• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERGESERAN MAKNA DALAM TERJEMAH INDONESIA NOVEL THE GREAT GATSBY. Ida Nurrokhimah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PERGESERAN MAKNA DALAM TERJEMAH INDONESIA NOVEL THE GREAT GATSBY. Ida Nurrokhimah"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Vol.2, No.3, 2013, pp. 317~330 ISSN: 2089-3884

ANALISIS PERGESERAN MAKNA DALAM TERJEMAH INDONESIA NOVEL THE GREAT GATSBY

Ida Nurrokhimah

e-mail: Idanurrokhimah@gmail.com

ABSTRACT

The translations process becomes very important for us to communicated with other different languages. Language is an important communication tool which we use to understand each other across language speakers. Translation between languages is essential so the message which will be conveyed from the speaker or writer can be delivered well to the recipient or reader. Without translation we would not be able to understand what message which will be conveyed by the speaker or writer. However, in the process of translation, translators sometimes do not use words or phrases in accordance with the originally translation. That's often what we call by shift or shift of meaning. Because sometimes in the culture of target language (TL) does not match with the source language (SL). So, the translator usually adjusts the translation with the culture in the target language. The product of translation also can be analyzed using esthetic function. With esthetic function we will know the meaning of what had foregrounding. Foregrounding is a situation in which a translation is not expected to result in a social situation in target language. Therefore, the translation results foregrounding will experience a shift of meaning in the process of automatization. Automatization is the process of translation according to the context and the situation which expected in the target language. With the theory of esthetic function and shift we can analyze a translation.

ABSTRAK

Proses penerjemahan menjadi sangat kita butuhkan untuk berkomunikasi antar dua bahasa yang berbeda. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting yang kita gunakan untuk memahami satu sama lain antar penutur bahasa. Penerjemahan antar bahasa merupakan hal penting agar pesan yang ingin disampaikan dari penutur atau penulis dapat tersampaikan secara baik oleh penerima atau pembaca. Tanpa penerjemahan kita tidak akan bisa mengerti pesan apa yang ingin disampaikan oleh penutur atau penulis. Namun, dalam proses penerjemahan, terkadang penerjemah tidak menggunakan kata atau frase yang sesuai dengan terjemahan aslinya. Itu sering kita sebut shift atau pergeseran makna. Karena terkadang kebudayaan dalam bahasa sasaran (Bsa) tidak sesuai dengan bahasa sumber (Bsu). Sehingga, penerjemah biasanya menyesuaikan hasil terjemahannya dengan budaya yang terdapat dalam bahasa sasaran. Dalam penerjemahan juga dapat dianalisis menggunakan fungsi estetika. Dengan fungsi estetika kita akan mengetahui

(2)

ketika suatu hasil terjemahan tidak diharapkan pada situasi sosial dalam bahasa sasaran. Maka dari itu, hasil penerjemahan foregrounding akan mengalami pergeseran makna dalam proses automatization. Automatization adalah proses penerjemahan yang sesuai dengan konteks situasi dan diharapkan dalam bahasa sasaran. Dengan teori fungsi estetik dan pergeseran atau shift kita dapat menganalisis suatu penerjemahan.

Kata kunci: otomatisasi, penerjemahan, pergeseran makna, foregrounding.

A. PENDAHULUAN

Beragam bahasa terdapat dalam dunia ini. Dengan adanya bahasa seseorang dengan yang lainnya bisa berkomunikasi. Bahasa bisa berupa suara, kata, ujaran, isyarat, dan lain-lain. Bahasa merupakan suatu alat komunikasi. Maksudnya adalah alat komunikasi yang digunakan oleh pembicara/penulis yang akan disampaikan kepada pendengar/pembaca. Bahasa yang digunakan dalam setiap negara tentu saja berbeda dan mempunyai keunikan tersendiri. Bahasa mempunyai hakikat tersendiri seperti yang dikemukakan oleh Chaer (2007:33) sifat atau ciri itu antara lain (1) bahasa itu adalah sebuah sistem, (2) bahasa itu berwujud lambang, (3) bahasa itu berupa bunyi, (4) bahasa itu bersifat arbitrer, (5) bahasa itu bermakna, (6) bahsa itu bersifat konvensional, (7) bahasa itu bersifat unik, (8) bahasa itu bersifat universal, (9) bahasa itu bersifat produktif, (10) bahasa itu bervariasi, (11) bahasa itu bersifat dinamis, (12) bahasa itu berfungsi sebagai alat interaksi sosial, dan (13) bahasa itu merupakan identitas penuturnya. Kita seringkali menjumpai bahwa bahasa dalam setiap negara itu berbeda. Misalnya saja bahasa Indonesia, Inggris, Spanyol, Perancis, dll. Untuk mengetahui bahasa lain yang kita tidak mengetahuinya, kita pasti membutuhkan suatu proses terjemah dari bahasa yang asing ke bahasa yang kita ketahui atau kita mengerti. Bahasa sumber (BSu) adalah bahasa asal yang akan kita terjemahkan ke bahasa sasaran (BSa). Sedangkan BSa sendiri adalah bahasa yang akan dijadikan target atau sasaran penerjemahan.

Dalam buku The Theory and Practice of Translation oleh Eugene A. Nida dan Charles R. Taber, mendefinisikan terjemahan, “Translating consists in reproducing in the receptor language the closest natural equivalent of the source language message, first in terms of meaning and secondly in terms of style.” Menerjemahkan

(3)

adalah proses menghasilkan kembali dalam bahasa penerima yang sedekat-dekatnya dengan pesan yang ingin disampaikan oleh bahasa sumber, yang pertama dari segi makna dan yang kedua dari segi gaya.

Jadi, hasil terjemahan di harapkan dapat sedekat-dekatnya dan mewakili dari pesan bahasa sumber. Namun bukan berarti mengabaikan bahasa sasaran karena hasil terjemahan itu harus bisa diterima dalam bahasa target dan tidak terlihat lucu atau aneh. Penerjemahan juga dimaksudkan agar memudahkan orang-orang yang berbeda bahasa dapat mengerti maksud dari pesan yang ingin

disampaikan satu dengan yang lainnya. Dalam proses

penerjemahan, terkadang kita akan menjumpai adanya pergeseran. Pergeseran (shift) yang terjadi dalam suatu proses terjemahan dapat berupa perubahan makna atau perubahan bentuk pada hasil terjemahan. Pergeseran dapat kita temui bukan hanya di produk yang dihasilkan saja. Namun juga pada proses yang terjadi dalam penerjemahan. Seorang penerjemah akan selalu berusaha untuk mendapatkan bahasa sasaran yang sepadan dengan bahasa sumbernya. Sehingga pesan yang akan disampaikan tidak jauh melenceng. Seperti yang kita ketahui bahwa setiap bahasa mempunyai aturan-aturan tersendiri dan inilah yang bisa menjadi penyebab terjadinya pergeseran makna.

Dalam penelitian ini, penulis akan membahas tentang (1) pergeseran yang terjadi dalam novel terjemahan The Great Gatsby (2) faktor yang menyebabkan pergeseran itu terjadi, (3) jenis pergeseran yang terjadi.

Metode penelitian yang dipakai adalah metode padan translasional karena ini berhubungan dengan bidang penerjemahan.

Penulis menggunakan metode padan translasional karena

penentunya adalah bahasa lain. B. LANDASAN TEORI

Teori linguistik struktural aliran praha pertama-tama

dikemukakan oleh V. Mathesius bersama lembaga non formalnya Prague Linguistic Circle di Universitas Caroline, Cekoslowakia. Aliran Praha mempunyai ciri dalam teorinya yaitu menitikberatkan

pada fungsi-fungsi bahasa. Dalam penelitian ini, penulis

(4)

diperkenalkan oleh Jan Mukarovsky (1891-1975) pada tahun 1930-an d1930-an awal tahun 1940-1930-an. Mukarovsky merupak1930-an salah satu tokoh yang berasal dari Aliran Praha yang memperkenalkan tentang teori fungsi estetika dalam penerjemahan. Dalam bukunya Aesthetic Function, Norm, and Value as Social Facts, Mukarovsky mengemukakan tentang teori fungsi estetika. Seperti yang sudah di kemukakan di atas bahwa fungsi estetika selalu menitikberatkan pada fungsi-fungsi bahasa. Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi antara pembicara/penulis dan pendengar/pembaca. Jadi pembicara/penulis dan pendengar/pembaca sama-sama bisa mengerti dan mengetahui apa maksud pesan yang akan disampaikan. Namun kita harus tetap memperhatikan beberapa faktor dalam menerjemahkan yaitu bahasa sumber (BSu), bahasa sasaran (Bsa) dan pesan yang akan disampaikan oleh penyampai

bahasa. Widyamartaya (1989:14) menyatakan bahwa

menerjemahkan bahasa bukan saja hanya menerjemahkan lalu urusan kita selesai. Dalam menerjemahkan, kita juga harus memahami hasil dari terjemahan dari yang kita terjemahkan.

Fungsi estetika ini dapat digunakan untuk melihat penerjemahan dua bahasa yang berbeda. Misalnya saja dalam bahasa Jawa, ora apa-apa yang merupakan ungkapan tidak apa-apa dalam bahasa Indonesia. Sedangkan, dalam bahasa Inggris kita bisa menerjemahkannya menjadi never mind. Padanan fungsionalnya merupakan no problem bukan no what-what. Karena akan terdengar aneh dalam bahasa sumber atau bahasa Inggris apabila never mind di terjemahkan menjadi no what-what.

Penulis juga akan meneliti terjemahan menggunakan metode pergeseran (shift). Dalam bidang pergeseran makna yang terjadi di suatu proses atau produk terjemahan, Catford (1978:73) dalam bukunya A Linguistic Theory of translation mengelompokkan pergeseran (shift) menjadi 2 kelompok yaitu pergeseran tingkatan dan pergeseran kategori.

1. Level shift (pergeseran tingkatan) yaitu pergeseran yang terjadi apabila tataran linguistik dari bahasa sumber bergeser pada tataran linguistik bahasa sasaran.

Contohnya: He is my friend.

(5)

Dalam contoh ini terjadi pergeseran tingkatan dia laki-laki. Dalam hal ini, he yang merupakan kata telah bergeser menjadi dia laki-laki yang merupakan frasa.

2. Pergeseran Kategori (Category Shift)

Pergeseran kategori dibedakan menjadi empat macam. a. Pergeseran Unit (Unit Shift)

Terjadinya pergeseran karena perbedaan padanan suatu unit linguistik antara bahasa sumber (BSu) dan bahasa sasaran (BSa).

Contoh : laughed Tertawa kecil

Dalam contoh ini terjadi pergeseran unit yaitu kata menjadi frasa.

b. Pergeseran Struktur (Structure-Shift)

Terjadinya pergeseran yang mengakibatkan perubahan struktur pada bahasa sasaran tidak sama dengan struktur dari bahasa sumber.

Contohnya: new dress gaun baru

Dalam bahasa Inggris penanda (modifier) posisi kata dress berada sebelum inti (head), sehingga dapat diistilahkan sebagai penanda awal (premodifier). Sebaliknya dalam bahasa Indonesia dimana penanda berada setelah inti yang disebut pasca inti (post modifier).

c. Pergeseran Kelas (Class Shift)

Pergeseran yang terjadi antara kelas kata tertentu dalam bahasa sumber menjadi kelas kata yang lain dalam bahasa sasaran.

Contoh : annual party pesta tahun

Dalam contoh ini, annual mempunyai kata adjektiva sedangkan tahun mempunyai kelas kata nomina.

(6)

d. Pergeseran Antar- Sistem (Intra-System Shift)

Pergeseran yang terjadi pada kategori grammatikal yang sama.

Contoh : I write a letter.

Saya menulis sebuah surat.

Write dalam contoh ini merupakan verba transitif

sedangkan menulis dalam bahasa Indonesia

merupakan verba intransitif. C. ANALISIS DATA

Berikut ini adalah hasih dari data yang telah ditemukan oleh

penulis dalam “The Great Gatsby” karya F. Scott Fitzgerald ke dalam Bahasa Indonesia “The Great Gatsby” oleh Ulya Nataresmi pada bagian pertama dalam novel tersebut.

Data 1

BSu: Frequently I have feigned sleep (hal. 3)

BSa: Aku kerap kali berpura-pura terpejam tak melihat. (hal. 1)

Dalam kasus ini, terpejam tak melihat merupakan hasil

automatization dari sleep. Sleep secara foregrounding disini berarti tidur sedangkan dalam buku terjemahan The Great Gatsby di terjemahkan menjadi terpejam tak melihat. Secara kasat mata kita bisa mengatakan kalau tidur dengan terpejam tak melihat itu sama-sama menutup mata. Jika kita lihat lebih jauh, terpejam tak melihat bukan berarti tidur. Walaupun memang benar kalau kita tidur mata kita tetap terpejam dan tak melihat. Dalam terjemahan bahasa Inggris, terpejam tak melihat seharusnya merupakan terjemahan dari eyes closed. Jenis pergeseran makna ini adalah pergeseran unit dari kata ke frasa.

Data 2

BSu: I was rather literary in college (hal. 6)

BSa: Semasa kuliah aku dianggap kutu buku. (hal. 6)

Kutu buku dalam hal ini adalah automatization dari literary. Kutu buku adalah one who is fond of reading dan literary berarti hal yang berkaitan dengan kesusasteraan. Literary disini tidak

(7)

diterjemahkan menjadi hal yang berkaitan dengan kesusasteraan. Karena apabila diterjemahkan secara foregrounding, disini akan terjadi fungsi estetika dimana pembaca atau pendengar akan tertawa dan heran mengetahuinya. Mereka akan mengira kalau “aku” sesama kuliahnya di anggap sebagai salah satu hal yang berhubungan dengan sastra. Mungkin saja mereka akan bertanya balik dengan keheranan menggunakan “Are you sure?” atau “Sorry, I don’t believe it”. Literary merupakan kata sifat sedangkan kutu buku merupakan kata benda. Dalam kasus ini, dari literary ke kutu buku dalam terjemahannya mengalami pergeseran makna dalam unit kata menjadi frasa dan pergeseran kelas katanya yaitu dari kata sifat menjadi kata benda.

Data 3

BSu: Daisy was my second cousin once removed (hal. 8) BSa: Daisy merupakan sepupu jauhku (hal. 8)

Dalam kalimat ini, kita akan menemukan dua jenis pergeseran makna yang terjadi. Yaitu second cousin menjadi sepupu dan once removed menjadi jauhku. Namun kasus pergeseran makna yang terjadi itu sama. Pergeseran makna tersebut adalah pergeseran dari frasa ke kata. Sepupu adalah automatization dari second cousin. Penerjemah tidak menerjemahkannya secara foregrounding menjadi sepupu kedua. Sedangkan, once removed mengalami terjemahan automatization menjadi jauh. Karena apabila diterjemahkan secara foregrounding per kata maka akan menjadi setelah dihapus dan itu pasti tidak akan dapat diterima oleh situasi sosial. Di sini fungsi estetika itu ada dan digunakan karena apabila diterjemahkan secara foregrounding pasti akan muncul pertanyaan seperti really? Atau how come? Bisa juga ada yang terkejut dan berkata Oh My God? I’m shock.

Data 4

BSu: she laughed (hal.11) BSa: ia tertawa kecil (hal. 12)

Tertawa kecil disini adalah automatization dari laughed. Dalam arti secara literalnya, laughed adalah tertawa bukan tertawa

(8)

kecil. Secara foregrounding nya akan berarti tertawa. Disini berarti tertawa kecil tujuannya adalah untuk lebih menjelaskan kepada pembaca cara dia tertawa dan volumenya. Pergeseran makna dalam kasus ini adalah pergeseran makna dalam tingkatan unit kata yaitu dari kata menjadi klausa.

Data 5

BSu: I’m absolutely in training (hal. 13) BSa: Aku masih di bawah umur (hal. 15)

Di bawah umur adalah automatization dari training dalam konteks kalimat ini. Apabila ini diterjemahkan secara foregrounding menjadi latihan, fungsi estetika akan berlaku disini. Karena latihan tidak sesuai dengan konteks situasi dalam kalimat ini. Mungkin pembaca atau pendengar akan bertanya-tanya lagi tentang latihan apa yang sedang dilakukan dan lain sebagainya. Dalam pergeseran makna ini termasuk dalam pergeseran unit kata yaitu kata menjadi frasa.

Data 6

BSu: Tom’s got some woman in New York (hal. 18)

BSa: Tom memiliki seorang simpanan di New York (hal. 22)

Pergeseran antar shift (Intra-system shift) adalah jenis pergeseran makna yang terjadi dalam kasus ini. Pergeseran itu terjadi antara some (plural) yang artinya beberapa dengan seorang (singular). Seorang simpanan adalah automatization dari some woman. Karena jika diterjemahkan secara foregrounding, some woman disini dapat diartikan sebagai beberapa wanita.

Data 7

BSu: Don’t you think? (hal. 18)

BSa: Bagaimana menurutmu? (hal. 22)

Tidakkah kamu pikir adalah terjemahan foregrounding dari don’t you think. karena terjemahan tidakkah kamu pikir akan membuat si pendengar menjadi aneh dan mungkin akan sedikit marah. Tidakkah kamu pikir kalau dalam bahasa sasaran yaitu

(9)

Bahasa Indonesia terdapat nada ketidaksopanan. Karena itu menunjukkan bahwa si pendengar tidak berpikir. Disinilah fungsi estetika itu terjadi. Sehingga, tidakkah kamu pikir berubah maknanya secara automatization menjadi bagaimana menurutmu. Karena itu tidak bernada kasar dan lebih sopan. Orang akan dengan senang mendengarnya dan mau untuk mengeluarkan pendapat.

Data 8

BSu: Very much (hal. 20) BSa: Tentu (hal. 24)

Dalam novel terjemahan The Great Gatsby oleh Ulya Nataresmi very much di halaman 24 dan dalam novel asli The Great Gatsby karya F. Scott Fitzgerald di halaman 20, very much diterjemahkan menjadi tentu. Sangat banyak adalah terjemahan foregrounding dari very much. Namun apabila very much tetap diartikan menjadi sangat banyak, itu akan membuat pendengar atau pembaca menjadi keheranan dan menanyakan lagi apa yang sangat banyak itu. Disinilah fungsi estetik itu terjadi yaitu keadaan dimana pendengar atau pembaca akan bertanya-tanya, heran ataupun bisa jadi akan merasa terkejut. Jadi, very much disini di terjemahkan secara automatization menjadi tentu. Very much yang diterjemahkan menjadi tentu telah mengalami suatu pergeseran unit kata. Yaitu dari frasa very much menjadi kata tentu.

Data 9

BSu: Ceasing to compel my attention (hal.20) BSa: Berusaha menarik perhatianku (hal. 25)

Kata ceasing to compel tidak diterjemahkan menjadi berhenti untuk memaksa, karena apabila diartikan secara foregrounding menjadi berhenti untuk memaksa, pesan yang akan disampaikan pengarang pada pembaca tidak akan sampai karena kurang tepat dalam memaknainya. Di sinilah fungsi estetika terjadi yaitu keheranan dan tidak habis pikir bagaimana caranya berhenti untuk memaksa perhatianku dapat digunakan. Maka dari itu, penerjemah menerjemahkan automatization ceasing to compel bergeser

(10)

maknanya menjadi berusaha menarik perhatianku. Itu akan lebih diterima oleh bahasa sasaran.

Data 10

BSu: Vulnerable years (hal. 3) BSa: Masa-masa rapuh (hal. 1)

Vulnerable years disini melalui proses automatization

menjadi masa-masa rapuh. Apabila diterjemahkan secara

foregrounding maka akan berganti menjadi tahun-tahun mudah kena serangan. Fungsi estetik akan berlaku di sini ketika ada penerjemahan yang aneh, tak masuk di akal, dan juga lucu karena tidak sesuai dengan konteks. Pembaca pasti akan bertanya-tanya tentang tahun-tahun yang mana yang mudah kena serangan? Lalu serangan apa yang menyerang sehingga terjadi bertahun-tahun? Bahkan, pesan dari sang penulis juga tidak akan tersampaikan pada pembaca apabila kita tidak memperhatikan konteks situasi waktu kita menerjemahkan. Jadi dalam novel terjemahan tersebut penerjemah menerjemahkannya menjadi masa-masa rapuh. Agar dapat diterima dengan baik dalam bahasa sasaran (Bsa).

Data 11

BSu: Turning over (hal. 3) BSa: Mengubah (hal. 1)

Dalam kasus ini turning over yang diterjemahkan menjadi mengubah telah mengalami pergeseran makna. pergeseran makna tersebut adalah pergeseran unit. Yaitu dari unit kata menjadi klausa. Turning over dalam arti sebenarnya adalah membalik. Sedangkan dalam hal ini turning over di artikan menjadi mengubah. Proses membalik merupakan sebuah proses yang sudah pasti mengubah. Namun, apabila kita akan mengubah sesuatu, belum tentu kita akan mengubahnya dengan membalik. Kita bisa saja hanya dengan

menggesernya. Foregrounding dari turning over adalah

pembentukan berakhir. Namun apabila diterjemahkan secara foregrounding, ini akan menjadi aneh, lucu, dan yang pasti berbeda dari pesan sang penulis. Maka, turning over disini mengalami proses automatization menjadi mengubah.

(11)

Data 12

BSu: I never saw this great-uncle (hal. 5)

BSa: Aku tidak pernah melihat kakek-paman ini (hal. 3)

Kakek-paman adalah automatization dari great uncle. Uncle adalah paman dan great adalah besar. Apabila di terjemahkan secara foregrounding maka great-uncle akan diterjemahkan menjadi paman besar. Disinilah terjadi teori fungsi estetika yaitu keadaan dimana pembaca akan merasakan aneh, keheranan, keterkejutan dan bisa juga tertawa karena mendengarnya. Pembaca akan bertanya-tanya how big is your uncle? Atau bertanya penuh keraguan are you sure?. Maka dari itu, disinilah terjadi pergeseran makna yaitu dari foregrounding paman besar menjadi automatization kakek-paman. Sehingga kekek-paman dapat diterima dengan baik dalam bahasa sasaran karena sesuai dengan budaya dalam bahasa sasaran. Kakek-paman juga tidak akan menimbulkan kebingungan bagi pembaca karena dapat mengetahuinya dengan pasti.

Data 13

BSu: And, so with the sunshine (hal. 6)

BSa: Maka, disertai hangatnya matahari (hal. 5)

Dalam kasus ini, and yang berarti dan ada di depan kalimat. Sedangkan dalam terjemahannya and berarti maka. Maka merupakan automatization dari and. Karena apabila diterjemahkan menjadi dan, itu tidak bisa diletakkan dalam awal kalimat. Apabila dan berada di awal kalimat, ini telah menyalahi aturan dalam bahasa sasaran. Disini, dan adalah foregrounding dari and. Karena dalam bahasa sasaran dan tidak bisa menjadi kata yang diletakkan di awal kalimat. Jadi, and mengalami automatization menjadi maka. Disini juga ada automatization disertai yang merupakan hasil terjemahan dari so with. Secara foregrounding so with diartikan menjadi jadi dengan. Ini akan terdengar sedikit aneh dan membingungkan. Disinilah fungsi estetika itu diberlakukan. Yaitu dalam keadaan dimana dalam bahasa sasaran hasil terjemahan terdengar atau terlihat aneh, lucu, dan kurang bisa dipahami. Selain mengalami pergeseran makna secara automatization dari foregrounding, proses

(12)

ini juga telah mengalami pergeseran unit. Yaitu unit frasa so with menjadi kata disertai.

Data 14

BSu: So much fine health (hal 6) BSa: Juga udara bersih (hal 5)

Begitu banyak kesehatan baik adalah terjemahan

foregrounding dari so much fine health. Fungsi estetik akan muncul disini karena adanya terjemahan yang tidak sesuai dengan konteks situasinya. Begitu banyak kesehatan baik akan terdengar lucu dan tak biasa di telinga para pendengar. Jadi so much fine health disini mengalami automatization dari begitu banyak kesehatan baik menjadi juga udara bersih. Secara otomatis kita dapat melihat bahwa terjadi pergeseran makna disini yaitu dari foregrounding menjadi automatization.

Data 15

BSu: Our beautiful white.. (hal 22)

BSa: Kecantikan kulit putih kami.. (hal 27)

Pergeseran makna yang terjadi dalam kasus ini adalah pergeseran unit kata menjadi frasa. Kata white sebenarnya hanya berarti putih. Kulit seharusnya adalah skin. Namun dalam bahasa sumber, tidak digunakan white skin tetapi hanya white saja. Jadi, kata white telah berubah menjadi frasa kulit putih. White disini apabila diterjemahkan secara foregrounding akan berarti putih. Apabila diterjemahkan menjadi putih saja makan akan muncul beberapa pertanyaan yang muncul seperti Which one is white?. Secara otomatis pesan yang akan disampaikan oleh penulis tidak akan sampai pada pembaca. Maka dari itu, disinilah muncul teori fungsi estetika karena adanya masalah dalam hasil terjemahan yaitu tidak sesuai dengan konteks situasi yang ada dalam bahasa sasaran. Kulit putih adalah automatization dari white yang sesuai dalam konteks terjemahan ini.

(13)

D. KESIMPULAN

Dari data analisis di atas, kita dapat mengetahui bahwa

pergeseran makna bisa saja terjadi dalam proses maupun hasil penerjemahan. Pergeseran itu dapat terjadi dari bahasa sumber (BSu) ke bahasa sasaran (BSa) yang bisa kita analisis dari proses atau produk penerjemahan. Pergeseran dalam penerjemahan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pergeseran tingkatan dan pergeseran kategori. Pergeseran kategori dapat dibagi lagi dalam empat macam kategori yaitu pergeseran unit, pergeseran kata, pergeseran struktur dan pergeseran antar sistem. Penerjemahan juga dapat dianalisis menggunakan metode fungsi estetika. Semua pergeseran makna yang terjadi adalah dari proses foregrounding ke automatization. Foregrounding adalah keadaan dimana hasil terjemahan yang terlihat aneh, lucu, atau yang tidak bisa diterima yang bisa menjadikan penerima informasi salah mengerti atau malah salah dalam memahami pesan yang akan disampaikan bahasa sasaran (BSa). Kita harus tahu benar bahasa yang ada dalam sasaran penerjemahan kita. Jadi pesan yang akan disampaikan oleh bahasa sumber dapat diterima dengan baik. Sedangkan hasil terjemahan automatization adalah hasil terjemahan yang bisa diterima dalam konteks situasi yang ada dalam bahasa sasaran. Kondisi situasi bahasa sasaran juga sangat mempengaruhi penerjemahan termasuk budayanya dan kebiasaan penggunaan bahasa dalam bahasa sasaran.

E. DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, Chaedar. 1993. Beberapa Madhab dan Dikotomi Teori Linguistik. Bandung: Angkasa.

Catford, J.C. 1965. A Linguistic Theory of Translation. London: Oxford University Press. pdf

Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Fitzgerald, F. Scott. 1994. The Great Gatsby. Australia: Penguin Books.

Nataresmi, Ulya. 2010. The Great Gatsby (terjemahan). Surabaya: Selasar Surabaya Publising.

(14)

Nida, Eugene A, and Charles R. Taber. 1974. The Theory and Practice of Translation. Leiden : E. J. Bril. pdf

Shadily, Hasan dan John Echols. 2005. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum

Widyamartaya, A. 1989. Seni Menerjemahkan. Yogyakarta: Kanisius.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa kegunaan rasio ini adalah untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membiayai dan memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada

Merujuk pada Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 4 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2008-2013, evaluasi pembangunan tahun 2012

Sintaks dalam implementasi model pembelajaran Learning Cycle 5E secara terpadu dengan kartu permainan Link and Match secara nyata meningkatkan kemampuan komunikasi karena

Teori ini dikemukakan oleh Harris dan Ullman pada tahun 1945. Kedua geograf ini berpendapat, meskipun pola konsentris dan sektoral terdapat dalam wilayah kota, kenyataannya

Dia dikirim untuk menolong Nobita agar keturunan Nobita dapat menikmati kesuksesannya daripada harus menderita dari utang finansial yang akan terjadi pada masa depan yang

selaku Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, sekaligus dosen pembimbing yang dengan sabar membimbing, memberi masukan dan arahan dalam

Inilah yang semestinya menjadi perhatian besar bagi orang yang beriman untuk membersihkan hati darinya. Demikian pula ia membersihkan hatinya dari sifat iri, dengki, marah dan