• Tidak ada hasil yang ditemukan

BERSARANG DI GUA-GUA KARST GOMBONG KABUPATEN KEBUMEN JAWA TENGAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BERSARANG DI GUA-GUA KARST GOMBONG KABUPATEN KEBUMEN JAWA TENGAH"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

57

ANALISIS RELUNG PAKAN

KELELAWAR INSEKTIVORA (Subordo: Microchiroptera)

DAN KELELAWAR FRUGIVORA (Subordo: Megachiroptera)

YANG BERSARANG DI GUA-GUA KARST GOMBONG

KABUPATEN KEBUMEN JAWA TENGAH

ABSTRACT

The research aims to determine the diet of cave dwelling bats in Gombong Karst Area, Kebumen, Central Java. The research was done in June 2009 to March 2010. Stomach contents was collected and dissolved in aquadest. The material of insect were sorted and identified under microscope and compare to the insects that were collected by light trap in bat foraging area. The polen were collected from the intestine of fruit bats. The data were analyzed by Principle Component Analysis (PCA), chi square and niche overlap index. There were found eleven species of insectivorous bat and five species of frugivorous bat (four of those frugivorous bats roost in cave). The insects in gut content of insectivorous bats belong to 10 orders, distributed into 29 families. Otherwise, pollen in gut content of frugivorous bats belong to 9 families, distributed into 33 species of plant. Based on prey preference, the insectivorous bats can be classified into four goups. Based on flower and polen preference, the frugivorous bats can be classified into three goups. The niche overlap index between species of bats that occupy in one cave was less than 30%.

Key words : bat, insectivorus, frugivorous, cave,niche overlap index. Pendahuluan

Ketersediaan pakan menentukan kelimpahan dan keberadaan kelelawar di suatu habitat (Feeler & Pierson, 2002; Russso et al. 2003). Oleh karena itu, kelelawar cenderung memilih sarang yang dekat dengan sumber pakan atau memiliki akses pada sumber pakan. Hal ini dibuktikan oleh beberapa hasil penelitian terdahulu. Menurut Law & Chidel (2002), Kerivoula papuensis (Microchiroptera) bersarang pada jarak maksimum 2.1 km dari tempat pencarian makannya di hutan hujan di New South Wales. Hodgkison et al. (2004) membuktikan Balionycteris maculata mencari makan pada jarak satu kilometer di sekitar sarangnya. Penelitian Agosta (2002) membuktikan Eptesicus fuscus memilih sarang di dekat permukiman manusia, dan hasil analisis isi perut menunjukkan bahwa makanannya adalah serangga yang banyak terdapat di

(2)

58

sekitar lampu penerangan permukiman tersebut. Demikian pula halnya dengan kelelawar yang bersarang di gua-gua karst. Menurut Furman & Ozgul (2002), selain memenuhi persyaratan fisik yang sesuai dengan tubuh kelelawar, gua yang dipilih oleh kelelawar harus memiliki akses pada sumber pakan.

Hasil penelitian lain mengenai sarang kelelawar di gua-gua karst menunjukkan bahwa satu gua dapat dihuni oleh beberapa jenis kelelawar. Duran & Centano (2002) mendapatkan kelelawar insektivora Pteronotus quadridiens dan Erophylla quadridiens bersarang dalam satu gua di Gua Bonita, Los Perez. Furman & Ozgul (2002) mendapatkan tiga sampai lima jenis kelelawar bersarang dalam satu gua di Istambul Turki. Apriandi et al. (2008) mendapatkan tiga sampai delapan jenis kelelawar bersarang dalam satu gua di Karst Gudawang Bogor. Mengingat gua tersebut harus memiliki akses pada sumber makanannya, diduga jenis-jenis kelelawar yang bersarang dalam gua yang sama mencari makan di tempat yang sama. Sejauh ini belum ada penelitian yang menjelaskan pembagian relung pakan kelelawar yang bersarang di gua karst dan seberapa besar kompetisi pakan di antara jenis-jenis kelelawar yang bersarang dalam satu gua tersebut. Informasi dasar ini sangat diperlukan dalam upaya melestarikan kelelawar. Terutama dalam kaitannya dengan pengelolaan gua sebagai habitat sarang dan pengelolaan habitat pencarian makannya.

Menurut Chairunnisa (1997) diduga Microchiroptera berasal dari nenek moyang Rodensia yang cenderung insektivora, sedangkan Megachiroptera berasal dari nenek moyang Primata yang cenderung frugivora. Hal ini didukung oleh pendapat Altringham (1996) bahwa anggota subordo Microchiroptera sebagian besar adalah pemakan serangga, sedangkan anggota subordo Megachiroptera makanan utamanya adalah buah (frugivora). Selain itu menurut Nowak (1994) selain memakan buah sebagai pakan utamanya, kelelawar Megachiroptera juga memakan serbuk sari (polen) dan madu sebagi pakan tambahan (sumber protein). Oleh karena itu, relung pakan kelelawar Microchiroptera dapat dianalisis berdasarkan serangga yang dimakan oleh kelelawar Microchiroptera, dan relung pakan Megachiroptera dapat dianalisis berdasarkan polen yang dimakan oleh Megachiroptera.

(3)

59

Tujuan penelitian ini adalah : mengidentifikasi pakan kelelawar insektifora dan kelelawar frugivora penghuni gua dan menentukan kesamaan relung pakan kelelawar yang berasosisasi dalam satu gua yang sama. Hipotesis penelitian ini adalah : asosiasi bersarang dalam satu gua oleh beberapa jenis kelelawar dapat dilakukan oleh jenis-jenis yang memiliki indeks kesamaan relung pakan kecil (< 50%).

Bahan dan Metode

Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2009 s/d Maret 2010 di sepuluh gua yang dihuni kelelawar di Kawasan Karst Gombong Selatan, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, yaitu: Gua Celeng, Gua Dempo, Gua Inten, Gua Jatijajar, Gua Kemit, Gua Liyah, Gua Macan, Gua Petruk, Gua Sigong, dan Gua Tratag. Identifikasi sampel dilakukan di Laboratorium Hewan Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Biodiversitas (PPSHB) IPB Bogor.

Bahan yang digunakan adalah chloroform, alkohol 70%, gliserin dan cat kuku. Alat yang digunakan adalah: mist net, harpa trap, hand net, insect net, light trap, alat bedah, mikroskop cahaya merk olympus, mikrometer merk olympus, sentrifuge, kaca objek, kaca penutup, kaca arloji, pipet, pinset, gelas ukur, cawan petri, tabung reaksi, lampu spiritus, kertas hisap, dan kertas label.

Pengambilan sampel kelelawar Microchiroptera dilakukan di setiap sarang, masing-masing sebanyak 5 s/d 10 individu. Sampel diambil dengan menggunakan hand net, mist net ataupun harpa trap sesaat setelah kelelawar kembali dari pencarian makan (pukul 05.00 s/d 06.00 WIB). Kelelawar yang tertangkap segera dibius dan dimasukkan ke dalam alkohol 70%. Pengambilan sampel Megachiroptera dilakukan di lokasi pencarian makan, hal ini untuk mencegah tindakan destruktif, mengingat jumlah individu Megachiroptera yang bersarang di gua hanya berkisar 2 s/d 6 individu saja. Apabila sampel diambil di lokasi sarang, dikhawatirkan jumlahnya semakin berkurang. Sampel diambil di tiga lokasi pencarian makan (di persawahan Desa Ayah; di hutan lindung Candirenggo; dan di sekitar permukiman Desa Jatijajar) sebanyak 5 s/d 10 individu setiap jenis dengan menggunakan mist net dan harpa trap.

Penangkapan serangga sebagai bahan pembanding dalam proses identifikasi isi perut Microchiroptera, dilakukan dengan menggunakan light trap yang

(4)

60

dipasang di tiga lokasi pencarian makan kelelawar, yaitu di persawahan Desa Jatijajar, di hutan lindung Desa Candi Renggo, dan di sekitar permukiman Desa Jatijajar.

Pengamatan isi perut dilakukan dengan cara: 1) Sampel yang tertangkap segera dibius dengan chloroform dan direndam dalam alkohol 70%; 2) Sampel dibedah viseral, dan saluran pencernaan mulai dari kerongkongan (osefagus) hingga anus dikeluarkan dari tubuh; 3) Isi saluran pencernaan dikumpulkan pada cawan petri dan dilarutkan dengan aquadest sampai terpisah antara lemak, kotoran, dan sisa-sisa tubuh serangga; 4) Sisa-sisa tubuh serangga diamati di bawah mikroskop perbesaran 10 X 10 kemudian diidentifikasi dengan kunci identifikasi serangga oleh Whitaker (1988) dan kunci identifikasi serangga (Borror et al. 1996), serta dibandingkan dengan serangga hasil koleksi di area pencarian makan kelelawar.

Identifkasi isi perut Megachiroptera dilakukan dengan cara (Soegiharto et al. 2010): 1) Sampel kelelawar dibedah dan saluran pencernaan dikeluarkan dari tubuh; 2) Isi saluran pencernaan ditampung di cawan petri dan direndam dalam alkohol 70%, kemudian disentrifugasi dengan putaran 2000 rpm selama 30 menit; 3) Cairan alkohol yang terpisah dengan endapan isi perut dibuang dan diganti dengan alkohol yang baru. Sentrifugasi dan pencucian dengan alkohol ini dilakukan sebanyak tiga kali; 4) Endapan yang dihasilkan diletakan di gelas objek sebanyak satu tetes, ditetesi dengan gliserol, kemudian ditutup dengan kaca penutup. Pada bagian tepinya direkatkan menggunakan cat kuku; 5) Dilakukan identifikasi polen di bawah mikroskop dengan perbesaran 100x dan 400x dengan menggunakan buku kunci identifikasi polen (Erdtman 1952).

Analisis data

Transformasi data dilakukan untuk mengubah skala pengukuran data asli menjadi bentuk lain sehingga data dapat memenuhi asumsi-asumsi yang mendasari analisis ragam. Pada penelitian ini digunakan transformasi arcsin (n + 0.5) dikarenakan data tersaji dalam proporsi (persentase) dan banyak data yang bernilai nol (Syahid 2009)

(5)

61

Variasi pakan kelelawar dianalisis menggunakan analisis statistik multivariat yang didasarkan pada analisis komponen utama (Principal Component Analysis) (Ludwig & Reynolds 1988). Analisis Komponen Utama merupakan metode statistik deskriptif yang bertujuan untuk menampilkan dalam bentuk grafik, maksimum informasi yang terdapat dalam suatu matriks data. Matriks data yang dimaksud terdiri atas jenis kelelawar (pada baris) dan jenis pakan sebagai variabel kuantitatif (kolom). Analisis Komponen Utama ini menggunakan software SPSS versi 15.

HCCA (Hybrid Canonical Correspondence Analysis) digunakan untuk menganalisis kecenderungan kelelawar Megachiroptera memilih pakannya berdasarkan jenis tanaman, tipe mahkota bunga dan ukuran polen. Untuk analisis HCCA digunakan software canoco for windows 4.5 ( Leps & Smilauer 1999).

Uji chi kuadrat (chi square) digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang nyata antara jenis pakan kelelawar satu dengan lainnya. Hipotesis yang digunakan adalah:

H0 = pakan kelelawar satu dengan yang lain tidak berbeda nyata. H1= pakan kelelawar satu dengan yang lain berbeda nyata.

Nilai chi square dihitung dengan rumus (Ludwig & Reynold 1988):

Keterangan:

X2 = chi square

Xi = banyaknya jenis serangga pakan pada kelelawar jenis ke i

µi = banyaknya jenis serangga yang diharapkan pada kelelawar jenis-i Jika X2 hitung < X2 tabel maka H0 diterima, jika X2 hitung > X2 tabel maka H1 diterima. Uji chi square dilakukan dengan bantuan software SPSS versi 15.

Metode analisis yang digunakan untuk menganalisis kesamaan relung pakan kelelawar adalah metode niche overlap index (Ludwig & Reynolds 1988), yaitu metode yang didasarkan pada kesamaan proporsi jenis pakan yang ditemukan di saluran pencernaan hewan yang dibandingkan. Persamaan yang digunakan adalah persamaan simplified Morsita index dengan rumus sebagai berikut (Ludwig & Reynolds 1988):

X2 = ∑ (Xi - µi)2 µi

(6)

62

2∑ PijPik CH =

∑ Pij2 + Pik2 Keterangan:

CH = indeks simplified morisita antara kelelawar jenis ke-j dan kelelawar jenis ke-k

Pij = proporsi famili serangga yang digunakan oleh kelelawar jenis ke-j (n/N) Pik = proporsi famili serangga yang digunakan oleh kelelawar jenis ke-k (n/N) n = jumlah famili serangga seluruhnya

Penghitungan nilai indeks kesamaan relung pakan ini menggunakan software ecological methodology versi 5.1.

Hasil

Relung pakan kelelawar insektivora

Hasil analisis isi perut, ditemukan 29 famili serangga yang termasuk dalam sepuluh ordo. Kelelawar jenis H. sorenseni memakan paling banyak serangga dari famili berbeda ( 17 famili); diikuti oleh Hipposideros sp (8 famili); M. schreibersii (6 famili); C. plicata (8 famili); H. bicolor (5 famili); M.australis (6 famili); R.affinis (5 famili) H.diadema (5 famili); H.ater (4 famili); H.cf. ater (4 famili); dan R. borneensis (1 famili). Serangga yang ditemukan dan proporsi temuan pada setiap jenis kelelawar di semua sarang tersaji pada Tabel 7.

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap serangga yang dikoleksi di lokasi pencarian makan kelelawar (Lampiran 3), serta hasil studi pustaka berdasarkan Aguirre et al. (2002), dapat diketahui karakteristik serangga pakan yang meliputi bobot tubuh, panjang tubuh, dan kekerasan eksoskeleton serangga pakan. Karakteristik serangga pakan dapat dilihat pada Tabel 8.

Hasil Principle Component Analysis (PCA) dengan 3 komponen utama dapat menggambarkan 85% dari varian total. Komponen 1,2,dan 3 masing masing menerangkan 47.5%, 23.5%, 14.0%. Nilai loading faktor dari masing masing komponen dapat dilihat pada Lampiran 6. Penggambaran hasil PCA dengan 3 komponen utama dapat dilihat pada Gambar 20.

(7)

63

Tabel 7 Hasil analisis isi perut kelelawar Microchiroptera (Proporsi temuan = jumlah temuan material sisa serangga ke-i dibagi jumlah seluruh material serangga yang ditemukan)

Keterangan: A= C. plicata B=H. sorenseni C= Hipposideros sp D= M. schreibersii E= M. australis F= R. affinis G= H. bicolor H= H. diadema I=H. ater J= H.cf.ater K= R. borneensis

Jenis Pakan Proporsi temuan

No Ordo Famili A B C D E F G H I J K 1 Coleoptera Scarabidae 0,12 0,16 0,14 0,00 0,00 0,00 0,00 0,11 0,00 0,00 0,00 2 Coleoptera Clambidae 0,00 0,00 0,22 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 3 Coleoptera Unknown 8a 0,05 0,00 0,00 0,00 0,00 0,10 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 4 Coleoptera Unknown2a 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,39 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 5 Coleoptera Rhisodidae 0,23 0,02 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 6 Coleoptera Unknown 7a 0,09 0,03 0,06 0,00 0,00 0,00 0,00 0,21 0,00 0,00 0,00 7 Coleoptra Staphilinidae 0,00 0,02 0,00 0,00 0,05 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 8 Diptera Tipulidae 0,00 0,12 0,00 0,00 0,17 0,00 0,00 0,00 0,33 0,00 0,00 9 Diptera Cullicidae 0,00 0,08 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,03 0,00 0,00 10 Diptera Unknown 9a 0,00 0,03 0,00 0,12 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,16 0,00

11 Hemiptera Unknown 11a 0,00 0,00 0,00 0,00 0,15 0,07 0,00 0,16 0,25 0,23 0,00

12 Hemiptera Miridae 0,00 0,00 0,00 0,32 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,00

13 Homoptera Flugoriidae 0,00 0,03 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

14 Homoptera Delphaciidae 0,00 0,09 0,00 0,18 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

15 Homoptera Unknown 10a 0,00 0,00 0,00 0,06 0,12 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

16 Hymenoptera Agaonidae 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,08 0,00 0,00 0,00 0,00 17 Hymenoptera Unknown 4a 0,07 0,04 0,00 0,15 0,00 0,00 0,28 0,00 0,00 0,00 0,00 18 Hymenoptera Formycidae 0,26 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,23 0,00 19 Isoptera Unknown 1a 0,00 0,00 0,00 0,18 0,15 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 20 Isoptera Unknown 1b 0,00 0,02 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 21 Lepidoptera Unknown 5a 0,11 0,03 0,00 0,00 0,00 0,00 0,48 0,00 0,39 0,00 0,00 22 Lepidoptera Unknown 6 0,00 0,06 0,00 0,00 0,37 0,00 0,00 0,00 0,00 0,39 0,00 23 Orthoptera Acredidae 0,07 0,15 0,18 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 24 Orthoptera Gryllidae 0,00 0,13 0,00 0,00 0,00 0,27 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 25 Orthoptera Gylothalpidae 0,00 0,05 0,10 0,00 0,00 0,00 0,00 0,37 0,00 0,00 0,00 26 Neuroptera Myrmeteonidae 0,00 0,09 0,06 0,00 0,00 0,00 0,08 0,16 0,00 0,00 0,00 27 Neuroptera Unknown 8a 0,00 0,00 0,13 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 28 Neuroptera Mantisipidae 0,00 0,00 0,10 0,00 0,00 0,17 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 29 Trichoptera Unknown 3a 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,08 0,00 0,00 0,00 0,00 Jumlah sampel (n) 8 3 3 3 3 9 16 5 4 5 1

(8)

64

Tabel 8 Karakteristik serangga: bobot tubuh, panjang tubuh (berdasarakan serangga pembanding ) dan kekerasan eksoskeleton (berdasarkan Aguirre et al. 2002)

Keterangan : * kekerasan tubuh diukur oleh Aguirre et al. (2002) menggunakan Isometric Kistler force transducer

Gambar 20 menunjukkan adanya pengelompokan kelelawar berdasarkan pemilihan pakannya menjadi lima kelompok yaitu:

1. Kelompok I terdiri atas C. plicata, Hipposideros sp dan H. sorenseni adalah kelompok yang menyukai Coleoptera_Scarabidae, Coleoptera_Clambidae, Coleoptera_Unknown8a,Orthoptera_Acredidae, Neuroptera_ Unknown 12a, dan Neuroptera_Myrmeteonidae. Berdasarkan karakteristik serangga (Tabel 8), kelompok ini adalah kelompok yang cenderung menyukai serangga

No Ordo Famili Bobot (g) Panjang

(mm) Kekerasan eksoskeleton (N)* 1 Coleoptera Scarabidae 2.12±0.89 30.62±4.13 34.02±11.35 2 Coleoptera Clambidae 0.54±0.02 1.2±0.5 - 3 Coleoptera Unknown 8a - - - 4 Coleoptera Unknown2a - - - 5 Coleoptera Rhisodidae 0.68±0.1 1.5±4 24.96±12 6 Coleoptera Unknown 7a 1.29±22 22±6 44.68±4.2 7 Coleoptra Staph ilinidae 1.64±0.3 25±1.8 -

8 Diptera Tipulidae 0.06 12±6 -

9 Diptera Cullicidae 0.02 4.1±2.2 0.88±0.02

10 Diptera Unknown 9a - - -

11 Hemiptera Unknown 11a - - -

12 Hemiptera Miridae - 8±4 2.18±0.21

13 Homoptera Flugoriidae - - -

14 Homoptera Delphaciidae 0.08±0.03 15.00±1.00 1.67±0.38

15 Homoptera Unknown 10a - - -

16 Hymenoptera Agaonidae 0.031±0.02 2.1±0.8 - 17 Hymenoptera Unknown 4a - 8±4.0 - 18 Hymenoptera Formycidae 0.02±0 2.2±1.0 - 19 Isoptera Unknown 1a - - - 20 Isoptera Unknown 1b - - - 21 Lepidoptera Unknown 5a - - 1.75±1.24 22 Lepidoptera Unknown 6 - - - 23 Orthoptera Acredidae 0.73±0.16 53.25±17.17 7.45±3.20 24 Orthoptera Gryllidae 0.58±0.08 30±-10 7.30 25 Orthoptera Gylothalpidae 0.56±0.12 30±5 8.60 26 Neuroptera Myrmeteonidae 0.13±0.02 35±10 6.88±12 27 Neuroptera Unknown 8a - - - 28 Neuroptera Mantisipidae 0.22±0.18 28.6±3.2 - 29 Trichoptera Unknown 3a - - - Jumlah sampel (n)

(9)

65

berukuran besar (bobot > 0.5 g, panjang > 20 mm) dan keras (kekerasan eksoskeleton > 7.5 N)

2. Kelompok II terdiri atas H.diadema adalah kelelawar yang menyukai Coleoptera_Unknown 7a dan Orthoptera_Gryllothalpidae Berdasarkan karakteristik serangga (Tabel 8), kelompok ini adalah kelompok yang sama dengan kelompok I, cenderung menyukai serangga berukuran besar (bobot > 0.5 g, panjang > 20 mm) dan keras (kekerasan eksoskeleton > 7.5 N). 3. Kelompok III terdiri atas M. schreibersii, M. australis, H.cf.ater, R.

borneensis adalah kelompok yang menyukai Diptera_unknown 9a, Hemiptera_Unknown 11a, dan Lepidoptera_Unknown 6a. dan Isoptera_ Unknown 1a . Berdasarkan karakteristik serangga (Tabel 8), kelompok ini adalah kelompok yang cenderung menyukai serangga berukuran sedang (panjang 5mm s/d 20 mm) dan lunak (kekerasan eksoskeleton < 7.5 N) 4. Kelompok IV terdiri atas R. affinis adalah kelompok yang menyukai

Coleoptera_Unknown 8a, Coleoptera_Unknown 2a, Orthoptera_Gryllidae dan Neuroptera_Mantisipidae. Berdasarkan karakteristik serangga (Tabel 8), kelompok ini cenderung menyukai serangga berukuran kecil (bobot < 0.5 g, panjang < 20 mm) dan keras (kekerasan eksoskeleton > 7.5 N).

5. Kelompok V terdiri atas H. bicolor dan H. ater adalah kelompok kelelawar yang menyukai Lepidoptera Unknown 5a, Trichoptera_unknown 3a, Hymenoptera_Unknown4a, Hymenoptera _agaonidae. Berdasarkan karakteristik serangga (Tabel 8), kelompok cenderung menyukai serangga berukuran kecil ( panjang < 5 mm) dan lunak (kekerasan eksoskeleton < 7.5 N)

(10)

66

Gambar 20 Hasil Principle Component Analysis (PCA) jenis kelelawar berdasarkan serangga pakannya

a. Hubungan antara axis 1 dan axis 2 b. Hubungan antara axis 1 dan axis 3 Keterangan : 1. C. plicata 2. H. sorenseni 3. Hipposideros sp 4. M.schreibersii 5. M. australis 6. R. affinis 7. H. bicolor 8. H. diadema 9. H. ater 10. H.cf.ater 11. R. borneensis a. Coleoptera_Scarabidae b. Coleoptera_Clambidae c. Coleoptera_Unknown 8a d. Coleoptera_Unknown 2a e. Coleoptera_Unknown 7a f. Diptera_ Cullicidae g. Homoptera_Flugoridae h. Hymenoptera_Formicidae i. Hymenoptera_Unknown 4a j. Isoptera_Unknown 1b k. Lepidoptera_Unknown 5a l. Orthoptera_Acredidae m. Orthoptera_Gryllidae n. Orthoptera_Gryllothalpidae o. Neoroptera_Myrmeteonidae p. Neuroptera_Unknown 12a q. Neoroptera_Mantisipidae r. Trichoptera_Unknown 3a

Nilai kesamaan relung pakan antarkelelawar insektivora yang ditemukan dalam penelitian ini berkisar antara 0 sampai 0.683. Nilai kesamaan relung pakan tersebut dapat dilihat pada Tabel 9. Berdasarkan Tabel 9 dapat dijelaskan bahwa nilai kesamaan relung pakan tertinggi adalah antara kelelawar C. plicata dengan

-0.4 1.2 -0.4 1.0 a b c d e f g h i j k l m n o p q r 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 PC 1 (47.5%) -0.4 1.2 -1.0 1.0 a b c d e f g h i j k l m n o p q r 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 PC 2 ( 23. 5 % ) PC1 (47.5%) PC3 (14 .0 % ) b a

(11)

67

H. sorenseni ( 0.683). Angka ini menunjukkan 68.3% pakan kelelawar C. plicata sama dengan H. sorenseni. Selanjutnya kelelawar yang memiliki nilai kesamaan pakan tinggi berturut-turut adalah H. sorenseni dengan H. diadema (0.679); C. plicata dengan Hipposideros sp (0.578), H. sorenseni dengan Hipposideros sp (0.52.8); M. australis dengan H.cf.ater (0.469); dan Hipposideros sp dengan H. diadema (0.436).

Tabel 9 Nilai kesamaan relung pakan (morsita index) antarjenis kelelawar pada semua gua

H_a H_cfa H_b H_d H_s H_sp M_s M_a R_a R_b

C_p 0.191 0.174 0.221 0.265 0.683 0.578 0.156 0.000 0.155 0.000 H_a 0.206 0.240 0.205 0.332 0.000 0.043 0.246 0.110 0.000 H_cfa 0.000 0.128 0.186 0.000 0.240 0.469 0.178 0.000 H_b 0.095 0.301 0.040 0.000 0.000 0.000 0.000 H_d 0.679 0.436 0.00 0.181 0.000 0.000 H_s 0.528 0.246 0.323 0.163 0.000 H_sp 0.00 0.000 0.079 0.000 M_s 0.181 0.000 0.260 M_a 0.148 0.000 R_a 0.000 Keterangan:

A= C. plicata, B= H. sorenseni, C=Hipposideros sp, D= M. schreibersii, E= M. australis F= R. affinis G=H. bicolor H= H. diadema I=H. ater J= H.cf.ater K=R. borneensis

Nilai niche overlap (kesamaan relung) pakan dapat menunjukkan adanya kompetisi pakan antara jenis yang dibandingkan. Untuk mengetahui kesamaan relung pakan antarjenis kelelawar yang bersarang dalam satu gua yang sama, dilakukan perhitungan nilai kesamaan relung pakan dan uji chi square antarjenis kelelawar yang bersarang dalam satu gua. Nilai kesamaan relung pakan antara kelelawar C.plicata dengan H.sorenseni yang bersarang di Gua Celeng adalah 0.045 atau hanya 4.5% makanan C.plicata sama dengan makanan H.sorenseni. Hasil uji chi square menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (X2 hitung > X2 tabel df =1; P<0.05) jenis makanan C.plicata dengan H.sorenseni. Hasil perhitungan nilai kesamaan relung pakan antarjenis kelelawar dan hasil uji chi square antarjenis kelelawar yang bersarang dalam satu gua dapat dilihat pada Tabel 10.

(12)

68

Berdasarkan Tabel 10 terlihat bahwa jenis-jenis kelelawar insektivora yang bersarang dalam satu gua yang sama memiliki nilai kesamaan relung pakan yang kecil. Nilai tersebut tidak lebih dari 0.30, kecuali antara jenis kelelawar yang bersarang di Gua Kemit. Hal ini menunjukkan bahwa kelelawar yang bersarang dalam satu gua tersebut memiliki kesamaan pakan tidak lebih dari 30%, kecuali di Gua Kemit.

Tabel 10 Nilai kesamaan relung pakan (niche overlap) dan nilai uji chi square antarjenis kelelawar yang bersarang dalam satu gua yang sama

Niche Overlap

Pakan Chi square 1 Gua Celeng C.plicata : H.sorenseni 0.054 4.97 *

2 Gua Jatijajar H.sorenseni R2 : H.sorenseni R4 0.168 5.98*

H.sorenseni R2 : Hipposideros sp 0.000 3.86 *

H.sorenseni R4 : Hipposideros sp 0.196 3.81*

3 Gua Inten M.australis : R.affinis 0.048 4.91*

4 Gua Liyah M.schreibersii : H.sorenseni 0.161 3.88*

5 Gua Kemit H.sorenseni : Hipposideros sp 0.471 1.88 ns

6 Gua Petruk H.bicolor : C.plicata 0.221 5.98*

H.bicolor : H.sorenseni 0.000 5.96* H.bicolor : H.diadema 0.095 3.99* H.bicolor : H.ater 0.240 5.92* H.bicolor : H.cf.ater 0.000 3.84 * H.bicolor : R.borneensis 0.000 5.68* C.plicata : H.sorenseni 0.196 3.89* C.plicata : H.diadema 0.028 4.87* C.plicata : H.ater 0.167 3.85* C.plicata : H.cf.ater 0.000 5.96* C.plicata : R.borneensis 0.000 5.98* H.sorenseni : H.diadema 0.000 5.92* H.sorenseni : H.ater 0.293 3.80* H.sorenseni : H.cf.ater 0.253 3.812* H.sorenseni : R.borneensis 0.050 4.21* H.diadema : H.ater 0.205 5.12* H.diadema : H.cf.ater 0.128 3.96* H.diadema : R.borneensis 0.000 5.86* H.ater : R.borneensis 0.000 5.99* H.ater : H.cf.ater 0.206 5.78 Keterangan : * = berbeda nyata (x2

hitung > x2tabel, df=1) ns = tidak berbeda nyata (x2 hitung < x2tabel, df=1)

Relung pakan kelelawar frugivora

Jenis kelelawar frugivora/ Megachiroptera yang ditemukan bersarang di gua-gua Karst Gombong terdiri atas 4 jenis, yaitu Rousettus amplexicaudatus; Eonycteris spelaea; Cynopterus brachyotis dan Cynopterus horsfieldii. Namun,

(13)

69

untuk keperluan analisis relung pakan kelelawar Megachiroptera, sampel ditangkap di lokasi pencarian makan (tiga lokasi). Hal ini karena jumlah individu tiap sarang hanya 1 s/d 6 individu saja. Dalam penangkapan sampel tersebut, juga berhasil ditangkap satu jenis kelelawar Megachiroptera yang tidak bersarang di gua, yaitu Macroglossus sobrinus. Dengan demikian dalam analisis relung pakan kelelawar Megachiroptera ini, terdapat 5 jenis kelelawar yang dianalisis relung pakannya.

Setelah dilakukan identifikasi polen yang ditemukan di dalam saluran pencernaan, diperoleh 33 species tumbuhan yang termasuk dalam sembilan famili. Berdasarkan polen yang ditemukan, polen tumbuhan yang paling banyak dikonsumsi adalah polen tumbuhan anggota famili Fabaceae (Acasia sp.), Myrtaceae (Syzygium malaccense, Syzygium aqueum, Psidium guajava), dan Bombacaceae (Ceiba sp1, Ceiba sp2). Persentase keberadaan polen pada saluran pencernaan setiap jenis kelelawar frugivora dapat dilihat pada Tabel 11.

Hasil PCA berdasarkan polen yang ditemukan pada isi perut Megachiroptera menggunakan 3 komponen utama dapat menjelaskan 88.536% dari total varian. Komponen utama I menjelaskan 41.485%, kompenen utama II menjelaskan 27.370%, komponen utama III menjelaskan 19.68%. Nilai loading faktor dari masing masing komponen setelah direduksi menjadi 3 komponen utama dapat dilihat pada pada Lampiran 7. Penggambaran hasil analisis PCA dengan 3 axis tertera pada Gambar 21.

(14)

70

Tabel 11 Persentase polen pada saluran pencernaan tiap jenis kelelawar (n=8)

No Ordo Famili Species Jumlah temuan (%)

R_a E_s C_b C_h M_s 1 Arales Aracaceae Cocos sp2 0.00 0.00 0.00 12.50 0.00

2 Asterales Asteraceae Cyathocline

purpurea 0.00 0.00 0.00 0.00 7.14

3 Asterids Icacinaceae Gomphandra

coriacea 5.00 0.00 0.00 0.00 0.00

4 Fabales Fabaceae Acacia sp. 4.00 6.67 5.00 2.50 4.00 5 Gentianales Apocynaceae Stemmadenis sp1. 0.00 0.00 0.00 0.00 7.14 6 Gentianales Apocynaceae Stemmadenis sp2. 0.00 0.00 0.00 0.00 1.43

7 Geraniales Euphorbiaceae Bac caurea

courtallensis 0.00 6.67 0.00 2.50 0.00

8 Hymenophilales Hymenophyllaceae Trichomones

pinnatum 5.00 0.00 0.00 0.00 4.29

9 Lamiales Lemiaceae Ocimum

americanum 5.00 3.33 0.00 0.00 7.14

10 Malvales Bombacaceae Ceiba Sp1 34.00 12.33 4.60 2.50 0.00

11 Malvales Bombacaceae Ceiba Sp2 5.00 5.00 5.00 0.00 3.57 12 Myrtales Myrtaceae Psidium guajava 1.00 6.67 5.00 2.50 5.00

13 Myrtales Myrtaceae Syzygium aqueum 1.00 33.3 16.00 2.50 0.00

14 Myrtales Myrtaceae Syzygium

malaccense L. 5.00 5.00 10.00 0.00 4.29

15 Myrtales Myrtaceae Psidium sp2 0.00 1.00 50.00 0.00 0.00

16 Myrtales Myrtaceae Syzygium sp1 0.00 1.67 0.00 0.00 0.00 17 Myrtales Myrtaceae Syzygium

thwaitesii 0.00 0.00 0.00 12.50 0.00

18 Myrtales Myrtaceae Syzygium sp2 0.00 0.00 0.00 0.00 7.14

19 Palmales Aracaceae Cocos nucifera 0.00 0.00 5.00 0.00 0.00

20 Pinales Dacrydiaceae Dacrydium

bidwilii 0.00 0.00 0.00 12.50 0.00

21 Poales Gaminae Poaceae sp. 15.00 16.7 0.00 12.50 5.00 22 Poales Graminae Dendrocalamus sp. 0.00 0.00 0.00 0.00 3.57 23 Ranunculales Menispermaceae Tinospora

cordifolia 0.00 1.67 0.00 12.50 0.00

24 Solanales Solanaceae Solanum sp. 10.00 0.00 0.00 0.00 3.50

25 Urticales Moraceae Artocarpus sp. 0.00 0.00 0.00 0.00 7.14

26 Urticales Moraceae Ficus nervosa 0.00 0.00 0.00 0.00 1.43

27 Urticales Moraceae Ficus sp. 0.00 0.00 0.00 0.00 5.00 28 Vitales Leeaceae Leea asiatica L. 0.00 0.00 0.00 12.50 0.00

29 Boraginaceae Cordia wallichii 0.00 0.00 0.00 0.00 1.43

30 Unknown1 5.00 0.00 0.00 12.50 0.00

31 Unknown2 0.00 0.00 0.00 0.00 7.14

32 Unknown3 0.00 0.00 0.00 0.00 7.14

33 Unknown4 0.00 0.00 0.00 0.00 7.14

Keterangan : R_a= R.amplexicaudatus E_s = E.spelaea C_b= C.brachyotis C_h= C.horsfieldii

(15)

71

Gambar 21 Hasil Principle Component Analysis (PCA) jenis kelelawar berdasarkan polen yang dimakan

a. Hubungan antara PC 1 dengan PC 2 b. Hubungan antara PC 1 dengan PC 3

Keterangan:

1= R.amplexicaudatus 2= E.spelaea 3= C.brachyotis 4=C.horsfieldii 5=M.sobrinus A=Acasia sp B= Psidium guajava C= Syzygium aqueum D=Syzygium malaccense E=Solanum sp F= Poaceae G=Baccaurea courtallensis H=Cordia wallichii I=Ocimum americanum J=Ceoba sp1 K=Ceiba Sp2 L= Dendrocalamus sp M= Umknown1 N=Cocos nucifera O=Artocarpus sp P=Cyathocline purpurea Q= Unkown2 R=Unknown3 S=Ficus nervosa T= Unknown4 U=temmadensis sp1 V=Psidium Sp2 W= Cocos Sp2 X=Tinospora cordifolia Y= Syzygium sp1 Z=Dacrydium bidilii aa=Eugenea thwaitesii bb=Leea asiatica cc=Stemmadenis sp2 dd=Eugenea sp2 ee=Tricomones pinnatum ff=Gomphandra coriacea gg=Ficus sp

Berdasarkan Gambar 21 terlihat jenis-jenis kelelawar Megachiroptera dalam memilih polen sebagai makanannya memiliki kecenderungan (kesukaan) sebagai berikut:

1. R.amplexicaudatus, cenderung menyukai polen Solanum sp, Tricomones pinatum, Gomphandra coiriacea dan Ceiba sp1.

2. E. Spelaea, cenderung menyukai polen Ceiba sp2, Baccaurea courtallensis dan Syzygium aqueum .

3. C.brachyotis, cenderung menyukai polen Cocos nucifera, Syzygium malaccense, Psidium guajava, Ciba sp2, dan Psidium sp2

4. C.horsfieldii, cenderung menyukai polen Dacridium bidwilii, Cocos sp2, Syzygium thwasitesii, Tinospora cordifolia, dan Lee asiatica

-1.0 1.5 -1.0 1.0 A B C D E F G H I J K L M N O PQ R S T U V W X Y Z aa bb cc dd ee ff gg 1 2 3 4 5 PC 1= 41.485 % P C 3= 1 9.6 8 % , -1.0 1.5 -1.0 0.8 A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z aa bb cc dd ee ff gg 1 2 3 4 5 PC 1= 41.485 % PC 2 = 2 7. 370 %,

(16)

72

5. M. sobrinus, cenderung menyukai polen: Ficus nervosa, Stemmodenis sp1, ficus sp, Dendrocalamus sp,Unknown4, Cyathocline purpurea, Stemodenis sp2, dan Syzygium sp2.

Berdasarkan Van Steenis (2006), tipe bunga (bentuk kelopak bunga) dari 33 jenis tanaman yang dikunjungi oleh kelelawar Megachiroptera di atas, dapat dikelompokkan menjadi delapan bentuk, yaitu tabung, lonceng, cawan, corong, bulir majemuk, mangkuk, membulat, dan simetri labiatus (kupu-kupu). Tipe bunga dari jenis-jenis tanaman yang dikunjungi kelelawar Megachiroptera di Karst Gombong dapat dilihat pada Tabel 12.

Berdasarkan ukurannya, polen yang dikonsumsi oleh kelelawar Megachiroptera yang ditemukan dalam penelitian ini, dapat dikelompokkan menjadi polen berukuran kecil (diameter < 40 µm); polen berukuran sedang (diameter antara 40 s/d 60 µm ) dan polen berukuran besar (diameter > 60 µm) (Lampiran 4). Pengelompokan tanaman berdasarkan ukuran polennya dapat dilihat pada Tabel 13.

Pengelompokan jenis kelelawar berdasarkan jenis tanaman dan bentuk mahkota bunga berdasarkan HCCA dengan 3 axis dapat dilihat pada Gambar 22a dan 22b. Variasi data yang dapat diterangkan adalah 90.5%. Axis 1 menerangkan 66.0%; axis = 11.6%, dan axis 3= 12.9%. HCCA jenis kelelawar berdasarkan jenis tanaman dan ukuran polen dengan 3 axis dapat dilihat pada Gambar 23a dan 23b. Variasi data yang dapat diterangkan adalah 96.522%, axis 1 menerangkan 43.6%, axis 2 = 39.28%, dan axis 3 = 13.59%.

(17)

73

Tabel 12 Jenis tanaman berdasarkan tipe bunga

Bentuk kelopak

Jenis tanaman tabung lonceng cawan corong bulir majemuk mangkuk Mem- bulat kupu- kupu Acacia sp. √ Psidium guajava L. √ Syzygium aqueum Syzygium malaccense L. √ Solanum sp. √ Poaceae sp. √ Baccaurea courtallensis Cordia wallichii Ocimum americanum Ceiba Sp1 √ Ceiba Sp2 √ Dendrocalamus sp. √ Unknown1 Cocos nucifera Artocarpus sp. Cyathocline purpurea √ Unknown2 Unknown3 Ficus nervosa √ Unknown4 Stemmadenis sp1. √ Psidium sp2 √ Cocos sp2 √ Tinospora cordifolia Syzygium sp1 √ √ Dacrydium bidwilii Syzygium thwaitesii Leea asiatica L. √ Stemmadenis sp2. Syzygium sp2 √ Trichomones pinnatum Gomphandra coriacea Ficus sp. √

(18)

74

Tabel 13 Jenis tanaman berdasarkan ukuran polen

Ukuran polen

Jenis tanaman Polen kecil (diameter < 40 µm) Polen sedang (diameter 40 µm-60 µm ) Polen besar (diameter > 60 µm) Acacia sp. √ Psidium guajava L. √ Syzygium aqueum Syzygium malaccense L. √ Solanum sp. √ Poaceae sp. √ Baccaurea courtallensis Cordia wallichii Ocimum americanum Ceiba Sp1 √ Ceiba Sp2 √ Dendrocalamus sp. √ Unknown1 √ Cocos nucifera Artocarpus sp. Cyathocline purpurea √ Unknown2 √ Unknown3 √ Ficus nervosa √ Unknown4 √ Stemmadenis sp1. √ Psidium sp2 √ Cocos sp2 √ Tinospora cordifolia Syzygium sp1 √ Dacrydium bidwilii Syzygium thwaitesii Leea asiatica L. √ Stemmadenis sp2. √ Syzygium sp2 √ Trichomones pinnatum Gomphandra coriacea Ficus sp. √

(19)

75

Gambar 22 Hybrid Canonical Correspondent Analysis (HCCA) pemilihan pakan jenis kelelawar frugivora berdasarkan bentuk mahkota bunga a. Hubungan antara axis 1 dan axis 2

b. Hubungan antara axis 1 dan axis 3

a b

Gambar 23 Hybrid Canonical Correspondent Analysis (HCCA) pemilihan pakan jenis kelelawar frugivora berdasarkan ukuran polen

a. Hubungan antara axis 1 dan axis 2 b. Hubungan antara axis 1 dan axis 3

-0.6 1.0 -0.8 1 2 3 4 5 tabung bulir_mj kupu-kupu corong mangkuk membulat lonceng cawan Axis 1 (60 %) A xis 2 (( 11. 6 % ) a -0.6 1.0 -1.0 1.0 1 2 3 4 5 tabung bulir_mj kupu-kupu corong mangkuk membulat lonceng cawan Axis 1 (60 %) Ax is 3 (( 12 .9 %) b -1.0 1.0 -1.0 1.0 sedang besar kecil 1 2 3 4 5 Axis 1 (43.6 %) Ax is 2 (3 9. 28% ) -1.0 1.0 -1.0 1.0 sedang besar kecil 1 2 3 4 5 Ax is 3 ( (1 3. 59% ) 1.0 Axis 1 (43.6 %)

(20)

76

Gambar 22a, 22b, 23a dan 23b menunjukkan adanya kecenderungan memilih bentuk mahkota bunga dan ukuran polen, menjadi 3 kelompok kelelawar yaitu :

1. Kelompok 1, R. amplexicaudatus dan E. spelaea cenderung memilih polen berukuran sedang (diameter 40 µm - 60 µm ) dari bunga berbentuk mangkuk, bulir majemuk, dan membulat.

2. Kelompok 2, C. brachyotis cenderung memilih polen berukuran besar (diameter > 60 µm ) dari bunga berbentuk cawan.

3. Kelompok 3, C. horsfieldii dan M. sobrinus cenderung memilih polen berukuran kecil (diameter < 40 µm) dari bunga bentuk lonceng dan corong.

Hasil penghitungan nilai kesamaan relung pakan menunjukkan nilai kesamaan relung pakan (niche overlap) antara R. amplexicaudatus dan E. spelaea adalah 0.48. Hal ini berarti bahwa 48% pakan R. amplexicaudatus sama dengan pakan E. spealea. Hasil uji chi square (X2) antarjenis Megachiroptera berdasarkan jenis polen yang dimakannya menunjukkan bahwa pakan kelelawar R. amplexicaudatus tidak berbeda nyata (xhitung > x tabel, df=1) dari pakan kelelawar E. spelaea, pakan kelelawar C. brachyotis, pakan C. horsfieldii, dan pakan kelelawar M. sobrinus. Pakan antarjenis kelelawar lainnya juga menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata, kecuali antara kelelawar C.horsfieldii dan M. sobrinus. Nilai kesamaan relung pakan C. horsfieldii dan M. sobrinus 0.397 dan hasil uji chi square menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (xhitung > x tabel, df=1). Nilai kesamaan relung pakan dan hasil uji chi square antarjenis kelelawar Megachiroptera dapat dilihat pada Tabel 14.

Berdasarkan Tabel 14 dapat dijelaskan bahwa nilai kesamaan relung pakan tertinggi adalah antara R. amplexicaudatus dengan E. spelaea yaitu 0,837. Hal ini berarti 83,7% polen yang dimakan kedua jenis kelelawar tersebut sama. Nilai kesamaan relung pakan berikutnya yang tinggi adalah antara R. amplexicaudatus dengan C. horsfieldii (0.786) dan antara C. brachyotis dangan C. horsfieldii (0.628). Sementara nilai kesamaan relung pakan antara M. sobrinus dengan semua jenis kelelawar lainnya kurang dari 50%, bahkan kesamaan relung pakan M. sobrinus dengan C. horsfieldii hanya 0.397. Hasil uji chi square menunjukkan

(21)

77

bahwa berdasarkan polen yang dimakan, antarjenis kelelawar Megachiroptera tidak berbeda nyata (x hitung > x tabel, df=1), kecuali antara M. sobrinus dengan C.

horsfieldii polen yang dimakan berbeda nyata.

Tabel 14 Nilai kesamaan relung pakan dan uji chi antarjenis kelelawar Megachiroptera

E_s C_b C_h M_s

N_o X2 N_o X2 N_o X2 N_o X2

R._a 0.837 4.037 ns 0.624 0.003ns 0.786 0,063ns 0,499 0.310ns E_s - - 0.435 1.700ns 0.534 0.224ns 0.452 0.056ns

C_b - - 0.628 0.76 ns 0.458 1.360 ns

C_h - - 0.397 4.9*

M_s - -

Keterangan: R_a= Rousettus amplexicaudatus, E_s= Eonycteris spelaea, C_b= Cynopterus brachyotis, C_h=Cynopterus horsfieldi, M_s= Macroglosuss

sobrinus N_o = indeks niche overlap X2 = nilai chi square * = berbeda nyata

(x hitung > x tabel, df=1) ns = tidak berbeda nyata (x hitung > x tabel, df=1) Pembahasan

Serangga pakan kelelawar insektivora yang ditemukan pada penelitian ini terdiri atas 29 famili yang termasuk dalam delapan ordo. Dari delapan ordo serangga pakan tersebut keseluruhannya pernah ditemukan dalam isi perut kelelawar Microchiroptera pada penelitian-penelitian sebelumnya. Razakarivony et al. (2005) mendapatkan ordo Orthoptera, Hemiptera, Araneae dan Homoptera pada pencernaan kelelawar Emballonuridae sp, Hipposideros commersoni, Triaenops rufus, Miniopterus manavi dan Myotis goudoti di Madagascar. Agosta (2002) mendapatkan Coleoptera, Lepidoptera, Hymenoptera, Hemiptera, Diptera, dan Lepidoptera pada pencernaan kelelawar Eptesicus fuscus di Amerika Utara. Aguirre et al.(2003) mendapatkan Coleoptera, Odonata,Orthoptera, Lepidoptera, Homoptera, dan Arachnida pada penceraan sepuluh jenis Microchiroptera di Taman Nasional Espiritu Bolivia. Hal ini menunjukkan serangga yang ditemukan dalam penelitian ini merupakan serangga yang biasa dimakan kelelawar Microchiroptera/insektivora.

(22)

78

Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat kecenderungan kelelawar Microchiroptera dalam memilih pakannya. Menurut Razakarivony et al. (2005), kecenderungan (kesukaan) dalam pemilihan pakan ini ditentukan oleh strategi pencarian makan (foraging strategy), fisiologi dan anatomi tubuh, serta kelimpahan makanan. Menurut Altringham (1996), dalam strategi pencarian makan, kelelawar dikelompokkan menjadi tipe spesialis (selektif) dan opportunis. Kelelawar tipe spesialis hanya memangsa jenis tertentu dengan profit tinggi. Tipe ini bisa menghabiskan banyak waktu dan energi dalam mencari makan, dan hanya memilih makanan dengan kriteria tertentu saja. Kelelawar tipe opportunis menghabiskan lebih sedikit waktu dan energi dalam pencarian makannya, karena memakan banyak jenis makanan, tetapi keuntungan (profit) yang didapatkan mungkin lebih sedikit dibandingkan kelelawar tipe spesialis. Dalam penelitian ini, tampaknya kelelawar H. sorenseni dan Hipposideros sp merupakan tipe oportunis, karena memakan banyak famili serangga. Sementara R. affinis, H. diadema, H. ater, H.cf. ater, dan R. borneensis adalah tipe selektif, karena hanya memilih satu sampai lima famili serangga sebagai makanannya.

Hasil analisis PCA menunjukkan lima kelompok kelelawar Microchiroptera berdasarkan makanan kesukaannya. Adanya kecenderungan/kesukaan pada serangga pakan dengan karakteristik khas ini sejalan dengan penelitian Aguirre et al.(2003) dan Zhang et al. (2005). Menurut Aguirre (2003), kekerasan serangga dan ukuran serangga yang dipilih ditentukan oleh kekuatan rahang dan morfologi gigi kelelawar. Menurut Zhang et al. (2005) terdapat korelasi antara besar tubuh kelelawar dengan besar mangsa, dimana kelelawar T. pachypus yang bertubuh lebih besar dari pada kelelawar T. robustula memakan serangga berukuran lebih besar dibandingkan serangga yang dimakan T. robustula.

Selain tingkat kekerasan dan besar tubuh, diduga ketinggian terbang serangga juga berpengaruh pada pemilihan pakan kelelawar. Menurut Altringham (1996), terdapat dua kategori cara pencarian makan kelelawar, yaitu aerial hawking dan flycatching. Aerial hawking dilakukan dengan cara mendeteksi keberadaan mangsa, mengejar dan memakannya sambil terbang. Flycatching dilakukan dengan cara mendeteksi keberadaan mangsa dari

(23)

79

ketinggian, mengejar, menangkap, membawanya kembali ke tempat yang tinggi dan kemudian memakannya. Kelelawar yang berperilaku makan aerial hawking cenderung memangsa serangga yang terbang tinggi, sebaliknya flycatching dilakukan oleh kelelawar yang memangsa serangga tanah atau yang terbang rendah (Altringham 1996). Dalam penelitian ini, ketinggian terbang serangga pakan tidak teramati. Namun, berdasarkan komunikasi pribadi dengan ahli serangga di Museum Zoologi LIPI (Sutrisno H. 12 November 2010, komunikasi pribadi) diketahui bahwa kebanyakan anggota ordo Lepidoptera, Orthoptera, Coleoptera, dan Diptera cenderung berada di dekat permukaan tanah, sedangkan anggota ordo Hemiptera, Homoptera, Trichoptera, dan Hymenoptera dapat terbang tinggi dari permukaan tanah. Dengan demikian dapat diduga kelelawar C.plicata, H.sorenseni, Hipposideros sp dan H.diadema, termasuk jenis yang berperilaku flycatching, sementara R. borneensis, H. bicolor, H. ater, H.cf. ater dan M. schreibersii termasuk jenis yang berperilaku aerial hawking. Jenis lainnya, yaitu R. affinis dan M. australis termasuk jenis yang berperilaku kombinasi keduanya flycatching, dan aerial hawking.

Menurut Ludwig & Reynolds (1988) nilai kesamaan relung pakan berkisar antara nol sampai satu. Semakin mendekati nilai satu, berarti semakin tinggi kesamaan pakan kedua jenis hewan yang dibandingkan, atau kedua jenis hewan tersebut memakan makanan yang sama. Sebaliknya, nilai kesamaan relung pakan mendekati nol berarti kedua jenis hewan memakan makanan yang berbeda. Nilai kesamaan relung pakan kelelawar Microchiroptera yang ditemukan tergolong kecil. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak terjadi overlap pakan pada kelelawar Microchiroptera yang bersarang di gua-gua Karst Gombong. Hal ini karena masing-masing jenis menyukai makanan yang berbeda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa asosiasi bersarang dalam satu gua terjadi antara jenis-jenis kelelawar yang memiliki nilai kesamaan relung pakan (nilai niche overlap) kecil. Nilai kesamaan relung pakan tersebut tidak melebihi 30 %, kecuali di Gua Kemit 47.1%. Menurut Cox (2002) penggunaan relung yang sama (niche overlap) menyebabkan interaksi kompetitif, dimana tiap populasi yang berkompetisi memberikan pengaruh yang merugikan bagi pesaingnya (competitor). Hasil penelitian ini membuktikan bahwa kompetisi

(24)

80

makanan tidak terjadi antara jenis-jenis Microchiroptera yang bersarang dalam satu gua yang sama. Hasil penelitian ini dapat menjawab pertanyaan mengapa kelelawar insektivora (Microchiroptera) yang bersarang dalam satu gua dapat bertahan dari generasi ke generasi dan mencapai jumlah populasi yang tinggi tanpa berkompetisi memperebutkan makanan. Meskipun mencari makanan di lokasi yang sama, kelelawar tersebut membagi relung pakannya dan memilih makanan dengan karakteristik berbeda. Hal ini diperkuat dengan hasil temuan bahwa nilai niche overlap pakan antarjenis kelelawar insektivora yang bersarang dalam satu gua, lebih kecil bila dibandingkan dengan nilai kesamaan relung pakan antarjenis kelelawar yang bersarang pada gua berbeda. Sebagai contoh adalah antara H. sorenseni dengan Hipposideros sp. Nilai niche overlap antara H. sorenseni dengan Hipposideros sp. yang bersarang pada gua berbeda adalah 0.528. Sementara nilai niche overlap pakan H. sorenseni dengan Hipposideros sp yang bersarang bersama di Gua Jatijajar adalah 0.169 . Demikian pula halnya dengan C. plicata dengan H. sorenseni. Nilai niche overlap antara C. plicata dengan H. sorenseni yang bersarang pada gua berbeda adalah 0.683. Namun nilai niche overlap antara C. plicata dengan H. sorenseni yang bersarang bersama di Gua Celeng adalah 0.054. Hal ini mengindikasikan, dua jenis kelelawar insektivora yang bersarang dalam satu gua, membagi relung pakannya untuk menghindari kompetisi.

Kesamaan jenis pakan lebih dari 30% (yaitu: 47.9%) ditemukan antara H.sorenseni dengan Hipposideros sp yang bersarang bersama di Gua Kemit. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, berdasarkan jenis-jenis serangga yang dimakan, kelelawar H. sorenseni dengan Hipposideros sp dapat digolongkan sebagai jenis kelelawar oportunis karena memakan banyak jenis serangga. Berdasarkan hasil pengamatan, Gua Kemit berada di Hutan Lindung Kawasan Karst Gombong Selatan sebelah Timur. Vegetasi di wilayah tersebut lebih didominasi oleh semak belukar daripada pepohonan. Berbagai jenis serangga terutama ordo Coleoptera dan Orthoptera terlihat melimpah di semak belukar tersebut pada saat penelitian ini dilakukan. Karena pakan tersedia dalam jumlah banyak, kesamaan relung pakan yang tinggi antara kedua jenis kelelawar tersebut tidak menyebabkan kompetisi negatif.

(25)

81

Menurut Altringham (1996) kelelawar subordo Megachiroptera tidak mempunyai hubungan kekerabatan dengan kelelawar subordo Microchiroptera. Salah satu alasan yang mendukung adalah : Saraf superior colliculus (s.c) kanan pada otak tengah Microchiroptera mengatur retina mata kiri dan sebaliknya s.c kiri mengatur retina mata kanan. Hal ini ditemukan pada semua Mamalia kecuali Primata. Pada Megachiroptera, saraf superior colliculus kanan otak tengah mengatur retina mata kiri dan mata kanan sekaligus. Keadaan ini hanya ditemukan pada Primata, Dermoptera dan Megachiroptera (Altringham 1996). Terpisahnya kekerabatan Megachiroptera dengan Microchiroptera ini dipertegas oleh Han Guan et al. (2006) yang meneliti filogenetik kelelawar, bahwa Megachiroptera memiliki kekerabatan lebih dekat dengan primata daripada dengan Microchiroptera. Oleh karena berbeda kekerabatan, perilaku makan kelelawar Microchiroptera jauh berbeda dengan kelelawar Megachiroptera. Menurut Chairunnisa (1997) diduga Megachiroptera berasal dari nenek moyang bangsa Primata yang cenderung frugivora, sedangkan Microchiroptera berasal dari nenek moyang Rodensia yang cenderung insektivora.

Famili tumbuhan yang ditemukan dalam pencernaan Megachiroptera pada penelitian ini, beberapa di antaranya pernah ditemukan di saluran pencernaan Megachiroptera pada penelitian-penelitian sebelumnya. Di antaranya adalah penelitian Tan et al. (1998) yang mendapatkan famili Myrtaceae dan Euphorbiaceae pada kelelawar C. Brachyotis dan penelitian Soegiharto et al. (2010) yang mendapatkan polen tumbuhan Bombacaceae, Fabaceae, Myrtaceae dan Euphorbiaceae pada pencernaan kelelawar Cynopterus minutus, C. brachyotis, C.titthaheilus, M. sobrinus dan R. amplexicaudatus.

Polen tumbuhan yang paling banyak dijumpai dalam saluran pencernaan kelelawar Megachiroptera adalah dari famili Myrtaceae (83,3%), Bombacaceae (83,3%) dan Fabaceae (83,3%). Myrtaceae (jambu-jambuan), Bombacaceae (kapuk), dan Fabaceae (akasia) merupakan tumbuhan yang biasa ditemukan pada daerah-daerah hutan karst. Hasil foto satelit citra LANDSAT (Lampiran 2), terlihat dua per tiga dari Karst Gombong adalah hutan karst dan kebun campur. Di antara hutan tersebut terdapat persawahan dan permukiman penduduk. Berdasarkan hasil penelitian Riswan et al. (2006) jenis tumbuhan yang dijumpai

(26)

82

di hutan kasrt Gombong terdiri atas 187 jenis tumbuhan yang termasuk dalam 125 famili dan 60 ordo. Jenis-jenis tersebut merupakan jenis asli hutan karst, seperti Alstonia scholaris (pulai), Piper aduncum (sirih-sirihan), dan Saccharum spontaneum (glagah) serta tumbuh-tumbuhan yang ditanam untuk maksud reboisasi yang disarankan oleh PERHUTANI yaitu pohon serba guna yang bernilai ekonomi. Famili tumbuhan yang ditemukan di saluran pencernaan kelelawar Megachiroptera yang ditemukan pada penelitian ini, sebagain besar termasuk dalam daftar famili tumbuhan hutan Karst Gombong yang telah diidentifikasi oleh Riswan et al. (2006) tersebut. Di antaranya adalah Fabaceae, Myrtaceae, Euphorbiacea, Aracaceae, Moraceae, Asteraceae, Bombacaceae, dan Apocynaceae. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kelelawar Megachiroptera berperan penting dalam kelangsungan hidup tanaman hutan Karst Gombong karena membantu penyerbukannya.

Berdasarkan polen tumbuhan yang dimakan, hasil analisis PCA menunjukkan R. amplexicaudatus, E. spelaea, C. brachyotis, C. horsfieldii dan M. sobrinus memiliki kecenderungan memilih polen dari tumbuhan yang berbeda. Namun demikian, hasil perhitungan nilai kesamaan relung pakan dan uji chi square menunjukkan bahwa perbedaan tersebut tidak nyata, kecuali antara C.horsfieldii dan M.sobrinus.

Berdasarkan karakteristik bunga dan ukuran polen, hasil HCCA menunjukkan adanya pengelompokan jenis kelelawar menjadi 3 kelompok. Menurut Barth (1991) secara alami koevousi bunga Angiosfermae beradaptasi pada hewan penyerbuk, begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, hasil penelitian ini menunjukkan adanya kesesuaian morfologi moncong kelelawar dengan morfologi bunga. Bila dilihat morfologi moncongnya, kelompok 1, yaitu R. amplexicaudatus dan E. spelaea bermoncong pendek, sehingga cenderung memilih polen berukuran sedang (diameter 40 µm - 60 µm ) dari bunga berbentuk mangkuk, bulir majemuk, dan membulat. Kelompok 2 C. brachyotis bermoncong besar dan lebar, sehingga cenderung memilih polen berukuran besar dari bunga berbentuk cawan. Kelompok 3 yaitu C. horsfieldii, dan M. sobrinus bermoncong ramping dan panjang, cenderung memilih polen berukuran kecil dari bunga berbentuk tabung dan corong. Namun, hasil penelitian ini sedikit berbeda

(27)

83

dari hasil penelitian Soegiharto et al. (2010) yang membuktikan bahwa karakteristik tumbuhan yang diserbuki kelelawar memiliki bunga berwarna putih, ukuran polen besar, dan banyak, bentuk mahkota bunga mangkuk, menghasilkan nektar banyak, dan mengeluarkan bau menyengat.

Nilai kesamaan relung pakan antarjenis kelelawar Megachiroptera yang ditemukan tinggi ( > 43%), kecuali antara C.horsfieldii dengan M. sobrinus ( < 43 %). Demikian pula halnya dengan hasil uji chi kuadrat, menunjukkan bahwa berdasarkan polen yang dimakannya, antara jenis-jenis kelelawar Megachiroptera tidak berbeda nyata, kecuali antara C.horsfieldii dengan M. sobrinus. Hal ini menunjukkan adanya kesamaan pakan antara jenis-jenis tersebut. Meskipun memiliki kesamaan relung pakan yang tinggi, diduga kompetisi negatif antarjenis-jenis Megachiroptera di Karst Gombong tidak terjadi. Hal ini karena kelelawar Megachiroptera memiliki wilayah jelajah yang luas dalam pencarian pakannya. Sebagaimana dinyatakan oleh Kunz & Pierson (1994) bahwa kelelawar Megachiroptera mampu menjelajah dengan jarak 28 km dalam satu kali pencarian makannya. Selain itu kawasan Karst Gombong seluruhnya berada di areal hutan lindung yang menyediakan pakan cukup banyak bagi kelelawar Megachiroptera.

Kesimpulan

1. Berdasarkan kesukaannya pada serangga pakan, kelelawar insektivora di Karst Gombong dibagi menjadi lima kelompok yaitu: kelompok 1 adalah C. plicata, Hipposideros sp, dan H. sorenseni cenderung memilih serangga berukuran besar dan keras; kelompok 2 adalah H.diadema yang juga cenderung memilih serangga berukuran besar dan keras tetapi dari jenis yang berbeda dengan kelompok 1; kelompok 3 adalah M. Schreibersii, M. australis, H.cf. ater, R.borneensis, cenderung memilih serangga berukuran sedang dan lunak; kelompok 4 adalah R. affinis , cenderung memilih serangga berukuran kecil dan keras; kelompok 5 adalah H. bicolor dan H. ater cenderung memilih serangga berukuran kecil dan lunak. Berdasarkan kesukaan pada polen tumbuhan, kelelawar frugivora di Karst Gombong dibagi menjadi tiga kelompok: kelompok 1 adalah R. amplexicaudatus

(28)

84

dan E. spelaea yang cenderung memilih polen berukuran sedang (diameter 40 µm - 60 µm ) dari bunga berbentuk mangkuk, bulir majemuk dan membulat; kelompok 2 adalah C. brachyotis yang cenderung memilih polen berukuran besar (diameter > 60 µm ) dari bunga berbentuk cawan, dan kelompok 3 adalah C. horsfieldii dan M. sobrinus yang cenderung memilih polen berukuran kecil (diameter < 40 µm) dari bunga bentuk lonceng dan corong.

2. Nilai kesamaan relung pakan antarjenis kelelawar insektivora yang bersarang dalam satu gua kurang dari 30%. Berarti kompetisi pakan antarjenis kelelawar yang bersarang dalam satu gua relatif kecil.

Saran

1. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kelimpahan serangga pakan dan waktu kemunculan serangga tersebut, sehingga dapat diketahui pengaruh kelimpahan serangga pada pemilihan relung pakan dan pembagian relung pakan berdasarkan waktu.

2. Keanekaragaman jenis tumbuhan di hutan lindung dan kebun campur yang berada di sekitar gua, perlu dijaga kelestariannya. Mengingat hutan tersebut mnyediakan pakan bagi kelelawar yang bersarang di gua-gua karst.

Gambar

Tabel 7    Hasil analisis isi perut kelelawar Microchiroptera (Proporsi temuan =   jumlah temuan material sisa serangga ke-i dibagi  jumlah seluruh   material serangga yang ditemukan)
Tabel 8  Karakteristik serangga: bobot tubuh, panjang tubuh  (berdasarakan                serangga pembanding ) dan kekerasan eksoskeleton (berdasarkan Aguirre     et al
Gambar 20    Hasil Principle Component Analysis (PCA) jenis kelelawar  berdasarkan serangga pakannya
Tabel 9   Nilai kesamaan relung pakan  (morsita index)  antarjenis  kelelawar     pada semua gua
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang ingin ditampilkan adalah bagaimana sistem ini dapat melakukan proses perbaikan citra dengan beragam faktor degradasi (noise dan atau blur) dan memiliki performansi

Perlu diketahui bahwa Pasal 22 UUPT 2007 tidak mengatur secara pasti mengenai sah tidaknya akta perubahan anggaran dasar jangka waktu berdiri perseroan selayaknya seperti yang

Satu lagi aktivitas yang mayoritas dilakukan oleh responden untuk memasarkan produknya adalah membuat tinjauan mengenai produk tersebut. Dengan mendeskripsikan produk yang

Ideologi merupakan kerangka intelektual yang digunakan oleh para pembuat kebijakan untuk memperhatikan realitas, untuk menetapkan sasaran jangka panjang suatu perilaku ekstern

Data yang akan diambil agar terstrukturnya penelitian ini yaitu dampak positif dan negatif dari penggunaan media sosial terhadap interaksi sosial siswa.Data tersebut dapat

Desain 3D dalam bentuk relief terbentuk dari desain 2D yang dapat dibentuk tinggi rendahnya relief yang menggunakan software ArtCam.. Gambar yang berupa bitmap atau vektor dapat

Gangguan hama/penyakit yang ber- bahaya merupakan ancaman bagi keber- lanjutan pertanaman jeruk di daerah tersebut. Upaya-upaya yang dapat dilaku- kan untuk mempertahankan

Pada persamaan regresi yang kedua Good Corporate Governance, kesempatan tumbuh dan ukuran perusahaan tidak ada yang berpengaruh signifikan terhadap Return on Asset