• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Sebuah judul film kerapkali membuat kita terbawa alur cerita yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Sebuah judul film kerapkali membuat kita terbawa alur cerita yang"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1.1. Latar Belakang Penelitian

Sebuah judul film kerapkali membuat kita terbawa alur cerita yang disajikan oleh sang sutradara. Seringkali kita menatap rentetan adegan lalu menangis, fokus menyimak adegan demi adegan, atau tertawa terbahak- bahak. Bukan hanya sutradara yang patut kita acungkan jempol atas sebuah karya klimaks yang membuat kita puas di setiap akhir cerita. Adalah aktor, yang menjadi bagian krusial dan unik dari sebuah produksi film. Mengapa unik? Semua orang dapat berakting, namun tidak semua orang merupakan aktor. Aktor akhirnya bukan lagi hanya pelakon, namun tanpa dirinya alur cerita yang di inginkan sutradara mungkin tidak akan apik sebagaimana mestinya. Aktor akhirnya juga turut menciptakan sampai mana sebuah film mampu membawa penonton tetap di dalam alur cerita hingga menit terakhir. Aktor pulalah yang memberi rasa, dalam setiap film sehingga pesan dan alur ceritanya dapat sampai kepada penonton.

Aktor adalah pria yang berperan sebagai pelaku dalam pementasan

cerita, drama, dan sebagainya di panggung, radio, televisi, atau film.1 Para

aktor seringkali dituntut profesionalitas dan totalitasnya dalam menjalankan sebuah peran. Seni peran merupakan jenis seni audio visual,

(2)

maka membutuhkan keahlian dalam hal vokal maupun gerak teatrikal.2 Bukan sekedar mengubah penampilan atau meminjam karakter milik tokoh dalam naskah, selama pertunjukan dan produksi film berlangsung. Para aktor harus dapat menjiwai dan mengisi peran sebuah tokoh dengan

berakting. Dalam bukunya Prepare For The Actor (Persiapan Seorang

Aktor), Stanislavski lebih memusatkan perhatian bagaimana cara seorang aktor menyatukan dirinya kedalam personal si tokoh yang akan ia

mainkan. Masalah ini sangat penting, karena “kondisi batin” yang

diciptakan inilah yang akan menghasilkan permainan yang kaya dan

kreatif serta presentasi akting yang natural.3

Perlu tingkat fokus yang tinggi, serta kemampuan menyerap skenario dengan cepat untuk dapat menguasai suatu karakter. Bukan hanya itu, data dan fakta yang akurat juga dibutuhkan untuk mendalami suatu karakter. Ketika suatu karakter telah melekat, bukan hal yang sederhana

“melepaskan” suatu karakter dari dalam diri. Dalam penelitian ini peneliti menyebut hal tsebut sebagai netralisasi diri, dimana aktor akan menanggalkan tokoh yang dimainkannya dan kembali ke dirinya sendiri. Netraliasi diri tentu sama krusialnya bagi seorang aktor, karena ia wajib beralih dari satu peran ke peran yang lain.

Sutradara Alejandro Gonzalez menggambarkan bagaimana sebuah karakter yang telah sangat didalami kuat – kuat oleh sang aktor ternyata

2

Ahmad Sugito. Macam –macam Seni, Academia edu. Diakses dari

https://www.academia.edu/11234001/Macam_macam_seni pada 6 Maret 2015 pukul 10:00

(3)

dapat mempengaruhi seluruh kehidupan aktor itu sendiri. Dalam film

Birdman: Or (The Unpexpected Virtue of Ignorance) (2014) garapan Alejandro, seorang aktor kawakan bernama Riggan belum dapat menerima karirnya yang meredup pasca film superhero yang dibintanginya yakni Birdman, yang tidak lagi populer dimanapun. Riggan berusaha membangun kembali karirnya dengan bermain dalam pentas teater Broadway di New York, sembari mengubur karakter Birdman yang telah menjadi alter ego dalam dirinya. Dalam film tersebut digambarkan perdebatan karakter Riggan sendiri yang kerap kali berdebat dengan karakter Birdman yang sangat menguasai dirinya.

Film Birdman menjadi cerminan bagaimana sebuah tokoh dapat begitu merasuk kedalam karakter pribadi seorang aktor. Dalam penelitian Realitas Kehidupan Sosial Aktor Film ini, peneliti ingin mengetahui bagaimana proses transormasi diri atau masuknya suatu tokoh atau karakter kedalam diri sang aktor, hingga proses netralisasi diri menuju

karakter pribadinya kembali. Tentu hal tersebut merupakan “proses batin”

yang rumit apabila seorang aktor tidak dapat mengelola batinnya sendiri. Peneliti ingin mengetahui apa saja yang dipersiapkan bagi sang aktor dalam proses tersebut, serta apa yang harus dilalaluinya agar dapat kembali menjadi dirinya sendiri.

Aktor sebagai individu tentu memiliki konsep diri, yakni menurut

Brehm dan Kassin (1996), Taylor, Peplau dan Sears (1997), adalah kumpulan keyakinan tentang diri sendiri dan atribut-atribut personal yang

(4)

dimiliki. Branden (1983) dalam bukunya Honoring The Self mendefinisikan konsep diri sebagai fikiran, keyakinan, dan kesan seseorang tentang sifat dan karakteristik dirinya, keterbatasan dan kapabilitasnya, serta kewajiban dan aset-aset yang dimilikinya. Berpikir mengenai dirinya sendiri adalah aktivitas manusia yang tak dapat dihindari,pada umumnya secara harfiah orang akan berpusat pada dirinya

sendiri. Sehingga self (diri) adalah pusat dari dunia sosial setiap orang. 4

Setiap orang tentu memiliki konsep diri yang berbeda – beda, bahkan sepasang anak kembar pun konsep dirinya tidak akan sama. Banyak faktor yang mempengaruhi pembentukan konsep diri seseorang, salah satunya pengalaman. Aktor sebagai individu tentu memiliki pengalaman yang berbeda dengan individu pada umumnya.

Beban seorang aktor dalam berganti peranlah yang akhirnya membuat peneliti ingin mengetahui adakah perubahan konsep diri pada diri aktor setelah dia memainkan berbagai peran. Apakah ada gambaran lain yang dianut dalam dirinya sendiri, setelah berbagai karakter dengan cerita hidup yang berbeda merasuk kedalam dirinya. Konsep diri atau gambaran mengenai diri sangat berpengaruh kepada komunikasi interaksional seseorang. Dimana apa yang orang fikirkan tentang dirinya tentu akan berpengaruh dengan bagaimana caranya ia bersikap kepada orang lain.

(5)

Komunikasi antarpersona adalah komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka, seperti yang dikatakan R.

Wayne Pace (1979) bahwa “interpersonal communication involving two or

more people in a face to face setting.5 Dalam komunikasi antar persona,

karena situasinya tatap muka (face to face communication), tanggapan

komunikan dapat segera diketahui. Umpan balik dalam komunikasi dalam komunikasi seperti itu bersifat langsung; karena itu dinamakan umpan

balik seketika (immediate feedback).6 Dapat disimpulkan bahwa

komunkasi antarpersona juga terdapat umpan balik seketika yang secara spontan akan dibuat oleh seseorang. Bagaimana seseorang memandang diri sendiri dan orang lain tentu akan berpengaruh pada umpan seketika yang akan mempengaruhi komunikasi selanjutnya.

Berangkat dari hal tersebut pula, peneliti akhirnya juga ingin mengetahui bagaimana komunikasi antarpersona seorang aktor film, setelah ia memainkan berbagai macam peran. Apakah ada hal yang berubah dalam proses komunikasinya dengan orang lain disekitar, setelah

orang lain kerap kali melihat sang aktor sebagai individu “yang bukan

dirinya”.

Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti memilih tiga aktor Indonesia yang sangat total dalam memainkan peran apapun yag dipercayakan kepadanya. Ketiga aktor itu adalah Ray Sahetapy, Agus Kuncoro dan Lukman Sardi.

5

Hafied Cangara,. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2007 hal 30-32 6 Onong Uchana Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA. 2005. Hal 15.

(6)

Ferene Raymond Sahetapy atau yang dikenal dengan nama Ray Sahetapy (lahir di Donggala, Sulawesi Tengah, 1 Januari 1957; umur 58

tahun) adalah aktor berkebangsaan Indonesia. Setelah industri

perfilman Indonesia mati suri, Ray pun memasuki ranah hiburan di televisi dengan bermain sinetron maupun sitkom. Selain itu, dia juga menggeluti dunia teater. Ray merupakan salah satu pengurus PARFI (Persatuan Artis

Film Indonesia).7

Mengawali karirnya dalam beberapa film kolosal, seperti Tutur Tinular, Kaca Benggala dan lain lain, wajah Agus Kuncoro memang identik dengan tokoh-tokoh yang memainkan film lagenda atau sejarah.

Dalam sinekus (sinetron kuis) yang sempat booming yakni, Para Pencari

Tuhan, perannya sebagai Azzam juga sangat melekat di hati pemirsanya. Dengan 24 judul film, akting Agus Kuncoro memang sangat total dan menjiwai. Seakan akan setiap peran yang dia jalani adalah dirinya.

Peran Lukman Sardi kecil dalam film produksi 1980, yakni Anak-Anak Tak Beribu begitu menggugah perasaan. Dalam film tersebut Lukman berperan sebagai Memet, yakni anak kedua dari tiga bersaudara yang kehilangan kasih sayang kedua orang tuanya. Mereka harus pergi dari rumah dan berjuang keras menghidupi diri mereka sendiri. Industri film Indonesia mulai mati suri, dan sempat dipenuhi film dengan bumbu-bumbu orang dewasa. Lukman Sardi pun sama sekali tidak terfikirkan untuk menjadi seorang aktor, sampai kemudian dia melibatkan diri dalam

(7)

beberapa film pendek. Kemudian sutradara Mira Lesmana dan Riri Riza meliriknya, maka Lukman pun mendapatkan peran sebagai Herman

Lantang, sahabat sang aktivis yakni Soe Hoek Gie dalam film Gie.

1.2 Fokus Penelitian

Lingkungan, pengalaman dan pola asuh orang tua memberikan pengaruh yang signifikan terhadap konsep diri seseorang, begitu juga dengan interaksi sosial yang dibangunnya. Merujuk kepada hal tersebut, yang menjadi fokus penelitian adalah:

1. Bagaimana proses tranformasi diri aktor menjadi suatu tokoh, hingga

netraliasi menjadi dirinya sendiri?

2. Bagaimanakah konsep diri seorang aktor film, setelah memainkan

berbagai peran?

3. Apakah ada perubahan dalam komunikasi sosial aktor film. Setelah

memainkan berbagai aktor?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti ini adalah untuk mengetahui:

1. Proses transformasi dan netralisasi diri aktor film.

2. Komunikasi sosial aktor film.

(8)

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis / Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan secara teoritis bermanfaat bagi perkembangan Ilmu Komunikasi:

1. Pada cabang Psikologi Komunikasi, diketahui adanya perubahan

konsep diri dan faktor yang mempengaruhi konsep diri pada seorang aktor.

2. Adanya proses komunikasi yang unik oleh sang aktor dengan

lingkungan sekitarnya.

1.4.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi praktisi komunikasi dan masyarakat umum bagaimana dinamika realitas kehidupan sosial aktor film Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

Pembahasan CERDAS: Pada teks dinyatakan bahwa proses pertama daur ulang plastik dengan cara “To start, reclamation facilities use equipment that breaks apart the bales of

Metoda Analisis Komponen Utama (Principal Components Analysis) digunakan untuk mengekstraksi faktor. Pengumpulan data opini responden, tabulasi data dan analisa

Jika sumber data dan informasi adalah manusia, maka alat yang diperlukan bukan hanya alat statistikal dan alat matematikal, melainkan juga alat kultural.. Namun,

Menurut Kementerian Negara Lingkungan Hidup, sekitar 59,91% sampah dibuang ke TPA, sisa sebesar 40,09% dikelola dengan dtimbun (7,54%), dijadikan kompos dan dimanfaatkan

Suatu keyakinan yang berbasis pada ajaran tentang kemahakuasaan Tuhan sebagai Creator, pemberi mandat dan sekaligus mitra kerja yang melalui Roh Kudus memampukan

While the factors that affecting the administration of facilities and infrastructure in improving the quality of service at State Senior High School 1 Kampar

Pada gambar kedua dan ketiga, gambar diambil dengan jarak medium close-up supaya bisa memperlihatkan dengan jelas perbedaan kartu kredit yang digunakan oleh

Dari definisi dan wujud kebudayaan tersebut Gordang Sambilan dalam penelitian ini dilihat sebagai suatu bagian dari kebudayaan fisik, dalam hal ini Gordang Sambilan sebagai suatu