• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORITIS Pengertian Konsep Permintaan. akan terpenuhi. Kebutuhan seseorang dikatakan terpenuhi apabila ia dapat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II URAIAN TEORITIS Pengertian Konsep Permintaan. akan terpenuhi. Kebutuhan seseorang dikatakan terpenuhi apabila ia dapat"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Permintaan

2.1.1 Pengertian Konsep Permintaan

Pada umumnya kebutuhan manusia mempunyai sifat yang tidak terbatas, sedangkan alat pemuas kebutuhan itu sifatnya terbatas. Jadi tidak semua kebutuhan akan terpenuhi. Kebutuhan seseorang dikatakan terpenuhi apabila ia dapat mengkonsumsi barang/jasa yang ia butuhkan. Sementara itu, yang dimaksud dengan kebutuhan masyarakat adalah keinginan masyarakat untuk memperoleh dan mengkonsumsikan barang dan jasa.

Yang dimaksud dengan permintaan adalah jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat pendapatan tertentu dan dalam periode tertentu yang didukung oleh daya beli. Yang dimaksud daya beli adalah kemampuan konsumen untuk membeli sejumlah barang yang diinginkan, yang biasanya dinyatakan dalam bentuk uang. Namun demikian daya beli tersebut juga relatif terbatas seperti halnya sumber-sumber ekonomi lainnya.

(matakuliah.files.wordpress.com/2007/09/te-mik-2.pdf)

Permintaan adalah sejumlah barang dan jasa yang diinginkan untuk dibeli atau dimiliki pada berbagai tingkat harga yang berlaku di pasar dan waktu tertentu.

(2)

Contoh:

Seorang siswa SMU Terbuka membutuhkan buku tulis, yang berasal dari uang saku yang dikumpulkan. Di toko buku siswa tersebut mengadakan tawar-menawar dan disepakati harga sebuah buku Rp.2.500,00 dengan isi 40 lembar. Sesuai dengan kemampuannya, maka siswa tersebut membeli 4 buah buku tulis. Contoh tersebut di atas adalah contoh permintaan perseorangan. Jika dalam satu sekolah buku tersebut pada harga Rp.2.500,00, jumlah pembeli 100 orang dengan jumlah yang dibeli 500 buah, merupakan contoh permintaan pasar.

Permintaan dapat dibagi menjadi 2 (dua) macam: a. Permintaan absolut (absolut demand)

Permintaan absolut adalah seluruh permintaan terhadap barang dan jasa baik yang bertenaga beli/berkemampuan membeli, maupun yang tidak bertenaga beli. b. Permintaan efektif (effective demand)

Permintaan efektif adalah permintaan terhadap barang dan jasa yang disertai kemampuan membeli.(www.e-dukasi.net)

2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan

Permintaan seseorang atau suatu masyarakat terhadap suatu produk di pasaran ditentukan oleh banyak faktor. Menurut Prathama Rahardja dan Mandala Manurung (2004:12) terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi permintaan suatu barang, yaitu:

(3)

1. Harga Barang Itu Sendiri

Jika harga suatu barang semakin murah, maka permintaan konsumen terhadap barang itu akan bertambah. Begitu juga sebaliknya, jika harga suatu barang semakin mahal, maka permintaan konsumen terhadap barang itu akan menurun. Hal ini membawa kita ke hukum permintaan, yang menyatakan “Bila harga suatu barang naik, ceteris paribus, maka jumlah barang yang diminta akan berkurang, dan sebaliknya”.

2. Harga Barang Lain Yang Terkait

Harga barang lain juga dapat mempengaruhi permintaan suatu barang, tetapi kedua macam barang tersebut mempunyai keterkaitan. Keterkaitan dua macam barang dapat bersifat substitusi (pengganti) dan bersifat komplemen (pelengkap). 3. Tingkat Pendapatan Perkapita

Tingkat pendapatan perkapita dapat mencerminkan daya beli. Makin tinggi tingkat pendapatan, daya beli makin kuat, sehingga permintaan terhadap suatu barang meningkat.

4. Selera atau Kebiasaan Konsumen

Selera atau kebiasaan konsumen juga dapat mempengaruhi permintaan suatu barang. Selera konsumen dapat disebabkan oleh perubahan umur, perubahan pendapatan, perubahan lingkungan, dan sebagainya.

(4)

5. Jumlah Penduduk

Permintaan suatu barang berhubungan positif dengan jumlah penduduk. Semakin banyak jumlah penduduk, maka kebutuhan akan bertambah, sehingga permintaan terhadap barang akan meningkat.

6. Perkiraan Harga di Masa Mendatang

Bila kita memperkirakan bahwa harga suatu barang akan naik di masa mendatang, maka kita cenderung membeli barang itu sekarang sehingga mendorong orang untuk membeli lebih banyak saat ini dengan alasan guna menghemat belanja di masa mendatang.

7. Distribusi Pendapatan

Jika distribusi pendapatan buruk, berarti daya beli secara umum melemah, sehingga permintaan terhadap suatu barang menurun.

8. Usaha-Usaha Produsen Meningkatkan Penjualan

Dalam perekonomian yang modern, bujukan para penjual untuk membeli barang besar sekali peranannya dalam mempengaruhi masyarakat. Seperti halnya iklan, memungkinkan masyarakat untuk mengenal suatu barang baru atau menimbulkan permintaan terhadap barang tersebut. Untuk barang-barang yang sudah lama, pengiklanan akan mengingatkan orang tentang adanya barang tersebut dan menarik minat untuk membeli. Promosi penjualan lainnya, seperti pemberian hadiah kepada pembeli dan potongan harga apabila membeli suatu barang.

(5)

2.1.3 Hukum Permintaan

Hukum permintaan menjelaskan sifat keterkaitan diantara permintaan sesuatu barang dengan harganya. Hukum permintaan pada hakekatnya merupakan suatu hipotesa yang menyatakan bahwa semakin rendah harga sesuatu barang, maka semakin banyak permintaan terhadap barang tersebut, dan sebaliknya semakin tinggi harga sesuatu barang, maka semakin sedikit permintaan terhadap barang tersebut (Sadono Sukirno, 2005:76).

Hukum permintaan pada hakikatnya merupakan suatu hipotesis yang menyatakan:

“Hubungan antara barang yang diminta dengan harga barang tersebut dimana hubungan berbanding terbalik yaitu ketika harga meningkat atau naik maka jumlah barang yang diminta akan menurun dan sebaliknya apabila harga turun jumlah barang meningkat.

2.1.4 Skedul dan Kurva Permintaan

Menurut Tri Kunawangsih Pracoyo dan Antyo Pracoyo (2006) skedul permintaan adalah suatu cara untuk menunjukkan hubungan antara jumlah barang yang diminta pada berbagai tingkat harga, yang ditunjukkan dengan tabulasi angka-angka harga maupun jumlah permintaan.

Disamping dapat diungkapkan dalam bentuk tabel, permintaan akan suatu barang dari seorang konsumen dapat pula diungkapkan dalam bentuk grafik atau

(6)

dalam bentuk persamaan matematik. Kalau sebuah permintaan diungkapkan dalam bentuk grafik tepatnya disebut kurva permintaan atau garis permintaan apabila permintaan tersebut bentuknya dalam grafik merupakan garis lurus. Sedangkan apabila permintaan diungkapkan dalam bentuk persamaan matematik maka dapat disebut sebagai fungsi permintaan.

Katakanlah permintaan terhadap suatu barang X hanya dipengaruhi oleh harganya. Dengan mengubah-ubah harga, sementara pendapatan perorangan, selera, harga barang-barang lain dianggap tetap (ceteris paribus), maka diperoleh skedul permintaan perorangan terhadap barang tersebut. Penyajian kombinasi-kombinasi harga dan kuantitas yang dipilih konsumen dapat disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 2.1

Skedul Permintaan Barang X

Titik Harga per unit (Rupiah) Jumlah yang diminta (unit)

A 6 4 B 5 5 C 4 6 D 3 7 E 2 8 F 1 9

Sumber: Ida Nuraini, 2005:14

Sedangkan kurva permintaan menunjukkan hubungan fungsional antara harga dan jumlah barang yang diminta. Kurva permintaan berbagai jenis barang pada

(7)

disebabkan adanya keterkaitan diantara harga dan jumlah yang diminta, dimana kurva permintaan tersebut mempunyai sifat hubungan yang terbalik. Kalau yang satunya naik (misalnya harga) maka yang lainnya turun (misalnya jumlah yang diminta) (Sadono Sukirno, 2005:80). Dengan menggunakan data-data numerik pada tabel 2.1 skedul permintaan di atas maka dapat digambarkan kurva permintaannya sebagai berikut:

Gambar 2.1

Kurva Permintaan Barang X Sumber: Ida Nuraini, 2005:15

Kurva permintaan merupakan tempat titik-titik yang masing-masing menggambarkan tingkat maksimum pembelian pada harga tertentu, ceteris paribus. Segala sesuatu di bawah kurva itu mungkin terjadi dan segala sesuatu di atas garis itu tidak mungkin terjadi jika kondisi permintaan diketahui, maksudnya bahwa di bawah kurva harga dan jumlah barang yang diminta merupakan titik-titik dari kepuasan pembeli sedangkan di atas kurva bukan merupakan permintaan pokok lagi.

(8)

2.1.5 Elastisitas Permintaan

Elastisitas permintaan mengukur perubahan relatif dalam jumlah unit barang yang dibeli sebagai akibat perubahan salah satu faktor yang mempengaruhinya, ceteris paribus.

Elastisitas yang dikaitkan dengan harga barang itu sendiri disebut elastisitas harga (priceelasticity of demand). Sedangkan elastisitas yang dikaitkan dengan harga barang lain disebut elastisitas silang (cross elasticity), dan bila dikaitkan dengan pendapatan disebut elastisitas pendapatan (income elasticity) (Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, 2006:55).

2.1.6 Jenis-Jenis Elastisitas Permintaan

1. Elastisitas Harga (Price Elasticity of Demand)

Elastisitas harga (Ep) adalah mengukur perubahan jumlah barang yang diminta yang diakibatkan oleh perubahan harga barang tersebut.

Angka elastisitas harga (Eh) 1. Permintaan Elastis (Ed > 1)

Permintaan dikatakan elastis apabila persentase perubahan jumlah barang yang diminta lebih besar dari persentase perubahan harganya.

(9)

Gambar 2.2 Permintaan Elastis Sumber: Ida Nuraini, 2005:39

2. Permintaan In-Elastis (Ed < 1)

Permintaan in-elastis ini dapat terjadi apabila persentase permintaan lebih kecil dari persentase perubahan harga.

Gambar 2.3 Permintaan In-Elastis Sumber: Ida Nuraini, 2005:39

Harga Quantitas ( Ed> 1, Elastis ) D Harga Quantitas ( Ed< 1, In elastis ) D

(10)

3. Permintaan Elastisitas Kesatuan (Unitary Elasticity) (Ed = 1)

Permintaan elastisitas kesatuan terjadi apabila persentase perubahan permintaan sama dengan persentase perubahan harga.

Gambar 2.4

Permintaan Elastisitas Kesatuan Sumber: Ida Nuraini, 2005:40

4. Permintaan Elastis Sempurna (Ed = ~)

Permintaan elastis sempurna terjadi apabila pada harga jumlah barang yang diminta tidak terbatas atau dengan kata lain pada harga berapa pun, banyaknya suatu barang akan habis dibeli (terjual).

Gambar 2.5

Permintaan Elastis Sempurna Sumber: Ida Nuraini, 2005:41 Harga Quantitas ( Ed = 1, Unitary Elastis) D Harga Quantitas ( Ed= ∞, Elastis Sempurna )

(11)

5. Permintaan In-Elastis Sempurna (Ed = 0)

Pada keadaan ini orang/konsumen tidak akan merubah permintaannya pada tingkat harga berapa pun.

Gambar 2.6

Permintaan In-Elastis Sempurna Sumber: Ida Nuraini, 2005:41

2. Elastisitas Silang (Cross Elasticity)

Elastisitas silang (Ec) adalah koefisien yang menunjukkan sampai dimana besarnya perubahan permintaan terhadap sesuatu barang apabila terjadi perubahan terhadap harga barang lain. (Sadono Sukirno, 2005:116).

Nilai Ec mencerminkan hubungan antara barang X dengan Y. Bila Ec > 0, X merupakan substitusi Y. Kenaikan harga Y menyebabkan harga relatif X lebih murah, sehingga permintaan terhadap X meningkat. Jika nilai Ec < 0 menunjukkan hubungan X dan Y adalah komplementer. X hanya bisa digunakan bersama-sama Y. Kenaikan

Harga

Quantitas ( Ed= 0, In Elastis Sempurna )

(12)

harga Y menyebabkan permintaan terhadap Y menurun, yang menyebabkan permintaan terhadap X ikut menurun.

3. Elastisitas Pendapatan (Income Elasticity)

Elastisitas pendapatan adalah koefisien yang menunjukkan sampai dimana besarnya perubahan permintaan terhadap sesuatu barang sebagai akibat daripada perubahan pendapatan pembeli. (Sadono Sukirno, 2005:116).

Umumnya nilai Ei positif, karena kenaikan pendapatan (nyata) akan meningkatkan permintaan. Makin besar nilai Ei, elastisitas pendapatannya makin besar. Barang dengan Ei > 0 merupakan barang normal. Bila nilai 0 < Ei < 1, barang tersebut merupakan kebutuhan pokok. Barang dengan nilai Ei > 1 merupakan barang mewah. Ada barang dengan Ei < 0. Permintaan terhadap barang tersebut justru menurun pada saat pendapatan nyata meningkat. Barang ini disebut barang inferior.

2.1.7 Faktor Yang Mempengaruhi Elastisitas Permintaan

Ada beberapa faktor yang menimbulkan perbedaan dalam elastisitas permintaan berbagai barang, yang terpenting adalah (Sadono Sukirno, 2005:112):

(13)

Banyaknya barang pengganti yang tersedia

Di dalam suatu perekonomian terdapat banyak barang yang dapat digantikan dengan barang-barang lain yang sejenis dengannya. Tetapi ada pula yang sukar mencari penggantinya. Perbedaan ini menimbulkan perbedaan elastisitas diantara berbagai barang. Sekiranya sesuatu barang mempunyai banyak barang pengganti permintaannya cenderung untuk bersifat elastis, yaitu perubahan harga yang kecil akan menimbulkan perubahan yang besar terhadap permintaan.

Presentasi pendapatan yang dibelanjakan

Besarnya bagian dari pendapatan yang digunakan untuk membeli sesuatu barang dapat mempengaruhi elastisitas permintaan terhadap barang tersebut. Semakin besar bagian pendapatan yang diperlukan untuk membeli sesuatu barang, maka semakin elastis permintaan terhadap barang tersebut.

Jangka waktu analisis

Jangka waktu didalam permintaan terhadap suatu barang juga berpengaruh terhadap elastisitas. Makin lama jangka waktu dimana permintaan itu dianalisis, makin elastis sifat permintaan sesuatu barang.

(14)

2.2 Jasa

2.2.1 Pengertian Jasa

Jasa merupakan suatu kegiatan yang memiliki beberapa unsur ketakberwujudan (intangibility) yang berhubungan dengannya, yang melibatkan beberapa interaksi dengan konsumen atau dengan properti dalam kepemilikannya, dan tidak menghasilkan transfer kepemilikan. Perubahan kondisi mungkin saja terjadi dan produksi jasa bisa saja berhubungan atau bisa pula tidak berkaitan dengan produk fisik. (Adrian Payne, 2000:8).

Unsur penting yang terdapat pada pengertian diatas adalah bahwa jasa merupakan produk yang tidak kentara atau bukan suatu produksi. Apabila kita mempertukarkan uang dengan sesuatu yang tidak berwujud berarti kita telah membeli jasa. Dalam kaitannya dalam membeli jasa biasanya kita diberi dengan sesuatu kentara seperti karcis, tiket, polis dan sebagainya. Apabila membeli karcis, hal ini yang diartikan bahwa kita membeli karcis tersebut, tetapi itu adalah sebagai bukti bahwa kepadanya akan diberi suatu hiburan yang bersifat tontonan, misal film, pertandingan olahraga. Demikian pula dengan asuransi, yang berarti kita membeli asuransi atau pertanggungan.

Jasa dapat diklasifikasikan atas 4 yaitu:

a. Jasa diarahkan kepada badan manusia, jasa yang diberikan merupakan tindakan nyata yang diarahkan konsumen. Tindakan ini dapat diarahkan kepada badan

(15)

manusia, seperti: perawatan kesehatan, transportasi penumpang, salon kecantikan, klinik olahraga, restoran, pemotongan rambut, dan lain-lain.

b. Jasa dituju kepada barang dan kepemilikan fisik yang lain. Tindakan nyata yang diarahkan kepada barang atau sesuatu yang dimiliki konsumen, seperti: pengantaran barang dengan pesawat, perbaikan dan pemeliharaan, peralatan industri, jasa penjagaan (gudang, rumah) laundry dan dry cleaning, pertamanan, dan lain-lain.

c. Jasa diarahkan kepada mental manusia. Tindakan tidak nyata yang diarahkan kepada intelektualitas konsumen, seperti: pendidikan, penyiaran, jasa, informasi, teater, dan lain-lain.

d. Jasa diarahkan kepada intangibel. Tindakan tidak nyata dilakukan terhadap aset intangibel konsumen, seperti: asuransi, investasi di bank, jasa hukum, dan lain-lain. (Yazid, 1999:37).

Empat karakteristik yang paling sering dijumpai dalam jasa adalah sebagai berikut:

1. Intangibel (tidak berwujud)

Suatu jasa mempunyai sifat tidak berwujud, tidak dapat dirasakan dan dinikmati sebelum dibeli oleh konsumen.

(16)

Pada umumnya jasa yang diproduksi (dihasilkan) dan dirasakan pada waktu bersamaan dan apabila dikehendaki oleh seseorang untuk diserahkan pada pihak lainnya, maka dia akan tetap merupakan bagian dari jasa tersebut.

3. Heterogenitas (bervariasi)

Jasa senantiasa mengalami perubahan, tergantung dari siapa penyedia jasa, penerima jasa dan kondisi dimana jasa tersebut diberikan.

4. Perish ability (tidak tahan lama)

Jasa tidak mungkin disimpan dalam persediaan. (Adrian Payne, 2000:9).

2.2.2 Macam-Macam Jasa

Berkaitan dengan macam jasa, jasa dapat dibagi dalam dua kelompok (Adrian Payne, 2000:13), yaitu:

1. Jasa untuk konsumen

Sebagai jasa yang dimanfaatkan oleh rumah tangga dan pribadi sesuai dengan kemampuan rumah tangga

2. Jasa untuk produsen

Sebagai jasa yang dimanfaatkan oleh organisasi industri atau lembaga.

Jasa untuk konsumen digambarkan sebagai pengeluaran oleh orang perorang dan bukan organisasi, yang tidak mengakibatkan adanya kepemilikan barang. Antara lain menyangkut perawatan pribadi, kesejahteraan (asuransi perumahan), hiburan dan transport.

(17)

Jasa untuk produsen dapat dikategorikan menjadi:

1. Jasa peralatan, yaitu semua pelayanan jasa yang ada kaitannya dengan instalasi, penyelenggaraan perawatan dan perbaikan pabrik, alat pelengkap dan alat operasi, berkas dan perabotan.

2. Jasa pemberian kemudahan, yaitu semua pelayanan jasa untuk menyediakan sarana operasi dan organisasi yang produktif termasuk pengadaan uang, penyimpanan, pengangkutan, promosi dan asuransi.

3. Jasa berupa nasehat dan konsultasi, yaitu semua pelayanan jasa dengan menyampaikan keahlian dan kecakapan khusus maupun umum termasuk penasehat penggunaan dan pencarian sumber-sumber daya, riset, pendidikan, organisasi dan pemasaran.

Klasifikasi jasa menggunakan sejumlah besar faktor seperti:  Jenis jasa

 Tipe penjual  Tipe pembeli

 Karakteristik permintaan

 Jasa sewaan versus milik sendiri

 Tingkat ketidak-berwujudan (intangibility)  Motivasi pembelian

 Berbasis peralatan versus berbasis manusia  Jumlah kontak pelanggan

(18)

 Permintaan layanan pengantaran  Tingkat penyesuaian (customization)  Tingkat intensitas pekerja

(Adrian Payne, 2000:13).

2.3 Air Minum

2.3.1 Pengertian Air Minum

Air adalah zat yang sangat dibutuhkan oleh semua makhluk hidup termasuk manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Manfaat air bagi kehidupan manusia sangat bervariasi, antara lain untuk kebutuhan air minum, mandi, mencuci dan memasak. Selain itu manusia juga mengandalkan air untuk keperluan pertanian, inudstri dan sebagai pembangkit tenaga listrik. Oleh karena itu, penyediaan air merupakan salah satu kebutuhan utama bagi manusia untuk kelangsungan hidupnya dan menjadi faktor penentu dalam peningkatan kesehatan dan kesejahteraan manusia. Air pada umumnya mengandung suspensi dan mineral tertentu. Dalam konteks ini, air minum adalah air bersih yang memenuhi persyaratan-persyaratan kesehatan yang telah ditentukan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Air minum adalah air bersih yang harus terlebih dahulu mengalami proses produksi atau pengolahan sebelum disalurkan pada masyarakat. Proses produksi adalah proses mencipatakan suatu output dengan menggunakan input-input yang

(19)

memiliki kegunaan dalam memenuhi kebutuhan manusia. Proses produksi ini tidak mencakup barang yang nyata saja, tetapi juga barang yang tidak nyata (jasa).

Sebelum Perang Dunia ke-II, kota-kota di Indonesia untuk keperluan air minumnya diambil dari mata air dan belum banyak dilakukan pengolahan air sungai. Tetapi, karena penduduk terus bertambah dan kota-kota semakin berkembang pula dan sumber air semakin terbatas, sedangkan kebutuhan air terus meningkat, maka pemerintah harus mengusahakan mencari sumber-sumber air lainnya yang dapat digunakan sebagai sumber air baru untuk air minum.

Macam-macam sumber air ini dapat dibedakan dari sumber asalnya, misalnya (Victor, 2006:5):

1. Air hujan, embun ataupun salju.

2. Air permukaan tanah, dapat berupa air yang tergenang atau air yang mengalir seperti sungai, danau dan laut.

3. Air dalam tanah, yaitu air permukaan tanah yang meresap ke dalam tanah. Ditinjau dari sudut kesehatan, ketiga macam air ini tidaklah selalu memenuhi syarat kesehatan, karena ketiga-tiganya mempunyai kemungkinan untuk tercemar. Penggunaan sumber air minum dalam pemenuhan kebutuhan air minum harus didasarkan pada standar kualitas dari sumber air minum tersebut, sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan.

(20)

2.3.2 Air sebagai Barang Publik

Barang Publik (public goods) secara umum dapat didefinisikan sebagai barang dimana jika diproduksi, produsen tidak memiliki kemampuan mengendalikan siapa yang berhak mendapatkannya. (Akhmad Fauzi, 2006:18)

Masalah dalam barang publik timbul karena produsen tidak dapat meminta konsumen untuk membayar atas konsumsi barang tersebut. Sebaliknya disisi konsumen, mereka tahu bahwa sekali diproduksi, produsen tidak memiliki kendali sama sekali siapa yang mengkonsumsinya.

Ada dua ciri utama dari barang publik, pertama, barang ini merupakan konsumsi umum yang dicirikan oleh penawaran gabungan (joint supply) dan tidak bersaing dalam konsumsinya (non-rivalry in consumption). Ciri kedua adalah tidak eksklusif (non-exclusion) dalam pengertian bahwa penawaran tidak hanya diperuntukkan untuk seseorang dan mengabaikan yang lainnya. Barang publik yang berkaitan dengan lingkungan meliputi udara segar, pemandangan yang indah, rekreasi, air bersih, hidup yang nyaman dan sejenisnya.

Satu-satunya mekanisme yang membedakannya adalah dengan menetapkan harga (nilai moneter) terhadap barang publik tersebut sehingga menjadi barang privat (dagang) sehingga keuntungan diperoleh dari harga itu bisa dipakai untuk mengendalikan atau memperbaiki kualitas lingkungan itu sendiri. Namun demikian, dalam menetapkan harga ini menjadi masalah tersendiri dalam analisa ekonomi lingkungan. Karena ciri-ciri diatas, barang publik tidak diperjualbelikan sehingga

(21)

tidak mempunyai harga, sehingga barang publik dimanfaatkan berlebihan dan tidak mempunyai insentif untuk melestarikannya. Masyarakat atau konsumen cenderung acuh tak acuh untuk menentukan harga sesungguhnya dari barang publik ini. Kondisi ini akan mendorong sebagian masyarakat sebagai ”free rider”. Sebagai contoh, jika si A mengetahui bahwa barang tersebut akan disediakan oleh si B, maka si A tidak mau membayar untuk penyediaan barang tersebut dengan harapan bahwa barang itu akan disediakan oleh si B. Jika akhirnya si B berkeputusan untuk menyediakan barang tersebut, maka si A bisa ikut menikmatinya, karena tidak seorang pun yang bisa menghalanginya untuk mengkonsumsi barang tersebut, karena sifat barang publik yang tidak eksklusif dan merupakan konsumsi umum. Keadaan seperti ini akhirnya cenderung mengakibatkan berkurangnya insentif atau rangsangan untuk memberikan kontribusi terhadap penyediaan dan pengelolaan barang publik. Kalaupun ada kontribusi, maka sumbangan itu tidaklah cukup besar untuk membiayai penyediaan barang publik yang efisien, karena masyarakat cenderung memberikan nilai yang lebih rendah dari yang seharusnya (under valued). (Akhmad Fauzi, 2006:18)

Dalam dunia perekonomian baru saat ini, ada empat kelompok utama dari subyek-subjek ekonomi, yaitu: rumah tangga, perusahaan yang menghasilkan barang dan jasa, pemerintah/negara dan subjek luar negeri. Masing-masing subjek ekonomi ini memiliki kegiatan-kegiatan yang umumnya bertujuan untuk memenuhi keinginan atau memberikan kepuasan bagi anggota-anggota dari subjek ekonomi tersebut.

(22)

Tujuan dari pembangunan ekonomi adalah mencapai tingkat kemakmuran yang lebih tinggi. Dalam mencapai tujuan tersebut pemerintah dapat ikut campur secara aktif maupun pasif. Dalam sistem perekonomian yang menganut paham liberalisme ataupun kapitalisme dalam bentuk yang murni, dikehendaki adanya kebebasan individu yang mutlak dan tidak membenarkan pengaturan ekonomi oleh pemerintah kecuali dalam hal-hal yang tidak dapat diatur sendiri oleh para individu. Menurut kaum Klasik terutama Adam Smith, pemerintah memiliki tiga fungsi, yaitu dalam bidang pertahanan nasional, keadilan sosial dan pekerjaan umum. Disamping itu kaum Klasik mengatakan bahwa yang penting bagi pemerintah adalah tidak mengerjakan aktivitas-aktivitas yang mungkin dapat dikerjakan oleh para individu, tetapi pemerintah hendaknya mengerjakan aktivitas-aktivitas yang sama sekali tidak/belum pernah dikerjakan oleh sektor swasta baik secara perorangan maupun secara bersama-sama.

John Stuart Mill mengatakan bahwa kehidupan perusahaan lebih baik dijalankan oleh sektor swasta yang memang sudah tertarik untuk mengusahakannya dan membiarkan usaha-usaha tersebut tanpa campur tangan pemerintah, hanya saja memang ada beberapa pengecualiannya. Namun dilain pihak dengan melihat adanya kekurangan dan bahaya yang ditimbulkan oleh sistem kapitalis, maka timbullah aliran/paham yang lain yaitu yang disebut dengan sistem sosialis. Dikatakan bahwa sistem kapitalis membawa kehidupan manusia ke arah kehancuran, karena kebebasan mutlak daripada inidividu akan menimbulkan banyak pertentangan kepentingan

(23)

diantara para individu itu sendiri. Pemerintahlah yang mengatur perencanaan dan penggunaan dari faktor-faktor produksi, melaksanakan kegiatan-kegiatan produksi dan mengatur distribusi barang-barang konsumsi, mengatur pendidikan serta kesehatan dan sebagainya.

Dalam perkembangan ekonomi bangsa-bangsa pada pertengahan abad ke-20, ternyata tidak ada lagi sistem-sistem ekstrim yang murni. Negara-negara yang semula menganut sistem kapitalis murni mulai memandang perlunya peranan pemerintah di dalam perekonomian, sedangkan negara-negara yang semula menganut sistem sosialis murni mulai memandang dan menghargai kepentingan-kepentingan dan inisiatif-inisiatif individu. Jadi jelasnya sistem ekonomi yang berlaku di dunia pada abad sekarang ini juga tidak ada yang murni lagi disebabkan karena telah dirasakannya kekurangan-kekurangan dari sistem-sistem ekstrim yang murni. Akibatnya, sering dikatakan bahwa sistem perekonomian yang ada disebahagian negara di dunia sekarang ini merupakan sistem perekonomian yang bersifat campuran.

Dari uraian-uraian diatas tampak bahwa pemerintah semakin perlu untuk ikut campur tangan dalam kegiatan-kegiatan ekonomi, karena mekanisme pasar yang dianut oleh sistem kapitalis yang murni memiliki beberapa kelemahan-kelemahan, maka dapat disimpulkan bahwa peranan pemerintah sangat diperlukan dalam perekonomian. Adapun peranan pemerintah itu dapat diklasifikasikan ke dalam tiga golongan besar (Guritno Mangkoesoebroto, 2003), yaitu:

(24)

1. Peranan Alokasi, yaitu peranan pemerintah dalam bidang alokasi adalah untuk mengusahakan agar alokasi sumber-sumber ekonomi dilaksanakan secara efisien. 2. Peranan Distribusi, yaitu peranan pemerintah sebagai alat distribusi pendapatan

atau kekayaan. Distribusi pendapatan tergantung dari pemilikan faktor-faktor produksi, permintaan dan penawaran faktor produksi serta kemampuan memperoleh pendapatan.

3. Peranan Stabilisasi, yaitu peranan pemerintah sebagai alat stabilisasi perekonomian. Perekonomian yang sepenuhnya diserahkan kepada sektor swasta akan sangat peka terhadap goncangan-goncangan keadaan yang akan menimbulkan pengangguran dan inflasi.

4. Peranan Dinamisatif, yaitu peranan pemerintah dalam mengendalikan perekonomian agar tetap berjalan lancar sesuai dengan target dan rencananya. Aparatur pemerintah harus dapat menjadi contoh gerak dinamis di dalam perekonomian suatu negara. Peranan dinamisatif ini sangat berguna dalam menggerakkan ketiga peranan pemerintah diatas yaitu peranan alokasi, distribusi dan stabilisasi.

2.3.3 Sifat-Sifat barang Publik

Sifat pokok dari barang publik adalah bahwa barang ini tidak dapat dimiliki seseorang/individu. Jadi, sekali sudah tersedia, maka barang-barang ini tersedia merata bagi semua orang. Akibatnya adalah bahwa manfaat barang publik yang

(25)

dirasakan oleh satu orang tidak mengurangi jumlah yang tersedia bagi orang lain dan oleh karena itu tidak perlu bagi seseorang untuk memilikinya agar dapat memanfaatkannya.

Disamping tidak dapat dimiliki seseorang/individu, barang-barang publik mempunyai dua sifat (Akhmad Fauzi, 2006:18), antara lain:

1. Non-Rivalry (tidak ada ketersaingan) atau non-divisible (tidak habis). Satu orang dapat meningkatkan kepuasannya dari barang ini tanpa menguarangi kepuasan orang lain. Dengan perkataan lain, biaya marginal yang diciptakan oleh satu orang konsumen tambahan dari barang ini adalah nol. Dilihat dari sudut pandangan tertentu, maka barang-barang publik tidak dikonsumsi dalam arti habis dipakai, tetapi barang-barang ini dinikmati.

2. Non-Excludable (tidak ada larangan). Artinya sulit untuk melarang pihak lain untuk mengkonsumsi barang yang sama. Contohnya adalah siaran TV atau Radio, di mana ketika program sudah disiarkan, maka setiap orang yang memiliki pesawat penerima berhak untuk menikmati program yang sama.

Dari uraian diatas, maka jelaslah bahwa pemerintah harus campur tangan dalam perekonomian untuk memperbaiki alokasi sumber-sumber ekonomi, karena sistem pasar tidak dapat melaksanakan alokasi sumber-sumber ekonomi secara efisien. Oleh karena itu, pemerintah harus melaksanakan salah satu peranannya, yaitu peranan alokasi sebab tidak semua barang dan jasa yang ada dapat disediakan oleh sektor swasta. Barang dan jasa yang tidak dapat disediakan oleh sistem pasar ini

(26)

disebut barang publik, yaitu barang yang tidak dapat disediakan melalui transaksi antara penjual dan pembeli.

2.3.4 Kelemahan-Kelemahan Kerangka Analisa Barang Publik

Masalah utama yang meliputi mekanisme penentuan harga barang publik, tentu saja adalah bagaimana mengetahui tingkat harga yang harus dikenakan kepada masing-masing anggota masyarakat. Masyarakat sendiri tidak memiliki insetif untuk memikirkan berapa banyak kontribusi yang mereka berikan untuk mengadakan suatu barang publik, karena mereka bisa menikmati dan memnafaatkannya secara cuma-cuma. Pemerintah bisa saja mengurangi inefisiensi pasar, namun akan sulit baginya untuk menciptakan alokasi sumber daya yang sempurna sehubungan dengan begitu terbatasnya informasi yang tersedia. Secara hipotesis, pemerintah memang bisa mengumpulkan pungutan dari masyarakat untuk digunakan membiayai pengadaan barang publik.

2.4 Perusahaan Daerah

2.4.1 Pengertian dan Tujuan Perusahaan

Konzt & Fulmer dalam buku mereka An Introduction to Business mengatakan ”Any person, group, company or government or agency who produces or sell products or services is a business”. Jadi menurut mereka, setiap orang atau kelompok

(27)

atau persekutuan, badan atau departemen, pemerintahan yang tujuannya adalah menghasilkan atau menjual barang atau jasa adalah suatu perusahaan (business).

Menurut S. Prajudi Admosudirdjo, niaga atau business adalah keseluruhan daripada aktivitas-aktivitas dan daya upaya yang kontiniu (secara terus-menerus) menuju ke profesionalisasi dan teratur melalui suatu organisasi berupa pengadaan dalam bentuk dan dengan cara bermacam-macam barang atau jasa atau fasilitas-fasilitas yang dapat dijual atau disesuaikan sedemikian rupa, sehingga diperoleh keuntungan yang bagi pengusaha merupakan pendapatan dan sekaligus alat pengukur daripada bonafiditas, efisiensi atau rentabilitas daripada usaha niaganya.

Menurut UU No 5 Tahun 1962 Pasal 2 Perusahaan Daerah adalah semua perusahaan yang didirikan berdasarkan Undang-Undang yang modalnya untuk seluruhnya atau untuk sebagian merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan, kecuali jika ditentukan lain dengan atau berdasarkan undang-undang.

Istilah Perusahaan dan Badan Usaha sering dipakai untuk maksud yang sama. Sebenarnya kedua istilah tersebut tidaklah sama benar. Badan Usaha adalah perusahaan yang tujuan utamanya memperoleh laba yang semaksimal mungkin. Perusahaan adalah tidak ditujukan hanya untuk memperoleh laba maksimal, tetapi ada tujuan lain yang menjadi tujuan utamanya, yaitu melayani kepentingan masyarakat.

(28)

2.4.2 Pengertian dan Tujuan Perusahaan Daerah

Perusahaan Daerah adalah badan hukum yang kedudukannya sebagai badan hukum diperoleh dengan berlakunya Peraturan Daerah. Perusahaan Daerah suatu kesatuan produksi yang bersifat:

a. memberi jasa,

b. menyelenggarakan kemanfaatan umum, dan c. memupuk pendapatan.

Tujuan Perusahaan Daerah ialah untuk turut serta melaksanakan pembangunan daerah khususnya dan pembangunan ekonomi nasional umumnya dalam rangka ekonomi terpimpin untuk memenuhi kebutuhan rakyat dengan mengutamakan industrialisasi dan ketentraman serta kesenangan kerja dalam perusahaan, menuju masyarakat yang adil dan makmur.

2.5 Penduduk dan Dampak Lingkungan

Aktivitas ekonomi yang memanfaatkan sumber daya yang terbatas mempunyai efek yang positif maupun negatif terhadap lingkungan. Proses degradasi lingkungan akibat dari efek negatif dari kegiatan ekonomi tersebut disebabkan karena pembangunan selama ini belum mengintegrasikan aspek pelestarian SDA dalam proses pembangunan ekonomi. Masalah-masalah lingkungan menjadi semakin menonjol dari waktu ke waktu. Berbagai ragam masalah lingkungan terjadi hampir di seluruh bidang pembangunan ekonomi sebagai akibat dari eksploitasi sumber daya

(29)

yang berlebihan atau dengan metode yang tidak sustainable (sustainable exploitation).

Besarnya jumlah penduduk mempunyai makna ganda. Pertama, besarnya penduduk yang disertai dengan kualitas yang memadai menunjukkan besarnya sumber daya manusia yang merupakan potensi bagi pembangunan ekonomi. Kedua, jika penduduk itu karena komposisinya (banyak penduduk yang tidak produktif) dan kualitasnya rendah, maka akan menjadi beban pembangunan dan bisa berdampak negatif terhadap kondisi sosial ekonomi dan lingkungan.

Persoalan penduduk bisa berdampak setempat (wilayah atau negara tertentu) tapi juga berdampak global. Penduduk yang besar pada suatu negara tertentu membawa persoalan yang serius bagi dunia terutama masalah penyediaan bahan makanan dan pendistribusiannya dan sumber daya lingkungan. Pada masalah global misalnya, bisa terjadi dalam dua hal:

 Ketidakcukupan sumberdaya untuk mensuplai kebutuhan makanan dunia.

 Distribusi sumberdaya dan kekayaan yang tidak merata, ada negara-negara yang berlebihan sumberdaya dan kekayaan, dan ada yang tidak berkecukupan atau belum dikelola, maka faktor distribusi yang tidak adil dan merata itu, menjadi masalah global. Sumberdaya tertentu sangat berlebihan di suatu tempat, tetapi sangat kekurangan di tempat lain.

Faktor penduduk mengambil peranan penting dalam proses degradasi lingkungan (environmental degradation). Besarnya penawaran dan permintaan akan

(30)

barang-barang dan jasa-jasa dipengaruhi oleh jumlah penduduk dan standar hidupnya. Oleh karena itu, meningkatnya jumlah penduduk dan tingkat kesejahteraan masyarakat menyebabkan permintaan akan sumber daya perkapita meningkat dan degradasi lingkungan perkapita juga meningkat. Pada saat kemampuan negara untuk membiayai pembangunan serta pengelolaan sumber daya terbatas, maka pertumbuhan penduduk harus dikendalikan, misalnya dengan Keluarga Berencana (family planning). Jika ini tidak dilakukan, maka degradasi lingkungan tidak bisa dihindari. Demikian pula, dengan meningkatnya kesejahteraan dan daya beli masyarakat, maka permintaan akan barang dan jasa juga meningkat yang mengakibatkan pula peningkatan permintaan akan sumber daya yang akhirnya mengakibatkan degradasi lingkungan.

Miler (1990) menggambarkan pola keterkaitan antara penduduk dan dampak lingkungan adalah sebagai berikut:

Keterangan:

DP = Dampak

P = Jumlah penduduk

SDP = Jumlah unit sumberdaya yang digunakan perkapita

DLP = Degradasi lingkungan dan polusi per unit sumberdaya yang digunakan DP = P x SDP x DLP

(31)

Pertumbuhan penduduk yang tinggi mendorong terjadinya dampak lingkungan yang serius, apalagi hal itu tidak diikuti dengan pembangunan ekonomi dan perkembangan teknologi yang memungkinkan penggunaan dan alokasi sumber daya yang efisien. Sementara itu, pertumbuhan penduduk yang tinggi ini terjadi justru di negara-negara miskin seperti di Asia dan sebagian besar Afrika dimana pengelolaan sumber daya belum dilakukan dengan sepenuhnya termasuk sumber daya air. Di negara-negara maju seperti Eropa dan Amerika, justru tingkat kelahiran sangat rendah dan bahkan minus. Tingginya tingkat kelahiran di satu pihak dan terbatasnya pengelolaan sumber daya ekonomi, atau belum berkembangnya sektor industri dan ekonomi yang baik mengakibatkan efek yang besar terhadap lingkungan. Ketergantungan yang besar terhadap sektor primer seperti pertanian dan pertambangan, juga mengakibatkan degradasi lingkungan yang parah pada sektor-sektor tersebut. Masalah lingkungan juga berkaitan dengan sanitasi yang kurang kepadatan penduduk dan faktor-faktor sosial ekonomi.

Kalau diamati secara seksama, akan terlihat bahwa masalah-masalah lingkungan yang menonjol anatara negara yang berkembang dengan negara-negara maju mempunyai karakteristik yang berbeda. Pada negara-negara yang berkembang, dampak lingkungan banyak terdapat pada aktivitas ekonomi pada sektor primer (pertanian dan pertambangan) seperti misalnya masalah erosi, penggundulan hutan (deforestasi) dan lain-lain. Sedangkan di negara-negara maju, masalah-masalah lingkungan bertumpu pada masalah lingkungan yang berkaitan dengan sektor

(32)

sekunder (industri) dan tersier (jasa). Polusi industri dan dampak pariwisata adalah dua dari beberapa kasus lingkungan yang dihadapi negara-negara maju, walaupun pada kasus-kasus lingkungan tertentu sudah menjadi masalah global.

Kajian yang menarik tentang pengaruh penduduk terhadap lingkungan bisa ditinjau dari berbagai aspek. Misalnya bagaimana efek dari struktur umur penduduk terhadap kesempatan kerja dan perekonomian nasional. Di negara-negara berkembang yang tingkat pertumbuhan penduduk tinggi yang lazimnya menghadapi persoalan struktur umur muda (piramida-kerucut), sedangkan di negara maju yang tingkat pertumbuhan penduduk yang rendah adalah persoalan manula (piramida terbalik). Dampak usia muda, dampak manula serta dampak jumlah wanita subur merupakan isu-isu menarik dalam kaitan antara penduduk dan kerusakan lingkungan.

2.6 Riset Terdahulu

Tabel 2.2 Riset Terdahulu Nama/

Judul Masalah Hipotesis Analisis Kesimpulan

Lia Plamonia / Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruh i Permintaan Air Minum pada PDAM Tirtasari Apakah jumlah penduduk, tingkat pendapatan perkapita dan tarif air minum berpengaruh pada besarnya permintaan air minum pada Jumlah penduduk, tingkat pendapatan perkapita dan tarif air memberikan pengaruh positif terhadap jumlah permintaan air minum pada PDAM Tirtasari

Model yang digunakan adalah model analisis regresi berganda. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh variabel bebas (jumlah penduduk, tingkat pendapatan dan tarif air) terhadap variabel terikat (jumlah Bahwa pendapatan konsumen merupakan faktor yang paling mempengaruh i permintaan terhadap air per rumah

(33)

2.7 Kerangka Konseptual

Pada penulisan skripsi ini, penulis menjelaskan variabel-variabel yang saling mempengaruhi dalam bentuk kerangka konseptual.

Dalam konsep ini pemakaian air rumah tangga merupakan variabel Y yang disebut sebagai variabel dependent atau variabel terikat. Tingkat pendapatan sebagai variabel X1, jumlah tanggungan keluarga sebagai variabel X2, rata-rata cuci mobil per

bulan sebagai variabel X3, luas lantai rumah sebagai variabel X4, luas pekarangan

sebagai variabel X5, jumlah kran air sebagai variabel X6, yang keenam variabel ini

(X1,X2,X3,X4,X5,X6) merupakan variabel independent atau variabel bebas.

Dimana variabel independent atau variabel bebas (X1,X2,X3,X4,X5,X6)

(34)

Gambar 2.7 Kerangka Konseptual Keterangan:

Bahwa dari kerangka konseptual ini, kita dapat melihat dan mengetahui bahwa variabel independent (X1,X2,X3,X4,X5,X6) mempengaruhi variabel dependent

atau variabel terikat (Y). Luas Pekarangan Jumlah Kran Air Luas Lantai Rumah Rata-Rata Cuci Kendaraan per Bulan Jumlah Tanggungan Keluarga Tingkat Pendapatan Penggunaan Air PDAM

(35)

2.8 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara dari permasalahan yang kebenarannya harus diuji. Berdasarkan rumusan masalah diatas maka hipotesa dapat dirumuskan sebagai berikut:

Tingkat Pendapatan, Jumlah Tanggungan Keluarga, Rata-Rata Cuci Kendaraan per Bulan, Luas Lantai Rumah, Luas Pekarangan dan Jumlah Kran Air berpengaruh terhadap jumlah pemakaian air rumah tangga di Kelurahan Bunga Tanjung Kecamatan Datuk Bandar PDAM Tirta Kualo Tanjung Balai.

Gambar

Tabel 2.2  Riset Terdahulu  Nama/
Gambar 2.7  Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa desain dimensi jendela pada semua type tidak ada yang memenuhi standar pencahayaan alami, baik diambil dari pencahayaan

Metode plot pada transek yang diletakkan secara acak menghasilkan estimasi kepadatan kelompok kotoran rusa dengan presisi baik (CVs &lt;16%), akan tetapi tidak begitu baik

Keruntuhan tekan (“over reinforced”), jenis keruntuhan ini terjadi pada balok denga resiko tulangan besar (jumlah tulangan banyak), sehingga pada saat beban yang

semakin kuat dan bertahan lama karena hubungan timbal balik yang menguntungkan dan memenuhi unsur keadilan ( fairness ); (2) adanya mekanisme kontrol, dimana sanksi

Dengan demikian, permohonan cerai talak telah memenuhi alasan perceraian sesuai dalam pasal 19 huruf (f) PP jo. Sedangkan dalam pemberian nafkah akibat cerai talak

Bank sentral Eropa (ECB) sudah melakukan pembelian surat berharga (obligasi) sebesar EUR60miliar per bulan sejak Maret 2015 dan mempertahankan suku bunga deposito

Sebagai implementasi dari Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang mewajibkan setiap satuan kerja perangkat daerah

Utang terdiri atas utang jangka pendek (utang lancar) dan utang jangka panjang (utang tak lancar).Utang jangka pendek adalah utnag yang berjangka waktu kurang dari satu