnya dukungan dari keluarga, pengawasan minum obat dan keterbatasan ekonomi membuat mereka tidak teratur berobat sehuingga menjadi tidak stabil kembali.

Latar belakang keluarga pasien yang mengalami gangguan jiwa berat memiliki ekonomi menengah ke bawah dengan tingkat pendidikan rendah sehingga tingkat pengetahuan mengenai masalah kesehatan jiwa masih kurang ditambah lagi masih kuatnya stigma dan diskriminasi terhadap pasien gangguan jiwa di Desa.

Dari hasil kajian 2 tahun terahir, saya mencoba memperbaiki pelayanan pengobatan terhadap pasien gangguan jiwa dengan membuat inovasi terbaru di tahun 2015 dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat sehingga pelayanan kesehatan jiwa dapat diwujudkan secara optimal. Dengan pengobatan dan pengawasan minum obat yang optimal, berkesinambungan dan komprehensif, kondisi pasien gangguan jiwa akan membaik, stabil dan bisa kembali ke tengah-tangah masyarakat menjadi pribadi yang produktif dan yang lebih penting tidak akan ada pemasungan lagi. Jadi untuk mewujudkan Muara Enim Bebas Pasung 2018 bukan hal sulit lagi dan bahkan dapat terwujud bebas pemasungan sebelum tahun 2018.

Pasien dengan gangguan jiwa skizofrenia memerlukan pengobatan yang berkelanjutan dan teratur. Jika mereka tidak minum obat teratur, mereka akan meresahkan masyarakat dan akhirnya dilakukan pemasungan. Bertolak dari data kunjungan pasien gangguan jiwa khususnya penyakit skizofrenia ke puskesmas Teluk Lubuk dalam kurun waktu 2 tahun terakhir ini yang masih sangat rendah, maka saya mencoba merubah sistem pelayanan pengobatan yang awalnya difokuskan di Puskesmas beralih difokuskan di desa dengan melibatkan Bidan Desa, Kader desa, Aparat

(34)

desa, Tokoh Masyarakat dan juga keluarga pasien. Inovasi ini ditunjang dengan Pelimpahan sebagian kewenangan Dokter Puskesmas dalam menangani pasien gangguan kesehatan jiwa kepada petugas di desa salah satunya pendelegasian pemberian obat oleh bidan desa dengan mengacu resep yang sudah dokter Puskesmas buat dan tatalaksana awal penganganan pasien gangguan kesehatan Jiwa baru atau pasien lama yang mengamuk di Desa. Dengan demikian obat dapat diambil di Poskesdes (pos kesehatan desa) atau Pustu (Puskesmas Pembantu), jika keluarga pasien tidak mengambil obat, obat diantarkan langsung ke rumah pasien oleh bidan desa dibantu oleh kader kesehatan desa serta Petugas di Desa dapat cepat tanggap menangani Pasien baru atau pasien lama yang mengamuk yang membuat resah masyarakat. Kegiatan ini terus di awasi Dokter Puskesmas dan follow-up akan dilakukan pertiga bulan di Desa. Obat-obat gangguan kesehatan jiwa diberikan gratis dari Pemerintah. Melalui sistem ini, monitoring pengobatan dapat berjalan baik. Setiap kondisi yang terjadi pada pasien dapat terdata dengan cepat. Tujuan utama kegiatan ini adalah pendistribusian obat dan pemantauan minum obat kepada semua pasien gangguan kesehatan jiwa secara berkesinambungan dan komprehensif yang outputnya nanti akan terlihat nyata di masyarakat, yaitu kondisi pasien yang stabil (membaik). Kondisi pasien yang telah kooperatif dan dapat kembali ke masyarakat ini nantinya akan menunjang dari tujuan-tujuan lain yang ingin dicapai. Tujuan tersebut antara lain: keinginan dan ketertarikan masyarakat mengenai masalah kesehatan jiwa meningkat yang beimbas pada peningkatan pengetahuan masalah kesehatan jiwa, menghilangkan stigma, diskriminasi dan pelanggaran hak asasi penderita gangguan jiwa, meningkatkan peran serta masyarakat terhadap kesehatan jiwa, meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap penderita gangguan jiwa yang telah sembuh (stabil). Kelompok sasaran kegiatan ini adalah penderita gangguan jiwa dan keluarganya serta warga desa.

(35)

Kegiatan inovasi ini nantinya akan menjawab masalah sulitnya peningkatan kunjungan pasien gangguan jiwa ke puskesmas serta keteraturan minum obat pasien gangguan kesehatan Jiwa. Dengan menggerakkan semua aspek yang ada diwilayah Puskesmas Teluk Lubuk mulai dari petugas kesehatan dan Tim Kesehatan Jiwa di desa, kegiatan yang berbasis masyarakat ini diharapkan akan berjalan secara sistematis dan sinergis. Setiap komponen didesa ikut berperan aktif mengontrol program kesehatan jiwa. Kegiatan ini juga membuat masyarakat lebih peka pada masalah kesehatan jiwa dan tidak malu-malu lagi untuk membawa anggota keluarganya berobat. Masyarakat diharapkan melaporkan jika ada pasien baru gangguan jiwa yang tidak terdeteksi oleh bidan desa serta membantu juga dalam mengatasi kegawatdaruratan psikiatrik di desanya.

Dengan inovasi program kesehatan jiwa yang sistematis dan berbasis masyarakat ini, permasalahan kesehatan jiwa yang ada didesa dapat diselesaikan dengan baik

Sosialisasi Lintas Program

Rencana aksi ini diawali dengan penyampaian ide-ide inovasi kepada Pimpinan Puskesmas. Dokter Puskesmas selaku motor penggerak ide berdiskusi, tanya jawab dan menyampaikan latar belakang kegiatan dan kegiatan yang akan dilakukan. Ide inovasi ini mendapat dukungan penuh dari Pimpinan Puskesmas.

Advokasi Kecamatan dan Desa

Untuk mendapat dukungan dari lintas sektor yang terkait dilakukan advokasi kepada Pemerintah Kecamatan dan Desa. Baik pihak Kecamatan dan Kepala Desa mendukung kegiatan ini sepenuhnya dan

(36)

akan ikut berperan aktif membantu pelaksanaan program ini. Dari kegiatan ini dibentuk Tim Kesehatan Jiwa di Desa dengan melibatkan Kepala Desa, Perangkat Desa lainnya, Kader Kesehatan Desa dan Tokoh masyarakat.

Langkah berikutnya adalah sosialisasi UU No.18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa kepada Camat dan semua kepala desa serta menandatangani pernyataan Dukungan terhadap “Muara Enim Bebas Pasung 2018”. Dengan sosialisasi ini diharapkan kepala desa dapat memberitahukan warganya mengenai isi dari undang-undang tersebut, khususnya pasal 86 yang berbunyi “Setiap orang yang dengan sengaja melakukan pemasungan, penelantaran, kekerasan dan/atau menyuruh orang lain untuk melakukan pemasungan, penelantaran, dan/atau kekerasan terhadap ODMK (Orang Dengan Masalah Kejiwaan) dan ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) atau tindakan lainnya yang melanggar hak asasi ODMK dan ODGJ, dipidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”

Camat dan seluruh Kepala Desa juga diberikan pengetahuan mengenai alur pengobatan pasien gangguan kesehatan jiwa. Dengan kegiatan ini diharapkan Kepala Desa dapat menyampaikan informasi ini kepada seluruh warga sehingga masyarakat setempat memiliki pengetahuan mengenai alur pengobatan dan rujukan.

Pelimpahan Sebagian Kewenangan Dokter Kepada Petugas Kesehatan di Desa

Perbaikan pelayanan pengobatan khususnya pada pasien dengan gangguan jiwa berat yang semula dititikberatkan di Puskesmas akan dialihkan ke Desa melalui Poskesdes/Pustu dengan melibatkan unsur-unsur terkait di desa. Inovasi Pengobatan penyakit Jiwa yang komprehensif, menyeluruh dan berkesinambungan ini diawali dengan pembentukan Tim Kesehatan Jiwa yang solid di Tingkat Puskesmas yaitu dengan peningkatan

(37)

pengetahuan Bidan Desa mengenai Kesehatan Jiwa. Setiap Bidan Desa mengikuti pelatihan singkat yang dipandu oleh Dokter Puskesmas (Pengelola Program Kesehatan Jiwa) saat minilokakarya, dibekali “Panduan Praktis Penatalaksanaan Penderita Gangguan Jiwa” dan Buku Kontrol Pasien di Desa yang telah diisi resep obat yang biasa pasien minum oleh Dokter Puskesmas. Kedua buku ini menjadi panduan pendelegasian obat pada pasien gangguan jiwa berat di Desa. Setiap 3 bulan akan di follow-up langsung kondisi pasien oleh Dokter. Untuk Pasien Baru, pada tahap awal akan ditangani langsung oleh Dokter. Jika ada kegawatdaruratan psikiatrik di desa, Bidan Desa dapat melakukan tindakan darurat pertama.

Pembentukan Tim Kecamatan dan Desa

Tim Kesehatan Jiwa di desa melibatkan Kepala Desa, Perangkat Desa lainnya, Kader Kesehatan Desa dan Tokoh masyarakat. Tim ini bertugas memantau kondisi pasien dan juga melaporkan jika ditemukan pasien baru di desa atau ditemukan adanya pemasungan dan bersama Tim Kesehatan di puskesmas melakukan pembebasan pasung. Tim ini juga sebagai icon yang mencoba menghapuskan diskriminasi serta stigma di desanya. Beberapa contoh kegiatan tersebut desa.

Pelaksanaan Kegiatan Kesehatan Jiwa di Desa  Pembebasan Pasung

Bersama semua Tim yang ada di Desa serta di bantu RS. Ernaldi Bahar Palembang dilakukan pembebasan pasung. Pasien mendapat pengobatan gratis. Pasien Pasung yang dibebaskan diwilayah Kecamatan Belimbing sebanyak 6 orang yaitu Herwan dan Hartomo dari Desa Darmokasih, Lina dari Desa Simpang Tanjung, Ahmad Zaini dari Desa Teluk Lubuk, Yansi dari desa Cinta Kasih dan Sardiman dari Desa Dalam. Herwan dan Hartomo merupakan pasien pasung yang telah dibebaskan beberapa tahun lalu, namun karena dukungan

(38)

keluarga kurang ditambah minum obat yang tidak teratur, kondisi mereka kembali tidak stabil dan akhirnya di pasung lagi. Pasien Lina bahkan tidak bisa jalan karena dipasung. Kondisi mereka sangat memprihatinkan. Semua Pasien pasung dirujuk ke RS.Ernaldi bahar Palembang, kecuali Yansi. Berikut beberapa foto pasien pasung di wilayah Puskesmas Teluk Lubuk.

 Pendelegasian Kewenangan Pemberian Obat ke pasien Gangguan Jiwa melalui Bidan Desa

Saya mencoba memperpanjang distribusi obat, agar dapat dijangkau semua pasien tanpa terkecuali dan agar obat dapat dikonsumsi pasien secara berkesinambungan dengan emberikan kewenangan kepada bidan desa yang telah dilatih terlebih dahulu untuk mendistribusikan obat. Kegiatan bidan desa ini juga dibantu oleh kader desa.

Setiap bidan desa mendapatkan surat perintah tugas (SPT) yang berisi pelimpahan kewenangan dari Pimpinan Puskesmas. Obat-obat yang diberikan disesuaikan dengan resep yang diberikan oleh dokter puskesmas. Bidan desa hanya meneruskannya saja. Setiap 3 bulan dokter puskesmas akan mengadakan kunjungan ke desa untuk memantau kemajuan pengobatan pasien gangguan jiwa. Beberapa kegiatan yang telah dilakukan di Desa di Wilayah Kerja Puskesmas teluk Lubuk Kecamatan Belimbing.

Berikut alur pengobatan dan rujuan pasien gangguan jiwa kecamatan teluk lubuk.

(39)

Dengan kegiatan ini, obat dapat terdistribusi dengan baik. Pasien dengan latar belakang ekonomi yang menengah ke bawah bisa mendapatkan obat tanpa harus mengeluarkan biaya transportasi ke puskesmas. Hasil kerja yang telah dilakukan dapat sudah menunjukkan beberapa output yang baik, khususnya pada pasien yang telah bebas pasung dan mendapat perawatan dari RS Ernaldi Bahar telah kembali ketengah keluarga. Beberapa di antara telah beraktifitas seperti semula. 1 orang pasien pasung dari Desa Cinta Kasih telah di bebas pasung oleh pihak keluarga setelah rutin minum obat beberapa bulan. Dengan kontrol pengobatan yang teratur, diharapkan pasien dengan gangguan Jiwa dapat stabil dan kembali berkarya ke tengah masyarakat.

(40)

Keberlanjutan Inovasi

Semua inisiatif ini dapat terlaksana dengan baik karena terorganisasi dan tersistem dengan baik. Hal utama yang perlu kita lakukan adalah membangun sistem kerja dan menguatkan sistem tersebut. Jadi dari hasil yang telah dilakukan bahwa membangun tim adalah hal utama sebelum memulai kerja, karena kesehatan jiwa ini tidak bisa bekerja sendiri, harus melibatkan lintas sektor.

Kerja program yang berbasis masyarakat desa ini lebih efektif. Keterlibatan semua aspek di desa membuat warganya menjadi antusias untuk turur mendukung suksesnya program ini. Kedepan peran serta masyarakat akan lebih ditingkatkan lagi, misalnya dengan penyuluhan di desa yang mana salah satu pembicaranya adalah warga desa tersebut.

Aplikasi yang telah dijalankan ini saya yakin dapat berlanjut karena:  Penetapan Regulasi

Kegiatan ini didukung bapak camat Belimbing dan jajarannya, selain itu Bapak Pimpinan Puskesmas juga mendukung dengan menetapkan SPT pendelegasian obat ke bidan desa.

 Perencanaan

Perencanaan yang telah tersusun rapi mendorong hasil kerja yang maksimal dan sesuai sasaran. Dengan hasil yang didapat, masyarakat dapat menilai sendiri sehingga di tahun mendatang mereka akan lebih aktif lagi ikut berperan serta.

(41)

Kegiatan ini akan terus dievaluasi, peningkatan mutu layanan primer mulai dari bidan desa akan terus ditingkatkan melalui pelatihan singkat yang berkelajutan di tingkat puskesmas dan pasokan obat yang cukup. Temu kerja tahunan di tingkat desa dan kecamatan.

Replikasi

Dalam pelaksanaan di lapangan memang tidak mudah. Penerimaan masyarakat terhadap penderita gangguan jiwa masih rendah, keinginan berobat masih kurang, tingkat ekonomi yang kurang dan juga mereka sudah jenuh berobat. Untuk itu untuk menjalankan inisiatif ini kita harus melakukan pendekatan persuasif dengan mengajak aparat desa dan tokoh masyarakat. Inisiatif ini saya yakin dapat diterapkan di tempat lain, karena inisiatif ini sederhana dan berbasis masyarakat. Dengan berbekal buku pedoman panduan praktis penanganan pasien gangguan jiwa dan buku kontrol, keberlanjutan terapi pasien dapat terjamin. Hal ini membuatnya mudah direplikasi.

(42)

Dengan telah dilaksanakannya otonomi oleh Kabupaten Muara Enim sejak tahun 2000 maka seluruhnya penyelenggaraan pemerintahan menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, baik dalam menyelenggarakan pemerintahan umum, penyelenggaraan pembangunan, tertib administrasi pemerintahan serta pelayanan terhadap masyarakat. Sejalan dengan hal tersebut maksud dilaksanakannya otonomi yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah anatar lain: percepatan pertumbuhan ekonomi masyarakat, memangkas tali birokrasi yang panjang serta meningktakan dan mendekatan pelayanan kepada masyarakat.

Kabupaten Muara Enim disamping telah melaksanakan otonomi daerah, juga pada tahun 2013 ditunjuk oleh Menteri Aparatur Negara dan Reformasi birokrasi menjadi kabupaten pilot projek deformasi birokrasi tersebut adalah peningkatan dan percepatan dalam memberikan pelayanan umum kepada masyarakat. Untuk melaksanakan hal tersebut diatas , baik pelaksanaan otonomi dan reformasi birokrasi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Muara Enim sebagai salah satu perangkat kerja daerah (SKPD) dalam membantu Bupati Muara Enim melaksanakan urusan rumah tangga daerah dalam bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian wajib dan harus mendukung pelaksanaan otonomi daerah dan reformasi birokrasi tersebut.

(43)

Untuk itulah dalam rangka peningkatan dan pendekatan pelayanan umum kepada masyarakat khususnya masyarakat pencari kerja dalam mendapatkan Form AK. I atau sering disebut kartu kuning sebagai bukti pendaftaran pencari kerja yang selama ini hanya dapat diambil atau diterbitkan di kantor Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Muara Enim atau dengan kata lain tersentral di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Muara Enim yang bertempat di ibu kota Muara Enim. untuk peningkatan dan pendekatan pelayanan kepada masyarakat khususnya para pencari kerja, penulis Berinisiatif merubah cara pelayanan tersebut, yakni yang selama ini untuk mendapatkan Form Ak. I atau kartu kuning harus datang ke Kantor Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Muara Enim yang di legalisirnya harus ditanda tangani oleh Kepala Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Muara Enim.

Ide inovasi pelananan AK-1 Kecamtan didasarkan dua Pendekatan yang dilakukan adalah :

 Berpikir terbalik ( The Think Oposite) dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Muara Enim yang dilaksanakan secara tersentral, sekarang jemput bola untuk diterbitkan di Kecamatan-kecamatan setempat dalam wilayah kabupaten Muara Enim.  Exensi/Perluasan ke Kecamatan. Pencari kerja dapat membuat di

Kecamatan–kecamatan dimana mereka berdomisili. Dengan demikian dapat disimpulkan sebagai berikut :

- Pendekatan pelayanan kepada masyarakat Pencari Kerja

- Jarak tempuh dari Desa dan Kecamatan ke Kota Kabupaten Muara Enim cukup jauh.

Tujuan dari Inovasi Layanan Kartu Kuning (Ak.I) di kecamatan para pencari kerja di kabupaten Muara Enim selama ini untuk mendapatkan Form Ak.I atau Kartu Kuning harus menempuh jarak yang relatif dan variatif cukup jauh, ada yang menempuh jarak puluhan kilometer bahkan ratusan kilomter guna sampai di kantor Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

(44)

Kabupaten Muara Enim dengan mengeluarkan biaya/ongkos yang relatif besar serta resiko kecelakaan lalu lintas yang besar pula dikarenakan begitu padatnya rus lalu lintas dijalan raya dalam Kabupaten Muara Enim . hal itu disebabkan antara lain saat ini angkutan batu bara masih menempuh/melalui jalan umum, nerkaitan dengan hal tersebut\ guna mendekatkan pelayanan kepada masyarakat khususnya masyarakat pencari kerja serta mengurangi biaya/ongkos dan resiko yang dihadapinya untuk mendapatkan Form Ak. I /Kartu Kuning penulis mencoba untuk melaksanakan perubahan yakni dalam pemeberian Form Ak.i ataupun Kartu Kuning yang selama ini pengambilan dan penerbitannya tersentral di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Muara Enim yaitu Muara Enim yang berlokasi ibu Jota Kabupaten Muara Enim yaitu di Muara Enim, dirubah dan diterbitkan dikantor camat khususnya di 6 (enam) Kecamatan yang menjadi Pilot Project perubahan hal tersebut diharapkan lebih mendekatkan pelayanan kepada masyarakata khsusnya masyarakat pencari kerja.

Inovasi yang dikembangkan di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Muara Enim tidak terlepas dari Kepala Dinas yakni Drs. M. Ali

Rachman, yang saat ini menjabat Kepala Dinas. Secara Struktural dilaksanaka oleh kepada Bidang Pelatihan dan Penempatan Tenaga Kerja yakni Kuwat Supriyadi yang dibantu para Kasi IPK Sdr. Endang Murdiati, Kasi Penta Kerja, Hj. Mahdiar, SH, dan Kasi Lattas, Sukiman, SE.

Inovasi ini cukup radikal dan merupakan salah satu yang pertama di Provinsi Sumatera Selatan, sebagai tindak lanjut dari bentuk Pilot Projek Repormasi Birokrasi Area khususnya pada Pelayanan Publik.

(45)

Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Muara Enim sebagai Pembantu Bupati Muara Enim berkewajiban dan bertanggung jawab dalam menyelenggarakan urusan Ketenagakerjaan dan Transmigrasi di Kabupaten Muara Enim termasuk memberikan pelayanan umum kepada masyarakat diantaranya pelayanan umum kepada Pencari Kerja. Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Muara Enim sebagai Lembaga Teknis di daerah bertanggung jawab dan berkewajiban menyelenggarakan dan melaksanakan serta mengawal peraturan-peraturan yang berlaku baik berbentuk undang-undang, peraturan pemerintah maupun peraturan menteri.

Bersarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Ripublik Indonesia Nomor : PER.07/MEN/IV/2008 yang ditetapkan di Jakarta pada Tanggal 21 April 2008, yang menyatakan :

 Pasal 25 Ayat (1) Pencari Kerja yang akan bekerja didalam atau diluar negeri wajib dilayani oleh Pengantar Kerja di Instansi yang bertanggung jawab di bidang Ketenagakerjaan Kabupaten / Kota.  Ayat (2) Pencari Kerja dilayani sebagaiman dimaksu apada Ayat (1)

harus menyerahkan pas photo berwarna ukuran 3x4 cm sebanyak 2 lembar memperlihatkan :

- Kartu Tanda Penduduk yang masih berlaku

- Copy Ijazah pendidikan terakhir bagi yang memiliki - Copy sertifikat keterampilan bagi yang memiliki

- Copy Surat keterangan pengalaman kerja bagi yang memiliki  Ayat (3) menyatakan Pencari kerja yang telah memperoleh pelayanan

sebagaiman dimaksud pada Ayat (2) diberikan Kartu tanda Bukti Pendaftaran pencari Kerja (AK/1) yang lebih dikenal dengan Kartu Kuning.

(46)

 Ayat (5) Kartu Tanda Bukti Pendaftaran pencari kerja (AK/1) sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berlaku selama 2 (Dua) tahun dengan keharusan melapor selambat-lambatnya 6 (Enam) Bulan sekali terhitung sejak tanggal pendaftaran bagi pencari kerja yang belum memiliki pekerjaan.

 Pasal 27 menyatakan Kartu Tanda Bukti Tanda Pendaftran Pencari Kerja (AK/1) sebagaiman dimaksud dalam Pasal 26 Ayat (1) berlaku secara Nasional.

Berdasarkan Permenaker tersebut diatas, bahwa setiap Pencari Kerja wajib dilayani untuk diberikan Form Ak.1 atau Kartu Kuning sebagai bukti pendaftaran pencari kerja. Untuk itulah para pencari kerja di Kabupaten Muara Enim untuk mendapatkan Formulir Ak/1 atau lebih dikenal dengan kartu kuning harus mengambilnya di Kantor Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Muara Enim.

Jarak dari kecamatan-kecamatan yang ada dalam Kabupaten Muara Enim sebagaimana disebutkan tadi untuk sampai di ibukota Kabupaten Muara Enim relatif sangat jauh, ada yang puluhan kilometer sampai dengan ratusan kilometer dengan kata lain begitu jauhnya masyarakat khususnya para pencari kerja untuk dapat sampai di kantor Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Muara Enim yang hanya untuk mendapatkan Formulir AK.1 atau lebih dikenal dengan Kartu Kuning.

Strategi implementasi inovasi ini, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi sebagai Dinas yang menerbitkan Kartu Tanda Pencari Kerja terdaftar (AK.I). menetapkan Pilot Projek pada 6 Kecamatan meliputi :

 Kecamatan Semende Darat Tengah  Kecamatan Semende Darat Ulu  Kecamatan Gelumbang

(47)

 Kecamatan Lubai

 Kecamatan Sungai Rotan  Kecamatan Rambang

Dirubah menjadi “untuk mendapatkan Form AK. I atau Kartu Kuning cukup diambil dan diterbitkan dikecamatan saja yang mana untuk sementara ini kita tunjuk 6 (enam) kecamatan yang menjadi Pilot Projek Inovasi “dalam melaksanakan Inovasi tersebut perlu dipayungi dengan payung ata landasan, untuk itulah penulis berusaha dan berikhtiar untuk adanya landasan hukum tersebut, yaitu berupa keputusan Bupati Muara Enim, Alhamdulilah pada tanggal 03 Juni 2014 keputusan Bupati Muara Enim dapat diterbitkan yakni keputusan Bupati Muara Eniim No : 594/KPTS/NAKERTRANS/2014, tentang penunjukan kecamatan yang menjadi pilot project pelimpahan kewenangan penerbitan dan penandatanganan Kartu Bukti pencari kerja (AK.I) dalam Kabupaten Muara Enim sebagaimana terlampir.

Proses terbentuknya Inovasi ini karena pelayanan publik dan menyangkut penyerahan kewenangan kepada pihak Kecamatan maka di lihat dari Produknya :

 Surat Keputusan Bupati Muara Enim Tentang Penunjukan Kecamatan yang menjadi Pilot Project Pelimpahan Kewenangan dan Penerbitan dan Penandatanganan Kartu Tanda Bukti Pendaftaran Pencari Kerja (AK.I) dalam Kabupaten Muara Enim.

 Peraturan Bupati Tentang Pelimpahan sebagai wewenang Bupati kepada Camat di Kabupaten Muara Enim.

Untuk mewujudkan hal tersebut perlu koordinasi dan konsultasi :  Bagian Organisasi Setda Kabupaten Muara Enim

 Bagian Hukum Setda Kabupaten Muara Enim  Para Camat Khususnya pada Camat Pilot Project

(48)

 Sosialisasi Perbub kepada para Camat di wilayah Kabupaten Muara Enim.

Untuk menjalankan inovasi ini, maka sumber daya utama yang digunakan adalah kekuatan sumber daya manusia (SDM). SDM ini meliputi Pejabat yang ada di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi seperti Pejabat Struktural Eselon III dan Eselen IV yang ada.

Setelah ide penerbitan dan penandatangan kartu tanda bukti pendaftaran (AK.I) bagi pencari kerja di Kecamatan di laksanakan Rapat di tingkat SKPD kemudian ke kecamatan Pilot Project dan sampai koordinasi ke Produk Hukum sungguh perjalanan yang panjang dan menyita waktu dan biaya.

Output dari inovasi layanan kartu kuning (AK.I) di kecamatan, yakni penerbitan dan penandatanganan tanda kartu bukti pendaftar (AK.I) bagi pencari kerja di kecamatan sebagai SKPD yang berperan sebagai pelayanan public sesuai dengan tugas pokok dan fungsi di bidang ketenagakerjaan, maka output yang terlihat adalah bahwa pencari kerja setempat dapat muda dan cepat serta tepat memperoleh kartu tanda bukti pendaftar (AK.I) dan tanpa dipungut biaya alias gratis. Sehingga dengan demikian penerbitan dan penandatanganan kartu tanda bukti pendaftar (AK.I) di Kecamatan menjadi efesien dan efektif

Inovasi ini dilakukan dengan menggunakan sistem evaluasi berjenjang melalui Laporan berkala, sebagai berikut :

 Merekap Laporan Bulanan dari tiap kecamatan dimana pihak kecamatan menyampaikan laporannya.

(49)

 Mengedit untuk Bursa Kerja On. Line dan menjadikan Laporan Bulanan untuk Provinsi dan Pusat.

Sehingga dengan data tersebut dapat mengevaluasi dengan berdasarkan Kelompok Lapangan Usaha Indonesia dan berdasarkan pendidikan serta lowongan yang tersedia dan terisi.

Sebagaimana lainnya sebuah perubahan, akan menimbulkan Pro dan Kontra sebagai efek sesuatu yang baru dan menimbulkan bentuk Pelayanan Administrasi Terpadu di kecamatan secara produk hukum dan terasa realita di lapangan. Kendala-kendala yang dihadapi antara lain  Sosialisasi terhadap para pencari kerja.

 Sosialisasi kepada para petugas Lapangan di Kecamatan.  Sosialisasi kepada Pemerintahan Kecamatan dan Desa.

 Kepercayaan pihak pengguna Kartu AK. I seperti Perusahaan dan Lembaga Pemerintah lainnya.

Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut maka Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Muara Enim berupaya keras untuk mewujudkannya.

Inovasi ini khususnya mengenai penerapan penerbitan dan penandatanganan kartu tanda bukti pendaftar bagi pencari kerja dilaksanakan secara bertahap yakni :

 Dari pertemuan dengan para Camat yang lokasi jauh dari jangkauan Dinas Tenaga Kerja dan transmigrasi kabupaten muara enim yang dimulai pada awal tahun 2014.

 Pemberlakuan uji coba terhadap pilot project terhadap 6 kecamatan yang jauh dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Muara Enim seperti Kecamatan Gelumbang, Rambang, Semende Darat Ulu, Sungai Rotan, Lubai dan Semende Darat Tengah melalui surat keputusan Bupati Muara Enim tentang penunjukan Kecamatan yang

(50)

menjadi pilot project pelimpahan kewenangan penerbitan dan penandatanganan kartu pencari kerja (AK.I) dalam Kabupaten Muara Enim

 Pemangangan terhadap petugas teknis dan kesiapan pihak kecamatan untuk melaksanakan pengisian Form yang ada.

 Sosialisasi pihak kecamatan kepada pemerintahan desa dan kepada pencaker dimana domisi mereka.

Evaluasi oleh pihak Inspektorat kabupaten atas pelaksanaan pilot project. Dari hal-hal tersebut diatas baru didapat manfaatnya terhadap penerbitan dan penandatanganan kartu tanda bukti pendaftar bagi pencari kerja diantaranya adalah :

 Bahwa ada kecepatan dan kemudahan serta keterjangkauan masyarakat.

 Biaya perjalanan ke kabupaten mahal, maka jika di kecamatan transportasi sangat memungkinkan.

 Dapat dikoordinasi secara langsung oleh pemerintahan desa setempat untuk di teruskan kepada pihak kecamatan.

 Kepastian pencaker dalam melamar pekerjaan di sekitar proyek atau perusahaan yang ada.

Kemudian dari penerapan tersebut setelah dievaluasi akan menuju kepastian produk hukum yakni melalui peraturan bupati atas pelimpahan sebagian kewenangan keseluruh camat di wilayah kabupaten muara enim, dan saat ini baru di sosialisasikan dan nantinya akan dibuatkan juklak dan juknisnya untuk pelaksanaan perbub tersebut diatas kedepan, masih tetap dievaluasi kemanfaatan tersebut khususnya mengenai data pencari kerja yang bias diukur namun saat ini juga sudah dapat dilihat data yang ada pada akhir tahun 2014 sebanyak 955 orang terdiri 502 laki-laki dan 353 perempuan. Ini yang terdaftar di Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Muara Enim sedangkan pada tahun 2015 posisi akhir September telah mencapai 1027 orang pencaker dan terdiri dari 785 laki-laki dan 242 perempuan. Ada

(51)

harapan dan manfaat yang tersirat bahwa dengan adanya publikasi terhadap layanan kartu kuning di kecamatan, maka akibat peluang kerja yang minim akan tumbuh investor-investor di kecamatan untuk memanfaatkan para pencaker yang ada di sekitarnya sehingga keharmonisan antara perusahaan sebagai pengguna pencaker dan begitu pula pencaker –pencaker yang membutuhkan pekerjaan terjadi mutu simbiolisme saling menguntungkan belah kedua pihak dengan demikian fungsi pemerintah dapat menfasilitasinya sebagai fasilitator dan pihak kecamatan adalah ujung tombak sekaliguas yang punya wilayah dan SDM nya termanfaatkan.

Dari uraian tentang inovasi penerbitan dan penandatanganan kartu tanda bukti pendaftar bagi pencari kerja (AK.I) atau kartu kuning di kecamatan yang telah di uji coba kepada kecamatan pilot project selama 6 bulan terkhir ini, ada beberapa hal yang dapat dijadikan pelajaran sekaligus inspirasi bagi kabupaten lain di provinsi sumatera selatan yang ingin meminta kebijakan tersebut bagi masyarakat pencari kerja yang berdomisili di setiap kecamatan dalam wilayah kabupaten muara enim ini pelajaran-pelajaran tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :  Pertama, untuk mereka inovasi dalam birokrasi, khususnya terhadap

reformasi birokrasi yang menyangkut pelayanan publik begitu pula terhadap visioner pimpinan SKPD khususnya di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Muara Enim, walaupun sama-sama sebagai PNS Daerah Kabupaten Muara Enim dari latar belakang perjalanan professional yang berbeda, maka orhanisasi/SKPD sektor publik ini cara pandang juga berbeda dan dapat memunculkan ide-ide perubahan yang inovatif.

Gambar

TABEL INOVASI
Tabel Pembiayaan Pengembangan   SPAM Berbasis Masyarakat TA 2014-2015
Tabel Kegiatan Penyediaan Air Bersih   Berbasis Masyarakat melalui Program CSR

Referensi

Dokumen terkait

Pada kesempatan yang sangat baik ini, perkenankanlah kami mengajak kita semua untuk memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat

Hasil pemeriksaan khusus tersebut menemukan adanya beberapa kelemahan dalam pengendalian risiko dan pengendalian internal bank, sebagai berikut: (i) kelemahan top

Dengan izin Allah, saya yakin kita akan memiliki kemandirian pangan dalam arti cukup untuk rakyat kita, sekaligus bisa kita sumbangkan kepada dunia dengan perdagangan yang adil,

Visi UI tahun 2010 yang telah dicanangkan, yaitu ”UI diakui sebagai universitas riset yang merupakan pusat unggulan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya”, menuntut UI untuk

Berkenaan dengan DWCP untuk Indonesia yang juga telah berakhir pada tahun 2015 lalu, maka kami, pemerintah, bersama kelompok pekerja dan pengusaha, yang didukung oleh

DI AWAL KESEMPATAN INI, KAMI KEMBALI MENGAJAK KITA SEMUA, MEMANJATKAN PUJI SYUKUR KEHADIRAT ALLAH SWT., TUHAN YANG MAHA ESA, KARENA BERKAT IZIN DAN PERKENAN-NYA,

Menyangkut penajaman tugas-tugas Kementerian PUPR, pada tanggal 8 April 2015 lalu, Rencana Strategis Kementerian PUPR 2015-2019 telah ditetapkan yang menuntut segenap insan PUPR

Desa Srimulyo, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul memiliki potensi sumber daya lahan dan air yang secara kualitas maupun kuantitas terbilang baik, sehingga mampu