• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNDHAK-USUK PERCAKAPAN KELOMPOK SOSIAL DALAM MASYARAKAT SAMIN, DESA MARGOMULYO, KECAMATAN MARGOMULYO, KABUPATEN BOJONEGORO: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UNDHAK-USUK PERCAKAPAN KELOMPOK SOSIAL DALAM MASYARAKAT SAMIN, DESA MARGOMULYO, KECAMATAN MARGOMULYO, KABUPATEN BOJONEGORO: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

UNDHAK-USUK PERCAKAPAN KELOMPOK SOSIAL DALAM MASYARAKAT SAMIN, DESA MARGOMULYO, KECAMATAN MARGOMULYO, KABUPATEN BOJONEGORO:

KAJIAN SOSIOLINGUISTIK Angga Ridhotul Nurdyansyah

Thesis entitled “Undhak-usuk Percakapan Kelompok Sosial dalam Masyarakat Samin Desa Margomulyo Kabupaten Bojonegoro: Kajian Sosiolinguistik” covers the result of research undhak-usuk, the speech of Samin Margomulyo, and the factors that affect the way Samin people talk. This study uses descriptive qualitative observation, listening and in-depth interviews with informants. From the observations, researchers can relate the shape and the factors that affect undhak-usuk in Samin Margomulyo’s public conversation. The relationship is focused on the particular contexts that occur between Samin Margomulyo social groups with sociolinguistic study approach. This study indicates that the presence of social groups inside Samin Margomulyo society contributed to a variety of Samin Margomulyo undhak-usuk in public conversation. Division of social groups in the object of this study is based on two aspects, namely, the level of education and the economy that has comes from jobs that occupied each Samin Margomulyo Java language speakers. In the beginning, Samin society does not understand the usual Javanese usuk. They just identify one variety of undhak-usuk named ngoko lugu. Nowadays, along with their awareness of technology and modernity, Samin people have known and used various undhak-usuk in their public conversation.

Keywords: Samin society, undhak-usuk, Desa Margomulyo, sociolinguistic

Pendahuluan

Setiap kelompok manusia yang hidup bersama dan berdampingan pasti melakukan aktivitas berbahasa demi kelancaran dalam komunikasi. Masyarakat yang saling berkomunikasi dan saling mengerti, pada akhirnya membentuk suatu masyarakat bahasa. Setiap masyarakat bahasa memiliki bahasa tertentu hingga akhirnya tercipta ribuan bahasa yang dituturkan oleh masyarakat bahasa dari seluruh dunia (Parera, 1991:26). Anggota masyarakat bahasa terdiri dari berbagai status sosial dan latar belakang budaya yang berbeda. Perbedaan tersebut berdampak pada variasi penggunaan bahasa oleh masyarakat.

Berkaitan dengan variasi bahasa ada tiga istilah yang perlu diketahui, yaitu

idiolek yang berkaitan dengan variasi bahasa perseorangan atau individu, dialek yang berkaitan dengan variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok masyarakat pada suatu tempat atau suatu waktu, dan ragam yaitu variasi bahasa yang digunakan untuk situasi tertentu (Ayatrohaedi, 1983:1-2). Bahasa Jawa yang memperlihatkan adanya variasi-variasi yang disebabkan faktor sosial budaya dan situasi saat komunikasi berlangsung sehingga dalam bahasa Jawa dikenal tingkatan bahasa yang dikenal dengan istilah undhak-usuk/unggah-ungguhing basa yakni bahasa Jawa ngoko, madya dan bahasa Jawa krama. Penelitian terkait ragam undhak-usuk kebahasaan kelompok sosial dalam masyarakat Samin di Margomulyo berdasarkan beberapa pertimbangan berikut ini.

(2)

Pertama, Desa Margomulyo dikenal sebagai daerah pemakaian bahasa Jawa Samin di mana keadaan alamnya, terdiri dari tanah kapur berpasir dan banyak terdapat area hutan jati. Selain itu, Margomulyo berbatasan langsung dengan Kabupaten Ngawi pada bagian selatan, Kabupaten Blora pada bagian utaranya yang tentunya masyarakat di kedua Kabupaten tersebut memiliki ciri kebahasaan yang berbeda dengan bahasa Jawa Samin di Desa Margomulyo.

Kedua, masyarakat Samin pada awalnya tidak mengenal adanya tingkatan-tingkatan bahasa/undhak-usuk dalam berbahasa Jawa, sebab menurut ajaran Saminisme mereka sangat menjunjung tinggi kesetaraan dalam kehidupan bermasyarakat sehingga dalam berbahasapun tidak ada tingkatan-tingkatan layaknya bahasa Jawa umumnya yang mengenal tingkatan-tingkatan seperti ragam ngoko, madya dan krama, namun masyarakat Samin hanya mengenal bahasa Jawa ngoko.

Ketiga, secara ilmiah kajian tentang pemakaian undhak-usuk percakapan kelompok sosial dalam masyarakat Samin di Desa, belum dilakukan. Penelitian ini mengkaji pemakaian undhak-usuk dalam ranah kelompok sosial masyarakat Samin di Desa Margomulyo dengan pendekatan sosiolinguistik.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini ialah teori SPEAKING (Dell Hymes), yang meliputi delapan komponen:

1. (S) Setting and scene; setting berkenaan dengan waktu dan tempat tutur berlangsung, sedangkan scene mengacu pada situasi tempat dan waktu, atau situasi psikologis pembicaraan.

2. (P) Participants; pihak-pihak yang terlibat dalam percakapan, bisa pembicara dan pendengar, penyapa dan pesapa, pengirim dan penerima (pesan).

3. (E) Ends: purpose and goal; mengacu pada maksud dan tujuan percakapan. 4. (A) Act sequences; mengacu pada bentuk ujaran dan isi ujaran.

5. (K) Key: ton or spirit of act; mengacu pada nada, cara dan semangat di mana suatu pesan disampaikan.

6. (I) Instrumentalities; mengacu pada jalur bahasa yang digunakan, seperti lisan, tertulis, telegraf atau telepon.

7. (N) Norms of interaction and interpretation; mengacu pada norma atau aturan yang berlaku dalam berinteraksi.

8. (G) Genres; mengacu pada jenis bentuk penyampaian, seperti narasi, puisi, pepatah, doa dan sebagainya.

Penelitian ini menggunakan metode deskripsi kualitatif ini tidak menggunakan batasan masalah, tetapi menggunakan fokus penelitian untuk memudahkan penerapan metode yang digunakan. Fokus penelitian ini berisi pokok permasalahan yang masih bersifat umum. Fokus penelitian berdasarkan tingkat kebaruan informasi yang diperoleh di lapangan. Fokus yang akan diteliti adalah bentuk undhak-usuk yang digunakan kelompok sosial dalam masyarakat Samin di Margomulyo serta faktor yang mempengaruhi undhak-usuk percakapan dalam konteks yang muncul berdasarkan kajian sosiolinguistik.

Penentukan informan dengan kriteria sebagai berikut: (a) Informan mengetahui budayanya dengan baik tanpa harus memikirkannya, sebab dilakukan secara otomatis dari tahun ke tahun. (b) Informan terlibat langsung dalam permasalahan yang kita angkat dalam penelitian. (c) Informan memiliki cukup waktu untuk diwawancarai. (d) Informan menggunakan bahasa mereka untuk mendeskripsikan informasi tanpa analisis. (e) informan memberikan informasi dengan interpretasi perspektif penduduk asli

(3)

(Spradley: 1997: 59-70). Informan dalam penelitian ini merupakan penduduk Samin

Trah dan Samin komunitas masyarakat Jepang, serta informan di luar masyarakat Samin namun memiliki informasi terkait objek penelitian.

Pengumpulan data dengan wawancara kemudian teknik simak libat cakap, yakni peneliti turut berpartisipasi dalam pembicaraan dan menyimak pembicaraan. Kemudian metode simak bebas libat cakap, yaitu peneliti tidak terlibat dalam dialog, konversi, pembicaraan atau imbal wicara. Jadi, peneliti tidak ikut serta dalam proses pembicaraan orang-orang yang saling berbicara (Sudaryanto, 1993: 133-134). metode ini dibantu dengan teknik catat dan rekam.

Analisis data yang digunakan pada penulisan ini adalah analisis data deskriptif kualitatif yang tahapannya mengubah data rekaman ke dalam bentuk catatan tulis berupa data rekaman dari wawancara maupun komunikasi dari masyarakat Samin Margomulyo kemudian dianalisis dengan teori yang digunakan. Alat penentunya ialah segala bentuk yang ditunjuk bahasa (referent), alat ucap pembentuk bunyi bahasa (tulisan), bahasa lain dan lawan bicara (Sudaryanto, 1985: 2).

Pemaparan hasil data dengan menyajikan hasil analisis data yang telah dilakukan dengan menganalisis data yang terdapat pada tahap analisis data. Data yang dikumpulkan selanjutnya akan disajikan dalam bentuk uraian–uraian deskriptif kualitatif secara mendalam dan cermat, yaitu perumusan dengan kata-kata (metode informal), perumusan dengan menggunakan tanda-tanda atau lambang-lambang (metode formal). Untuk memperjelas penyajian data dalam percakapan akan diberikan transkripsi dalam bahasa Indonesia serta dalam bentuk transkripsi fonetik, yaitu penulisan bunyi-bunyi bahasa secara akurat atau secara tepat dengan menggunakan huruf atau tulisan fonetik. Hasil dan Pembahasan

Dalam undhak-usuk percakapan oleh kelompok sosial dalam masyarakat Samin di Margomulyo dipengaruhi beberapa faktor yang berbeda, terkait segi kelompok sosial dari penuturnya yang dibedakan menjadi 3 kelompok sosial, yaitu kelompok sosial bawah, menengah dan atas.

Kelompok sosial bawah dalam penelitian ini adalah kelompok sosial yang terdiri dari masyarakat yang tidak berpendidikan hingga jenjang pendidikannya sampai tamat SD, dan pekerjaannya sebagai petani dan buruh tani di sawah orang lain yang tingkat perekonomiannya masih lemah atau di bawah rata-rata masyarakat sekitar, kelompok sosial ini terdiri dari SI dan SP. Dalam tuturannya kelompok sosial ini menggunakan ragam bahasa Jawa ngoko lugu dan madya ngoko. Sehingga selain karena pendidikan yang rendah dan tingkat ekonomi lemah, juga terdapat faktor sosial yaitu rasa kekeluargaan yang ditunjukkan dalam hal keakraban di antara penutur dengan lawan tutur, maka para penuturnya menggunakan ragam bahasa Jawa ngoko lugu hingga

madya ngoko. Berdasarkan hal tersebut maka kelompok sosial bawah dalam masyarakat Samin di Margomulyo lebih cenderung menggunakan ragam ngoko untuk konteks percakapan dengan mitra tutur yang sudah akrab dan mempunyai hubungan keluarga dan digunakan oleh penutur yang dihormati di masyarakat. Ragam madya muncul untuk konteks berhadapan dengan mitra tutur yang belum dikenal dan untuk lawan tutur sudah dikenal yang usianya lebih tua.

Kelompok sosial menengah dalam penelitian ini adalah kelompok sosial yang terdiri dari masyarakat yang jenjang pendidikannya tamat SD hingga SMU dan pekerjaannya di samping sebagai petani juga sebagai wiraswata seperti penjual sayur, makanan, pedagang kecil yang tingkat perekonomiannya cukup bagus, terdiri dari RN,

(4)

SD, SK dan MS. Dalam tuturannya kelompok sosial ini menggunakan bahasa Jawa

ngoko lugu, ngoko alus, madya krama, madya dan krama. Sehingga selain karena tingkat pendidikan dan ekonomi, juga terdapat faktor sosial di mana penutur mengetahui kedudukan sosial lawan tutur dan karena adanya rasa keakraban/kekeluargaan serta faktor silsilah keturunan Samin yang sangat dihormati masyarakat sehingga mempengaruhi ragam percakapan bahasa Jawa yang digunakan. Berdasarkan hal tersebut maka kelompok sosial menengah dalam masyarakat Samin di Margomulyo lebih cenderung menggunakan ragam ngoko untuk konteks penutur yang tidak berpendidikan dengan mitra tutur yang sudah akrab mempunyai hubungan keluarga dan dengan mitra tutur yang tidak dikenal usianya lebih muda. Ragam madya muncul untuk konteks penutur berpendidikan tamat sekolah dasar berhadapan dengan mitra tutur yang sudah dikenal dan penutur merasa kedudukan sosialnya lebih rendah walaupun usia mitra tutur lebih muda. Ragam krama muncul untuk konteks penutur berpendidikan tamat sekolah dasar berhadapan dengan mitra tutur yang tidak dikenal dan untuk konteks penuturnya berpendidikan tamat sekolah dasar berhadapan mitra tutur sudah dikenal bukan keluarga namun berusia lebih tua.

Kelompok sosial atas dalam penelitian ini adalah kelompok sosial yang terdiri dari masyarakat yang jenjang pendidikannya hingga jenjang sarjana dan pekerjaannya adalah Pegawai Negeri Sipil yang tingkat perekonomiannya di atas rata-rata masyarakat sekitarnya. Serta orang yang menjadi tokoh Samin karena sangat dihormati masyarakat lainnya, terdiri dari HK, MR dan BS. Dalam tuturannya kelompok sosial ini menggunakan ragam bahasa Jawa ngoko lugu, ngoko alus, madya krama dan krama.

Sehingga selain karena tingkat pendidikan dan ekonomi, dalam tuturan masyarakat Samin kelompok sosial atas ini juga dipengaruhi konteks kekeluargaan, dan faktor silsilah keturunan Samin yang dihormati masyarakat lainnya. Penutur yang tidak berpendidikan namun dalam kehidupan sosialnya sangat dihormati, saat berhadapan baik dengan mitra tutur yang berusia lebih muda dan tidak saling kenal/sudah saling kenal akan menggunakan ragam ngoko lugu, demikian pula jika penutur yang memiliki tingkat ekonomi tinggi dan merupakan Samin trah akan menggunakan ragam ngoko lugu saat berhadapan dengan mitra tutur yang sudah akrab/mempunyai hubungan keluarga. Berbeda dengan masyarakat komunitas Samin yang tingkat pendidikan dan ekonominya tinggi akan menggunakan ragam krama baik saat berhadapan dengan mitra tutur yang sudah saling kenal/mempunyai hubungan keluarga maupun saat berhadapan dengan mitra tutur yang tidak saling kenal sebelumnya.

Simpulan

Dalam ragam bahasa Jawa masyarakat Samin sebelumnya tidak mengenal adanya tingkatan bahasa seperti yang terdapat pada bahasa Jawa secara umumnya, tingkatan bahasa ini dikenal dengan istilah undhak-usuk bahasa Jawa yang meliputi

ngoko, madya dan krama. Jika awalnya masyarakat Samin hanya menggunakan ragam

ngoko, sekarang mereka sudah menggunakan ragam bahasa Jawa mulai dari ngoko, madya hingga krama. Kelompok sosial dalam masyarakat Samin meliputi bawah, menengah dan atas yang dikelompokkan berdasar pada tingkat pendidikan dan perekonomian yang dimiliki serta silsilah masyarakat Samin yang dimiliki penuturnya.

Kelompok sosial bawah ragam bahasa Jawa yang muncul antara lain ngoko lugu hingga madya ngoko yang dikarenakan tingkat pendidikan yang rendah dan tingkat ekonomi lemah, juga terdapat faktor rasa kekeluargaan yang ditunjukkan dalam hal keakraban di antara penutur dengan lawan tutur. Untuk kelompok sosial menengah

(5)

dalam tuturannya menggunakan bahasa Jawa ngoko lugu, ngoko alus, madya krama, krama lugu dan krama yang disebabkan tingkat pendidikan dan ekonomi cukup baik, juga terdapat faktor sosial di mana penutur mengetahui kedudukan sosial lawan tutur, faktor silsilah keturunan Samin yang sangat dihormati dan karena hubungan keluarga. Sedangkan untuk kelompok sosial atas masyarakat Samin dalam tuturannya menggunakan ragam ngoko, madya dan krama yang selain karena faktor tingkat pendidikan dan ekonomi juga disebabkan faktor kekeluargaan, dan faktor silsilah keturunan Samin yang sangat dihormati masyarakat lainnya.

Referensi

Abdullah, Wakit. 2006. Kajian Geografi Dialek: Bahasa Jawa di Kabupaten Blora

dalam “Linguistika Jawa” Tahun ke 2 Nomor 2. Surakarta: Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret.

Chaer, Abdul. 2009. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta _____________. 2010. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta

Charis, Mohammad. 1992. Masyarakat Samin dan Dakwah Islam Study Kualitatif Tentang Strategi Dakwah pada Masyarakat Samin Dukuh Jepang Desa Margomulyo Kecamatan Ngraho Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur. Skripsi.

Surabaya: Fakultas Dakwah Surabaya IAIN, Universitas Sunan Ampel

Danandjaja, James. 1986. Foklor Indonesia: Ilmu Gosip, dongeng dan laim-lain.

Cetakan kedua. Jakarta: Grafiti

Dwi susanti, Ana. 2009. Kesantunan Berbahasa dalam Interaksi Sosial di Pondok Pesantren Islam An-Najiyah Surabaya dalam “Skriptorium” Volume 1 Nomor 1. Surabaya.

Endraswara, Suwardi. 2003. Metode Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Febrina, Diya Rahma. 2011. Bahasa Masyarakat di Desa Giri, Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik Jawa Timur: Sebuah Kajian Dialektologi. Skripsi. Surabaya: Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga

Handayani, Sri. 2009. Unggah-ungguh dalam Masyarakat Jawa. Skripsi. Jakarta: Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Indrayanto, Bayu. 2010. Fenomena Tingkat Tutur dalam Bahasa Jawa Akibat Tingkat Sosial Masyarakat dalam “Magistra” Tahun XXII Nomor 72. Klaten: PBISD Universitas Widya Dharma

(6)

Jawatimuran, Pusaka. 2013. “identitas-simbolik-masyarakat-samin”.

http://jawatimuran.wordpress.com/2013/05/17/ . Diakses, Minggu 02 Juni 2013. Pukul 11:41

Kardi, Hardjo, 1996. Riwayat Perjuangan Ki Samin Surosentiko.

Bojonegoro:Pemerintah Kabupaten Dati II Bojonegoro Kecamatan Margomulyo

Kridalaksna, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik: Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka

Lestari, Puji. 2008. Analisis Perubahan Sosial pada Masyarakat Samin dalam “Dimensia” Volume 2 Tahun 2008 Nomor 2. Yogyakarta: FISE Universitas Negeri Yogyakarta

Mahsun. 1995. Dialektologi Diakronis: Sebuah Pengantar. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

Mardikantoro, Hari Bakti. 2012. Bentuk Pergeseran Bahasa Jawa Masyarakat Samin dalam Ranah Keluarga dalam “LITERA” Volume 11 Nomor 2. Yogyakarta: Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang

Marsono. 2006. Fonetik. Cetakan kelima. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Nuraini. 2013. Pepak Bahasa Jawa Lengkap. Solo: Lingkar Media

Pangaribuan, Tangson, R. 2012. Hubungan Variasi Bahasa Dengan Kelompok Sosial Dan Pemakaian Bahasa. Skripsi. Medan: Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Parera, Jos Daniel. 1985. Pengantar Linguistik Umum: Fonetik dan Fonemik. Ende: Nusa Indah

Purwadi. 2006. Belajar Praktis Bahasa Jawa. Solo: Leres Press

Ratrie Devi, Aprilianti. 2012. “Sejarah Tata Cara Pernikahan Masyarakat Samin Desa

Klopo Duwur Kabupaten Blora Tahun 1970-2009”.

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jih. Diakses, Minggu 02 Juni 2013. Pukul 11:22

Sasangka, Sry Satriya Tjatur Wisnu. 2009. Unggah-Ungguh Bahasa Jawa(Editor: Yeyen Maryani).Jakarta: Yayasan Paramalingua.

Setiyanto, Aryo Bimo. 2007. Parama Sastra Bahasa Jawa. Yogyakarta: Panji Pustaka

(7)

Sholihatin, Anis. 2008. Pemilihan Kode pada Masyarakat Keturunan Arab di Noyontaan, Kota Pekalongan: Kajian Sosiolinguistik. Tesis. Semarang: Program Pascasarjana, Universitas Diponegoro Semarang

Spradley, James, P. 1997. Metode Etnografi. Yogyakarta: PT Tiara Wacana

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press

Sumarsono. 2012. Sosiolinguistik. Yogyakarta: SABDA

Verhaar, J. W. M. 2004. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

(8)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji statistik kekuatan otot menunjukkan hasil uji p value = 0,001 Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh Range Of Motion (ROM) terhadap kekuatan otot

Siswa dalam kelompoknya, menarik kesimpulan atau jawaban mengenai penggunaan handel-handel pada mesin bubut  berdasarkan tabel yang tersedia pada

Tidak dapat dipungkiri jika kemajuan teknologi masa kini berkembang sangat pesat.Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya inovasi-inovasi yang telah dibuat di dunia

Dalam realitasnya kearifan lokal pada masyarakat Sumatera Selatan tepatnya di kabupaten OKU dapat menjadi pondasi awal yang mengintegrasikan masyarakat dalam keadaan yang

Terkait dengan masih belum memenuhinya target registrasi ulang, Sosialisasi Regulasi Registrasi KKI selain dilakukan dengan metode pertemuan, juga telah

Berdasarkan Jadual 5.2.2 menunjukkan dapatan daripada borang selidik yang diedarkan kepada responden, 3 orang responden yang meliputi 30% setuju bahawa program

Melakukan persiapan untuk pelayanan radioterapi CT planning pada pasien dengan kompensator bolus keras di pesawat CT/CT simulator dalam rangka pemeriksaan radiografi dengan

Berdasarkan hasil refleksi siklus I, diputuskan agar dapat dilakukan lagi tindakan siklus II. Siklus II dilakukan agar dapat memperbaiki hasil tindakan siklus I,