Keputusan untuk melepas/menghapuskan aset memerlukan pengujian dan penilaian ekonomis secara menyeluruh.
Keputusan penghapusan aset harus diambil dalam kerangka perencanaan terintegrasi yang memperhatikan :
Kebutuhan pemberian pelayanan,
Tujuan organisasi,
Keterbatasan finansial dan anggaran
Dan tujuan alokasi sumber dayasumber daya pemerintah secara keseluruhan.
Alasan-alasan untuk melakukan penghapusan adalah : aset berlebih, kurang bermanfaat, dan tidak mampu memberikan pelayanan).
Pilihan penghapusan aset, yang mencakup alternatif penggunaan, sewa, jual, atau Jual dan sewa kembali (sale and lease back) harus dipertimbangkan sebagai bagian dari strategi pengadaan.
Penghapusan merupakan komponen krusial dalam manajemen aset, sehingga setiap organisasi perlu:
Mengevaluasi efektivitas strategi penghapusan aset dalam memelihara aset yang terbaik dalam memenuhi kebutuhan pelayanan;
Mengembangkan pengaturan untuk aset yang nonaktif dan untuk aset yang menurun kinerjanya atau aset yang berlebih seefisien mungkin, sebelum melakukan penghapusan.
Pengadaan
Operasi dan Pemeliharaan
Penghapusan Perencanaan
Pertama
Keputusan penghapusan tidak dapat diambil secara terpisah.
Kedua
Penghapusan dipandang sebagai tahap akhir dalam manajemen aset, sehingga tindakan penghapusan menyebabkan pengadaan aset baru atau penggantian aset.
Ketiga
Asumsi yang mendasari adalah bahwa manajemen telah memiliki informasi penting untuk menentukan aset yang mana yang perlu dihapuskan, dan kapan dihapuskan.
Pada pembuatan daftar aset, ini merupakan titik permulaan untuk analisis karena di dalam daftar aset mencatat umur manfaat dari kelompok aset dan dapat menyediakan indikasi waktu (timing) penggantian dalam siklus bisnis.
Penentuan umur manfaat harus serealistis mungkin.
Adalah hal penting bahwa pemantauan kondisi dan penentuan kinerja dilakukan dengan hasil yang dihubungkan dengan sistem informasi manajemen yang memadai, sehingga pencatatan sesuai dengan kondisi aset di lapangan.
Ketika suatu aset diidentifikasi sebagai aset yang underperforming
atau tidak berfungsi lagi untuk mendukung kebutuhan penyediaan pelayanan, maka idealnya pengelola telah memikirkan dan merencanakan alternatif-alternatif yang mungkin untuk penghapusan.
Untuk aset-aset seperti instalasi teknologi informasi yang besar, pertimbangan dapat diberikan untuk menyewakan kapasitas berlebih kepada organisasi lainnya.
Pembaharuan aset dapat juga menjadi solusi. Biaya dan manfaat alternatif tersebut harus tercakup dalam rencana penghapusan.
1.
• Membangun dan memelihara sistem informasi aset, yang mencatat seluruh informasi yang relevan, untuk membantu dalam perencanaan dan manajemen aset
2.
• Menyusun dan mengevaluasi pembiayaan yang memadai untuk mendukung pemilihan metode penghapusan yang paling efektif biayanya
3.
• Mengidentifikasi area-area yang peka terhadap pemyelewengan dan risiko, dan memperkenalkan ukuran preventif yang memadai
4.
• Mengidentifikasi dan mengkomunikasikan aturan yang diutamakan untuk penghapusan kepada para pegawai yang relevan/bersangkutan dengan penghapusan aset
5
• Melibatkan tenaga ahli/pakar untuk menyusun persyaratan kontrak dan untuk membantu membuat kontrak (terutama untuk penghapusan yang kompleks dan nonstandar) untuk meminimalkan potensi risiko
6 • Memberikan instruksi yang jelas kepada agen yang terlibat untuk melakukan penghapusan
7
• Memantau dan mengevaluasi kinerja penghapusan secara rutin untuk pencapaian pilihan metode penghapusan yang efektif biaya dan untuk mematuhi kebijakan dan tujuan penghapusan yang dibuat oleh pemerintah
Metode penghapusan umumnya digunakan : penjualan melalui lelang atau tender terbuka, menjual ke swasta, tukar tambah, dan penghapusan dari catatan.
Salah satu metode yang sering digunakan adalah penjualan atau pengalihan aset kepada organisasi pemerintah yang lain.
Apapun metode yang dipilih yang harus diperhatikan akuntabilitas dan transparansinya, evaluasi atas pilihan penghapusan yang memadai harus juga dilakukan.
Metode itu harus memperhatikan biaya yang terkait dengan setiap metode penghapusan dan manfaat yang mungkin (termasuk hasil yang mungkin diperoleh).
Sifat aset (yakni aset khusus atau aset umum);
Potensial nilai pasar aset;
Nilai instrinsik lain dari aset (yakni aspek budaya/sejarah, dan sebagainya);
Lokasi aset; Volume aset;
Nilai tukar tambah aset;
Kemampuan aset untuk mendukung program-program pemerintah;
Pertimbangan lingkungan; Kondisi pasar; dan
Cara penghapusan yang memadai dapat mencakup
Lelang umum; Tender umum; Transfer ke
organisasi lainnya;
Jual ke organisasi lainnya;
Jual ke pegawai/
karyawan Tukar tambah
Dumping yang terkendali (untuk item-item yang
Profesional penilaian memainkan peran penting dalam penghapusan aset.
Mereka dapat membantu pengelola aset untuk memilih metode penjualan yang paling memadai.
Mereka juga dapat menyusun ekspektasi yang realistis untuk penjualan.
Jika mereka diperlukan, penilaian harus diperoleh dari agen yang berpengalaman yang memiliki pengetahuan tentang jenis aset yang akan dijual dan tren pasar saat ini.
Pendekatan
whole ofl ife
untuk manajemen aset dan
perencanaan strategis aset yang efektif mensyaratkan
bahwa hasil dan output dari setiap fase dalam siklus
hidup aset menjadi input bagi siklus perencanaan
berikutnya.
Praktik yang lebih baik menyarankan, sebagai
tambahan terhadap analisis biaya manfaat yang
dilakukan terhadap metode penghapusan, pengelola
aset aset perlu membandingkan umur aktual pada saat
penghapusan dengan umur manfaat yang diharapkan
dan menjelaskan variasi yang signifikan
BENTUK-BENTUK MEMINDAHTANGANAN
BARANG/ASET MILIK DAERAH
Pemindah
tanganan
adalah
pengalihan
kepemilikan barang milik daerah kepada pihak
lain sebagai tindak lanjut dari penghapusan
dengan cara dijual, dipertukarkan, dihibahkan
atau disertakan sebagai modal pemerintah.
Barang milik daerah dapat dimanfaatkan atau
dipindahtangankan apabila tidak digunakan utuk
penyelenggaraan pemerintahan daerah, dalam kontek
pemindahtanganan akan terjadi peralihan kepemilikan
atas barang milik daerah dari pemerintah kepada
pihak lain.
Tanah dan/atau bangunan yang tidak dipergunakan
sesuai dengan tugas pokok dan fungsi instansi
pengguna
barang
harus
diserahkan
kepada
Gubernur/Bupati/Walikota
selaku
pemegang
Barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang telah diserahkan tersebut selanjutnya didayagunakan untuk penyelenggaran pemerintahan daerah yang meliputi fungsi-fungsi berikut:
1. Fungsi pelayanan; direalisasikan melalui pengalihan status penggunaan,
dimana barang milik daerah dialihkan penggunaannya kepada instansi/satuan unit kerja perangkat daerah lainnya untuk digunakan dalam rangka memenuhi kebutuhan organisasi sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
2. Fungsi budgeter; direalisasikan melalui pemanfaatan dan
pemindahtanganan. Pemanfaatan dimaksud dilakukan dalam bentuk sewa, kerjasama pemanfaatan, pinjam pakai, bangun serah guna dan bangun guna serah. Sedangkan pemindahtanganan dilakukan dalam bentuk penjualan, tukar menukar, hibah, dan penyertaan modal daerah.
Berdasarkan Pasal 45 Peraturan Pemerintah No. 6
Tahun 2006 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri
No.17 Tahun 2007 Pasal 57 menyatakan bahwa
bentuk-bentuk pemindahtanganan sebagai tindak
lanjut atas penghapusan barang milik negara/daerah
ini meliputi;
1. Penjualan;
2. Tukar-menukar;
3. Hibah;
Pemindah tanganan barang milik daerah sebagai yang dimaksud oleh peraturan tersebut, ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah setelah mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan berlaku untuk;
1. Tanah dan/atau bangunan; dan
2. Selain tanah dan/atau bangunan yang bernilai lebih dari Rp. 5.000.000.000,- (lima milyar rupiah),
Proses pemindah tanganan bagi tanah dan/atau bangunan seperti yang tercantum pada no (1). dan pemindah tanganan selain tanah dan/atau bangunan seperti tercantum pada (2). diatas diajukan oleh Gubernur/Bupati/ Walikota ke DPRD untuk memperoleh persetujuan DPRD dan ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah.
bangunan tidak memerlukan persetujuan DPRD dan ditetapkan dengan Keputusan Kepala
Daerah, apabila (Pasal 9 Permendagri No.17 Tahun 2007):
a. Sudah tidak sesuai dengan tata ruang wilayah atau penataan kota.
b. Harus dihapuskan karena anggaran untuk bangunan pengganti sudah disediakan dalam dokumen penganggaran.
c. Diperuntukkan bagi pegawai negeri. d. Diperuntukkan bagi kepentingan umum.
e. Dikuasai Negara berdasarkan keputusan pengadilan, yang telah memiliki kekuatan hukum tetap dan/atau berdasarkan ketentuan perundang-undangan, yang jika status kepemilikannya dipertahankan tidak layak secara ekonomis.
Untuk pemindah tanganan tanah dan/atau bangunan pada point a s/d e diatas ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah.
Pemindah tanganan barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan yang bernilai sampai dengan Rp.
5.000.000.000,- (lima milyar) dilakukan oleh Pengelola barang
setelah mendapat persetujuan Gubernur/Bupati/Walikota, diatas Rp. 5.000.000.000,- (lima milyar) dengan persetujuan DPRD.
Untuk lebih jelasnya dan lebih ringkasnya pelaku pemindah tanganan dan yang menyetujuinya dalam proses pemindah tanganan ini dapat dilihat pada daftar pada tabel berikut ini:
BARANG/ASET MILIK DAERAH (PP. No.6 Tahun 2006)
No Objek/Jenis Nilai (Rp) M
= Milyar Persetujuan Pelaku
I
Tanah dan/atau bangunan :
a. Tanah dan/atau bangunan
- DPRD Pengelola
Barang dengan Keputusan kepala Daerah b. Kecuali yang termasuk
kategori 1 sd 5 pasal 46 ayat (3)
-
Gubernur/ Bupati/ Walikota
II
Selain tanah dan/atau bangunan Sampai 5 M Gubernur/ Bupati/ Walikota Pengelola Barang dengan Keputusan Kepala Daerah Lebih dari 5 M DPRD
Penjualan
Tukar-Menukar
Hibah
Penyertaan Modal Pemerintah Daerah
1.
2.
3.
barang milik daerah kepada pihak lain dengan menerima penggantian dalam bentuk uang.
Penjualan barang milik daerah dilaksanakan dengan berdasarkan beberapa pertimbangan dan tujuan yaitu:
1) Untuk optimalisasi barang milik daerah yang berlebih atau idle (menganggur).
2) Secara ekonomis lebih menguntungkan bagi daerah apabila dijual.
3) Sebagai pelaksanaan ketentuan perundang-undangan
Pelaksanaan penjualan barang milik daerah dilakukan secara lelang melalui Kantor Lelang Negara setempat, kecuali dalam hal-hal tertentu. Pengecualian ini menurut Permendagri No.17 Tahun 2007 Pasal 61 ayat (3) meliputi:
Penjualan kendaraan perorangan dinas
pejabat negara;
Penjualan rumah golongan III; dan
Barang milik daerah lainnya yang ditetapkan lebih lanjut
Daerah Pengguna Barang Mngajukan usul penjualan kepada pengelola barang Pengelola Barang Meneliti dan Mengkaji usulan
penjualan Pengelola Barang Mengeluarkan Keputusan Pengelola Barang Tidak Menyetujui Pengelola Barang Menyetujui Pengelola Barang Mengajukan usul penjualan
disertai pertimbangan Gubernur/Bupati/ Walikota/DPRD
Tukar-menukar
barang milik daerah adalah pengalihan
kepemilikan barang milik daerah yang dilakukan
antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat,
atau antar pemerintah daerah, atau dengan Badan
Usaha Milik Negara/Daerah atau Badan Hukum
milik pemerintah lainnya, atau dengan pihak
swasta/pihak lainnya, dengan menerima penggantian
dalam bentuk barang, sekurang-kurangnya dengan
nilai seimbang.
dengan pertimbangan:
• Untuk memenuhi kebutuhan operasional penyelenggaraan pemerintah. • Untuk optimalisasi barang milik daerah ; dan
• Tidak tersedia dana dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
Tukar menukar barang milik Negara atau barang milik daerah khususnya untuk tanah dan/atau bangunan dikenal dengan istilah ruilslag atau tukar guling
Objek dari tukar-menukar barang milik daerah yang dapat dilakukan tukar menukarnya adalah:
Tanah dan/atau bangunan yang telah diserahkan kepada Gubernur/ Bupati/Walikota untuk barang milik daerah.
Tanah dan/atau bangunan yang masih dipergunakan untuk penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi pengguna barang akan tetapi tidak sesuai lagi dengan tata ruang wilayah atau penataan kota.
dengan pihak-pihak sebagai berikut;
Pihak pemerintah pusat.
Badan usaha milik Negara/daerah atau badan hukum milik pemerintah lainnya.
Adapun alasan dilaksanakannya pelepasan hak dengan cara tukar menukar/tukar guling (ruislag) antara lain disebabkan oleh;
Terkena planologi.
Belum dimanfaatkan secara optimal.
Menyatukan barang/aset yang lokasinya terpencar untuk memudahkan koordinasi dan dalam rangka efisiensi.
Memenuhi kebutuhan operasional Pemerintah Daerah sebagai akibat pengembangan organisasi.
Pertimbangan khusus dalam rangka pelaksanaan rencana strategis Hankam.
Hibah adalah pengalihan kepemilikan barang pemerintah daerah kepada pemerintah pusat, atau antar pemerintah daerah, atau kepada pihak lain tanpa memperoleh penggantian.
Penghibahan barang milik daerah ini dilakukan dengan Keputusan Kepala Daerah (Gubernur/Bupati/Walikota) dengan memperhatikan dan mempertimbangkan kepentingan (Pasal 58 Peraturan Pemerintah No.6 Tahun 2006 dan Pasal 78 Permendagri No.17 Tahun 2007) sebagai berikut;
a. Untuk kepentingan sosial, b. Untuk keagamaan,
c. Untuk kemanusiaan,
Barang milik daerah yang akan dihibahkan itu
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Bukan merupakaan barang rahasia Negara.
Bukan merupakan barang yang menguasai hajat hidup orang banyak.
Tidak digunakan lagi dalam penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah
1.
2.
Barang milik daerah yang dapat dihibahkan ini berlandaskan Pasal 59 Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2006 dan Pasal 79 Permendagri No.17 Tahun 2007 dapat berupa:
Tanah dan/atau bangunan yang telah diserahkan oleh Kepala SKPD kepada Kepala Daerah.
Tanah dan/atau bangunan yang dari awal pengadaannya direncanakan untuk dihibahkan.
Barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan yang telah diserahkan oleh Kepala SKPD kepada Kepala Daerah melalui Pengelola.
Selain tanah dan/atau bangunan yang dari awal pengadaannya direncanakan untuk dihibahkan.
PELAKSANA, PERSETUJUAN DAN PENETAPAN TERHADAP BARANG/ASET YANG AKAN DIHIBAHKAN
No Jenis Barang/aset Penetapan yang akan dihibahkan oleh
Hibah dilaksanakan
oleh Persetujuan oleh
1. Tanah dan/atau bangunan
Kepala Daerah Pengelola Barang
DPRD
2. Tanah dan/atau bangunan dari awalnya
untuk hibah
Kepala Daerah Pengelola barang
Kepala Daerah
3. Selain tanah dan/ atau bangunan > Rp 5.000.000.000,- < Rp 5.000.000.000,- Kepala Daerah Kepala Daerah Pengelola DPRD
4. Selain tanah dan/ atau bangunan
Pengguna Barang Pengelola Barang
Pengguna
Barang Kalau disetujui
Mengajukan usul hibah Mengkaji dan mempertimbangkan berdasarkan Pasal 58 PP No 6 Tahun 2006 Menetapkan/menyetujui Menerima persetujuan Melaksanakan hibah Berita acara serah terima
barang
proses hibah selain tanah dan/atau bangunan
Gubernur/bupati /walikota pengelola Barang DPRD Mengajukan usul hibah Melaksanakan hibah Berita acara serah
terima Menerima persetujuan Mengkaji dan mempertimbangkan berdasarkan Psl 58 PP No 6 Tahun 2006 Menetapkan/menyetujui Mengkaji dan mempertimbangkan Mentapkan/menyetujui
Penyertaan modal
pemerintah daerah adalah pengalihan
kepemilikan barang milik daerah yang semula
merupakan kekayaan yang tidak dipisahkan menjadi
kekayaan yang dipisahkan untuk diperhitungkan
sebagai modal/saham daerah pada badan usaha milik
Negara/daerah atau badan hukum lainnya.
Penyertaan modal pemerintah daerah atas barang milik
daerah
dilakukan
dalam
rangka
pendirian,
pengembangan, dan peningkatan kinerja badan usaha
milik daerah atau badan hukum lainnya yang dimiliki
oleh Pemerintah dan Swasta.
dilakukan dengan pertimbangan sebagai berikut:
1) Barang milik daerah yang dari awal pengadaannya
sesuai dokumen penganggaran diperuntukkan bagi
badan usaha milik daerah atau badan hukum lainnya
yang dimiliki daerah dalam rangka penugasan
pemerintah; atau
2) Barang milik daerah tersebut akan lebih optimal
apabila dikelola oleh badan usaha milik daerah atau
badan hukum lainnya yang dimiliki daerah baik yang
sudah ada maupun yang akan dibentuk.
Penyertaan modal pemerintah daerah atas barang milik daerah dapat berupa:
1.
• Tanah dan/atau bangunan milik daerah yang telah diserahkan oleh Pengguna kepada Kepala Daerah melalui pengelola barang.
2.
• Tanah dan/atau bangunan yang dari awal
pengadaannya direncanakan untuk disertakan sebagai modal pemerintah daerah sesuai tercantum dalam dokumen penganggaran.
3.
• Barang milik daerah lainnya selain tanah dan/atau bangunan.
Laporan pemindahtangan
Pemindahtanganan yang meliputi penjualan, tukar-menukar, hibah dan penyertaan modal, Kepala Daerah melaporkan kepada Menteri Dalam Negeri selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari setelah ditetapkan Keputusan Penghapusan.
Keputusan
untuk
melepas/menghapuskan
aset
memerlukan pengujian dan penilaian ekonomis secara
menyeluruh.
Seperti
halnya
keputusan
pengadaan,
keputusan
penghapusan aset harus diambil dalam kerangka
perencanaan terintegrasi yang memperhatikan kebutuhan
pemberian pelayanan, tujuan organisasi, keterbatasan
finansial dan anggaran dan tujuan alokasi sumber
dayasumber daya pemerintah secara keseluruhan.
Keputusan penghapusan tidak dapat diambil secara
Penghapusan merupakan tahap akhir dalam manajemen
aset, sehingg tindakan penghapusan menyebabkan
pengadaan aset baru atau penggantian aset.
Asumsi yang mendasari adalah bahwa manajemen telah
memiliki informasi penting untuk menentukan aset yang
mana yang perlu dihapuskan, dan kapan dihapuskan.
Metode penghapusan yang utama diantaranya penjualan
melalui lelang atau tender terbuka, menjual ke swasta,
tukar tambah, dan penghapusan dari catatan.
1. Bentuk-bentuk pemindahtanganan aset pemerintah daerah bisa berupa: penjualan, tukar-menukar, hibah ataupun penyertaan modal pemerintah.
2. Pemindahatanganan tanah dan bangunan harus atas persetujuan DPRD kecuali bila tidak sesuai lagi dengan RUTR, dihapuskan karena sudah ada anggaran pengganti, diperunukan bagi PNS, diperuntukkan bagi kepentingan umum atau dikuasai Negara berdasarkan keputusan pengadilan yang berkekuatan hokum tetap atau ketentuan perundang-undangan.
3. Pemindahtanganan tanah dan atau bangunan yang bernilai sampai Rp.5.000.000.000,- (Lima milyar rupiah) atas persetujuan Gubernur/Bupati/Wako, diatas itu atas persetujuan DPRD.
4. Penjualan aset daerah berupa tanah dan bangunan perumahan (rumah Golongan III) dan kenderaan dinas diatur dengan peraturan tersendiri.
5. Pemindahatanganan secara tukar guling (ruislag), hibah serta untuk penyertaan modal pemerintah dapat juga dilakukan sesuai dengan ketentuan dan peraturan untuk itu.
1. Sebutkan
alasan-alasan
yang
bisa
mendasari
keputusan penghapusan aset!
2. Bagaimana panduan agar suatu organisasi dapat
menghapuskan
asetnya
dengan
cara
yang
accountable
?
3. Sebelum memutuskan metode penghapusan aset,
hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan?
4. Sebutkan cara-cara penghapusan yang memadai?
5. Apa yang dimaksud dengan
sale and lease back
?
Study Kasus
Suatu persil tanah dan bangunan suatu instansi pemerintah tidak memenuhi lagi Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTK) dan instansi tersebut tidak memakai lagi karena sudah mempunyai lokasi yang baru dengan bangunan yang baru dibangun 2 tahun yang lalu. Tanah dan bangunan tersebut diperkirakan bernilai sekitar Rp. 8.000.000.000,00.
Jika Anda yang diserahi tanggung jawab dalam pengurusan barang inventaris pada SKPD terkait, apakah yang harus Saudara lakukan untuk itu dan tolong dijelaskan selengkapnya sebagai bahan usulan ke Pengelola Barang sampai kegiatan itu selesai?