• Tidak ada hasil yang ditemukan

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 43 TAHUN 2007 TENTANG PERPUSTAKAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 43 TAHUN 2007 TENTANG PERPUSTAKAAN"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR  TAHUN

TENTANG

PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 43 TAHUN 2007 TENTANG PERPUSTAKAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6 ayat (2), Pasal 7 ayat (2), Pasal 11 ayat (3), Pasal 12 ayat (5), Pasal 47, Pasal 51 ayat (7), dan Pasal 52 ayat (2) Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4774)

3. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 43 TAHUN 2007 TENTANG PERPUSTAKAAN.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:

1. Standar adalah dokumen yang memuat ketentuan/kriteria minimal yang disusun melalui proses konsensus pemangku kepentingan dan disetujui oleh lembaga resmi yang telah diakui, yang memuat aturan, pedoman, atau karakteristik kegiatan atau hasil kegiatan untuk dipergunakan secara umum dan berulang-ulang dengan tujuan mencapai tingkat keteraturan yang optimum dalam kontek.

2. Standardisasi adalah proses merumuskan, menetapkan, menerapkan dan merevisi standar yang dilaksanakan secara tertib dan bekerjasama dengan semua pihak terkait.

(2)

3. Perumusan standar adalah rangkaian kegiatan pengembangan standar sejak dari pengumpulan dan pengolahan data untuk menyusun rancangan standar sampai tercapainya konsensus para pemangku kepentingan yang terkait.

4. Penetapan standar adalah kegiatan menetapkan standar oleh lembaga resmi/yang berwenang setelah rancangan standar yang bersangkutan memperoleh konsensus dari para pemangku kepentingan terkait.

5. Penerapan standar adalah kegiatan menggunakan standar tertentu oleh pemangku kepentingan terkait secara tertib dan konsisten .

6. Penilaian kesesuaian adalah rangkaian kegiatan evaluasi dan/atau pengujian kesesuaian suatu proses kegiatan dan/atau hasil kegiatan terhadap ketentuan atau persyaratan yang ditetapkan dalam standar terkait.

7. Akreditasi adalah rangkaian kegiatan proses pengakuan formal oleh lembaga akreditasi yang menyatakan bahwa suatu lembaga telah memenuhi persyaratan untuk melakukan kegiatan sertifikasi tertentu.

8. Sertifikasi adalah rangkaian kegiatan penerbitan sertifikat terhadap produk atau jasa atau proses kegiatan lembaga yang telah sesuai dan/atau memenuhi standar yang dipersyaratkan.

9. Standar Nasional Perpustakaan (SNPe) adalah standar yang diberlakukan secara nasional di wilayah Indonesia oleh Kepala Perpustakaan Nasional RI, yang digunakan sebagai acuan dalam penyelenggaraan, pengelolaan, proses, dan produk dari kegiatan perpustakaan.

10. Pemangku Kepentingan Perpustakaan adalah pihak-pihak yang terlibat dan terkait langsung atau memiliki kepentingan dengan kegiatan perpustakaan, yang meliputi penyelenggara, pelaksana, pemustaka, dan pihak-pihak pendukung dalam penyelenggaraan perpustakaan.

11. Penyelenggara perpustakaan adalah pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.

12. Standar Koleksi Perpustakaan adalah standar nasional perpustakaan yang berkaitan dengan kriteria minimal jenis koleksi perpustakaan, jumlah koleksi, pengembangan koleksi, pengolahan koleksi serta perawatan dan pelestarian koleksi.

13. Standar Sarana dan Prasarana adalah standar nasional perpustakaan yang berkaitan dengan kriteria minimal gedung, perabot dan peralatan perpustakaan. 14. Standar Pelayanan Perpustakaan adalah standar nasional perpustakaan yang

berkaitan dengan kriteria minimal pelayanan perpustakaan yang berorientasi pada kepentingan pemustaka.

15. Standar Tenaga Perpustakaan adalah standar nasional perpustakaan yang berkaitan dengan kriteria minimal kualifikasi akademik/kompetensi dan sertifikasi tenaga pustakawan.

16. Standar Penyelenggaraan adalah standar nasional perpustakaan yang berkaitan dengan kriteria minimal penyelenggaraan perpustakaan di berbagai jenis perpustakaan.

17. Standar Pengelolaan adalah standar nasional perpustakaan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan perpustakaan agar tercapai efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan perpustakaan.

(3)

18. Prasarana perpustakaan adalah fasilitas mendasar/penunjang utama terselenggaranya perpustakaan antara lain berupa lahan dan bangunan atau ruang perpustakaan.

19. Sarana perpustakaan adalah peralatan dan perabot yang diperlukan untuk mempermudah pelaksanaan tugas perpustakaan antara lain berupa peralatan ruang pengolahan, peralatan ruang koleksi, peralatan ruang pelayanan, peralatan akses informasi, dll.

20. Sertifikasi adalah proses penerbitan sertifikat dari lembaga sertifikasi bagi seseorang yang dinyatakan memiliki kompetensi di bidang perpustakaan.

21. Naskah kuno adalah semua dokumen tertulis yang tidak dicetak atau tidak diperbanyak dengan cara lain, baik yang berada di dalam negeri maupun di luar negeri yang berumur sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, dan yang mempunyai nilai penting bagi kebudayaan nasional, sejarah, dan ilmu pengetahuan. 22. Pendaftaran adalah suatu usaha pencatatan naskah kuno dalam rangka inventarisasi untuk kepentingan penyimpanan, perawatan, dan pelestarian, serta pemanfaatan.

23. Pelestarian naskah kuno adalah penyimpanan, perawatan, pemeliharaan, dan pemanfaatan naskah kuno.

24. Gerakan pembudayaan kegemaran membaca adalah suatu usaha nyata dan ketauladanan serta memicu masyarakat luas untuk berbuat sama dalam meningkatkan minat baca.

25. Penghargaan perpustakaan adalah penghargaan yang diberikan kepada perorangan, organisasi masyarakat, atau lembaga swadaya masyarakat yang menunjukkan kepeloporan dan memberikan sumbangsih pada pelestarian naskah kuno dan gerakan pembudayaan minat baca.

26. Dewan Perpustakaan Nasional adalah Lembaga Non Struktural yang dibentuk Pemerintah untuk menggali pemikiran dan pandangan dari pihak-pihak yang berkepentingan dengan perkembangan perpustakaan;

27. Dewan Perpustakaan Provinsi adalah Lembaga Non Struktural yang dibentuk gubernur untuk menggali pemikiran dan pandangan dari pihak-pihak yang berkepentingan dengan perkembangan perpustakaan.

28. Perpustakaan Nasional adalah Lembaga Pemerintah Non -Departemen (LPND) yang melaksanakan tugas pemerintahan bidang perpustakaan yang berfungsi sebagai perpustakaan pembina, perpustakaan rujukan, perpustakaan deposit, perpustakaan penelitian, perpustakaan pelestarian, dan koordinator silang layan antarperpustakaan pada tingkat nasional maupun internasional, serta berkedudukan di ibukota negara.

29. Perpustakaan Provinsi adalah perpustakaan daerah yang berfungsi sebagai perpustakaan pembina, perpustakaan rujukan, perpustakaan deposit, perpustakaan penelitian, perpustakaan pelestarian, dan koordinator silang layan antarperpustakaan pada tingkat daerah masing-masing yang berkedudukan di ibukota provinsi.

30. Masyarakat adalah setiap orang, kelompok orang, atau lembaga yang berdomisili pada suatu wilayah yang mempunyai perhatian dan peranan dalam bidang perpustakaan.

31. Pemerintah pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia

(4)

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

32. Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

33. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

34. Pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan. 35. Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan karya

rekam, secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka.

36. Menteri adalah Menteri yang membidangi pendidikan. Pasal 2

Lingkup peraturan pemerintah meliputi: a. Standar Nasional Perpustakaan;

b. Pendaftaran dan Penghargaan Naskah Kuno; c. Penyimpanan dan Penggunaan Koleksi Khusus; d. Penghargaan Pembudayaan Gemar Membaca; e. Pembentukan Dewan Perpustakaan; dan f. Sanksi Administratif.

BAB II

STANDAR NASIONAL PERPUSTAKAAN

Prinsip Standar Nasional Perpustakaan Pasal 3

Standar Nasional Perpustakaan dikembangkan dengan prinsip transparansi dan keterbukaan, konsensus dan tidak memihak, efektif dan relevan, koheren dan dimensi pengembangan.

Fungsi dan Tujuan Standar Nasional Perpustakaan Pasal 4

(1) Standar Nasional Perpustakaan berfungsi sebagai acuan penyelenggaraan, pengelolaan dan pengembangan perpustakaan.

(2) Standar Nasional Perpustakaan bertujuan menjamin mutu perpustakaan dalam rangka memberikan pelayanan kepada pemustaka, meningkatkan kegemaran membaca serta memperluas wawasan dan pengetahuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

(5)

Lingkup Standar Nasional Perpustakaan Pasal 5

Lingkup Standar Nasional Perpustakaan meliputi : a. standar koleksi perpustakaan;

b. standar sarana dan prasarana perpustakaan; c. standar pelayanan perpustakaan;

d. standar tenaga perpustakaan;

e. standar penyelenggaraan perpustakaan; dan f. standar pengelolaan.

Bagian Kesatu

Standar Koleksi Perpustakaan Pasal 6

Standar koleksi perpustakaan mencakup jenis, jumlah, pengembangan, pengolahan, perawatan, dan pelestarian koleksi.

Pasal 7

(1) Jenis koleksi perpustakaan berbentuk karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam.

(2) Jenis koleksi Perpustakaan Nasional sekurang-kurangnya terdiri atas fiksi, nonfiksi, referensi, terbitan berkala, peta, muatan lokal, naskah kuno, koleksi deposit, koleksi khusus, dan hasil penelitian.

(3) Jenis koleksi perpustakaan umum sekurang-kurangnya terdiri atas fiksi, nonfiksi, referensi, terbitan berkala, peta, alat peraga, muatan lokal, dan alat permainan. (4) Jenis koleksi perpustakaan sekolah/madrasah sekurang-kurangnya terdiri atas buku

teks pelajaran, fiksi, nonfiksi, referensi, terbitan berkala, peta, alat peraga/praktik, muatan lokal, dan alat permainan.

(5) Jenis koleksi perpustakaan perguruan tinggi sekurang-kurangnya terdiri atas fiksi, nonfiksi, referensi, terbitan berkala, peta, alat peraga/praktik, muatan lokal, dan hasil penelitian.

(6) Jenis koleksi perpustakaan khusus sekurang-kurangnya terdiri atas nonfiksi, referensi, terbitan berkala, peta, dan muatan lokal.

(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis koleksi bahan perpustakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (6) diatur dalam Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional.

Pasal 8

(1) Jumlah koleksi pada setiap perpustakaan umum dan perpustakaan khusus paling sedikit memiliki koleksi 1000 judul.

(2) Jumlah koleksi pada setiap perpustakaan sekolah/madrasah paling sedikit memiliki koleksi sesuai standar nasional pendidikan.

(6)

(3) Jumlah koleksi pada setiap perpustakaan perguruan tinggi paling sedikit memiliki koleksi 2500 judul.

(4) Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (3) perpustakaan harus memenuhi rasio kecukupan antara koleksi dan pemustaka. (5) Rasio kecukupan antara koleksi dan pemustaka sebagaimana dimaksud pada ayat

(4) untuk setiap jenis perpustakaan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional.

Pasal 9

(1) Perpustakaan mempunyai kebijakan pengembangan koleksi dan harus ditinjau sekurang-kurangnya setiap 3 (tiga) tahun.

(2) Kebijakan pengembangan koleksi sebagaimana dimaksud ayat (1) mencakup seleksi, pengadaan, pengolahan, dan penyiangan bahan perpustakaan.

(3) Kebijakan pengembangan koleksi disusun secara tertulis yang berfungsi sebagai pedoman dalam perencanaan dan pengembangan koleksi.

(4) Perpustakaan harus menambah koleksi perpustakaan per tahun di luar jenis dan/atau jumlah koleksi yang ada sesuai dengan kebutuhan pemustaka.

(5) Perpustakaan harus menyediakan koleksi untuk kelompok pemustaka khusus. (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengembangan koleksi sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional RI. Pasal 10

(1) Pengolahan bahan perpustakaan dilakukan dengan sistem yang baku.

(2) Pengolahan bahan perpustakaan memperhatikan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengolahan bahan perpustakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional RI.

Pasal 11

(1) Setiap perpustakaan harus melakukan perawatan koleksi perpustakaan secara berkala.

(2) Perawatan koleksi sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi penyimpanan dan konservasi.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai perawatan koleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional RI.

Pasal 12

(1) Perpustakaan Nasional dan Perpustakaan Umum Provinsi melakukan pelestarian koleksi deposit.

(2) Perpustakaan Umum Kabupaten/Kota melakukan pelestarian koleksi yang memuat budaya daerah.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelestarian koleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional RI.

(7)

Bagian Kedua

Standar Sarana dan Prasarana Pasal 13

(1) Setiap perpustakaan wajib memiliki sarana dan prasarana perpustakaan.

(2) Sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi aspek teknologi, ergonomik, konstruksi, lingkungan, efektifitas, efisiensi dan kecukupan.

(3) Penyediaan sarana dan prasarana mempertimbangkan kebutuhan pemustaka khusus.

Pasal 14

(1) Setiap perpustakaan wajib memiliki sarana penyimpanan koleksi, sarana akses informasi, dan sarana pelayanan perpustakaan.

(2) Sarana penyimpanan koleksi sekurang-kurangnya berupa perabot sesuai dengan bahan perpustakaan yang dimiliki.

(3) Sarana akses informasi sekurang-kurangnya berupa perabot, peralatan, perlengkapan sistem temu kembali bahan perpustakaan dan informasi.

(4) Sarana pelayanan perpustakaan sekurang-kurangnya berupa perabot dan peralatan sesuai dengan jenis pelayanan perpustakaan.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai sarana penyimpanan koleksi, sarana akses informasi, dan sarana pelayanan perpustakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sampai dengan ayat (4) diatur dengan Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional RI.

Pasal 15

(1) Perpustakaan yang telah memiliki sarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 dapat melengkapi sarana teknologi informasi dan komunikasi untuk:

a. pengelolaan koleksi;

b. penyelenggaraan pelayanan; c. pengembangan perpustakaan; dan d. kerja sama perpustakaan;

(2) Sarana teknologi informasi dan komunikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan perkembangan dan kemajuan teknologi.

Pasal 16

(1) Setiap perpustakaan wajib memiliki lahan, gedung atau ruang.

(2) Lahan perpustakaan harus berlokasi yang mudah diakses, aman, nyaman dan memiliki status hukum yang jelas.

(3) Gedung atau ruang harus memenuhi aspek keamanan, kenyamanan, keselamatan dan kesehatan.

(4) Gedung perpustakaan sekurang-kurangnya memiliki ruang koleksi, ruang baca, ruang staf yang ditata secara efektif, efisien dan estetik.

(8)

(5) Ruang perpustakaan sekurang-kurangnya memiliki area koleksi, baca, dan staf yang ditata secara efektif, efisien dan estetik.

(6) Perpustakaan Nasional, perpustakaan umum provinsi dan kabupaten/kota, serta perpustakaan perguruan tinggi memiliki fasilitas umum dan fasilitas khusus.

(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai lahan, gedung, ruang, fasilitas umum dan fasilitas khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sampai dengan ayat (6) diatur dengan Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional RI.

Bagian Ketiga Standar Pelayanan

Pasal 17

(1) Standar pelayanan perpustakaan mengatur sistem pelayanan dan jenis pelayanan. (2) Standar pelayanan perpustakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku

untuk semua jenis perpustakaan.

Pasal 18

(1) Sistem pelayanan perpustakaan terdiri atas sistem terbuka dan sistem tertutup. (2) Sistem pelayanan perpustakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan

oleh masing-masing perpustakaan.

Pasal 19

(1) Jenis pelayanan perpustakaan terdiri atas pelayanan teknis dan pelayanan pemustaka.

(2) Pelayanan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup pengadaan dan pengolahan bahan perpustakaan.

(3) Pelayanan pemustaka sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup pelayanan sirkulasi dan pelayanan referensi.

(4) Dalam melaksanakan pelayanan sirkulasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat menggunakan koleksi setempat maupun koleksi perpustakaan lain.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelayanan sirkulasi dan pelayanan referensi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional RI.

Pasal 20

(1) Administrasi pelayanan dilaksanakan untuk semua jenis kegiatan pelayanan perpustakaan.

(2) Administrasi pelayanan Perpustakaan diselenggarakan untuk tujuan memudahkan dan menjamin pelaksanaan kerja secara efektif dalam pengelolaan pelayanan. (3) Administrasi pelayanan Perpustakaan mengikuti pola dan cara yang baku atau yang

berlaku dalam organisasi badan induknya.

(4) Administrasi pelayanan Perpustakaan merupakan bukti pertanggungjawaban dalam pelaksanaan tugas pelayanan.

(9)

(5) Pengembangan sistem Administrasi pelayanan Perpustakaan mengikuti per-kembangan teknologi informasi dan komunikasi.

(6) Administrasi pelayanan perpustakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (5) diatur dengan pedoman pelayanan perpustakaan yang ditetapkan oleh Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional RI.

Pasal 21

Waktu dan jumlah jam pelayanan perpustakaan disesuaikan dengan kebutuhan pemustaka dengan mempertimbangkan kemudahan pemustaka dalam menggunakan perpustakaan.

Pasal 22

Kerjasama pelayanan dilakukan dengan perpustakaan lain maupun dengan sesama unit kerja dalam lingkup organisasi.

Pasal 23

Perpustakaan menerapkan sistem manajemen yang sesuai dengan kondisi perpustakaan dan mengikuti perkembangan sistem manajemen.

Pasal 24

(1) Promosi Pelayanan dilakukan untuk meningkatkan citra perpustakaan dan mengoptimalkan penggunaan perpustakaan, serta peningkatan budaya kegemaran membaca masyarakat.

(2) Promosi Pelayanan Perpustakaan dilakukan secara berkesinambungan dan perlu didukung dana yang memadai.

Bagian Keempat Standar Tenaga

Pasal 25

(1) Tenaga perpustakaan terdiri atas pustakawan dan tenaga teknis perpustakaan. (2) Selain tenaga perpustakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) perpustakaan

dapat memiliki tenaga ahli dalam perpustakaan.

(3) Tenaga teknis perpustakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tenaga nonpustakawan yang secara teknis mendukung pelaksanaan fungsi perpustakaan. (4) Pustakawan, tenaga teknis perpustakaan, tenaga ahli dalam bidang perpustakaan

dan kepala perpustakaan memiliki tugas pokok, kualifikasi, dan/atau kompetensi. Pasal 26

Pustakawan mempunyai tugas memberikan informasi yang cocok dan tepat waktu bagi pihak yang memerlukan dengan memberikan bimbingan akses pada sumber daya informasi, baik yang berada di dalam perpustakaan tempat dia bekerja maupun di luar perpustakaan dengan memanfaatkan beragam basis data, fasilitas jaringan telekomunikasi, serta kerjasama antar perpustakaan maupun dengan lembaga lainnya.

(10)

Pasal 27

(1) Pustakawan memiliki kualifikasi akademik paling rendah sarjana (S-1) atau diploma empat (D-IV) dalam bidang perpustakaan dari perguruan tinggi yang terakreditasi. (2) Seseorang yang memiliki kualifikasi akademik serendah-rendahnya sarjana (S-1)

atau diploma empat (D-IV) di luar bidang perpustakaan dari perguruan tinggi yang terakreditasi dapat menjadi pustakawan setelah lulus pendidikan dan pelatihan bidang perpustakaan.

(3) Pendidikan dan pelatihan dalam bidang perpustakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diselenggarakan oleh Perpustakaan Nasional atau lembaga lain yang diakreditasi oleh Perpustakaan Nasional atau lembaga sertifikasi.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional RI.

Pasal 28

(1) Pustakawan harus memiliki kompetensi profesional dan kompetensi personal.

(2) Kompetensi profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup aspek pengetahuan, keahlian, dan sikap kerja.

(3) Kompetensi personal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup aspek kepribadian dan interaksi sosial.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai kompetensi pustakawan diatur dengan Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional RI.

Pasal 29

(1) Pustakawan harus memiliki sertifikat kompetensi kepustakawanan.

(2) Sertifikat kompetensi kepustakawanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh lembaga sertifikasi mandiri atau lembaga pendidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh Kepala Perpustakaan Nasional RI.

(3) Pustakawan yang sudah memiliki sertifikat memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) Penghasilan diatas kebutuhan hidup minimum berupa gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, dan penghasilan lain.

(5) Penghasilan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat berupa tunjangan profesi, tunjangan fungsional, dan tunjangan khusus.

Pasa 30

Tenaga teknis perpustakaan melaksanakan kegiatan yang bersifat membantu pekerjaan fungsional yang dilaksanakan pustakawan, serta melaksanakan pekerjaan perpustakaan lainnya.

Pasal 31

(1) Tenaga teknis perpustakaan terdiri atas tenaga teknis komputer, tenaga teknis audio visual, tenaga teknis ketatausahaan, tenaga teknis asisten perpustakaan, dan/atau tenaga teknis lainnya.

(11)

(2) Tenaga teknis perpustakaan memiliki kualifikasi akademik paling rendah diploma II (D-II) ditambah pendidikan dan/atau pelatihan sesuai bidang tugasnya.

(3) Ketentuan lebih lanjut tentang pendidikan dan/atau pelatihan, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional RI.

Pasal 32

(1) Tenaga teknis perpustakaan harus memiliki kompetensi profesional dan kompetensi personal.

(2) Kompetensi profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup aspek pengetahuan, keahlian, dan sikap kerja.

(3) Kompetensi personal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup aspek kepribadian dan interaksi sosial.

(4) Tenaga teknis perpustakaan yang memenuhi kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) akan memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai kompetensi tenaga teknis perpustakaan diatur dengan Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional RI.

Pasal 33

(1) Tenaga teknis perpustakaan harus memiliki sertifikat kompetensi sesuai dengan bidang tugasnya.

(2) Sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh lembaga sertifikasi mandiri atau lembaga pendidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh Kepala Perpustakaan Nasional RI.

(3) Tenaga teknis perpustakaan yang sudah memiliki sertifikat memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) Penghasilan diatas kebutuhan hidup minimum berupa gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, dan penghasilan lain.

(5) Penghasilan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat berupa tunjangan profesi, tunjangan fungsional, dan tunjangan khusus.

Pasal 34

(1) Tenaga ahli dalam bidang perpustakaan adalah tenaga yang memiliki kapabilitas, integritas, dan kompetensi dalam bidang perpustakaan.

(2) Kapabilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kemampuan dan kecakapan dalam bidang perpustakaan.

(3) Kemampuan dan kecakapan dalam bidang perpustakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diperoleh dari pendidikan paling rendah S-1 (strata satu), dan pengalaman bekerja di perpustakaan minimal 5 (lima) tahun.

(4) Integritas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan keadaan yang mewujudkan suatu kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan dalam bidang perpustakaan yang memancarkan kewibawaan, kejujuran, dan kesetiaan.

(12)

(5) Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kemampuan yang mencakup aspek pengetahuan, keahlian, keterampilan dan sikap kerja yang dibuktikan dengan sertifikat kompetensi yang diterbitkan oleh lembaga sertifikasi atau lembaga pendidikan yang terakreditasi.

(6) Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikembangkan oleh lembaga standardisasi nasional perpustakaan yang pemberlakuannya ditetapkan oleh Kepala Perpustakaan Nasional RI.

Bagian Kelima

Standar Penyelenggaraan Perpustakaan Pasal 35

(1) Penyelenggaraan perpustakaan berdasarkan jenis dan kepemilikan mencakup standar Perpustakaan Nasional, Perpustakaan Pemerintah, perpustakaan provinsi, perpustakaan kabupaten/kota, perpustakaan kecamatan, perpustakaan desa/kelurahan, perpustakaan sekolah/ madrasah, perpustakaan perguruan tinggi, perpustakaan khusus, perpustakaan keluarga, dan perpustakaan pribadi.

(2) Penyelenggara perpustakaan bertanggungjawab sekurang-kurangnya atas pelayanan perpustakaan, sarana dan prasarana, tenaga perpustakaan serta ketersediaan anggaran dan koleksi.

(3) Penyelenggaraan perpustakaan diarahkan untuk mendukung pembudayaan kegemaran membaca.

Paragraf 1

Penyelenggaraan Perpustakaan Nasional Pasal 36

(1) Penyelenggaraan Perpustakaan Nasional menjadi tanggung jawab Pemerintah yang berkedudukan di ibukota negara dan dipimpin oleh seorang kepala.

(2) Perpustakaan Nasional melaksanakan tugas pemerintahan dalam bidang perpustakaan berfungsi sebagai perpustakaan pembina, perpustakaan rujukan, perpustakaan deposit, perpustakaan penelitian, perpustakaan pelestarian, dan pusat jejaring perpustakaan.

(3) Perpustakaan Nasional menyelenggarakan kerja sama antarperpustakaan di tingkat nasional maupun internasional.

Paragraf 2

Penyelenggaraan Perpustakaan Pemerintah Pasal 37

(1) Penyelenggaraan perpustakaan pemerintah menjadi tanggung jawab kementerian/lembaga non kementerian masing-masing dan dipimpin oleh seorang kepala.

(2) Perpustakaan pemerintah melaksanakan tugas perpustakaan dalam rangka mendukung penyelenggaraan tugas dan fungsi kementerian/lembaga non kementerian.

(13)

(3) Perpustakaan pemerintah menyelenggarakan kerja sama antarperpustakaan. Paragraf 3

Penyelenggaraan Perpustakaan Provinsi Pasal 38

(1) Penyelenggaraan perpustakaan provinsi menjadi tanggung jawab pemerintah provinsi yang berkedudukan di ibukota provinsi dan dipimpin oleh seorang kepala. (2) Perpustakaan provinsi melaksanakan tugas pemerintahan provinsi dalam bidang

perpustakaan berfungsi sebagai perpustakaan pembina, perpustakaan rujukan, perpustakaan deposit, perpustakaan penelitian, dan perpustakaan pelestarian serta sebagai pusat sumber belajar masyarakat di wilayah provinsi.

(3) Perpustakaan provinsi menyelenggarakan kerja sama antarperpustakaan. Paragraf 4

Penyelenggaraan Perpustakaan Kabupaten/Kota Pasal 39

(1) Penyelenggaraan perpustakaan kabupaten/kota menjadi tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota yang berkedudukan di ibukota kabupaten/kota dan dipimpin oleh seorang kepala.

(2) Perpustakaan kabupaten/kota melaksanakan tugas pemerintahan kabupaten/kota dalam bidang perpustakaan berfungsi sebagai perpustakaan pembina, perpustakaan rujukan, perpustakaan penelitian, dan perpustakaan pelestarian serta sebagai pusat sumber belajar masyarakat di wilayah kabupaten/kota.

(3) Perpustakaan kabupaten/kota menyelenggarakan kerja sama antarperpustakaan. Paragraf 5

Penyelenggaraan Perpustakaan Kecamatan Pasal 40

(1) Penyelenggaraan perpustakaan kecamatan menjadi tanggung jawab camat yang berkedudukan di kecamatan dan dipimpin oleh seorang kepala.

(2) Perpustakaan kecamatan melaksanakan tugas pemerintahan kecamatan dalam bidang perpustakaan berfungsi sebagai pusat sumber belajar masyarakat di wilayah kecamatan.

Paragraf 6

Penyelenggaraan Perpustakaan Desa/Kelurahan Pasal 41

(1) Penyelenggaraan perpustakaan desa menjadi tanggung jawab kepala desa/lurah yang berkedudukan di desa/kelurahan dan dipimpin oleh seorang kepala.

(2) Perpustakaan desa/kelurahan melaksanakan tugas pemerintahan desa/kelurahan dalam bidang perpustakaan berfungsi sebagai pusat sumber belajar masyarakat di wilayah desa/kelurahan.

(14)

Paragraf 7

Penyelenggaraan Perpustakaan Masyarakat, Keluarga, dan Pribadi Pasal 42

(1) Penyelenggaraan perpustakaan masyarakat, keluarga, dan pribadi menjadi tanggung jawab masing-masing penyelenggara.

(2) Perpustakaan masyarakat, keluarga, dan pribadi berfungsi sebagai sumber daya pembelajaran sepanjang hayat.

Paragraf 8

Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah/Madrasah Pasal 43

(1) Penyelenggaraan perpustakaan sekolah/madrasah menjadi tanggung jawab masing-masing sekolah/madrasah dan dipimpin oleh seorang kepala.

(2) Perpustakaan sekolah/madrasah berfungsi sebagai sumber belajar bagi peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan di lingkungan sekolah/madrasah.

Paragraf 9

Penyelenggaraan Perpustakaan Perguruan Tinggi Pasal 44

(1) Penyelenggaraan perpustakaan perguruan tinggi menjadi tanggung jawab rektor/direktur/ketua sekolah tinggi masing-masing perguruan tinggi.

(2) Penyelenggaraan perpustakaan perguruan tinggi dipimpin oleh seorang kepala. (3) Perpustakaan perguruan tinggi berfungsi sebagai sumber belajar, penelitian,

deposit internal, pelestarian, dan pusat jejaring bagi civitas akademika di lingkungan perguruan tinggi.

(4) Perpustakaan perguruan tinggi menyelenggarakan kerja sama antarperpustakaan. Paragraf 10

Penyelenggaraan Perpustakaan Khusus Pasal 45

(1) Penyelenggaraan perpustakaan khusus menjadi tanggungjawab masing-masing lembaga penyelenggara dan dipimpin oleh seorang kepala.

(2) Perpustakaan khusus berfungsi sebagai perpustakaan rujukan, perpustakaan deposit internal, perpustakaan penelitian, serta sebagai sumber belajar di dalam dan diluar lingkungan lembaga.

(3) Perpustakaan khusus menyelenggarakan kerja sama antarperpustakaan. Bagian Keenam

Standar Pengelolaan Pasal 46

(15)

(1) Pengelolaan perpustakaan mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan perpustakaan.

(2) Pengelolaan perpustakaan dilakukan berdasarkan jenis dan kepemilikan perpustakaan.

(3) Pengelolaan perpustakaan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi.

Pasal 47

(1) Perpustakaan yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau pemerintah daerah menyusun rencana kerja dan/atau rencana strategis sesuai peraturan perundang-undangan.

(2) Perpustakaan yang diselenggarakan oleh masyarakat selain perpustakaan keluarga dan pribadi menyusun rencana kerja dan/atau rencana strategis lima tahunan yang dirinci dalam rencana kerja tahunan.

Pasal 48

(1) Perpustakaan dipimpin oleh seorang kepala yang berasal dari pustakawan.

(2) Dalam hal tidak terdapat pustakawan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kepala perpustakaan dapat diangkat dari tenaga ahli dalam bidang perpustakaan.

(3) Kepala perpustakaan memiliki kompetensi profesional, kompetensi personal, kompetensi manajerial, dan kompetensi kewirausahaan sesuai dengan jenis perpustakaan.

(4) Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dikembangkan oleh lembaga standardisasi dan ditetapkan oleh Kepala Perpustakaan Nasional RI.

Pasal 49

(1) Kepala Perpustakaan Nasional, perpustakaan provinsi, perpustakaan kabupaten/kota, dan perpustakaan perguruan tinggi adalah pustakawan atau tenaga ahli dalam bidang perpustakaan yang memiliki kriteria sebagai berikut:

a. memiliki kualifikasi akademik paling rendah sarjana (S-1) atau Diploma IV (D-IV) untuk perpustakaan provinsi dan kabupaten/kota, magister (S-2) untuk perpustakaan perguruan tinggi dan Perpustakaan Nasional;

b. memiliki pengalaman bekerja di perpustakaan sekurang-kurangnya 5 tahun kecuali 10 tahun untuk Perpustakaan Nasional;

c. menguasai bahasa Inggris baik lisan maupun tertulis; d. menguasai teknologi informasi;

(2) Kriteria kepala perpustakaan khusus dan perpustakaan sekolah/madrasah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 50

(1) Pengawasan perpustakaan meliputi supervisi, evaluasi, dan pelaporan.

(2) Supervisi dilakukan oleh pimpinan perpustakaan dan lembaga perwakilan pihak-pihak yang berkepentingan.

(16)

(3) Evaluasi terhadap lembaga dan program perpustakaan dilakukan oleh penyelenggara dan/atau masyarakat.

(4) Pelaporan dilakukan oleh pimpinan perpustakaan dan disampaikan kepada penyelenggara perpustakaan.

(17)

Pasal 51

(1) Keberhasilan pengelolaan perpustakaan diukur melalui indikator kinerja perpustakaan.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikator kinerja perpustakaan diatur dengan Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional RI.

Pasal 52

(1) Perpustakaan yang memenuhi standar nasional perpustakaan dievaluasi untuk menentukan tingkat klasifikasi perpustakaan yang dibuktikan dengan sertifikat. (2) Sertifikat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh Perpustakaan

Nasional.

Bagian Ketujuh

Implementasi Standar Nasional Perpustakaan Pasal 53

(1) Implementasi standar nasional perpustakaan perlu didukung sistem standardisasi perpustakaan

(2) Sistem standardisasi yang dimaksud pada ayat (1) meliputi kegiatan pengembangan standar teknis, penerapan standar, penilaian kesesuaian (akreditasi sertifikasi) dan berbagai kegiatan pendukung standar nasional perpustakaan lainnya (3) Dalam pengembangan dan penerapan standar teknis, perpustakaan harus mengacu pada prinsip-prinsip standardisasi sebagaimana disebutkan dalam pasal 5 dan ketentuan standardisasi yang berlaku.

(4) Standar teknis perpustakaan diberlakukan secara nasional di wilayah Indonesia oleh Kepala Perpustakaan Nasional RI yang masing-masing standar diberi identitas diri yang merupakan satu kesatuan dari kode Standar Teknis Perpustakaan Indonesia (STPI).

Pasal 54

(1) Standar teknis perpustakaan dikembangkan berdasarkan kebutuhan untuk masing-masing standar nasional yang dimaksudkan dalam pasal 4 peraturan ini.

(2) Kebutuhan standar yang harus dikembangkan dituangkan dalam daftar tahunan program nasional pengembangan standar (PNPS) yang ditetapkan oleh Kepala Perpustakaan Nasional RI.

(3) Untuk menjamin efektifitas dan kemutakhiran standar teknis perpustakaan, standar teknis yang ada dilakukan pengkajian ulang dan/atau penyempurnaan (revisi) secara berkala dan terencana selambat-lambatnya 5 tahun sekali.

Pasal 55

(1) Standar teknis perpustakaan yang berisi ketentuan yang terkait dengan aspek keamanan, keselamatan, kesehatan dan pelestarian lingkungan serta kepentingan spesifik yang terkait dengan geografis, iklim dan budaya setempat dapat diberlakukan secara wajib melalui regulasi teknis yang ditetapkan oleh Kepala Perpustakaan Nasional RI.

(18)

(2) Untuk meningkatkan efektivitas penggunaan dan penerapan standar, Perpustakaan Nasional dan Perpustakaan Provinsi mengembangkan dan melaksanakan program promosi dan edukasi standardisasi dengan mengedepankan partisipasi dan/atau keterlibatan para pemangku kepentingan.

(3) Penerapan standar teknis perpustakaan perlu didukung adanya infrastruktur teknis sistem penilaian kesesuaian penerapan standar.

Pasal 56

(1) Pembuktian suatu perpustakaan, produk jasa perpustakaan dan/atau perlengkapan/perabotan perpustakaan dan/atau sumberdaya manusia perpustakaan telah menerapkan dan memenuhi standar tertentu secara tertib dan konsisten dilaksanakan melalui proses sertifikasi oleh lembaga penilaian kesesuaian mandiri.

(2) Bukti kesesuaian terhadap standar dan kelulusan dari proses sertifikasi ditunjukkan melalui pemberian sertifikat.

Pasal 57

(1) Akreditasi terhadap Lembaga sertifikasi atau lembaga penilaian kesesuaian dilakukan oleh lembaga akreditasi yang memiliki kompetensi untuk mengakreditasi dan telah terjamin ketertelusuran kompetensinya.

(2) Lembaga akreditasi yang dimaksudkan pada ayat (1) diatas menggunakan lembaga akreditasi yang ada atau organisasi lain yang ditunjuk oleh Perpustakaan Nasional.

Pasal 58

(1) Untuk menjamin keberlangsungan pertumbuhan dan menjaga konsistensi kualitas kegiatan dalam pengembangan dan penerapan standar nasional perpustakaan dan standar teknis perpustakaan, perlu ditangani secara serius dan profesional oleh suatu unit kerja khusus sistem standardisasi perpustakaan di lingkungan Perpustakaan Nasional.

(2) Untuk mengefektifkan kelembagaan dan menekan beban negara, Perpustakaan Nasional wajib memanfaatkan, mengembangkan dan melakukan kerjasama dengan lembaga lain yang memiliki kekuatan hukum untuk menangani dan bertanggung jawab di bidang standardisasi nasional.

Pasal 59

Ketentuan lain mengenai standar nasional perpustakaan, standar teknis perpustakaan dan standardisasi perpustakaan yang belum diatur dalam peraturan ini diatur lebih lanjut melalui peraturan Kepala Perpustakaan Nasional RI.

BAB III

PENDAFTARAN DAN PENGHARGAAN NASKAH KUNO

Bagian Pertama Pendaftaran Naskah Kuno

Paragraf 1

Hak dan Tanggung Jawab Masyarakat Dalam Pelestarian Naskah Kuno

(19)

Pasal 60

(1) Masyarakat berhak menyimpan, merawat dan melestarikan serta memanfaatkan naskah kuno.

(2) Penyimpanan, perawatan dan pelestarian serta pemanfaatan naskah kuno harus dilakukan secara bertanggungjawab sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 61

(1) Masyarakat yang memiliki naskah kuno wajib mendaftarkan ke Perpustakaan Nasional RI.

(2) Pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disampaikan secara tertulis dengan dilengkapi data sekurang-kurangnya mengenai :

a. identitas pemilik;

b. riwayat pemilikan naskah kuno;

c. jenis, jumlah, bentuk, dan ukuran naskah kuno.

(3) Data pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan verifikasi oleh Perpustakaan Nasional.

Pasal 62

(1) Pemilik yang telah memenuhi persyaratan pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61, diberi surat bukti pendaftaran.

(2) Surat bukti pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak berlaku apabila naskah kuno tersebut dialihkan pemilikannya;

Paragraf 2

Hak dan Tanggung Jawab Masyarakat

Dalam Memperoleh Pelayanan Pendaftaran Naskah Kuno Pasal 63

(1) Masyarakat berhak memperoleh pelayanan pendaftaran naskah kuno.

(2) Proses pendaftaran naskah kuno diselesaikan dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal pengajuan pendaftaran diterima.

Bagian Kedua

Penghargaan Naskah Kuno Pasal 64

(1) Masyarakat yang berjasa dalam usaha penyimpanan, perawatan dan pelestarian naskah kuno berhak mendapat penghargaan.

(2) Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa piagam dan/atau uang pembinaan.

(20)

(3) Pemberian penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui proses evaluasi dan pertimbangan yang dilakukan oleh Perpustakaan Nasional.

Pasal 65

Ketentuan mengenai tata cara pemberian serta bentuk dan jenis penghargaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 ayat (2) dan ayat (3) ditetapkan dengan Keputusan Kepala Perpustakaan Nasional.

Pasal 66

(1) Piagam dan/atau uang pembinaan diberikan kepada masyarakat yang telah berjasa dalam usaha pelestarian naskah kuno.

(2) Penyerahan piagam dan/atau uang pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh Presiden atau pejabat yang ditunjuk.

Pasal 67

Pendaftaran dan penghargaan serta pengelolaan naskah kuno dilaksanakan oleh lembaga pernaskahan yang dibentuk oleh Perpustakaan Nasional.

BAB IV

PENYIMPANAN DAN PENGGUNAAN KOLEKSI KHUSUS

Bagian Pertama

Penyimpanan Koleksi Khusus Pasal 68

(1) Perpustakaan Nasional RI mempunyai kewenangan dalam pengadaan, penyimpanan dan penggunaan koleksi khusus.

(2) Koleksi khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bahan perpustakaan yang dilarang berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Pasal 69

(1) Koleksi khusus disimpan dalam tempat dan/atau ruang tertentu.

(2) Tempat dan/atau ruang tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditata dengan memperhatikan faktor keamanan.

Bagian Kedua

Penggunaan Koleksi Khusus Pasal 70

(1) Penggunaan koleksi khusus dilakukan secara terbatas.

(2) Penggunaan koleksi khusus secara terbatas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk kepentingan penelitian dan pendidikan.

(21)

Pasal 71

Ketentuan mengenai tata cara penyimpanan dan penggunaan koleksi khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat (1) dan Pasal 69 diatur dengan peraturan Kepala Perpustakaan Nasional RI.

BAB V

PENGHARGAAN PEMBUDAYAAN GEMAR MEMBACA

Pasal 72

Penghargaan kegemaran membaca diberikan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah kepada masyarakat yang berhasil melakukan gerakan pembudayaan kegemaran membaca dengan memanfaatkan perpustakaan dan/atau taman bacaan.

Pasal 73

(1) Penghargaan sebagaimana dimaksud pada Pasal 72 berupa piagam dan/atau uang pembinaan.

(2) Pemberian penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui proses evaluasi dan pertimbangan.

(3) Penyerahan piagam dan/atau uang pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh pejabat yang berwenang.

Pasal 74

Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian penghargaan gerakan pembudayaan kegemaran membaca diatur dengan Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional RI.

BAB VI

PEMBENTUKAN DEWAN PERPUSTAKAAN

Bagian Kesatu

Susunan Organisasi dan Tata Kerja Paragraf 1

Susunan Organisasi Pasal 75

(1) Organisasi Dewan Perpustakaan Nasional dan Dewan Perpustakaan Provinsi terdiri atas Ketua merangkap anggota, Wakil Ketua merangkap anggota, Sekretaris merangkap anggota dan anggota.

(2) Dewan Perpustakaan Nasional dan Dewan Perpustakaan Provinsi didukung dan difasilitasi sebuah Sekretariat.

(3) Dewan Perpustakaan Nasional dan Dewan Perpustakaan Provinsi, dapat membentuk kelompok kerja tenaga ahli yang bersifat ad-hoc.

(22)

Paragraf 2 Tata Kerja

Pasal 76

(1) Dewan Perpustakaan Nasional dan Dewan Perpustakan Provinsi bersidang setiap bulan.

(2) Dewan Perpustakaan Nasional secara berkala menyampaikan laporan kepada Presiden melalui Kepala Perpustakaan Nasional dengan tembusan kepada Menteri.

(3) Dewan Perpustakaan Provinsi secara berkala menyampaikan laporan kepada Gubernur selaku kepala daerah, dan Kepala Perpustakaan Nasional RI dengan tembusan kepada Kepala Perpustakaan Provinsi.

(4) Dewan Perpustakaan Nasional dan Dewan Perpustakaan Provinsi dapat melakukan kerjasama dan koordinasi sinergis antardewan.

(5) Dewan Perpustakaan Nasional dan Dewan Perpustakaan Provinsi dapat melakukan komunikasi langsung serta membina kerjasama dengan perpustakaan dan/atau lembaga terkait atau masyarakat peduli perpustakaan yang ada di wilayah tanggung jawab masing-masing.

(6) Dewan Perpustakaan Nasional dan Dewan Perpustakaan Provinsi memiliki kewenangan menggali dan mengungkap permasalahan penyelenggaraan sistem perpustakaan serta menyampaikan pendapat yang bersifat obyektif dan konstruktif.

Pasal 77

Ketentuan mengenai mekanisme pelaksanaan tugas dewan diatur dengan peraturan dewan perpustakaan.

Pasal 78

(1) Dalam melaksanakan tugasnya Dewan Perpustakaan Nasional dibantu oleh Sekretariat.

(2) Sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh satu unit kerja di Perpustakaan Nasional RI yang ditetapkan oleh Kepala Perpustakaan Nasional RI sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(3) Sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) dipimpin oleh Kepala Sekretariat yang diangkat dan diberhentikan oleh Kepala Perpustakaan Nasional RI sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

(4) Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) secara fungsional bertanggung jawab kepada Dewan Perpustakaan Nasional.

Pasal 79

(1) Dalam melaksanakan tugasnya Dewan Perpustakaan Provinsi dibantu oleh Sekretariat.

(23)

(2) Sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh satu unit kerja di Perpustakaan Provinsi yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(3) Sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) dipimpin oleh Kepala Sekretariat yang diangkat dan diberhentikan oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

(4) Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) secara fungsional bertanggung jawab kepada Dewan Perpustakaan Provinsi.

Bagian Kedua

Tata Cara Pengangkatan Anggota Pasal 80

Keanggotaan Dewan Perpustakaan Nasional dan Dewan Perpustakaan Provinsi diangkat untuk masa jabatan selama 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya.

Pasal 81

Untuk dapat diangkat menjadi anggota Dewan Perpustakaan Nasional dan Dewan Perpustakaan Provinsi, seorang calon anggota dewan harus memenuhi persyaratan: a. warga negara Indonesia;

b. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; c. sehat jasmani dan rohani;

d. berusia maksimal 65 (enam puluh lima) tahun;

e. mempunyai kualifikasi pendidikan di bidang perpustakaan atau bidang lain sekurang-kurangnya sarjana/S-1 atau yang sederajat;

f. menguasai sekurang-kurangnya 1 (satu) bahasa asing;

g. memiliki pengalaman kerja dan/atau kepedulian di bidang perpustakaan atau informasi secara terus menerus (dengan tanda bukti) minimal 3 tahun; dan

h. memiliki kinerja baik bagi perkembangan perpustakaan dan/atau pembangunan kemasyarakatan di Indonesia.

Pasal 82

(1) Seleksi calon anggota Dewan Perpustakaan Nasional dan Dewan Perpustakaan Provinsi dilakukan oleh tim paling lambat 6 bulan sebelum masa jabatan anggota Dewan yang sedang berjalan selesai.

(2) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) masing-masing dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada Kepala Perpustakaan Nasional RI dan Kepala Perpustakaan Provinsi.

(3) Seleksi calon anggota Dewan Perpustakaan Nasional dan Dewan Perpustakaan Provinsi harus dilakukan secara transparan, terbuka, visioner, dan obyektif.

(24)

(4) Hasil seleksi calon anggota Dewan Perpustakaan Nasional diusulkan oleh Kepala Perpustakaan Nasional RI kepada Menteri untuk ditetapkan Presiden.

(5) Hasil seleksi calon anggota Dewan Perpustakaan Provinsi diusulkan oleh Kepala Perpustakaan Provinsi untuk ditetapkan Gubernur.

(6) Calon yang diangkat dan ditetapkan oleh Presiden dan Gubernur menjadi anggota Dewan Perpustakaan Nasional dan Dewan Perpustakaan Provinsi, dilantik sesuai kewenangannya oleh Kepala Perpustakaan Nasional RI atau Kepala Perpustakaan Provinsi.

Pasal 83

(1) Menteri dan Gubernur dapat menolak Calon Anggota Dewan yang diusulkan apabila yang bersangkutan tidak memenuhi persyaratan.

(2) Ketentuan mengenai tata cara pemilihan calon anggota dewan perpustakaan diatur dengan peraturan Kepala Perpustakaan Nasional RI.

Pasal 84

Pemberhentian Anggota

(1) Selain karena berakhirnya masa jabatan, keanggotaan dewan perpustakaan dapat diberhentikan apabila :

a. berhalangan tetap yang dibuktikan oleh pihak yang kompeten;

b. dinyatakan bersalah karena melakukan tindak pidana berdasarkan putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap;

c. mengundurkan diri atas permintaan sendiri;

d. Tidak hadir dalam sidang dewan 3 (tiga) kali berturut-turut tanpa keterangan; atau

e. meninggal dunia.

(2) Posisi anggota yang diberhentikan sebagaimana disebut pada ayat (1) dilakukan pergantian antar waktu melalui prosedur dan persyaratan yang telah ditetapkan.

Bagian Ketiga

Pemilihan Pimpinan Dewan Pasal 85

(1) Ketua, Wakil Ketua dan Sekretaris Dewan Perpustakaan Nasional dan Dewan Perpustakaan Provinsi dipilih antar dan oleh para calon anggota dewan yang telah disetujui menteri atau gubernur.

(2) Masa jabatan ketua dewan adalah 5 (lima) tahun dan dapat dipilih kembali maksimal 2 (dua) kali masa jabatan.

(3) Dalam hal ketua berhalangan tetap atau meninggal dunia, Kepala Perpustakaan Nasional RI atau Kepala Perpustakaan Provinsi mengusulkan calon pengganti dari salah satu anggota dewan.

(25)

BAB VII SANKSI

Pasal 86

(1) Penyelenggara perpustakaan yang tidak melaksanakan ketentuan Pasal 7 ayat (1) huruf a sampai dengan i, Pasal 8 huruf a sampai dengan f, Pasal 24 ayat (1) sampai dengan ayat (4), Pasal 23 ayat (1) sampai dengan ayat (6) Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 dikenai sanksi administratif berupa teguran.

(2) Teguran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dilakukan secara tertulis oleh Pejabat yang berwenang.

(3) Teguran tertulis kepada yang bersangkutan diberikan dalam 3 (tiga) tahap paling lama dalam waktu 90 (sembilan puluh) hari.

(4) Jika dalam waktu 90 (sembilan puluh) hari sejak dikeluarkan teguran tahap ketiga tetap tidak diindahkan, pejabat yang berwenang dapat memberikan sanksi yang lebih berat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB VIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 87

Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal...2010

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDOYONO

Diundangkan di Jakarta pada tanggal...

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

PATRIALIS AKBAR

(26)

PENJELASAN ATAS

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR ... TAHUN 

TENTANG

PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 43 TAHUN 2007 TENTANG PERPUSTAKAAN

I. UMUM

Undang-undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan dibentuk dengan tujuan untuk meningkatkan kecerdasan kehidupan bangsa melalui pengembangan dan pendayagunaan perpustakaan sebagai sumber informasi berupa karya tulis, karya cetak dan karya rekam.

Perkembangan perpustakaan sudah cukup meningkat terutama perpustakaan umum baik yang didirikan oleh pemerintah daerah maupun masyarakat. Dari seluruh kabupaten/kota di seluruh Indonesia hampir 90% telah membentuk perpustakaan umum. Masyarakat telah mulai mendirikan kafe perpustakaan, taman bacaan, perpustakaan keluarga untuk umum dan sebagainya.

Perkembangan secara kwantitas kelembagaan dan fisik belum di barengi dengan peningkatan kualitas kwantitas koleksi, sarana dan prasarana, pelayanan, tenaga, penyelenggaraan dan pengelolaan perpustakaan. Pengembangan perpustakaan masih bersifat sporadis dan belum banyak yang memenuhi standar perpustakaan. Oleh sebab itu perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan yang baik perlu dirumuskan Standar Nasional Perpustakaan.

Pengemangan dan pendayagunaan perpustakaan diarahkan pada meningkatnya kegemaran membaca masyarakat (reading habit society) menuju masyarakat belajar (learning society) yang berujung pada peningkatan kecerdasan kehidupan bangsa seperti disebutkan diatas. Oleh sebab itu perpustakaan harus menyediakan koleksi yang lengkap, dan mudah serta murah. Untuk memanfaatkannya peran masyarakat dalam pengembangan dan pendayagunaan perpustakaan sangat penting maka perlu adanya dorongan dengan berbagai bentuk seperti pemberian penghargaan dan sejenisnya. Disamping itu perlu pendamping dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan berupa Dewan Perpustakaan.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup Jelas Pasal 2

(27)

Pasal 3 Cukup Jelas Pasal 4 Cukup Jelas Pasal 5 Cukup Jelas Pasal 6 Cukup Jelas Pasal 7 Ayat (1)

Yang dimaksud karya rekam adalah karya seseorang atau lembaga yang dipublikasikan dalam bentuk analog atau digital.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan muatan lokal adalah jenis koleksi yang merupakan terbitan internal dan/atau koleksi tentang daerah.

Yang dimaksud dengan koleksi khusus termasuk koleksi terlarang, lukisan, arterfak.

Yang dimaksud dengan fiksi adalah bahan yang ditulis berdasarkan khayalan, imajinasi, dan rekaan penulis dalam bentuk cerita.

Yang dimaksud non fiksi adalah bahan perpustakaan yang ditulis berdasarkan kenyataan, faktual, ada dalam kehidupan, dan mengutamakan data dan fakta serta tidak boleh dibumbuhi imajinasi dan rekaan.

Ayat (3)

Yang dimaksud dengan alat permainan adalah alat permainan edukatif yang dapat merangsang daya pikir anak serta meningkatkan kemampuan konsentrasi dan pemecahan masalah.

Ayat (4) Cukup Jelas Ayat (5) Cukup Jelas Ayat (6) Cukup Jelas

(28)

Ayat (7) Cukup Jelas Pasal 8 Cukup Jelas Pasal 9 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2)

Yang dimaksud dengan ”pengadaan/akuisisi” adalah suatu kegiatan yang dilakukan dalam proses seleksi dan pengadaan bahan perpustakaan berdasarkan kebutuhan pemustaka saat ini dan dimasa mendatang.

Yang dimaksud dengan ”penyiangan/weeding” adalah suatu kegiatan yang dilakukan dalam proses evaluasi pemanfaatan bahan perpustakaan secara periodik maupun kontinyu dalam rangka pengembangan koleksi.

Ayat (3)

Cukup Jelas Ayat (4)

Cukup Jelas Ayat (5)

Yang dimaksud dengan kelompok pemustaka khusus adalah masyarakat yang memliliki cacat dan/atau kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial.

Ayat (6)

Cukup Jelas Pasal 10

Ayat (1)

Sistem pengolahan bahan perpustakaan yang baku adalah sistem yang digunakan dalam menyusun deskripsi bibliografi dan deskripsi subjek. Ayat (2)

Cukup Jelas Ayat (3)

(29)

Cukup Jelas Pasal 11

Ayat (1)

Cukup Jelas Ayat (2)

Yang dimaksud dengan penyimpanan adalah koleksi ditempatkan diruang penyimpanan (storage) yang sudah dlengkapi dengan fasilitas mesin penyejuk ruangan dan alat pengatur suhu udara serta dilengkapi juga dengan alarm sistem sebagai sarana pengamanannya.

Yang dimaksud dengan konservasi koleksi dilakukaan melalui upaya-upaya penanggulangan dari kemungkinan terjadinya kerusakan koleksi, baik melaui upaya pencegahan (preventif care) maupun perawatan khusus (treatmen) terhadap koleksi yang sudah mengalami kerusakan.

Dalam hal perawatan ringan (instant conservation) dan perbaikan sederhana (instant restoration) dilakukan dengan cara membersihkan debu dan kotoran, tetapi untuk penanganan khusus, terutama terhadap koleksi yang mengalami kerusakan secara fisik, biotis dan kimiawi dilakukan dengan prinsip konservasi secara profesional.

Ayat (3) Cukup Jelas Pasal 12 Cukup Jelas Pasal 13 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2)

Yang dimaksud dengan aspek teknologi adalah faktor kesesuaian sarana dan prasarana perpustakaan terhadap perkembangan teknologi.

Yang dimaksud dengan aspek ergonomik adalah faktor kenyamanan kerja meliputi tempat kerja, pencahayaan, suhu dan kualitas udara, gangguan suara, kesehatan dan keamanan kerja serta kebiasaan dalam bekerja. Yang dimaksud dengan aspek konstruksi adalah faktor kesesuaian antara satuan infrastruktur/bangunan dengan fungsi perpustakaan.

Yang dimaksud dengan aspek lingkungan adalah faktor keserasian antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber alam dengan bangunan.

(30)

Yang dimaksud dengan aspek efektifitas adalah faktor hasil guna/ kemanfaatan fungsi sarana dan prasarana perpustakaan.

Yang dimaksud dengan aspek efisiensi adalah faktor penghematan kemanfaatan sarana dan prasarana perpustakaan

Yang dimaksud dengan aspek kecukupan adalah faktor kesesuaian kebutuhan.

Ayat (3)

Cukup Jelas Pasal 14

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan sarana penyimpanan koleksi adalah tempat untuk menyimpan koleksi baik cetak maupun rekam.

Yang dimaksud dengan sarana akses informasi adalah sarana untuk temu kembali koleksi perpustakaan.

Yang dimaksud dengan sarana pelayanan perpustakaan adalah berbagai fasilitas yang digunakan dalam memberikan pelayanan kepada pemustaka. Ayat (2)

Contoh sarana penyimpanan koleksi seperti rak buku, cd, mikrofilm dll.

Ayat (3)

Contoh sarana akses informasi seperti katalog manual, katalog online dll.

Ayat (4)

Contoh sarana pelayanan perpustakaan seperti meja sirkulasi, kursi dan meja baca dll.

Ayat (5) Cukup Jelas Pasal 15 Cukup Jelas Pasal 16 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2)

(31)

Cukup Jelas Ayat (3) Cukup Jelas Ayat (4) Cukup Jelas Ayat (5) Cukup Jelas Ayat (6)

Fasilitas umum yang disediakan perpustakaan sekurang-kurangnya berupa lahan parkir, ruang ibadah, dan toilet.

Fasilitas khusus disediakan oleh perpustakaan yang memiliki pelayanan bagi pemustaka khusus sesuai kemampuan.

Ayat (7) Cukup Jelas Pasal 17 Cukup Jelas Pasal 18 Ayat (1)

Yang dimaksud dengan sistem pelayanan terbuka adalah sistem pelayanan perpustakaan dimana setiap pemustaka diperkenankan menelusur dan mengambil sendiri koleksi yang dibutuhkannya.

Yang dimaksud dengan sistem pelayanan tertutup adalah sistem pelayanan perpustakaan dimana setiap pemustaka tidak diperkenankan menelusur dan mengambil sendiri koleksi yang dibutuhkannya.

Ayat (2) Cukup Jelas Pasal 19 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Cukup Jelas

(32)

Ayat (3)

Yang dimaksud dengan pelayanan sirkulasi adalah pelayanan yang diberikan kepada pemustaka meliputi pelayanan baca di tempat, peminjaman, dan pengembalian koleksi perpustakaan.

Yang dimaksud dengan pelayanan referensi adalah pelayanan yang diberikan kepada pemustaka meliputi pemberian informasi, bimbingan penggunaan perpustakaan dan penelusuran informasi.

Ayat (4) Cukup Jelas Ayat (5) Cukup Jelas Pasal 20 Ayat (1)

Administrasi pelayanan terdiri atas peraturan dan tata tertib sirkulasi koleksi perpustakaan, keanggotaan, sanksi, dan statistik perpustakaan.

Ayat (2) Cukup Jelas Ayat (3) Cukup Jelas Ayat (4) Cukup Jelas Ayat (5) Cukup Jelas Ayat (6) Cukup Jelas Pasal 21 Cukup Jelas Pasal 22 Cukup Jelas Pasal 23

(33)

Cukup Jelas Pasal 24 Cukup Jelas Pasal 25 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2)

Yang dimaksud dengan tenaga ahli dalam perpustakaan adalah seseorang yang memiliki kapabilitas, integritas, dan kompetensi dalam bidang perpustakaan. Ayat (3) Cukup Jelas Ayat (4) Cukup Jelas Pasal 26 Cukup Jelas Pasal 27 Cukup Jelas Pasal 28 Ayat (1)

Kompetensi profesional, yaitu kompetensi yang terkait dengan pengetahuan pustakawan di bidang sumber-sumber informasi, teknologi, manajemen dan penelitian, kemampuan dan ketrampilan menggunakan pengetahuan tersebut sebagai dasar untuk menyediakan pelayanan perpustakaan dan informasi.

Kompetensi personal, yaitu kompetensi yang menggambarkan satu kesatuan keterampilan, perilaku dan nilai yang dimiliki pustakawan agar dapat bekerja secara efektif, menjadi komunikator yang baik, selalu meningkatkan pengetahuan, dapat memperlihatkan nilai lebihnya, serta dapat bertahan terhadap perubahan dan perkembangan dalam dunia kerjanya.

Ayat (2)

(34)

Ayat (3) Cukup Jelas Ayat (4) Cukup Jelas Pasal 29 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2)

Yang dimaksud dengan Lembaga sertifikasi mandiri adalah suatu organisasi atau lembaga yang bersifat independen dan dikelola secara mandiri yang telah terakreditasi oleh suatu badan akreditasi atau ditunjuk oleh instansi yang berwenang, untuk melaksanakan tugas sertifikasi secara obyektif, kompeten, transparan, dan tidak memihak dalam rangka pemberian sertifikat (sebagai pengakuan formal) terhadap suatu obyek yang mengacu dan memenuhi standar atau kriteria baku tertentu.

Ayat (3) Cukup Jelas Ayat (4) Cukup Jelas Ayat (5) Cukup Jelas Pasal 30 Cukup Jelas Pasal 31 Cukup Jelas Pasal 32 Cukup Jelas Pasal 33 Cukup Jelas Pasal 34 Ayat (1)

yang dimaksud dengan tenaga ahli dalam bidang perpustakaan seperti dosen yang memiliki kualifikasi pendidikan ilmu perpustakaan

(35)

Cukup Jelas Ayat (3) Cukup Jelas Ayat (4) Cukup Jelas Ayat (5) Cukup Jelas Ayat (6) Cukup Jelas Pasal 35 Cukup Jelas Pasal 36 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2)

Yang dimaksud perpustakaan pembina adalah perpustakaan yang melaksanakan pembinaan pada tingkat provinsi dengan mengacu pada kebijakan pembinaan nasional.

Ayat (3) Cukup Jelas Pasal 37 Cukup Jelas Pasal 38 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2)

Yang dimaksud perpustakaan pembina adalah perpustakaan yang melaksanakan pembinaan pada tingkat Kabupaten/Kota dengan mengacu pada kebijakan pembinaan provinsi dan nasional.

Ayat (3)

Cukup Jelas Pasal 39

(36)

Pasal 40 Cukup Jelas Pasal 41 Cukup Jelas Pasal 42 Cukup Jelas Pasal 43 Cukup Jelas Pasal 44 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Cukup Jelas Ayat (3)

Yang dimaksud dengan perpustakaan deposit internal adalah perpustakaan yang wajib menyimpan karya cetak dan karya rekam baik yang diterbitkan atau tidak diterbitkan oleh lembaga maupun di luar lembaga

Ayat (4) Cukup Jelas Pasal 45 Cukup Jelas Pasal 46 Cukup Jelas Pasal 47 Cukup Jelas Pasal 48 Cukup Jelas Pasal 49 Cukup Jelas Pasal 50 Cukup Jelas

(37)

Pasal 51 Cukup Jelas Pasal 52 Cukup Jelas Pasal 53 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Cukup Jelas Ayat (3) Cukup Jelas Ayat (4)

Nomor standar, dan tahun penerbitan yang disingkat STPI adalah bbnnn.vv:yyyy dimana bb adalah nomor bidang, nnn adalah nomor urut, vv adalah versi, dan yyyy adalah tahun.

Pasal 54 Cukup Jelas Pasal 55 Cukup Jelas Pasal 56 Ayat (1)

Lembaga penilaian kesesuaian mandiri adalah lembaga sertifikasi atau inspeksi yang kompeten, netral, dan transparan yang diakui oleh suatu lembaga akreditasi atau lembaga yang berwenang di bidangnya.

Ayat (2) Cukup Jelas Pasal 57 Cukup Jelas Pasal 58 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2)

(38)

Kerjasama dengan lembaga lain yang bertanggung jawab di bidang standardisasi nasional yaitu dengan BSN, BNSP, BSNP, Depnaker, dan Depdiknas. Pasal 59 Cukup Jelas Pasal 60 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2)

Yang dimaksud peraturan perundang-undangan adalah Undang-undang nomor 4 tahun 1990 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam. Pasal 61 Cukup Jelas Pasal 62 Cukup Jelas Pasal 63 Cukup Jelas Pasal 64 Cukup Jelas Pasal 65 Cukup Jelas Pasal 66 Cukup Jelas Pasal 67 Cukup Jelas Pasal 68 Cukup Jelas Pasal 69 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2)

(39)

Cukup Jelas Pasal 70 Cukup Jelas Pasal 71 Cukup Jelas Pasal 72

Yang dimaksud meningkatkan kegemaran membaca dengan memanfaatkan perpustakaan seperti penulis buku, pengelola perpustakaan, dll.

Pasal 73 Cukup Jelas Pasal 74 Cukup Jelas Pasal 75 Cukup Jelas Pasal 76 Cukup Jelas Pasal 77 Cukup Jelas Pasal 78 Cukup Jelas Pasal 79 Cukup Jelas Pasal 80 Cukup Jelas Pasal 81 Cukup Jelas Pasal 82 Cukup Jelas Pasal 83 Cukup Jelas

(40)

Pasal 84 Cukup Jelas Pasal 85 Cukup Jelas Pasal 86 Cukup Jelas Pasal 87 Cukup Jelas

Referensi

Dokumen terkait

Keberhasilan penerapan kebijakan Pemerintah tentang pengembangan agribisnis tanaman bawang merah di Kelurahan Banturung, Kecamatan Bukit Batu, Kota Palangka Raya tidak

Ketiga spesimen terdapat bentuk korosi uniform yang ditunjukan anak panah merah, kemudian juga terjadi korosi batas butir yang ditandai dengan adanya intergranular

Dalam rangka penyerahan sebagian urusan pemerintahan kepada desa sebagai tindak lanjut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyerahan

Demikian pula jumlah kumulatif penumpang yang datang melalui penerbangan internasional pada bulan Januari – Desember 2014 naik 47,47 persen dibandingkan periode yang sama

Form pegawai digunakan untuk mengetahui nama pegawai yang sedang bekerja pada saat transaksi penjualan pada UKM kelanting khas telo dapat dilihat pada gambar 4.3

9 Wawancara pra penelitian dengan siswa, selasa 8 mei 2018.. فادهلأا اذه فى ةثحابلا اهديرت تىلا فادهلااامأ يهف ثحبلا : أ) ةيدممح

Bermula sekurg2 tanam akan ia mayat dalam 1 lubang.Jadi kalu xdok lubang dok gali dok bulih melainkan daruroh,ni hok asal wajib gali lubang.Tp bile dokleh gali lubang

Děti jsou podle Braunmuhla aktivně učícími se subjekty, které disponují vnitřními mechanismy, které řídí jejich vývoj. Ony samy jsou pro sebe in­ stancí, která