• Tidak ada hasil yang ditemukan

Telaah Buku. Judul Buku : The Da Vinci Hoax Penulis : Carl E. Olson dan Sandra Miesel Penerbit : Ignatius Press, 2004 Tebal : 329 hlm.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Telaah Buku. Judul Buku : The Da Vinci Hoax Penulis : Carl E. Olson dan Sandra Miesel Penerbit : Ignatius Press, 2004 Tebal : 329 hlm."

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Pada mulanya adalah novel thriller berjudul The Da Vinci Code (TDVC) yang laris bak cendawan di musim hujan. Dalam sejarah penerbitan, TDVC menjadi kekecualian. Sejak terbit di bulan April 2003 di Amerika Serikat (AS), TDVC langsung menangguk sukses. Berbagai koran dan majalah terkemuka mengulas dan ikut berperan menghebohkan TDVC. Dalam waktu singkat TDVC menduduki peringkat tertinggi dalam daftar buku-buku best seller. Situs pengarang dan distributornya dibanjiri email yang memuji-muji TDVC. Banyak pembaca dan kritikus menyukai novel ini. Pada awal Mei 2004, TDVC masuk dalam daftar buku laris The New York Times selama enam puluh minggu, selalu menempati peringkat pertama atau kedua, dan dicetak hampir tujuh juta eksemplar. Diterjemahkan ke lebih dari empat puluh bahasa. Edisi Indonesianya –yang terjemahannya berkenaan istilah teologi kristiani dan filsafat sering tidak tepat- mengekor sukses edisi aslinya: dicetak lebih dari dua belas kali dalam kurun kurang dari setahun. Pengarangnya, Dan Brown, menjadi amat terkenal. Dalam wawancara-wawancara di mass media dan teve, Brown bersikukuh bahwa novelnya akurat secara historis dan berdasarkan fakta. Tak hanya sukses gemilang dan popularitas telah diraih Dan Brown dengan TDVC-nya. Banyak pembaca TDVC memercayai isinya sebagai kebenaran.

Kemudian ada Carl E. Olson dan Sandra Miesel. Carl adalah seorang editor dan penulis. Sandra adalah seorang master sejarah abad pertengahan dan jurnalis yang telah menulis ratusan esai dan artikel di bidang sejarah, seni, dan hagiografi (riwayat hidup dan legenda para orang suci). Mereka berdua adalah orang-orang katolik yang meyakini dan menganggap serius iman mereka. Mereka melihat fakta antusiasme berlebihan yang mengiringi popularitas TDVC. Sesudah membaca TDVC, Carl dan Sandra menilai bahwa TDVC bukanlah novel biasa. TDVC bukan sekadar buku fiksi, novel thriller atau buku hiburan peringkat atas. TDVC telah dengan sengaja menyerang kristianitas: Allah, Yesus, Alkitab, Maria Magdalena, sejarah kristianitas, agama, dan kodrat kebenaran. Secara pribadi sebenarnya Carl dan Sandra merasa sakit dan jengkel juga membaca TDVC yang mendiskreditkan pokok-pokok iman mereka. Meski demikian, Carl dan

Telaah Buku

Judul Buku : The Da Vinci Hoax

Penulis : Carl E. Olson dan Sandra Miesel Penerbit : Ignatius Press, 2004

(2)

Sandra tidak menyensor atau membuat tuntutan pada Dan Brown. Apalagi menggalang massa untuk beramai-ramai mendatangi kantor penerbitnya atau rumah pengarangnya atau Kantor Pemerintah, lalu memaksa dengan ancaman fisik agar TDVC ditarik dan pengarang maupun penerbitnya meminta maaf kepada (umat) gereja katolik. Sebagai penulis profesional mereka sepakat membuat buku sebagai tanggapan. Mengandalkan pengetahuan dan sumber-sumber ilmiah baik kristiani maupun non-kristiani, Carl dan Sandra melakukan penelitian secara saksama. Diperkaya data virtual yang ada di internet dan terdorong oleh keyakinan menjunjung tinggi kebenaran, jadilah The Da Vinci Hoax (TDVH) ini. Dengan seratus empat belas buku referensi, Carl dan Sandra menyuguhi pembaca sajian bermutu dalam bahasa yang mudah dicerna dan enak dibaca.

Pada intinya TDVH menguliti TDVC secara sistematis. TDVH me-ngupas tuntas kesalahan dan kebohongan, kejanggalan dan sensasi TDVC. TDVH menunjukkan pula propaganda-propaganda di balik TDVC dan wawancara-wawancara Brown. TDVH ditulis dengan tujuan untuk menjawab berbagai pertanyaan yang seolah tidak ada habisnya sehubungan dengan TDVC. Pertanyaan itu, antara lain: Benarkah Yesus menikah dengan Maria Magdalena dan mempunyai anak? Benarkah gereja sengaja me-nutup-nutupi kebenaran ini dengan kekerasan? Benarkah TDVC berisi sejarah kristianitas yang sesungguhnya? Apakah tulisan-tulisan gnostik harus dimasukkan dalam Alkitab? Apa kata tulisan-tulisan gnostik itu tentang Yesus? Bagaimana dengan sejumlah pernyataan dalam TDVC mengenai Leonardo da Vinci, Ksatria Templar, Priory of Sion, atau konspirasi Vatikan? Aneka pertanyaan yang tidak main-main karena berkaitan dengan hidup beriman orang kristiani. TDVH menjawab semua itu dengan argumentasi rinci yang meyakinkan.

Buku berisi sepuluh bab yang cukup banyak memuat istilah teologi dan filsafat ini diawali Pendahuluan terdiri atas tiga tulisan. Pertama, Sambutan dari kardinal Francis George OMI, Uskup Agung Chicago. Tulisan ini mempertegas bahwa isi TDVH tidak hanya serius dan penting. Tetapi juga berperspektif katolik. Kedua, Pengantar dari seorang profesor sejarah yang menilai TDVH sebagai buku yang cermat dengan uraian memikat. Dan ketiga, uraian pendahuluan dari Carl dan Sandra sendiri. Bab 1 membahas gnostisisme sebagai “agama TDVC”. Bab 2 tentang Maria Magdalena. Bab 3 mengenai Kristus dan TDVC. Bab 4 mengulas Konstantinus, Paganisme, dan Nikea. Bab 5 mengisahkan The Holy Grail. Bab 6 dan 7 menguraikan Templar Sejati dan mitosnya. Bab 8 tentang Priory of Sion. Bab 9 dan 10 menjabarkan kesalahan TDVC dari sudut pandang artistik dan kesalahan lain, serta suatu pertimbangan akhir.

Dalam bagian Pendahuluan, Carl dan Sandra menguraikan secara ringkas agenda Brown dan tujuan TDVC, penyebab kerancuan, lima masalah utama TDVC, dan bagaimana mengartikan kesuksesan TDVC.

(3)

Agenda Brown adalah mempromosikan pemikiran feminis mengenai Allah sembari menyatakan bahwa seluruh keyakinan kristiani tradisional itu keliru. Brown rupanya begitu terobsesi pemikiran feminis radikal mengenai ”sacred feminine” dan pemujaan kuno terhadap dewi. Tema utama TDVC adalah seruan dipulihkannya “sacred feminine” dan dihidupkannya kembali pemujaan terhadap para dewi. Brown yang terus-menerus mem-pertanyakan otoritas gereja katolik, menonjolkan pula sikap relativistis terhadap agama dan kebenaran sejarah. Sukses luar biasa TDVC menimbulkan bermacam-macam pertanyaan pelik di kalangan orang kristiani. Mereka mempertanyakan penafsiran Brown tentang sejarah kristianitas awali dan teologi. Klaim “FAKTA” di halaman pembuka TDVC yang menyatakan “Semua deskripsi karya seni, arsitektur, dokumen, serta ritus rahasia dalam novel ini adalah akurat” berhasil mengacaukan keyakinan orang kristiani. TDVC terbukti ampuh untuk menyerang ajaran kristiani dan menggerogoti iman orang-orang yang tidak mengetahui cara yang tepat menangkis serangan dan tuduhan. Buku TDVH ini menunjukkan lima masalah utama TDVC: Klaim Brown bahwa isi TDVC berdasarkan fakta dan akurat secara historis adalah salah; pemaparan Brown tentang orang, tempat, dan kejadian seringkali keliru; TDVC mempropagandakan neo-gnostisisme dan feminisme radikal; TDVC mempropagandakan sikap indiferen dan relativistis terhadap kebenaran dan agama; TDVC keliru menerangkan pokok-pokok iman kristiani. Bagaimana mengartikan fenomena kesuksesan TDVC yang terbukti diminati dan memengaruhi banyak orang? Tidak mudah memang. Faktor-faktor penyebabnya tidak-lah tunggal dan sederhana. Semuanya saling kait-mengait. Menurut Carl dan Sandra, facktor-faktor itu di antaranya adalah gnostisisme, daya tarik individualisme dan empirisme, relativisme, minat terhadap new age, perilaku neo-gnostik, feminisme radikal, serta pengetahuan yang kurang tentang sejarah.

Gnostisisme yang menjadi aspek terpenting TDVC dijabarkan agak panjang lebar dan ditekankan TDVH. Gnostisisme berasal dari kata Yunani gnosis yang menyiratkan pengetahuan khusus yang dimiliki oleh segelintir orang elite. Novel Brown menjanjikan pengetahuan tersembunyi dan pandangan alternatif tentang sejarah dan realitas. Usai membaca TDVC, seolah-olah pembaca dituntun masuk ke dunia kristiani sejati yang tersembunyi, yang selama ini sengaja ditutup-tutupi oleh gereja. Gnostisisme sendiri sebenarnya agak sulit didefinisikan. Sifatnya yang sinkretis mencampuradukkan banyak pengetahuan perihal spiritualitas. Gnostisisme adalah soal orang yang mencari Tuhan, bukan yang percaya kepada Tuhan. Menurut Elaine Pagels yang mempopulerkan gnostisisme beberapa dekade belakangan ini, ajaran kristiani terlalu kaku dan mengekang orang untuk menemukan sendiri antara kebaikan dengan kejahatan, kebenaran dengan kepalsuan. Yang selalu dijanjikan gnostisisme adalah kebebasan, realitas yang tersingkap, dan pencerahan. Gnostisisme

(4)

mempertanyakan dan menyerang otoritas, baik yang bersifat politis, sosial, maupun keagamaan. Dalam TDVC pembaca dapat dengan mudah menemukan kecurigaan yang kuat terhadap Tradisi, ketidakpercayaan pada otoritas dan berbagai ajaran iman kristiani. Gnostisisme ini sudah menjadi tantangan terbesar bagi iman kristiani pada abad kedua dan ke-tiga. Ajaran gnostisisme adalah dualisme radikal yang mempertentangkan Allah dan dunia, roh dan materi, jiwa dan tubuh, terang dan gelap, baik dan buruk, murni dan kotor. Penganut gnostisisme kuno percaya bahwa Allah yang sejati berada di luar dunia, di luar alam materi yang kotor dan buruk. Hanya melalui gnosis atau pengetahuan rahasia, manusia dapat menemukan Allah yang sesungguhnya. Manusia terpenjara dan ter-perangkap dalam alam ini. Dengan mempelajari diri yang sebenarnya dan cara yang tepat untuk melarikan diri, manusia dapat kembali ke rumah surgawi. Sifat individualistis, relativistis, dan sinkretis gnostisisme ini senantiasa menarik banyak orang. Bahkan mampu membuat manusia zaman ini untuk tidak lagi memercayai gereja, menganggap kristianitas itu anti-perempuan, dan berpandangan negatif terhadap segala bentuk otoritas. Gnostisisme juga populer di kalangan feminis modern karena salah satu konsepnya mengatakan bahwa Allah adalah Allah yang androgini, Allah sembahan yang merupakan keselarasan sempurna antara kefemininan dan kemaskulinan. Tidaklah mengherankan bila penganut gnostisisme mencela orang kristiani karena, menurut mereka, telah mem-buang “kefemininan” Allah. Harus diakui, daya tarik dari pengetahuan rahasia atau yang tersembunyi dan teknik-teknik elite yang menjanjikan pencerahan spiritualitas menjadikan gnostisisme diminati oleh pelbagai bangsa dan budaya. Mulai dari kaum Valentinian abad kedua sampai kaum Katar abad pertengahan di Prancis. Mulai pengikut Yosef Smith di Amerika pada abad kesembilan belas hingga pengikut new age modern. Secara gamblang Carl dan Olson memperlihatkan bahwa paham-paham gnostisisme dimunculkan Brown dalam perkataan para tokoh fiktif TDVC untuk menyerang ajaran kristiani. Gnostisisme ini, yang hiasan luarnya bisa berubah-ubah seiring waktu, akan terus hidup dan terus mengundang orang kepada kebebasan yang sesat.

Membaca TDVH, yang edisi Indonesianya diterbitkan Dioma dan hanya dalam dua bulan sudah dicetak ulang, orang akan segera tahu bahwa TDVH ini sesungguhnya berisi banyak uraian tentang pokok-pokok ajaran kristiani dan sejarahnya. Demikianlah. Persis seperti yang dijanjikan Carl dan Sandra pada awal buku ini. Carl dan Sandra yakin kebenaran itu ada. Dan kebenaran ini haruslah dijunjung tinggi secara beradab. Brown berhasil menikmati sukses bersama TDVC-nya yang kontroversial dan sensasional. Carl dan Sandra sukses membuat buku tandingan bermutu berdasarkan rasio yang kritis dan objektivitas tanpa sensasi.

(5)

Pada akhirnya perlu dicatat tiga hal. Pertama, haruslah ditekankan lagi fakta berikut. Bila sebuah novel, ada teolog menyebut TDVC sebagai picisan, mampu memikat banyak orang dan pihak, serta memengaruhi keyakinan pembacanya termasuk yang kristiani, ada apa dengan iman orang-orang kristiani? Mengapa novel murahan ditanggapi serius melebihi yang semestinya, bahkan sampai mengganggu iman? Adakah yang salah dengan pendidikan agama atau katekese? Ada baiknya pendapat se-orang pengarang berketurunan Yahudi, David Klinghoffer, disimak (f.n.24, p.32):

“Jika saya seorang kristiani, saya pikir saya akan sedikit terusik bahwa, ternyata, beberapa saudara kristiani memandang novel ini (TDVC –pen.) sebagai suatu ancaman bagi iman mereka. … ini menunjukkan ada ma-salah-masalah dalam pendidikan katolik. Bila para pendidik profesional telah melakukan pekerjaan mereka dengan baik, niscaya anak-anak sekolah menengah katolik akan mengetahui bahwa buku Brown ini seluruhnya keliru.” Kedua, di era globalisasi dan informasi ini kontekstualisasi pendidikan iman makin menemukan urgensinya. Di tengah aneka tawar-an isme-isme modern ytawar-ang menggoda dtawar-an budaya populer ytawar-ang pengaruh-nya menembusi batas-batas ruang dan waktu, cukupkah yang telah dikerjakan dengan penuh dedikasi dan iman segenap “pendidik agama?” Sudah memadaikah cara-cara pewartaan selama ini? Ketiga, apresiasi pantas diberikan pada kedua penulis TDVH. Iman, bakat menulis, profesionalitas, dan kerja keras mereka telah membuahkan sebuah buku apologetis yang berbobot. Mereka layak mendapat respek. Lebih-lebih karena Carl Olson dan Sandra Miesel bukan teolog.

J. Chrys Wardjoko Alumnus STFT Widya Sasana dan editor

Referensi

Dokumen terkait

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah membangun jaringan VoIP di kampus dengan menghubungkan VoIP server pada jaringan wireless LAN, menggunakan softphone

Untuk mengetahui output yang sesuai dari rangkaian ini dilakukan pengukuran dengan menyambungkan bagian input yang menggunakan 2 buah saklar SPST, bagian proses yang

Untuk variabel yang berpengaruh antara Bauran Pemasaran terhadap Kepuasaan adalah Product, People dan Process, sedangkan variabel yang berpengaruh antara Bauran

Contoh informasi yang sering muncul dalam rubrik ini adalah mengenai bahasan handphone baru seperti.. blackberry, Samsung,

Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat ( 2 ) pasal ini dilampaui, Kepala Daerah atau Pejabat tidak memberikan keputusan, permohonan pengembalian kelebihan

 Manage printers from local direct access or through network printer share;.  Windows 2000/2003/XP lets you manage printers through

In this paper, a family labor supply estimation method is proposed that allows for the estimation of a continuous hours model of family labor supply in the presence of taxes,

Rahim Selamat (1989), dalam pengajaran dan pembelajaran, gambar boleh digunakan bagi mengenal rupa bentuk dan ciri sesuatu benda. Janya juga boleh menjelaskan sesuatu