32,1,30,3,28,5,26,7,24,9,22,11,20,13,18,15
2,31,4,29,6,27,8,25,10,23,12,21,14,19,16,17
PENDAHULUAN 3
MAKSUD DAN TUJUAN PENGEMBANGAN
MODEL KRPL+++ 5
OBJEK-OBJEK M-KRPL+++ 8
1.
Kompleks Kebun Bibit Desa (KBD) 8
1.1.
Rumah bibit 8
1.2.
Konservasi pangan alternatif 12
1.3.
Tambatan Hati 13
1.4.
Perbenihan padi gogo 15
1.5.
Parade budidaya dalam pot dan vertikultur 17
2.
Rumahtangga Penerap KRPL 17
3.
Intensifikasi Fasilitas Umum dan Lainnya 18
4.
Industri Olahan Rumah Tangga 23
5.
Unit Agribisnis 25
6.
Kawasan Penyangga 25
KALKULASI BENEFIT KRPL+++ 26
1.
Kesehatan Jasmani 26
2.
Efisiensi Lahan 27
3.
Intensitas Pertanaman (IP) 27
4.
Benefit Ekonomi 27
5.
Aspek Mental-spiritual 27
PENUTUP 29
Gambar
20.
D
aerah-daerah yang pernah
m
engunjun
gi dan m
elak
ukan studi bandi
ng k
e lok
asi KRPL
Kayem
PENDAHULUAN
Ketersediaan pangan adalah menyangkut hajat hidup orang banyak, bahkan merupakan kepentingan abadi seluruh manusia. Wajar, kalau perhatian seluruh negara di dunia tak pernah lepas, dan barangkali tak bakal kunjung usai. Dikait-kan dengan isu perubahan iklim global, kerawanan pangan belakangan ini makin mengemuka, mengancam seluruh negara di dunia tanpa kecuali.
Presiden RI, Susilo BambangYudhoyono,pada
penyerahan Penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara 2011, mengingatkan dua hal tentang kewajiban Indonesia dikaitkan dengan krisis pangan, yaitu:
Pertama, bersama negara lain harus bekerjasama untuk menyelamatkan pangan dunia yang harus memberi makan 7 miliar manusia yang terus bertambah dari waktu ke waktu.Kedua, Indonesia sendiri wajib meningkatkan
ketahanan pangan untuk rakyatnya. Ketahanan pangan lebih kuat bila pangan yang dihasilkan, didistribusikan secara teratur baik lokal, maupun nasional.
Selanjutnya dijelaskan lebih spesifik, bahwa bahan pangan yang ditanam di lokasi, akan lebih segar dan kare-nanya lebih bergizi, mempunyai efek positif: (1) Membangun ekonomi setempat karena uang berputar ke petani dan pengusaha di daerah setempat; (2) Mengurangi biaya penge-luaran kebutuhan rumah tangga; (3) Membangun hubungan baik antar warga, membuat kekerabatan “gotong royong” lebih kuat; (4) Menjadikan tempat yang lebih sehat dan nyaman untuk dihuni; (5) Menghidari kekurangan pangan karena efek anomali iklim; (6) Menghindari tekanan buruk karena inflasi ekonomi.
Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian, telah menggagas sebuah model yang disebut “Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Pada prinsipnya KRPL adalah pemanfaatan sumberdaya pekarangan berwawasan kawa-san. Artinya, dalam jiwa KRPL terkandung berbagai muatan teknis, sosial dan struktural (instansi terkait) kawasan.
Gagasan tersebut telah diluncurkan oleh Menteri Pertanian dalam rangkaian acara “Pekan Pertanian Spesifik Lokasi 2011” dan dapat diwujudkan dengan baik di Desa Kayen, Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan (Gambar 1).
pereda ketegangan mental, karena sudah terbukti
merupakan salah satu terapi penting dalam proses
penyehatan mental.
MAKSUD DAN TUJUAN PENGEMBANGAN
MODEL KRPL
+++Sebagai model, KRPL adalah wahana
pembelajaran bagi masyarakat sekitar dalam
pemanfaatan sumberdaya pekarangan.
Sebagai konsep, Model Kawasan Rumah Pangan
Lestari
+++(M-KRPL
+++), adalah:
a.
Pemanfaatan sumberdaya pekarangan berbasis
pertanian, yang dikelola secara terintegrasi dalam
satu kawasan, padat karya dan lintas bidang/sektor
b.
Ditumbuhkan dari bawah sebagai gerakan tanam
oleh masyarakat dengan nilai-nilai keindonesiaan
(gotong royong) dan moralitas (kepedulian dan
kemauan memberi manfaat kepada lingkungan)
c.
Untuk mencapai ketahanan pangan yang lestari,
d.
Diarahkan untuk mengemban fungsi-plus:
+1. PENDIDIKAN: Menjadi wahana pendidikan,
wisata, konservasi pangan lokal,
+2. KESEHATAN: Menjadi sumber peningkatan
kesehatan, gizi masyarakat
+3. AGRIBISNIS: Mendorong penumbuhan
agribisnis.
Tujuan umum dan jangka panjang pengembangan
M-KRPL
+++adalah tercapainya:
a.
Ketahanan & kemandirian pangan yang lestari,
b.
Generasi yang cerdas dan sehat, serta
c.
Masyarakat sejahtera.
Secara keseluruhan, konsep KRPL dapat
dilukiskan pada Gambar 2.
KALKULASI BENEFIT KRPL
+++Berdasarkan hasil survei terhadap KRPL di Desa
Kayen, Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan, serta
referensi dari sumber lain, dapat direkam beberapa
benefit yang dapat diambil oleh masyarakat kawasan.
1. Kesehatan JasmaniDari sisi kesehatan, manusia perlu makanan
seimbang seperti berikut ( Gambar 19
Gambar
3
).
Gambar 19.
Piramid pangan tepat-porsi
Dengan KRPL, diharapkan masyarakat mampu
memenuhi kebutuhannya secara proporsional dari
pekarangannya sendiri. Kalkulasi benefit dalam aspek
kesehatan jasmani tersebut sebagai berikut:
No Nama Produk Bahan utama
10. Lumpia labu Labu kuning
11. Stick ubi ungu Ubi ungu
12. Bidaran talas Talas/mbote
13. Stick talas Talas/mbote
14. Cake buah Tepung kasava
15. Manisan tomat Tomat
16. Dodol tomat Tomat
17. Susu kedelai kedelai
18. Jus labu+nanas Labu kuning + nanas
19. Jus Jeruk Pacitan Jeruk Pacitan
20. Emping melinjo Melinjo
21. Kue satu ketan
22. Kue Gipang Ketan
23. Kripik Talas Talas/mbote
24. Kripik pisang Pisang
25. Krupuk lele Lele
26. Lele asap Lele
27. Tahu lele Lele
28. Bakso lele Lele
29. Nugget lele Lele
30. Lele tanpa duri Lele
31. Nila tanpa duri Nila
Tabel 1.
Hirarki tujuan pembangunan KBD
No Hirarki/urutan tujuan Cara mencapai tujuan
1. Memproduksi bibit Tersedia sarana dan prasarana
yang diperlukan
2. Bibit yang
diproduksi tepat jenis
• Tersedia stok induk/sumber
benih, atau mempunyai kontak dengan penyedia induk/benih sumber
• Komunikasi yang baik dengan
pengguna (masyakarat)
3. Tepat waktu • Komunikasi yang baik dengan
pengguna (masyakarat kawasan)
• Penyusunan kalender
tanam/semai
4. Tepat jumlah • Komunikasi yang baik dengan
pengguna (masyakarat)
5. Tepat mutu • Menerapkan teknologi yang
dianjurkan
• Komunikasi yang baik dengan
pengguna (masyakarat)
6. Memperoleh
keuntungan ekonomi
• Menerapkan cara-cara di atas
• Menerapkan tata buku yang baik
7. Dan berkembang
menjadi usaha komersial
• Melakukan promosi
• Membangun jejaring dengan
daerah sekitarnya atau pengusaha
Pemantaban pengelolaan dan pengelola KBD,
sampai dengan saat ini masih perlu ditingkatkan.
Proses produksi bibit juga harus dirancang mampu
memasok secara berkelanjutan, sehingga tidak ada
jeda waktu produksi. Untuk itu, produksi bibit perlu
diselaraskan dengan kebutuhan warga dan mengacu
kepada kalender tanam sesuai dengan karakter
teknisnya (Gambar 4).
3.
Tanam pohon mangga di Jalan Jalur Lintas Selatan
(JLS)
Gambar 16.
Kelompok mangga-mangga merah ditanam di sepanjang jalan Jalur Lintas Selatan
4.
Lahan ternaungi karena sudah terlanjur ditanami
tanaman tahunan, dimanfaatkan untuk tanaman
ubi-ubian dan tanaman obat (Gambar 17).
Gambar 5.
Kalender tanam sebagai acuan produksi bibit sayuran buah
2.
Masjid Baitushsholihin untuk plot percontohan
budidaya jeruk Manis Pacitan (Gambar 15).
Tanaman jeruk Manis Pacitan dalam percontohan
itu sekaligus dijadikan pohon induk sumber entris
untuk pengembangannya. Perbanyakan dan
pe-ngembangan itu perlu dilakukan untuk
menghadir-kan kembali jeruk Manis Pacitan di tengah
masya-rakat Pacitan, setelah sebelumnya sempat punah.
Gambar 15.
Plot percontohan budidaya jeruk Manis Pacitan, sekaligus sebagai pohon induk untuk pengembangannya
1.3. Tambatan Hati
Sudah menjadi gejala umum, bahwa generasi
muda mulai menjauh dan tidak kenal dengan pertanian.
Ini pula yang terus mendorong urbanisasi dari
generasi ke generasi dengan segala persoalannya.
Tambatan Hati (Taman Belajar Tani Sehat dan
Bergizi) dirancang sedemikian rupa untuk menjadi
wahana belajar sekaligus bermain anak-anak,
khusus-nya untuk tingkat TK dan SD (Gambar 9). Tambatan
Hati menyerap konsep dari kegiatan serupa yang
sudah berkembang cukup lama dan pesat di Amerika
(
Farming School Garden), dengan butir-butir gagasan
yang diwacanakan sebagai berikut:
•
Sebuah alat pengajaran yang inovatif yang
memung-kinkan pendidik menggabungkan ragam kegiatan
interdisipliner, berbasis iptek pertanian, biologi,
fisika, matematika dan sosial budaya dengan standar
pelajaran sekolah.
•
Pelaku utama Tambatan Hati adalah Siswa, Guru,
Orang tua Siswa dan lingkungannya
•
Tambatan Hati menyediakan lingkungan yang dinamis
dalam kerangka mengamati, menemukan,
eksperi-men, memelihara, belajar dan mengenali lingkungan.
Mengenali lingkungan adalah sumber untuk
menumbuhkembangkan perilaku gotong royong dan
peduli kepada sesama.
•
Apabila ini diterapkan sejak usia dini akan menjadi
kekuatan luar biasa untuk berperilaku baik budi
pekerti. Taman belajar tani adalah laboratorium hidup
yang diambil dari pengalaman kehidupan nyata
dibandingkan dengan contoh dan buku teks, sehingga
memungkinkan siswa untuk menjadi peserta aktif
dalam proses pembelajaran.
•
Melalui Tambatan Hati, siswa memperoleh
pemaha-man tentang ekosistem, mengenali asal-usul
makanan dan gizi, dan pengetahuan tentang siklus
hidup tumbuhan dan hewan..
Kepada mereka dikenalkan beberapa alternatif
berikut:
1.
Inovasi vertikultur pada berbagai macam model rak,
jenis tanaman, dan keunikannya
2.
Inovasi penyediaan air untuk kebutuhan tanaman
3.
Inovasi penggunaan limbah sumberdaya lokal dalam
bertani sistem guludan
4.
Inovasi ternak ayam kandang
ranch
5.
Inovasi ternak kambing dan ketersediaan pakan
hijauan setiap saat
6.
Inovasi memanfaatkan pekarangan yang penuh
tegakan dan konservasi tanaman pangan alternatif
dan biofarmaka
7.
Kolam ikan sistem terpal dan tong
8.
Inovasi SITTI (sistem integrasi ternak, tanaman dan
ikan)
Gambar 13.
Salah satu contoh rumahtangga strata 3 yang di pekarangannya diusahakan sayuran, ternak kambing, ayam
dan kolam ikan
3. Intensifikasi Fasilitas Umum dan Lainnya
Berbagai fasilitas umum di tengah masyarakat
pada umumnya belum dimanfaatkan secara baik.
Dalam M-KRPL fasilitas umum juga dibidik untuk dapat
dimanfaatkan seoptimal mungkin. Tiga hal yang
Gambar 8.
Tambatan Hati yang telah dilaksanakan BPTP Jawa Timur dan akan ditransfer ke lokasi KRPL
Gambar 9.
Tambatan Hati dalam kompleks KBD Desa Kayen
1.4. Perbenihan padi gogo