• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Akuntansi ISSN Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 15 Pages pp

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Akuntansi ISSN Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 15 Pages pp"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

127 - Volume 2, No. 1, November 2012

PENGARUH PENERAPAN TOTAL QUALITY

MANAGEMENT TERHADAP KINERJA MANAJERIAL

DENGAN BUDAYA ORGANISASI, SISTEM PENGUKURAN

KINERJA DAN SISTEM PENGHARGAAN SEBAGAI

VARIABEL MODERATING (STUDI EMPIRIS PADA

MANAJER BANK-BANK YANG BEROPERASIONAL DI

BANDA ACEH)

Yuliana¹, Nadirsyah², Usman Bakar2 1)

Magister Akuntansi Program Pascasarjana Universyitas Syiah Kuala Banda Aceh 2)

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

Abstract: This research is an empirical research which aimed to obtain evidences about The Influence of Total Quality Management Application on Performance Managerial with Organization Culture. Performance Measurement System and Reward System as Moderating Variable. This research concentrated on a main problem whether The Influence of Total Quality Management on Performance Managerial with Organization Culture. Performance Measurement System and Reward System as Moderating Variable. The population in this research were 21 banks in Banda Aceh and each represented by five person of middle manager as respondents and data collection is done directly by using a questionnaire containing 39 statements. While the tools of analysis used was multiple linear regression.The result show a direct effect Total Quality Management application on managerial performance. It’s also show an effect of interaction between Total Quality Management and reward system on managerial performance. The result of interaction between Total Quality Management application and organizational culture and also performance measurement system haven’t effect on managerial performance.

Keywords: Total Quality Management, Organization Culture, Performance Measurement System, Reward System and Managerial Performance

Abstrak: Penelitian ini bersifat empiris dimana penelitian ini bertujuan memperoleh bukti mengenai Pengaruh Penerapan Total Quality Management terhadap Kinerja Manajerial dengan Budaya Organisasi, Sistem Pengukuran Kinerja dan Sistem Penghargaan sebagai Variabel Moderating. Penelitian ini bertumpu pada masalah pokok apakah penerapan Total Quality Management berpengaruh pada kinerja manajerial dengan budaya organisasi, sistem pengukuran kinerja dan sistem penghargaan sebagai variabel moderating. Populasi dalam penelitian ini adalah 21 bank yang beroperasional di Banda Aceh yang masing-masing diwakili oleh 5 orang manajer tingkat menengah sebagai responden. Data primer diperoleh dengan cara menyebarkan kuisioner langsung kepada manajer dengan 39 pertanyaan. Teknik analisa data yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh Total Quality Management terhadap kinerja manajerial dan menunjukkan adanya pengaruh interaksi antara Total Quality Management dan sistem penghargaan terhadap kinerja manajerial. Tidak ditemukan pengaruh interaksi Total Quality Management dengan budaya organisasi dan sistem pengukuran kinerja terhadap kinerja manajerial.

Kata kunci: Total Quality Management, Budaya Organisasi, Sistem Pengukuran Kinerja, Sistem Penghargaan dan Kinerja Manajerial

(2)

Volume 2, No.1, November 2012 - 128 PENDAHULUAN

Pada era globalisasi tidak hanya perusahaan manufaktur, tetapi juga perusahaan jasa perlu melakukan peningkatan kualitas dan melakukan perbaikan yang terus menerus, khususnya perbankan yang merupakan salah satu sektor usaha yang mendukung berkembang dan berhasilnya perekonomian suatu negara. Perbankan di Indonesia saat ini, khususnya di Aceh mulai mengalami gejolak akibat ulah oknum karyawan bank maupun oknum lain di luar bank. Pihak yang dirugikan di antaranya perusahaan di mana yang bersangkutan bekerja dan/ atau konsumen. Faktor-faktor penyebab terjadinya kasus perbankan saat ini terutama akibat kesalahan manusia; tidak kompetennya pegawai, niat jahat si pegawai yang merasa kurangnya penghasilan, kehilangan karyawan kunci yang bisa jadi dikarenakan kurang penghargaan dan penipuan oleh oknum luar bank yang menjadikan bank sebagai media transaksi kejahatan.

Kinerja dapat diartikan sebagai penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu perusahaan, bagian dari perusahaan dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Kinerja merujuk kepada tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas serta kemampuan

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja manajerial yang baik meningkatkan perolehan keuntungan perusahaan dan akan menambah kepercayaan investor ke perusahaan.

Keuntungan perusahaan tidak serta merta meningkat begitu saja, peran pegawai sebagai ujung tombak perusahaan harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang produk dan jasa layanan yang ditawarkan. Kinerja manajerial suatu perusahaan dianggap baik apabila tujuan perusahaan dapat terlampaui berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya, serta melakukan perbaikan secara terus menerus. Total

Quality Management (TQM) merupakan

salah satu pendekatan yang paling populer dalam rangka perbaikan terus menerus. Karakteristik TQM yaitu: fokus pada pelayanan konsumen dan pemecahan masalah secara sistematis dengan menggunakan tim yang ada di garda depan (Garrison&Norren,2000:15). Bagi suatu perusahaan jasa, terutama bank kualitas layanan merupakan tuntutan agar dapat bertahan hidup dalam persaingan. Kualitas layanan yang tinggi sesuai dengan harapan pelanggannya tidak akan terwujud tanpa adanya kualitas dalam diri manajemen itu sendiri. Seperti halnya produk dan jasa yang dihasilkan, kualitas manajemen juga diharapkan memiliki komitmen untuk

(3)

129 - Volume 2, No. 1, November 2012 selalu memperbaiki kualitas serta kesadaran betapa pentingnya arti kepuasan konsumen yang secara langsung dapat memperbaiki kinerja perusahaan. Kualitas manajemen dapat diwujudkan dengan budaya organisasi yang mendukung strategi perusahaan, dan bila budaya organisasi dapat menjawab atau mengatasi tantangan lingkungan dengan cepat dan tepat dan pada akhirnya budaya organisasi juga akan berpengaruh terhadap kinerja manajerial.

Selain penerapan TQM dan budaya organisasi, perusahaan juga perlu menerapkan sistem pengukuran kinerja dan sistem penghargaan sebagai mekanisme untuk memotivasi dan mempengaruhi perilaku karyawan dalam berbagai cara yang memaksimalkan kesejahteraan perusahaan dan karyawan. Pengukuran kinerja pada industri jasa perbankan sulit dilakukan karena karakteristik jasa pada umumnya tidak nampak dan unik yang sekaligus membedakannya dengan industri manufaktur. sistem pengukuran kinerja pada bank dapat diukur misalnya dari harga yang bersaing, kualitas layanan yang prima, layanan yang efisien dan tepat waktu, produktivitas karyawan, berkurangnya keluhan nasabah dan survei kepuasan nasabah. Sedangkan penghargaan merupakan apa yang diterima oleh para karyawan sebagai ganti kontribusi mereka pada perusahaan. Penghargaan yang diberikan oleh perusahaan sangat mempengaruhi

produktivitas dan tendensi para karyawan untuk tetap bersama perusahaan atau mencari pekerjaan lainnya. Semakin besar perhatian perusahaan terhadap kebutuhan karyawannya maka perusahaan tersebut akan mendapat timbal balik yang sesuai yaitu maksimalisasi dalam produktivitas kerja, sehingga berpengaruh positif pada kinerja manajerial perusahaan tersebut.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh penerapan TQM

terhadap kinerja manajerial dengan budaya organisasi, sistem pengukuran kinerja dan sistem penghargaan sebagai variabel

moderating.

Penelitian yang berhubungan dengan TQM dengan kinerja dilakukan Kurnianingsih (2000), yang meneliti tentang pengaruh sistem pengukuran kinerja dan sistem penghargaan terhadap keefektifan penerapan teknik TQM pada perusahaan manufaktur. Kurnianingsih berhasil membuktikan bahwa sistem pengukuran kinerja dan sistem penghargaan memperkuat hubungan

moderating terhadap hubungan antara

TQM dengan kinerja manajerial. Beberapa penelitian yang berhubungan dengan TQM

dan kinerja manajerial Suprantiningrum (2002), Laily (2003) dan Ansyari (2006) yang menunjukkan bahwa TQM berpengaruh terhadap kinerja manajerial.

Pembahasan hasil penelitian ini akan dibagi menjadi beberapa sub bab. Sub bab berikutnya akan membahas mengenai

(4)

Volume 2, No.1, November 2012 - 130 tinjauan pustaka dan perumusan hipotesis.

Sub bab ketiga membahas mengenai metode penelitian yang digunakan untuk menguji hipotesis. Sub bab keempat membahas mengenai hasil analisis. Sub bab terakhir mengenai kesimpulan, implikasi dan keterbatasan dalam penelitian ini.

KAJIAN KEPUSTAKAAN

Pengaruh Penerapan Total Quality Management dengan kinerja manajerial

Total Quality management (TQM)

adalah suatu alat yang digunakan oleh manajemen suatu perusahaan yang melibatkan seluruh personel dalam perusahaan dalam melakukan perbaikan secara terus-menerus atas produk, pelayanan, lingkungan yang berhubungan dengan produk perusahaan, dan manajemen perusahaan melalui metode ilmiah yang inovatif (Tjiptono,2003:4). Ada sepuluh karakteristik TQM yang dikembangkan oleh Goetsch dan Davis dalam (Nasution,2005: 22): yaitu fokus pada pelanggan, obsesi terhadap kualitas, pendekatan ilmiah, komitmen jangka panjang, kerjasama tim, perbaikan sistem secara berkesinambungan, pendidikan dan pelatihan, kebebasan yang terkendali, kesatuan tujuan; dan adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan.

Kinerja manajerial adalah kinerja para individu anggota sebuah organisasi dalam kegiatan-kegiatan manajerial. Seseorang yang memegang posisi

manajerial diharapkan mampu melaksanakan dan menghasilkan suatu kinerja manajerial. Umumnya kinerja manajerial ini bersifat abstrak dan kompleks, berbeda dengan kinerja karyawan yang umumnya bersifat konkrit. Manajer menghasilkan kinerja dengan mengarahkan bakat dan kemampuannya serta beberapa orang lain yang berada di dalam daerah wewenangnya. Terdapat delapan aspek kinerja manajerial yang harus diperhatikan oleh manajer (Mahoney, 2002:7), yaitu: planning, investigating,

coordinating, evaluating, supervising,

staffing, negotiating dan presenting. Pengujian secara empiris mengenai pengukuran kinerja karyawan pada perusahaan manufaktur, memberikan bukti empiris bahwa frekuensi pelaporan ukuran kinerja manufakturing pada karyawan terkait benar dengan implementasi Just in Time, kerjasama tim dan TQM (Banker et. al ,1993). TQM sangat mempunyai hubungan dengan kinerja manajerial yang mencerminkan kinerja perusahaan secara keseluruhan. Pada industri perbankan kualitas ditentukan oleh nasabah. Semua usaha manajemen dalam TQM diarahkan pada satu tujuan utama yaitu terciptanya kepuasan pelanggan.

Ha1 : Penerapan Total Quality

Management berpengaruh

terhadap kinerja manajerial.

Interaksi TQM dan Budaya Organisasi dengan Kinerja Manajerial

(5)

131 - Volume 2, No. 1, November 2012 Budaya organisasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari lingkungan internal organisasi, karena keragaman budaya yang ada dalam suatu organisasi sama banyaknya dengan jumlah individu yang ada di dalam organisasi. Definisi budaya organisasi di antaranya menurut (Moeljono, 2003:17), menyatakan bahwa budaya korporat atau budaya manajemen atau juga dikenal dengan budaya kerja merupakan nilai-nilai dominan yang disebarluaskan di dalam organisasi dan diacu sebagai filosofi kerja karyawan. Selanjutnya (Robbins, 2003:525) mendefinisikan budaya organisasi sebagai suatu sistem makna bersama yang dianut anggota-anggotanya yang membedakan organisasi tersebut dengan organisasi yang lain. Budaya organisasi adalah pertimbangan penggunaan nilai-nilai, simbol-simbol dan beberapa faktor dalam budaya berkomunikasi kepada karyawan di dalam mencapai tujuan organisasi (Moorhad dan Griffin, 1999 dalam Tampubolon 2004:189). Dengan demikian budaya organisasi menjadi suatu nilai yang sangat diperlukan dalam mendorong karyawan

maupun kelompoknya dalam

melaksanakan aktivitasnya, serta pemecahan masalah yang dihadapinya di dalam pencapaian hasil akhir yang diharapkan organisasi.

Karakteristik budaya organisasi adalah sebagai berikut: inovatif memperhitungkan resiko, perhatian pada

setiap masalah secara detail, orientasi terhadap hasil yang akan dicapai, orientasi kepada semua kepentingan karyawan, agresif dalam bekerja; dan mempertahankan dan menjaga stabilitas bekerja. (Robbins,2003:525)

Parncharoen, Girardi, dan Entrekin (2005) telah membandingkan dampak nilai-nilai budaya pada keberhasilan implementasi TQM di Australia dengan di Thailand. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa: desain organisasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keberhasilan TQM; perbedaan signifikan antara model desain organisasi di Australia dan Thailand pada keberhasilan TQM lebih karena perbedaan budaya, menunjukkan fakta bahwa budaya mempengaruhi orang-orang berpikir dan berperilaku.

Ha1 :

Interaksi

penerapan

Total

Quality

Management

berpengaruh terhadap kinerja

manajerial.

Interaksi TQM dan Sistem Pengukuran Kinerja dengan Kinerja Manajerial

Pengukuran kinerja merupakan suatu proses mengkuantifikasi secara akurat dan valid tingkat efisiensi dan efektivitas suatu kegiatan yang telah terealisasi dan membandingkannya dengan tingkat prestasi yang direncanakan. Sedangkan sistem pengukuran kinerja menurut Rahman (2007) adalah frekuensi pengukuran kinerja pada manajer dalam

(6)

Volume 2, No.1, November 2012 - 132 unit organisasi yang dipimpin mengenai

kualitas dalam aktivitas operasional perusahaan.

Semakin banyak organisasi yang menyajikan ukuran kinerja keuangan dan non keuangan untuk subunit-subunit mereka dalam suatu laporan tunggal yang disebut balanced scorecard. Balanced

scorecard menyeimbangkan bauran ukuran

keuangan dan non keuangan agar memperluas perhatian manajemen ke kinerja jangka pendek dan jangka panjang. Organisasi yang berbeda menekankan ukuran yang berbeda dalam balanced

scorecard mereka, akan tetapi ukuran

tersebut selalu diambil dari strategi perusahaan. Misalnya bagi perbankan strategi yang diambil dalam meningkatkan penjualan produk adalah menyediakan pelayanan yang prima, sehingga dalam penelitian ini penulis mengindikasikan perbankan menggunakan salah satu ukuran dalam balanced scorecard-nya, yaitu perspektif pelanggan.

Dalam perspektif pelanggan

balanced scorecard, para manajer

mengidentifikasi pelanggan dan segmen pasar di mana unit bisnis tersebut akan bersaing. Menurut Kaplan & Norton (1996: 59) perspektif ini terdiri dari beberapa ukuran yaitu: 1) Kelompok inti yang terdiri dari pangsa pasar, akuisisi pelanggan, retensi pelanggan dan tingkat kepuasan pelanggan; 2) Kelompok penunjang yang terdiri dari: atribut-atribut produk, hubungan dengan pelanggan; citra

dan reputasi perusahaan.

Hasil penelitian Ansyari (2006) menyebutkan sistem penilaian kinerja pada bank dilakukan berdasarkan pengamatan mengenai ketrampilan dan pengetahuan yang diperlihatkan dalam pekerjaan sehari-hari. Ini mencakup pengetahuan produk bank, keterampilan teknis operasional di bidang masing-masing, pengetahuan bisnis perbankan, pengetahuan manajemen dan lain-lain.

Ha3 : Interaksi penerapan TQM dan sistem pengukuran kinerja berpengaruh terhadap kinerja manajerial.

Interaksi Penerapan TQM dan Sistem Penghargaan dengan Kinerja Manajerial

Sistem penghargaan yang biasanya disebut reward dapat menarik perhatian karyawan dan memberi informasi atau mengingatkan mereka akan pentingnya sesuatu yang diberi reward dibandingkan dengan yang lain, reward juga meningkatkan motivasi karyawan terhadap ukuran kinerja, sehingga membantu karyawan bagaimana mereka mengalokasikan waktu dan usaha mereka.

Reward adalah semua bentuk return baik finansial maupun non finansial yang diterima karyawan karena jasa yang disumbangkan ke perusahaan. Reward

dapat berupa finansial yaitu berbentuk gaji, upah, bonus, komisi, asuransi karyawan, bantuan sosial karyawan, tunjangan libur

(7)

133 - Volume 2, No. 1, November 2012 dan cuti tetap dibayar dan sebagainya.

Hasil temuan Sim dan Killough (1998) menyatakan bahwa kinerja yang tinggi dapat dicapai jika praktik TQM, digunakan bersama dengan program kinerja yang digunakan sebagai dasar pemberian insentif.

Ha4 : Interaksi penerapan TQM dan sistem penghargaan berpengaruh terhadap kinerja manajerial.

METODE PENELITIAN

Populasi dalam penelitian ini adalah manajer tingkat menengah pada bank-bank yang telah ikut dalam kepersertaan kliring pada Kantor Bank Indonesia Banda Aceh yang berjumlah 21 buah bank yang diwakili oleh lima orang manajer tingkat menengah. Dengan mempertimbangkan bahwa manajer tingkat menengah merupakan pelaksana keputusan manajemen puncak yang mampu berinteraksi dengan karyawan dan manajemen puncak, dan biasanya terlibat langsung dengan kebijakan yang dilaksanakan oleh manajemen puncak. Data primer diperoleh dengan cara menyebarkan kuesioner langsung kepada manajer dengan 39 pernyataan.

Variabel dependen (Y) dalam penelitian ini adalah kinerja manajerial, yaitu penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawannya berdasarkan sasaran standar dan kriteria yang telah

ditetapkan. Indikatornya Perencanaan, investigasi, koordinasi, evaluasi, pengawasan, pengaturan staf, negosiasi dan representasi.

Variabel independen (X) dalam penelitian ini terdiri dari Total Quality Management (X1) yaitu suatu alat yang

digunakan oleh manajemen suatu perusahaan yang melibatkan seluruh personel dalam perusahaan dalam melakukan perbaikan secara terus-menerus atas produk, pelayanan, lingkungan yang berhubungan dengan produk perusahaan, dan manajemen perusahaan melalui metode ilmiah yang inovatif. Indikatornya fokus pada pelanggan, obsesi terhadap kualitas, kerjasama tim, perbaikan sistem secara berkesinambungan, pendidikan dan pelatihan, serta keterlibatan dan pemberdayaan karyawan; budaya organisasi (X2) yaitu suatu persepsi

bersama yang diterima dan dimiliki oleh anggota-anggota organisasi termasuk di dalamnya adalah karakteristik organisasi yang dapat diamati yang berfungsi mengontrol interaksi anggota organisasi dan mengulangi kesulitan-kesulitan adaptasi eksternal dan integrasi internal. Indikatornya inovatif memperhitungkan resiko, perhatian kepada setiap masalah secara detail, orientasi kepada hasil yang akan dicapai, orientasi kepada semua kepentingan karyawan, agresif dalam bekerja serta menjaga dan mempertahankan stabilitas kerja; sistem pengukuran kinerja (X3) yaitu pemberian

(8)

Volume 2, No.1, November 2012 - 134 informasi oleh manajerial pada

masing-masing unit organisasi yang mereka pimpin mengenai kualitas dan kuantitas dalam aktivitas sebuah perusahaan. Indikatornya pangsa pasar, retensi pelanggan, akuisisi pelanggan dan kepuasan pelanggan; dan sistem penghargaan (X4) yaitu semua bentuk

return baik finansial maupun non finansial yang diterima karyawan karena jasa yang disumbangkan ke perusahaan. Indikatornya pemberian kompensasi kepada para manajer yang terdiri atas gaji pokok dan tunjangan baik finansial maupun non finansial; dan insentif yang jumlahnya ditentukan berdasarkan kinerja.

Secara sistematis model analisis linear berganda diformulasikan sebagai berikut:

Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 +b4 X4 + b5

X1X2 + b6X1X3 + b7X1X4 +e (1)

Dimana:

Y = Kinerja Manajerial

X1 = Total Quality Management

X2 = Budaya organisasi sebagai

variabel moderating X3 = Sistem pengukuran kinerja

variabel moderating

X4 = Sistem penghargaan sebagai

variabel moderating

X1X2 = Interaksi TQM dengan budaya

organisasi

X1X3 = Interaksi TQM dengan sistem

Pengukuran kinerja

X1X4 = Interaksi TQM dengan sistem

penghargaan

a = Intercept

b = Slope

HASIL PEMBAHASAN

Teknik pengujian validitas menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearson dengan tingkat signifikan 5% untuk mengetahui keeratan pengaruh variabel dependen dengan variabel independen dengan mengkorelasikan antara skor item pernyataan terhadap skor total. Apabila nilai total pearson correlation > 0,5 atau probabilitas kurang dari 0,5 maka item tersebut valid (Arikunto, 2002). Dari hasil uji validitas didapatkan hasil bahwa nilai total Pearson correlation >0,5 yaitu variabel X1(0,047), X2(0,338), X3(0,345)

dan X4(0,913).

Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan Cronbach

alpha masing-masing instrument, bila

Cronbach alpha-nya memiliki nilai lebih besar dari 0,6 dikatakan reliable.

Sekaran (2006:257) menyatakan bahwa pada umumnya reliabilitas yang nilai r-nya kurang dari 0,6 dikatakan kurang reliable, antara 0,6 sampai 0,8 adalah cukup reliable, dan diatas 0,8 suatu instrument dikatakan baik. Uji reliabilitas menunjukkan bahwa nilai X1 sebesar

0,964; X2 sebesar 0,984; X3 sebesar 0,974;

X4 sebesar 0,985 dan Y sebesar 0,943.

(9)

135 - Volume 2, No. 1, November 2012 penelitian ini reliabel karena memiliki nilai α ≥ 0,6.

Uji normalitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji

Kolmogrov-Smirnov. Kriteria pengujian

satu sampel menggunakan pengujian satu sisi yaitu dengan tingkat signifikansi tertentu yaitu: 1) nilai signifikan atau probabilitas < 0,05 maka distribusi data adalah tidak normal; dan 2) Nilai signifikan atau probabilitas > 0,05 maka distribusi data adalah normal. Hasil One

Sample Kolmogorov Smirnov Test nilai

signifikan atau probabilitas adalah 0,29 > 0,05 maka distribusi data adalah normal.

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji, apakah ditemukan atau tidak korelasi antara variabel independen. Jika terjadi korelasi antar variabel independen maka akan ditemukan adanya masalah multikolinieritas. Suatu model regresi yang baik harus tidak menimbulkan masalah multikolinieritas. Untuk itu diperlukan uji multikolinieritas terhadap setiap data variabel bebas yaitu dengan: 1) melihat angka co-linearity statistic yang ditunjukkan oleh nilai variance inflation factor (VIF). Jika angka VIF lebih besar dari 5, maka variabel bebas yang ada memiliki masalah multikolinieritas; dan 2) melihat nilai tolerance pada output penilaian multikolinieritas yang tidak menunjukkan nilai yang lebih besar dari 0,1 akan memberikan kenyataan bahwa tidak terjadi masalah multikolinieritas.

Hasil uji multikolinieritas pada penelitian ini terlihat pada co-linearity statistics pada tingkat tolerance tidak lebih besar dari 0,1 dan VIF lebih kecil dari 5.

Penelitian ini menggunakan metode grafik plot, untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas. Metode grafik plot dilakukan dengan cara mendiagnosa diagram residual plot. Residual plot (Studenzized) dibandingkan dengan hasil prediksi. titik-titik sebar membentuk pola tertentu dan teratur bergelombang, melebar

kemudian menyempit, maka

mengidentifikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

Analisis dan Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan untuk menguji serta menganalisa rumusan hipotesis berdasarkan struktur model. Pengujian hipotesis tersebut dilakukan sesuai dengan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Berdasarkan hasil kuesioner yang telah di olah dari 105 responden pada pihak perbankan yang ada di Kota Banda Aceh, maka diperoleh informasi yang memadai tentang pengaruh

Total Quality Management (X1), budaya

organisasi (X2), sistem pengukuran kinerja (X3), dan sistem penghargaan (X4) terhadap kinerja manajerial (Y). Untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independent terhadap variabel dependent dapat dilihat pada hasil coefficients,

ANNOVA dan Model Summary, angka

(10)

Volume 2, No.1, November 2012 - 136 ini:

Tabel 1. Hasil Pengujian Hipotesis

Variabel Unstandardized Coefficients Sign B Constanta 3.315 0 X1 -0.092 0,031 X2 0.075 0,017 X3 0.071 0,017 X4 0.199 0 X1X2 -0.027 0,687 X1X3 0.21 0,757 X1X4 0.268 0 F hitung = 21,452 F tabel = 2,46 ttabel = 2.123 R = 0,680 R2 = 0,462 R2 adjusted = 0,440

Sumber : Data diolah tahun 2012

Hasil analisis regresi linear sederhana dalam menguji pengaruh Total

Quality Management (TQM) terhadap

kinerja manajerial yang ditunjukkan dalam tabel 4.12 menggambarkan bahwa nilai R² sebesar 0,462 yang berarti variabilitas kinerja manajerial (Y) dapat dijelaskan oleh Total Quality Management (X1)

sekitar 46,2% dan sisanya 53,8% dijelaskan oleh variabel lain di luar model.

Tabel 2. Hasil Pengujian Hipotesis

Variabel bebas Koefi- sien regresi R thitung Sig Konstanta 3.315 0,68 0,462 Total Quality Management (X1) -0.092 2.185 0.031 Budaya organisasi (X2) Interaksi (X1X2) Sistem pengukuran kinerja (X3) 0.075 2.420 0.01 7 Interaksi (X1X3) Sistem Penghargaan (X4) Interaksi (X1X4) -0.027 -.404 .687 0.071 2.426 0.01 7 0.210 .310 .757 0.199 6.877 0.00 0.268 4.061 0.00

Sumber : Data diolah tahun 2012

Dari Tabel 2 menunjukkan bahwa secara parsial faktor-faktor yang ada dalam variabel bebas seluruhnya signifikan diuji melalui perbandingan antara nilai thitung

dengan ttabel, dimana ttabel diketahui sebesar

2,123. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa thitung pada Total Quality Management (X1), budaya organisasi (X2),

sistem pengukuran kinerja (X3), dan sistem

penghargaan (X4), jauh lebih besar dari

(11)

137 - Volume 2, No. 1, November 2012 variabel tersebut merupakan faktor yang paling kuat mempengaruhi kinerja manajerial. thitung pada interaksi Total Quality Management (X1), dengan budaya

organisasi (X2), dan interaksi Total Quality

Management (X1), dengan sistem

pengukuran kinerja (X3),tidak mempunyai

pengaruh yang signifikan karena ttabel lebih

besar dari thitung, sedangkan interaksi Total Quality Management (X1), dengan sistem

penghargaan (X4), thitung jauh lebih besar

dari nilai ttabel sebesar 2,123 sehingga

mempunyai pengaruh yang signifikan. Berdasarkan hasil output melalui program SPSS dari nilai coefficients diatas, maka persama regresi berganda diperoleh sebagai berikut:

Y= 3,315-0,092X1 + 0,075X2 + 0,071X3 + 0,199X4 - 0,027X1X2 + 0,21X1X3 + 0,268X1X4 + e (2)

Dari persamaan di atas dapat diketahui hasil-hasil penelitian sebagai berikut:

1. Variabel total quality management dengan pengaruh yang negatif, maka dampak dari perubahan 1% total

quality management adalah

menurunnya kinerja manejerial sebesar 9,2%, artinya bila total quality management diturunkan 100% saja maka akan menurunkan kinerja manajerial sebesar 9,2% . Pengujian secara parsial atas hipotesis pertama yakni adanya pengaruh penerapan total qulity

mangement terhadap kinerja

manajerial artinya Ha diterima Ho ditolak.

2. Variabel budaya organisasi dengan pengaruh yang positif, maka dampak dari perubahan 1% budaya orgnisasi adalah meningkatnya kinerja manejerial sebesar 7,5%, artinya bila budaya organisasi ditingkatkan 100% saja maka akan meningkatkan kinerja manajerial sebesar 7,5% . Pengujian secara parsial atas hipotesis pertama yakni adanya pengaruh penerapan budaya organisasi terhadap kinerja manajerial artinya Ha diterima Ho ditolak.

3. Variabel sistem pengukuran kinerja dengan pengaruh yang positif, maka dampak dari perubahan 1% sistem pengukuran kinerja adalah meningkatnya kinerja manejerial sebesar 7,1%, artinya bila sistem pengukuran kinerja ditingkatkan 100% saja maka akan meningkatkan kinerja manajerial sebesar 7,1% . Pengujian secara parsial atas hipotesis pertama yakni adanya pengaruh penerapan pengukuran kinerja terhadap kinerja manajerial artinya Ha diterima Ho ditolak. 4. Variabel sistem penghargaan dengan

pengaruh yang positif, maka dampak dari perubahan 1% sistem penghargaan adalah meningkatnya kinerja manejerial sebesar 19,9%, artinya bila sistem penghargaan

(12)

Volume 2, No.1, November 2012 - 138 ditingkatkan 100% saja maka akan

meningkatkan kinerja manajerial sebesar 19,9% . Pengujian secara parsial atas hipotesis pertama yakni adanya pengaruh penerapan penghargaan terhadap kinerja manajerial artinya Ha diterima Ho ditolak.

5. Pengujian secara parsial atas hipotesis kedua yakni interaksi penerapan total quality

management dan budaya organisasi

tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial artinya Ha ditolak dan Ho diterima.

6. Pengujian secara parsial atas hipotesis ketiga yakni interaksi penerapan total quality

management dan sistem pengukuran

kinerja tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial artinya Ha ditolak dan Ho diterima.

7. Pengujian secara parsial atas hipotesis keempat yakni interaksi penerapan total quality management dan sistem penghargaaan berpengaruh terhadap kinerja manajerial artinya Ha diterima Ho ditolak.

KESIMPULAN DAN SARAN

Secara simultan atau secara keseluruhan total quality management, budaya organisasi, sistem pengukuran kinerja dan sistem penghargaan sangat mempunyai hubungan dengan kinerja

manajerial karena dalam pendekatan total quality management, kualitas ditentukan oleh pelanggan, oleh karena itu hanya dengan memahami pelanggan maka perusahaan dapat menyadari dan menghargai makna kualitas. Semua usaha manajemen dalam total quality

management diarahkan pada satu tujuan

utama, yaitu terciptanya kepuasan pelanggan.

Kunci untuk menetapkan fokus kepada pelanggan adalah menempatkan karyawan dalam kontak dengan pelanggan dan memberi wewenang kepada karyawan itu untuk bertindak bilamana perlu demi memuaskan pelanggan. Oleh karena itu, untuk membangun suatu kinerja manajerial yang efektif maka diperlukan peningkatan kesadaran dan pemahaman atas fungsi-fungsi manajerial serta peningkatan aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan fungsi manajerial tersebut. Kinerja manajerial yang baik meningkatkan perolehan keuntungan perusahaan dan akan menambah kepercayaan investor ke perusahaan.

Hasil uji hipotesis yang kedua yaitu interaksi penerapan Total Quality Management dan budaya organisasi tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial. Hal ini sangat bertentangan dengan teori yang ada yang mengemukakan bahwa dalam pelaksanaan sistem manajemen kualitas dalam lingkungan global diperlukan sebuah perubahan besar dalam budaya dan sistem nilai suatu organisasi

(13)

139 - Volume 2, No. 1, November 2012 (Nasution, 2001:33). Perubahan budaya organisasi diperlukan untuk menciptakan komitmen yang tinggi terhadap kualitas sehingga mampu menghasilkan kinerja yang lebih tinggi.

Ketidaksesuaian ini disebabkan karena kondisi sebagian perbankan yang belum memungkinkan untuk melakukan perubahan budaya secara kuat. Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya pada latar belakang permasalahan bahwa beberapa bank terutama bank pemerintah/daerah masih belum melakukan perubahan budaya organisasi. Adaptasi perubahan budaya yang baru membutuhkan waktu yang tidak singkat.

Hasil uji hipotesis ketiga yaitu interaksi penerapan Total Quality Management dan sistem pengukuran kinerja tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Khim & Larry (1998) yang tidak menemukan bukti bahwa organisasi yang mempraktikkan total quality management dan sistem pengukuran kinerja secara interaktif dapat mencapai kinerja finansial, pelanggan dan kualitas yang baik. Namun penemuan ini berlawanan dengan hasil temuan Retno (2000), yang menyimpulkan adanya pengaruh interaksi pemanufakturan total quality management dengan sistem pengukuran kinerja terhadap kinerja manajerial.

Perbedaan hasil uji hipotesis penelitian ini dengan hasil temuan Retno (2000) terjadi karena perbedaan objek

perusahaan penelitian. Retno (2000) objek penelitiannya adalah perusahaan manufaktur, sedangkan penelitian ini adalah perusahaan jasa perbankan. Karakteristik keluaran (output) yang dihasilkan pun berbeda sehingga kemungkinan diperlukan sistem pengukuran kinerja yang berbeda.

Hasil uji hipotesis keempat yaitu interaksi penerapan total quality management dan sistem penghargaan berpengaruh terhadap kinerja manajerial. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Khim & Larry (1998), Retno (2000) dan Ansyari (2006), mereka menemukan adanya pengaruh positif antara interaktif pemanufakturan total quality management dan reward system terhadap kinerja. Dukungan hipotesis ini selaras dengan yang dikemukakan oleh Mulyadi & Johnny (1998), reward dapat menarik perhatian karyawan dan memberikan informasi kepada mereka akan pentingnya sesuatu yang diberikan reward dibandingkan dengan yang lain.

Berdasarkan uraian dan analisa data yang telah dikemukakan interaksi antara penerapan total quality mangement dengan budaya organisasi secara parsial berpengaruh negatif yang tidak signifikan terhadap kinerja manajerial dan interaksi penerapan total quality management dengan sistem pengukuran kinerja berpengaruh positif yang tidak signifikan terhadap kinerja manajerial. Maka dapat dikatakan bahwa variabel budaya

(14)

Volume 2, No.1, November 2012 - 140 organisasi dan sistem pengukuran kinerja

bukan variabel moderating.

IMPLIKASI DAN KETERBATASAN PENELITIAN

Hasil

penelitian ini diharapkan

dapat memberikan beberapa kontribusi

bagi

perbankan

dalam

hal

ini

perbankan di wilayah kliring Bank

Indonesia Banda Aceh pada khususnya,

diharapkan sebagai sumbangan pikiran

akan pentingnya penerapan

TQM

terhadap kinerja manajerial yang pada

akhirnya akan mampu menghasilkan

kualitas manajerial yang lebih baik.

Hasil penelitian ini mempunyai

keterbatasan

keterbatasan

-

keterbatasan yang kemungkinan dapat

menimbulkan gangguan terhadap hasil

penelitian. Data yang dianalisis dalam

penelitian ini menggunakan instrumen

yang

berdasarkan

pada

persepsi

jawaban responden. Hal ini akan

menimbulkan masalah jika persepsi

responden berbeda dengan keadaan

sesungguhnya. Penelitian ini hanya

menggunakan metode survei kuisioner,

peneliti tidak melakukan wawancara,

atau terlibat langsung dalam aktivitas

perusahaan, sehingga kesimpulan yang

diambil hanya berdasarkan pada data

yang dikumpulkan melalui penggunaan

instrument secara tertulis. Kelemahan

pendekatan

survei

terletak

pada

internal validity

, seperti yang telah

dikemukakan sebelumnya. Penggunaan

instrument

pengukuran

kinerja

manajerial

self-rating

cenderung

menimbulkan

leniency

bias.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Ansyari, 2006. Pengaruh Total Quality Management Terhadap Kinerja Manajerial dengan Sistem Pengukuran Kinerja dan Sistem Penghargaan (Reward) Sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris pada Bank Di Banda Aceh). Banda Aceh: Unsyiah.

Arikunto, 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Banker, R.G. Potter and R. Schroeder .1993. Exporting Manufacturing Performance Measures to Worker : An Empirical Study. Journal of Management Accounting Research. Hal : 33-35 Bank Indonesia, 2011. Kajian Ekonomi

Regional Provinsi Aceh Triwulan II-2011. Banda Aceh: Bank Indonesia. Frucot, V. & Shearon, W.T., 1995. Budgetary

Partisipation, Locus of Control, Mexican Managerial Performance and Job Satisfaction. The Accounting Review. Hal : 80-89.

Garrison, R.H and Noreen E.W., 2000.

Managerial Accounting. Jakarta: Salemba Empat.

Khim L.S and Larry N. Killough, 1998. The

Performance Effects of

Complementarities Between Manufacturing Practice and Management Accounting System.

Journal Of Management Accounting Research.

Kurnianingsih, R., 2000. Pengaruh Sistem Pengukuran Kinerja dan Sistem Penghargaan terhadap Keefektifan Penerapan Teknik Total Quality Management: Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia”.

Makalah pada SNA III di Jakarta tanggal 5 September 2000.

Kaplan, R.S. & Norton, D.P. 2000. Balanced Scorecard: Menerapkan Strategi Menjadi Aksi. Jakarta: Erlangga.

(15)

141 - Volume 2, No. 1, November 2012 Mahoney, T.A. et al., 1963. Development of Managerial Performance: A Research Approach. Cincinnati: South Western Publ. Co.

Moeljono, D., 2003. Budaya Korporat dan Keunggulan Korporasi. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Nasution. M.N., 2001. Manajemen Mutu Terpadu. Jakarta: Ghalia Indonesia. Parncharoen, C. et al., 2005. The Impact of

Cultural Values on The Succesfull Implementation of Total Quality Management: A Comparison between The Australian and Thai Models.

http://blake.montclair.edu.pp.597-605. Robbins, S.P. dan Coulter, M., 1999.

Manajemen. Jakarta: Pernhallindo. Sekaran, U., 2006. Research methods for

business, Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.

Sim, K.L. and L.N. Killough. 1998. The

Performance Effects of

Complementarities Between Manufacturing Practice and Management Accounting System.

Journal of Management Accounting Research. Vol. 10. Hal :325-346. Tjiptono, F. & Diana, A., 2003. Total Quality

Management. Edisi Keempat. Yogyakarta: Andi Offset.

Tampubolon, M.P., 2004. Perilaku Keorganisasian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Gambar

Tabel 1.   Hasil Pengujian Hipotesis

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini tentunya akan mempengaruhi konsumen Levi’s® dalam merasakan excellent brand experience pada saat menggunakan produk Levi’s® yang lebih inovatif dibanding

Sementara itu, green perceived value yang tergolong tinggi ditunjukkan dengan adanya penilaian yang baik mengenai total keuntungan yang diperolehnya dari lemari es

Penerapan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) mengacu pada ketetapan MPR RI No. XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan

Dengan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran matematika realistik (PMR) berbantuan google classroom terbukti dapat memberikan efek yang baik dalam

Saat perkiraan volume dari liquidnya mencapai laut tidak dapat diterima maka perkiraan yang lebih detail dapat dibuat dengan dasar ukuran dan lokasi kebocoran yang diperkirakan..

Jenis rayap tanah yang dikelompokkan dalam genus Microtermes karena mempunyai ciri-ciri antara lain: Mandibula tipis; basis konkaf; antenna 12-15 ruas; spesies berukuran kecil;

Anak SanMaRe / Tatib Ibu Paroki HARI MINGGU PASKAH II ( Hari Minggu Kerahiman Ilahi). HARI MINGGU

Kelima, menganalisis data yang diperoleh dari hasil klasifikasi kemudian dianalisis berdasarkan bentuk lingual, makna idiomatikal, klasifikasi emosional, dan